MOTIVASI PENGRAJIN DALAM USAHA MENINGKATKAN PENDAPATAN MELALUI INDUSTRI KERAJINAN SEPATU SANDAL
(Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)
OLEH
:MOHAMMAD TAUFIK HIDAYATULLOH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
MOHAMMAD TAUFlK HIDAYATULLOH. 2002 "Motivasi Pengrajin dalani Usaha Meningkatkan Pendapatan Melalui Industri Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)". Dibimbing oleh PANG S ASNGARI dan PRABOWO TJITROPRANOTO.
Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara sedang berkenibang adalah penciptaan kesempatan kerja bagi rakyat, terutama bagi lnereka yang hidup di pedesaan. Selain bidang pertanian yang menjadi ciri pokok ekonorni pedesaan, ki~ii telah berkembang pula berbagai industri kerajinan pedesaan sebagai wujud ekononii rakyat. lndustri kerajinan ini memiliki ciri pokok berskala kecil dan bersifat tradisional. Pengembangan industri kerajinan sepatu sandal akan membuka kesempatan yang luas bagi penduduk pedesan untuk dapat meningkatkan pendapatan niereka. Industri kerajinan ini sebagai industri skala kecil telah menunjukkan kemarnpuannya yang bersifat adaptif, yaitu dengan keniampuannya bertahan hidup di tengah krisis moneter yang berkepanjangan. Pada kenyataannya, perkembangan industri kerajinan, termasuk industri kerajinan sepatu sandal dihambat oleh segi internal berupa perolelian nilai tambah yang relatif rendali, disebabkan oleh produk yang ditujukan bagi masyarakat ~nenengah ke bawah dan iiienghadapi rantai tata liiaga yang relatif panjang. Hambatan lain dari segi eksternal berupa masih belum didukung oleh pembinaan yang cukup dari pemerintah.
Perkembangan industri kerajinan sepatu sandal. kli~~susnya di Kelurahan
Cikaret. Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor memberi gambaran tentang fenomena di atas. bahwa terdapat segi internal dan ekstcrnal !.ang mengharnbat dinamika perkcmbangan industri kerajinan sepatu sandal. Walaupun demikian para pengrajin masih tetap mengusahakan sektor ini. Hal i ~ i i membuktikan akan adanya motivasi yang dimiliki pengrajin s e p a t u sandal. Tentang macani faktor-faktor yang ~iienlpengarulii lnotivasi pengra.jin u n t ~ ~ k berusaha dalam penibuatan sepatu sandal seliinsga akan menentukan tingkat pendapatannya menjadi rnasalali me~iarik u n t ~ ~ k diteliti dan menjadi alasan penclitian ini.
Tujuan dari penelitia~i ini adalah : ( I ) Mengetahui motivasi pengrajin sepatu
sandal. (2) Mengetahui tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal, ( 3 )
Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta tingkat hubunganliya dengan motivasi pengrajin sepatu sandal, (4) Untuk mempelajari tingkat hubungan
antara motivasi dengan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal. dan (5)
hdengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta tingkat hubungannya dcngan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.
I'cnelitian ini dilakukan di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor. Populasi penclitian berjumlali 7 2 pengra.jin dan peng~~tiipulan data dilakukan secara sensus kepada ke 7 2 pengrajin tersebut. Untuk meliliat hubungan antar variabel yang diama~i. dilakukan analisis statistik dengan lnenggunakan uji korelasi Tau-b Kendall.
pendapatan rendah (< Rp. 828.000,-), sedang (Rp. 829.000,- - Rp. 1.370.000,-) dan
tinggi ( 2 Rp. 1.375.000,-) berjumlah sama, dengan rata-rata pendapatan Rp
1.460.542.- (3) Motivasi pengrajin ( Y I ) berhubungan nyata positif hanya dengan faktor eksternal, yaitu : tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha (X7) dan tingkat permintaan pasar (Xg). Motivasi pengrajin ( Y I ) ternyata tidak berhubungan nyata dengan faktor-faktor eksternal, kecuali variabel tingkat kebutuhan (Xs) yang berhubungan nyata positif dengan motivasi ekstrinsik (Y1.2). (4) Motivasi pengrajin (Y I ) berhubungan nyata positif dengan tingkat pendapatan pengrajin
(Y2),
dan (5) Tingkat pendapatan pengrajin berhubungan nyata positif dengan faktor internal, yaitu : pengalaman (X3) dan tingkat kebutuhan (Xs). Hal yang sama juga terjadi dengan tingkat pendapatan pengrajin (Yl) yang berhubungan nyata positif dengan faktor eksternal. yaitu : tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha (X,), ketersediaan modal (&), tingkat permintaan pasar (X9) dan ukuran bengkel kerja (XI").SURAT PERNYATAAN
Saya ~ ~ ~ e n y a t a k a n dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataa~i dalanl tesis saya
!ang berjudul :
Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningltatlcan Pendapatan Melalui Industri
Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor).
Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengall pernbimbingan
para komisi pembimbing, ltecuali yang dengan jelas ditur~.jukkan rujuliannya. Tesis
ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program se.jerlis di
perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatalian secara jelas dan dapat
diperibsa kebenarannya.
MOTIVASI PENGRAJIN DALAM USAHA MENINGKATKAN
PENDAPATAN MELALUI INDUSTRI KERAJINAN
(Kasus Pengrqin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)
MOHAMMAD TAUFIK HIDAYATULLOH
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk nlernperoleh gelal Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Sudul I esis : Motivasi Pengrajin dala~n [Jsaha Meningltatkan Pendapata~l
Melalui Illdustri Kerajinan (Kasus Pengrajill S e p a t ~ ~ Sandal di
Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)
Nama : M. Taufik Hidayatulloh
N Rl' : P. 05500016
I'rogram Studi : Illnu Penyuluhan Pembangunan
Menyetujui,
Dr. H. Prabowo T'itro ranoto M.&
Ketua Anggota
Menyetahui,
2. Ketua Program Studi 3. Direktur Progra~n Pascasajana
llmu Penyuluhan Pembangu~~an
Penulis dilahirltan di Bogor pada tanggal 26 .luni 1976 sebagai anak ltedua dari pasangan H. M. Yahya Munajat dan Hj. Siti Barkah. Pendidikan sarjana diternpuh di I'rogram Studi Manajemen Daltwah, Fakultas Studi Islam, Universitas Qjuanda, lulus tc~hun 1999. Pada tahu~i 2000, penulis diterima di Program Studi Ilmu Penyuluhan I'embangunan pada Program Pasacasarjana IPB.
Penulis sampai saat ini aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu pada olganisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Penulis beraktifitas dalam hidang pendidikan
clan bidang pengembangan masyarakat dengan ikut bergabung pada Pusat
Pengembangan Informasi dan Intelektual. Di sela-sela waktu senggangnya penulis
jugs berkesempatan untuk menulis artikel untuk dikirimkan pada beberapa media
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang sungguh begitu banyaknya, salah satu di antara nikmat tersebut adalah atas izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu agama Rasulullah SAW, atas segala jejaknya sehingga penulis mempunyai banyak kesempatan untuk meneladani langkahnya menuju kemenangan.
Penelitian ini sudah dilaksanakan sejak bulan Juni sampai bulan Agustus 2002 dengan mengambil objek motivasi pengrajin sepatu sandal, dengan judul "Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Melalui lndustri Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)".
Berbagai pihak telah terlibat dalam mewujudkan tesis ini, oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Pang S Asngari, M.Ed dan Bapak Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc selaku komisi pembimbing, yang telah memberi kebijaksanaan. ilmu dan nilai-nilai yang sangat sarat dengan kebaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Sumardjo, MS selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberi saran perbaikan. Ungkapan terima kasih berikutnya penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. R. Margono Slamet, M.Sc selaku ketua Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan yang telah niemberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Program Studi yang dipimpinnya. Selain itu kepada seluruh dosen Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan khasanah pemikiran, penulis juga sampaikan terima kasih.
Penghargaan penulis san~paikan kepada adik-adik Himpunan Mahasiswa Isla111 Cabang Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Begitu pula dengan rekan-rekan S2 dan senior-senior S3 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala diskusi dan masukannya. Terakhir adalah ungkapan salut dan bangga kepada ayah dan ibu atas kejernihan cinta dan ketulusan do'anya siang dan malam. mengharapkan penulis agar menjadi orang yang berguna. Terhadap seluruh keluarga juga atas dukungannya dan pengertiannya pada penulis, diucapkan terima kasih.
Akhirnya sampailah kepada penghujung kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi sidang pembaca.
Bogor, 30 November 2002
DAFTAR
IS1
Halaman . . . DAFTAR TABEL
...
.
.
.
. . . V I I IDAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... ... . . . xi
PENDAHULUAN ...
...
ILatar Belakang
. .
...
.
.
.
1Masalah Penel~tlan ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Kegunaan Penelitia 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 7 Motif ... 7
.
.
Motlvasl ... ... ...
... ... ...
... .... .... 9Penyuluhan ...
. .
15Industri Kerajlnan ... I8
Motivasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 23
Tingkat Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 28
KERANGKA BERPIKIR DAN HlPOTESlS PENELlTlAN ... ... 33
.
.
3 7Kerangka Berplk~r ... J J
.
'Hipotesis Penelltian ...
.
.
.
......
. . . 35METODOLOCI PENELITIAN Definisi Operasional Variabel
Indikator, Parameter dan Peng
.
. . .. .
..
.. . .
. . .. . .
Desain PenelitianLokasi dan Waktu Penellt~an ... Populasi dan Sampel Penelitia
Pengumpulan Da Validitas lnstrume
Reliabilitas Instrumen ... . .
Anallsls Data ...
HASlL DAN PEMBAHASAN 47
Deskripsi Wilayah Kelurahan Cikaret ... 47 Deskripsi Kondisi lndustri Kerajinan Sepatu Sandal
Karakteristik Internal Prngrajin Sepatu Sanda 5 8 Karakteristik Eksternal Pengrajin Sepatu Sandal ... 62 Motivasi dan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal ... 67 Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Motivasi Pengrajin
Sepatu Sanda ...
.
.
.
.
... 68Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Pengrajin
Sepatu Sandal ...
.
.
.
... ... . . . 72 Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Pendapatan PengrajinSepatu Sandal ... 75 Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Tingkat
Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal 77
Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Tingkat
Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal 79
Pengujian Hipotesis 84
K E S I M P U L A N DAN S A R A N 8 8
Kesimpulan ... 88 Saran ... 90
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel 1 . Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel Faktor-Faktor
...
Internal 39
Tabel 2. Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel Faktor-Faktor
Eksternal
...
.
.
.
... 40Tabel 3. Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel Antara dan Variabel
Terikat ... 4 1 Tabel 4. Jumlah Pengrajin Sepatu Sandal Berdasarkan Wilayah RW
di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ... 49
Tabel 5. Kategori Pengrajin Sepatu Sandal Berdasarkan Tujuan Pembuatan, Asal Modal, Kontinuitas dan Peralatan yang Digunakan
di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ...
.
.
.
... 5 1 Tabel 6. Jenis Sepatu Sandal Berdasarkan Bahan yang Digunakan danPihak Pengguna di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ... 54
Tabel 7. Tujuan Pasar, Ciri-Ciri dan Alasan Melakukan Penjualan ... 56
Tabel 8. Karakteristik Internal Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret,
Kota Bogor, Tahun 2002 ...
.
.
... 60Tabel 9. Karakteristik Eksternal Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, ...
Kota Bogor, Tahun 2002 ...
.
.
64Tabel 10. Keadaan Motivasi dan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal
di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ...
.
.
.
.... 67Tabel 1 1 . Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Motivasi Pengrajin ...
Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 69
Tabel 12. Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Pengrajin ...
Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 72
Tabel 13. Hubungan Antara Motivasi dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin ...
Tabel 14. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor,
...
...
Tahun 2002 ... 78
Tabel 15. Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor.
Tahun 2002 ... 80
Tabel 16. Hubungan antara Faktor-Faktor lnternal dan Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret,
Kota Bogor, Tahun 2,002 ...
.
.
.
.
... 84Tabel 17. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dan Faktor-Faktor Eksternal dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan
...
DAFTAR GAMBAR
Gambar I . Kerangka Berpikir Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningkatkan
Pendapatan Melalui lndustri Kerajinan Sepatu Sandal ... 34
Gambar 2. Saluran Pemasaran Sepatu Sandal ... 57
Gambar 3. Hubungan Antar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi dan
DAFTAR
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 96
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya pembangunan bertujuan untuk me~nperbaiki lnutu hidup yang
akan mengarah kepada tercapainya kesejahteraan manusia baik sebagai individu
niaupun bagi masyarakat secara keseluruhan. U~numnya pencapaian tujuan tersebut
sangat diharapltan dari perkembangan ekonomi negara secara keseluruhan. ltulah
sebabnya konsep pembangunan menjadi tema sentral seluruh negara-negara di dunia.
bultan saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara sedang berltembang,
terluasuk Indonesia.
Negara-negara maju dengan serius rnelakukan pembangunan di segala bidang
tanpa menju~npai permasalahan yang berarti. l'embangunan juga dilakukan oleh
negara-negara sedang berltembang seperti Indonesia, narnun menghadapi banyak
Itendala. Sebagaimana gambaran Misra (1982) bahwa negara-negara sedang
bcrltelnbang seringkali ragu akan arah peinbangu~~an yang ditempuhnya, akibat isu
pembangunan kebijakan d a ~ i program-program pembangunan yang ~nenawarlcan dua
pilihan untuk menlpercepat pembangunan, di mana perdebatan seringkali rnuncul dan
~ncmbawa ltepada counter produlttif.
Terlepas dari perdebatan mengenai isu-isu pembangunan, salah satu
permasalahan yang mendesalt untuk dipecahkan adalah penciptaan kesempatan kerja
bagi rakyat, terutama bagi merelta yang hidup di pedesaan. Pembangunan ekonomi
k;~rrna sebagiali besar pellduduknya berada di pedesaan. Sebagaimana Soetrisno
(2000 : 3 ) menyebutkan bahwa 75 % penduduk Indonesia pada saat ini tinggal d i
wilayah pedesaan. Pembangunan ekonolni pedesaan ini mernpunyai sasaran
~iiengurangi ketidakadilan yang terjadi di pedesaan baik dalam mendapatkan
peke~jaan, distribusi pendapatan dan akses penduduk dalam penyediaan barang dan
pelayanan umum.
Dengall demikian. betapa besar peran pe~nbangunan elto~lomi pedesaan ini
unt~llt mencapai kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal itu diltuatltan Inayatullah
( 1979 : 10) dengan menyataltan bahwa pembangunan terliadap masyaraltat pedesaan
l~arus meningkatkan ke~na~npuan penduduk pedesaan dalam menguasai lingkungan
sosial, melalui upaya pengembangan kemandiriau penduduk pedesaan. Selain itu,
perlu pula te~jadi peninglcatan pendapatan yang merata di lial~nigan penduduk
pedesaan sebagai akibat dari adanya penguasaan tersebut.
Selain bidang pertaniali yang menjadi ciri ekonomi pedesaan, kini telah
brrkelnbang pula berbagai ilidustri kerajinali pedesaan sebagai wujud ekonolni
rakydt. Industri kerajinan ini memiliki ciri pokok berskala ltecil dan bersifat
tradisional (Kartasasmita, 1996). Industri kerajinan yang ada d i pedesaan ini pada
umumnya bergerak dala~n sektor perdagangan (Rahardjo dan Fachry, 1992 : 21).
Industri kerajinan ini sebagai industri skala ltecil telah ~ne~iun~uklian
kcmampuannya yang bersifat adaptif, yaitu dengall kernampualinya bertahan hidup di
tengah hantaman krisis ekonomi (krisis moneter) yang berkepa~ljangan. Selain itu,
i~ldustri kerajinali juga mernililti potensi ekonomi yang cukup besar, terbukti sebagai
banyak. Dengan peranannya ini tidaklah heran bila Rahardjo dan Fachry (1997 : 42)
~nenyebutlian bahwa usaha liecil ini memiliki posisi sangat strategis dan illenliliki
potensi ekonorni besar. Jilta potensi yang bcsar pada sektor ~lsaha ini dapat
diltembangkan secara maksimal, niscaya akan memberikan s u ~ ~ l b a n g a ~ ~ besar
terhadap laju ekonomi nasional.
Secara internal, perkembangan usaha kecil ditandai dengan perolehan nilai
tambah yang relatif rendah, disebabkan oleh produk yang ditujukan bagi masyarakat
menengah ke bawah &an menghadapi rantai tata niaga yang relatif panjang.
Sebagaimana dikemukakan Maspiati (Saifudian ei ul., 1995 : 75) bahwa porsi
keuntungan yang merelta terinla dalam ha1 ini sangat rendah.
Secara elisternal, perke~nbangan sektor usaha kecil dalam ha1 ini termasuk
industri kerajinan, masih belum didultung oleh pernbinaan yang cukup dari
pemerintah. Pernbinaan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah cenderung sangat
birokratis dan sering tidak tepat sasaran. Ditanibah dengan lturangnya keberpihakan
prmerintah melalui kebijakan-ltebijakannya terutalna dalam ha1 kebijakan fiskal. Hal
ini menurut Rahardjo dan Fachry (1992 : 42) disebabkan oleh kerangka kerja &an
prlaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut rnasih tetap melenceng (biased) terhadap
industri rnenengah dan besar nlodern, bahkan adakalanya beberapa kebijakan tersebut
tidak relevan sebagaimana pernah terjadi pada kasus industri kecil di Klaten, Jawa
Tengah.
Perkembangan industri kerajinan sepatu sandal, kliususnya di Kelurahan
Cikaret, Keca~natan Bogor Selatan, Kota Bogor menlberi ganibaran tentang fenomena
perkembangan industri kerajinan sepatu sandal. Walaupun deniiltian para pengrajin
masih tetap mengusahaltan sektor ini. Hal ini membuktikan akan adanya liiotivasi
yang dimiliki pengrajin sepatu sandal.
Tentang ~nacani faktor-faktor yang melnpengaruhi ~notivasi pengrajin untuk
herusaha dalam pembuatan sepatu sandal seliingga altan nienentukan tingltat
pendapatannya menjadi masalah menarik untuk diteliti dan menjadi alasan penelitian
ini.
Masalah Penelitian
Kelurahan Ciltaret nierupakan tempat tinggal pengrajin yang secara turun
temurun telah menjadikan usalia kerajinan sepatu sandal sebagai pekerjaan mereka,
baik sebagai pekerjaan tetap rnaupun sebagai pekerjaan sambilan. Jumlah seluruh
pengrajin yang memiliki bengkel kerja sebanyak 72 KK pengrajin sepatu s a ~ ~ d a l .
Adanya hambatan yang dihadapi pengrajin di Kelurahan Cikaret, Kecaliiatan Bogor
Selatan, Kota Bogor ternyata tidak menglialangi pengrajin untuk brrlienti berusaha
~iiembuat sepatu sandal, tetapi justru memberikan tantangan pada merelta untuk
meningltatkan pendapatannya.
Hambatan yang dijumpai pengrajin seperti belurn didultung oleh pembinaan
yang cukup dari pemerintah-dalam ha1 ini Dinas Industri dan Perdagangan Daerah
ICota Bogor, perolehan nilai tambah yang relatif rendah dan mengliadapi persaingan
dengan pengusaha besar yang melakukan ekspansi usalia di bidang sepatu sandal.
Berkaitan dengan ltondisi sebagai~iiana telah diuraikan di atas, telah
sebagai berikut : (1) Bagaimana keadaan motivasi pengrajin sepatu sandal ?, (2)
Bagaimana lteadaan tingkat pendapatan pengraji~i sepatu sandal ?, (3) Falttor-faktor
apa sqja yang mempengaruhi niotivasi pengrajin sepatu sandal ?, (4) Bagaima~ia
h ~ ~ b ~ ~ n g a n antara motivasi dengan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal ?. dan
( 5 ) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingltat pendapatan pengrajin
sepatu sandal ?
Tujuan Penelitian Tujuan dari ada~iya penelitian ini adalah untuk :
( 1) Mengetahui motivasi pengrajin sepatu sandal.
( 2 ) Mengetahui tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.
3 ) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal serta tingkat hubungannya dengan motivasi pengrajin sepatu sandal.
( 4 ) Mengetaliui tingkat hubungan antara ~uotivasi dengan tingkat pendapatan
pengrajin sepatu sandal.
(5) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor ekster~lal serta tingkat
hubungannya dengan tingltat pendapatan pengrajin sepatu sandal.
Kegunaan Penelitian
Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan akan mernberikan perluasan
uawasan tentang perilaku ~ilotivasi melalui peniahaman yang tepat tentang
Iteterkaitan berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi dan tingkat pendapatan
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapltan berguna bagi pemerintall
scbagai m a s ~ ~ k a n untuk pengembangan industri rakyat atau industri kecil. Utamanya
dalam menciptakan iklim yang ltondusif terhadap perltembanyall lterajinan sepatu
TINJAUAN PUSTAKA
Motif
Motif merniliki padanan kata dalam ballasa Inggris 'motive' yang l n e ~ n p ~ ~ n y a i
arti suatu pernyataan batin yang berw~jud daya kekuatan untuk bertindak atau
bergerak baili secara langsung ataupun rnelalui saluran perilaku yang mengarah
terhadap sasaran (Soewarno, 1980 : 81). Gerungan (1991 : 140) mendefinisikan motif
sebagai suatu pengertian yang rnelingkupi semua penggerak. alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang ~nenyebabkan ia berbuat sesuatu.
Definisi itu menjelaslcan betapa selnua tingliah laltu manusia pada hakikatnya
mempunyai motif, karena motif itu memberi tujuan dan arah ltepada tingliah laku
manusia. Dharma ( 1 992) mengartikan motif sebagai kebuiuhan, keinginan, dorongan
ataupun geralc hati dalaln diri seseorang, motif inilal~ kemudian yang akan
mellentultan seberapa besar tingkat motivasi seseorang. Dengan kata lain motivasi
seseorang akan bergantung pada ltuat lemah~lya motif.
Scott (I964 : 82) mengemukakan bahwa motif adalah ltebutuhan yang belu~n
terpuasltan yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Handoko
( 1905 : 9 ) mengatakan motif' sebagai suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu atau melakukan suatu tindakan. Dalan motif tersebut
terdapat dua unsur poltok, yaitu unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin dicapai.
Sela~l.jutnya terjadilah proses interalisi antara ltedua unsur ini (unsur dorongan dan
intcrnal dan faktor eltslernal sehingga menimbulkan motivasi untult melakultan
srsuatn.
Morgan dan King (1996 : 204) menjelaskall bahwa motif muncul dari
hcberapa penyebab, yaitu dari adanya kebutuhan yang disebabkan oleh ltekura~lgan
sesuatu untuk kelangsnngan hidup, kesehata11 atau kesejahteraan seseorang dan dari
adanya rangsangan baik dari dala~n maupun dari luar tubuh. Ditinjau dari sudut
asalnya, motif pada diri lnanusia digolongkall ke dalam tiga bagian (Gerungan, 1991 :
142-143).
( 1 ) Motif biogenesis
Motif biogenesis adalah motif-motif yang berasal dari Itebutuhan-ltebutuhan
organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenesis ini
bercoralt universal dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tenipat manusia
ilu kebetulan berada dan berltembang. Motif ini merupakan motif yang asli berada di
dalam diri manusia dan berkembang dengan sendirinya.
(2) Motif sosiogenesis
Motif sosiogenesis adalah motif yang berasal dari lingkungan ltebudayaan
(empal orang itu berada dan berkembang. Motif ini tidak berkernbang dengall
sendirinya, tetapi berdasarltan pada interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil
ltebudayaan orang.
(3) Motif teogenesis
Motif teogenesis adalah motif yang berasal dari interaksi a~itara manusia
cizngan Tuhan, seperti yang liyata dalam ibadalinya dan dalam kehidupannya sehari-
Kekuatan motif pada ~nanusia berbeda-beda. ltarena dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Dengan pengaruh dari beberapa faktor itulah menyebabkan ~iiotif pada
manusia dapat diukur. tlandolto (1995 : 59) dalam ha1 ini 111eli.jelaslta11 untuk
mengetahui keltuatan relatif motif-motif yang berada pada diri seseorang dapat dilihat
nlrlalui lima hal. Kelima ha1 itu antara lain ; ( I ) kuatnya ltemauan untuk berbuat. ( 2 )
,iumlah waktu yang disediakan, (3) kerelaan ~neninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. ( 4 ) kerelaan untuk mengeluarkan biaya demi perbuatan itu, dan ( 5 ) ketekunan
dalain mengerjakan tugas tersebut.
Motivasi
Handoko (1995 : 9 ) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau
faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakltan dan
rnengorganisasikan tingkal~ lakunya. Brata (1971 : 7 2 ) rnendefinisikan motivasi
sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
alttivitas-aktivitas tertentu guiia mencapai suatu sasaran. McClelland (1987)
~ne~lgartilcan motivasi sebagai motor penggerak perilaku manusia.
Schiffman dan Kanuk (1992) mendefinisikan motivasi sebagai daya gerak
dalam diri individu yang mendorongnya untuk inelakukan tindakan yang disebabkan
~rdanya tegangan yang diakibatltan oleh beluln terpenuhinya suatu kebutuhan. 'Terry
(1997) menjelaskan bahwa motivasi adalah keingi~~an yang terdapat pada seseorang
individu untuk melakukan tindaltan-tindakan.
Motivasi terdiri dari dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
selan~utnya adalah motivasi eltstrinsik sebagai dorongan dari luar diri seseorang
schingga melakultan sesuatu ha1 (Reece dan Brandt, 1981 : 126).
Kajian terhadap ~notivasi yang dilakukan oleh para ahli pada althirnya
~nembawa kepada terbentuknya beberapa teori motivasi. Berdasarkan pada siapa yang
~ne~npopulerkannya terdapat beberapa teori motivasi sebagaima~~a dikeinukakan oleh
Sutarto (1998 : 311-325).
(1) Teori Motivasi " Klasik " dari Frederick W Taylor
Menurut teori ~notivasi ltlasik, seseorang akan bersedia bekerja apabila ada
imbalannya. Konsepsi dasar teori motivasi klasik adalah seseorang akan bersedia
belte~ja dengan baik apabila orang itu berkeyakinan akan memperoleh imbalan yang
ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan kerjanya. Lebih lanjut teori ini
~~lengemultakan bahwa penIberian imbalan yang paling tepat yang dapat
menumbuhkan semangat untult bekerja lebih baik adalah apabila diberikan pada saat
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) 'Teori Motivasi " Kebutuhan " dari Abraham H Maslow
Teori motivasi " Kebutuhan " ini berpendapat bahwa seseorang berperilaku
liarella adanya dorongan untult memperoleh pemenuhan dalam bernacam-macam
kebutuhan. Berbagai ltebutuhan itu bermacam-macam dan menurut teori ini
seseorang akan membutuhlta~i jenjang kebutuhan selanjutnya bila kebutuhan
scbelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada lima macam kebutuhan yang berjenjang
dari ltebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu physiologicul needy,
suf21y needs, love needs, esteenz needs dan .selfuctuulizution need.^. Landasan dari
ingin dan ingin lebih lagi dalarn suatu proses yang tiada henti. Selain itu. suatu
krbur~~han yang telah terpuaskan tidak alian menjadi motivator perilaltu, tetapi yang
altan lnenjadi motivator perilaltu hanyalah k e b u t u h a ~ i - k e b ~ t a i yang beluni
terpuaskan.
( 3 ) 'l'eori Motivasi " Dua Faktor " dari Frederick Herzberg
Teori motivasi " Dua Faktor " ini menyatakan bahwa dalam setiap
pelaltsanaan pelterjaan akan terdapat dua faktor penting yang nlempengaruhi
pekerjaan akan dilaksanaltan dengan baik atau tidak, yaitu syarat lterja da11 faktor
pcndorong. Apabila ltedua falttor tersebut diperhatikan dengan baik, maka
pelaltsanaan pekerjaan altan berjalan dengall baik pula.
(4) Teori Motivasi " Human Relation " dari Rensis Likert
Sesuai denga~l istilali lluman relation, maka teori inotivasi " Hunlan Relation "
ini berkaitan erat dengan hubungan kemanusiaan. Inti dari teori ini mengatakan
bahwa seseorang akan melakukan sesuatu jilta dianggap penting atau berguna.
(5) Teori Motivasi " Preference Exfectation " dari Victor H Vrooin
Konsep dasar teori motivasi " Preference Exfectation " menyatakan,
seseorang aka11 terdoro~ig untuk bekerja dengan baik apabila akan n~emperoleh
sesuatu imbalan yang pada saat itu sedang dirasaltan sebagai ltebutuhan poltok yang
11arus segera dipenuhi.
(6) 'Teori Motivasi " X dan Y " dari Douglas McGregor
Teori motivasi " X dan Y " mulai ~nuncul sejak adanya pendapat bahwa ada
ciua ltelonipok sifat orang, yaitu kelompok orang yang bersifat baik dan kelompolt
ditumbuhkan oleh teori X dan sehubungan dengan adanya orang yang bersifat baik
ditumbuhkan teori Y .
Secara singkat teori X berbunyi bahwa orang pada ulnulnnya altan belteja
sesediltit mungltin, mereka tidak ~nemililti a~nbisi untuk nlaju, tidak menyukai
tanggung jawab, ~nereka juga melakukan pekerjaan dengan mengutamaltan imbalan
materi. Oleh karena itu, pengarahan yang sebailtnya dilakukan adalah bersifat keras,
selain harus dilakukan pengontrolan secara ketat dan rnenerapkan cara otoriter.
Teori Y berbunyi pada dasarnya orang senang bekerja ltarena Inenganggap
pelterjaan mereka sebagai hobi, sehingga akan bekerja dengan penuh pengabdian,
nlalia pengarahan yang dilakukan nlenjadi lebih longgar dan dapat menerapltan cara
( 7 ) Teori Motivasi " Kebutuhan Existence, Relatedness dan Growth " dari Clayton P
Alderfer
Alderfer mengemultaltan bahwa manusia ~nemiliki tiga rnacam kebutuhan.
yaitu ; kebutuhan altan keberadaan, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan
pertumbuhan. Kebutuhan altan keberadaan berkaitan dengan kebutuhan akao
kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan berhubungan bertalian dengan ltebutuhan
seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain baik berupa hubungan antar pribadi
maupun hubungan sosial. Kebutuhan pertunlbuhan berkaitan dengan kebutuhan untuk
~nengembanglcan diri.
(8) Teori Motivasi " Kebutuhan Berprestasi " dari David C McClelland
Teori McClelland ini mengatakan bahwa individu rnemiliki tiga macam
berltuasa. Dengan demiltian menurut teori ini seseorang altan terdorong berbuat
dengan sungguh-sungguh apabila liierasa akan memperoleh kese~npatan untuk dapat men~~~i~jultkan sepenuh lteniampuan yang dimilikinya hingga dapat diperoleh hasil
terbaili. Seseorang juga akan terdorong berbuat dengan sunggull-sungguh apabila
Inerasa bahwa dari hasil ker.ianya akan diperoleh persahabatan dengan orang lain dan
meorang akan terdoroug untuli berbuat sesuatu apabila merasa altan me~nperoleh
kedudukan yang diinginltan.
(9) Teori Motivasi " Keadilan " dari Strecy Adams
Teori motivasi " Keadilan " menyatakan bahwa orang altan cenderung bekerja
dengan baik apabila akan ~ne~iiperoleh keadilan. Dengan demikian ltetidakadilan altan
melemahka~i semangat kerja seseorang.
Berdasarltan teori di atas, para ahli me~nbagi aliran teori motivasi ke dalam
enam kelompok (Handoko, 1995 : 10-23). Pertama adalah Teori Kognitif. 'l'eori ini
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak digerakkan oleh motivasi tetapi oleh
rasio. Teori ini memililti kelemahan, yaitu tidak menyadari bahwa ltadang-kadang
tindakan manusia berada di bawah kontrol rasio, sehingga teori ini sultar untuk
dipertanggunaawabkan.
Kedua adalah Trori Hedonistis yang ~nengernultaltan bahwa setiap tindaltan
manusia pada dasarnya melnpuuyai suatu tujuan yaitu u n t ~ ~ k mencari hal-ha1 yang
menyenangkan serta ~iienghindari hal-ha1 yang ~nenyaltitltan. 'l'eori ini melnililti
kelemahan dan dipandang kurang ilmiah karena hanya melandasi diri pada
dialami seseorang akan sangat terga~ltung pada adaptasi seseorang dengan rangsangan
yang mendaliuluinya.
Teori Insting sebagai teori ketiga menyatakan bahwa setiap orang telah
~nembawa poteusi biologis sejak dia dilahirltan. Dengan demiltiau potensi inilah yang
menuntun seseorang uutuk bertindak. Teori ini mempunyai kelemahan karena sangat
sukar untuk membuat daftar-daftar insting dasar yang nlencaltup segala bentuk
tingkah laku manusia.
Teori Psikoanalitis ~nerupakan teori yang lieempat. Teori Psiltoanalitis pada
lialtiltatnya merupakan kelanjutan dari teori insting. Teori ini rnenyataltan bahwa
tingkah laku rnanusia dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu insting kehidupan yang
mendorong seseorang L I I I ~ L I ~ tetap hidup dan insting kematian yang mendorong
seseorang untuk menghancurkan dirinya sendiri. Selain itu, teori ini juga melihat
bahwa motif tidak sadar dapat menampakkan diri dalaln berbagai bentuk, misalnya
dalam bentulc mimpi dan salah ucap. Kritik terhadap teori ini berkisar pada lieraguali
bahwa
mimpi
dan salah ucap nierupakan akibat dari motif yang tidak disadari.Teori yang kelima y a i t ~ ~ Teori Keseimbangan. leori ini berpendapat bahwa
tingltah laku manusia terjadi ltarena adanya ketidakseimbangan dalam diri manusia.
I'rinsip teori ini adalah diawali dari keadaan tidak seimbaug kemudian menemuka~i
keseimbangan, setelah itu menimbulkan ketidakseinibangan baru yang diikuti dengan
Iteseimbangan yang bar^^ dan begitu seterusnya.
Teori keenam adalah Teori Dorongau. Timbuluya dorongan, bertambah dan
diakui setelah mu~icul Teori Keseimbangan karena dorongan merupakan salah satu
usaha untuk dapat menge~nbalilian kepada keadaan seimbang dalarn diri seseorang.
Melihat ltepada berbagai teori di atas, dapat diketahui bahwa tingkah laku
~nanusia disebabkan oleh adanya kebutuhan dan dita~nbah dengan adanya dorongan
tertentu. Dengall adanlya kebutuhm d m doro~igall i~ i i seseorang tnerasa siap untuk
melaltukan suatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap itu mengarah kepada suatu
kegiatan konkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha menggiatkan motif-motif
tersebut menjadi tingkah laku konltrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi.
Manusia akan termotivasi bila didahului dengan adanya suatu keinginan.
Keinginan tersebut muncul melalui proses persepsi yang diterima olehnya dengan
dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan seseorang untuk
Itemudian sesuatu yang diterima tersebut diberi arti oleh orang yang bersangkuta~l
menurut minat dan keinginannya. Motivasi dengall de~niltian bersuniber kepada
lhktor psikologis manusia yang menyangkut emosi dan perasaan, atau clalam istilah
Krech et al. (1962 : 69) ~notivasi merupakan bagian dari proses kognitif. Faktor
tersebut sangat sulit diamati d a ~ i diketahui akan tetapi selalu ada pada setiap diri
~nanusia.
Penyuluhan
Penyuluhan adalah keterlibatan seseorang u~ituk melaltultan lton~unikasi
~nformasi secara sadar dengall tujuan membantu sesalnanya me~nberikan pendapat
sehingga dapat membuat keputusan yang benar (van den Ban dan HS. Hawkins,
1')C)9). Selama seseorang berkehendak, bertindak membantu sesamanya memberikan,
mengltomuniltasiltan informasi yang berguna bagi orang lain. berarti telah
memerankan diri sebagai penyuluh. Menurut Chambers (Kartasasmita, 1996)
prnyuluhan adalah upaya memahami, nienibimbing dan membantu petani dalam
~ncngliadapi persoalannya guna memecahltan sendiri cara pemecahan masalahnya.
pcnguatan posisi masyarakat petani dari segi ekonomi, sosial dan polilik. Dengan
deniikian penyuluhan sebagai upaya terenca~la untuk menumbuhkan kemandirian
petani dalam kaitannya dengan segi ekonomi, sosial maupuli politik.
Diltaitltan dengan konsep pemberdayaan, Bookma11 dan Morgen (Priyono dan
I'ranarka, 1996) mengatakan bahwa pemberdayaan mengacu kepada usaha
menumbuhkan keingi~iaii pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri rnelalui
~iiobilitas ke atas serta meniberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang
merasa berdaya. Keinginan untuk mengubah keadaan yang akan datang dalam diri
tersebut muncul jika seseorang merasa berada dalam situasi tertekan dan kemudian
menyadari dan mengetahui surnber tekanan tersebut.
Penyuluhan adalah sistem pendidikan bagi masyarakat agar merelta menjadi
tahu, mau dan mampu berswadaya melaksanakan peningkatan produksi, pendapatan
dan perbaikan kesejahteraan keluarga dan masyarakat (Mardikanto. 1993).
I'enyuluhan dalam pengertian ini bermakna menghasilkan perubahan perilaku d a ~ i
tindaltan sasaran yang nienguntungkan sasaran dan masyarakatnya.
Hampir serupa dengan pendapat di atas, Rejeki (1998) menambahkan bahwa
penyuluhan memiliki peranan dalam membantu masyarakat untuk me~lgadaltan
pel.ubaha11-perubd~an ke arah yang lebih baik. Dari pe~idapat tersebut dapat dikataltan
sedangltan tujuan penyuluhan yang lain dapat ~nencakup tujuan sosial dan ekonomi,
Ithusus dalam tujuan ekono~ni seperti upaya pemenuhan kebutuhan pokok atau
peningkatan pendapatan.
Pengembangan sumberdaya manusia di sektor industri kecil begitu penting,
itarena akan meningkatkan output produksi, akses terhadap pasar yang lebih luas dan
ltcmampuan untuk melakulian persaingan bisnis. Agar pengembangan sumberdaya
rnanusia itu dapat terwujud, diperlukan sistem pendidikan yang dapat mengubah
perilakunya ke arah yang lebih menunjang kemampuan berwirausahanya. Penyuluhan
merupakan bentuk pendidikan yang tepat untuk mencapai tujuan pengembangan
sumberdaya manusia tersebut.
Dalam konteks industri kerajinan sepatu sandal, sasaran penyuluhan adalah
pengrajin sebagai komunitas. Organisasi yang melaksanakan penyuluhan industri
lterajinan adalah organisasi yang rnemberiltan jasa penyuluhan, biasanya datang dari
pemerintah melalui Dinas Industri dan Perdagangan.
Kegiatan penyuluhan pada dasarnya rnerupakan upaya merubah perilaku
dengan cara memanipulasi lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun sosial. Oleh
liarella itu cara yang dapat dilakukan penyuluh adalah bagaimana memanipulasi
lingkungan sehingga dapat menunjang terjadinya proses belajar pada pengrajin. Salah
satu upaya dalam menciptakan proses belajar yang kondusif dapat menggunakan
pendeliatan berbasis masyarakat. dalam keranglta ini sasaran penyuluhan diajak
bersama mengkaji problem apa yang perlu segera pe~necahanr~ya atau dalani
lndustri Kerajinan
Dilihat dari bentuknya, industri kerajinan merupakan industri sltala kecil.
Oleh ltarenanya, definisi yang tepat tentang industri lterajinan altan didapatkan
dcngan mengetahui definisi tentang industri skala kecil. Tetapi sayangnya di
Indonesia tidak ditemukan definisi yang jelas inengenai apa itu ind~rstri sltala kecil.
vang ada hanyalah pengklasifikasian industri secara resmi menjadi. tiga kelompok
(Rahardjo dan Fachry, 1992 : 17). yaitu :
( 1 ) lndustri sltala besar dan sltala menengah (2) Industri skala kecil, dan
(3) lndustri rumah tangga.
Dari klasifikasi itu akan ~nenjadi lebih rurnit lagi manakala dilihat berada pada
sektor apakah industri yang ada, apaltah dalam sektor pertanian, industri,
perdagangan atau jasa. Mengakibatkan pendefinisian industri kecil semakin sulit
dilaltukan.
Walaupun demiltian, definisi yang lebih mendekati kepada keanekaragaman
definisi industri kecil yang ada, dapat dilihat dari jumlah pekerjanya (Rahardjo dan
Fachry, 19'92 : 17), yaitu :
( 1) Perusahaan skala besar ~nernpekerjakan 50 pelterja atau lebih
( 7 ) I'erusahaan skala menengah niempekerjakan 10-50 pelterja
Berdasarkan kepada definisi menurut jumlali pekerjanya, industri lcerajina~i
sama dengim industri rumah tangga merupakan bagian dari industri skala kecil. Hal
i t u menjadi lebih jelas lagi dengan keterangan dari S.jaifudian et ul. (1995 : 22) bahwa
usaha kecil ini dala~li banyak kasus sebagai usaha keluarga. Juga pernyataan
Ilaha~.d,jo ~ l a n Fachry (1992 : 19) yang rnenyatakan bahwa pernbagian alitara
perusahaan industri skala kecil dan industri rumah tangga tidalc dapat diketahui
dengan jelss.
Industri kerajinan merupakan suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang
dilaltukan oleh rakyat. Oleh karenanya tergolong kepada ekono~ni rakyat. Rustiani
(1996) lebih jauh melige~nukakan bahwa ekonomi rakyat adalah sebuali tatanan
clconomi y.mg terdiri atas sejumlah usaha-usaha kecil dengan orientasi usaha masih
sekitar pemenuhan kebutuha~l subsistensi, dikelola oleh rakyat, modal dan
akomodasinya terbatas, teknologi dan manajemen masih bersifat tradisional, padat
ltarya serta output produksi yang diperuntukkan bagi rakyat kembali.
Mengacu kepada perkembangan ekonomi kerakyatan ini, nunc cull ah konsep
ekoru yank: dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.
I<esenjangim itu tampak pada perbedaan pendapatan dan kesejahteraan hidup yang
mencolok antara kelompok manusia, yaitu ada kelompok yang tingkat pendapatan
dan kesejahteraan hidupnya tinggi tetapi di sisi lain ada pula kelompok yang memiliki
lirlglcat pelidapatan yang rendah bahkan miskin sama sekali (Kartasasmita, 1996).
Deligan demikian sebagai suatu pendekatan, konsep ekono~ni rakyat dapat dikenali
Di Indonesia, usaha lterajinan sebagai bagian dari usaha liccil telah 111~1lai
mendapat perhatian untuk diltembangkan. Upaya pengenibangan usaha kecil
sesungguhr~ya sangat relevan dengan tema pe~iibangunan berkelanjutan yang
~nemherikan prioritas ltepada mereka yang miskin. 1nemperlu;is pilihan dan
Ikcsempatan bagi mereka. serta melibatkan partisipasi mereka dali~rn penganlbilan
Iceputusan :fang mempengaruhi diri mereka sendiri (Sjaifudian et ul., 1.995 : 22).
Industri skala kecil hanipir terdapat di nianapun bailc di daerah perkotaan
luaupun pc:desaan, tetapi ada perbedaan tentang sektor garapan industri ltecil di
daerah per1;otaan dan pedesaan (Rahardjo dan Fachry. 1992 : 21). Jika di perkotaan
sektor yanf: paling mencolok adalah sektor perdagangan dan jasa, maka di pedesaan
sektor yank; paling mencolok adalah sektor pertanian dan perdagangan.
Ind.~stri skala kecil memiliki beberapa karakteristik dorninan, sebagaimana
dilte~nukakan Sjaifudian et 611. (1995 : 74-78), yaitu :
( I ) Padat karya
Ussha ltecil selaln ditandai oleh penggunaan banyak tenaga 1tt:rja. Penggunaan
banyak tenaga kerja ini ~liemiliki kaitan dengan jenis teknologi yang digunakan. Pada
Icebanyakan kasus, industri skala kecil menggu~~akan teltnik manual yang
inemerlukan banyak tenaga kerja.
( 2 ) Nilai talnbah rendali
Usilha kecil meraih nilai tambali yang relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh 2
(dua) hal. .pertarnu, usaha ltecil mengisi pasar produk bagi masyarakat lnenengah ke
( 3 ) Diferensiasi usaha yang luas
Durlia usaha skala kecil diwarnai adanya diferensiasi bul<an saja dalam
batasan sltala omzet, tetapi juga diferensiasi produksi serta kategori sosial para pelaku
yang terlit~at di dalamnya. Diferensiasi produksi meliputi jenis produk serta
pellggunaan teltnologi dalam proses pembuatannya. Produk yang se~nula diproduksi
secara tradisional kini telah melibatkan teknologi tertentu sehingga lnembuka peluang
bagi terciptanya produk kreasi baru. Sementara diferensiasi pelakir industri kecil,
telah memmjukkan perempuan dan anak-anak menjadi tenaga feri-feri berupah
rendah. Sedangkan status pengusaha digeser oleh suami yang mengambil alih dari
istrinya.
(4) Kelenturan usaha
Usaha kecil sangat mudah berubah, menyesuaikan dengan kondisi yang
herltembang dalam lingkungan usahanya. Berkat sifat lenturnya ini, usaha kecil
lnerniliki keunggulan tersendiri yaitu dapat adaptif dalam menentukatn pola produksi
serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.
(5) Strategi usaha jangka pendek
Usaha kecil memiliki strategi usaha jangka pendek, yaitu ingin mendapatkan
keuntungar~ dalam waktu singkat. Strategi ini lnerupakan akibat dari kondisi
lillgltungan yang diwarnai oleh ltetidakpastian.
Dalam uraian karakteristik tersebut di atas ternyata tidak diternukan gambaran
secara lengkap adanya kekuatan dan kelemahan industri skala kecil, padahal unsur
1.. .,~~,~ltteristilt .' utuh yang dimililti industri sltala kecil. Secara ritici Wibowo el a/. (I990
: I-;) menj.ebutkan beberapa kekuatan dan kelemahan usaha ltecil, yaitu ;
( 1 ) Keliuatzm
Usaha lcecil memiliki strategi tersendiri dengan menibuat produk k h ~ ~ s u s dan
unik agar tidak bersaing dengan usaha besar, mempunyai daerah pemasaran yany
tidal< terlalu jauh sehingga tabiat konsumennya dapat dipahami benar, koniunikasi
tlengan ltor~sumen berjalan cepat dan seringkali berlangsung kepada pemilik, dengall
permodalarn yang tidak begitu besar usaha kecil bersifat lucves dan sering
mcng1iasilk.an inovasi-inovasi.
( 2 ) Kelemahan
Usaha kecil memiliki Itelemahan di bidang keorganisasian pada umuninya
heritpa tidal< jelasnya struktur organisasi, pe~nbagian tugas dan wewenang yang tidal:
jelas. status karyawan, sistem penggajian dan kepegawaian yang tidak heres. Di
hidang keuangan biasanya lernah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan
dan pembvkuan yang niemadai dan tidak adatlya batasan tegas antara milik pribadi
dengan milik perusahaan. Kelemahan di bida~ig pemasaran lazimnya berupa
ltetidaliserssian antara program produksi dan penjualan karena kurangnya penelitian
~ > ~ ~ s a r s e h i r ~ g g a tidak tahu bagaimana posisi pasarnya. cara menghadapi persaingan
clan apa gutla promosi dan lain-lain. Kelemahan lain adalah perluasan yang emosional
Motivasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi sangatlah beragam. Menurut Petri
( I O X I ) , motivasi disebabkan oleh lima faktor, yaitu ; faktor kekuatan dalam tubuh yang menimbulkan rangsangan untuk melakultan suatu kegiatan tertentu. faktur
Iteti~runan yang menimbulkan Iteinginan-keingina naluriah, hasil proses belajar,
hasil dari interaksi sosial dan sebagai akibat dari proses kognisi. Wijaya (1986)
menyebutkan kematangan, latar belakang kehidupan, usia, kelebihan fisik, mental &an
pikiran, so:jial budaya serta lingkungan sebagai faktor yang memper~garuhi motivasi
seseorang.
Fokus penelitian ini terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal terdiri atas ; usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman, tingkat
kekosmopolitan dan tingltat ltebutuhan. Faktor eksternal terdiri atas ; jumlah
langgungar~ keluarga, tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha, ketersediaan
modal, tin:;kat permintaan pasar, ukuran bengkel kerja dan intensitas penyuluhan.
liraian satit persatu dari variabel yang diteliti dapat dilihat berikut ini.
( I j llsia
BaE.ir dan maning (1984 : 24) mengatakan usia produktif nntuk bekerja di
negara-negara berkembang berada pada kisaran usia antara 15 hlngga 55 tahun.
I'admowih;irdjo (1994) dalam ha1 belajar mengungkapkan usia y;mg paling baik
L I ~ I L I ~ belajar adalah pada kisaran usia 22 hingga 50 tahun. Maka diduga usia
pengrajin rnemiliki hubungan dengan motivasi pengrajin dalam usaha meningkatkan
(7-1 Tingkat Pendidikan Formal
Padmowihardjo (1994) mengemukakan bahwa proses belajar menjadi faktor
penting dalam membentuk kernampuan seseorang. Blanckenburg dan Sach
( I lohnholz. 1990 : 43) berpendapat bahwa elemell pendidikan dan kemungkinan
infonnasi yang lebih baik rnenghadapkan petani pada pengaruh sistem nilai yang
asing dan menyadarkan mereka akan relativitas kekuatan sendiri. Setidaknya
pendidikan yang dicapai seseorang akan memunculkan bentuk k.ekuatan sendiri
herupa bertambahnya kelnampuan tertentu yang secara tidak langsung akan
cenderung berpengaruh terhadap motivasinya dala~n nlelakukan suatu pekerjaan.
Malta terdapat kecenderungan adanya hubungan antara tingkat pendidikm
lormal dengan motivasi pengrajin dalam usaha meningkatkan pendapatan melalui
industri kerajinan.
( 3 ) Pengalaman
Padmowihardjo (1994) lnengemukakan bahwa pengalaman, baik yang
me~~yenangkan maupun yang mengecewakan berpengaruh terhadap proses belajar.
Orang yang telah herpengalaman terhadap sesuatu yang menyenangkan, apabila pada
suatu saat diberi kesempaan u~ituk mempelajari ha1 yang sama, maka ia sudah
~nemiliki perasaan optimis untuk berhasil. Sebaliknya, jika orang yang mempunyai
pengalaman mengecewakan suatu saat diberi lteesempatan untuk mempelajari ha1
tersebut lagi, maka ia sudah memiliki perasan pesimis untuk berhasil. Dalam
penelitian ini diduga terdapat hubungan antara ketersediaan modal (dengan motivasi
( 4 ) 'l'ingkat Kekosmopolitan
Loomis (1976 : 3-5) menyatakan bahwa individu rnerupaltan bagian dari
~iiasyarakat secara luas dan saling mengadakan interaksi yang terpola dengan individu
lainnya. Blancltenburg dan Sach (Hohnholz, 1990 : 43) mengataka11 media
lkomuniltasi terutama radio transistor telah turut membantu perluasan wawasan
informasi dan perubahan sistem nilai. Maka tingkat kekosmopolitan yang mereka
miliki cenderung dapat menambah cakrawala berpikirnya yang berimbas pada
peningkatan motivasinya.
( 5 ) Tingkat Kebutuhan
Maslow (1954) berpendapat bahwa seseorang berperilaltu karena adanya
dorongan untuk memperoleh pemenuhan dalam bermacam-macam kebutuhan.
Seseorang akan membutuhkan jenjang kebutuhan selanjutnya bila kebutuhan
sehelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada lima macam kebutuhan yang berjenjang
dari kebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu phjisilogicul needs,
.s~fL;ly needs, love needs, esteem needs dan self'uctuulization needs. Ilalam penelitian
ini diduga terdapat hubungan antara tingkat kebutuhan dengan motivasi pengrajin.
(6) Jumlah Tanggungan Keluarga
Penelitian Go11011g (1993 : 24) di Kabupaten Kapuas, menemukan bahwa
ukuran keluarga akan memberikan motivasi bagi rumah tangga untuk lebih banyak
lnenggali sumber pendapatan lainnya. Dengan dernikian sedikit banyaknya anggota
keluarga akan menentukan motivasi bagi rumah tangga tersebui:. Maka diduga
( 7 ) 7 ingkat Dukungan Sarana dan Lembaga Usaha
Hernanto (1989) menyataltan bahwa barang atau uang beserta faktor produltsi
lainnya akan menghasilkan barang baru. Dalam kerangka ini faktor produksi meliputi
peralatan, baik untuk proses produksi maupun pemasaran me~nerlukan peralatan yang
dapat menjamin kelancaran dalam menyalurkan barang kepada mereka yang
membutuhltan.
Peran dukungan sarana dan lembaga usaha ini sebagai suatu sumberdaya
hegitu penting dalam suatu kegiatan usaha. Sebagairnana dikatakan Meredith et ul.
( 1995 : 193) bahwa para wirausaha haruslah mengetahui bagaimana mempergunakan
pelbagai sumberdaya dalam lingkungannya untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan
wirausaha mereka. Maka diduga terdapat hubungan antara tingkat clukungan sarana
dan lembaga usaha dengan motivasi pengrajin sepatu sandal.
(8) Ketersediaan Modal
Meredith et al. (1995 : 205) mengatakan bahwa cepat atau lambat, semua
hisnis kecil akan memerlukan dana-dana luar. Seseorang dengan demikian akan
termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan manakala tersedia modal. Dalam
penelitian ini diduga terdapat hubungan antara ketersediaan modal deugan motivasi
pengrajin sepatu sandal.
( 9 ) Tingkat Permintaan Pasar
Berbagai perusahaan kecil berlomba untuk mengembangkan pasar-pasar
potensial inereka agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan besar. Dengan
deinikian sukses dari perusahaan kecil akan sangat tergantung kepada seberapa besar
pern~intaan pasar bagi perusahaan kecil. Hal tersebut sesuai dengan lteterallga~l dari
Meredith et al. (1995 : 231) yang menyebutkan bahwa keberhasilan bisnis ditentukall
oleh permintaan pelanggan. Tingkat permintaan pasar dengan demikian diduga
memiliki kecenderungan mempengaruhi motivasi pengrajin sepatu sandal.
( 10) Ulcuran Bengkel Kerja
Bengkel kerja merupakan salah satu aset produksi yang sangat penting dalam
industri kerajinan sepatu sandal. Besar atau kecilnya ukuran bengkel kerja (dalam
penelilian ini pengukurannya digunakan jumlah tenaga kerja I bengkel kerja) altan
menjadi beban dalan~ penge~nbangan usaha kerajinannya, yang dapat mempengaruhi
lnotivasi untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam sektor pertanian, yang dapat
disamakan dengan bengkel kerja sebagai faktor produksi adalah lahan garapan.
Hasil penelitian Agussabti (1997) di Kabupaten Aceh Tilnur menemukan
bahwa luas lahan garapan berpotensi dapat meningkatkan motivasi petani dalam
pemanfaatan lahan terbuka di antara pohon kelapa. Maka terdapat kecenderungan
bahwa ukuran bengkel kerja akan mempengaruhi motivasi pengrajin sepatu sandal.
( 11) Intensitas Penyuluhan
Intensits penyuluhan berpengaruh nyata terhadap motivasi petani kelapa di
[Cabupaten Aceh Timur (Agussabti, 1997). Bukannya tidak rnungkin bahwa
penyuluhan dapat mempengaruhi motivasi pengrajin untuk meningkatkan
Tingkat Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diduga mempengaruhi tingkat
pendapatan terdiri atas variabel bebas yang terdiri atas faktor internal dan faktor
eltstemal. serta variabel atitara. Variabel faktor internal terdiri atas ; usia, tingkat
pendidikan formal, pengalaman, tingkat kekosmopolitan dan tingltat Itebutuhan.
Variabel faktor eksternal terdiri atas ; jumlah tanggungan keluarga, tingkat dukungan
sarana dan lembaga usaha, ketersediaan modal, tingkat permintaan pasar, ukuran
bengltel kerja dan intensitas penyuluhan. Variabel antara, yaitu motivasi. Uraian satu
persatu dari variabel yang diteliti dapat dilihat berikut ini.
( 1 ) Usia
Usia mempengaruhi perolehan pendapatan pada nelayan usia produktif
de~igan meningkatnya pendapatan dan sebaliknnya pendapatan menurun pada nelayan
usia