• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT TERHADAP GRADING ACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT TERHADAP GRADING ACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT TERHADAP GRADING ACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI SEKOLAH MENENGAH

KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG

Oleh Bianti Nuraini

Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula. Penyakit ini tidak fatal, cukup dapat merisaukan karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang akibat berkurangnya keindahan pada wajah penderita Acne Vulgaris. Desain dalam penelitian ini menggunakan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Chi-Square. Dari analisis diperoleh bahwa dari Siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 2 yaitu sebanyak 89 responden (54,6%), sedangkan yang berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 2 sebanyak 40 responden (48,2%), siswa yang tidak berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1 yaitu sebanyak 49 responden (30,1%), sedangkan yang berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1 sebanyak 39 responden (47,0%), dan Siswa yang tidak berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 3 yaitu sebanyak 25 responden (15,3%), sedangkan yang berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 3 sebanyak 4 responden (4,8%). Terdapat hubungan antara perilaku kebersihan kulit terhadap grading acne vulgaris bermakna karena p=0,007<0,05. Sarannya untuk meningkatkan perilaku kebersihan kulit pada siswa SMKN 2 Bandar Lampung

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF CLEANSING SKIN BEHAVIOR TO THE GRADING OF ACNE VULGARIS OF THE GRADE II STUDENT OF SMKN II BANDAR

LAMPUNG

By Bianti Nuraini

Acne Vulgaris (AV) is a chronic inflammatory of the pilosebaceous follicles with the characterized by comedo, papules, cysts and pustules. This disease is not a fatal disease, but the impact of the acne vulgaris can be unsettling and decreasing confidence of the Acne Vulgaris patient, because of lack attractive appearance. The design of this research used cross sectional, it is an observational study that involves the independent variables and dependent variable collected, analyzed or measured at the same times. The analysing of the data is an use univariate and a bivariate Chi-Square. The data analysis of the Grade II Student Of SMKN 2 Bandar Lampung was found, It does not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 2 were 89 responden (54,6%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 40 responden (48,2%), the student were behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 1 were 49 responden (30,1%), in which the student who does not behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 1 were 39 responden (47,2%), and the student were not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 3 were 25 responden (15,3%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 4 responden (4,8%). There is a relationship relationship of cleansing skin behavior to the grading of acne vulgaris of the grade II student of SMKN 2 Bandar Lampung, meaningful because p = 0.007 <0.05.

Cleansing and maintain of hygiene the skin is possible to prevent from suffering acne vulgaris

(3)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF CLEANSING SKIN BEHAVIOR TO THE GRADING OF ACNE VULGARIS OF THE GRADE II STUDENT OF SMKN II BANDAR

LAMPUNG

By Bianti Nuraini

Acne Vulgaris (AV) is a chronic inflammatory of the pilosebaceous follicles with the characterized by comedo, papules, cysts and pustules. This disease is not a fatal disease, but the impact of the acne vulgaris can be unsettling and decreasing confidence of the Acne Vulgaris patient, because of lack attractive appearance. The design of this research used cross sectional, it is an observational study that involves the independent variables and dependent variable collected, analyzed or measured at the same times. The analysing of the data is an use univariate and a bivariate Chi-Square. The data analysis of the Grade II Student Of SMKN 2 Bandar Lampung was found, It does not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 2 were 89 responden (54,6%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 40 responden (48,2%), the student were behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 1 were 49 responden (30,1%), in which the student who does not behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 1 were 39 responden (47,2%), and the student were not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 3 were 25 responden (15,3%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 4 responden (4,8%). There is a relationship relationship of cleansing skin behavior to the grading of acne vulgaris of the grade II student of SMKN 2 Bandar Lampung, meaningful because p = 0.007 <0.05.

Cleansing and maintain of hygiene the skin is possible to prevent from suffering acne vulgaris

(4)

0

HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT TERHADAP GRADINGACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG

Oleh BIANTI NURAINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 17 Juni 1992, sebagai anak kedua

dari dua bersaudara, dari Bapak Agus Budi Widayanto dan Ibu Sri Martiningsih.

Menyelesaikan Pendidikan di TK Cut Nyak Dien tahun 1998, SD Negeri

Karawaci Baru 4 Kota Tangerang tahun 2004, SMP Islamic Centre Tangerang,

dan SMA Islamic Centre Tangerang pada tahun 2010.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung (FK UNILA) melalui jalur ujian Mandiri (UM) Selama

menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina

(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Hirobbil’Alamin

Dengan penuh rasa syukur saya panjatkan kepada Allah Subhannahuwata’ala

Kupersembahkan sebuah karya yang sederhana ini

Sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus kepada

Orang-orang yang paling berharga di kehidupan saya

Yang telah mencintai, menyanyangi, dan

Memberikan dukungan

Serta doa yang tiada henti

Teruntuk Mamah Sri M dan Papah Agus BW, yang tak pernah berhenti

Mencurahkan cinta, kasih sayang dan kesabarannya dalam mendidik

Merawat, memperjuangkan serta mendoakan dengan tulus ikhlas

Kakakku tersayang yang selalu memberi semangat tiada henti

Seluruh keluarga besar

Sahabat-sahabat

Yang terkasih

Yang selalu memberi semangat dan motivasi tiada henti

(10)

MOTO

Lihatlah mereka yang lebih tidak beruntung daripada dirimu sehingga kau tidak mungkin tidak berpuas diri

atas keberuntungan yang diberikan Allah SWT kepadamu. (Nabi Muhammad SAW)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya

tanpa kehilangan semangat (Hayatu Rizki)

Pandanglah hari ini. Kemarin adalah mimpi

dan esok hari hanyalah sebuah visi namun hari ini yang sungguh nyata menjadikan kemarin sebagai mimpi bahagia

dan setiap hari esok sebagai visi harapan (Alexander Pope)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu

ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat

serta salam dijunjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi suri

tauladan hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT

TERHADAP GRADING ACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesmpatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir Hasriadi Mat Akin,. M.P, selaku Rektor Universitas Lampung.

2. dr. Muhartono, M.Kes.,Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3. dr. Arif Effendi,Sp.KK selaku pembimbing pertama yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan ilmu, membimbing, memberikan bantuan,

kritik dan saran serta nasihat yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat

(12)

4. dr. Khairun Nisa, M.Kes. AIFO sebagai pembimbing kedua yang telah

meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran, serta nasihat yang sangat

bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dr. Dyah Wulan S.R.W,. SKM. M.Kes selaku pembahas yang telah

memberikan saran dan kritik serta masukan demi kebaikan bagi skripsi ini.

6. dr. Reni Zuraida. M.Si selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan selama perkuliahan.

7. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak berjasa selama ini.

8. Hi. Ramli Jumaidi, ST.,M.Pd selaku kepala sekolah SMKN 2 Bandar

Lampung dan Pak Purba yang telah mengizinkan dan mensukseskan

penelitian saya. Dan terimakasih kepada siswa-siswa kelas 2 yang tidak bisa

saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu sampai berjalannya

penelitian.

9. Orangtuaku bapak Agus Budi Widayanto dan Mama Sri Martiningsih

tercinta. Terimakasih atas kasih sayang luar biasa, yang telah memberikan

dukungan, saran, semangat, tidak pernah lelah mendengarkan keluhan dan tak

pernah berhenti berdoa untukku serta selalu mendukung studiku ditengah

keterbatasan yang ada.

10. Terimakasih Mba Asri Rifkika dan Mas Hendry Prasetya kakaku tersayang

sangat membantu dan terus memberikan semangat.

11. Untuk teman seperjuangan Ani Yuli Yanti Puspitasari, Putri Fitriana, Mirna

(13)

Ariza, Andina Selia Nur, Meka Anggidian Primadina, Nur Safira Anandita,

Anwar Nuari, Kevin Tagor Pintor yang telah membantu dalam penelitian ini.

12. Terimakasih sahabat-sahabat terbaikku Cici Yuliana Sari, Putri Fitriana

Jeanna Salima, Putri Rinawati, Annisa Ratya, Magista Vivi Anisa, Aulia

Agristika, dan Gita Augesti yang telah menghibur, membawa keceriaan, dan

selalu bersama-sama selama menjalani studi di Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

13. Terimakasih teman-teman terbaikku yang telah membantu dalam penelitian

ini Ani Yuli Yanti Puspitasari, Putri Fitriana, dan Mirna Chandra Dewi..

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi perbaikan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat digunakan sebagai referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya,

seluruh civitas akademika serta masyarakat pembacanya.

Amin.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian... 4

1.3.1 Tujuan umum ... 4

1.3.2 Tujuan khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat bagi peneliti ... 4

1.4.2 Manfaat bagi peneliti lain ... 5

1.4.3 Manfaat bagi institusi ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Acne Vulgaris... 6

2.1.1 Pengertian ... 6

2.1.2. Klasifikasi ... 6

2.1.3 Epidemiologi ... 11

2.1.4 Etiopatogenesis ... 11

2.1.5 Manifestasi klinis ... 17

2.1.6 Diagnosis... 18

2.1.7 Pengobatan Acne Vulgaris ... 19

2.1.8 Pencegahan Acne Vulgaris... 20

2.1.9 Prognosis Acne Vulgaris ... 21

2.2 Kebersihan kulit wajah... 21

2.2.1 Tujuan menjaga kebersihan wajah ... 21

2.2.2 Cara dan kebiasaan menjaga kebersihan wajah ... 21

2.2.3 Frekuensi membersihkan wajah ... 22

2.2.4 Jenis pembersih wajah ... 23

2.3 Grading Acne Vulgaris ... 24

2.4 Kerangka Teori... 26

2.5 Kerangka konsep ... 26

2.6 Hipotesis... 27

2.6.1 H0 ... 27

(15)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ... 28

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1 Populasi Target ... 28

3.3.2 Populasi Terjangkau... 29

3.3.3 Sampel Penelitian... 29

3.3.4 Kriteria Inklusi ... 29

3.3.5 Kriteria Eksklusi ... 29

3.3.6 Cara Sampling... 29

3.3.7 Besar Sampel ... 29

3.4. Variabel Penelitian ... 30

3.4.1 Variabel bebas ... 30

3.4.2 Variabel terikat... 31

3.5. Cara pengumpulan data ... 31

3.5.1 Alat... 31

3.5.2 Jenis data ... 31

3.5.3 Cara Kerja ... 32

3.7. Alur Penelitian ... 32

3.8. Analisis data ... 33

3.9. Persetujuan Etik ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.2 Analisis Univariat... 34

4.3 Analisis Bivariat ... 35

4.4 Pembahasan... 37

4.4.1 Karakteristik Responden ... 37

4.4.2 Analisis Bivariat... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran... 43 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pillsbury (1963) dalam djuanda (2010) membuat gradasi ... 7

2. Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 ... 8

3. Klasifikasi Grading Acne Vulgaris ... 22

4. Definisi Operasional ... 27

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku ... 31

6. Karakteristik Responden Berdasarkan Grading Acne Vulgaris ... 32

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Etik Penelitian

Lampiran 2 Informed Consent & Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Hasil Data Validitas & Reabilitas

Lampiran 4 Hasil Data Univariat & Bivariat

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Teori……….. 22

2. Kerangka Konsep……….. 23

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(Tahir,

2010). Penyakit ini tidak fatal, cukup dapat merisaukan karena dapat

menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang akibat berkurangnya

keindahan pada wajah penderita Acne Vulgaris (Yuindartanto, 2009).

Catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia menunjukkan

terdapat 60% penderita Acne Vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun

2007 (Kabau, 2012). Prevalensi acne 80-100% pada usia dewasa muda, yaitu

14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Pada umumnya banyak

remaja yang bermasalah dengan acne, bagi mereka acne merupakan gangguan

psikis (Yuindartanto, 2009).

Acne Vulgaris merupakan penyakit peradangan pada folikel pilosebasea kulit

yang berperan dalam memproduksi sebum, hal ini sering terjadi pada usia

remaja (Zaenglein dkk, 2008). Umumnya acne dapat sembuh sendiri dan

biasanya mengenai usia remaja dan dewasa muda (Fulton, 2009). Masa

(20)

2

yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan

sosial. Acne sering menjadi tanda pubertas pertama dan dapat terjadi satu

tahun sebelum menarkhe atau haid pertama.

Predileksi AV terutama pada daerah wajah, bahu, lengan atas, dada, dan

punggung. Acne Vulgaris diketahui mempunyai empat dasar patogenesis

yaitu hiperproliferasi folikel pilosebasea, produksi sebum berlebih,

peradangan, dan keberadaan Propionibacterium acnes. Kombinasi faktor-

faktor tersebut memengaruhi proses pembentukan acne (Ayudianti &

Indramaya, 2010)

Penyebab AV sangat banyak (multifaktorial), antara lain yaitu faktor genetik,

ras, makanan, iklim, kebersihan, penggunaan kosmetik, kejiwaan atau

kelelahan. Gambaran klinis pada AV meliputi produksi minyak yang

berlebih, lesi non-inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup), dan lesi

inflamasi (papula dan pustula). Penderita biasanya mengeluhkan adanya ruam

kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista dan dapat disertai rasa

gatal (Harper, 2008). AV sering terjadi berdasarkan kerapatan dari unit

pilosebasea, meliputi antara lain sebagai berikut: wajah, dada bagian atas,

bahu, dan punggung. (Williams dkk, 2012).

Kebanyakan remaja khususnya pelajar SMK seringkali mengabaikan tentang

kebersihan wajah mereka, dan lebih mementingkan kegiatan pribadi. Saat

beraktivitas di luar ruangan, ekskresi keringat dan sebum meningkat ditambah

(21)

3

kotor dan berminyak. Hal ini dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri P.

acnes yang merupakan tempat tumbuh pada folikel pilosebasea.

Kebersihan wajah dapat mengurangi bakteri atau mikroorganisme dari

permukaan kulit dengan cara mengurangi sebum dan kotoran tanpa

menghilangkan lipid barrier kulit. Lipid barrier kulit berfungsi menjaga

homeostasis air, mencegah transepidermal water loss dan evaporasi air pada

lapisan epidermis sehingga mencegah terjadi dehidrasi, selain itu berfungsi

mencegah mikroorganisme atau bahan kimia masuk ke dalam kulit (Lam,

2010). Kebersihan wajah yang optimal didukung dengan cara perawatan kulit

wajah dengan menggunakan pembersih, penyegar, dan penipis wajah

(Draelos, 2006 & Mukhopadhyay, 2011).

Perawatan kulit pada penderita AV dilakukan dengan cara mengurangi

produksi lemak kulit, mengurangi obstruksi duktus pilosebasea, mencegah

bakteri masuk dalam folikel pilosebasea, dan mengusahakan berkurangnya

peradangan. kebersihan kulit wajah merupakan hal yang penting dalam

menunjang keberhasilan pengobatan AV (Legiawati, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dede Chrisna

(2013) terdapat hubungan antara kebersihan wajah dengan Acne Vulgaris

pada siswa SMA Negeri 3 Klaten. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi

Rahmawati (2012) didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara frekuensi

membersihkan wajah dengan timbulnya Acne Vulgaris pada siswa SMKN 4

(22)

4

timbulnya Acne Vulgaris sedangkan berdasarkan teori bahwa semakin sering

seseorang membersihkan wajah maka semakin rendah angka kejadian Acne

Vulgaris karena membersihkan wajah secara teratur dapat mengurangi

minyak yang berlebih serta mengangkat sel kulit mati pada wajah. Oleh sebab

itu, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh perilaku membersihkan kulit

terhadap grading Acne Vulgaris pada siswa kelas 2 di SMKN 2 Bandar

Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap grading Acne

Vulgaris pada siswa kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan perilaku membersihkan

kulit terhadap Grading Acne Vulgaris?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan perilaku

2. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan Acne Vulgaris

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dapat memperoleh informasi dan pengalaman dalam perencanaan,

pelaksanaan serta penyusunan hasil penelitian mengenai hubungan

perilaku membersihkan kulit terhadap grading acne vulgaris di

(23)

5

1.4.2 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam

pengembangan informasi penelitian yang berkaitan dengan hubungan

perilaku membersihkan kulit terhadap grading acne vulgaris.

1.4.3 Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan

masukan tentang hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap

(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Acne Vulgaris

2.1.1 Pengertian

Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari

folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista,

dan pustula (Tahir, 2010).

2.1.2 Klasifikasi

Selama ini, tidak terdapat standar internasional untuk pengelompokan

dan sistem grading pada acne. Hal ini sering menimbulkan kesulitan

dalam pengelompokan acne. Saat ini, terdapat lebih dari 20 metode

yang digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan acne.

Klasifikasi acne yang paling ‘lampau’ adalah klasifikasi oleh

Pillsburry pada tahun 1963 yang mengelompokkan acne menjadi 4

skala berdasarkan perkiraan jumlah, tipe lesi, luas dan kulit yang

terlibat (Barratt dkk., 2009).

Berdasarkan keparahan klinis akne vulgaris dibagi menjadi ringan,

sedang dan berat. Klasifikasi dari bagian Ilmu penyakit kulit dan

kelamin FKUI / RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo sebagai berikut :

(25)

7

a. Ringan, bila:

- beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi

- sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi

- sedikit tempat beradang pada 1 predileksi.

b. Sedang, bila:

- banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi

- beberapa lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi

- beberapa lesi beradang pada 1 predileksi.

c. berat, bila:

- banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi.

- banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi.

Dalam klasifikasi ini dikatakan sedikit apabila jumlah < 5, beberapa

5-10 dan banyak >5-10 lesi. Tak beradang meliputi komedo putih, komedo

hitam dan papul. Sedangkan beradang meliputi pustul, nodus dan kista.

(26)

8

Gambar 2. Acne derajat sedang (Rook et al.,2010).

Gambar 3. Acne derajat berat (Rook et al., 2010

Sedangkan gradasi Acne Vulgaris menurut Pillsbury adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Pillsbury (1963) dalam Djuanda (2010) membuat gradasi sebagai berikut:

Gradasi Keterangan Gradasi Acne Vulgaris

1 Komedo dimuka

2 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka

3 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka, dada dan punggung

(27)

9

Klasifikasi lainnya yang dinyatakan oleh Plewig dan Kligman (1975)

dalam Djuanda 2010, yang mengelompokkan Acne Vulgaris menjadi:

1. Acne komedonal

a. Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah

b. Grade 2: 10-25 komedo pada tiap sisi wajah

c. Grade 3: 25-50 komedo pada tiap sisi wajah

(28)

10

2. Acne papulopustul

a. Grade 1: Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah

b. Grade 2: 10-20 lesi pada tiap sisi wajah

c. Grade 3: 20-30 lesi pada tiap sisi wajah

d. Grade 4: Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah

3. Acne konglobata

Klasifikasi ASEAN menurut Plewig dan Kligman (1975) dalam buku

Acne Morphogenesis and Treatment dalam Djuanda (2010) acne

diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:

1.Acne Vulgaris dan variannya yaitu acne tropikalis, acne fulminan,

pioderma fasiale, acne mekanika dan lainnya.

2.Acne Venenata akibat kontaktan eksternal dan variannya yaitu acne

kosmetika, acne pomade, acne klor, acne akibat kerja, dan acne

diterjen.

3.Acne komedonal akibat agen fisik dan variannya yaitu solar

comedones dan acne radiasi (sinar X, kobal).

Klasifikasi ASEAN grading Lehmann yang mengelompokkan acne

menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2. Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 (Wasitaatmadja, 2010).

Derajat Komedo Papul / pustul Nodul

Ringan <20 <15 Tidak ada

Sedang 20-100 15-50 <5

(29)

11

2.1.3 Epidemiologi

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka

sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis

dan pada masa remajalah Acne Vulgaris menjadi salah satu problem.

Umumnya prevalensi jerawat 80-100% pada usia dewasa muda yaitu

14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria. Diketahui pula

bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita Acne

Vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika) dan

lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro

(Wasiaatmadja, 2007).

Pada umumnya banyak remaja yang bermasalah dengan jerawat, bagi

mereka jerawat merupakan gangguan psikis (Ayudianti & Indramaya,

2010). Sedangkan menurut Catatan Kelompok Studi Dermatologi

Kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita Acne

Vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007 (Kabau, 2012).

2.1.4 Etiopatogenesis

Etiologi Acne Vulgaris belum diketahui secara pasti. Secara garis

besar terdapat empat faktor yang berperan dalam patogenesis Acne

Vulgaris yaitu:

1. Peningkatan produksi sebum

Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu

kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih

(30)

12

dengan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar sebasea dan

produksi sebum berada di bawah pengaruh hormon androgen.

Pada penderita acne terdapat peningkatan konversi hormon

androgen yang normal beredar dalam darah (testoteron) ke bentuk

metabolit yang lebih aktif (5>alfa dehidrotestoteron).

Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan

akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.

Meningkatnya produksi sebum pada penderita acne disebabkan

oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ

hyperresponse) pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal

androgen dalam darah, sehingga terjadi peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya

acne. Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi acne hanya

ditemukan di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar sebasea.

2. Keratinisasi folikel

Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan olah adanya

penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat

disebabkan oleh bertambahnya produksi korneosit pada saluran

pilosebasea, pelepasan korneosit yang tidak adekuat, atau dari

kombinasi kedua faktor. Bertambahnya produksi korneosit dari

sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat

hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam

(31)

13

Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan–bahan yang dapat

menimbulkan peradangan. Walaupun asam linoleik merupakan

unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga

berpengaruh pada patogenesis acne. Kadar sterol bebas juga

menurun pada komedo sehingga terjadi keseimbangan antara

kolesterol bebas dengan kolesterol sulfat, sehingga adhesi

korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi retensi

hiperkeratosis folikel.

3. Kolonisasi Saluran Pilosebasea dengan Propionibacterium acnes

Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat pada patogenesis acne

adalah Corynebacterium Acnes (Proprionibacterium Acnes),

Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale (Malassezia

furfur). Adanya seborea pada pubertas biasanya disertai dengan

kenaikan jumlah Corynebactirium Acnes, tetapi tidak ada hubungan

antara jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran

pilosebasea dengan derajat hebatnya acne. Dari ketiga macam

bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis acne.

Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup

sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang

peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing–

masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam di dalam folikel (resident

bacteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan

(32)

14

Menurut hipotesis Saint-Leger, skualen yang dihasilkan oleh

kelanjar sebasea dioksidasi di dalam folikel dan hasil oksidasi ini

menjadi penyebab terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel

berkurang dan akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium Acnes.

Bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel

akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen sehingga

oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan

peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan bahwa acne

hanya dapat terjadi pada beberapa folikel sedangkan folikel yang

lain tetap normal

4. Inflamasi

Faktor yang menimbulkan peradangan pada acne belum diketahui

dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk

yang dihasilkan oleh Corynebacterium Acnes, seperti lipase,

hialuronidase, protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang

peranan penting pada proses peradangan. Faktor kemotatik yang

berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen untuk

bekerja aktif) bila keluar dari folikel dapat menarik leukosit nukleus

polimorf (PMN) dan limfosit. Bila masuk ke dalam folikel PMN

dapat mencerna Corynebacterium Acnes dan mengeluarkan enzim

hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel pilosebasea.

Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.

Bahan keratin yang sukar larut yang terdapat di dalam sel tanduk

serta lemak dari kelenjar sebasea dapat menyebabkan reaksi non

(33)

15

permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh Corynebacterium

Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif

(classical and alternative complement pathways). Respon pejamu

terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibodi terhadap

Corynebacterium Acnes juga meningkat pada penderita acne yang

berat (Tahir, 2010).

Menurut Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan

Permasalahannya 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya acne adalah:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap

kemungkinan seseorang menderita acne. Penelitian di Jerman

menunjukkan bahwa acne terjadi pada 45% remaja yang

salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne, dan

hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita acne.

(Ayudianti & Indramaya, 2010)

2. Kebersihan wajah.

Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi

kejadian Acne Vulgaris pada remaja (Nami, 2009).

3. Faktor ras.

Warga Amerika yang berkulit putih lebih banyak menderita

acne dibandingkan dengan ras yang berkulit hitam dan acne

(34)

16

4. Hormonal

Hormonal dan keringat yang berlebih dapat mempengaruhi

keparahan dari acne. Beberapa faktor fisiologis seperti

menstruasi dapat mempengaruhi timbulnya atau

memperparah acne. Rata-rata 60-70% wanita yang

mengalami masalah acne menjadi lebih parah beberapa hari

sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah

menstruasi dan lesi acne menjadi lebih aktif rata-rata satu

minggu sebelum menstruasi yang disebabkan oleh hormon

progesteron. Hormon estrogen dalam kadar tertentu dapat

menghambat pertumbuhan acne karena hormon tersebut

dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari

kelenjar hipofisis dan hormon Gonadotropin mempunyai efek

menurunkan produksi sebum sehingga dapat menghambat

pertumbuhan Acne Vulgaris (Nguyen dkk.,2007).

5. Diet.

Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan

asupan total kalori dan jenis makanan, karena hal tersebut

tidak dapat menimbulkan acne tetapi mengkonsumsi coklat

dan makanan berlemak secara berlebihan dapat memperparah

terjadinya Acne Vulgaris.

6. Iklim.

Cuaca yang panas dan lembab dapat memperparah acne.

(35)

17

terjadinya acne dan pajanan sinar matahari yang berlebihan

dapat memperburuk acne.

7. Lingkungan

Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di

daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di

pedesaan.

8. Stres.

Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita

stres emosional.

Mekanisme yang tepat dari proses acne tidak sepenuhnya

dipahami, namun lebih sering disebabkan oleh sebum berlebih,

hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Selain itu

androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam

proses terjadinya acne (Thiboutot, 2008).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Lesi utama acne adalah mikrokomedo atau mikrokomedone, yaitu

pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes.

Sedangkan lesi acne lainnya dapat berupa papul, pustul, nodul, dan

kista. Predileksi acne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan

lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit

tampak sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang bagian

ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head

karena secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis (Baumann

(36)

18

Acne baik itu ada atau tidak adanya inflamsi dapat menimbulkan scar.

Scar karena acne terdiri dari empat tipe yaitu, scar icepick, rolling,

boxcar dan hipertropik. Scar icepick adalah scar yang dalam dan

sempit, dengan bagian terluasnya berada pada permukaan kulit dan

semakin meruncing menuju satu titik ke dalam dermis. Scar rolling

adalah scar yang dangkal, luas, dan tampak memiliki undulasi. Scar

boxcar adalah scar yang luas dan berbatas tegas. Tidak seperti scar

icepick, lebar permukaan dan dasar scar boxcar adalah sama. Pada

beberapa kejadian yang jarang, terutama pada truncus, scar yang

terbentuk dapat berupa scar hipertropik (Zaenglein dkk., 2008).

2.1.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding Acne Vulgaris antara lain yaitu:

a. Erupsi akneiformis

Disebabkan oleh obat (kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida,

bromida, difenil hidantoin). Berupa erupsi papulo pustul

mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dapat

disertai demam.

b. Acne rosasea adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah

dengan predileksi di hidung dan pipi. Gambaran klinis acne

rosasea berupa eritema, papul, pustul, nodul, kista, talengiektasi

dan tanpa komedo.

c. Dermatitis perioral adalah dermatitis yang terjadi pada daerah

sekitar mulut sekitar mulut dengan gambaran klinis yang lebih

(37)

19

d. Moluskulum kontagiosum merupakan penyakit virus, bila lesinya

di daerah seborea menyerupai komedo tertutup.

e. Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang disebabkan

oleh Staphylococcus sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa

gatal di daerah rambut berupa makula eritem disertai papul atau

pustul yang ditembus oleh rambut (Afriyanti, 2015)

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis Acne Vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit,

tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun

komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan

diagnosis Acne Vulgaris (Wolff dan Johnson, 2009). Selain itu, dapat

pula ditemukan papul, pustul, nodul dan kista pada daerah–daerah

predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum,

pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita

Acne Vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya hyperandrogenism

(Zaenglein dkk., 2008).

2.1.7 Pengobatan Acne Vulgaris

Pengobatan acne dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:.

a) Pengobatan topikal

Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan

(38)

20

lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas

kulit, antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba

dalam folikel Acne Vulgaris, anti peradangan topikal dan lainnya

seperti atil laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan

jasad renik (Burns dkk.,2005).

b) Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik dilakukan terutama untuk menekan

pertumbuhan jasad renik di samping itu juga mengurangi reaksi

radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi

perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti

bakteri sistemik, obat hormonal untuk menekan produksi

androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target

di kelenjar sebasea, vitamin A dan retinoid oral sebagai

antikeratinisasi dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid

(Burns dkk.,2005).

2.1.8 Pencegahan Acne Vulgaris

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah

sebagai berikut:

a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan

cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan

perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari

kotoran.

b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya pola hidup

(39)

21

secukupnya, menghindari memicu terjadinya kelenjar minyak

berlebih misalnya minuman keras, pedas, dan rokok.

c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai

penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama

pengobatannya serta prognosisnya (Wasitaatmadja, 2007).

2.1.9 Prognosis Acne Vulgaris

Umumnya prognosis acne baik dan umumnya sembuh sebelum

mencapai usia 30-40an. Acne Vulgaris jarang terjadi sampai gradasi

yang sangat berat sehingga memerlukan rawat inap di Rumah Sakit

(Wasitaatmadja, 2007).

2.2 Kebersihan Kulit Wajah

2.2.1 Tujuan Menjaga Kebersihan Wajah

Tujuan dalam menjaga kebersihan kulit wajah adalah untuk

menghilangkan sel–sel kulit mati dan minyak berlebih, keringat,

kotoran dan sisa kosmetik (Grimes, P.E., 2009). Pada saat melakukan

tindakan membersihkan kulit wajah dari sebum dan kotoran harus

agar tetap mempertahankan kelembaban yang adekuat dan menjaga

integritas stratum korneum kulit (Handa S, 2012).

2.2.2 Cara dan Kebiasaan Menjaga Kebersihan Wajah

Mandi dan mencuci wajah dapat mengangkat kelebihan minyak pada kulit dan meluruhkan sel–sel kulit mati. Namun mencuci wajah juga

(40)

22

atau mencuci wajah menggunakan sabun dapat mengiritasi kulit dan

membuat kulit menjadi kering (Alsop R., 2008).

Kebiasaan membersihkan wajah dapat dilakukan dengan cara kedua

telapak tangan secara sirkuler selama 10 detik dan bilas dengan air

hingga bersih (Kern, 2010), dengan demikian minyak yang berlebih

akan berkurang dan sel kulit mati akan terangkat.

Pengaplikasian sabun wajah atau pembersih yaitu pada wajah dan

leher dengan gerakan mengusap dan melingkar (effleurage danrotatie)

dengan menggunakan ujung jari secara halus, cara membersihkan

bagian leher dengan gerakan dari tengah ke samping kemudian dari

atas ke bawah. Arah pemakaian sabun atau pembersih wajah yaitu

dengan gerakan ke atas, dengan maksud agar kulit tidak tertarik ke

bawah yang dapat menyebabkan kulit wajah mengendur dan untuk

membuka pori-pori kulit agar kotoran mudah dibersihkan (Kraft, J.,

Freiman, A. 2011)

2.2.3 Frekuensi membersihkan wajah

Sebagaian besar orang percaya bahwa Acne Vulgaris disebabkan oleh

kulit yang kotor, padahal jika kita hanya membersihkan saja tidak

akan mengatasi masalah pada kulit. Selain itu, membersihkan wajah

secara berlebihan dengan produk-produk seperti alkohol-based

cleanser dan scrub dapat mengiritasi kulit lebih jauh dan

memperparah Acne Vulgaris, sebenarnya dalam membersihkan wajah

(41)

23

lembut untuk mengurangi minyak yang berlebih dan mengangkat kulit

mati (Fulton, James, 2010)

Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian Fulton, didapatkan

responden yang menderita Acne Vulgaris dengan frekuensi wajah

berhubungan linier dimana semakin sering membersihkan wajah maka

semakin rendah angka kejadian Acne Vulgaris dan yang

membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari angka kejadian acne

hanya 2% (Fulton, Jame., 2010).

2.2.4 Jenis Pembersih Wajah

Membersihkan wajah hanya menggunakan air tanpa menggunakan

sabun pastinya kurang bersih serta terasa kotoran masih melekat

karena air tidak bisa membersihkan minyak dan kotoran. Sehingga

dibutuhkan beberapa jenis pembersih wajah untuk membersihkan

wajah dari kotoran yang melekat serta berfungsi mengangkat sel-sel

kulit mati. Adapun jenis bahan pembersih yang digunakan yaitu,-

1. Bahan dasar padat: masker

2. Bahan dasar minyak: krim pembersih, susu pembersih

3. Bahan dasar air dan alkohol: face tonic, penyegar (Draelos, Z.D,

2006).

Bahan pembersih yang sering digunakan adalah sabun. Sabun adalah

pembersih dengan bahan dasar air yang mempunyai kandungan

surfaktan (surface active substance) Surfaktan dapat membersihkan

(42)

24

kimia yang terkandung dalam surfaktan bekerja mengurangi tegangan

permukaan jaringan sehingga akan mempercepat daya pembersih

kulit. surfaktan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Surfaktan kationik: merupakan campuran amonium. Banyak

ditemukan pada produk–produk perawatan kulit yang sifatnya

kurang baik ditoleransi oleh kulit.

2. Surfaktan anionik: surfaktan jenis ini beredar di pasaran karena

efek detergennya baik.

3. Sodium amfoterik: surfaktan ini banyak digunakan pada sampo,

ditoleransi baik oleh kulit.

4. Surfaktan non ionik: surfaktan yang tidak bermuatan, ditoleransi

baik dibandingkan tipe lain tetapi kemampuan membentuk busa

tidak sebaik yang lain (Birawan, I.M., 2011).

2.3 GradingAcne Vulgaris

Acne vulgaris (AV) merupakan penyakit kulit tersering yang ditangani oleh

dokter kulit. AV adalah penyakit pada bagian pilosebasea dengan

karakteristik klinis berupa seborea, komedo, papul, pustul, nodul dan pada

beberapa kasus sebagai jaringan parut meski mudah untuk mendiagnosis

polymorphic alamiah dari Acne Vulgaris dan kelanjutan yang bervariasi yang

tidak dapat dianggap simpel atau mudah dalam menentukan severitas dari

Acne Vulgaris (Tahir, 2010).

Metode pengukuran grading AV termasuk klasifikasi yang simpel

(43)

25

instrument yang kompleks seperti: fotography, fluorescan fotography, video

microscopy dan pengukuran produksi sebum. Oleh karena itu, yang sering

digunakan adalah grading dan penghitungan jumlah lesi.

Grading adalah metode subjektif dimana menentukan keparahan Acne

Vulgaris berdasarkan observasi dan lesi yang dominan, mengevaluasi ada

atau tidaknya inflamasi dan perkiraan tingkat lanjut dari lesi. Cara

menentukan grading Acne Vulgaris secara keseluruhan dengan cara

menghitung lesi kemudian dicatat jumlahnya, tipe lesi acne dan ditentukan

secara keseluruhan (Strauss et al., 2007).

Menurut Pillsbury (1963) dalam Djuanda (2010) membuat gradasi Acne Vulgaris

sebagai berikut:

Gradasi Keterangan Gradasi Acne Vulgaris

1 Komedo dimuka

2 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka

3 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka, dada dan punggung

(44)

26

2.4 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka disusun kerangka teori sebagai

[image:44.595.134.499.141.528.2]

berikut:

Gambar 1. Kerangka Teori (Siregar RS, 2005)

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Kebersihan kulit

 Cara dan kebiasaan menjaga kebersihan wajah

 Frekuensi membersihkan wajah  Jenis pembersih wajah

Faktor resiko dan etiologil  Diet  Genetik  Psikis Pencegahan  Menghindari faktor pencetus  Pola hidup

sehat  Membersihka

n wajah  Pengobatan

Acne Vulgaris

Grading Acne Vulgaris:

 Grade 1  Grade 2  Grade 3  Grade 4 Acne Vulgaris

Perilaku Membersihkan Kulit

Grading Acne Vulgaris

[image:44.595.170.439.620.663.2]
(45)

27

2.6 Hipotesis

2.6.1 H0

Tidak terdapat hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap

Grading Acne Vulgaris.

2.6.2 Ha

Terdapat hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap Grading

(46)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan

untuk mengetahui hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap Grading

Acne Vulgaris pada siswa kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung.

3.2.Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2015.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMKN 2 Bandar Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Target

Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan

hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi target dari penelitian ini

(47)

29

3.3.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target dapat dijangkau

oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi terjangkau dari penelitian

ini adalah siswa pelajar kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung yang

bersedia sampai dengan dilakukannya proses penelitian.

3.3.3 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah siswa pelajar kelas 2 di SMKN 2 Bandar

Lampung yang memenuhi kriteria inklusi subyek penelitian.

3.3.4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi penelitian ini adalah:

1) Terdaftar sebagai Pelajar kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung

2) Jenis kelamin laki-laki

3) Bersedia menandatangani informed consent.

3.3.5 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi penelitian ini adalah pelajar kelas 2 SMKN 2 Bandar

Lampung yang menderita penyakit kulit di wajah seperti: dermatitis

kontak, varicela, alergi yang mengakibatkan timbulnya jerawat.

3.3.6 Cara Sampling

Metode pengambilan sampel yang akan digunakan penelitian adalah

simple random sampling (Notoadmodjo, 2010).

3.3.7 Besar Sampel

(48)

30 2 . 2 ) ( d pq Z

N  

Ket :

z α = Distribusi z terhadap tingkat kepercayaan 95 % = 1,96

p = proporsi penyakit 80% = 0,8

q = (1- p) = 0,2

d = tingkat ketepatan absolut , ditetapkan 5% = 0,05

Besar sampel minimalnya :

2 . 2 ) ( d pq Z

N  

= 2 ) 05 , 0 ( 2 , 0 . 8 , 0 . 2 ) 96 , 1 ( = 025 , 0 16 , 0 . 8146 , 3 = 0025 , 0 614656 , 0

= 246 sampel

Sampel pada penelitian ini adalah 246 responden

3.4Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian

(Notoadjmojo, 2010).

3.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku membersihkan

(49)

31

3.4.2 Variabel terikat

[image:49.595.109.516.164.364.2]

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah grading acne vulgaris.

Tabel 4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Kategori

Pengukuran Skala

1. Acne Vulgaris Penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo terbuka (black head), komedo tertutup (white head), papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat predileksinya

Nilai ukur :  1= Grade 1  2=Grade 2  3=Grade 3

Ordinal

2. Perilaku

kebersihan kulit wajah

Dimana yang berperilaku tidak baik membersihkan wajah mendapatkan skoring 0-6,

sedangkan yang berperilaku baik dalam membersihkan wajah mendapatkan skoring 7-12.

Nilai ukur :  1 =Ya (teratur)  0 = Tidak (tidak

teratur)

Nomial

3.5Cara pengumpulan data

3.5.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah diuji validitas dan

reabilitasnya. Pengujian reliabilitas koesioner dilakukan pengujian

internal dengan menguji coba kuesioner hanya satu kali, kemudian

dilakukan analisis untuk memprediksi reliabilitas kuesioner.

3.5.2 Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dengan cara

pengisian kuesioner oleh responden dan dalam pengisian kuesioner

(50)

32

3.5.3 Cara Kerja

Penelitian ini dilakukan pada Pelajar kelas2 SMKN 2 Bandar

Lampung.Akan dilakukan permintaan persutujuan penelitian

(informed consent)dan diberikan lembar kuesioner dimana

pengisiannya dipandu oleh peneliti.

Bentuk kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data

adalah bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan variasi

pertanyaan berupa dikotomi (jawaban Ya atau Tidak), yang mana dari

beberapa jawaban yang disediakan responden hanya memilih satu

diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya dan multiple choice yang

mana dari beberapa pertanyaan bisa memilih beberapa jawaban sesuai

dengan pendapatnya.

[image:50.595.209.454.460.704.2]

3.6Alur Penelitian

Gambar 1. Alur Penelitian

Permintaan Persetujuan sebagai responden pada pelajar kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung

Pemilahan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

Hasil

(51)

33

3.7Analisis data

Setelah data terkumpul, dilakukan :

1. Pengecekan terhadap data–data yang terdapat pada kuesioner.

2. Melakukan seleksi terhadap data–data yang telah terkumpul, pada tahap

ini dilakukan penilaian apakah sampel masuk ke dalam kriteria inklusi

atau eksklusi.

3. Dilakukan analisis data.

Analisis data antara variabel membersihkan kulit wajah terhadap grading acne

vulgaris dilakukan uji hipotesa dengan analisis bivariat chi square.

3.8Persetujuan Etik

Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung untuk mendapatkan surat persetujuan etik

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak

berperilaku membersihkan kulit yaitu pada 163 responden dan siswa kelas

2 SMKN 2 Bandar Lampung yang berperilaku membersihkan kulit yaitu

sebanyak 83 responden.

2. Sebagian besar siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak

berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1

yaitu sebanyak 49 responden (30,1%), sedangkan yang berperilaku

membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1 sebanyak 39

responden (47,0%). Siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak

berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 2

yaitu sebanyak 89 responden (54,6%), sedangkan yang berperilaku

membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 2 sebanyak 40

responden (48,2%). Siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak

berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 3

yaitu sebanyak 25 responden (15,3%), sedangkan yang berperilaku

membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 3 sebanyak 4

(53)

43

3. Terdapat hubungan bermakna perilaku membersihkan kulit terhadap

grading acne vulgaris pada siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung

dengan p-value= 0,007.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan, dapat melanjutkan penelitian untuk

menilai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian acne

vulgaris.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan pengaruh

perilaku membersihkan kulit terhadap grading acne vulgaris dengan design

rancangan yang lebih baik (seperti case-control, cohort) untuk

menjelaskan kuatnya hubungan.

3. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan regresi logistic untuk

menghindari bias dalam penelitian.

4. Untuk siswa pelajar SMKN 2 diharapkan untuk selalu membersihkan dan

mempertahankan perilaku kebersihan pada kulit terutama wajah agar dapat

mengurangi terjadinya jerawat.

5. Perlu adanya penyuluhan kepada siswa SMKN 2 Bandar Lampung agar

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Alsop, R., 2008. Cara dan Kebiasaan Membersihkan Wajah. Acne Vulgaris.

InnovAiT. 1. 7:470-73.

Ayudianti, P. & Indramaya, D.M., 2010. (Retrospective Study : Factors Aggravating Acne Vulgaris). Faktor Pencetus Akne Vulgaris, 26/No. 1, pp.41–47.

Baumann L, Keri J. Acne (Type 1 sensitive skin). In : Baumann L, Saghari S, Weisberg E, eds. Cosmetic dermatology principles and practice. 2nd ed. New York: Mc Graw Hill; 2009. 121-7.

Barratt, H., Hamilton, F., Car, J., Lyons, C., Layton, A., Majeed, A. 2009. Outcome measures in acne vulgaris: systematic review. British Journal of Dermatology, 160:132-6.

Birawan, I.M., 2011. Hubungan Antara Interleukin-8 (IL-8) dengan Derajat Keparahan Acne Vulgaris. Universitas Udayana Denpasar. PhD Thesis.

Burns T, Graham B, Brown. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Edisi Ke-3.Jakarta:Erlangga.

Bruggemann, H. 2005. Insights in the Pathogenic Potential of Propionibacterium acnes From Its Complete Genome. Semin Cutan Med Surg 24:67-72

Djuanda. Ardhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Jilid III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Djuanda A . 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .Edisi Ke-5 . Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Draelos, Z.D., 2013. Modern Moisturizer Myths, Misconception, and Truths.

Cutis;91: 308-14.

Draelos, Z.D., 2012. Dermatologists, Patients, Consumers, and Suncreens. Cos Derm; 25: 8-10.

(55)

Febri, dede chrisna, 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hubungan antara kebersihan kulit wajah dengan kejadian acne vulgaris pada siswa SMAN 3 Klaten, 53, pp.1689–1699.

Fulton, James., 2010. Acne Vulgaris. Medscape. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview [Accessed:

March 11,2013]

Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J., editors.

Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th. Ed. New York:

McGraw-Hill. P. 687-90.

Grimes, P.E., 2009. Efficacious and Safe Cosmetic Procedures in Skin of Color.

Cos Derm;22: 253-59.

Handa, S., 2012. Propionibacterium Infections. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/226337-overview [Accessed: March 14, 2013]

Harper JC. 2008. Acne Vulgaris. Available from: eMedicine Specialities USA.

Kabau S. 2012. Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian AkneVulgaris. Semarang : Jurnal Media Medika Muda.43(4):32-6.

Kurutas, E.B., Arican, O., Sasmaz, S. 2005. Superoxide Dismutase and Myeloperoxidase activities in Polymorphonuclear Leucocytes in Acne Vulgaris. ActaDermatoven APA 14: 39-42.

Kern, D.W., 2010. How to Wash Your Face. Available from: http://www.acne.org/wash-face.html [Accessed: March 12, 2013]

Kraft, J., Freiman, A. 2011. Management of Acne. CMAJ. pp 183-7.

Lam, A.T.H. 2010. Lipids in Skin Barrier Fucntion.Skin and Allergy Specialists.

Colorado

Luh, N.I. & Eva, P., 2012. Persepsi siswa smp dalam penerapan phbs tatanan sekolah di kelurahan tugu dan pasir gunung selatan kota depok tesis. tesis.

Miura, Y., Ishige, I., Soejima, N., Suzuki, Y., Uchida, K., Kawana, S., Eishi, Y. 2010. Quantitative PCR of Propionibacterium acnes DNA in samples aspirated from sebaceous follicles on the normal skin of subjects with or without acne. J Mes DentSci, 57:65-74.

(56)

Nami, U., 2009. Hubungan Tingkat Stress Dan Kebersihan Diri dengan Akne vulgaris. Available from: http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2009-utaminami-1126 [ Accessed: April 17, 2010]

Nelson, A.M., Thiboutot, D.M. 2008. Biology of Sebaceous Glands. In : Wolff, K.,

Perry, A.L., Lambert, P.A,. 2006. Propionibacterium acnes. Available from: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1472-765X.2006.01866.x/pdf [Accessed: March 16, 2013]

Rook A, Wilkinson DS, Ebling TY. Textbook of Dermatology, eighth edition. Oxford, London, Edinburgh, Melbourne: Blackweli Scient PubI vol. 2, 2010: 1306–14

Tjekyan SRM. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika Indonesiana. 43(1): 2-8.

Wasitaatmadja, S.M. 2010. Acne: Clinical sign, classification and grading. Dalam : Makalah National Symposium and workshop in cosmetoc dermatology: Acne newconcepts and challenges. Jakarta.

Williams, H. C., Dellavalle P. R., Garner, S., 2012. Acne Vulgaris. Lancet;379: 361-72

Wolff K, Johnson R. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. USA: McGraw Hill Professional.

Yuindartanto, A.(2009). Acne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Available from:

http://yumizone.wordpress.com/2009/01/07/acne/[Diakses : 25 September 2014]

Gambar

Gambar 1. Acne derajat ringan (Rook et al.,2010).
Tabel 1. Pillsbury (1963) dalam Djuanda (2010) membuat gradasi sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 (Wasitaatmadja, 2010).
Gambar 2. Kerangka Konsep
+3

Referensi

Dokumen terkait