ABSTRAK
HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT TERHADAP GRADING ACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG
Oleh Bianti Nuraini
Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula. Penyakit ini tidak fatal, cukup dapat merisaukan karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang akibat berkurangnya keindahan pada wajah penderita Acne Vulgaris. Desain dalam penelitian ini menggunakan Cross Sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat Chi-Square. Dari analisis diperoleh bahwa dari Siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 2 yaitu sebanyak 89 responden (54,6%), sedangkan yang berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 2 sebanyak 40 responden (48,2%), siswa yang tidak berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1 yaitu sebanyak 49 responden (30,1%), sedangkan yang berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1 sebanyak 39 responden (47,0%), dan Siswa yang tidak berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 3 yaitu sebanyak 25 responden (15,3%), sedangkan yang berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 3 sebanyak 4 responden (4,8%). Terdapat hubungan antara perilaku kebersihan kulit terhadap grading acne vulgaris bermakna karena p=0,007<0,05. Sarannya untuk meningkatkan perilaku kebersihan kulit pada siswa SMKN 2 Bandar Lampung
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF CLEANSING SKIN BEHAVIOR TO THE GRADING OF ACNE VULGARIS OF THE GRADE II STUDENT OF SMKN II BANDAR
LAMPUNG
By Bianti Nuraini
Acne Vulgaris (AV) is a chronic inflammatory of the pilosebaceous follicles with the characterized by comedo, papules, cysts and pustules. This disease is not a fatal disease, but the impact of the acne vulgaris can be unsettling and decreasing confidence of the Acne Vulgaris patient, because of lack attractive appearance. The design of this research used cross sectional, it is an observational study that involves the independent variables and dependent variable collected, analyzed or measured at the same times. The analysing of the data is an use univariate and a bivariate Chi-Square. The data analysis of the Grade II Student Of SMKN 2 Bandar Lampung was found, It does not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 2 were 89 responden (54,6%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 40 responden (48,2%), the student were behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 1 were 49 responden (30,1%), in which the student who does not behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 1 were 39 responden (47,2%), and the student were not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 3 were 25 responden (15,3%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 4 responden (4,8%). There is a relationship relationship of cleansing skin behavior to the grading of acne vulgaris of the grade II student of SMKN 2 Bandar Lampung, meaningful because p = 0.007 <0.05.
Cleansing and maintain of hygiene the skin is possible to prevent from suffering acne vulgaris
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF CLEANSING SKIN BEHAVIOR TO THE GRADING OF ACNE VULGARIS OF THE GRADE II STUDENT OF SMKN II BANDAR
LAMPUNG
By Bianti Nuraini
Acne Vulgaris (AV) is a chronic inflammatory of the pilosebaceous follicles with the characterized by comedo, papules, cysts and pustules. This disease is not a fatal disease, but the impact of the acne vulgaris can be unsettling and decreasing confidence of the Acne Vulgaris patient, because of lack attractive appearance. The design of this research used cross sectional, it is an observational study that involves the independent variables and dependent variable collected, analyzed or measured at the same times. The analysing of the data is an use univariate and a bivariate Chi-Square. The data analysis of the Grade II Student Of SMKN 2 Bandar Lampung was found, It does not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 2 were 89 responden (54,6%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 40 responden (48,2%), the student were behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 1 were 49 responden (30,1%), in which the student who does not behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 1 were 39 responden (47,2%), and the student were not behave to cleansing the skin was suffer from acne Vulgaris grade 3 were 25 responden (15,3%), in which the student who behave cleansing the skin suffering from acne vulgaris grade 2 were 4 responden (4,8%). There is a relationship relationship of cleansing skin behavior to the grading of acne vulgaris of the grade II student of SMKN 2 Bandar Lampung, meaningful because p = 0.007 <0.05.
Cleansing and maintain of hygiene the skin is possible to prevent from suffering acne vulgaris
0
HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT TERHADAP GRADINGACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG
Oleh BIANTI NURAINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 17 Juni 1992, sebagai anak kedua
dari dua bersaudara, dari Bapak Agus Budi Widayanto dan Ibu Sri Martiningsih.
Menyelesaikan Pendidikan di TK Cut Nyak Dien tahun 1998, SD Negeri
Karawaci Baru 4 Kota Tangerang tahun 2004, SMP Islamic Centre Tangerang,
dan SMA Islamic Centre Tangerang pada tahun 2010.
Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung (FK UNILA) melalui jalur ujian Mandiri (UM) Selama
menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi Forum Studi Islam Ibnu Sina
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah Hirobbil’Alamin
Dengan penuh rasa syukur saya panjatkan kepada Allah Subhannahuwata’ala
Kupersembahkan sebuah karya yang sederhana ini
Sebagai tanda bakti dan cinta kasihku yang tulus kepada
Orang-orang yang paling berharga di kehidupan saya
Yang telah mencintai, menyanyangi, dan
Memberikan dukungan
Serta doa yang tiada henti
Teruntuk Mamah Sri M dan Papah Agus BW, yang tak pernah berhenti
Mencurahkan cinta, kasih sayang dan kesabarannya dalam mendidik
Merawat, memperjuangkan serta mendoakan dengan tulus ikhlas
Kakakku tersayang yang selalu memberi semangat tiada henti
Seluruh keluarga besar
Sahabat-sahabat
Yang terkasih
Yang selalu memberi semangat dan motivasi tiada henti
MOTO
Lihatlah mereka yang lebih tidak beruntung daripada dirimu sehingga kau tidak mungkin tidak berpuas diri
atas keberuntungan yang diberikan Allah SWT kepadamu. (Nabi Muhammad SAW)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya
tanpa kehilangan semangat (Hayatu Rizki)
Pandanglah hari ini. Kemarin adalah mimpi
dan esok hari hanyalah sebuah visi namun hari ini yang sungguh nyata menjadikan kemarin sebagai mimpi bahagia
dan setiap hari esok sebagai visi harapan (Alexander Pope)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat
serta salam dijunjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi suri
tauladan hingga akhir zaman.
Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU MEMBERSIHKAN KULIT
TERHADAP GRADING ACNE VULGARIS PADA SISWA KELAS 2 DI
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI (SMKN) 2 BANDAR LAMPUNG” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesmpatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir Hasriadi Mat Akin,. M.P, selaku Rektor Universitas Lampung.
2. dr. Muhartono, M.Kes.,Sp.PA, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. dr. Arif Effendi,Sp.KK selaku pembimbing pertama yang telah banyak
meluangkan waktu, memberikan ilmu, membimbing, memberikan bantuan,
kritik dan saran serta nasihat yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat
4. dr. Khairun Nisa, M.Kes. AIFO sebagai pembimbing kedua yang telah
meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran, serta nasihat yang sangat
bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Dr. Dyah Wulan S.R.W,. SKM. M.Kes selaku pembahas yang telah
memberikan saran dan kritik serta masukan demi kebaikan bagi skripsi ini.
6. dr. Reni Zuraida. M.Si selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan masukan dan bimbingan selama perkuliahan.
7. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang banyak berjasa selama ini.
8. Hi. Ramli Jumaidi, ST.,M.Pd selaku kepala sekolah SMKN 2 Bandar
Lampung dan Pak Purba yang telah mengizinkan dan mensukseskan
penelitian saya. Dan terimakasih kepada siswa-siswa kelas 2 yang tidak bisa
saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu sampai berjalannya
penelitian.
9. Orangtuaku bapak Agus Budi Widayanto dan Mama Sri Martiningsih
tercinta. Terimakasih atas kasih sayang luar biasa, yang telah memberikan
dukungan, saran, semangat, tidak pernah lelah mendengarkan keluhan dan tak
pernah berhenti berdoa untukku serta selalu mendukung studiku ditengah
keterbatasan yang ada.
10. Terimakasih Mba Asri Rifkika dan Mas Hendry Prasetya kakaku tersayang
sangat membantu dan terus memberikan semangat.
11. Untuk teman seperjuangan Ani Yuli Yanti Puspitasari, Putri Fitriana, Mirna
Ariza, Andina Selia Nur, Meka Anggidian Primadina, Nur Safira Anandita,
Anwar Nuari, Kevin Tagor Pintor yang telah membantu dalam penelitian ini.
12. Terimakasih sahabat-sahabat terbaikku Cici Yuliana Sari, Putri Fitriana
Jeanna Salima, Putri Rinawati, Annisa Ratya, Magista Vivi Anisa, Aulia
Agristika, dan Gita Augesti yang telah menghibur, membawa keceriaan, dan
selalu bersama-sama selama menjalani studi di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
13. Terimakasih teman-teman terbaikku yang telah membantu dalam penelitian
ini Ani Yuli Yanti Puspitasari, Putri Fitriana, dan Mirna Chandra Dewi..
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan dalam skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat digunakan sebagai referensi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya,
seluruh civitas akademika serta masyarakat pembacanya.
Amin.
Bandar Lampung, November 2015 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Halaman
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan penelitian... 4
1.3.1 Tujuan umum ... 4
1.3.2 Tujuan khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Manfaat bagi peneliti ... 4
1.4.2 Manfaat bagi peneliti lain ... 5
1.4.3 Manfaat bagi institusi ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Acne Vulgaris... 6
2.1.1 Pengertian ... 6
2.1.2. Klasifikasi ... 6
2.1.3 Epidemiologi ... 11
2.1.4 Etiopatogenesis ... 11
2.1.5 Manifestasi klinis ... 17
2.1.6 Diagnosis... 18
2.1.7 Pengobatan Acne Vulgaris ... 19
2.1.8 Pencegahan Acne Vulgaris... 20
2.1.9 Prognosis Acne Vulgaris ... 21
2.2 Kebersihan kulit wajah... 21
2.2.1 Tujuan menjaga kebersihan wajah ... 21
2.2.2 Cara dan kebiasaan menjaga kebersihan wajah ... 21
2.2.3 Frekuensi membersihkan wajah ... 22
2.2.4 Jenis pembersih wajah ... 23
2.3 Grading Acne Vulgaris ... 24
2.4 Kerangka Teori... 26
2.5 Kerangka konsep ... 26
2.6 Hipotesis... 27
2.6.1 H0 ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ... 28
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28
3.3. Populasi dan Sampel ... 28
3.3.1 Populasi Target ... 28
3.3.2 Populasi Terjangkau... 29
3.3.3 Sampel Penelitian... 29
3.3.4 Kriteria Inklusi ... 29
3.3.5 Kriteria Eksklusi ... 29
3.3.6 Cara Sampling... 29
3.3.7 Besar Sampel ... 29
3.4. Variabel Penelitian ... 30
3.4.1 Variabel bebas ... 30
3.4.2 Variabel terikat... 31
3.5. Cara pengumpulan data ... 31
3.5.1 Alat... 31
3.5.2 Jenis data ... 31
3.5.3 Cara Kerja ... 32
3.7. Alur Penelitian ... 32
3.8. Analisis data ... 33
3.9. Persetujuan Etik ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34
4.2 Analisis Univariat... 34
4.3 Analisis Bivariat ... 35
4.4 Pembahasan... 37
4.4.1 Karakteristik Responden ... 37
4.4.2 Analisis Bivariat... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran... 43 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Pillsbury (1963) dalam djuanda (2010) membuat gradasi ... 7
2. Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 ... 8
3. Klasifikasi Grading Acne Vulgaris ... 22
4. Definisi Operasional ... 27
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku ... 31
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Grading Acne Vulgaris ... 32
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Etik Penelitian
Lampiran 2 Informed Consent & Lembar Kuesioner
Lampiran 3 Hasil Data Validitas & Reabilitas
Lampiran 4 Hasil Data Univariat & Bivariat
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori……….. 22
2. Kerangka Konsep……….. 23
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel
pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(Tahir,
2010). Penyakit ini tidak fatal, cukup dapat merisaukan karena dapat
menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang akibat berkurangnya
keindahan pada wajah penderita Acne Vulgaris (Yuindartanto, 2009).
Catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia menunjukkan
terdapat 60% penderita Acne Vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun
2007 (Kabau, 2012). Prevalensi acne 80-100% pada usia dewasa muda, yaitu
14-17 tahun pada wanita, dan 16-19 tahun pada pria. Pada umumnya banyak
remaja yang bermasalah dengan acne, bagi mereka acne merupakan gangguan
psikis (Yuindartanto, 2009).
Acne Vulgaris merupakan penyakit peradangan pada folikel pilosebasea kulit
yang berperan dalam memproduksi sebum, hal ini sering terjadi pada usia
remaja (Zaenglein dkk, 2008). Umumnya acne dapat sembuh sendiri dan
biasanya mengenai usia remaja dan dewasa muda (Fulton, 2009). Masa
2
yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial. Acne sering menjadi tanda pubertas pertama dan dapat terjadi satu
tahun sebelum menarkhe atau haid pertama.
Predileksi AV terutama pada daerah wajah, bahu, lengan atas, dada, dan
punggung. Acne Vulgaris diketahui mempunyai empat dasar patogenesis
yaitu hiperproliferasi folikel pilosebasea, produksi sebum berlebih,
peradangan, dan keberadaan Propionibacterium acnes. Kombinasi faktor-
faktor tersebut memengaruhi proses pembentukan acne (Ayudianti &
Indramaya, 2010)
Penyebab AV sangat banyak (multifaktorial), antara lain yaitu faktor genetik,
ras, makanan, iklim, kebersihan, penggunaan kosmetik, kejiwaan atau
kelelahan. Gambaran klinis pada AV meliputi produksi minyak yang
berlebih, lesi non-inflamasi (komedo terbuka dan komedo tertutup), dan lesi
inflamasi (papula dan pustula). Penderita biasanya mengeluhkan adanya ruam
kulit berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista dan dapat disertai rasa
gatal (Harper, 2008). AV sering terjadi berdasarkan kerapatan dari unit
pilosebasea, meliputi antara lain sebagai berikut: wajah, dada bagian atas,
bahu, dan punggung. (Williams dkk, 2012).
Kebanyakan remaja khususnya pelajar SMK seringkali mengabaikan tentang
kebersihan wajah mereka, dan lebih mementingkan kegiatan pribadi. Saat
beraktivitas di luar ruangan, ekskresi keringat dan sebum meningkat ditambah
3
kotor dan berminyak. Hal ini dapat menjadi tempat berkembangnya bakteri P.
acnes yang merupakan tempat tumbuh pada folikel pilosebasea.
Kebersihan wajah dapat mengurangi bakteri atau mikroorganisme dari
permukaan kulit dengan cara mengurangi sebum dan kotoran tanpa
menghilangkan lipid barrier kulit. Lipid barrier kulit berfungsi menjaga
homeostasis air, mencegah transepidermal water loss dan evaporasi air pada
lapisan epidermis sehingga mencegah terjadi dehidrasi, selain itu berfungsi
mencegah mikroorganisme atau bahan kimia masuk ke dalam kulit (Lam,
2010). Kebersihan wajah yang optimal didukung dengan cara perawatan kulit
wajah dengan menggunakan pembersih, penyegar, dan penipis wajah
(Draelos, 2006 & Mukhopadhyay, 2011).
Perawatan kulit pada penderita AV dilakukan dengan cara mengurangi
produksi lemak kulit, mengurangi obstruksi duktus pilosebasea, mencegah
bakteri masuk dalam folikel pilosebasea, dan mengusahakan berkurangnya
peradangan. kebersihan kulit wajah merupakan hal yang penting dalam
menunjang keberhasilan pengobatan AV (Legiawati, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dede Chrisna
(2013) terdapat hubungan antara kebersihan wajah dengan Acne Vulgaris
pada siswa SMA Negeri 3 Klaten. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Rahmawati (2012) didapatkan hasil tidak terdapat hubungan antara frekuensi
membersihkan wajah dengan timbulnya Acne Vulgaris pada siswa SMKN 4
4
timbulnya Acne Vulgaris sedangkan berdasarkan teori bahwa semakin sering
seseorang membersihkan wajah maka semakin rendah angka kejadian Acne
Vulgaris karena membersihkan wajah secara teratur dapat mengurangi
minyak yang berlebih serta mengangkat sel kulit mati pada wajah. Oleh sebab
itu, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh perilaku membersihkan kulit
terhadap grading Acne Vulgaris pada siswa kelas 2 di SMKN 2 Bandar
Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap grading Acne
Vulgaris pada siswa kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan perilaku membersihkan
kulit terhadap Grading Acne Vulgaris?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan perilaku
2. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan Acne Vulgaris
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat memperoleh informasi dan pengalaman dalam perencanaan,
pelaksanaan serta penyusunan hasil penelitian mengenai hubungan
perilaku membersihkan kulit terhadap grading acne vulgaris di
5
1.4.2 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam
pengembangan informasi penelitian yang berkaitan dengan hubungan
perilaku membersihkan kulit terhadap grading acne vulgaris.
1.4.3 Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
masukan tentang hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Acne Vulgaris
2.1.1 Pengertian
Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari
folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista,
dan pustula (Tahir, 2010).
2.1.2 Klasifikasi
Selama ini, tidak terdapat standar internasional untuk pengelompokan
dan sistem grading pada acne. Hal ini sering menimbulkan kesulitan
dalam pengelompokan acne. Saat ini, terdapat lebih dari 20 metode
yang digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan acne.
Klasifikasi acne yang paling ‘lampau’ adalah klasifikasi oleh
Pillsburry pada tahun 1963 yang mengelompokkan acne menjadi 4
skala berdasarkan perkiraan jumlah, tipe lesi, luas dan kulit yang
terlibat (Barratt dkk., 2009).
Berdasarkan keparahan klinis akne vulgaris dibagi menjadi ringan,
sedang dan berat. Klasifikasi dari bagian Ilmu penyakit kulit dan
kelamin FKUI / RSUPN Dr. Cipto Mangunkusomo sebagai berikut :
7
a. Ringan, bila:
- beberapa lesi tidak beradang pada 1 predileksi
- sedikit lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi
- sedikit tempat beradang pada 1 predileksi.
b. Sedang, bila:
- banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi
- beberapa lesi tidak beradang pada beberapa tempat predileksi
- beberapa lesi beradang pada 1 predileksi.
c. berat, bila:
- banyak lesi tidak beradang pada 1 predileksi.
- banyak lesi beradang pada 1 atau lebih predileksi.
Dalam klasifikasi ini dikatakan sedikit apabila jumlah < 5, beberapa
5-10 dan banyak >5-10 lesi. Tak beradang meliputi komedo putih, komedo
hitam dan papul. Sedangkan beradang meliputi pustul, nodus dan kista.
8
Gambar 2. Acne derajat sedang (Rook et al.,2010).
Gambar 3. Acne derajat berat (Rook et al., 2010
Sedangkan gradasi Acne Vulgaris menurut Pillsbury adalah sebagai
berikut:
Tabel 1. Pillsbury (1963) dalam Djuanda (2010) membuat gradasi sebagai berikut:
Gradasi Keterangan Gradasi Acne Vulgaris
1 Komedo dimuka
2 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka
3 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka, dada dan punggung
9
Klasifikasi lainnya yang dinyatakan oleh Plewig dan Kligman (1975)
dalam Djuanda 2010, yang mengelompokkan Acne Vulgaris menjadi:
1. Acne komedonal
a. Grade 1: Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah
b. Grade 2: 10-25 komedo pada tiap sisi wajah
c. Grade 3: 25-50 komedo pada tiap sisi wajah
10
2. Acne papulopustul
a. Grade 1: Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah
b. Grade 2: 10-20 lesi pada tiap sisi wajah
c. Grade 3: 20-30 lesi pada tiap sisi wajah
d. Grade 4: Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah
3. Acne konglobata
Klasifikasi ASEAN menurut Plewig dan Kligman (1975) dalam buku
Acne Morphogenesis and Treatment dalam Djuanda (2010) acne
diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu:
1.Acne Vulgaris dan variannya yaitu acne tropikalis, acne fulminan,
pioderma fasiale, acne mekanika dan lainnya.
2.Acne Venenata akibat kontaktan eksternal dan variannya yaitu acne
kosmetika, acne pomade, acne klor, acne akibat kerja, dan acne
diterjen.
3.Acne komedonal akibat agen fisik dan variannya yaitu solar
comedones dan acne radiasi (sinar X, kobal).
Klasifikasi ASEAN grading Lehmann yang mengelompokkan acne
menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 (Wasitaatmadja, 2010).
Derajat Komedo Papul / pustul Nodul
Ringan <20 <15 Tidak ada
Sedang 20-100 15-50 <5
11
2.1.3 Epidemiologi
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka
sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis
dan pada masa remajalah Acne Vulgaris menjadi salah satu problem.
Umumnya prevalensi jerawat 80-100% pada usia dewasa muda yaitu
14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria. Diketahui pula
bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita Acne
Vulgaris dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika) dan
lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada Negro
(Wasiaatmadja, 2007).
Pada umumnya banyak remaja yang bermasalah dengan jerawat, bagi
mereka jerawat merupakan gangguan psikis (Ayudianti & Indramaya,
2010). Sedangkan menurut Catatan Kelompok Studi Dermatologi
Kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita Acne
Vulgaris pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007 (Kabau, 2012).
2.1.4 Etiopatogenesis
Etiologi Acne Vulgaris belum diketahui secara pasti. Secara garis
besar terdapat empat faktor yang berperan dalam patogenesis Acne
Vulgaris yaitu:
1. Peningkatan produksi sebum
Acne biasanya mulai timbul pada masa pubertas pada waktu
kelenjar sebasea membesar dan mengeluarkan sebum lebih
12
dengan produksi sebum. Pertumbuhan kelenjar sebasea dan
produksi sebum berada di bawah pengaruh hormon androgen.
Pada penderita acne terdapat peningkatan konversi hormon
androgen yang normal beredar dalam darah (testoteron) ke bentuk
metabolit yang lebih aktif (5>alfa dehidrotestoteron).
Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan
akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum.
Meningkatnya produksi sebum pada penderita acne disebabkan
oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ
hyperresponse) pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal
androgen dalam darah, sehingga terjadi peningkatan unsur
komedogenik dan inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya
acne. Terbukti bahwa pada kebanyakan penderita, lesi acne hanya
ditemukan di beberapa tempat yang kaya akan kelenjar sebasea.
2. Keratinisasi folikel
Keratinisasi pada saluran pilosebasea disebabkan olah adanya
penumpukan korneosit dalam saluran pilosebasea. Hal ini dapat
disebabkan oleh bertambahnya produksi korneosit pada saluran
pilosebasea, pelepasan korneosit yang tidak adekuat, atau dari
kombinasi kedua faktor. Bertambahnya produksi korneosit dari
sel keratinosit merupakan salah satu sifat komedo. Terdapat
hubungan terbalik antara sekresi sebum dan konsentrasi asam
13
Dinding komedo lebih mudah ditembus bahan–bahan yang dapat
menimbulkan peradangan. Walaupun asam linoleik merupakan
unsur penting dalam seramaid-1, lemak lain mungkin juga
berpengaruh pada patogenesis acne. Kadar sterol bebas juga
menurun pada komedo sehingga terjadi keseimbangan antara
kolesterol bebas dengan kolesterol sulfat, sehingga adhesi
korneosit pada akroinfundibulum bertambah dan terjadi retensi
hiperkeratosis folikel.
3. Kolonisasi Saluran Pilosebasea dengan Propionibacterium acnes
Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat pada patogenesis acne
adalah Corynebacterium Acnes (Proprionibacterium Acnes),
Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale (Malassezia
furfur). Adanya seborea pada pubertas biasanya disertai dengan
kenaikan jumlah Corynebactirium Acnes, tetapi tidak ada hubungan
antara jumlah bakteri pada permukaan kulit atau dalam saluran
pilosebasea dengan derajat hebatnya acne. Dari ketiga macam
bakteri ini bukanlah penyebab primer pada proses patologis acne.
Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup
sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang
peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing–
masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam di dalam folikel (resident
bacteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan
14
Menurut hipotesis Saint-Leger, skualen yang dihasilkan oleh
kelanjar sebasea dioksidasi di dalam folikel dan hasil oksidasi ini
menjadi penyebab terjadinya komedo. Kadar oksigen dalam folikel
berkurang dan akhirnya terjadi kolonisasi Corynebacterium Acnes.
Bakteri ini memproduksi porfirin, yang bila dilepaskan dalam folikel
akan menjadi katalisator untuk terjadinya oksidasi skualen sehingga
oksigen dan tingginya jumlah bakteri ini dapat menyebabkan
peradangan folikel. Hipotesis ini dapat menerangkan bahwa acne
hanya dapat terjadi pada beberapa folikel sedangkan folikel yang
lain tetap normal
4. Inflamasi
Faktor yang menimbulkan peradangan pada acne belum diketahui
dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk
yang dihasilkan oleh Corynebacterium Acnes, seperti lipase,
hialuronidase, protease, lesitinase, dan neuramidase, memegang
peranan penting pada proses peradangan. Faktor kemotatik yang
berberat molekul rendah (tidak memerlukan komplemen untuk
bekerja aktif) bila keluar dari folikel dapat menarik leukosit nukleus
polimorf (PMN) dan limfosit. Bila masuk ke dalam folikel PMN
dapat mencerna Corynebacterium Acnes dan mengeluarkan enzim
hidrolitik yang bisa menyebabkan kerusakan dari folikel pilosebasea.
Limfosit dapat merupakan pencetus terbentuknya sitokin.
Bahan keratin yang sukar larut yang terdapat di dalam sel tanduk
serta lemak dari kelenjar sebasea dapat menyebabkan reaksi non
15
permulaan peradangan yang ditimbulkan oleh Corynebacterium
Acnes, juga terjadi aktivasi jalur komplemen klasik dan alternatif
(classical and alternative complement pathways). Respon pejamu
terhadap mediator juga amat penting. Selain itu antibodi terhadap
Corynebacterium Acnes juga meningkat pada penderita acne yang
berat (Tahir, 2010).
Menurut Pindha (dalam Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya acne adalah:
1. Faktor genetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap
kemungkinan seseorang menderita acne. Penelitian di Jerman
menunjukkan bahwa acne terjadi pada 45% remaja yang
salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne, dan
hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita acne.
(Ayudianti & Indramaya, 2010)
2. Kebersihan wajah.
Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi
kejadian Acne Vulgaris pada remaja (Nami, 2009).
3. Faktor ras.
Warga Amerika yang berkulit putih lebih banyak menderita
acne dibandingkan dengan ras yang berkulit hitam dan acne
16
4. Hormonal
Hormonal dan keringat yang berlebih dapat mempengaruhi
keparahan dari acne. Beberapa faktor fisiologis seperti
menstruasi dapat mempengaruhi timbulnya atau
memperparah acne. Rata-rata 60-70% wanita yang
mengalami masalah acne menjadi lebih parah beberapa hari
sebelum menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah
menstruasi dan lesi acne menjadi lebih aktif rata-rata satu
minggu sebelum menstruasi yang disebabkan oleh hormon
progesteron. Hormon estrogen dalam kadar tertentu dapat
menghambat pertumbuhan acne karena hormon tersebut
dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari
kelenjar hipofisis dan hormon Gonadotropin mempunyai efek
menurunkan produksi sebum sehingga dapat menghambat
pertumbuhan Acne Vulgaris (Nguyen dkk.,2007).
5. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan
asupan total kalori dan jenis makanan, karena hal tersebut
tidak dapat menimbulkan acne tetapi mengkonsumsi coklat
dan makanan berlemak secara berlebihan dapat memperparah
terjadinya Acne Vulgaris.
6. Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab dapat memperparah acne.
17
terjadinya acne dan pajanan sinar matahari yang berlebihan
dapat memperburuk acne.
7. Lingkungan
Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di
daerah industri dan pertambangan dibandingkan dengan di
pedesaan.
8. Stres.
Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita
stres emosional.
Mekanisme yang tepat dari proses acne tidak sepenuhnya
dipahami, namun lebih sering disebabkan oleh sebum berlebih,
hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Selain itu
androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam
proses terjadinya acne (Thiboutot, 2008).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Lesi utama acne adalah mikrokomedo atau mikrokomedone, yaitu
pelebaran folikel rambut yang mengandung sebum dan P. acnes.
Sedangkan lesi acne lainnya dapat berupa papul, pustul, nodul, dan
kista. Predileksi acne yaitu pada wajah, bahu, dada, punggung, dan
lengan atas. Komedo yang tetap berada di bawah permukaan kulit
tampak sebagai komedo white head, sedangkan komedo yang bagian
ujungnya terbuka pada permukaan kulit disebut komedo black head
karena secara klinis tampak berwarna hitam pada epidermis (Baumann
18
Acne baik itu ada atau tidak adanya inflamsi dapat menimbulkan scar.
Scar karena acne terdiri dari empat tipe yaitu, scar icepick, rolling,
boxcar dan hipertropik. Scar icepick adalah scar yang dalam dan
sempit, dengan bagian terluasnya berada pada permukaan kulit dan
semakin meruncing menuju satu titik ke dalam dermis. Scar rolling
adalah scar yang dangkal, luas, dan tampak memiliki undulasi. Scar
boxcar adalah scar yang luas dan berbatas tegas. Tidak seperti scar
icepick, lebar permukaan dan dasar scar boxcar adalah sama. Pada
beberapa kejadian yang jarang, terutama pada truncus, scar yang
terbentuk dapat berupa scar hipertropik (Zaenglein dkk., 2008).
2.1.6 Diagnosis Banding
Diagnosis banding Acne Vulgaris antara lain yaitu:
a. Erupsi akneiformis
Disebabkan oleh obat (kortikosteroid, INH, barbiturat, yodida,
bromida, difenil hidantoin). Berupa erupsi papulo pustul
mendadak tanpa adanya komedo dihampir seluruh tubuh, dapat
disertai demam.
b. Acne rosasea adalah peradangan kronis kulit, terutama wajah
dengan predileksi di hidung dan pipi. Gambaran klinis acne
rosasea berupa eritema, papul, pustul, nodul, kista, talengiektasi
dan tanpa komedo.
c. Dermatitis perioral adalah dermatitis yang terjadi pada daerah
sekitar mulut sekitar mulut dengan gambaran klinis yang lebih
19
d. Moluskulum kontagiosum merupakan penyakit virus, bila lesinya
di daerah seborea menyerupai komedo tertutup.
e. Folikulitis adalah peradangan folikel rambut yang disebabkan
oleh Staphylococcus sp. Gejala klinisnya rasa gatal dan rasa
gatal di daerah rambut berupa makula eritem disertai papul atau
pustul yang ditembus oleh rambut (Afriyanti, 2015)
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis Acne Vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan
pemeriksaan klinis. Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit,
tetapi pada umumnya keluhan penderita lebih bersifat kosmetik. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik komedo terbuka maupun
komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk menegakkan
diagnosis Acne Vulgaris (Wolff dan Johnson, 2009). Selain itu, dapat
pula ditemukan papul, pustul, nodul dan kista pada daerah–daerah
predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum,
pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita
Acne Vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya hyperandrogenism
(Zaenglein dkk., 2008).
2.1.7 Pengobatan Acne Vulgaris
Pengobatan acne dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:.
a) Pengobatan topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan
20
lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan yang dapat mengelupas
kulit, antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba
dalam folikel Acne Vulgaris, anti peradangan topikal dan lainnya
seperti atil laktat 10% yang untuk menghambat pertumbuhan
jasad renik (Burns dkk.,2005).
b) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik dilakukan terutama untuk menekan
pertumbuhan jasad renik di samping itu juga mengurangi reaksi
radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi
perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti
bakteri sistemik, obat hormonal untuk menekan produksi
androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor organ target
di kelenjar sebasea, vitamin A dan retinoid oral sebagai
antikeratinisasi dan obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid
(Burns dkk.,2005).
2.1.8 Pencegahan Acne Vulgaris
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah
sebagai berikut:
a) Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan
cara diet rendah lemak dan karbohidrat serta melakukan
perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dari
kotoran.
b) Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya pola hidup
21
secukupnya, menghindari memicu terjadinya kelenjar minyak
berlebih misalnya minuman keras, pedas, dan rokok.
c) Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai
penyebab penyakit, pencegahan dan cara maupun lama
pengobatannya serta prognosisnya (Wasitaatmadja, 2007).
2.1.9 Prognosis Acne Vulgaris
Umumnya prognosis acne baik dan umumnya sembuh sebelum
mencapai usia 30-40an. Acne Vulgaris jarang terjadi sampai gradasi
yang sangat berat sehingga memerlukan rawat inap di Rumah Sakit
(Wasitaatmadja, 2007).
2.2 Kebersihan Kulit Wajah
2.2.1 Tujuan Menjaga Kebersihan Wajah
Tujuan dalam menjaga kebersihan kulit wajah adalah untuk
menghilangkan sel–sel kulit mati dan minyak berlebih, keringat,
kotoran dan sisa kosmetik (Grimes, P.E., 2009). Pada saat melakukan
tindakan membersihkan kulit wajah dari sebum dan kotoran harus
agar tetap mempertahankan kelembaban yang adekuat dan menjaga
integritas stratum korneum kulit (Handa S, 2012).
2.2.2 Cara dan Kebiasaan Menjaga Kebersihan Wajah
Mandi dan mencuci wajah dapat mengangkat kelebihan minyak pada kulit dan meluruhkan sel–sel kulit mati. Namun mencuci wajah juga
22
atau mencuci wajah menggunakan sabun dapat mengiritasi kulit dan
membuat kulit menjadi kering (Alsop R., 2008).
Kebiasaan membersihkan wajah dapat dilakukan dengan cara kedua
telapak tangan secara sirkuler selama 10 detik dan bilas dengan air
hingga bersih (Kern, 2010), dengan demikian minyak yang berlebih
akan berkurang dan sel kulit mati akan terangkat.
Pengaplikasian sabun wajah atau pembersih yaitu pada wajah dan
leher dengan gerakan mengusap dan melingkar (effleurage danrotatie)
dengan menggunakan ujung jari secara halus, cara membersihkan
bagian leher dengan gerakan dari tengah ke samping kemudian dari
atas ke bawah. Arah pemakaian sabun atau pembersih wajah yaitu
dengan gerakan ke atas, dengan maksud agar kulit tidak tertarik ke
bawah yang dapat menyebabkan kulit wajah mengendur dan untuk
membuka pori-pori kulit agar kotoran mudah dibersihkan (Kraft, J.,
Freiman, A. 2011)
2.2.3 Frekuensi membersihkan wajah
Sebagaian besar orang percaya bahwa Acne Vulgaris disebabkan oleh
kulit yang kotor, padahal jika kita hanya membersihkan saja tidak
akan mengatasi masalah pada kulit. Selain itu, membersihkan wajah
secara berlebihan dengan produk-produk seperti alkohol-based
cleanser dan scrub dapat mengiritasi kulit lebih jauh dan
memperparah Acne Vulgaris, sebenarnya dalam membersihkan wajah
23
lembut untuk mengurangi minyak yang berlebih dan mengangkat kulit
mati (Fulton, James, 2010)
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian Fulton, didapatkan
responden yang menderita Acne Vulgaris dengan frekuensi wajah
berhubungan linier dimana semakin sering membersihkan wajah maka
semakin rendah angka kejadian Acne Vulgaris dan yang
membersihkan wajah lebih dari 3 kali perhari angka kejadian acne
hanya 2% (Fulton, Jame., 2010).
2.2.4 Jenis Pembersih Wajah
Membersihkan wajah hanya menggunakan air tanpa menggunakan
sabun pastinya kurang bersih serta terasa kotoran masih melekat
karena air tidak bisa membersihkan minyak dan kotoran. Sehingga
dibutuhkan beberapa jenis pembersih wajah untuk membersihkan
wajah dari kotoran yang melekat serta berfungsi mengangkat sel-sel
kulit mati. Adapun jenis bahan pembersih yang digunakan yaitu,-
1. Bahan dasar padat: masker
2. Bahan dasar minyak: krim pembersih, susu pembersih
3. Bahan dasar air dan alkohol: face tonic, penyegar (Draelos, Z.D,
2006).
Bahan pembersih yang sering digunakan adalah sabun. Sabun adalah
pembersih dengan bahan dasar air yang mempunyai kandungan
surfaktan (surface active substance) Surfaktan dapat membersihkan
24
kimia yang terkandung dalam surfaktan bekerja mengurangi tegangan
permukaan jaringan sehingga akan mempercepat daya pembersih
kulit. surfaktan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Surfaktan kationik: merupakan campuran amonium. Banyak
ditemukan pada produk–produk perawatan kulit yang sifatnya
kurang baik ditoleransi oleh kulit.
2. Surfaktan anionik: surfaktan jenis ini beredar di pasaran karena
efek detergennya baik.
3. Sodium amfoterik: surfaktan ini banyak digunakan pada sampo,
ditoleransi baik oleh kulit.
4. Surfaktan non ionik: surfaktan yang tidak bermuatan, ditoleransi
baik dibandingkan tipe lain tetapi kemampuan membentuk busa
tidak sebaik yang lain (Birawan, I.M., 2011).
2.3 GradingAcne Vulgaris
Acne vulgaris (AV) merupakan penyakit kulit tersering yang ditangani oleh
dokter kulit. AV adalah penyakit pada bagian pilosebasea dengan
karakteristik klinis berupa seborea, komedo, papul, pustul, nodul dan pada
beberapa kasus sebagai jaringan parut meski mudah untuk mendiagnosis
polymorphic alamiah dari Acne Vulgaris dan kelanjutan yang bervariasi yang
tidak dapat dianggap simpel atau mudah dalam menentukan severitas dari
Acne Vulgaris (Tahir, 2010).
Metode pengukuran grading AV termasuk klasifikasi yang simpel
25
instrument yang kompleks seperti: fotography, fluorescan fotography, video
microscopy dan pengukuran produksi sebum. Oleh karena itu, yang sering
digunakan adalah grading dan penghitungan jumlah lesi.
Grading adalah metode subjektif dimana menentukan keparahan Acne
Vulgaris berdasarkan observasi dan lesi yang dominan, mengevaluasi ada
atau tidaknya inflamasi dan perkiraan tingkat lanjut dari lesi. Cara
menentukan grading Acne Vulgaris secara keseluruhan dengan cara
menghitung lesi kemudian dicatat jumlahnya, tipe lesi acne dan ditentukan
secara keseluruhan (Strauss et al., 2007).
Menurut Pillsbury (1963) dalam Djuanda (2010) membuat gradasi Acne Vulgaris
sebagai berikut:
Gradasi Keterangan Gradasi Acne Vulgaris
1 Komedo dimuka
2 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka
3 Komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam dimuka, dada dan punggung
26
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka disusun kerangka teori sebagai
[image:44.595.134.499.141.528.2]berikut:
Gambar 1. Kerangka Teori (Siregar RS, 2005)
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep Kebersihan kulit
Cara dan kebiasaan menjaga kebersihan wajah
Frekuensi membersihkan wajah Jenis pembersih wajah
Faktor resiko dan etiologil Diet Genetik Psikis Pencegahan Menghindari faktor pencetus Pola hidup
sehat Membersihka
n wajah Pengobatan
Acne Vulgaris
Grading Acne Vulgaris:
Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 Acne Vulgaris
Perilaku Membersihkan Kulit
Grading Acne Vulgaris
[image:44.595.170.439.620.663.2]27
2.6 Hipotesis
2.6.1 H0
Tidak terdapat hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap
Grading Acne Vulgaris.
2.6.2 Ha
Terdapat hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap Grading
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan
untuk mengetahui hubungan perilaku membersihkan kulit terhadap Grading
Acne Vulgaris pada siswa kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung.
3.2.Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2015.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMKN 2 Bandar Lampung.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Target
Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran akhir penerapan
hasil penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi target dari penelitian ini
29
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi target dapat dijangkau
oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi terjangkau dari penelitian
ini adalah siswa pelajar kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung yang
bersedia sampai dengan dilakukannya proses penelitian.
3.3.3 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah siswa pelajar kelas 2 di SMKN 2 Bandar
Lampung yang memenuhi kriteria inklusi subyek penelitian.
3.3.4 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi penelitian ini adalah:
1) Terdaftar sebagai Pelajar kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung
2) Jenis kelamin laki-laki
3) Bersedia menandatangani informed consent.
3.3.5 Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi penelitian ini adalah pelajar kelas 2 SMKN 2 Bandar
Lampung yang menderita penyakit kulit di wajah seperti: dermatitis
kontak, varicela, alergi yang mengakibatkan timbulnya jerawat.
3.3.6 Cara Sampling
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan penelitian adalah
simple random sampling (Notoadmodjo, 2010).
3.3.7 Besar Sampel
30 2 . 2 ) ( d pq Z
N
Ket :
z α = Distribusi z terhadap tingkat kepercayaan 95 % = 1,96
p = proporsi penyakit 80% = 0,8
q = (1- p) = 0,2
d = tingkat ketepatan absolut , ditetapkan 5% = 0,05
Besar sampel minimalnya :
2 . 2 ) ( d pq Z
N
= 2 ) 05 , 0 ( 2 , 0 . 8 , 0 . 2 ) 96 , 1 ( = 025 , 0 16 , 0 . 8146 , 3 = 0025 , 0 614656 , 0
= 246 sampel
Sampel pada penelitian ini adalah 246 responden
3.4Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
(Notoadjmojo, 2010).
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku membersihkan
31
3.4.2 Variabel terikat
[image:49.595.109.516.164.364.2]Variabel terikat dalam penelitian ini adalah grading acne vulgaris.
Tabel 4. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Kategori
Pengukuran Skala
1. Acne Vulgaris Penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo terbuka (black head), komedo tertutup (white head), papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat predileksinya
Nilai ukur : 1= Grade 1 2=Grade 2 3=Grade 3
Ordinal
2. Perilaku
kebersihan kulit wajah
Dimana yang berperilaku tidak baik membersihkan wajah mendapatkan skoring 0-6,
sedangkan yang berperilaku baik dalam membersihkan wajah mendapatkan skoring 7-12.
Nilai ukur : 1 =Ya (teratur) 0 = Tidak (tidak
teratur)
Nomial
3.5Cara pengumpulan data
3.5.1 Alat
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah diuji validitas dan
reabilitasnya. Pengujian reliabilitas koesioner dilakukan pengujian
internal dengan menguji coba kuesioner hanya satu kali, kemudian
dilakukan analisis untuk memprediksi reliabilitas kuesioner.
3.5.2 Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dengan cara
pengisian kuesioner oleh responden dan dalam pengisian kuesioner
32
3.5.3 Cara Kerja
Penelitian ini dilakukan pada Pelajar kelas2 SMKN 2 Bandar
Lampung.Akan dilakukan permintaan persutujuan penelitian
(informed consent)dan diberikan lembar kuesioner dimana
pengisiannya dipandu oleh peneliti.
Bentuk kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpulan data
adalah bentuk pertanyaan tertutup (Closed Ended) dengan variasi
pertanyaan berupa dikotomi (jawaban Ya atau Tidak), yang mana dari
beberapa jawaban yang disediakan responden hanya memilih satu
diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya dan multiple choice yang
mana dari beberapa pertanyaan bisa memilih beberapa jawaban sesuai
dengan pendapatnya.
[image:50.595.209.454.460.704.2]3.6Alur Penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian
Permintaan Persetujuan sebagai responden pada pelajar kelas 2 di SMKN 2 Bandar Lampung
Pemilahan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
Hasil
33
3.7Analisis data
Setelah data terkumpul, dilakukan :
1. Pengecekan terhadap data–data yang terdapat pada kuesioner.
2. Melakukan seleksi terhadap data–data yang telah terkumpul, pada tahap
ini dilakukan penilaian apakah sampel masuk ke dalam kriteria inklusi
atau eksklusi.
3. Dilakukan analisis data.
Analisis data antara variabel membersihkan kulit wajah terhadap grading acne
vulgaris dilakukan uji hipotesa dengan analisis bivariat chi square.
3.8Persetujuan Etik
Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung untuk mendapatkan surat persetujuan etik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sebagian besar siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak
berperilaku membersihkan kulit yaitu pada 163 responden dan siswa kelas
2 SMKN 2 Bandar Lampung yang berperilaku membersihkan kulit yaitu
sebanyak 83 responden.
2. Sebagian besar siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak
berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1
yaitu sebanyak 49 responden (30,1%), sedangkan yang berperilaku
membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 1 sebanyak 39
responden (47,0%). Siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak
berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 2
yaitu sebanyak 89 responden (54,6%), sedangkan yang berperilaku
membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 2 sebanyak 40
responden (48,2%). Siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung yang tidak
berperilaku membersihkan kulit dan mengalami acne Vulgaris grade 3
yaitu sebanyak 25 responden (15,3%), sedangkan yang berperilaku
membersihkan kulit dan mengalami acne vulgaris grade 3 sebanyak 4
43
3. Terdapat hubungan bermakna perilaku membersihkan kulit terhadap
grading acne vulgaris pada siswa kelas 2 SMKN 2 Bandar Lampung
dengan p-value= 0,007.
5.2 Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan, dapat melanjutkan penelitian untuk
menilai faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian acne
vulgaris.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan pengaruh
perilaku membersihkan kulit terhadap grading acne vulgaris dengan design
rancangan yang lebih baik (seperti case-control, cohort) untuk
menjelaskan kuatnya hubungan.
3. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan regresi logistic untuk
menghindari bias dalam penelitian.
4. Untuk siswa pelajar SMKN 2 diharapkan untuk selalu membersihkan dan
mempertahankan perilaku kebersihan pada kulit terutama wajah agar dapat
mengurangi terjadinya jerawat.
5. Perlu adanya penyuluhan kepada siswa SMKN 2 Bandar Lampung agar
DAFTAR PUSTAKA
Alsop, R., 2008. Cara dan Kebiasaan Membersihkan Wajah. Acne Vulgaris.
InnovAiT. 1. 7:470-73.
Ayudianti, P. & Indramaya, D.M., 2010. (Retrospective Study : Factors Aggravating Acne Vulgaris). Faktor Pencetus Akne Vulgaris, 26/No. 1, pp.41–47.
Baumann L, Keri J. Acne (Type 1 sensitive skin). In : Baumann L, Saghari S, Weisberg E, eds. Cosmetic dermatology principles and practice. 2nd ed. New York: Mc Graw Hill; 2009. 121-7.
Barratt, H., Hamilton, F., Car, J., Lyons, C., Layton, A., Majeed, A. 2009. Outcome measures in acne vulgaris: systematic review. British Journal of Dermatology, 160:132-6.
Birawan, I.M., 2011. Hubungan Antara Interleukin-8 (IL-8) dengan Derajat Keparahan Acne Vulgaris. Universitas Udayana Denpasar. PhD Thesis.
Burns T, Graham B, Brown. 2005. Lecture Notes Dermatologi. Edisi Ke-3.Jakarta:Erlangga.
Bruggemann, H. 2005. Insights in the Pathogenic Potential of Propionibacterium acnes From Its Complete Genome. Semin Cutan Med Surg 24:67-72
Djuanda. Ardhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Jilid III. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Djuanda A . 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .Edisi Ke-5 . Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Draelos, Z.D., 2013. Modern Moisturizer Myths, Misconception, and Truths.
Cutis;91: 308-14.
Draelos, Z.D., 2012. Dermatologists, Patients, Consumers, and Suncreens. Cos Derm; 25: 8-10.
Febri, dede chrisna, 2013. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hubungan antara kebersihan kulit wajah dengan kejadian acne vulgaris pada siswa SMAN 3 Klaten, 53, pp.1689–1699.
Fulton, James., 2010. Acne Vulgaris. Medscape. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1069804-overview [Accessed:
March 11,2013]
Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell D.J., editors.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th. Ed. New York:
McGraw-Hill. P. 687-90.
Grimes, P.E., 2009. Efficacious and Safe Cosmetic Procedures in Skin of Color.
Cos Derm;22: 253-59.
Handa, S., 2012. Propionibacterium Infections. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/226337-overview [Accessed: March 14, 2013]
Harper JC. 2008. Acne Vulgaris. Available from: eMedicine Specialities USA.
Kabau S. 2012. Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian AkneVulgaris. Semarang : Jurnal Media Medika Muda.43(4):32-6.
Kurutas, E.B., Arican, O., Sasmaz, S. 2005. Superoxide Dismutase and Myeloperoxidase activities in Polymorphonuclear Leucocytes in Acne Vulgaris. ActaDermatoven APA 14: 39-42.
Kern, D.W., 2010. How to Wash Your Face. Available from: http://www.acne.org/wash-face.html [Accessed: March 12, 2013]
Kraft, J., Freiman, A. 2011. Management of Acne. CMAJ. pp 183-7.
Lam, A.T.H. 2010. Lipids in Skin Barrier Fucntion.Skin and Allergy Specialists.
Colorado
Luh, N.I. & Eva, P., 2012. Persepsi siswa smp dalam penerapan phbs tatanan sekolah di kelurahan tugu dan pasir gunung selatan kota depok tesis. tesis.
Miura, Y., Ishige, I., Soejima, N., Suzuki, Y., Uchida, K., Kawana, S., Eishi, Y. 2010. Quantitative PCR of Propionibacterium acnes DNA in samples aspirated from sebaceous follicles on the normal skin of subjects with or without acne. J Mes DentSci, 57:65-74.
Nami, U., 2009. Hubungan Tingkat Stress Dan Kebersihan Diri dengan Akne vulgaris. Available from: http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2009-utaminami-1126 [ Accessed: April 17, 2010]
Nelson, A.M., Thiboutot, D.M. 2008. Biology of Sebaceous Glands. In : Wolff, K.,
Perry, A.L., Lambert, P.A,. 2006. Propionibacterium acnes. Available from: http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1472-765X.2006.01866.x/pdf [Accessed: March 16, 2013]
Rook A, Wilkinson DS, Ebling TY. Textbook of Dermatology, eighth edition. Oxford, London, Edinburgh, Melbourne: Blackweli Scient PubI vol. 2, 2010: 1306–14
Tjekyan SRM. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika Indonesiana. 43(1): 2-8.
Wasitaatmadja, S.M. 2010. Acne: Clinical sign, classification and grading. Dalam : Makalah National Symposium and workshop in cosmetoc dermatology: Acne newconcepts and challenges. Jakarta.
Williams, H. C., Dellavalle P. R., Garner, S., 2012. Acne Vulgaris. Lancet;379: 361-72
Wolff K, Johnson R. 2009. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 6th ed. USA: McGraw Hill Professional.
Yuindartanto, A.(2009). Acne Vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Available from:
http://yumizone.wordpress.com/2009/01/07/acne/[Diakses : 25 September 2014]