• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA TERKAIT KASUS EKSEKUSI MATI DUO BALI NINE TAHUN 2005-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA TERKAIT KASUS EKSEKUSI MATI DUO BALI NINE TAHUN 2005-2015"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RESPON AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA TERKAIT

KASUS EKSEKUSI MATI DUO BALI NINE TAHUN 2005-2015

The Australia’s Response of Towards Death Penalty to Duo Bali Nine in 2005 -2015

Disusun Oleh:

Anif Kusuma Ningrum

20120510381

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

HALAMAN MOTTO

(3)
(4)

RESPON AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA TERKAIT KASUS

EKSEKUSI MATI DUO BALI NINE TAHUN 2005-2015

SKRIPSI

Disusun Oleh: Anif Kusuma Ningrum

20120510381

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(5)

MOTTO

” DO YOUR BEST AT ANY MOMENT THAT YOU HAVE”

(6)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Perumusan Masalah………. 4

C. Kerangka Teori………. 4

D. Hipotesa ……… 14

E. Jangkauan Penelitian………... 14

F. Metode Pengumpulan Data………. 15

G. Sistematika Penulisan………... 16

BAB II PUTUSAN HUKUMAN MATI DUO BALI NINE A. Kronologi Putusan Hukuman Mati Kepada duo bali nine... 17

B. Respon Australia Dalam Menuntut Pembatalan Hukuman Mati... 21

(7)

BAB III KEBIJAKAN PENERAPAN PIDANA MATI DI INDONESIA

A. Kebijakan penegakkan Hukum di Indonesia... 37

B. Sistem Peradilan Pidana di Indonesia... 40

C. Pidana Mati dalam Perundang-Undangan Indonesia... 44

BAB IV HAK ASASI MANUSIA A. Hak Asasi Manusia di Australia... 53

a. Magna Charta di Australia... 57

b. Deklarasi Universal HAM... 58

c. Konstitusi Australia... 59

d. Eksekusi Mati melanggar HAM... 61

B. HAM di Indonesia a. Hukuman Mati tidak melanggar HAM... 65

BAB V KESIMPULAN... 70

(8)

v HALAMAN PERSEMBAHAN

♥ Bapak Sukoredjo B.sc dan Ibu Rini Susanti, terimakasih pak,buk

hanya ini yang biSa anif berikan sebagai tanda terakhir kelulusan

sekolah anif. Setiap kata yang tertulis di skripsi ini adalah kumpulan

rasa kangen yang terus membuat gunung-gunung rindu kepada

bapak dan ibu yang jauh di Sumatra. Terimakasih atas doa, kasih

sayang, dan dukungan bapak ibu. Maaf kalau anif belum bisa

memberikan suatu hasil jerih payah anif kepada bapak dan ibu.

Terimakasih sudah memperbolehkan anif untuk menikah di masa

kuliah ini, terimakasih untuk celotehan dan curhatan yang selalu

didengar..

Pak, buk apapun itu kalian THE BEST AND THANKS FOR

EVERYTHING.

♥ Untuk suamiku Nur Ifansyah, terimakasih atas segalanya sayang.

Terimakasih untuk menjadi teman hidupku Insyaallah hanya

kematian yang memisahkan kita. Terimakasih untuk waktu, doa, dan

keluh kesahku yang mungkin kadang membuatmu stress dan jenuh,

(9)

v jauh di Sumatra, I wish always beside you to hold your hands no

matter what. I miss you so much.. Ibu selalu rindu dan sayang kamu

nak, maaf kita jadi berpisah dan Adhyasta Zhafran Khalfani

terimakasih sudah menemani ibu. terimakasih untuk kelucuan dan

kepintarannya, dan terimaksih sudah ada didunia ini. Kalian adalah

kebahagiaan yang begitu lengkap untuk ibu.

♥ Mertuaku Ibu Retno Dwi Peni S.pd dan Bapak Supriyatna S.pd

terimakasih untuk doa, dukungan dan kasih sayangnya. Terimakasih

sudah menerimaku menjadi menantu bapak, ibu. Dan terimakasih

sudah membantu menjaga Gibran dan Zhafran di waktu aku kuliah.

♥ kakak-kakakku tercinta, yang dengan sabarnya menanti aku

mendapatkan gelar sarjana :

 Rika Sofia Kusuma Wati S.pd, Poerwanto, Beben

Kusuma Hadi, Nina Mariyana Am.Keb, Aini Kusuma

Putri S.E, Kiki Kusuma Astuti Am.Keb atas perhatian,

kasih sayang, serta doa yang kalian berikan kepadaku.

Aku benar-benar rindu kebersamaan dengan kalian.

(10)

v  Kakak Iparku, mbak novi terimakasih ya mbak untuk

doa dan bantuannya jaga Gibran sama Zhafran kalo

aku lagi kuliah.

♥ temen-temen kuliahku HI’2012 terimakasih untuk

pengalaman dan pertemanannya, temen dari semester 1 (

reni,ais) maaf sering kurepotin minta bahan-bahan kuliah.

Temen-temen KOMAHI, thanks yak buat keseruannya.

♥ Snake Family, teman sekaligus sahabat Ifan yang juga

sahabatku. Ayo buruan wisuda gengs. Ngelayapnya libur dulu

sih!habis itu cari jodoh.

Dan terimakasih untuk kalian semua yang sudah

membantu aku, bertukar pikiran, pengalaman, dan motivasi

(11)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PENGESAHAN……… ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……….. iii

HALAMAN MOTTO……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……… v

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……… x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Perumusan Masalah………. 4

C. Kerangka Teori………. 4

D. Hipotesa ……… 14

E. Jangkauan Penelitian……….. 14

F. Metode Pengumpulan Data………. 15

G. Sistematika Penulisan……….. 16

(12)

ix C. Desakan Opini Publik Termasuk Kelompok Kepentingan di

Australia………. 24

BAB III KEBIJAKAN PENERAPAN PIDANA MATI KASUS NARKOBA DI INDONESIA A. Kebijakan Penegakkan Hukum di Indonesia……… 37

B. Sistem Peradilan Pidana Mati………. 40

C. Pidana Mati Dalam Perundang-Undangan Indonesia……… 44

BAB IV HAK ASASI MANUSIA A. Hak Asasi Manusia di Australia……… 53

a. Magna Charta di Australia……….. 57

b. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia……… 58

c. Konstitusi Australia……….. 59

d. Eksekusi mati melanggar HAM……… 61

B. Hak asasi Manusia di Indonesia……… 64

a. Hukuman mati tidak Melanggar HAM………. 65

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

Hukuman mati yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Denpasar pada tahun 2006 kepada dua gembong narkoba asal Australia Andrew Chan dan Myuran Sukumaran menuai aksi protes perdana menteri Australia Tony Abbot dan masyarakat Australia karena dianggap melanggar HAM. Perbuatan yang dilakukan oleh Andrew dan Myuran adalah penyelundupan Heroin yang merupakan tindak pidana narkotika untuk golongan I sejumlah 8,2 kilogram pada 17 April 2005. Dalam pasal 113 ayat (2) UU no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang berlaku, disebutkan bahwa:

“Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau

menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5

(lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5

(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur

hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20

(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).”

(14)

Tinggi (PT) Denpasar No. 22/PID.B/2006/PT.DPS dan Putusan Mahkamah Agung (MA) No. 1693 K/PID/2006. Prosedur hukum biasa sudah ditempuh hingga tingkat kasasi dan prosedur hukum luar biasa pun sudah diupayakan dengan pengajuan Peninjauan Kembali (PK) kepada MA dengan nomor perkara 39 K/Pid.Sus/2011.

Upaya hukum terakhir yang dapat diupayakan adalah permohonan Grasi kepada Presiden sebagaimana dijamin dalam UU no. 22 tahun 2002 tentang Grasi, yang mana upaya hukum ini adalah upaya hukum yang murni berdasarkan hak prerogatif Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) (Hukumpedia, 2015).

Banyaknya upaya yang dilakukan Australia kepada Indonesia tidak berhasil mengurungkan niat Pemerintah Indonesia untuk menangguhkan hukuman mati. Pemerintah Indonesia menganggap pelaksanaan hukuman mati merupakan keputusan tepat sebagai upaya menciptakan efek jera bagi para bandar dan pengedar narkoba. Yang tidak kalah pentingnya, respon pemerintah Indonesia tersebut juga sekaligus diarahkan untuk menjaga kedaulatan hukum Indonesia yang sedang menghadapi darurat narkoba. Isu ini, bagaimana pun, merupakan bagian dari dinamika hubungan bilateral kedua negara.

(15)

warga negara Australia yang dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Negeri Bali pada tanggal 14 Februari 2006 dengan ancaman hukuman mati.

Reaksi pertama Perdana Menteri Tony Abbott adalah menarik duta besar mereka di Indonesia. Pemerintah Australia bahkan menyinggung mengenai pemberian bantuan berupa uang dan sumber daya manusia pada saat terjadinya bencana tsunami yang menimpa Indonesia pada tahun 2004. Singgungan ini tentunya diarahkan untuk meminta pemerintah Indonesia membayar kemurahan hati Australia tersebut dengan cara membatalkan hukuman mati kedua warga negaranya (CNN Indonesia, 2015). Pemerintah itu juga menawarkan pertukaran dua terpidana mati asal Australia tersebut dengan tiga narapidana Indonesia yang ditahan di Australia dalam kasus narkoba tahun 1998, yakni Kristito Mandagi, Saud Siregar, dan Ismunandar dan juga banyaknya desakan dari masyarakat Australia agar pemerintah Australia membantu terpidana duo bali nine terbebas dari vonis hukuman mati (DPR, 2015)

(16)

Begitu pula dengan banyaknya kecaman terhadap Indonesia dari masyarakat Australia yang turut menolak pelaksaan eksekusi mati duo bali nine di media massa. Bahkan sekjen PBB Ban Ki-Moon turut mengecam tindakan pemerintah Indonesia dan mendesak Indonesia untuk membatalkan pelaksanaan eksekusi mati (BBC, 2015)

Di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo, pemerintah tidak bergeming. Bagi Indonesia pelaksanaan hukuman mati tersebut merupakan masalah kedaulatan hukum Indonesia. Hal ini juga merupakan upaya untuk menimbulkan efek jera bagi para bandar dan pengedar narkoba ditengah-tengah kondisi darurat narkoba yang dihadapi Indonesia. Saat ini, dalam satu hari sekitar 50 jiwa atau sekitar 18.000 jiwa warga negara Indonesia per tahun meninggal dunia akibat narkoba. Hal inilah yang menjadi alasan banyaknya pihak yang mendukung pelaksanaan hukuman mati ini (Arba'i, 2015).

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut “Mengapa Australia menentang keras pelaksanaan eksekusi mati duo bali nine tahun 2005-2015?”

C. Kerangka Teori

(17)

Konstruktivisme yang memandang bahwa norma yang ada dan berkembang di suatu Negara dapat mempengaruhi tindakan Negara itu.

1. Teori Konstruktivis

Konstruktivis (atau social Konstruktivisme) merupakan paradigma yang berusaha untuk menjelaskan terbentuk maupun transformasi identitas dan kepentingan Negara. Pandangan ini percaya bahwa struktur fundamentalisme politik internasional bukan terbatas pada material atau kapabilitas, namun aspek social (Soetjipto, 2015). Asumsi yang diterima secara luas bahwa konstruktivis adalah suatu „isme‟, paradigma, atau

model yang mensoroti peran norma dalam Hubungan Internasional (Walter Carlsnaes, 2004).

Konstruktivisme merupakan teori alternative yang turut mewarnai teori hubungan internasional modern. Sejak tahun 1980, kehadiran konstruktivisme dianggap sebagai teori dinamis, tidak semena-mena, dan secara kultural berbasis pada kondisi-kondisi sosial. Teori ini berasumsi pada pemikiran dan pengetahuan manusia secara mendasar. Adanya nature dan human konowlege dari tiap individu mampu mentransfor fenomena atau realita sosial ke dalam pengetahuan ilmu-ilmu sosial.

(18)

Ernst Haas dan Hedley Bull. Tokoh konstruktif lain adalah Friedrich Kratochwill (1989), Nicholas Onuf (1989), dan Alexander Wendt (1992).

Konstruktivis mempunyai kepentingan untuk menggunakan norma sebagai sarana untuk memperbaiki keadaan atau melakukan perubahan sosial. Hal ini merupakan sisi “kritis” dari konstruktivis. Beberapa konsep

yang ada di konstruktivis yakni, ide, norma, konstruksi sosial, identitas aktor, dan kepentinagnan aktor.

Konstruktivis menolak seperti fokus materi sepihak . Mereka berpendapat bahwa aspek yang paling penting dari hubungan internasional adalah sosial , tidak material. Akibatnya , studi hubungan internasional harus fokus pada ide-ide dan keyakinan yang menginformasikan aktor di kancah internasional.

“Constructivist approaches expand the repertoire of theoretical

explanation by arguing that states behave in accordance with a “logic of

appropriateness” and a “logic of material consequences” for their

actions. Yet, by claiming that standards of appropriateness –i.e. “norms”

– determine political outcomes(Finemore, 1996).

(19)

Dengan kata lain, yang menjadi pertimbangan utama adalah konsekuensi tindakan terhadap kepentingan. Tindakan ditentukan secara rasional untuk memaksimalkan kepentingan. Sementara itu logic of appropriatenes adalah saat suatu entitas melakukan apa yang dianggap pantas dalam konteks tertentu karena terdapat norma-norma yang menetapkan tindakan spesifik dalam konteks tersebut, dengan kata lain perhitungan rasional seperti kepentingan , konsekuensi, dan utilitas tidak lagi menjadi penting karena telah ada norma yang menentukan apa yang dianggaop pantas. Norma tersebut dapat merupakan norma tertulis maupun tidak tertulis (Soetijpo, 2015).

Dalam konstruktivis, norma merupakan hasil dari tindakan Negara, namun disaat yang sama, hal ini juga dapat mempengaruhi tindakan sebuah Negara. Dalil konstruktivisme ini menjadi relevan dalam kaitannya dengan HAM. HAM berlaku kuat karena merupakan norma yang bersifat universal sehingga dapat menjadi dasar tindakan suatu Negara. Namun di sisi lain, konstruktivism juga memperhitungkan sejarah, budaya, dan konteks kultural. Ini juga relevan karena HAM yang berlaku di berbagai belahan dunia berinteraksi dan bersinanggungan ndengan kultur yang berbeda beda pula.

Dalam kuliahnya Dr. Nur Azizah menjelaskan bahwa kepentingan negara dapat dibentuk oleh ide-ide dan norma-norma (Azizah, 2016)..

(20)

kebijakan konstruktif pemerintah Australia mengenai tindakan pemerintah Indonesia yang akan mengeksekusi terpidana gembong narkoba duo bali nine. Australia mulai menunjukkan sikapnya dengan berusaha bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia agar dibatalkannya pelaksanaan hukuman mati. Australia pun mendapatkan beberapa dukungan dari berbagai Negara dan sekjen PBB yakni Ban Ki-moon.

Penolakan eksekusi mati terus dilancarkan Australia ketika pemerintah Indonesia tetap pada keputusannya. Australia terus melakukan upaya agar dua warga negaranya itu tidak jadi dieksekusi, pemerintah Australia juga membahas tentang bantuannya pada peristiwa tsunami di Aceh pada tahun 2006. Begitupula dengan banyaknya aksi demonstrasi di Australia untuk mengangkat isu pelanggaran Hak Asasi Manusia.

(21)

Deklarasi universal Hak Asasi Manusia) menjadi landasan tindakan politik yang digunakan Australia.

2. Hak Asasi Manusia ( HAM)

Istilah hak-hak asasi manusia merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa perancis droits de I’homme dalam bahasa perancis yang berarti “hak manusia”, atau dalam bahasa inggrisnya human rights, yang

dalam bahasa belanda disebut menselijke rechten. Di Indonesia umumnya dipergunakan dengan istilah : “ hak-hak asasi atau hak-hak fundamental” yang merupakan terjemahan dari basic rights atau fundamental rights dalam bahasa inggris dan grondrechten atau fundamentele rechten dalam bahasa Belanda. Sedangkan di Amerika Serikat selain digunakan istilah human rights juga dipakai istilah civil rights.

Istilah hak asasi lahir secara monumental sejak terjadinya revolusi Perancis pada tahyn 1789 dalam “ Declaration des Droits de L‟hommeet

du Citoyen” (hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan

semboyan Liberte (Kemerdekaan), Egalite (Persamaan) dan Fraternite (Persaudaraan).

(22)

seperti hak untuk hidup, hak untuk mendapatkan perlindungan dan lain sebagainya (Huda, 2011).

Di Australia, Hak Asasi Manusia didasarkan pada tradisi Liberalisme. HAM walau dapat ditemukan dasarnya dimana-mana, tapi sejauh ini hanya liberalism sebagai sebuah ajaran yang memberikan pendasaran yang kuat dan pengakuan yang tegas bagi HAM. Bahkan, falsafah PBB itu sendiri yang termuat dalam DUHAM tidak bisa dilepaskan dari liberalisme (O'Rawe, 1999). Menurut Ralp Wilde pernyataan dalam preambulnya yang menyatakan, “ini sangat penting,

dalam hal rakyat tidak diberikan kemungkinan, sebagai hak terakhir, untuk berpaling pada pemberontakan untuk melawan tirani atau penindasan, maka HAM haruslah dijamin oleh undang-undang” mengambil inspirasi

dari tokoh dalam tradisi liberalism, Thomas Paine (Wilde, 1999).

Dalam kaitannya dengan itu, konsepsi HAM dalam liberalism bisa dikatakan sebagai berikut :

(23)

HAM adalah hak berlaku diwilayah publik. HAM ditujukan oleh pemikiran John Locke sebagai perintis liberalism. Tapi, liberalism pun sebagaimana layaknya sebuah aliran pemikiran dalam perjalanannya mengalami berbagai modifikasi.

Perlu pula dicatat, liberalism juga memiliki kemampuan untuk terus berevolusi seperti mengakui hak-hak kelompok sebagai HAM. Ini salah stunya ditujukkan dengan pengakuan akan pentingnya prinsip non-diskriminasi. Prinsip ini diterjemahkan kedalam tiga tipe interpretasi ideal. yakni, toleransi, perlindungan yang setara dan multikulturalisme (Dr. Nurul Qamar, 2014).

Di Indonesia, menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2013). Sifat HAM adalah universal, artinya berlaku untuk semua manusia tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, dan bangsa (etnis). HAM harus ditegakkan demi menjamin martabat manusia seutuhnya di seluruh dunia. Hal itu tercermin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Arba'i, 2015).

(24)

dengan hak dasar, sebagai suatu hak yang diperoleh setiap manusia sebagai konsekuensi ia menjadi warga dari suatu Negara.

Dirujuk dari sumbernya, HAM berasal dari Tuhan, sedangkan hak dasar, asalnya dari Negara atau pemerintah. HAM bersifat universal, sedangkan hak dasar bersifat domestic. Fungsi HAM adalah mengawal hak dasar.

Filosofis HAM adalah kebebasan yang berbasis atas penghormatan atas kebebasan orang lain. Artinya, kebebasan HAM tidak tak terbatas, oleh karena tatkala memasuki wilayah kebebasan orang lain maka daya kebebasan itu berakhir (Dr. Nurul Qamar, 2014)

Soenawar soekawati menyatakan bahwa prinsip persamaan (equality before the law) dalam pengertian pancasila berbeda dengan prinsip yang dianut negara-negara demokrasi barat. Persamaan kedudukan dan kebebasan yang di anut di Indonesia adalah kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya, HAM tidak bersifat mutlak karena setiap warga negara dalam menjalankan hak asasinya wajib mematuhi peraturan perundang-undangan untuk menghormati hak asasi orang lain, sehingga tercipta tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Soekawati, 1977).

3. Definisi Perlindungan

(25)

diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun (Rahardjo, 1992).

Perlindungan hukum adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewenangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya. Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak tersebut (HADJON, 1987).

(26)

D. Hipotesa

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa alasan Australia menolak pelaksanaan hukuman mati karena pengaruh domestik yang ada di Australia yakni:

1. Adanya tekanan berupa opini public dari kelompok kepentingan kepada pemerintah Australia.

2. system pemerintahan Australia yang menganut paham Demokrasi Liberalisme secara ideologis mendorong Australia untuk menolak hukuman mati.

E. Jangkauan Penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak menyimpang dan mengambang dari tujuan yang semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Respon, kebijakan Australia menolak hukuman mati dan adanya beberapa opini publik di Australia

(27)

F. Metode Pengumpulan Data

1. Tipe Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan dalam rangka menulis skripsi yang berjudul Respon Australia terhadap Indonesia Terkait Eksekusi mati duo bali nine tahun 2005-2015 dalam metode deskriptif analisis dan wawancara. Dengan penelusuran dan pengkajian perbedaan pandang yang berlaku di masing-masing negara terkait masalah pelaksanaan eksekusi mati duo bali nine.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas berupa buku-buku, dokumen, jurnal, dan surat kabar atau majalah yang menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis. Adapun tempat-tempat yang dikunjungi penulis yaitu perpustakaan pusat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Teknik Analisis Data

(28)

4. Teknik Penulisan

Penulisan materi skripsi ini, menggunakan teknik deduktif, yang terlebih dahulu menggambarkan secara umum, kemudian menunjuk pada sifat yang khusus.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Bab ini menguraikan alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan pemikiran, hipotesa, metode penelitian, jangkauan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini membahas tentang kronologi kejadian eksekusi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Denpasar kepada duo bali nine, termasuk respon dan tekanan kelompok kepentingan kepada pemerintah Australia.

BAB III Bab ini membahas mengenai landasan Indonesia memberlakukan hukuman mati bagi kejahatan psikotropia.

BAB IV Bab ini menguraikan tentangan landasan Australia menolak hukuman mati terkait norma HAM yang berkembang di Australia.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Arba'i, Y. A. (2015). Aku Menolak Hukuman Mati. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Azizah, D. N. (2016). Critical Construktivism In International Relations. THEORIES OF

INTERNATIONAL RELATIONS PART 2 (p. 31). Yogyakarta: Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BBC. (2015). sekjen PBB kecam Indonesia.

CNN Indonesia. (2015, April 29). Retrieved November 18, 2015, from

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150429055453-113-49921/warganya-dieksekusi-australia-tarik-dubes-dari-indonesia/

detiknews. (2015, januari 19). kolom. Retrieved Februari 29, 2016, from Hukuman Mati mengganggu Hubungan Bilateral?:

m.detik.com/news/kolom/2807478/hukuman-mati-menggangu-hubungan-bilateral

DPR. (2015, MEI). info singkat. Retrieved November 17, 2015, from berkas DPR: http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-9-I-P3DI-Mei-2015-69.pdf

Dr. Nurul Qamar, S. M. (2014). Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi.

Jakarta: Sinar Grafika.

Dr. Nurul Qamar, S. M. (2014). HAK ASASI MANUSIA dalam NEGARA HUKUM DEMOKRASI. JAKARTA: Sinar Grafika.

Finemore, M. (1996). Norms, Culture and World Politics. Insights from Sociology's Institutionalsm, 325-347.

HADJON, P. M. (1987). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.

Huda, N. (2011). Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hukumpedia. (2015, februari 4). Retrieved November 18, 2015, from

www.hukumpedia.com/bemfhunpad/upaya-kontroversi-australia-mengenai-rencana-hukuman-mati-terpidana-narkoba

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2013, April 10). Information. Retrieved juli 23, 2016, from UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM:

(30)

O'Rawe, m. (1999). The United Nations: structure Versus Substance ( The lessons from teh principal treaties and Covenants. In A. h. siobhan, A Human Rights (p. 73). Oxford: Oxford University.

Rahardjo, S. (1992). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Adthya Bakti.

Soekawati, S. (1977). Pancasila dan Hak-hak Azasi Manusia. jakarta: cv. akodoma.

Soetijpo, A. W. (2015). HAM DAN POLITIK INTERNASIONAL . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.

Soetiono. (2004). Rule Of Low ( Supremasi Hukum). Surakarta: Magister Ilmu Hukum program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret.

Soetjipto, A. W. (2015). Ham dan Politik Internasional sebuah pengantar. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Jakarta.

Walter Carlsnaes, T. R. (2004). Handbook Hubungan Internasional. london: Penerbit nusa Media.

(31)

BAB II

PUTUSAN HUKUMAN MATI DUO BALI NINE

A. Kronologi Putusan Hukuman Mati Dua Bali Nine

Bali Nine adalah sebutan yang diberikan media massa kepada sembilan orang Australia yang ditangkap pada 17 April 2005 di Bali, Indonesia dalam usaha menyelundupkan heroin seberat 8,2 kg dari Indonesia ke Australia. Kesembilan orang tersebut adalah :

 Andrew Chan - disebut pihak kepolisian sebagai "godfather" kelompok ini  Myuran Sukumaran

 Si Yi Chen

 Michael Czugaj

 Renae Lawrence

 Tach Duc Thanh Nguyen

 Matthew Norman  Scott Rush

 Martin Stephen

(32)

Nguyen, Sukumaran, Chen dan Norman ditangkap di Hotel Melasti di Kuta karena menyimpan heroin sejumlah 350g dan barang-barang lainnya yang mengindikasikan keterlibatan mereka dalam usaha penyelundupan tersebut (Wikipedia, 2016).

Orang tua Rush dan Lawrence kemudian mengkritik pihak kepolisian Australia yang ternyata telah mengetahui rencana penyelundupan ini dan memilih untuk mengabari Polri daripada menangkap mereka di Australia, di mana tidak ada hukuman mati sehingga kesembilan orang tersebut dapat menghindari ancaman tersebut.

Eksekusi terhadap terpidana mati asal Australia, Myuran Sukumaran dan Andrew Chan akan berlangsung di Nusakambangan. Berikut ini kronologi bagaimana kasus penyelundupan narkoba oleh sembilan warga Australia, yang dikenal dengan nama kelompok "Bali Nine" tersebut :

 Pada tanggal 17 April 2005 Myuran sukumaran dan Adrew chan

ditangkap dibandara Ngurah Rai karena dianggap terlibat dengan penyelundupan heroin 8,3 kilogram ke Australia.

 Pada tanggal 14 februari, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

(33)

 Pada Desember 2006, Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly

Asshiddqie merekomendasikan agar ada perubahan soal hukuman mati yang bisa diperingan hal ini berlaku jika terpidana menunjukkan perilaku yang baik dalam 10 tahun terakhir.

 Pada bulan Agustus 2008, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran

kembali mengajukan banding agar tidak dihukum mati. Dalam sidang banding, mereka mengungkapkan penyesalan dan memohon ampun. Kepala penjara kerobokan bahkan telah bersaksi bahwa keduanya memberikan kontribusi di penjara dengan menggelar pelatihan komputer dan seni.

 Pada 13 Mei 2012 Andrew Chan memohon Grasi kepada Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono agar tidak dieksekusi mati sehingga ia bisa terus hidup dan memperbaiki diri.kepala penjara Kerobokan, Gusti Ngurah Wiratna mengatakan permohonan ini didasarkan pada Usia Chan.

 Kemudian pada 9 Juli 2012, Myuran Sukumaran juga ikut

mengajukan permohonan grasi. Pada akhir tahun 2012, Kejaksaan Agung memberikan penangguhan eksekusi mati hingga satu tahun bagi keduanya (CNN INDONESIA, 2015).

 11 Desember 2014, Presiden Joko Widodo menyatakan tidak ada

(34)

 Pada awal Januari 2015, Pemerintah Australia mengatakan bahwa

upaya Myuran Sukumaran untuk mendapat pengampunan Presiden telah berakhir.

Perdana Menteri Tony Abbott tetap berharap eksekusi Myuran Sukumaran dan Andrew Chan tidak akan terjadi. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan, ia menghargai sistem hukum yang berlaku di negara lain, tetapi tetap mengupayakan lewat jalur diplomatik.

 17 Januari 2015 Perdana Menteri Abbott mendekati Presiden

Jokowi agar membatalkan eksekusi. Perdana Menteri Tony Abbott mendekati Presiden Joko Widodo secara langsung agar memberikan pengampunan kepada Myuran Sukumaran dan Andrew Chan. Juru Bicara Perdana Menteri mengatakan, Pemerintah Australia terus berupaya agar mencegah eksekusi kedua warganya di Indonesia.

 Pada 20 Januari 2015, Tony Abbott kembali menyurati Presiden

Joko Widodo untuk menerima permohonan grasi bagi Sukumaran dan Chan.

 2 Februari 2015 Sukumaran dan Chan akan dieksekusi. pemerintah

Indonesia. Myuran Sukumaran dan Andrew Chan akan dieksekusi pada bulan Februari meski belum ditetapkan tanggal pastinya.

Sebelumnya, keduanya telah kembali mengajukan peninjauan ulang kasusnya, tetapi pengadilan terus menolaknya.

 Pada 9 Februari, Todung Mulya Lubis, pengacara keduanya,

(35)

Presiden Joko Widodo. Namun, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo mengatakan, gugatan ini tidak bisa dilakukan karena grasi adalah hak prerogatif Presiden.

Presiden Joko Widodo dalam pernyataannya mengaku menolak grasi dengan berbagai alasan. "Setiap harinya, 50 orang meninggal karena narkoba," ujarnya di Yogyakarta. "Ada 4,5 juta pencandu yang membutuhkan rehabilitasi."Keputusan untuk hukuman mati bukanlah keputusan Presiden, tetapi keputusan hakim di pengadilan," kata Presiden Jokowi (kompas, 2015).

B. Respon Australia Dalam Menuntut Pembatalan Hukuman Mati

(36)

Marsudi. Namun upaya ini gagal karena Jokowi secara tegas menolak pengampunan terhadap keduanya.

Kedua, Australia mengancam akan memboikot salah satu tempat wisata terindah di Indonesia yaitu Bali. Bahkan pemerintah Australia sudah menkampanyekan boikot terhadap Bali di Media Sosial Twitter jika Indonesia tidak mengampuni kedua terpidana. Tetapi hal ini tidak berhasil, karena mayoritas rakyat Australia tidak ingin bergabung dalam boikot terhadap Bali. Setelah gagal menggunakan jurus Boikot Bali.

Ketiga yaitu Meminta bantuan kepada PBB untuk menyerukan supaya pemerintah Indonesia menghentikan hukuman mati dan memberikan pengampunan dan hal ini disampaikan Sekjen PBB, Ban Ki-moon dimana dia menghimbau agar pemerintah Indonesia menghentikan pelaksanaan hukuman mati. Namun Indonesia membalas himbauan Sekjen PBB ini bahwa Indonesia tidak akan menghentikan hukuman mati. Karena hal tersebut merupakan wilayah kedaulatan hukum di Indonesia, dan Indonesia juga berasalan bahwa hukuman mati masih diterapkan beberapa negara di dunia termasuk Amerika Serikat. Dengan alasan ini, Indonesia bersikeras bahwa tetap akan melaksanakan hukuman mati.

(37)

membantu. Sebaiknya Indonesia dapat membalas kebaikan Australia di masa lalu dengan memberi pengampunan terhadap dua anggota Bali Nine. Namun lagi-lagi, upaya Australia ini justru mempermalukan Australia sendiri. Karena rakyat Indonesia menganggap himbauan ini sebagai niat buruk Australia, dan kemudian munculah gerakan Koin untuk Australaia sebagai Sarkasme atas tindakan Tony Aboott.

Ketujuh, Australia adalah dengan mengirimkan Grand Mufti Sunni of Australia ke Indonesia. Australia menyadari bahwa salah satu alasan Jokowi bersikeras untuk melaksanakan hukuman mati adalah karena adanya dukungan dari Kyai NU dan Muhammadiyah. Sehingga Australia yang melihat kesempatan ini menggunakan Ulama Islam sebagai pendekatan diplomasi untuk menawar eksekusi mati terhadap Bali Nine. Tetapi upaya ini juga gagal, karena Grand Mufti Australia hanya diberi kesempatan untuk bertemu dengan menteri agama yang tidak memiliki kewenangan apapun terhadap keputusan eksekusi Bali Nine.

(38)

hidup duo Bali Nine di Penjara. Dan Upaya terakhir ini juga ditolak oleh pemerintah Indonesia.

Pemerintah Australia mengupayakan pembebasan terhadap anggota duo Bali Nine dengan pendekatan diplomasi yang bervariasi. Namun semua itu tidak dapat meluluhkan pemerintah Indonesia, yang berasalan bahwa Kedaulatan hukum di Indonesia tidak dapat di intervensi oleh negara lain. Dan sekarang dengan beberapa diplomasi tambahan seperti, akan mengancam membeberkan rahasia Jokowi di Pilpres 2014. Nampaknya membuat pemerintah Indonesia menunda eksekusi mati. Meskipun pemerintah membantah kabar ini. Dan untuk kepastian waktu eksekusi mati menunggu gugatan terakhir kuasa hukum Bali Nine terhadap Keputusan Jokowi yang menolak menerima Grasi tanpa mempelajari isi Grasi terlebih dahulu (Kompasiana, 2015).

C. Desakan Opini Publik Termasuk Kelompok Kepentingan Di Australia

(39)

Tidak dapat dipungkiri, suara aspirasi masyarakat dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri yang diambil suatu negara secara signifikan. Hal ini merujuk pada kenyataan bahwa memang pada dasarnya kebijakan luar negeri diambil sesuai dengan kondisi internal negara itu sendiri yang mana salah satu di antaranya adalah opini publik. Sehingga mau tidak mau, sang pengambil keputusan harus melibatkan opini publik sebagai bahan pertimbangannya untuk merumuskan kebijakan luar negeri bagi negaranya. Dengan kata lain, kebijakan luar negeri memiliki kaitan yang erat dengan opini publik. Yang dimaksud opini publik di sini merupakan pandangan, perilaku, bahkan sesuatu yang diyakini masyarakat sebuah negara mengenai suatu isu yang sedang menjadi fokus perhatian (Neack, 2008). Jika diperhatikan lebih lanjut, jumlah masyarakat umum yang beropini jauh lebih banyak dibandingkan dengan sang pengambil keputusan yang biasanya hanya satu atau dua orang. Tidak mengherankan bila opini publik dapat mengarahkan fokus negara itu sendiri.

(40)

organisasi internasinoal, dan warga neagra. Dari sini, dapat dilihat betapa besar pengaruh opini publik dan media terhadap kebijakan luar negeri. Sehingga tidak mengherankan bila kemudian opini publik dan media dijadikan sebagai salah satu level analisis dalam memahami kebijakan luar negeri yang diambil suatu negara (Ida, 2014).

Menurut Piers Robinson, level analisis opini publik dan media dapat dipahami dari dua sudut pandang. Pertama, model pluralis yang memandang media dan publik sebagai entitas yang berdiri secara independen dan terpisah dari politik. Media dianggap sebagai medium opini publik yang terlepas dari campur tangan politik pemerintah sehingga media dapat melakukan berbagai pemberitaan secara leluasa. Kedua, model elit yang berpandangan bahwa media dan publik bersifat tidak independen dan masih berada di bawah naungan kekuasan politik. Hal ini menyebabkan pemerintah dapat mengontrol pemberitaan yang dirilis oleh media dengan tujuan agar publik lebih mendukung kebijakan yang dibuat pemerintah itu sendiri (Robinson, 2008).

Tidak jauh berbeda, Laura Neack juga memperkenalkan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami level analisis opini publik dan media. Pertama, pendekatan bottom-up (dari bawah ke atas) yang banyak digunakan berasumsi bahwa pada dasarnya publik memiliki pengaruh yang cukup besar terhdap proses pengambilan kebijakan. Maksudnya, perilaku pemimpin negara mengikuti apa yang dinginkan publik. Opini publik yang berada di bawah dibawa ke level atas—elit pemerintah—hingga akhirnya terefleksikan dalam kebijakan

(41)

digunakan di negara demokrasi. Kedua, pendekatan top-down (dari atas ke bawah). Kebalikan dari pendekatan bottom-up, pendekatan ini berasumsi bahwa opini publik yang ada di suatu negara akan dikembangan oleh para elit pemerintah hingga menghasilkan sebuah konsesus yang nantinya mempengaruhi publik itu sendiri. Karena bermula dari golongan elit, pendekatan ini pun cenderung digunakan oleh negara otoriter yang tidak menganggap penting peran publik dalam proses perumusan kebijakan negara.

Perlu diketahui, pada umumnya terdapat tiga jenis publik. Pertama, mass public yang tidak memiliki ketertarikan terhadap persoalan kebijakan luar negeri karena kurang mendapatkan informasi yang cukup terkait isu kebijakan tersebut. Hal inilah yang dianggap menyebabkan pembuat kebijakan luar negeri bertindak lebih leluasa tanpa harus mempertimbangkan opini publik. Kedua, attentive public yang memiliki ketertarikan terhadap isu interanasional karena mereka mendapatkan informasi yang cukup. Namun, keberadaan mereka hanya sebatas berdampak secara siginifikan bila opininya diartikulasikan oleh kelompok kepentingan yang dominasi kekuasaanya lebih besar. Ketiga, kelompok elit, yakni bagian kecil masyarakat yang memiliki ketertarikan dan informasi yang cukup terkait isu internasinoal, serta dapat berpengaruh dalam membentuk opini publik (Neack, 2008)

(42)

ketika digunakan sebagai suatu level analisis, opini publik dan media justru mampu memperkaya pembahasan suatu analisa kebijakan luar negeri. Merujuk pada kenyataan pula bahwa saat ini eksistensi media semakin diperhitungkan seiring berkembangnya jaman. Akan tetapi level analisis ini tetap memiliki kekurangan. Seperti yang dikatakan oleh Holsti (Neack, 2008).level analisis ini cukup sulit untuk digunakan. Pengambil keputusan terbebani dengan opini publik yang sebegitu banyaknya sehingga terbilang cukup sulit untuk mengkonstruksikan semua opini tersebut menjadi satu kebijakan yang tepat.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa opini publik dan media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. Hal inilah yang kemudian opini publik dan media menjadi salah satu bahan pertimbangan sang pengambil keputusan. Namun yang perlu diperhatikan di sini, sebagai suatu level analisis, opini publik dan media terbilang cukup sulit untuk diimplementasikan. Penulis setuju dengan penyataan tersebut. Terlebih lagi opini publik senantiasa berganti-ganti mengikuti perkembangan isu yang ada di suatu negara. Sehingga tidak menutup kemungkinan kebijakan yang barusan dibuat oleh suatu negara tidak akan bertahan lama karena dianggap sudah tidak relevan. Inilah yang kemudian dilihat oleh penulis sebagai alasan mengapa pada umumnya kebijakan yang diambil tidak begitu mewakili seluruh aspirasi masyarakat negara tersebut.

(43)

dari hukuman pidana mati. Sebagai sebuah Negara demokratis Australia memang harus mendengarkan seruan masyarakatnya tersebut.

Kencangnya pemberitaan tentang rencana eksekusi dua sindikat bali nine mendorong warga Australia melancarkan protes. Aksi protes itu mereka wujudkan dengan gelar spanduk di depan Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) di Sydney, Australia, untuk memohon kepada presiden dan rakyat Indonesia agar mengampuni dua warga Australia yang terancam hukuman mati.

Orang-orang yang berkumpul di Sydney itu ramai-ramai mengusung poster bertulisksn :”saya berdiri memohon belas kasihan”. Aksi berkumpul di

Sydney itu kemudian disusul dengan aksi surat menyurat oleh lebih dari 100 politikus Australia. Politikus itu menulis surat kepada Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Koesoma. Melalui surat itu, para politikus Australia mendesak Dubes Nadjib, untuk menyampaikan pandangan mereka kepada pemerintah Indonesia agar mempertimbangkan kembali rencana eksekusi pada dua warga Australia.

Mereka, meminta pemerintah Indonesia mempertimbangkan kembali kondisi dua warga Australia itu. Sebab, keduanya telah menjalani rehabilitasi dan mereka sudah merasakan penderitaan selama dipenjara.

“Kami tidak berusaha untuk meminimalkan sifat serius kejahatan mereka ,

mengingat efek merusak dari obat-obatan terlarang pada masyarakat kita,” tulis

(44)

mereka percaya orang-orang itu ditangkap karena polisi Federal Australia memberikan informasi kepada pihak berwenang Indonesia. Mereka kemudian memohon agar hukuman mati terhadap Myuran sukumaran dan Andrew Chan diubah menjadi hukuman penjara atau keduanya dideportasi ke Australia.

Aksi surat menyurat ratusan politikus Australia itu masih disusul lagi dengan tindakan enam mantan Perdana Menteri ( PM ) Australia yang “bermanuver” bersama, mendesak Presiden Indonesia , Joko Widodo untuk

mengampuni dua anggota sindikat narkoba Bali Nine yang sedang menanti eksekusi. Keenam mantan PM Australia itu adalah John Howard,Julia Gillard, Kevin Rudd , Bob Hawke , Paul Keating, dan Malcolm Fraser.Semua bekas pemimpin Australia tersebut kompak menyatakan keprihatinan mereka atas nasib dua warga Australia di Indonesia (academia, 2015)

Intervensi mereka muncul setelah juru bicara urusan luar negeri parlemen Australia dari partai Buruh Tanya Pilbersek, mengungkapkan kesalahan polisi federal Australia soal awal penangkapan duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Polisi Australia dianggap pasif dan seharusnya menjemput Andrew dan Myuran.

Dalam sebuah pernyataan kepada media Australia, kelompok enam mantan PM Australia itu memohon Presiden Indoensia, Joko Widodo, memberikan kesempatan hidup terhadap dua warga Australia yang sudah menjalani rehabilitasi. Julia Gillard mengatakan , bahwa dia merasa pilu. “Jika

(45)

pengakuan perubahan,”katanya. Sedangkan John Howard mengatakan duo Bali

Nine itu telah menunjukkan hasil rehabilitasi yang sejati. Kevin Rudd ikut mendesak Indonesia memberikan ampunan kepada mereka. Begitu juga dengan Bob Hawke yang memohon hal serupa. “ Karena itu saya mendesak dan memohon agar pemerintah (Indoensia) mempertimbangkan kembali keputusannya untuk mengambil kehidupan mereka.

Selain protes dari poltikus dan mantan perdana menteri , puluhan aksi jaksa dan hukum di Australia pun turut andil dalam demonstrasi untuk menolak eksekusi mati terhadap dua gembong narkoba sindikat Bali Nine itu. “Anda disini,

pagi ini, karena setidaknya sebagian dari anda memahami bahwa untuk mengeksekusi dua orang ini sekarang setelah Sembilan tahun rehabilitasi signifikan dan penebusan akan menjadi sebuah tragedy,” ucap Hakim Mahkamah

Agung di Victoria, Lex Lasry . Lasry mengaku pernah bertemu dengan Chan dan Myuran pada tahun 2006 lalu. Dalam pandangannya, rehabilitasi yang dilakukan keduanya layak untuk mendapatkan pengampunan. “saya di Bali selama tiga pekan dan menghabiskan beberapa jam bersama Andrew serta Myuran di Lapas Kerobokan. Saya bisa mengatakan kepada anda, bahwa mereka sangat sengan dengan dukungan dari sini.” Tambahnya.

(46)

manusia di Amerika ini, hukuman mati terhadap duo Bali Nine ini berlebihan. “Organisisasi kami sangat terganggu oleh pelaksanaan (hukuman mati) yang akan

datang untuk Myuran Sukumaran dan Andrew Chan, dua warga Australia yang berada di penjara di Indonesia untuk kejahatan Narkoba. Kami percaya bahwa hukuman mati itu berlebihan,” demikian tulis Bonnie Kerness , selaku Direktur

Priston Watch Program dalam suratnya yang dirilis.

Sebagai direktur The American Friends Servic Committee, Bonnie menilai bahwa keputusan mengeksekusi terpidana asal Australia tersebut tidak pantas. Apalagi keduanya sudah menunjukkan penyesalan dan sudah meminta rehabilitasi. “Saya merasa bahwa itu (eksekusi mati) sangat tidak pantas bagi

individu yang tidak memiliki sejarah kekerasan dan yang telah ditunjukkan selama penahanan mereka penyesalan dan keiinginan untuk rehabilitasi,”lanjut

surat tersebut.

The American Friends Service Committee lalu meminta kepada Jokowi untuk mempertimbangkan kembali keputusan tersebut. “Dengan rasa hormat yang

mendalam dan kerendahan hati, kami meminta anda ( Joko Widodo ) sebagai presiden baru Indonesia menunjukkan kepada dunia nilai-nilai pencerahan demokrasi Negara anda dengan menunjukkan belas kasihan kepada dua individu yang layak ini dengan menawarkan pengampunan. Kami sangat berterima kasih atas pertimbangan anda,”ungkap Bonnie (CNN Indonesia, 2015).

(47)

kian meluas. Selain di Sidney , simpatisan dan mercycampaign.org melakukan aksi danai meminta agar terpidana mati kelompok “Bali Nine”, Myuran

Sukumaran dan Andrew Chan. Diberi keringanan sehingga tidak dieksekusi mati. Aksi tersebut digelar di jalan Kusuma Atmaja, kawasan Renon, Denpasar , Bali. “Ini adalah aksi damai sebagai bentuk dukungan Myuran Sukumaran dan Andrew

Chan diputus hukuman mati. Kami berharap pemerintah memberi ruang dan dialog,”kata anggota dari Mercy Campaign, MA mirdjaja, di sela–sela aksi damai

di Denpasar ,Bali pada hari Sabtu.

Midjaja juga menyampaikan bahwa selama 10 tahun ini keduanya sudah menunjukkan perilakunya ke lebih baik, sehingga Presiden Jokowi bisa memberikan kesempatan hidup lebih lama untuk kedua terpidana mati itu.”Dilarang pemerintah memberikan mereka kesempatan hidup lebih lama. Dari

aspek hukum dan hak azasi manusi bahwa hak – hak hidup adalah hak yang tidak

bisa dihilangkan. Dan, pemerintah seharusnya membuka ruang lebih luas lagi bagi setiap orang untuk mendapatkan hak tersebut. Kita berharap hukuman mati tidak bersifat absolut. Pemerintah harus menjamin bahwa setiap orang mempunyai hak hidup,” tegasnya.

Kelompok simpatisan ini melakukan aksi damai dengan membagikan stiker kepada pengguna jalan yang melintas dan berhenti dilampu stopan. Stiker tersebut bertuliskan “hope mercy,#keephopealive, sign the petition to save

Myuran and Andrew‟. Aksi itu dilakukan sekitar 10 orang . peserta aksi

(48)

Aksi penolakan hukuman mati ini sempat menarik perhatian warga yang kebetulan melintasi Jalan Kusuma Atmaja. Berbeda dengan sebagian besar warga dan pemerintah Australia yang menggemborkan protes kepada Indonesia atas rencana eksekusi mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. seorang ibu di Melbourne , Australia, malah mendukung pelaksanaan eksekusi mati terhadap duo terpidana mati Bali Nine, dukungan itu ia lontarkan lantaran putrinya tewas karena mengalami overdosis narkoba jenis heroin. Beverly neal, nama wanita itu, berdoa agar gembong narkoba Bali Nine tersebut jadi dieksekusi mati. Dia juga berharap warga Australia lainnya sadar bahwa mereka bersalah. “Mereka adalah penjahat yang seolah –olah dijadikan pahlawan”, ujar Neal.

“Siapa yang tahu, ada berapa banyak nyawa yang akan terenggut jika

mereka (gembong narkoba Bali Nine ) tidak tertangkap di Bali,”imbuh dia. Neal

juga mengaku masih belum bisa melupakan sosok anaknya , Jeniffer Neal, yang tewas overdosis pada usia yang masih belia, yakni 17 Tahun. Bayang – bayang anaknya masih membekas dipikirannya. “Putriku anak yang cerdas dan cantik, dia

baru masuk kuliah jurusan bisnis , kala itu. Saat tewas, itu adalah overdosis yang keempat kalinya. Neil juga memberi nasihat kepada orangtua Andrew Chan dan Myuran Sukumaran untuk merelakan kepergian anaknya. Sebab bagi dia, orang tua kedua gembong narkoba itu masih lebih beruntung dari pada dirinya. “Mereka

masih bisa mengucapkan ucapan selamat tinggal, sedangkan aku tidak,”tandas

Neil.

(49)

mati. Dalam waktu bersamaan Amnesty juga mengkritik Indonesia melanggar seluruh standar HAM yang berlaku (DWMade For Minds, 2015). Kasus Andrew Chan dan Myuran Sukumaran sebenarnya bukanlah satu–satunya kasus hukuman

mati yang dihadapi warga Australia di Luar negeri. Fairfax telah mempelajari bahwa 12 warga Australia lainnya juga telah ditahan karena pelanggaran serius atau didakwa dengan kejahatan yang menyebabkan hukuman mati.

The Sydney Morning Herald menyebutkan, jumlah ini di luar tiga warga Australia yang telah ditetapkan sebagai terpidana mati , yakni Pham Trung Dung di Vietnam , serta Myuran Sukumaran dan Andrew Chan di Bali. Hingga kini , hanya kedua kasus warga Australia yang berada dalam keadaan sulit. Mereka adalah Peter Gardner yang tertangkap membawa 30 Kilogram Shabu di Tiongkok dan Mana Elvira Esposto (51) yang kedapatan membawa 1,5 kilogram obat terlarang di Malaysia.

Departemen luar negeri menolak untuk memberikan rincian tentang kasus –kasus tersebut. Namun, yang dapat dipahami adalah sebagian besar kasus

tersebut ,walaupun tidak semua, merupakan perdagangan narkoba di kawasan Asia. “Sebagian hal yang berkaitan dengan kebijakan, kami tidak mengungkapkan

nama-nama atau lokasi mereka,” kata juru bicara Deplu Australia (CNN

Indonesia, 2015).

(50)

“Haruskah kita Mengurangi Bantuan ke Indonesia?”, media tersebut memaparkan

bahwa dana bantuan asing Australia dari pajak yang dibayarkan warganya, dengan nilai mencapai AUS$55 juta atau setara dengan 569 miliar. Artikel tersebut pun merinci pada periode 2013, Australia mengirim dana bantuan asing sebesar AUS$581 juta ke Indonesia, atau setara dengan 6 triliun. Sementara, pada periode 2014, anggaran untuk dana bantuan diperkirakan sebesar AUS$605,3 juta atau senilai 6,2 triliun (CNN Indonesia, 2015).

(51)

DAFTAR PUSTAKA

academia. (2015, Agustus 22). academia. Retrieved November 2, 2015, from Dear Me: http://www.academia.edu/11322763/Dear_Me_Kisah_Eksekusi_Sindikat_Narko ba_Australia

Arba'i, Y. A. (2015). Aku Menolak Hukuman Mati. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Azizah, D. N. (2016). Critical Construktivism In International Relations. THEORIES OF

INTERNATIONAL RELATIONS PART 2 (p. 31). Yogyakarta: Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BBC. (2015). sekjen PBB kecam Indonesia.

CNN Indonesia. (2015, April 29). Retrieved November 18, 2015, from

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150429055453-113-49921/warganya-dieksekusi-australia-tarik-dubes-dari-indonesia/

CNN Indonesia. (2015, April 24). Internasional. Retrieved November 6, 2015, from ww.cnnindonesia.com/internasional/20152404253/media-australia-terus-mendesak/

CNN Indonesia. (2015, April 30). Internasional. Retrieved Januari 22, 2016, from berita Asia Pasifik: www.cnnindonesia.com/internasional/20150430124253-113-50272/media-australia-masih-ramai-beritakan-eksekusi-bali-nine/

CNN INDONESIA. (2015, April 28). Kronologis kasus Narkotik yang menjerat dua bali nine. Retrieved Juli 26, 2016, from Berita hukum kriminal:

http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150428185400-12-49829/kronologi-kasus-narkotik-yang-menjerat-duo-bali-nine/

detiknews. (2015, januari 19). kolom. Retrieved Februari 29, 2016, from Hukuman Mati mengganggu Hubungan Bilateral?:

m.detik.com/news/kolom/2807478/hukuman-mati-menggangu-hubungan-bilateral

DPR. (2015, MEI). info singkat. Retrieved November 17, 2015, from berkas DPR: http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VII-9-I-P3DI-Mei-2015-69.pdf

Dr. Nurul Qamar, S. M. (2014). Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi.

(52)

Dr. Nurul Qamar, S. M. (2014). HAK ASASI MANUSIA dalam NEGARA HUKUM DEMOKRASI. JAKARTA: Sinar Grafika.

DWMade For Minds. (2015, April 29). Rubrik. Retrieved Januari 6, 2016, from Reaksi Internasional atas Eksekusi Mati di Indonesia: www.dw.com/id/reaksi-internasional-atas-eksekusi-mati-di-indonesia/a-18416394

Finemore, M. (1996). Norms, Culture and World Politics. Insights from Sociology's Institutionalsm, 325-347.

HADJON, P. M. (1987). Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Surabaya: Bina Ilmu.

Huda, N. (2011). Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hukumpedia. (2015, februari 4). Retrieved November 18, 2015, from

www.hukumpedia.com/bemfhunpad/upaya-kontroversi-australia-mengenai-rencana-hukuman-mati-terpidana-narkoba

Ida, H. S. (2014). Komunikasi politik, Media, Demokrasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2013, April 10). Information. Retrieved juli 23, 2016, from UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM:

http://www.komnasham.go.id/instrumen-ham-nasional/uu-no-39-tahun-1999-tentang-ham

kompas. (2015, April 29). Ini kronologi kasus narkoba kelompok bali nine. Retrieved Agustus 1, 2016, from Region:

http://regional.kompas.com/read/2015/04/29/06330021/Ini.Kronologi.Kasus.N arkoba.Kelompok.Bali.Nine

Kompasiana. (2015, Maret 14). Kompasiana. Retrieved November 22, 2015, from Upaya Australia membebaskan duo bali nine dari Hukuman mati:

www.kompasiana.com/upaya-Australia-membebaskan-duo-bali-nine-dari-hukuman-mati_768754356567776rf7

Neack, L. (2008). The New Foreign Policy : Power Seeking in a Globalized Era. London: Rowman & Littlefield Publishers.

O'Rawe, m. (1999). The United Nations: structure Versus Substance ( The lessons from teh principal treaties and Covenants. In A. h. siobhan, A Human Rights (p. 73). Oxford: Oxford University.

Rahardjo, S. (1992). Ilmu Hukum. Bandung: Citra Adthya Bakti.

(53)

Soekawati, S. (1977). Pancasila dan Hak-hak Azasi Manusia. jakarta: cv. akodoma.

Soetijpo, A. W. (2015). HAM DAN POLITIK INTERNASIONAL . Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.

Soetiono. (2004). Rule Of Low ( Supremasi Hukum). Surakarta: Magister Ilmu Hukum program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret.

Soetjipto, A. W. (2015). Ham dan Politik Internasional sebuah pengantar. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Jakarta.

Walter Carlsnaes, T. R. (2004). Handbook Hubungan Internasional. london: Penerbit nusa Media.

Wikipedia. (2016, April 18). Halaman. Retrieved Juli 22, 2016, from Bali nine: https://id.wikipedia.org/wiki/Bali_Nine

(54)

BAB III

KEBIJAKAN PENERAPAN PIDANA MATI KASUS NARKOBA DI

INDONESIA

Kasus narkotika di Indonesia menjadi kasus terberat yang ditangani oleh pemerintah Indonesia selain ancaman terorisme. Maka dari itu, penegakkan hukum menjadi penting untuk Indonesia. pemerintah Indonesia memberlakukan sanksi tegas kepada para tersangka yang terlibat dalam kasus narkotika.

A. Kebijakan Penegakkan Hukum di Indonesia

Pasal 1 ayat 3 Perubahan keempat UD 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah Negara hukum. Sebagai Negara hukum, segala aktivitas dan tindakan masyarakat maupun penyelenggara Negara harus berlandaskan hukum. Agar dapat berfungsi dengan baik, hukum pun harus dijalankan melalui penegakkan hukum, baik dalam arti sempit maupun arti luas.

(55)

Berbagai kemungkinan dalam realitas hukum bias saja terjadi, misalnya peraturan perundang-undangan sudah memadai, namun penegak hukum yang tidak profesional mengakibatkan kegagalan. Kemungkinan lain adalah undang-undang dan penegak hukum yang sudah baik, namun sarana dan kesadaran masyarakat kurang, sehungga penegakkan hukum dilaksanakan secara tidak optimal, demikian seterusnya. Dari kelima factor penegakan hukum, ternyata factor penegak hukum dianggap paling dominan. Penegak hukumlah yang menjadi operator pelaksanaan hukum. Herman Mannhein, dalam bukunya Criminsl Justice and Social

Reconstruction berkata, “betapapun baiknya perangkat

perunundang-undangan, jika para penegaknya berwatak buruk maka hasilnya juga akan buruk” (Andang, 2009)

Dalam Perpres No. 7 Tahun 2005 tentang rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 mengenai arah kebijakan dalam hal pembenahan terhadap psistem dan politik hukum, ditetapkan bahwa kurun 2004-2009 kebijakan diarahkan pada perbaikan substansi ( materi), struktur (kelembagaan), dan kultur (budaya) hukum, melalui upaya :

(56)

peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai nagian dari upaya pembaharuan materi hukum nasional.

b. Pembenaha struktur hukum melalui penguatan kelembagaan dengan meningkatkan profesionalisme hakim dan staf peradilan serta kualitas system peradilan yang terbuka dan transparan; menyeerhanakan system peradilan, meningkatkan transparansi agar peradilan dapat diakses oleh masyarakat, dan memastikan bahwa hukum diterapkan dengan adil dan memihak pada kebenaran; memperkuat kearifan local dan hukum adat untuk memperkaya system hukum dan peraturan melalui pemberdayaan yurisprudensi sebagai nagian dari upaya pembaharuan materi hukum nasional. c. Peningkatan budaya hukum melalui pendidikan dan sosialisasi

berbagai peraturan perundang-undangan serta perilaku keteladanan dari kepala Negara dan jajarannya dalam mematuhi hukum dan menegakkan supremsi hukum (Adji, 2007).

(57)

B. Sistem peradilan pidana di Indonesia

Dalam menanggulangi masalah kejahatan, Negara membutuhkan cara serta alat untuk menegakannya. Negara dalam upaya menegakkan hukum tidak terlepas dari proses penegakkan hukum yang adil “due

process of law” dalam suatu system peradilan idana (criminal justice

system).

Ada tiga tujuan dari pada sistem peradilan pidana yang dikemukakan oleh Mardjono Reksodiputro. Tiga tujuan dari system peradilan pidana tersebut adalah sebagai berikut (Reksodiputro, 1994):

(1) Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan;

(2) Menyelesaikan kasus kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana; (3) Mengusahakan agar mereka yang pernah melakukan kejahatan

tidak mengulangi lagi kejahatannya.

(58)

dan lembaga koreksi (pemasyarakatan). Keempat komponen tersebut diharapkan dapat bekerjasama dan mmembentuk suatu “integrated

criminal justice administration”. Keempat instansi tersebut

masing-masing secara administratif berdiri sendiri. Kepolisian berada di bawah pemerintah, kejaksaan dibawah kejaksaan agung, pengadilan secara fungsional masing-masing berdiri sendiri-sendiri namun secara administratif dan yudikatif diarahkan oleh mahkamah agung. Sedangkan lembaga kemasyarakatan berada di dalam struktur organisasi kementerian hukum dan hak asasi manusia. Dalam kenyataannya sudah menjadi suatu keharusan keempat lembaga ini bekerjasama terlibat dalam satu kesatuan sistem yang integral dalam mencapai tujuan.

Keterlibatan komponen-komponen atau sub-sub sistem dalam masing-masing ruang lingkup proses peradilan pidana dapat dijelaskan melalui tugas dan fungsi pokok sebagai berikut (Andang, 2009):

(59)

(2) Kejaksaan dengan tugas pokok: menyaring kasus yang layak diajukan ke pengadilan, mempersiapkan berkas penuntutan, melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan pengadilan. (3) Pengadilan yang berkewajiban untuk : menegakkan hukum dan

keadilan, melindungi hak-hak terdakwa, saksi dan korban dalam proses peradilan pidana, melakukan pemeriksaan kasus-kasus secara efisien dan efektif, memberikan putusan yang adil dan berdasarkan hukum, dan menyiapkan arena publik untuk persidangan sehingga publik dapat berpartisipasi dan melakukan penilaian terhadap proses peradilan di tingkat ini.

(4) Lembaga pemasyarakatan, yang berfungsi untuk : menjalankan putusan pengadilan yang merupakan pemenjaraan, memastikan perlindungan hak-hak narapidana, melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki narapidana, mempersiapkan narapidana untuk kembali ke masyarakat.

(5) Pengacara, dengan fungsi :melakukan pembelaan bagi klien, dan menjaga hak-hak klien dipenuhi dalam proses peradilan pidana.

Dalam tahapan proses pelaksanannya system peradilan pidana tentunya tak lepas dari desain prosedur (procedural design) yang ditata melalui KUHAP dan dibagi menjadi tiga tahap yakni :

(60)

(3) Tahap purna-ajiudikasi (purna-ajudication)

Dari tiga tahap tersebut menurut penafsiran di KUHAP yang harus dominan dalam seluruh proses adalah tahap ajudikasi (tahap sidang pengadilan) karena dari segala putusan baik putusan bebas maupun utusan bersalah, hal ini harus didasarkan pada fakta dan keadaan serta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksan di sidang pengadilan. Sebenarnya sifat dari keseluruhan sistem secara penuh dapat melindungi hak warga negara yang dalam hal ini adalah terdakwa. Namun yang paling jelas terlihat adalah pada tahap ajudikasi (sidang pengadilan) karena hanya tahap inilah terdakwa bisa berdiri sama rata dengan jaksa penuntut umum. Sedangkan pada tahap lain kemungkinan bisa berlainan keadaannya walaupun jelas dalam penjelasan KUHAP ditegaskan mengenai perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia.

Tak lepas dari kemungkinan bahwa dari keseluruhan sistem akan mengalami kendala-kendala dalam usaha mencapai tujuan apabila keseluruhan system tersebut tidak bias bekerja sama dengan baik. Terdapat tiga kendala atau kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi yaitu (Reksodiputro, 1994) :

(61)

(2) Kesulitan dalam memecahkan sendiri masalah-masalah pokok masing-masing instansi (sebagai sub-sistem dan system peradilan pidana), dan

(3) Karena tanggung jawab masing-masing instansi sering kursng jelas terbagi, maka setiap instansi tidak terlalu memperhatikan efektifitas menyeluruh dari system peradilan pidana.

C. Pidana Mati dalam Perundang-Undangan Indonesia

Pidana mati adalah upaya radikal untuk melenyapkan individu-individu yang sudah tidak bisa diperbaiki lagi dan juga merupakan pidana yang paling berat dan menyedihkan diantara bentuk pidana lainnya (Saleh, 1978).

Sementara ada pendapat bahwa pidana mati merupakan suatu macam pidana yang paling tua dalam usia, dan tapi muda dalam berita (Nurwachid, 1984). Sehingga dapat dikatakan demikian bahwa pidana mati itu sudah usang, kuno dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman.

(62)

tahun 1964 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hukuman Mati di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer.

Beberapa tindak pidana yang diancam dengan pidana mati menurut KUHP Indonesia yaitu :

a) Makar, dengan membunuh kepala Negara. Pasal 104 menyebutkan makar dengan maksud membunuh presiden atau wakil presiden atau dengan maksud merampas kemerdekaan mereka atau menjadikan mereka tidak mampu memerintah, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

b) Mengajak/ menghasut Negara lain menyerang Indonesia ( Pasal 111 ayat 2)

c) Melindungi atau menolong musuh yang berperang melawan Indonesia ( Pasal 124 ayat 3)

d) Membunuh kepala Negara sahabat ( Pasal 140 ayat 3)

e) Pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu ( Pasal 140ayat 3 dan Pasal 340)

f) Pencurian dengan kekerasan oleh dua orang atau lebih berkawan pada waktu malam dan merusak rumah yang mengakibatkan orang luka berat atau mati ( pasal 365 ayat 4)

(63)

h) Menganjurkan pemberontakan atau huru-hara pada buruh terhadap perusahaan pertahanan Negara pada waktu perang ( Pasal 124) i) Pada waktu perang melakukan penipuan dalam penyerahan

barang-barang keperluan angkatan perang ( Pasal 127 dan Pasal 129) j) Pemerasan dengan kekerasan ( Pasal 368 ayat 2)

Selain rumusan didalam KUHP, tindak pidana yang diancam dengan pidana mati juga dirumuskan diluar KUHP. Yang antara lain :

1) UU Darurat NO.12 Tahun 1951 tentang senjata api yang diundangkan pada 4 September 1951 pasal 1 ayat 1. Bunyinya : “

barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan, atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam pemiliknya, menyimpan, mngangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.”

(64)

diundangkaan pada 27 Juli 1959 dalam Lembaran Negara 1959 No. 80.

3) Peraturan pemerintah penganti UU No.21 Tahun 1959 tentang memperberat ancaman hukuman terhadap tindak pidana ekonomi. Diundangkan pada 16 November 1959 dalam Lembaran Negara Tahun 1959 No.130.

4) UU No. 4 tahun 1976 tentang perubahan dan penambahan beberapa pasal dalam KUHP bertalian dengan nperluasan berlakunya ketentuan perundang-undangan pidana, kejahatan penerbangan, kejahatan terhadap sarana/prasarana penerbangan. Diundangkan pada 27April 1976 dalam Lembaran Negara Tahun 1976 No.26. 5) Penpres RI No. 2 Tahun 1964 tentang Tata cara Pelaksanaan

Pidana Mati yang dijatuhkan oleh pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer.

(65)

juga diatur dalam KUHP, yaitu hidup atau sementara. Dalam pidana sementara, pidana penjara lamanya minimal 1 hari dan maksimal 15 tahun. Sementara dalam UU No. 5 tahun 1997, juga diatur minimal dan maksimal lamanya pidana sementara yang bias dijatuhkan hakim. Demikian pula dengan minimal pidana dendanya. Ketentuan-ketentuan umum dalam UU No.5 Tahun 1997 adalah :

 Tindak Pidana di bidang psikotropika sebagaimana diatur dalam

UU ini adalah kejahatan (pasal 68 UU No.5 Tahun 1997)

 Percobaan atau perbantuan untuk melakukan tindak pidana

psikotropika sebagaimana diatur dalam UU ini dipidana sama dengan jika tinda p idana tersebut dilakukan ( Pasal 69 UU No.5 Tahun 1997)

 Tindak pidana psikotropika dilakukan dengan menggunakan anak

yang berumur 18 ( delapan belas) tahun dan belum menikah atau orang yang dibawah pengampunan atau ketika melakukan tindak pidana belum lewat dua tahun sejak menjalani seluruhnya atau sebagian pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, ancaman pidana ditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak pidana tersebuat ( Pasal 72 UU No.5 Tahun 1997)

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui realisasi tindak tutur komisif pada wacana pemberitaan politik di harian Solo Pos, 2) Untuk

Preceptor klinik adalah Bidan, dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Pendidikan/ jejaring/ puskesmas yang telah diangkat sebagai dosen

Suhu di dalam showcase cooler dapat langsung terpantau pada layar panel untuk kemudahan dalam pengaturan sesuai dengan kebutuhan..

Subsistem Rawmill 4 dinyatakan sebagai subsistem yang paling memberi pengaruh terhadap nilai availabilitas dan reliabilitas sistem ditinjau dari efek perubahan

Pengaruh Pendekatan Belajar Pukulan Menggunakan Umpan dan Alat Bantu Bola Gantung Terhadap Hasil Belajar Pukulan Lob Forehand Bulutangkis Ditinjau dari Kecepatan Reaksi (Studi

Dengan memotret Anggaran dan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) akan diperoleh informasi tentang kinerja keuangan daerah, baik daerah

[r]

Menganalis pengaruh GDP per kapita, persentase penduduk usia muda (0-14 tahun), persentase penduduk yang memiliki akses sanitasi, dan persentase konsumsi produk