• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013

Oleh:

Iis Kurniati

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dimana saja lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013, (2) mendeskripsikan kemiringan lereng di lokasi terjadinya banjir, (3) mendeskripsikan penggunaan lahan di lokasi terjadinya banjir, (4) mendeskripsikan jenis tanah di lokasi terjadinya banjir, (5) mendeskripsikan penyebab terjadinya banjir.

Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan observasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik desktiptif analitik. Kesimpulan penelitian adalah (1) lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 yaitu di Kelurahan Durian Payung, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Kelapa Tiga dan Kelurahan Gotong Royong, (2) kemiringan lereng lokasi terjadinya banjir yaitu daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar), (3) Penggunaan lahan lokasi terjadinya banjir adalah wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa, (4) jenis tanah lokasi terjadinya banjir adalah tanah jenis latosol, (5) penyebab utama terjadinya banjir yaitu perubahan tata guna lahan.

(2)

ABSTRACT

Description Of Flood Location In Central Tanjung Karang District Bandar Lampung 2011-2013

By:

Iis Kurniati

This research aims at (1) finding out where the location of flood in Central Tanjung Karang Bandar Lampung in 2011-2013, (2) describing the condition of declivity at the location, (3) describing the land usage at the location, (4) describing the type of soil at the location, (5) describing the cause of flood.

The research used descriptive method, with documentation and observation as the data collecting technique. In term of data analyzing technique, the writer used analistic descriptive technique.

The conclusions drawn in the research are (1) the locations of flood in Central Tanjung Karang district in 2011-2013 were Durian Payung, Pasir Gintung, Kaliawi, Kelapa Tiga and Gotong Royong subdistrict, (2) the declivity at the flood locations was the area located in category 0-8% (flat area), (3) the land usage at those locations were dominated by residence, trade, and service, (4) the type of soil at the locations was latosol, (5) the main cause of flood was the change of land usage system.

(3)

DESKRIPSI LOKASI BANJIR DI KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2011-2013

Oleh IIS KURNIATI

(S k r i p s i)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

IIS KURNIATI dilahirkan di Desa Mada Hilir, pada tanggal 29

Oktober 1991. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Drs. Abu Hasan dan Ibu Fatihah.

Telah menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Istiqlal pada tahun 1997, Pendidikan Dasar di SD Al-Kautsar pada tahun 2003, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2006, dan Pendidikan Menegah Atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2009.

(8)

i PERSEMBAHAN

Terucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda cinta, kasih sayang dan baktiku kepada:

Ummiku Tercinta (Fatihah)

sebagai sosok yang ikhlas membimbingku dari kecil hingga saat ini dengan iringan kasih sayang serta doa yang selalu beliau panjatkan tak lain untuk

kesuksesanku

Abiku Tersayang (Abu Hasan)

sebagai figur seseorang yang sangat aku kagumi yang selalu menopangku saat aku lemah dan selalu mendukungku di setiap iringan langkahku dalam menggapai

cita-cita. Adik Adik Terbaik

(Ana Khoiriyanah, M. Jupri Amin, Masdar Farid)

Sebagai sosok periang yang selalu mendoakan dan memberi senyum kecilnya untuk bisa memberi nuansa semangat dalam keberhasilanku.

serta

Almamater Kebanggaanku Universitas Lampung

(9)

MOTO

Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

There are no secrets to success. It is the result of preparation, hard work, and learning from failure.

(Colin Powell)

(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 9

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 11

A.Tinjauan Pustaka ... 11

1. Geografi ... 11

1.1. Pengertian dan Pendekatan Geografi... 11

2. Banjir ... 14

2.1. Pengertian Banjir ... 14

2.2. Penyebab Banjir... 15

3. Peta ... 18

3.1. Kemiringan Lereng ... 20

3.2. Penggunaan Lahan... 21

3.3. Jenis Tanah ... 23

4. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

B.Kerangka Pikir ... 26

III. METODE PENELITIAN ... 27

A.Metode Penelitian ... 27

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

1. Tempat Penelitian ... 27

2. Waktu Penelitian ... 27

C.Bahan dan Alat Penelitian ... 28

1. Bahan Penelitian ... 28

(11)

vi

a. Perangkat Keras (Hardware) ... 28

b. Perangkat Lunak (Software) ... 28

D.Objek Penelitian ... 29

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 29

1. Variabel Penelitian ... 29

2. Definisi Operasional Variabel ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

1. Teknik Dokumentasi ... 32

2. Teknik Observasi ... 33

G.Teknik Analisis Data ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 34

1. Sejarah Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 34

2. Keadaan Geografis Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 35

2.1.Letak Astronomis Kecamatan Tanjung Karang Pusat... 36

2.2.Letak Adminidtratif Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 36

3. Keadaan Fisik Daerah Penelitian ... 39

3.1.Iklim ... 39

3.2Hidrologi... 43

3.3.Kemiringan Lereng ... 44

3.4.Jenis Tanah ... 46

3.5.Penggunaan Lahan... 48

4. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk ... 52

4.1. Jumlah Penduduk... 53

4.2. Kepadatan Penduduk ... 54

4.3. Rasio Jenis Kelamin (sex ratio) ... 56

B.Peta dan Pembahasan ... 58

1. Peta Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 58

2. Pembahasan ... 61

2.1.Kemiringan Lereng dengan Lokasi Banjir ... 61

2.2.Penggunaan Lahan dengan Lokasi Banjir ... 63

2.3.Jenis Tanah dengan Lokasi Banjir ... 68

2.4.Penyebab Banjir... 71

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A.Kesimpulan ... 73

B.Saran ... 74

(12)

ii SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim,

Puji syukur Kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dengan judul “Deskripsi Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013” dengan segenap kemampuan dan keterbatasan yang ada.

(13)

iii Terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja

Sama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih

atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima

kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan dan

Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih

atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Kedua orang tua tercinta, serta ketiga adik yang tak henti menyayangi, memberikan

do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

(14)

iv 9. Kakak-kakak dan adik-adik seperjuangan di program studi S1 Pendidikan Geografi Universitas Lampung atas kebersamaannya dalam menuntut ilmu dan menggapai impian.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,

(15)

vii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lokasi Kejadian atau Rawan Bencana di Kota Bandar Lampung ... 6

2. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng ... 21

3. Penelitian yang Relevan ... 25

4. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng ... 30

5. Penyebab Terjadinya Banjir ... 32

6. Luas Kecamatan Tanjung Karang Pusat Menurut Kelurahan ... 37

7. Data Curah Hujan Kota Bandar Lampung Tahun 2001-2010 ... 41

8. Penggolongan Tipe Iklim Menurut Sistem Schmidt-Ferguson... 42

9. Kemiringan Lereng di Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 44

10. Penggunaan Lahan Kecamatan Tanjung Karang Pusat ... 50

11. Daftar Nama Pasar Tradisional di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 51

12. Daftar Nama Pasar Swalayan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 51

13. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012 ... 53

14. Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2012... 55

15. Jumlah Penduduk Kecamatan Tanjung Karang Pusat Menurut Kelurahan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012... 56

(16)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta Administrasi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 38 2. Batas Besar Nilai Q dan Masing-Masing Tipe Curah Hujan Schmidt-

Ferguson ... 43 3. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Tanjung Karang Pusat

Tahun 2014 ... 45 4. Peta Jenis Tanah Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 47 5. Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun

2014 ... 49 6. Kejadian Banjir di Jl. Ratu Dipuncak (depan Mall Central Plaza)

Kelurahan Durian Payung Tahun 2013 ... 59 7. Peta Lokasi Banjir Kecamatan Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 .... 60 8. Lokasi Kejadian Banjir Genangan di (a) Kelurahan Gotong Royong,

(b) Kelurahan Kaliawi, (c) Kelurahan Kelapa Tiga, dan

(d) Kelurahan Durian Payung ... 61 9. Peta Kemiringan Lereng dengan Lokasi Banjir Kecamatan

Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 62 10. Pemukiman Penduduk di Kelurahan Kaliawi Tahun (a) 2011,

dan (b) 2013 ... 64 11. Peta Penggunaan Lahan dengan Lokasi Banjir Kecamatan

Tanjung Karang Pusat Tahun 2014 ... 65 12. Peta Jenis Tanah dengan Lokasi Banjir Kecamatan

(17)

ix 14. Sistem Drainase yang Ada di Kelurahan (a) Kelapa Tiga, dan

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banjir merupakan salah satu contoh bencana yang paling sering terjadi. Banjir dapat dikategorikan sebagai bencana yang paling banyak menimpa negara maju maupun negara berkembang. Total kerugian dan korban jiwa yang diakibatkan oleh bencana banjir juga tidaklah sedikit. Guha-Sapir dalam Rohman (2012:2) menyatakan bahwa bencana banjir yang terjadi pada tahun 2010 di Pakistan dipastikan telah menelan korban jiwa hampir 1985 orang dan tercatat sebagai kejadian bencana yang banyak menimbulkan kematian setelah bencana gempa bumi di Haiti dan China. Sementara untuk kerugian ekonomi, banjir yang menerpa Negara China dan Pakistan pada pertengahan tahun 2010 menempati urutan kedua setelah gempa bumi yang menghantam wilayah Chili dan menyebabkan kerugian sebesar 27,5 miliar dollar Amerika.

(19)

2

dan setelahnya adalah kejadian bencana angin puting beliung dan tanah longsor. Dalam kurun waktu yang sama, kejadian bencana banjir yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan korban meninggal sebanyak 18.569 orang.

Banjir selalu mengancam beberapa kota yang ada di Indonesia jika musim penghujan tiba, termasuk Provinsi Lampung khususnya Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang mengalami banjir di setiap tahunnya. Walaupun banjir yang terjadi hanya berupa genangan dengan tinggi maksimal dua meter dan tidak separah yang terjadi di kota besar lainnya seperti Jakarta.

Banjir sangat menghambat aktivitas masyarakat, banyak sarana dan prasarana yang tidak dapat digunakan, dapat menimbulkan berbagai penyakit pasca banjir, menimbulkan kerugian harta benda bahkan dapat menelan korban jiwa. Secara tidak langsung, banjir juga dapat menghambat kegiatan perekonomian di suatu wilayah.

Menurut Kementerian Pekerjaan Umum RI (Departemen Kimpraswil, 2001), banjir adalah suatu keadaan sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi limpasan dan atau genangan pada lahan yang semestinya kering.

(20)

3

Kodoatie dan Sugiyanto (2002:12) mengatakan bahwa:

Di Indonesia, walaupun waktu terjadinya banjir bervariasi hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan. Kerugian dan kerusakan akibat banjir adalah sebesar dua pertiga dari semua bencana alam yang terjadi (Dep. Sosial 1987 & 1989 dalam Direktorat Sungai 1994). Setiap tahun hampir 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha merugikan sekitar satu juta orang.

Berdasarkan pengertian banjir menurut Kodoatie dan Sugiyanto tersebut, kejadian banjir yang sering terjadi di Kota Bandar Lampung merupakan banjir berupa genangan dilihat dari waktu tergenangnya banjir yang biasanya hanya beberapa jam hingga akhirnya air kembali surut saat hujan tidak lagi terjadi serta banjir genangan banyak dijumpai di wilayah yang topografi atau reliefnya relatif datar. Berbeda dengan banjir yang terjadi di kota-kota besar lainnya seperti misalnya yang sering melanda Ibukota Jakarta, banjir yang terjadi dapat berlangsung hingga berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada kejadian banjir berupa banjir genangan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat.

(21)

4

(29/1/2013). Ia mengatakan, banjir besar yang terjadi pada Kamis (24/1/2013) dan Jumat (25/1/2013) lalu telah mengakibatkan sekitar 6.000 rumah rusak, mulai dari berat, sedang dan ringan. Banjir juga merusak infrastruktur macam tanggul, siring, dan jalan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya banjir di Kota Bandar Lampung. Selain karena faktor alam seperti curah hujan yang cukup tinggi serta kondisi fisik dari wilayah itu sendiri, juga disebabkan karena kelalaian manusia sendiri seperti seringnya membuang sampah di sungai atau aliran air sehingga saat musim penghujan tiba saluran drainase tidak dapat berfungsi dengan baik. Serta sudah semakin berkurangnya daerah saluran air atau resapan air dikarenakan pesatnya pembangunan yang tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Hal ini dikarenakan letak Provinsi Lampung yang sangat strategis sebagai gerbang utama menuju Pulau Sumatera dan Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi maka tidak mengherankan bahwa mobilitas penduduk yang terjadi di kota Bandar Lampung cukup tinggi, sehingga jumlah penduduk yang ada juga terbilang tinggi. Oleh karena itu, pertumbuhan kawasan pemukiman semakin padat yang menjadikan berkurangnya daerah-daerah resapan, lahan kosong sudah semakin berkurang dan berubah menjadi bangunan, adanya betonisasi di atas permukaan tanah dan jaringan jalan yang diperkeras dengan aspal.

Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung

ada beberapa daerah yang potensi kerawanan banjirnya lebih tinggi saat hujan turun

(22)

5

Kelurahan Bakung. Selanjutnya di Kecamatan Teluk Betung Timur terdapat di Kelurahan Sukamaju, Kotakarang Raya, dan Kelurahan Perwata.

Kecamatan yang potensi rawan banjir di hampir seluruh kelurahannya terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat. Seperti di Kelurahan Kelapatiga, Kaliawi, Palapa, dan Kelurahan Tanjung Karang. Sedangkan di Kecamatan Rajabasa, yang menjadi langganan banjir ada di Kelurahan Gedongmeneng, Rajabasa, Rajabasa Raya. Sementara di Kecamatan Sukabumi ada di Kelurahan Sukabumi, Sukabumi Indah, Campang Raya. Sedangkan untuk di Kecamatan Way Halim, lokasi rawan banjir ada di Kelurahan Jagabaya II dan Jagabaya III. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang ada di halaman 6.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung yang disajikan pada Tabel 1 di halaman 6 tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada kejadian banjir genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.

(23)

6

Berikut adalah tabel lokasi kejadian atau rawan bencana di Kota Bandar Lampung menurut Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD):

Tabel 1. Lokasi Kejadian atau Rawan Bencana di Kota Bandar Lampung.

No Bencana Kecamatan Kelurahan

1. Banjir Rajabasa Rajabasa Raya, Rajabasa

Tanjung Senang Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Way Kandis, Perumnas Way Kandis

Teluk Betung Utara Kupang Teba, Kupang Raya, Gunung Mas, Gulak Galik, Sumur Putri, Batu Putu

Teluk Betung Selatan Bumiwaras, Pesawahan, Pecoh Jaya, Kangkung, Sukaraja Teluk Betung Barat Kuripan, Bakung, Perwata,

Sukamaju, Kota Karang,

Keteguhan, Negeri Olok Gading Panjang Karang Maritim, Way Gubak,

Way Laga, Panjang Selatan, Pidada, Panjang Utara, Srengsem Kemiling Kemiling Permai, Beringin Raya Tanjung Karang Pusat Kaliawi, Gotong Royong, Pasir

Gintung, Palapa, Kelapa Tiga, Penengahan, Tanjung Karang, Durian Payung

Tanjung Karang Timur Campang Raya, Kedamaian Tanjung Karang Barat Segalamider, Sukajawa,

Susunanbaru, Sukadanaham

Kedaton Perum Way Halim

Sukarame Sukarame

Sukabumi T.Baru

2. Abrasi Panjang Serengsem

Teluk Betung Barat Sukamaju 3. Angin

Kencang

Tanjung Senang Way Kandis

4. Tanah Longsor

Panjang Pidada

(24)

7

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai banjir genangan yang sering melanda, maka dibutuhkan sebuah informasi yang jelas yang dapat dimengerti oleh masyarakat luas. Tidak hanya penyajian berupa peta persebaran lokasi banjir, tetapi juga dengan memberikan deskripsi dari kejadian banjir. Sehingga masyarakat dapat benar-benar mengerti seperti apa keadaan atau kondisi yang menyebabkan terjadinya banjir pada lokasi-lokasi tersebut. Jika masyarakat sudah mengerti, diharapkan masyarakat sadar bahwa kejadian banjir masih mengintai dan dapat terjadi sewaktu-waktu saat musim penghujan tiba.

Bahkan tidak menutup kemungkinan jika beberapa tahun terakhir banjir yang melanda berupa genangan apabila tidak secepatnya diatasi banjir yang terjadi akan menjadi lebih besar seperti yang sering melanda kota Jakarta. Oleh karena itu, masyarakat juga diharapkan mampu mengantisipasi kejadian serupa agar tidak terulang kembali ataupun menjadi lebih besar dari banjir yang pernah melanda sebelumnya.

(25)

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Dimana saja lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?

2. Apa kemiringan lereng di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?

3. Apa penggunaan lahan di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?

4. Apa jenis tanah di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?

5. Apa penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu untuk:

1. Mengetahui dimana saja lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.

2. Mendeskripsikan kemiringan lereng di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.

(26)

9

4. Mendeskripsikan jenis tanah di lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.

5. Mendeskripsikan penyebab terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2013.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan serta lebih mendukung teori-teori yang ada sehubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai masalah banjir.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suplemen bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di SMA kelas XI program IPS semester 2 pada pokok bahasan Pelestarian Lingkungan Hidup.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan bagi pihak yang terkait usaha penanggulangan banjir.

E. Ruang Lingkup Penelitian

(27)

10

2. Ruang lingkup tempat penelitian adalah Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.

3. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada tahun 2014. 4. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi.

Istilah geografi pertama kali dikemukakan oleh Eratosthenes, dalam bahasa Yunani yaitu Geographica. Geo artinya bumi dan graphien artinya tulisan, uraian, lukisan atau deskripsi. Jadi berdasarkan arti katanya geografi adalah pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi (Sumaatmadja, 1988:30).

R. Bintarto dalam Sumadi (2003:4) mengemukakan “definisi geografi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala muka bumi dan peristiwa yang terjadi di muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan”.

Oleh karena itu, geografi digunakan sebagai ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gejala yang terjadi di muka bumi berdasarkan pengertian tersebut. Seperti yang dikemukakan Hartshorne dalam Bintarto dan Hadisumarno (1979:9), “geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional

tentang sifat variabel dari permukaan bumi”. Gejala yang dimaksud dalam hal

(28)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka mendukung penelitian yang dilakukan, maka dikemukakan beberapa teori menurut para ahli yang berkaitan dengan penelitian yaitu:

1. Geografi

Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri dari dua kata yaitu Geo yang berarti bumi dan Graphy (yang dalam bahasa Yunani Graphein) yang berarti pencitraan, pelukisan atau deskripsi. Jadi dalam arti katanya geografi adalah pencitraan, pelukisan atau deskripsi tentang keadaan bumi (Sumaatmadja, 1988:30).

1.1 Pengertian dan Pendekatan Geografi

Pengetahuan geografi sejak zaman Romawi Kuno hingga sekarang terus mengalami perkembangan. Perkembangan pengetahuan geografi tersebut tercermin dari banyaknya ahli-ahli atau pakar geografi yang menafsirkan pengertian geografi. Hal ini sesuai dengan arah dan tujuan perkembangan dari ilmu geografi itu sendiri.

(29)

12

muka bumi baik fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan kewilayahan”.

Di Indonesia, Ikatan Geografi Indonesia (IGI) pada Seminar dan Lokakarya Geografi di Semarang Tahun 1988 sepakat merumuskan definisi “geografi yaitu

ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan” (Sumadi, 2003:4).

Menurut Hartshorne dalam Bintarto dan Hadisumarno (1979:9), “geografi berkepentingan untuk memberikan deskripsi yang teliti, beraturan dan rasional tentang sifat variabel dari permukaan bumi”. Ilmu geografi terdiri atas dua aspek

yaitu aspek fisik dan aspek sosial, aspek fisik berkenaan dengan alam sekitar dan aspek sosial berkenaan dengan manusia. Kedua aspek tersebut saling berhubungan, dalam hal ini interaksi manusia dengan manusia dan manusia dengan alam sekitarnya.

(30)

13

Studi geografi pada dasarnya memiliki tiga pendekatan seperti yang dikemukakan Bintarto dan Hadisumarno (1979:12) bahwa “geografi terpadu (integrated geography) untuk mendekati atau menghampiri masalah dalam geografi digunakan berbagai macam pendekatan atau hampiran (approach) yaitu pendekatan analisis keruangan (spatial analysis), analisis ekologi (ecological analysis), dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis)”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa objek kajian geografi adalah geosfer yang terdiri atas litosfer, atmosfer, hidrosfer, biosfer, dan antroposfer. Sudut pandang atau cara mempelajari geografi adalah dengan pendekatan keruangan, kelingkungan, atau kewilayahan. Maka geografi dapat ditafsirkan sebagai ilmu mengenai bumi dan segala sesuatu yang berada di dalamnya, baik yang bersifat fisik dan non-fisik dimana manusia sangat berpengaruh dengan keadaan alam di permukaan bumi, manusia akan terus beradaptasi dengan alam terutama dalam memilih tempat tinggal, selama manusia tersebut masih mampu dan menjangkaunya demi memenuhi kesejahteraan hidup.

(31)

14

2. Banjir

Banjir merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Indonesia, dan hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan. Kejadian banjir dapat terjadi di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Walaupun tidak sebesar bencana gempa bumi atau tsunami, dampak banjir kadangkala menimbulkan korban jiwa hingga merenggut nyawa manusia, kerugian materi, kerusakan lingkungan serta menimbulkan wabah penyakit.

2.1 Pengertian Banjir

Secara umum banjir dapat didefinisikan sebagai jumlah air berlebih yang melewati permukaan tanah, kejadian saat air menggenangi daerah dalam kurun waktu tertentu, dimana daerah yang tergenangi tersebut yang dalam keadaan normal tidak biasa tergenangi. Banjir terjadi apabila volume air yang ada dalam tampungan sungai, danau, rawa, drainase maupun saluran air lainnya melebihi kapasitas yang dimiliki dan meluap ke daerah yang lebih rendah disekitarnya.

Menurut peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang sungai, “banjir secara umum dapat diartikan sebagai peristiwa meluapnya air sungai yang melebihi palung sungai”.

Sedangkan menurut Kodoatie dan Sjarief (2005: 17) berpendapat bahwa:

(32)

15

Banjir memiliki beberapa jenis dilihat dari daerah yang tergenang air dan karakteristik banjir itu sendiri. Menurut Pribadi dkk, dalam Rohman, (2012:28), banjir dapat dibagi menjadi empat yaitu banjir sungai, banjir pantai, banjir bandang, dan banjir kota. Banjir yang terjadi dalam Kecamatan Tanjung Karang Pusat merupakan banjir kota yaitu banjir yang terjadi di wilayah perkotaan akibat berkurangnya lahan kosong yang berfungsi sebagai daerah penyerap air hujan. Lahan kosong di daerah perkotaan sudah banyak beralih fungsi menjadi rumah, gedung, jalan, tempat parkir, tempat industri, dan lain lain sehingga daerah serapan air semakin berkurang. Selain akibat berkurangnya daerah resapan, banjir kota bisa disebabkan tidak berfungsinya saluran air hujan secara baik akibat tertutupnya saluran air hujan oleh sampah seperti yang sering melanda kota Jakarta.

2.2 Penyebab Banjir

Banjir yang sering melanda khususnya di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, dan yang paling berperan adalah manusia itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Kodoatie dan Sugiyanto (2002:78), banyak faktor menjadi penyebab terjadinya banjir. Namun secara umum penyebab terjadinya banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu banjir yang disebabkan oleh sebab-sebab alami dan banjir yang diakibatkan oleh tindakan manusia. Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:

 Curah hujan

(33)

16

 Pengaruh fisiografi

Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan lain lain. merupakan hal-hal yang mempengaruhi terjadinya banjir.

 Erosi & Sedimentasi

Erosi di DPS berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran, sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia.

 Kapasitas sungai

Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.

 Kapasitas drainase yang tidak memadai

Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan banjir di musim hujan.

 Pengaruh air pasang

Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Contoh terjadi di Kota Semarang dan Jakarta. Genangan ini terjadi sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.

Yang termasuk sebab-sebab banjir karena tindakan manusia adalah:  Perubahan kondisi DPS

Perubahan DPS seperti penggundulan hutan, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan perubahan tata guna lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan-persamaan yang ada, perubahan tata guna lahan memberikan kontribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

 Kawasan kumuh

Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

 Sampah

Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di kota-kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah di alur sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.  Drainase lahan

(34)

17

 Bendung dan bangunan air

Bendung dan bangunan air seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).

 Kerusakan bangunan pengendali banjir

Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.

 Perencana sistem pengendalian banjir tidak tepat

Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul, menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

Berdasarkan penjelasan tersebut Kodoatie dan Sjarief (2005:72), mengatakan bahwa perubahan tata guna lahan merupakan penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab yang lainnya.

Yulaelawati dan Syihab (2008:8-9), berpendapat bahwa penyebab timbulnya banjir yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia, seperti:

a. Pemanfaatan dataran banjir yang digunakan untuk pemukiman dan industri. b. Penggundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan

meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.

c. Permukiman di dataran banjir dan pembangunan di daerah dataran banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurug untuk dijadikan pemukiman. Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir. d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air,

terutama di perumahan-perumahan. Sedangkan Noor (2006:73) berpendapat bahwa:

(35)

18

3. Peta

Suatu objek atau fenomena dapat digambarkan pada sebuah bidang datar yang disebut peta. Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensional. Melalui sebuah peta kita akan mudah melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi yang luas, terutama dalam hal waktu dan biaya (Miswar, 2012:2).

ICA dalam Miswar (2012:2), mengemukakan peta merupakan suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil dengan atau diskalakan.

Dari pengertian peta di atas dapat dikatakan bahwa peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang digambarkan dalam bidang datar dan diperkecil dengan skala. Sebagai gambaran fenomena geografikal peta memiliki kegunaan yang luas. Miswar (2012:5) menyebutkan bahwa:

Kegunaan peta antara lain untuk pelaporan (recording), peragaan (displaying), analisis (analysing), dan pemahaman dalam interaksi (interelationship). Beberapa contoh kegunaan atau fungsi peta antara lain sebagai alat yang diperlukan dalam proses perencanaan wilayah, pada proses perencanaan wilayah peta sangat diperlukan sebagai survey lapangan, sebagai alat penentu desain perencanaan, dan sebagai alat untuk melakukan analisis keruangan.

(36)

19

Peta diperlukan sebagai petunjuk lokasi wilayah, alat penentu lokasi pengambilan sampel di lapangan, sebagai alat analisis untuk mencari suatu output dari beberapa input peta (tema peta berbeda) dengan cara tumpang susun beberapa peta (overlay), dan sebagai sarana untuk menampilkan berbagai fenomena hasil penelitian seperti peta kepadatan penduduk, peta daerah bahaya longsor, peta daerah genangan, peta ketersediaan air, peta kesesuaian lahan, peta kemampuan lahan, dan sebagainya.

Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi,

b. Memperlihatkan ukuran (luas, jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi,

c. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, dan sungai,

d. Membantu peneliti sebelum melakukan survey untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti,

e. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah, f. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan,

g. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan, dan

h. Alat untuk mempelajari hubungan timbal-balik antara fenomena (gejala-gejala) geografi di permukaan bumi.

(37)

20

peta tematik. Peta tematik merupakan peta yang memiliki tema khusus sehingga informasi yang ditampilkan merupakan data-data yang terkait dengan temanya.

Seperti yang telah dijelaskan maka penelitian ini menggunakan alat bantu berupa peta untuk melihat persebaran lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, serta sebagai pendukung dalam mendeskripsikan lokasi banjir yang ditinjau dari kemiringan lereng, penggunaan lahan dan jenis tanah.

3.1. Kemiringan Lereng

Kemiringan Lereng merupakan beda tinggi antara dua tempat yang dibandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Dapat juga diartikan sebagai ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat.

Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya akan mempengaruhi kecepatan aliran air maupun besarnya erosi dan aliran permukaan. Dalam Rachim dan Arifin (2011: 142), mengatakan bahwa:

Lereng adalah bagian integral dari permukaan lahan. Lereng memengaruhi drainase, run-off, erosi, pemunculan ke permukaan, dan kemudahan pengelolaan. Kelas lereng disini adalah menunjukkan lereng wilayah asosiasi tanah (FAO-UNESCO, 1974). Kelas lereng tersebut dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu:

1. Datar sampai berombak: lereng 0-8 persen.

2. Bergelombang sampai berbukit: lereng 8-30 persen. 3. Terjal tertoreh sampai bergunung: lereng > 30 persen.

(38)
[image:38.595.111.511.112.212.2]

21

Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng.

Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi

I 0-8 Datar

II >8-15 Landai

III >15-25 Agak Curam

IV >25-45 Curam

V >45 Sangat Curam

Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, Tahun 1986.

Kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap banjir, karena semakin curam letak suatu wilayah maka akan semakin cepat gerakan aliran air yang melewatinya sehingga tidak akan terjadi penggenangan dan semakin kecil kemungkinan wilayah tersebut mengalami banjir, begitu pula sebaliknya.

3.2. Penggunaan Lahan

(39)

22

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan material dasar yang merupakan bagian dari suatu lingkungan dan memiliki karakteristik baik dari keadaan tanah, iklim, distribusi hujan serta vegetasinya yang dapat digunakan oleh manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Penggunaan lahan kota dalam Prasetyo (2009:34) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Pemukiman

Pemukiman dibagi menjadi empat klas keteraturan, yaitu:

a. Pemukiman teratur, dicirikan dengan pola jaringan jalan teratur, bentuk dan ukuran rumah seragam, letak rumah teratur, jarak antar rumah sedang, dan masing masing mempunyai jalan terhubung ke jalan yang langsung terletak di depan setiap rumah, dengan kata lain semua rumah menghadap ke jalan.

b. Pemukiman sedang atau agak teratur, pola jaringan jalan tidak teratur, tata letak rumah agak teratur, bentuk dan ukuran rumah tidak seragam, arah dan jarak rumah tidak teratur, tidak semua rumah menghadap ke jalan. c. Pemukiman tidak teratur, pola jaringan jalan tidak teratur, jalan

penghubung ke tiap rumah tidak memadai (jumlah dan lebarnya), tata letak rumah tidak teratur, bentuk, ukuran dan arah rumah tidak teratur/seragam, tidak semua rumah menghadap ke jalan, bahan atap beraneka (ada atap genteng atau seng), cukup padat.

d. Pemukiman khusus, dalam kategori dapat dimasukkan sebagai rumah mukim khusus yang dipandang penting, misalnya rumah bangsawan, asrama, rumah penampungan kelompok penduduk tertentu, pola jaringan jalan teratur, bentuk umumnya persegi panjang untuk beberapa rumah. Beberapa pemukiman khusus biasanya terletak di sekitar perkantoran, daerah industri atau kantor khusus, ada fasilitas tersendiri misalnya masjid, gereja, lapangan olahraga atau sekolah.

2) Perdagangan

Perdagangan dapat dibedakan menjadi pasar, pusat perbelanjaan, pertokoan, rumah makan, atau apotik.

3) Pertanian

Pertanian dapat dibedakan menjadi sawah, tegal, kebun dan sebagainya yang secara administratif termasuk kota.

4) Industri

Dibedakan menjadi pabrik, pembangkit tenaga listrik. 5) Transportasi

(40)

23

6) Jasa

Meliputi perkantoran, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan fasilitas peribadatan.

7) Rekreasi

Meliputi lapangan olahraga, gedung olahraga, stadion, kebun binatang, kolam renang, dan gedung pertunjukkan.

8) Lain lain

Meliputi kuburan, lahan kosong, maupun lahan sedang dibangun.

Penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap kejadian banjir, karena jika suatu wilayah sudah semakin padat dan lahan kosong semakin berkurang maka peluang terjadinya banjir cukup besar karena sudah tidak adanya lahan sebagai daerah resapan, dan begitupun sebaliknya. Seperti yang dikemukakan Kodoatie dan Sjarief (2005:72), penggunaan lahan merupakan penyebab banjir yang paling berpengaruh karena air yang meresap ke dalam tanah menjadi sedikit, sehingga mengakibatkan aliran air permukaan (run-off) menjadi besar.

3.3. Jenis Tanah

Pada hakekatnya tanah secara geologi merupakan hasil pelapukan batuan yang ada di permukaan bumi. Oleh karena itu jenis-jenis tanah yang ada di permukaan bumi sangat erat kaitannya dengan komposisi kimia-mineral batuan dasarnya. Berbagai macam jenis tanah seperti laterit, andosol, latosol, alluvial, podsolik adalah jenis-jenis tanah hasil pelapukan dari jenis-jenis-jenis-jenis batuan tertentu. Sehingga potensi suatu lahan terhadap peruntukannya sangat ditentukan oleh jenis tanah yang menempati lahan tersebut (Noor, 2006:101).

(41)

24

1) Tekstur Tanah

Tekstur tanah biasanya berkaitan dengan ukuran dan porsi partikel-partikel tanah dan akan membentuk tipe tanah tertentu. Tiga unsur utama tanah adalah pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay). Tanah yang ada di permukaan bumi terbentuk oleh kombinasi ketiga unsur tersebut.

2) Struktur Tanah

Struktur tanah adalah susunan partikel-partikel tanah yang membentuk agregat. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyerap air tanah. Misalnya, struktur tanah granuler dan lepas mempunyai kemampuan besar dalam meloloskan air sehingga menurunkan laju air dan memacu pertumbuhan tanaman. 3) Permeabilitas Tanah

Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur tanah serta unsur organik lainnya ikut menentukan permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi.

(42)

11 25

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini disajikan tabel penelitian-penelitian sejenis yang relevan, dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Penelitian yang Relevan.

No. Peneliti dan Judul Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Hasil

1. Khadiyanto “Pengaruh

Perluasan Area Terbangun dan Jumlah Penduduk Terhadap Banjir Genangan di Sebagian Wilayah

Kota Semarang”.

1. Mengetahui

perimbangan luas daerah terbangun dengan peningkatan jumlah penduduk. 2. Mengetahui besar

banjir yang

ditimbulkan oleh perubahan pada daerah banjir.

Deskriptif 1. Kecenderungan arah perluasan banjir menuju Timur Laut. 2. Kecenderungan arah pemekaran area pemukiman menuju

Barat Daya.

3. Adanya pengaruh positif pertambahan penduduk terhadap peningkatan banjir.

4. Tambahan satu penduduk meningkatkan tambahan luas terbangun sekitar 50 meter persegi.

2. Agustinus Budi Prasetyo

“Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Banjir di Kota Surakarta Tahun

2007”.

1. Mengetahui

persebaran lokasi rawan banjir.

2. Mengetahui faktor-faktor penyebab banjir.

3. Mengetahui besarnya risiko banjir.

Deskriptif/ kualitatif

1. Kerawanan banjir dibagi menjadi 5 klas yaitu klas sangat rawan dengan luas 0,5 km2 (1,14%), klas rawan sedang 3,5 km2 (7,59%), klas kurang rawan 1,36 km2 (3,68%) dan klas tidak rawan 34,64 km2 (78,66%).

2. Saluran drainase, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan sangat berperan dalam terjadinya banjir.

(43)

11 26

B.Kerangka Pikir

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah yang sering mengalami banjir. Hampir setiap tahunnya bencana banjir melanda Kota Bandar Lampung. Walaupun banjir yang sering melanda hanya berupa genangan akan tetapi kejadian tersebut cukup menghambat aktivitas warga masyarakat setempat. Tidak hanya kerugian materi yang ditimbulkan, kejadian ini juga dapat merenggut korban jiwa.

Data lokasi banjir masih berupa data dalam bentuk tabel yang belum dipetakan. Data tersebut dalam penyajiannya memang cukup mudah dibaca akan tetapi memiliki kelemahan yaitu data tersebut tidak dapat memberikan gambaran mengenai distribusi spasialnya. Maka dibutuhkan pengolahan data lebih lanjut ke dalam bentuk peta yang nantinya akan lebih memudahkan pembaca dalam memahami persebaran lokasi banjir yang pernah terjadi.

Penelitian ini tidak difokuskan pada proses pembuatan peta melainkan deskripsi dari peta yang akan disajikan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mendeskripsikan lokasi terjadinya banjir dengan variabel yang digunakan yaitu kemiringan lereng dengan kriteria kemiringan lereng ditentukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Tahun 1986 yang terdiri atas lima kelas kemiringan lereng, penggunaan lahan, serta jenis tanah, serta apa penyebab terjadinya banjir.

(44)

27

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir, metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Oleh Arikunto ditegaskan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi

hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan

(dalam Prastowo, 2011:186).

Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan analisis data-data sekunder yang ada.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.

2. Waktu Penelitian

(45)

28

C. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data spasial berupa peta administratif Kecamatan Tanjung Karang Pusat, peta kemiringan lereng, peta penggunaan lahan dan peta jenis tanah.

b. Data atribut berupa data penggunaan lahan, data kejadian banjir dan data curah hujan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.

2. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Perangkat Keras (Hardware)

1) Seperangkat Komputer

Merupakan satu set komputer yang terdiri dari CPU, hardisk, monitor, printer, serta mouse yang digunakan untuk membuat peta.

2) Scanner

Scanner digunakan untuk men-scan atau menjiplak data berupa peta analog untuk dijadikan data digital (image) agar dapat diolah lebih lanjut pada komputer dengan sehingga diperoleh informasi yang diperlukan.

3) Kamera

Pada penelitian ini kamera digunakan untuk mengambil foto atau gambar dari objek penelitian di lapangan yang sesuai dengan sasaran penelitian.

b. Perangkat Lunak (Software)

(46)

29

D. Objek Penelitian

Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Menurut Nyoman Kutha Ratna dalam Prastowo (2011:199), Objek adalah keseluruhan gejala yang ada disekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya objek dalam penelitian kualitatif menurut Sparadley disebut sosial situation atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Berdasarkan pengertian tersebut objek penelitian dalam penelitian ini yaitu Lokasi Banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung dalam rentang waktu yaitu tahun 2011-2013.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010:161). Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang ditinjau dari kondisi geografisnya berdasarkan tingkat kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah serta penyebabnya.

2. Definisi Operasional Variabel

(47)

30

menspesifikkan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu lokasi banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung yang ditinjau dari kondisi kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis tanah dan penyebab banjir.

2.1. Kemiringan Lereng

[image:47.595.113.513.383.495.2]

Kriteria kemiringan lereng ditentukan berdasarkan Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan Dan Konservasi Tanah Tahun 1986 yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng.

Kelas Kemiringan (%) Klasifikasi

I 0-8 Datar

II >8-15 Landai

III >15-25 Agak Curam

IV >25-45 Curam

V >45 Sangat Curam

Sumber: Pedoman Penyusunan Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah, 1986.

(48)

31

2.2. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan dapat berpengaruh terhadap terjadinya banjir, karena semakin sedikitnya lahan di suatu wilayah maka akan sedikit pula tempat penyerapan air yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir. Penggunaan lahan diklasifikasikan menjadi:

1. Pemukiman

2. Perdagangan dan jasa 3. Perkantoran

4. Pelayanan umum 5. Lahan kosong (Prasetyo, 2009:34)

2.3. Jenis Tanah

Jenis tanah merupakan faktor alami yang juga berpengaruh terhadap banjir. Jenis tanah pada suatu wilayah berpengaruh terhadap daya serap air. Jadi jenis tanah yang dapat mengakibatkan banjir yaitu jenis tanah dengan tingkat penyerapan yang rendah, sehingga saat terjadi hujan air yang turun tidak dapat langsung kembali ke tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya genangan.

2.4. Penyebab Banjir

(49)
[image:49.595.116.516.113.256.2]

32

Tabel 5. Penyebab Terjadinya Banjir.

No. Penyebab Banjir

Sebab Alami Tindakan Manusia

1. Curah hujan Perubahan kondisi DPS 2. Pengaruh fisiografi Kawasan kumuh dan sampah 3. Erosi dan sedimentasi Perubahan tata guna lahan 4. Kapasitas sungai Drainase lahan

5. Kapasitas drainase yang tidak memadai

Kerusakan bangunan pengendali banjir 6. Pengaruh air pasang Perencana sistem pengendalian banjir

tidak tepat Sumber: Kodoatie dan Sugiyanto (2002: 78).

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling penting dalam suatu penelitian, karena suatu penelitian tidak akan berjalan tanpa adanya data. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2005:174).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen, yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta ijazah, rapor, peraturan perundang-undangan, buku harian, surat surat pribadi, catatan biografi, dan lain lain yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu (dalam Prastowo, 2011:226).

(50)

33

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data sekunder berupa kondisi umum daerah penelitian, keadaan dan penggunaan lahan yang ada, peta daerah penelitian serta data data pendukung lainnya yang didapat dari instansi terkait mengenai permasalahan banjir.

2. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mendukung teknik dokumentasi yang telah dilakukan dengan melakukan pengambilan foto pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2010:244) berpendapat bahwa:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

(51)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data di lapangan mengenai kejadian banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 yaitu di Kelurahan Durian Payung, Kelurahan Pasir Gintung, Kelurahan Kaliawi, Kelurahan Kelapa Tiga dan Kelurahan Gotong Royong.

2. Kemiringan lereng pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah daerah yang terletak pada kategori kemiringan lereng 0-8% (wilayah datar).

3. Penggunaan lahan pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah wilayah yang didominasi oleh kawasan pemukiman serta perdagangan dan jasa.

4. Jenis tanah pada lokasi terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung selama tahun 2011-2013 adalah tanah jenis latosol. 5. Penyebab utama terjadinya banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota

(52)

74

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan d mengenai kejadian banjir di Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung, saran yang dapat dikemukakan antara lain:

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung hendaknya memperhatikan penataan kota yang sesuai dengan karakteristik suatu wilayah. Selanjutnya dapat melakukan upaya upaya seperti tidak sembarangan memberi ijin untuk membangun bangunan, khususnya di wilayah yang sudah sangat jarang ditemui lahan kosong agar titik banjir tidak meluas menyebar ke daerah-daerah lain yang belum pernah mengalami banjir.

2. Masyarakat seharusnya mengikuti peraturan yang berlaku serta menjaga lingkungan masing-masing dalam keadaan baik sehingga banjir tidak akan terjadi pada saat hujan turun.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Kota Bandar Lampung. (Online). http://id.wikipedia.org/. Diakses Selasa, 2 April 2013. Pukul 15.20 WIB.

---. 2013. Banjir, Pemkot Bantu Beras dan Sembako. Dimuat dalam Lampung Post, 27 Januari 2013.

---. 2013. Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2013. Bandar Lampung: BPS Kota Bandar Lampung.

---. 2013. Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011 – 2030. Bandar Lampung: BAPPEDA Kota Bandar Lampung.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bintarto R dan Hadisumarno, Surastopo. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES.

Brad21. 2011. Perkampungan di Kaliawi Bandar Lampung-Jan. 2011. (Online). http://www.panoramio.com/photo/47721251. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB.

Harjono, Yulvianus. 2013. Kerugian Banjir di Bandar Lampung Capai Rp 60 Miliar. Dimuat dalam Kompas, 29 Januari 2013.

Kodoatie, Robert J. dan Sjarief, Roestam. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi Offset.

---. 2010. Tata Ruang Air. Yogyakarta: Andi Offset.

(54)

76

Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Marta, Budhi. 2013. Foto Udara Warna Warni Kaliawi. (Online). http://twicsy.com/i/R6cUbd. Diakses Senin, 8 Juni 2015. Pukul 08.20 WIB. Miswar, Dedy. 2012. Kartografi Tematik. Bandar Lampung: Aura.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Prasetyo, Agustinus Budi. 2009. Pemetaan Lokasi Rawan dan Risiko Bencana Banjir di Kota Surakarta Tahun 2007. (Skripsi). Solo: Program Studi Pendidikan Geografi. Universitas Negeri Surakarta.

Prastowo, Andi. 2011. Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Purnama, Asep. 2008. Pemetaan Kawasan Rawan Banjir di Daerah Aliran Sungai Cisadane Menggunakan Sistem Informasi Geografi. (Skripsi). Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor.

Rachim, Djunaedi A dan Arifin, mahfud. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung: Penerbit Pustaka Reka Cipta.

Rohman, Ahmad Abdul. 2012. Kesiapsiagaan Tingkat Rumah Tangga dalam Mengantisipasi Bencana Banjir (Studi Kasus Kali Lamong Kabupaten Gresik). (Tesis). Bandung: Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Institut Teknologi Bandung.

Rosana.2003. Bahan Ajar Kartografi. (Bahan Ajar) Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Subarjo, M. 2006. Meteorologi dan Klimatologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyanta, I Gede. 2003. Geomorfologi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(55)

77

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Alumni: Bandung.

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi. (Bahan Ajar). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Gambar

Tabel
Tabel 1. Lokasi Kejadian atau Rawan Bencana di Kota Bandar Lampung.
Tabel 2. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng.
Tabel 4. Kelas Kemiringan Lereng dan Nilai Skor Kemiringan Lereng.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kenyamanan para pengunjung pada saat pemedek memasuki area inti kompleks bangunan Pura Dalem Desa Adat Negari ini, baik

Oppilaan oikeus osallistua oppimisympäristöjen suunnitteluun nähdään myös perusopetuslaissa, joka vuoden 2014 alussa täydentyi momentin 47 a § mukaan:

Myös sosiaalityö ammattina osallistuu hallintaan ja asiakkaitaan normaalistaviin käytän- töihin. Sosiaalityössä työskennellään asiakasryhmien kanssa, jotka määrittyvät

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah model pembelajaran problem solving berbantuan web yang

Derajat subsitusi CMC tertinggi yang dihasilkan pada penelitian ini diperoleh dari perlakuan asam trikloroasetat 20 % dan waktu reaksi 3 jam. Sehingga viskositas CMC

Pada penelitian ini akan dilakukan sintesis dan karakterisasi Na-CMC dari selulosa tanaman eceng gondok yang diperoleh dari dua daerah yang berbeda, yaitu daerah Jatinangor

Pada hasil tersebut peningkatan nilai keuntungan yang diharapkan terbesar terjadi pada peningkatan frekuensi penyemprotan F3 (10 hari) menjadi F2 (7 hari)