TEMA
ARSITEKTUR
POST MODERN
LAPORAN PERANCANGAN AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR
SEMESTER VIII TAHUN 2009 – 2010
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh :
Geri Leofan Wijaya
1.04.06.009
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTERABSTRAK
Bandung Fahion Center ini dirancang sebagai perwujudan representasi
kota Bandung sebagai kota kreatif, khususnya dalam bidang fashion.
Bandung Fashion Center ini dirancang untuk mengumpulkan para
desainer yang ada di Bandung dan membuat tempat yang dikhususkan
untuk acara fashion show.
Bandung Fashion Center berlokasi di Jl. Setiabudhi ini diharapkan dapat
dijangkau oleh masyarakat kota Bandung khususnya menengah ke atas
yang perduli akan perkembangan fashion di Bandung. Dengan luas total
lahan 11.500 m2 yang dimanfaatkan adalah sebesar 40%, selebihnya site plan lebih difokuskan pada penataan penghijauan.
Tema yang diterapkan pada desain Bandung Fashion Center adalah
“Arsitektur Post-Modern”. Sesuai dengan filosofi fashion yang berubah
dengan cepat dan merupakan kulit kedua dari tubuh manusia, tema
Arsitektur Post-Modern merupakan pilihan yang tepat dalam menerapkan
konsep – konsep perancangan Bandung Fashion Center. Secara rinci
menerapkan bangunan anti modern yang tidak hanya memperhatikan
bangunan secara fungsional semata, namun memperhatikan ekspresi
sekaligus keindahan pada bangunan, dengan harapan dapat melahirkan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis pajatkan kehadirat Illahi Robi, atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul
“Bandung Fashion Center”. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menempuh jenjang pendidikan sarjana pada
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Komputer Indonesia.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik berupa saran, bimbingan serta dorongan,
sehingga terselesaikanya laporan tugas akhir ini. Oleh sebab itu penulis
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor
Universitas Komputer Indonesia.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ukun Sastraprawira, M.Sc., selaku Dekan
Fakultas Teknik Universitas Komputer Indonesia.
3. Ibu Ir. Dhini Dewiyanti Tantarto., MT., selaku Ketua Jurusan
Arsitektur Universitas Komputer Indonesia.
4. Ibu Ilhamdaniah., ST., MT., Msc., selaku koordinator tugas akhir,
yang telah memberikan bantuan dan pengarahan didalam tugas
akhir.
5. Ibu Ir. Wanita Subadra Abioso., MT., selaku dosen pembimbing
tugas akhir, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dengan tulus dan penuh kesabaran kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
6. Bapak Salmon P Martana., ST., MT., selaku dosen wali angkatan
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Teknik Arsitektur Unikom, atas
bimbingannya dan jerih payahnya dalam mengajar selama ini.
8. Keluargaku Papa, Mama, Teh Wilsa, Teh Hilda, Teh Wilma, Bi
Nani, mak Boto, A Roby, A Rian, Alm Nenek, kedua Alm kakek,
dan keponakanku Kalula, penulis mengucapkan terimakasih atas
dukungannya dan dorongannya selama ini.
9. Teman yang satu bimbingan tugas akhir, Edi Juandi yang satu
seperjuangan di tugas akhir ini.
10. Teman-teman tugas akhir, Rifky, Asrial, Nurul, Acie, Dina,
Leander, Ulil, Aripin, dan Fikri atas bantuannya dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini dan motivasinya.
11. Teman –teman Arsitektur 2006
12. Adik- adik HIMARS yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu persatu.
Semoga segala jasa yang menyertai penyusunan laporan tugas
akhir ini memperoleh berkah dan Karunia-Nya. Amin.
Bandung, Juli 2010
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR GAMBAR... iv
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR PUSTAKA... vi
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud ... 2
1.3 Tujuan ... 2
1.4 Landasan Teori ... 3
1.4.1 Pengertian Fashion Center ... 3
1.4.2 Sejarah Fashion ... 3
1.5 Peraturan Daerah Kota Bandung, Tentang Pusat Perbelanjaan... 7
1.5.1 Pasal 15, Klasifikasi Toko Modern ... 7
1.5.2 Pasal 26, Tentang Aturan Luasan Bangunan. ... 8
1.5.3 Pasal 34, Tentang Waktu Pelayanan. ... 9
1.6 Kerangka Berfikir. ... 10
BAB II ... 12
Data Umum ... 12
2.1 Nama-nama Designer Indonesia ... 12
2.2 Nama-nama Butik dan Desiner di Bandung ... 13
2.3 Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) ... 13
2.3.1 Sejarah APPMI ... 13
2.3.2 Visi & Misi APPMI ... 14
2.3.3 Tujuan APPMI ... 14
2.3.4 Perkembangan Keanggotaan ... 15
BAB III ... 17
Elaborasi Tema ... 17
3.1 Penjelasan Tema ... 17
3.2 Arsitek Post-Modern ... 20
3.3 Studi Banding Kasus ... 21
3.3.1 Prada New York Epicenter ... 21
3.3.2 Mall Kelapa Gading ... 23
3.3.3 Esmod Jakarta International Fashion University Group ... 26
3.4 Studi Banding Tema ... 29
3.4.1 Piazza D’italia ... 29
3.4.2 The Palace Of Abraxas ... 31
BAB IV ... 36
ANALISIS ... 36
4.1 Deskripsi Proyek ... 36
4.1.1 Justifikasi Lokasi... 37
4.2 Pendalaman Tema ... 40
4.2.1 Ciri – Ciri Fashion ... 40
4.2.2 Ciri – Ciri Post Modern ... 41
4.2.3 Studi Banding Kasus (Bandung Fashion Center) ... 42
4.3 Kebutuhan Ruang ... 44
4.4 Analisis Tapak ... 45
4.4.1 Sirkulasi ... 45
4.4.2 Security ... 46
4.4.3 Pola Vegetasi ... 46
4.4.4 Kawasan Sekitar... 47
4.5 Programming ... 48
BAB V ... 53
KONSEP PERANCANGAN ... 53
5.1 Konsep Perancangan ... 53
5.1.1 Konsep yang dibuat ada beberapa elemen ... 53
5.1.2 Sirkulasi Ruang ... 53
5.1.3 Penerapan Secondary Skin ... 54
5.1.5 Penataan Site Plan ... 55
5.1.6 Interior ... 56
5.1.7 Warna ... 56
5.2 Aktivitas Bangunan ... 57
5.3 Hirarki Ruang ... 57
5.4 Pembagian Fungsi ... 58
5.5 Pola Vegetasi... 58
5.6 Pola Parkir ... 59
5.7 Interior Restaurant ... 59
5.8 Interior Boutique ... 60
DAFTAR PUSTAKA
Allo Katherina,book revew : The Fashion of Architecture
Yulianto Sumalyo, Arsitektur Modern akhir abad XIX dan abad XX, Yogyakarta : Gajah mada University Press, 1997
Jencks Charles, The Language Of Post-Modern Architecture, The Fourth Edition : Rizzoli International Publication.INC, 1984
RTRW kota Bandung, Rencana Pengaturan KDB Dan KLB Maksimum
Ruddell Reed,JR., Plan layout, Richard D Irwin,INC. Homewood., III, 1961
tugas analisa MT.Pengantar Real Estate
bandung hotels, tourism, travel, West Java Indonesia
http://www.wikipedia.org/sejarahfashion
http://www.wikipedia.org/nama-nama designer indonesia
http://www.indonesianfashiondesigners.com/activities_appmi.html
http://www.google.co.id/firefox/ prada epicenter/prada ny_view outside.htm
http://hoteldijakarta.com/wp-content/uploads/2008/08/mkg-hotel-hotels-di-in-jakarta.jpg
http://www.malkelapagading.com/themall_i.asp
http://www.esmodjakarta.com/home.php
http://kosmo.vivanews.com/news/read/14156gelar_sarjana__kini_bisa_ditempu h_di_esmod
http://www.esmodjakarta.com/about.php
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Geri Leofan Wijaya
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 3 Agustus 1987
Agama : Islam
Alamat : Jl Elang No.52/75 RT.03 RW.01 Kode Pos 40184
No Telepon : Rumah (022) 6038117 HP 087822167417
Email : geri_chuckbass@yahoo.com
Data Pendidikan
2006 – 2010 : UNIKOM Jurusan Teknik Arsitektur Tugas Akhir : Bandung Fashion Center
2002 – 2005 : SMA Angkasa Bandung
1999 – 2002 : SMP Angkasa Bandung
1993 – 1999 : SD YWKA
Pengalaman Organisasi
Bendahara HIMARS Arsitektur UNIKOM
Karya Ilmiah
Program Kreativitas Mahasiswa (Kategori Kewirausahaan)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fashion merupakan benda-benda dan atribut yang dipakai manusia
untuk mengidentifikasikan dirinya secara khusus dan kelompok
sosialnya sebagai satu kesatuan dirinya dengan pikiran-pikiran atau
pernyataan citra diri pribadi ataupun yang sifatnya komunal.
Benda-benda tersebut bisa berarti gaya pakaian, rambut, kendaraan, atau
apa saja yang dipandang sebagai identitas setiap diri pribadi atau
kelompok. Fashion merupakan bagian terpenting dari gaya hidup
suatu masyarakat.
Kebudayaan di perkotaan merupakan kebudayaan yang tumbuh
dari interpretasi dan pengkomunikasian berbagai hal yang
dirasakan serta dialami oleh penghuni sebuah kota.
Kecenderungan masyarakat kota yang serba-sibuk dan
berintelektualitas tinggi akan menyebabkan aspek visual menjadi
penting di dalam kehidupan kota, di mana hal ini juga berdampak
terhadap pencitraan visual dari masing-masing individu, yang
seringkali dicerminkan oleh style (gaya).
Kecepatan penyampaian informasi, perdagangan bebas, dan pola
pikir kapitalis yang sangat mempengaruhi cara pandang manusia
dalam mempersepsikan keadaan sekitarnya membuat masyarakat
untuk terus mencari gaya / style baru, dalam hal ini termasuk gaya
berpakaian. Dari beberapa teori tersebut, maka tidak
mengherankan bahwa Indonesia sebagai sebuah negara
berkembang yang banyak terpengaruh oleh budaya kapital memiliki
beberapa kota yang kini telah menjadi kota dengan industri fashion
yang cukup pesat hingga dapat mempengaruhi perekonomian dan
Bandung merupakan sebuah kota yang terkenal sebagai kota
dengan potensi industri kreatif yang sangat besar, khususnya
dalam industri fashion. Tersedianya fasilitas wisata belanja produk
tekstil maupun busana siap pakai dalam jumlah yang cukup banyak
menciptakan citra kota mode sebagai salah satu citra kota
Bandung.
Tujuan utama dari pendirian Fashion center di Bandung secara
umum adalah sebagai sentra dari kegiatan kreatif perancangan
fashion desain, sarana apresiasi, rekreasi dan pemasaran fashion
industri di Indonesia, serta untuk menciptakan dan
menumbuhkembangkan suasana yang mendukung tumbuhnya
kreativitas dan apresiasi terhadap karya fashion desain dengan
lebih maksimal sehingga menjadi sentra dan perantara yang baik
antara praktisi dan desainer fashion lokal maupun mancanegara
dengan pelaku fashion industri lokal dan masyarakat umum.
1.2 Maksud
Membuat bangunan untuk para penggemar fashion.
Mengembangkan dunia fashion di kota Bandung.
Diharapkan dapat menjadi icon kota Bandung sebagai kota
fashion.
Membuat pendatang merasa nyaman dalam mengunjungi
tempat perbelanjaan beserta fasilitas penunjangnya.
1.3 Tujuan
Masyarakat dapat mempelajari semua hal tentang fashion.
Diharapkan dapat meningkatkan perekonomian kota Bandung.
Dapat meningkatkan daya tarik wisatawan di luar kota Bandung.
Dapat mempermudah orang untuk berbelanja barang-barang
1.4 Landasan Teori
1.4.1 Pengertian Fashion Center
1.4.2 Sejarah Fashion
Fashion dalam Sastra transatlantik abad-19 yang dapat
mencerminkan perkembangan mode. Penulis buku Inggris Charles
Dickens menuliskan pentingnya penjahit wanita dan perannya
dalam masyarakat Inggris, serta ide-idenya seputar wanita dalam
novelnya Little Dorrit. Dickens "Catatan Amerika yang
menggambarkan sebuah keindahan mode kedua negara Amerika
dan Inggris, dengan pendapatnya mengenai pakaian wanita
Amerika. Richardson Leander penulis Amerika, The Dark City:
Cockneys membandingkan lebih lanjut hubungan antara fashion
Amerika di New York dan Boston dengan orang-orang di London.
Kritiknya mengenai kecenderungan perempuan Amerika untuk
meniru fashion Inggris mencerminkan ide mode sebagai pasar
industri. Majalah Amerika, Godey's Lady's Book, ditulis oleh Sarah
Fashion center adalah suatu tempat yang menjadi pangkal
segala kegiatan yang berhubungan dengan gaya atau trend yang
dapat diterima oleh masyarakat setempat.
Menurut Book Review : The Fashion of Architecture, oleh
Katherina Allo, menyatakan bahwa fashion center adalah sebuah
wadah tempat untuk para pelaku yang terkait dapat
bekerjasama, berkoordinasi dengan baik dan dapat mencapai
pasar dengan baik pula. Hal tersebut melibatkan pemasaran,
promosi, perancang, pengembang desainer, dan pihak terkait
seperti model para produsen dalam bidang textile, penjahit, dan
lain sebagainya.
Bandung fashion center adalah pusat kegiatan yang
berhubungan dengan dunia mode meliputi aspek promosi,
penjualan, pendidikan, serta rekreasi yang terletak di kota
Josepha Hale menghubungkan abad-19, fashion sebagai cerminan
dari nilai-nilai moral pada masa itu. Ratu Victoria memuji gaya
pakaian tahun 1868 menunjukkan pemahamannya gaun
perempuan mencerminkan moralitas orang Inggris.
Pentingnya mode abad-19 muncul dalam berbagai karya sastra
lain. Beberapa pertanyaan oleh Oscar Wilde, serta Hawei Mary's
Art of Decoration (1881) dan Art of Dress (1878) mendorong
perempuan untuk berpakaian dengan cara yang lebih indah dan
menyenangkan yang terinspirasi oleh alam. Pada tahun 1880,
pentingnya estetisisme lebih terinspirasi penulis dan berprestasi di
bidang seni, akhirnya mengarah pada pengakuan peningkatan
gaya estetika mode di dunia Barat. Selain estetisisme, beberapa
gerakan reformasi, seperti gerakan Amerika dimulai oleh Reformasi
Dress National Association pada tahun 1856 berusaha untuk
membuat pakaian wanita lebih nyaman dan lebih praktis.
Teknologi dan Fashion Ketika abad-19 berlangsung, terus
memajukan teknologi komunikasi dan memperbolehkan untuk
meningkatkan produksi tekstil, khususnya di Amerika. Pembeli
Amerika yang dikenal sebagai agen belanja perjalanan ke Paris
dan dapat kembali ke Amerika dengan pakaian yang seharusnya
didapat bagi perempuan Amerika untuk sendiri. Meningkatnya
kemampuan untuk bepergian di abad-19 diijinkan untuk fashion
Inggris dan Perancis harus dilihat di Amerika. Ketika ekonomi
Amerika tumbuh dengan perluasan pasar seperti kapas dan bulu
industri, banyak perhatian khusus yang jatuh pada konsumen.
Sepanjang awal abad ke-20, hampir semua mode berasal dari
Paris, dan ke tingkat yang lebih rendah di London. Majalah fesyen
dari negara lain dikirim editor ke Paris fashion show. Departemen
toko dikirim pembeli kepada Paris menunjukkan, di mana mereka
memotong garis gaya rincian orang lain). Keduanya dibuat untuk
mengukur salon dan departemen Paris tren terbaru, yang
diadaptasi ke toko-toko tentang gaya hidup dan buku pelanggan
sasaran mereka.
Sekitar awal abad kedua puluh gaya fashion majalah mulai
memasukkan foto-foto dan bahkan menjadi lebih berpengaruh pada
masa lalu. Di kota-kota di seluruh dunia majalah-majalah ini sangat
dicari dan memiliki efek mendalam pada selera publik. Talent
ilustrator di antara mereka Paulus Iribe, Georges Lepape, Erté, dan
George Barbier fashion yang menarik untuk dipublikasi, yang
mencakup perkembangan terbaru di dunia fashion dan kecantikan.
Mungkin yang paling terkenal dari majalah ini adalah La Gazette du
bon ton yang didirikan pada tahun 1912 oleh Lucien Vogel dan
diterbitkan secara teratur sampai 1925.
Estetika fashion ketika abad-19 berlangsung, pentingnya pakaian
dengan berpakaian indah dan menyenangkan yang
didokumentasikan oleh penulis abad-19. Pada akhir 1870-an, mode
di Amerika dan Inggris baik masyarakat melihat pergeseran dari
korset, padding, dan rok untuk kain yang mengungkap bentuk
tubuh wanita, sebuah trend yang dicatat oleh novelis Inggris Wilke
Collins.
Pakaian yang dikenakan oleh para perempuan modis dari 'Belle
Epoque' (zaman yang disebut oleh Perancis) yang sangat mirip
dengan yang dipakai pada masa kejayaan perintis mode Charles
Worth. Pada akhir abad kesembilan belas, cakrawala industri
fashion pada umumnya telah diperluas, sebagian disebabkan oleh
perjalanan dan kebebasan gaya hidup wanita kaya yang mulai
mengadopsi dari pakaian praktis mereka. Namun, mode Epoque
Belle masih dipertahankan dengan detail, kain, bentuk jam pasir
membuat baju atau pakaian sendiri tanpa bantuan dari pihak ketiga.
Yang selalu membutuhkan perubahan radikal, yang sekarang
penting untuk kelangsungan hidup pada mode saat ini, masih
benar-benar belum terpikirkan.
Menjelang akhir dekade ketidak jelasan mode secara bertahap
menjadi agak lebih lurus dan ramping, sebagian karena Paulus
Poiret berpinggang ramping tinggi, pendek mengitari garis pakaian.
Maison Redfern yang merupakan rumah mode pertama perempuan
yang menawarkan setelan yang disesuaikan berdasarkan secara
langsung pada rekan pria dan sangat praktis dan elegan garmen
segera menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lemari pakaian
bagi setiap wanita yang berpakaian rapi. Bagian yang tak
terpisahkan dari pakaian wanita adalah desainer topi. Topi yang
Fashionable pada waktu itu, baik yang kecil maupun yang
menutupi di atas kepala, atau besar dan lebar, dihias dengan pita,
bunga, bahkan bulu. Payung masih digunakan sebagai aksesori
dekoratif dan di musim panas mereka dengan renda.
( Gambar 1.1 : Sketsa desainer untuk pakaian topi dan renda)
Selama awal tahun 1910-an mode yang tidak jelas menjadi lebih
jelas. Ketika Russes Balet dilakukan diSyahrazad, Paris pada tahun
1910, sebuah kegemaran untuk Orientalisme terjadi. The modiste
menerjemahkan mode ini ke dunia fashion. Poiret's klien sekaligus
ditransformasikan menjadi gadis yang mengalir warna dan geisha
yang eksotis dengan kimono.
( Gambar 1.2 : Gadis geisha menggunakan kimono)
Paulus Poiret juga merancang pakaian pertama yang perempuan
bisa memakai tanpa bantuan seorang pembantu. The Art Deco
gerakan mulai muncul pada saat ini dan pengaruhnya tampak jelas
dalam desain. Hal ini juga dicatat bahwa sesungguhnya pertama
fashion show yang diselenggarakan selama periode ini, oleh wanita
pertama model Jeanne Paquin, yang juga adalah model Paris
pertama untuk membuka cabang luar negeri di London, Buenos
Aires, dan Madrid.
1.5 Peraturan Daerah Kota Bandung, No: 02 Tahun 2009, Tentang
Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko
Modern.
1.5.1 Pasal 15, Klasifikasi Toko Modern
1. Luas gerai, sebagai berikut:
a. Mini market kurang dari 400 m2 (empat ratus meter persegi);
b. Supermarket 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000 m2 (lima ribumeter persegi);
d. Perkulakan, diatas 5.000 m2 (lima ribu meter persegi). 2. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan sebagai berikut :
a. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara
eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan
produk rumah tangga lainnya;
b. Departement Store menjual secara eceran barang
konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya
dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin
dan/atau tingkat usia konsumen; dan
c. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
1.5.2 Pasal 26, Tentang Aturan Luasan Bangunan
(1) Pusat perbelanjaan dengan luas lantai lebih besar dari 2000 m2 (dua ribu meter persegi)diwajibkan menyediakan ruang tempat
bagi usaha kecil dan usaha informal minimal 10%(sepuluh
persen) dari luas lantai efektif bangunan dan tidak dapat diganti
dalan bentuklain.
(2) Toko modern yang tidak berada di pusat perbelanjaan dengan
luas lantai lebih dari 2000 m2 (dua ribu meter persegi) diwajibkan menyediakan ruang tempat usaha bagi usaha
kecildan usaha informal.
(3) Penyediaan ruang tempat usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2), dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
informal yang difasilitasi oleh pemerintah daerah;
(4) Pengelola Toko Modern wajib memasarkan produk usaha kecil
(5) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.
1.5.3 Pasal 34, Tentang Waktu Pelayanan
(1) Waktu pelayaan Pusat Perbelanjaan dan/toko Modern dimulai
pukul 10.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB.
(2) Untuk hari bear keagamaan, Libur Nasional atau hari tertentu
lainnya Walikota dapat menetapkan waktu pelayanan
melampaui pukul 22.00 WIB.
(3) Untuk penyelenggaraan usaha Pusat Perbelanjaan dan/atau
Toko Modern yang waktu pelayanannya diluar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Wajib memiliki izin
khusus.
(4) Izin khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) datur lebih
1.7 Sistematika Pembahasan
Sebagai penjelasan strukturisasi, penulis dalam membuat laporan
terlebih dahulu membuat sistematika pembahasan.
BAB I Pendahuluan
Pada bab I, memuat tentang latar belakang, maksud
dan tujuan, sasaran, lingkup perancangan, masalah
perancangan, metoda pendekatan, kerangka berfikir
dalam perancangan Bandung Fashion Center serta
sistematika dari laporan tugas akhir.
BAB II Data Awal
Pada bab II, memuat penjelasan mengenai data –
data yang mendukung di dalam perancangan.
BAB III Elaborasi Tema
Pada bab III, memuat tentang pengertian tema,
hubungan tema dengan rancangan proyek yang
dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya
serta studi banding terhadap kasus yang sejenis.
BAB IV Analisis
Pada bab IV, memuat tentang analisis fungsi
bangunan dan analisis terhadap kondisi lingkungan.
BAB V Konsep Perancangan
Pada bab V, memuat proses perencanaan dan
perancangan bangunan mulai dari konsep dasar,
rencana tapak (landscape), rencana fungsi bangunan
utama dan fungsi fasilitas pendukung serta
penyelesaian ruang luar dan sistem utilitasnya baik
BAB II
DATA UMUM
2.1 Nama-nama Designer Indonesia
Desainer-desainer Indonesia merupakan suatu kebanggain
Indonesia dalam bidang fashion, khususnya desainer-desainner
yang melestarikan budaya Indonesia, seperti kebaya, kain dan
pakaian tradisional lainnya. Berikut ini merupakan
desainer-desainer yang terkenal di Indonesia :
2.2 Nama-nama Butik dan Desiner di Bandung
Nama butik/ nama pemilik/ nama
designer Alamat
Dydy Fashion Designer Jln. Cilentah no. 51 Kancar Buah Batu
Tatum Boutique Jl Lombok no. 15 Bandung
Eddy P Chandra Jl. Windu no. 17.Bandung
Altalia Butik Bandung Indah Plaza Lt. 3, Bandung Badjoe Butik Jl. Sindang Sirna No. 67, BandunG
Bebe Butik Jl. Talaga Bodas No. 55, Bandung
Beleza Butik Jl. Ir.H Juanda No. 131, Bandung Best Boutique Jl. Lengkong Kecil No. 74, Bandung
Blue Moon Butique Jl. Jend. Sudirman No. 75, Bandung Carla Boutique Jl. Jamaika No. 41 A, Bandung Celcius Butik Jl. Naripan No. 82, Bandung
Chalisa Boutique Jl. Rajamantri Tengah II/1, Bandung Fan Italian Butik Jl. Terusan Martanegara No. 9, Bandung
Feri Butik Jl. Ciateul No. 160, Bandung
Fiesta Butik Jl. Guntur Sari Wetan No. 11, Bandung
2.3 Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI)
2.3.1 Sejarah APPMI
APPMI adalah singkatan dari Asosiasi Perancang Pengusaha
Mode Indonesia, berdiri pada tanggal 22 Juli 1993 dengan
berkantor di Kantor Taman E3.3, Unit C8, Jl. Mega Kuningan Lot
86-87, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta 12950. APPMI terwujud
berdasarkan prakarsa dari Ibu Poppy Dharsono, didukung oleh
beberapa tokoh mode senior : Bapak Peter Sie, Bapak Iwan Tirta,
Ibu Pia Alisjahbana, Bapak Harry Darsono, bertempat di Hotel
2.3.2 Visi & Misi APPMI
Perancang yang berkarya untuk bangsa dalam industri mode
Indonesia, dan membina, mengangkat dan mengembangkan citra
fesyen Indonesia.
2.3.3 Tujuan APPMI
Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia mempunyai
tujuan :
a. Menghimpun Perancang Pengusaha Mode Indonesia kedalam
satu wadah atau asosiasi guna membaktikan diri kepada nusa,
bangsa dan negara untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar
1945.
b. Merancang, mengembangkan dan membina dunia mode untuk
dapat dimanfaatkan bagi pembangunan bangsa dan negara
Indonesia.
c. Memelihara kepentingan dan persatuan yang erat antara para
anggota asosiasi perancang pengusaha mode Indonesia.
d. Meningkatkan serta mengembangkan pengetahuan dan
kemampuan para perancang mode Indonesia pada umumnya
dan anggota asosiasi perancang pengusaha mode Indonesia
pada khususnya.
e. Menciptakan dan mengembangkan iklim usaha yang
memungkinkan keikutsertaan yang seluas – luasnya bagi
perancang mode sehingga mereka dapat berperanserta efektif
Sejak tahun 2003, APPMI telah memfokuskan setiap anggotanya
didalam mengembangkan usaha mode terbagi dalam kategori
besar :
1. Kategori Private, adalah anggota yang merancang dan
menggeluti usahanya pada pesanan perorangan dengan mutu
bahan rancangan yang prima dikerjakan “made to order’
2. Kategori Ready to Wear, adalah anggota yang merancang dan
menggeluti usaha siap pakai dengan produk massal.
3. Kategori Ekspor, adalah anggota yang merancang dan
menggeluti usahanya dengan koleksi khusus ekspor.
4. Kategori Muslim, adalah anggota yang merancang dan
menggeluti usahanya khusus busana muslim.
2.3.4 Perkembangan Keanggotaan
Saat ini, APPMI memiliki anggota kurang lebih 147 perancang yang
terdiri dari para perancang senior maupun perancang–perancang
muda berbakat lainnya, yang tersebar di wilayah Jakarta,Jawa
Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Bali,
Sumatera Barat, Kalimantan Barat dimana hampir keseluruhan
anggota tersebut bergerak pada usaha eceran dengan memiliki
beberapa outlet yang tersebar di beberapa dept.store terkemuka di
Indonesia.Bisnis retail yang digelutinya adalah berupa koleksi
busana muslim, kantor, malam, batik, bordirdan kebaya. Jadi setiap
perancang memiliki kekhususan masing-masing pada setiap hasil
karyanya.
Dalam perkembangannya, APPMI sangat dibutuhkan oleh
beberapa daerah di Indonesia guna mengangkat keberadaan
perancang- perancang daerah yang sangat berpotensi, serta
permohonan dari beberapa perancang daerah pada masa lalu
untuk dibentuk Pengurus Cabang, maka dengan segala potensi
yang telah diamati oleh Badan Pengurus Pusat APPMI,
terbentuklah Badan Pengurus Cabangcabang dibawah ini :
1. BPD APPMI Jawa Barat Diketuai oleh : Bapak Deden Siswanto
2. BPD APPMI Yogyakarta Diketuai oleh : Ibu Ninik Darmawan
3. BPD APPMI Jawa Tengah Diketuai oleh : Ibu Inge Chu
4. BPD APPMI Bali Diketuai oleh : Bapak Ali Charisma
5. BPD APPMI Somatera Barat Diketuai oleh : Ibu. EN. Shirikie
6. BPD APPMI Kalimantan Barat Diketuai oleh : Bapak Adhyadma
7. BPD APPMI Jawa Timur Diketuai oleh : Bapak Denny Djoewardi
8. BPD APPMI DKI Jakarta Diketuai oleh : Ibu Anne Rufaidah
BAB III
ELABORASI TEMA
3.1 Penjelasan Tema
Tema yang diterapkan adalah “Arsitektur Post-Modern” yang
merupakan suatu satu kesatuan dengan dunia fashion. Arsitektur
post-modern adalah percampuran antara tradisional dengan
non-tradisional, gabungan antara modern dengan klasik. Dua ciri pokok
post-modern adalah anti rasional dan neo-sculptural.
Menurut Sumalyo Yulianto, penulis buku Arsitektur Modern Akhir
Abad XIX dab Abad XX,1997,. Menyatakan bahwa post-modern
adalah istilah untuk menyebut suatu massa atau zaman dipakai
untuk menguraikan bentuk budaya dari suatu titik pandang yang
berlawanan atau pengganti istilah modernisme. Menurut Charles
Jencks arsitektur post-modern dapat dibagi-bagi menjadi beberapa
bagian, yaitu :
A. Sintaksis : dalam semiologi, ‘sintaksis’ berarti cara atau
teknik penyusunan kata-kata hingga membentuk sebuah
kalimat yang bermakna. Dalam arsitektur, penyusunan
kalimat dalam ilmu bahasa tersebut analog dengan
penyusunan komponen-komponen bangunan (pintu, jendela,
tangga, atap, kolom, dinding dan sebagainya) secara tepat
sehingga mampu menghasilkan penampilan visual
bangunan yang bermakna.
B. Semantik : unsur ini menentukan gambaran yang tercipta
dalam ingatan seseorang manakala mendengar serangkaian
kata atau kalima yang diucapkan oleh orang lain. Dalam hal
ini Charles Jencks berpendapat bahwa sejak dulu
bangunan yang berkaitan dengan penggunaannnya,
sehingga hal ini sangat membantu terhadap pemahaman
tentang apa yang akan dikomunikasikan bangunan terhadap
lingkungan sekitarnya.
C. Metafora : yang dimaksud dengan metafora disini adalah
hadirnya suatu arti kiasan dari ‘kalimat’ yang dihasilkan
setelah kata-kata dirangkaikan.
Metafora dapat dilakukan bilamana :
a. Berusaha untuk memindah rujukkan dari satu subyek
ke subyek yang lain.
b. Berusaha untuk ‘melihat’ sebuah subyek sebagaimana
jika subyek itu berupa subyek yang lain.
c. Memindahkan pusat perhatian kita dari satu hal ke hal
lain (area of concentration or one inquiry) dengan suatu
harapan bahwa dengan jalan memperbandingkan /
memikirkan lebih jauh kita dapat menemukan cara lain.
Berdasarkan analogi bahasa seperti diatas, Charles Jencks
menguraikan adanya perkembangan arsitektur yang menyimpang
dari fungsionalisme arsitektur Modern. Ada enam aliran yang
diajukan oleh Jencks yaitu :
1. Historicism
Historicism adalah merupakan aliran arsitektur post- modern
yang paling awal munculnya. Penganut aliran ini ingin tetap
menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal
dari komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan
penyelesaian yang modern, misalnya bentuk klasik yang
dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan bahan
beton tetapi diberikan ornamen, produk dari aliran post-modern
Italia. Suatu tradisi meniru model yang historical seperi fasade
suatu bangunan dibentuk seperti temple.
2. Straight Revitalism
Pengikut aliran ini sulit menghilangkan langgam yang sudah
mendarah daging dalam masyarakat, misalnya renaissance,
gothic, roman, dll. Produk-produk aliran ini cenderung memiliki
tingkat eklektikisme yang sangat tinggi. tanpa perubahan,
mengulangi mentah – mentah gaya sebelum fungsionalisme.
3. Neo Vernacular
Produk-produk bangunan ini tidak murni menerapkan
prinsip-prinsip bangunan vernacular, melainkan menampilkan
karya-karya baru. sedangkan unsur-unsur vernacular hanya
digunakan dalam penampilan visual bangunan, unsur-unsur
yang sering dipakai adalah : pemakaian atap miring, batu bata
sebagai elemen, susunan masa yang indah. Mendapatkan
unsur-unsur baru seperti yang ada pada bangunan setempat
Percampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern
tetapi masih didominasi oleh unsur setempat.
4. Urbanist
Pembaruan kota dengan bentuk-bentuk khusus yang sudah
dikenal masyarakat. Mempunyai dua ciri khusus yaitu :
a. Ad–hoc : Penambahan komponen baru pada suatu
perancangan yang sedang dalam proses
pengembangannya tanpa memikirkan posisi dan lokasi
yang tepat.
b. Kontekstual : Berusaha melayani aspirasi ideal masyarakat,
5. Metaphor / Metaphysics
Karya-karya rancangannya mengambil bentuk-bentuk alam
yang fungsional dan mempunyai tanda-tanda atau symbol
tertentu. Untuk itu pilihan mereka umumnya berupa referensi
yang tersamar, sehingga tidak telihat kejanggalannya.
6. Post Modern Space
Difokuskan pada rancangan spatial interpenetration , dimana
dua atau lebih ruang yang berlainan dapat digabung secara
overlapping dan saling bertemu, sehingga menghasilkan aliran
ruang yang menerus. Yang unik secara histories bersifat
irrasional dan transformasional dalam kaitan terhadap
keseluruhan bangunan. Pendukung aliran ini mencoba untuk
mendefinisikan ruang lebih dari sekedar ruang abstrak dan
menghasilkan arti ganda, keaneka ragaman dan kejutan.
Dengan interpenetrasi dan pelapisan ruang akan menghasilkan
ruang yang misterius , kompleks, dan penuh kejutan.
3.2 Arsitek Post-Modern
Historicism : Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert Venturi,
Kisho Kurokawa, Kyonori Kikutake.
Straight Revivalism : Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofill,
Mario Botta.
Neo Vernacular : Darbourne & Darke, Joseph Esherick, Aldo Van
Eyck.
Urbanist : Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.
Metaphor / Metaphysics : Stanley Tigerman, Antonio Gaudi,
Mimoru Takeyama.
Post Modern Space : Peter Eisenman, Robert Stern, Charles
3.3 Studi Banding Kasus
Studi banding kasus yang di bahas adalah Prada New York
Epicenter, Mall Kelapa Gading, Esmod Jakarta, International
Fashion University Group , tempat – tempat ini merupakan suatu
lokasi yang mempengaruhi dunia fashion, khususnya dalam
pemahaman dunia fashion, yang dapat di aplikasikan ke dalam
desain. Bangunan tersebut dapat di jadikan referensi untuk
pengajuan desain Bandung Fashon Center.
3.3.1 Prada New York Epicenter
Prada New York Episenter adalah butik eksklusif, ruang publik,
sebuah galeri, ruang pertunjukan, dan sebuah laboratorium, dan
perbelanjaan, New York Prada Episenter dapat dikatakan sebagai
bentuk aktivitas publik, dan strategi untuk mengagaskan setiap
pendatang.
Proyek :
Prada Epicenter in New York Prada Epicenter di New York
Klien:
575 Broadway, New York
Site:
Groundfloor and basement of the former Broadway Guggenheim
Groundfloor
Program:
Associate Architect: ARO
Structure:
Leslie E. Robertson Associates (LERA)
( Gambar 1.3 : Ground floor Prada New York Epicenter)
( Gambar 1.4 : Lower Level Prada New York Epicenter )
(Gambar 1.5 :Isometri Prada New York Epicenter)
(Gambar 1.6 : Facade dari Prada New York Epicenter) (Gambar 1.7:Interior)
(Gambar 1.8 :Interior pada kassa ) (Gambar 1.9 : Tangga yang memanjang)
3.3.2 Mall Kelapa Gading
3.3.2 A. Sejarah Perkembangan
Mall Kelapa Gading berdiri pada tahun 1990 dan dikenal dengan
nama Plaza Kelapa Gading. Luas awal mall ini hanya sebesar
32.000 m2 dengan Diamond Departement Store dan
Supermarket sebagai tenan utama. Seiring dengan tumbuhnya
permintaan, pada tahun 1995 Mall Kelapa Gading diperluas
(Gambar 2.0 : Fasade Mall Kelapa Gading)
Pada 10 April 2003, Mall Kelapa Gading 3 dibuka untuk
masyarakat. Dengan luas 130.000 m², Mall Kelapa Gading
menjadi salah satu pusat pembelanjaan paling mewah di
Jakarta. Dengan lebih dari 600 toko, Mall Kelapa Gading bisa
melengkapi kebutuhan sehari-hari.
3.3.2 B. Renovasi Interior
Pada tahun 2007 dan 2008, Mall Kelapa Gading melakukan
perubahan terhadap beberapa tampilan interior serta tenant
utamanya. Farmers 99 Market menggantikan posisi tenant
Diamond Supermarket dan StarDepartment Store menggantikan
posisi Diamond Department Store. Mall Kelapa Gading juga
membuka phase 5 nya dengan beberapa tenant ternama seperti
Best Denki, Duck King, Sushi Tei, Burger King dan tampilan baru
dari The Catwalk. Pada September 2008, Fashion Hub dibuka
dengan gaya dan tampilan baru yang lebih modern. Selain area
food court food temptation, Mall Kelapa Gading juga
menghadirkan food court baru di Mall Kelapa Gading 1 dengan
3.3.2 C. Zona Khusus
Mall ini mempunyai beberapa zona khusus yang memiliki
keseragaman usaha penyewanya.
Zona khusus memiliki bagian-bagian diantaranya adalah:
a. The New Catwalk area yang menghimpun butik desainer
Indonesia ternama dan kriya buatan Indonesia yang
dilengkapi konsep departement store.
b. Kids Safari area bagi teenagers yang berjiwa dinamis
c. Gourmet Walk merupakan zona yang berisikan kafe dan
restoran.
d. Food Temptation food court terbesar di Indonesia seluas
6.000 m2 dengan kapasitas 2300 kursi
e. Food Sensation merupakan food court yang memiliki
kekhasan kuliner dari seluruh Nusantara yang telah menjadi
pilihan favorit.
f. Fashion Hub merupakan zona yang diperuntukkan bagi
remaja dan orang muda.
( Gambar 2.1:Sirkulasi Fashion Hub)
g. Gourmet Walk merupakan zona yang berisikan kafe dan
restoran denagn selera Asia dan Eropa.
h. Eat&Eat Food Market menghadirkan konsep pasar tempo
dulu, dengan dekorasi dan pernak-pernik yang sangat unik
dengan beragam makanan khas dari berbagai daerah dan
berbagai pilihan m mulai dari makanan Indonesia, Cina
3.3.2 D. The Catwalk Fashion Galery
Area belanja eksklusif dengan 32 butik dari para perancang
busana papan atas Indonesia. Prodak yang di tawarkan lebih
banyak prodak-prodak nusantara, seperti batik, kebaya dll.
Sehngga dapat di katakan bahwa kawasan ini merupakan
kawasan yang melestarikan budaya dalam negeri, minat orang
yang datang berkunjung tidak hanya masyarakat sekitar, namun
masyarakat luarkota bahkan luar negeri datang berkunjung untuk
melihat barang – barang yang dirancang khusus oleh perancang
busana terkenal asal Indonesia.
(Gambar 2.2:Entrance The Catwalk Fashion Galery)
3.3.3 ESMOD Jakarta International Fashion University Group
ESMOD merupakan sekolah mode bertaraf internasional berpusat
di Paris. Cabang-cabang di Paris antara lain terdapat di Lyon,
Bordeaux, Rennes, dan Roubaix. Selain itu juga terdapat di lebih
dari 22 negara lain termasukIndonesia. Bagi siswa ESMOD setelah
mengikuti tiga tahun masa pendidikan, dapat memperoleh akses
langsung ke berbagai profesi dalam dunia mode dan tekstil.
Lulusan ESMOD dominasi digunakan pada perushaan-perusahaan
garmen dan tekstil yang merupakan industri non migas terbesar di
(Gambar 2.3 : Fasade ESMOD)
(Sumber: http://www.esmodjakarta.com/about.php)
3.3.3 A. Sejarah Didirikannya ESMOD Di Jakarta
Sejarah didirikannya ESMOD di Jakarta dimulai pada 6
September 1996. Pendiri sekolah mode ini adalah Hartini Hartato
yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Desain
Indonesia. Program pendidikan yang ditawarkan antara lain
program Diploma Internasional, Fashion Desaign, dan Pattern
Making teknologi tekstil, seni dan sejarah fashion, fashion
marketing, dan Computer Aided Design.Yang pendidikannya
bisa diselesaikan selama tiga tahun.
3.3.3 B. 21 Cabang ESMOD Di Dunia
Brazil – Sao Paolo
China – Beijing
Germany – Berlin, Munich
Indonesia – Jakarta
Japan – Tokyo, Osaka
Korea – Seoul
Lebanon – Beirut
Norway – Oslo
Syria – Damascus
Tunisia – Tunis, Sousse
Russia – Moscow
United Emirates Arab – Dubai
3.1.3. C.Ruangan Dan Fasilitas Di ESMOD Jakarta
Charles Moore merancang Piazza d’Italia pada tahun 1975 sampai
1980, yang merupakan sebuah taman atau di sebut ruang terbuka
dalam rangka renovasi kawasan kumuh di New Orleans Amerika
Serikat, yang ditujukan untuk para imigran Italia yang mendominasi
daerah tersebut. Proyek ini terletak dalam lingkungan modern,
selain berfungsi sebagai ruang terbuka juga berfungsi sosial bagi
masyarakat keturunan Eropa khususnya Italia.
(Gambar2.5 : Piazza D’italia,Charles Moore)
3.4 Studi Banding Tema
Studi banding yang dilakukan adalah pembahasan mengena
bangunan – bangunan yang memiliki ciri dan merupakan suatu
sejarah lahirnya arsitektur post-modern, sehingga bangunan –
bangunan yang diambil adalah banguan – bangunan luar negeri
yang memiliki historis khususnya pada zaman arsitektur
post-modern. Bangunan – bangunan yang diambil adalah banguan
Piazza d’Italia karya Charles Moore, banguan The Palace of
Abraxas karya Richardo Bofil, dan bangunan The Portland (Public
Services Building) karya Michael Graves. Bangunan – banguan
tersebut merupakan suatu icon yang mewakili zaman arsitektur
post-modern.
Denahnya berupa lingkaran, diperkuat dengan garis-garis
melingkar pada lantai dengan warna dari bahan. Pada tengah
taman dibuat model tanah Italia yang berbentuk seperti sepaatu
tinggi, di kelilingi kolam menggambarkan laut Mediterania. Titik
puast lingkaran dalah pulau Sisilia di ujung dari “sepatu Italia” yang
melambangkan masyarakat Sisilia, mayoritas imigran Italia di sana.
Dengan pola mengikuti bentuk lingkaran terdapat sebuah kuil
Romawi kecil dengan kolom-kolom dari lima orde termansyur Italia :
dorique, ionique, corinthien, toscan dan composite. Kolom- kolom
tadi terletak dalam susunan garis bagian dari lingkaran (convec)
mendukung potongan –potongan architrave lengkap dengan
molding Romawi. Di kiri-kanan dari semacam pintu gerbang kuil
terdapat architrave cukup lebar yang ditulis kalimat – kalimat yang
mengingatkan pada sejarah Italia. Unsur modern Art-Deco
dimasukan dalam beberapa kepala kolom disela-sela kolom –
kolom Italia tersebut.
Bentuk – bentuk klasik dan sedikit aspek modern digabung dengan
unsur modern kontenporer dalam warna, yang didominasi oleh
warna – warna. Dengan mengetengahkan unsur- unsur historis,
bentuk – bentuk yang langsung menyentuh tanah Italia lengkap
dengan “Laut Mediterania”, Piazza d’Italia betul – betul merupakan
contoh sangat representatif dari post-modern menghubungkan
masa lalu, sekarang dan akan datang. Piazza d’Italia menjadi
bentuk pelopor post-modern dan banyak memberikan inspirasi
konsepsual dalam perkembangan arsitektur.
(Gambar 2.7:Lighting Piazza D’italia,Charles Moore) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ Piazza D’italia )
3.4.2 The Palace Of Abraxas
The Palace Of Abraxas dibangun pada tahun 1978 sampai 1983
adalah sebuah apartement modern di Marne-La- Valée, sebuah
kota baru dipinggiran timur kota Paris, namun pengambilan unsur –
unsur arsitektur kuno Romawi, Yunani, Renaissance, dan lain – lain
sangat menonjol. Pengambilan unsur – unsur kuno tersebut
membuat kesan dan hubungan dengan masa ribuan tahun lalu
menjadi kembali terasa, sebagai salah satu ciri dari arsitektur
Spanyol. Apartement ini terdiri dari dua unit dengan bentuk dan tata
letak yang unik., yang satu denahnya bagian dari sisi tengah
lingkaran, yang lain berupa blok di tengah bawah kosong seperti
Arc De Triomphe.
(Gambar 2.7:Fasade The Palace Of Abraxas, Richardo Bofill) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ The Palace Of Abraxas )
Unit yang melengkung setengah lingkaran tersebut, pada halaman
bawahnya dibentuk taman berteras – teras mengikuti lingkarannya
makin ketengah makin rendah, seperti teater pada zaman Romawi
maupun Yunani. Bentuk dari kedua unit dengan taman seperti
teater terbuka tersebut
membuat apartemen di
pinggir-an Kota Paris ini
sering disebut “Arc De
Triomphe, Palais et Teatre”.
Berbagai teori dan
pan-dangan arsitektur Modern
fungsionalisme diabaikan
da-lam perancangan apartement.
Di sudut – sudut dan di sisi luar unit setengah lingkaran terdapat
konstruksi silindris, di dalamnya untuk saluran-saluran mekanilkal
dan tangga tetapi dari luar terbentuk menjadi sepert sebuah kolom
Yunani Dorik sangat besar. Pada unit yang seperti Arc De
Triomphe terdapat plaster dan kolom bercorak Romawi . bagian
atas dari apartement berlantai sepuluh ini terdapat balkon,
balustradenya siberi alur – alur seolah – olah seperti kepala dari
kolom Yunani. Jendela dengan kaca pada bagian dalam
apartemen yang setengah lingkaran., membentuk bagian dari
silinder menerus dari bawah hingga balkon, dari luar terlihat seperti
kolom dari kaca, selang – seling dengan jendela berangka. Pada
atapnya yang datar dibuat halaman dengan rumput.
(Gambar 2.9:Foto Suasana The Palace Of Abraxas) (Sumber:http://www.wikipedia.org/ The Palace Of Abraxas )
3.4.3 The Portland (Public Services Building)
The Portland (Public Services Building) di buat oleh arsitek yang
bernama Michael Graves arsitek dari Amerika Serikat, setelah
memenangkan sayembara , dia merancang Public Service Building
pada tahun 1980 sampai 1982 di Portland, Oregon. Arsitekturnya
menjadi pelopor dan banyak memberi inspirasi pada
sederhana seperti kotak atau blok, ada yang mengatakan seperti
sebuah kado natal raksasa, bahkan ada yang mengatakan seperti
dadu.
(Gambar 3.0: The Portland, Michael Graves)
(Sumber:http://www.wikipedia.org/ Public Services Building )
Unsur arsitektur kuno yang menonjol dalam gedung Public service
ini, menghubungkan dengan masa lau antara lain berupa sebuah
patung wanita dikenal pada abad XIX bernama “Portlandia”,
personifikasi dari semangat, kebijakan, dan keteguhan moral dari
warga negara dalam perdagangan. Kotak seperti dadu bagian
utama dari “The Portland” terletak di atas unit di bawahnya seolah –
olah pada sebuah tumpuan berwarna biru kehijauan, kontras
dengan warna di atasnya yang coklat susu cerah. Unit ini sedikit
lebih lebar dari tumpuannya, berkolom – kmolm besar dan berat
memberikan kesan seperti arsitektur kuno Oriental Mesir. Dalam
perkembangan arsitektur, warna dan ornamen menjadi bagian
penting karena menjadi tanda dan simbol dari suatu zaman. Tidak
adanya ornamen dalam arsitektur Modern Fungsionalisme, juga
menunjukan suatu zaman. Demikian pula kembali adanya ornamen
pada arsitektur post-modern, merupakan tanda zaman kejenuhan
terhadap modernisme yang anti dekor menjadi anti fungsionalisme
non fungsional dari patung “Portlandia”, warna – warni kontras dan
mencolok sangat dominan dalam gedung ini seperti susu coklat,
coklat tua, dan warna gelap dari kaca.
(Gambar 3.1:Fasade The Portland)
(Sumber:http://www.wikipedia.org/ Public Services Building )
Di bagian atas atau atapnya yang datar terdapat konstruksi seperti
rumah – rumahan kecil mirip dengan kuil kuno dari Artemis-Yunani
beratap piramid dan pelana. Bentuk – bentuk geometris sederhana,
seperti kotak – kotak, segitiga, garis – garis non fungsional terlihat
naif, menjad bagian dari ciri arsitektur Post-Modern, banyak
BAB IV
ANALISIS
4.1 Deskripsi Proyek
Jl. Setiabudi
Kelurahan Pasteur
Kecamatan Sukajadi
Luas lahan : 11.500m2
KDB : 40 %
4.1.1 Justifikasi Lokasi
1. Memenuhi kriteria sebagai lokasi pusat perbelanjaan , antara
lain:
Kriteria tapak Analisa
Ketersediaan tenaga listrik
Daerah Setiabudi merupakan daerah elit, sehingga di lokasi ini sudah tersedia listrik.
Iklim Di kawasan ini beriklim tropis dengan di sepanjang jalannya terdapat pohon, sehingga cenderung sejuk.
Ketersediaan air Di kawasan ini banyak terdapat kolam renang, yang dapat di pastikan tersedianya air, dan kawasan Setia budi merupakan kawasan Bandung atas/ Bandung Utara
Sekolah dan perguruan tinggi
Dikawasan Setiabudi, sudah banyak terdapat perguruan tinggi, seperti UNPAS, UPI, dan NHAI
Peraturan setempat
Dekat dengan penginapan (hotel,
apartement)
Di kawasan ini terdapat beberapa hotel seperti Hotel dan
Apartement Setiabudi, Hotel Sany Rossa, dll
Peribadatan Di sekitar kawasan terdapat Mesjid dan Gereja Rekreasi
Di daerah Setiabudi ada beberapa lokasi rekreasi seperti
Water boom Karang Setra, Kolam renang Budisari, dan wisata alam di Lembang dan Bosscha.
Perumahan
Perumahan yang terdapat di daerah ini merupakan perumahan menengah keatas (perumahan elit) Perlindungan
terhadap kebakaran
Sikap masyarakat
Karena di daerah elit sehingga, masyarakat sekitar cenderung tidak di permasalahkan, dan bangunan – bangunan pusat perbelanjaan yang lain masih berdiri sampai sekarang.
(Sumber : Ruddell Reed,JR., Plan layout, Richard D Irwin,1961)
(Tabel 1.0:Justifikasi Tapak)
2. Daerah yang merupakan kawasan menengah ke atas :
Kenyataan yang ada real estate yang berkembang dikawasan
Perumahan sangat sederhana : ±21m2, dengan harga
±Rp 84.000.000,00
Prosentase lahan yang dapat dijual : 60 % , 5.010m2 Untuk ruang terbuka : 40%, 3.340m2
Perhitungan Analisis :
Perumahan mewah : ± 36 unit :
Rp 36.000.000.000,00
Perumahan menengah : ± 52 unit :
Perumahan sederhana : ± 139 unit :
Rp 16.680.000.000,00
Perumahan sangat sederhana : ± 239 unit :
Rp 20.076.000.000,00
(Sumber : tugas analisa MT.Pengantar Real Estate)
4.2 Pendalaman Tema
4.2.1 Ciri – Ciri Fashion
Fashion bukan merupakan kebutuhan berpakaian namun
merupakan suatu gaya hidup masyarakat saat ini. Contoh:
Masyarakat modern, penggunaan/ pembelian pakaian dilakukan
bila sesuai kebutuhan.Namun fashion, merupakan suatu gaya
hidup yang melampaui dari kebutuhan hidup semata.
Dapat malahirkan desain baru pada pakaian. Contoh: Gaun
dengan bahan dasar sirip ikan, karya Yohanes Bridal
Fashion dapat mengikuti budaya berpakaian, dan desain pakaian
mengikuti iklim sekitar. Contoh: Pakaian musim panas, pakaian
musim dingin
Desain pakaian dan stye dapat berubah kapan saja tergantung
tren berpakaian.
Chart Harga Perumahan
perum ah m ew ah
perum ah m enengah
perum ahan sederhana
Desain pakaian harus disesuaikan dengan lingkungan sekitar,
baik dari iklim maupun budaya daerah tersebut. Contoh: Untuk
pernikahan adat sunda, menggunakan kebaya.
Fashion merupakan cara menginvestasikan aspek-aspek
tertentu dalam kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau
simbolik; Tegasnya, gaya hidup adalah cara bermain dengan
identitas.
Budaya tubuh atau budaya cita rasa yang merupakan ciri gaya
hidup post-modern itu dapat diamati dari sudut pandang
penampakan luar (surfaces). Contohnya: Warna dan gaya
rambut, cara berpakaian, kendaraan yang dipakai atau makanan
yang dikonsumsi dapat mengidentifikasikan seseorang dengan
suatu ikon budaya cita rasa tertentu.
Fashion menekankan pada dekorasi, permukaan sensual, dan
gaya dengan mengorbankan isi, anti identitas seksual,
berlebihan, spesial, dan glamour.
4.2.2 Ciri – Ciri Post-Modern
Post-modern sebagai fashion sesaat, perubahan desainnya tidak
dapat diduga jangka waktunya.
Ruang dan waktu merupakan dunia simulasional atau disebut
dengan budaya post-modern. Post-modern merupakan
kecenderungan melakukan perayaan-perayaan gaya hidup
tertentudan terjadi pengaburan pembedaan gaya konvensional
dimana ekstravagansa tingkat tinggi berlangsung terus bersama
budaya tubuh. Contoh: apresiasi terhadap opera dan musik
klasik bergandengan erat dengan kegandrungan akan disko dan
balap mobil.
Dapat melahirkan simbol – simbol baru pada bangunan,
khususnya fasade Contohnya: Wisma BNI 46 merupakan
yang menyerupai topi dengan warna metal yang merupakan
bangunan tertinggi di Indonesia.
Desain fasade percampuran antara unsur setempat dengan
teknologi modern tetapi masih didominasi oleh unsur setempat.
(Neo Vernacular) Contohnya: Piazza d'Italia merupakan sebuah
ruang terbuka dalam rangka renovasi kawasan kumuh di New
Orleans Amerika Serikat, ditujukan untuk para imigran Italia yang
mendominasi di daerah tersebut.
Pembangkitan kembali langgam neo-klasik ke dalam bangunan.
Contohnya: The Palace of Abraxas, Desain bangunan modern
dengan pengambilan unsur – unsur arsitektur kuno Romawi,
Yunani, Renaissance.
Pemahaman tentang apa yang akan dikomunikasikan bangunan
terhadap lingkungan sekitarnya (Semantik)
Post-modern mengutamakan dekoratif fasade, keindahan, unsur
material yang gemerlap (glamour),dan anti kemapanan.
4.2.3 Studi Banding Kasus (Bandung Fashion Center)
Prada New York
Epicenter
Mall Kelapa Gading Esmod Jakarta,
Gudang
Toilet
8. Amenities :
Restaurant Lounge Bar
Cafe
Toilet
4.4 Analisis Tapak
4.4.1 Sirkulasi
Issu :
Kemacetan pada jalan Setia budi pada waktu pagi hari dan sore
hari, dikarenakan merupakan kawasan yang dekat daerah
kampus.
Pada saat hari libur (weekend) jalan ini selalu macet karena
banyak wisatawan dari luar kota Bandung datang untuk berlibur
di daerah lembang dan sekitarnya.
Pada jam kerja dan hari biasa, jalan di kawasan ini tidak terlalu
macet, dan cenderung sepi oleh kendaraan bermotor.
Solusi :
Dengan membuat kawasan menjadi ramai, merupakan suatu
solusi yang dapat di aplikasikan.
Di kawasan ini merupakan kawasan yang menguntungkan di
gunakan untuk kawasan pusat perbelanjaan, karena di kawasan
sekitar ada beberapa daerah untuk berbelanja, dan ke arah
atasnya terdapat banyak sekali rekreasi alam, dan rekreasi air.
Membuat lahan parkir di dalam gedung dengan kapasitas yang
besar dan jalur sirkulasi yang mudah dijalani oleh pengendara
kendaraan bermotor, agar tidak menyebabkan kemacetan di
depan bangunan, seperti pada pusat perbelanjaan BIP, IP, dll
Membuat tempat drop off, untuk angkutan umum, khususnya
taxi.
4.4.2 Security
Issu :
Lokasi tapak tidak dekat dengan kawasan yang rawan kejahatan
seperti terminal dan halte bis.
Daerah kawasan sekitar merupakan kawasan yang ramai,
sehingga tingkat kejahatan di kawasan sekitar kurang.
Di dekat kawasan terdapat kantor polisi agar mempermudah
orang untuk meminta bantuan.
Solusi :
Untuk mengantisipasi kejahatan, di sekitar kawasan, memiliki
kemanan yang ketat, seperti CCTV, dll.
4.4.3 Pola Vegetasi
Issu :
Daerah ini merupakan kawasan Bandung Utara, yang masih
banyak pepohonan, sehingga udara di daerah sekitar relatif
Ada beberapa pedestrian yang pohonnya sudah di tebang dan
tidak di tanam kembali.
Karena daerah Bandung Utara yang merupakan kawasan
resapan air tanah.
( Gambar 3.4:Pola Vegetasi Jalan Setia Budhi)
Solusi :
Dengan banyaknya pepohonan di kawasan sekitar, dapat di
manfaatkan, agar dapat menguarangi kebisingan di kawasan
sekitar.
Pepohonan di kawasan sekitar dapat dimanfaatkan untuk taman
dan untuk kesejukan di kawasan agar kawasan sekitar lokasi
tidak gersang dan dapat mempertahankan ke asrian lingkungan.
Karena daerah Bandung Utara merupakan kawasan resapan air
tanah, maka pepohonan yang ada di kawasan sudah pasti harus
di pelihara, dan harus dilindungi agar kawasan Bandung Timur
dan lainnya tidak terjadi banjir.
4.4.4 Kawasan Sekitar
Issu :
Dikawasan sekitar banyak terdapat fasilitas, seperti Hotel,
Apartement, Universitas, Area komersial, Restoran, Wisata alam,
(Gambar 3.5:Rumah Mode) (Gambar 3.6:Villa Isola) (Gambar 3.7:Boscha)
Solusi :
Kawasan sekitar lokasi yang merupakan area komersial dan
area pendidikan, merupakan aset abgi lokasi, sehingga
pendatang dapat banyak melewati kawasn ini.
Dapat di pastikan bahwa kasan ini merupakan kawasan yang
menguntungkan bila membuat area komersial, dan merupakan
area elit, di harapkan bangsa pasar yang di dapat akan tercapai.