• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Melalui Industri Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Melalui Industri Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)

MOTIVASI PENGRAJIN DALAM USAHA MENINGKATKAN PENDAPATAN MELALUI INDUSTRI KERAJINAN SEPATU SANDAL

(Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)

OLEH

:

MOHAMMAD TAUFIK HIDAYATULLOH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(124)

ABSTRAK

MOHAMMAD TAUFlK HIDAYATULLOH. 2002 "Motivasi Pengrajin dalani Usaha Meningkatkan Pendapatan Melalui Industri Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)". Dibimbing oleh PANG S ASNGARI dan PRABOWO TJITROPRANOTO.

Salah satu permasalahan yang dihadapi negara-negara sedang berkenibang adalah penciptaan kesempatan kerja bagi rakyat, terutama bagi lnereka yang hidup di pedesaan. Selain bidang pertanian yang menjadi ciri pokok ekonorni pedesaan, ki~ii telah berkembang pula berbagai industri kerajinan pedesaan sebagai wujud ekononii rakyat. lndustri kerajinan ini memiliki ciri pokok berskala kecil dan bersifat tradisional. Pengembangan industri kerajinan sepatu sandal akan membuka kesempatan yang luas bagi penduduk pedesan untuk dapat meningkatkan pendapatan niereka. Industri kerajinan ini sebagai industri skala kecil telah menunjukkan kemarnpuannya yang bersifat adaptif, yaitu dengan keniampuannya bertahan hidup di tengah krisis moneter yang berkepanjangan. Pada kenyataannya, perkembangan industri kerajinan, termasuk industri kerajinan sepatu sandal dihambat oleh segi internal berupa perolelian nilai tambah yang relatif rendali, disebabkan oleh produk yang ditujukan bagi masyarakat ~nenengah ke bawah dan iiienghadapi rantai tata liiaga yang relatif panjang. Hambatan lain dari segi eksternal berupa masih belum didukung oleh pembinaan yang cukup dari pemerintah.

Perkembangan industri kerajinan sepatu sandal. kli~~susnya di Kelurahan

Cikaret. Kecamatan Bogor Selatan. Kota Bogor memberi gambaran tentang fenomena di atas. bahwa terdapat segi internal dan ekstcrnal !.ang mengharnbat dinamika perkcmbangan industri kerajinan sepatu sandal. Walaupun demikian para pengrajin masih tetap mengusahakan sektor ini. Hal i ~ i i membuktikan akan adanya motivasi yang dimiliki pengrajin s e p a t u sandal. Tentang macani faktor-faktor yang ~iienlpengarulii lnotivasi pengra.jin u n t ~ ~ k berusaha dalam penibuatan sepatu sandal seliinsga akan menentukan tingkat pendapatannya menjadi rnasalali me~iarik u n t ~ ~ k diteliti dan menjadi alasan penclitian ini.

Tujuan dari penelitia~i ini adalah : ( I ) Mengetahui motivasi pengrajin sepatu

sandal. (2) Mengetahui tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal, ( 3 )

Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta tingkat hubunganliya dengan motivasi pengrajin sepatu sandal, (4) Untuk mempelajari tingkat hubungan

antara motivasi dengan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal. dan (5)

hdengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal serta tingkat hubungannya dcngan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.

I'cnelitian ini dilakukan di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor. Populasi penclitian berjumlali 7 2 pengra.jin dan peng~~tiipulan data dilakukan secara sensus kepada ke 7 2 pengrajin tersebut. Untuk meliliat hubungan antar variabel yang diama~i. dilakukan analisis statistik dengan lnenggunakan uji korelasi Tau-b Kendall.

(125)

pendapatan rendah (< Rp. 828.000,-), sedang (Rp. 829.000,- - Rp. 1.370.000,-) dan

tinggi ( 2 Rp. 1.375.000,-) berjumlah sama, dengan rata-rata pendapatan Rp

1.460.542.- (3) Motivasi pengrajin ( Y I ) berhubungan nyata positif hanya dengan faktor eksternal, yaitu : tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha (X7) dan tingkat permintaan pasar (Xg). Motivasi pengrajin ( Y I ) ternyata tidak berhubungan nyata dengan faktor-faktor eksternal, kecuali variabel tingkat kebutuhan (Xs) yang berhubungan nyata positif dengan motivasi ekstrinsik (Y1.2). (4) Motivasi pengrajin (Y I ) berhubungan nyata positif dengan tingkat pendapatan pengrajin

(Y2),

dan (5) Tingkat pendapatan pengrajin berhubungan nyata positif dengan faktor internal, yaitu : pengalaman (X3) dan tingkat kebutuhan (Xs). Hal yang sama juga terjadi dengan tingkat pendapatan pengrajin (Yl) yang berhubungan nyata positif dengan faktor eksternal. yaitu : tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha (X,), ketersediaan modal (&), tingkat permintaan pasar (X9) dan ukuran bengkel kerja (XI").
(126)

SURAT PERNYATAAN

Saya ~ ~ ~ e n y a t a k a n dengan sebenar-benamya bahwa segala pernyataa~i dalanl tesis saya

!ang berjudul :

Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningltatlcan Pendapatan Melalui Industri

Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor).

Merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengall pernbimbingan

para komisi pembimbing, ltecuali yang dengan jelas ditur~.jukkan rujuliannya. Tesis

ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program se.jerlis di

perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatalian secara jelas dan dapat

diperibsa kebenarannya.

(127)

MOTIVASI PENGRAJIN DALAM USAHA MENINGKATKAN

PENDAPATAN MELALUI INDUSTRI KERAJINAN

(Kasus Pengrqin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)

MOHAMMAD TAUFIK HIDAYATULLOH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk nlernperoleh gelal Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(128)

Sudul I esis : Motivasi Pengrajin dala~n [Jsaha Meningltatkan Pendapata~l

Melalui Illdustri Kerajinan (Kasus Pengrajill S e p a t ~ ~ Sandal di

Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)

Nama : M. Taufik Hidayatulloh

N Rl' : P. 05500016

I'rogram Studi : Illnu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,

Dr. H. Prabowo T'itro ranoto M.&

Ketua Anggota

Menyetahui,

2. Ketua Program Studi 3. Direktur Progra~n Pascasajana

llmu Penyuluhan Pembangu~~an

(129)

Penulis dilahirltan di Bogor pada tanggal 26 .luni 1976 sebagai anak ltedua dari pasangan H. M. Yahya Munajat dan Hj. Siti Barkah. Pendidikan sarjana diternpuh di I'rogram Studi Manajemen Daltwah, Fakultas Studi Islam, Universitas Qjuanda, lulus tc~hun 1999. Pada tahu~i 2000, penulis diterima di Program Studi Ilmu Penyuluhan I'embangunan pada Program Pasacasarjana IPB.

Penulis sampai saat ini aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu pada olganisasi Himpunan Mahasiswa Islam. Penulis beraktifitas dalam hidang pendidikan

clan bidang pengembangan masyarakat dengan ikut bergabung pada Pusat

Pengembangan Informasi dan Intelektual. Di sela-sela waktu senggangnya penulis

jugs berkesempatan untuk menulis artikel untuk dikirimkan pada beberapa media

(130)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang sungguh begitu banyaknya, salah satu di antara nikmat tersebut adalah atas izin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penghulu agama Rasulullah SAW, atas segala jejaknya sehingga penulis mempunyai banyak kesempatan untuk meneladani langkahnya menuju kemenangan.

Penelitian ini sudah dilaksanakan sejak bulan Juni sampai bulan Agustus 2002 dengan mengambil objek motivasi pengrajin sepatu sandal, dengan judul "Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Melalui lndustri Kerajinan (Kasus Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor)".

Berbagai pihak telah terlibat dalam mewujudkan tesis ini, oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Pang S Asngari, M.Ed dan Bapak Dr. H. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc selaku komisi pembimbing, yang telah memberi kebijaksanaan. ilmu dan nilai-nilai yang sangat sarat dengan kebaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Sumardjo, MS selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberi saran perbaikan. Ungkapan terima kasih berikutnya penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. R. Margono Slamet, M.Sc selaku ketua Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan yang telah niemberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Program Studi yang dipimpinnya. Selain itu kepada seluruh dosen Program Studi llmu Penyuluhan Pembangunan yang telah memberikan ilmu dan khasanah pemikiran, penulis juga sampaikan terima kasih.

Penghargaan penulis san~paikan kepada adik-adik Himpunan Mahasiswa Isla111 Cabang Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Begitu pula dengan rekan-rekan S2 dan senior-senior S3 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala diskusi dan masukannya. Terakhir adalah ungkapan salut dan bangga kepada ayah dan ibu atas kejernihan cinta dan ketulusan do'anya siang dan malam. mengharapkan penulis agar menjadi orang yang berguna. Terhadap seluruh keluarga juga atas dukungannya dan pengertiannya pada penulis, diucapkan terima kasih.

Akhirnya sampailah kepada penghujung kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi sidang pembaca.

Bogor, 30 November 2002

(131)

DAFTAR

IS1

Halaman . . . DAFTAR TABEL

...

.

.

.

. . . V I I I

DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... ... . . . xi

PENDAHULUAN ...

...

I

Latar Belakang

. .

...

.

.

.

1

Masalah Penel~tlan ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitia 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 7 Motif ... 7

.

.

Motlvasl ... ... ...

... ... ...

... .... .... 9

Penyuluhan ...

. .

15

Industri Kerajlnan ... I8

Motivasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 23

Tingkat Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ... 28

KERANGKA BERPIKIR DAN HlPOTESlS PENELlTlAN ... ... 33

.

.

3 7

Kerangka Berplk~r ... J J

.

'

Hipotesis Penelltian ...

.

.

.

...

...

. . . 35

METODOLOCI PENELITIAN Definisi Operasional Variabel

Indikator, Parameter dan Peng

.

. . .

. .

.

.

.

. . .

. . .

. . .

Desain Penelitian

Lokasi dan Waktu Penellt~an ... Populasi dan Sampel Penelitia

Pengumpulan Da Validitas lnstrume

Reliabilitas Instrumen ... . .

Anallsls Data ...

HASlL DAN PEMBAHASAN 47

Deskripsi Wilayah Kelurahan Cikaret ... 47 Deskripsi Kondisi lndustri Kerajinan Sepatu Sandal

(132)

Karakteristik Internal Prngrajin Sepatu Sanda 5 8 Karakteristik Eksternal Pengrajin Sepatu Sandal ... 62 Motivasi dan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal ... 67 Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Motivasi Pengrajin

Sepatu Sanda ...

.

.

.

.

... 68

Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Pengrajin

Sepatu Sandal ...

.

.

.

... ... . . . 72 Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin

Sepatu Sandal ... 75 Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Tingkat

Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal 77

Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Tingkat

Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal 79

Pengujian Hipotesis 84

K E S I M P U L A N DAN S A R A N 8 8

Kesimpulan ... 88 Saran ... 90

(133)

DAFTAR

TABEL

Halaman

Tabel 1 . Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel Faktor-Faktor

...

Internal 39

Tabel 2. Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel Faktor-Faktor

Eksternal

...

.

.

.

... 40

Tabel 3. Indikator, Parameter dan Pengukuran Variabel Antara dan Variabel

Terikat ... 4 1 Tabel 4. Jumlah Pengrajin Sepatu Sandal Berdasarkan Wilayah RW

di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ... 49

Tabel 5. Kategori Pengrajin Sepatu Sandal Berdasarkan Tujuan Pembuatan, Asal Modal, Kontinuitas dan Peralatan yang Digunakan

di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ...

.

.

.

... 5 1 Tabel 6. Jenis Sepatu Sandal Berdasarkan Bahan yang Digunakan dan

Pihak Pengguna di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ... 54

Tabel 7. Tujuan Pasar, Ciri-Ciri dan Alasan Melakukan Penjualan ... 56

Tabel 8. Karakteristik Internal Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret,

Kota Bogor, Tahun 2002 ...

.

.

... 60

Tabel 9. Karakteristik Eksternal Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, ...

Kota Bogor, Tahun 2002 ...

.

.

64

Tabel 10. Keadaan Motivasi dan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal

di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 ...

.

.

.

.... 67

Tabel 1 1 . Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Motivasi Pengrajin ...

Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 69

Tabel 12. Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Pengrajin ...

Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor, Tahun 2002 72

Tabel 13. Hubungan Antara Motivasi dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin ...

(134)

Tabel 14. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor,

...

...

Tahun 2002 ... 78

Tabel 15. Hubungan antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret, Kota Bogor.

Tahun 2002 ... 80

Tabel 16. Hubungan antara Faktor-Faktor lnternal dan Faktor-Faktor Eksternal dengan Motivasi Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan Cikaret,

Kota Bogor, Tahun 2,002 ...

.

.

.

.

... 84

Tabel 17. Hubungan antara Faktor-Faktor Internal dan Faktor-Faktor Eksternal dengan Tingkat Pendapatan Pengrajin Sepatu Sandal di Kelurahan

...

(135)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I . Kerangka Berpikir Motivasi Pengrajin dalam Usaha Meningkatkan

Pendapatan Melalui lndustri Kerajinan Sepatu Sandal ... 34

Gambar 2. Saluran Pemasaran Sepatu Sandal ... 57

Gambar 3. Hubungan Antar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi dan

(136)

DAFTAR

LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 96

(137)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada dasarnya pembangunan bertujuan untuk me~nperbaiki lnutu hidup yang

akan mengarah kepada tercapainya kesejahteraan manusia baik sebagai individu

niaupun bagi masyarakat secara keseluruhan. U~numnya pencapaian tujuan tersebut

sangat diharapltan dari perkembangan ekonomi negara secara keseluruhan. ltulah

sebabnya konsep pembangunan menjadi tema sentral seluruh negara-negara di dunia.

bultan saja di negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara sedang berltembang,

terluasuk Indonesia.

Negara-negara maju dengan serius rnelakukan pembangunan di segala bidang

tanpa menju~npai permasalahan yang berarti. l'embangunan juga dilakukan oleh

negara-negara sedang berltembang seperti Indonesia, narnun menghadapi banyak

Itendala. Sebagaimana gambaran Misra (1982) bahwa negara-negara sedang

bcrltelnbang seringkali ragu akan arah peinbangu~~an yang ditempuhnya, akibat isu

pembangunan kebijakan d a ~ i program-program pembangunan yang ~nenawarlcan dua

pilihan untuk menlpercepat pembangunan, di mana perdebatan seringkali rnuncul dan

~ncmbawa ltepada counter produlttif.

Terlepas dari perdebatan mengenai isu-isu pembangunan, salah satu

permasalahan yang mendesalt untuk dipecahkan adalah penciptaan kesempatan kerja

bagi rakyat, terutama bagi merelta yang hidup di pedesaan. Pembangunan ekonomi

(138)

k;~rrna sebagiali besar pellduduknya berada di pedesaan. Sebagaimana Soetrisno

(2000 : 3 ) menyebutkan bahwa 75 % penduduk Indonesia pada saat ini tinggal d i

wilayah pedesaan. Pembangunan ekonolni pedesaan ini mernpunyai sasaran

~iiengurangi ketidakadilan yang terjadi di pedesaan baik dalam mendapatkan

peke~jaan, distribusi pendapatan dan akses penduduk dalam penyediaan barang dan

pelayanan umum.

Dengall demikian. betapa besar peran pe~nbangunan elto~lomi pedesaan ini

unt~llt mencapai kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal itu diltuatltan Inayatullah

( 1979 : 10) dengan menyataltan bahwa pembangunan terliadap masyaraltat pedesaan

l~arus meningkatkan ke~na~npuan penduduk pedesaan dalam menguasai lingkungan

sosial, melalui upaya pengembangan kemandiriau penduduk pedesaan. Selain itu,

perlu pula te~jadi peninglcatan pendapatan yang merata di lial~nigan penduduk

pedesaan sebagai akibat dari adanya penguasaan tersebut.

Selain bidang pertaniali yang menjadi ciri ekonomi pedesaan, kini telah

brrkelnbang pula berbagai ilidustri kerajinali pedesaan sebagai wujud ekonolni

rakydt. Industri kerajinan ini memiliki ciri pokok berskala ltecil dan bersifat

tradisional (Kartasasmita, 1996). Industri kerajinan yang ada d i pedesaan ini pada

umumnya bergerak dala~n sektor perdagangan (Rahardjo dan Fachry, 1992 : 21).

Industri kerajinan ini sebagai industri skala ltecil telah ~ne~iun~uklian

kcmampuannya yang bersifat adaptif, yaitu dengall kernampualinya bertahan hidup di

tengah hantaman krisis ekonomi (krisis moneter) yang berkepa~ljangan. Selain itu,

i~ldustri kerajinali juga mernililti potensi ekonomi yang cukup besar, terbukti sebagai

(139)

banyak. Dengan peranannya ini tidaklah heran bila Rahardjo dan Fachry (1997 : 42)

~nenyebutlian bahwa usaha liecil ini memiliki posisi sangat strategis dan illenliliki

potensi ekonorni besar. Jilta potensi yang bcsar pada sektor ~lsaha ini dapat

diltembangkan secara maksimal, niscaya akan memberikan s u ~ ~ l b a n g a ~ ~ besar

terhadap laju ekonomi nasional.

Secara internal, perkembangan usaha kecil ditandai dengan perolehan nilai

tambah yang relatif rendah, disebabkan oleh produk yang ditujukan bagi masyarakat

menengah ke bawah &an menghadapi rantai tata niaga yang relatif panjang.

Sebagaimana dikemukakan Maspiati (Saifudian ei ul., 1995 : 75) bahwa porsi

keuntungan yang merelta terinla dalam ha1 ini sangat rendah.

Secara elisternal, perke~nbangan sektor usaha kecil dalam ha1 ini termasuk

industri kerajinan, masih belum didultung oleh pernbinaan yang cukup dari

pemerintah. Pernbinaan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah cenderung sangat

birokratis dan sering tidak tepat sasaran. Ditanibah dengan lturangnya keberpihakan

prmerintah melalui kebijakan-ltebijakannya terutalna dalam ha1 kebijakan fiskal. Hal

ini menurut Rahardjo dan Fachry (1992 : 42) disebabkan oleh kerangka kerja &an

prlaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut rnasih tetap melenceng (biased) terhadap

industri rnenengah dan besar nlodern, bahkan adakalanya beberapa kebijakan tersebut

tidak relevan sebagaimana pernah terjadi pada kasus industri kecil di Klaten, Jawa

Tengah.

Perkembangan industri kerajinan sepatu sandal, kliususnya di Kelurahan

Cikaret, Keca~natan Bogor Selatan, Kota Bogor menlberi ganibaran tentang fenomena

(140)

perkembangan industri kerajinan sepatu sandal. Walaupun deniiltian para pengrajin

masih tetap mengusahaltan sektor ini. Hal ini membuktikan akan adanya liiotivasi

yang dimiliki pengrajin sepatu sandal.

Tentang ~nacani faktor-faktor yang melnpengaruhi ~notivasi pengrajin untuk

herusaha dalam pembuatan sepatu sandal seliingga altan nienentukan tingltat

pendapatannya menjadi masalah menarik untuk diteliti dan menjadi alasan penelitian

ini.

Masalah Penelitian

Kelurahan Ciltaret nierupakan tempat tinggal pengrajin yang secara turun

temurun telah menjadikan usalia kerajinan sepatu sandal sebagai pekerjaan mereka,

baik sebagai pekerjaan tetap rnaupun sebagai pekerjaan sambilan. Jumlah seluruh

pengrajin yang memiliki bengkel kerja sebanyak 72 KK pengrajin sepatu s a ~ ~ d a l .

Adanya hambatan yang dihadapi pengrajin di Kelurahan Cikaret, Kecaliiatan Bogor

Selatan, Kota Bogor ternyata tidak menglialangi pengrajin untuk brrlienti berusaha

~iiembuat sepatu sandal, tetapi justru memberikan tantangan pada merelta untuk

meningltatkan pendapatannya.

Hambatan yang dijumpai pengrajin seperti belurn didultung oleh pembinaan

yang cukup dari pemerintah-dalam ha1 ini Dinas Industri dan Perdagangan Daerah

ICota Bogor, perolehan nilai tambah yang relatif rendah dan mengliadapi persaingan

dengan pengusaha besar yang melakukan ekspansi usalia di bidang sepatu sandal.

Berkaitan dengan ltondisi sebagai~iiana telah diuraikan di atas, telah

(141)

sebagai berikut : (1) Bagaimana keadaan motivasi pengrajin sepatu sandal ?, (2)

Bagaimana lteadaan tingkat pendapatan pengraji~i sepatu sandal ?, (3) Falttor-faktor

apa sqja yang mempengaruhi niotivasi pengrajin sepatu sandal ?, (4) Bagaima~ia

h ~ ~ b ~ ~ n g a n antara motivasi dengan tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal ?. dan

( 5 ) Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingltat pendapatan pengrajin

sepatu sandal ?

Tujuan Penelitian Tujuan dari ada~iya penelitian ini adalah untuk :

( 1) Mengetahui motivasi pengrajin sepatu sandal.

( 2 ) Mengetahui tingkat pendapatan pengrajin sepatu sandal.

3 ) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal serta tingkat hubungannya dengan motivasi pengrajin sepatu sandal.

( 4 ) Mengetaliui tingkat hubungan antara ~uotivasi dengan tingkat pendapatan

pengrajin sepatu sandal.

(5) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan faktor-faktor ekster~lal serta tingkat

hubungannya dengan tingltat pendapatan pengrajin sepatu sandal.

Kegunaan Penelitian

Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan akan mernberikan perluasan

uawasan tentang perilaku ~ilotivasi melalui peniahaman yang tepat tentang

Iteterkaitan berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi dan tingkat pendapatan

(142)

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapltan berguna bagi pemerintall

scbagai m a s ~ ~ k a n untuk pengembangan industri rakyat atau industri kecil. Utamanya

dalam menciptakan iklim yang ltondusif terhadap perltembanyall lterajinan sepatu

(143)

TINJAUAN PUSTAKA

Motif

Motif merniliki padanan kata dalam ballasa Inggris 'motive' yang l n e ~ n p ~ ~ n y a i

arti suatu pernyataan batin yang berw~jud daya kekuatan untuk bertindak atau

bergerak baili secara langsung ataupun rnelalui saluran perilaku yang mengarah

terhadap sasaran (Soewarno, 1980 : 81). Gerungan (1991 : 140) mendefinisikan motif

sebagai suatu pengertian yang rnelingkupi semua penggerak. alasan-alasan atau

dorongan-dorongan dalam diri manusia yang ~nenyebabkan ia berbuat sesuatu.

Definisi itu menjelaslcan betapa selnua tingliah laltu manusia pada hakikatnya

mempunyai motif, karena motif itu memberi tujuan dan arah ltepada tingliah laku

manusia. Dharma ( 1 992) mengartikan motif sebagai kebuiuhan, keinginan, dorongan

ataupun geralc hati dalaln diri seseorang, motif inilal~ kemudian yang akan

mellentultan seberapa besar tingkat motivasi seseorang. Dengan kata lain motivasi

seseorang akan bergantung pada ltuat lemah~lya motif.

Scott (I964 : 82) mengemukakan bahwa motif adalah ltebutuhan yang belu~n

terpuasltan yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Handoko

( 1905 : 9 ) mengatakan motif' sebagai suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan

seseorang berbuat sesuatu atau melakukan suatu tindakan. Dalan motif tersebut

terdapat dua unsur poltok, yaitu unsur dorongan dan unsur tujuan yang ingin dicapai.

Sela~l.jutnya terjadilah proses interalisi antara ltedua unsur ini (unsur dorongan dan

(144)

intcrnal dan faktor eltslernal sehingga menimbulkan motivasi untult melakultan

srsuatn.

Morgan dan King (1996 : 204) menjelaskall bahwa motif muncul dari

hcberapa penyebab, yaitu dari adanya kebutuhan yang disebabkan oleh ltekura~lgan

sesuatu untuk kelangsnngan hidup, kesehata11 atau kesejahteraan seseorang dan dari

adanya rangsangan baik dari dala~n maupun dari luar tubuh. Ditinjau dari sudut

asalnya, motif pada diri lnanusia digolongkall ke dalam tiga bagian (Gerungan, 1991 :

142-143).

( 1 ) Motif biogenesis

Motif biogenesis adalah motif-motif yang berasal dari Itebutuhan-ltebutuhan

organisme orang demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif biogenesis ini

bercoralt universal dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tenipat manusia

ilu kebetulan berada dan berltembang. Motif ini merupakan motif yang asli berada di

dalam diri manusia dan berkembang dengan sendirinya.

(2) Motif sosiogenesis

Motif sosiogenesis adalah motif yang berasal dari lingkungan ltebudayaan

(empal orang itu berada dan berkembang. Motif ini tidak berkernbang dengall

sendirinya, tetapi berdasarltan pada interaksi sosial dengan orang-orang atau hasil

ltebudayaan orang.

(3) Motif teogenesis

Motif teogenesis adalah motif yang berasal dari interaksi a~itara manusia

cizngan Tuhan, seperti yang liyata dalam ibadalinya dan dalam kehidupannya sehari-

(145)

Kekuatan motif pada ~nanusia berbeda-beda. ltarena dipengaruhi oleh berbagai

faktor. Dengan pengaruh dari beberapa faktor itulah menyebabkan ~iiotif pada

manusia dapat diukur. tlandolto (1995 : 59) dalam ha1 ini 111eli.jelaslta11 untuk

mengetahui keltuatan relatif motif-motif yang berada pada diri seseorang dapat dilihat

nlrlalui lima hal. Kelima ha1 itu antara lain ; ( I ) kuatnya ltemauan untuk berbuat. ( 2 )

,iumlah waktu yang disediakan, (3) kerelaan ~neninggalkan kewajiban atau tugas yang lain. ( 4 ) kerelaan untuk mengeluarkan biaya demi perbuatan itu, dan ( 5 ) ketekunan

dalain mengerjakan tugas tersebut.

Motivasi

Handoko (1995 : 9 ) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau

faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakltan dan

rnengorganisasikan tingkal~ lakunya. Brata (1971 : 7 2 ) rnendefinisikan motivasi

sebagai keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

alttivitas-aktivitas tertentu guiia mencapai suatu sasaran. McClelland (1987)

~ne~lgartilcan motivasi sebagai motor penggerak perilaku manusia.

Schiffman dan Kanuk (1992) mendefinisikan motivasi sebagai daya gerak

dalam diri individu yang mendorongnya untuk inelakukan tindakan yang disebabkan

~rdanya tegangan yang diakibatltan oleh beluln terpenuhinya suatu kebutuhan. 'Terry

(1997) menjelaskan bahwa motivasi adalah keingi~~an yang terdapat pada seseorang

individu untuk melakukan tindaltan-tindakan.

Motivasi terdiri dari dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

(146)

selan~utnya adalah motivasi eltstrinsik sebagai dorongan dari luar diri seseorang

schingga melakultan sesuatu ha1 (Reece dan Brandt, 1981 : 126).

Kajian terhadap ~notivasi yang dilakukan oleh para ahli pada althirnya

~nembawa kepada terbentuknya beberapa teori motivasi. Berdasarkan pada siapa yang

~ne~npopulerkannya terdapat beberapa teori motivasi sebagaima~~a dikeinukakan oleh

Sutarto (1998 : 311-325).

(1) Teori Motivasi " Klasik " dari Frederick W Taylor

Menurut teori ~notivasi ltlasik, seseorang akan bersedia bekerja apabila ada

imbalannya. Konsepsi dasar teori motivasi klasik adalah seseorang akan bersedia

belte~ja dengan baik apabila orang itu berkeyakinan akan memperoleh imbalan yang

ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan kerjanya. Lebih lanjut teori ini

~~lengemultakan bahwa penIberian imbalan yang paling tepat yang dapat

menumbuhkan semangat untult bekerja lebih baik adalah apabila diberikan pada saat

yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(2) 'Teori Motivasi " Kebutuhan " dari Abraham H Maslow

Teori motivasi " Kebutuhan " ini berpendapat bahwa seseorang berperilaku

liarella adanya dorongan untult memperoleh pemenuhan dalam bernacam-macam

kebutuhan. Berbagai ltebutuhan itu bermacam-macam dan menurut teori ini

seseorang akan membutuhlta~i jenjang kebutuhan selanjutnya bila kebutuhan

scbelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada lima macam kebutuhan yang berjenjang

dari ltebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu physiologicul needy,

suf21y needs, love needs, esteenz needs dan .selfuctuulizution need.^. Landasan dari

(147)

ingin dan ingin lebih lagi dalarn suatu proses yang tiada henti. Selain itu. suatu

krbur~~han yang telah terpuaskan tidak alian menjadi motivator perilaltu, tetapi yang

altan lnenjadi motivator perilaltu hanyalah k e b u t u h a ~ i - k e b ~ t a i yang beluni

terpuaskan.

( 3 ) 'l'eori Motivasi " Dua Faktor " dari Frederick Herzberg

Teori motivasi " Dua Faktor " ini menyatakan bahwa dalam setiap

pelaltsanaan pelterjaan akan terdapat dua faktor penting yang nlempengaruhi

pekerjaan akan dilaksanaltan dengan baik atau tidak, yaitu syarat lterja da11 faktor

pcndorong. Apabila ltedua falttor tersebut diperhatikan dengan baik, maka

pelaltsanaan pekerjaan altan berjalan dengall baik pula.

(4) Teori Motivasi " Human Relation " dari Rensis Likert

Sesuai denga~l istilali lluman relation, maka teori inotivasi " Hunlan Relation "

ini berkaitan erat dengan hubungan kemanusiaan. Inti dari teori ini mengatakan

bahwa seseorang akan melakukan sesuatu jilta dianggap penting atau berguna.

(5) Teori Motivasi " Preference Exfectation " dari Victor H Vrooin

Konsep dasar teori motivasi " Preference Exfectation " menyatakan,

seseorang aka11 terdoro~ig untuk bekerja dengan baik apabila akan n~emperoleh

sesuatu imbalan yang pada saat itu sedang dirasaltan sebagai ltebutuhan poltok yang

11arus segera dipenuhi.

(6) 'Teori Motivasi " X dan Y " dari Douglas McGregor

Teori motivasi " X dan Y " mulai ~nuncul sejak adanya pendapat bahwa ada

ciua ltelonipok sifat orang, yaitu kelompok orang yang bersifat baik dan kelompolt

(148)

ditumbuhkan oleh teori X dan sehubungan dengan adanya orang yang bersifat baik

ditumbuhkan teori Y .

Secara singkat teori X berbunyi bahwa orang pada ulnulnnya altan belteja

sesediltit mungltin, mereka tidak ~nemililti a~nbisi untuk nlaju, tidak menyukai

tanggung jawab, ~nereka juga melakukan pekerjaan dengan mengutamaltan imbalan

materi. Oleh karena itu, pengarahan yang sebailtnya dilakukan adalah bersifat keras,

selain harus dilakukan pengontrolan secara ketat dan rnenerapkan cara otoriter.

Teori Y berbunyi pada dasarnya orang senang bekerja ltarena Inenganggap

pelterjaan mereka sebagai hobi, sehingga akan bekerja dengan penuh pengabdian,

nlalia pengarahan yang dilakukan nlenjadi lebih longgar dan dapat menerapltan cara

( 7 ) Teori Motivasi " Kebutuhan Existence, Relatedness dan Growth " dari Clayton P

Alderfer

Alderfer mengemultaltan bahwa manusia ~nemiliki tiga rnacam kebutuhan.

yaitu ; kebutuhan altan keberadaan, kebutuhan berhubungan dan kebutuhan

pertumbuhan. Kebutuhan altan keberadaan berkaitan dengan kebutuhan akao

kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan berhubungan bertalian dengan ltebutuhan

seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain baik berupa hubungan antar pribadi

maupun hubungan sosial. Kebutuhan pertunlbuhan berkaitan dengan kebutuhan untuk

~nengembanglcan diri.

(8) Teori Motivasi " Kebutuhan Berprestasi " dari David C McClelland

Teori McClelland ini mengatakan bahwa individu rnemiliki tiga macam

(149)

berltuasa. Dengan demiltian menurut teori ini seseorang altan terdorong berbuat

dengan sungguh-sungguh apabila liierasa akan memperoleh kese~npatan untuk dapat men~~~i~jultkan sepenuh lteniampuan yang dimilikinya hingga dapat diperoleh hasil

terbaili. Seseorang juga akan terdorong berbuat dengan sunggull-sungguh apabila

Inerasa bahwa dari hasil ker.ianya akan diperoleh persahabatan dengan orang lain dan

meorang akan terdoroug untuli berbuat sesuatu apabila merasa altan me~nperoleh

kedudukan yang diinginltan.

(9) Teori Motivasi " Keadilan " dari Strecy Adams

Teori motivasi " Keadilan " menyatakan bahwa orang altan cenderung bekerja

dengan baik apabila akan ~ne~iiperoleh keadilan. Dengan demikian ltetidakadilan altan

melemahka~i semangat kerja seseorang.

Berdasarltan teori di atas, para ahli me~nbagi aliran teori motivasi ke dalam

enam kelompok (Handoko, 1995 : 10-23). Pertama adalah Teori Kognitif. 'l'eori ini

mengatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak digerakkan oleh motivasi tetapi oleh

rasio. Teori ini memililti kelemahan, yaitu tidak menyadari bahwa ltadang-kadang

tindakan manusia berada di bawah kontrol rasio, sehingga teori ini sultar untuk

dipertanggunaawabkan.

Kedua adalah Trori Hedonistis yang ~nengernultaltan bahwa setiap tindaltan

manusia pada dasarnya melnpuuyai suatu tujuan yaitu u n t ~ ~ k mencari hal-ha1 yang

menyenangkan serta ~iienghindari hal-ha1 yang ~nenyaltitltan. 'l'eori ini melnililti

kelemahan dan dipandang kurang ilmiah karena hanya melandasi diri pada

(150)

dialami seseorang akan sangat terga~ltung pada adaptasi seseorang dengan rangsangan

yang mendaliuluinya.

Teori Insting sebagai teori ketiga menyatakan bahwa setiap orang telah

~nembawa poteusi biologis sejak dia dilahirltan. Dengan demiltiau potensi inilah yang

menuntun seseorang uutuk bertindak. Teori ini mempunyai kelemahan karena sangat

sukar untuk membuat daftar-daftar insting dasar yang nlencaltup segala bentuk

tingkah laku manusia.

Teori Psikoanalitis ~nerupakan teori yang lieempat. Teori Psiltoanalitis pada

lialtiltatnya merupakan kelanjutan dari teori insting. Teori ini rnenyataltan bahwa

tingkah laku rnanusia dipengaruhi oleh dua faktor dasar, yaitu insting kehidupan yang

mendorong seseorang L I I I ~ L I ~ tetap hidup dan insting kematian yang mendorong

seseorang untuk menghancurkan dirinya sendiri. Selain itu, teori ini juga melihat

bahwa motif tidak sadar dapat menampakkan diri dalaln berbagai bentuk, misalnya

dalam bentulc mimpi dan salah ucap. Kritik terhadap teori ini berkisar pada lieraguali

bahwa

mimpi

dan salah ucap nierupakan akibat dari motif yang tidak disadari.

Teori yang kelima y a i t ~ ~ Teori Keseimbangan. leori ini berpendapat bahwa

tingltah laku manusia terjadi ltarena adanya ketidakseimbangan dalam diri manusia.

I'rinsip teori ini adalah diawali dari keadaan tidak seimbaug kemudian menemuka~i

keseimbangan, setelah itu menimbulkan ketidakseinibangan baru yang diikuti dengan

Iteseimbangan yang bar^^ dan begitu seterusnya.

Teori keenam adalah Teori Dorongau. Timbuluya dorongan, bertambah dan

(151)

diakui setelah mu~icul Teori Keseimbangan karena dorongan merupakan salah satu

usaha untuk dapat menge~nbalilian kepada keadaan seimbang dalarn diri seseorang.

Melihat ltepada berbagai teori di atas, dapat diketahui bahwa tingkah laku

~nanusia disebabkan oleh adanya kebutuhan dan dita~nbah dengan adanya dorongan

tertentu. Dengall adanlya kebutuhm d m doro~igall i~ i i seseorang tnerasa siap untuk

melaltukan suatu perilaku tertentu. Jika keadaan siap itu mengarah kepada suatu

kegiatan konkrit disebut sebagai motif. Selanjutnya usaha menggiatkan motif-motif

tersebut menjadi tingkah laku konltrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi.

Manusia akan termotivasi bila didahului dengan adanya suatu keinginan.

Keinginan tersebut muncul melalui proses persepsi yang diterima olehnya dengan

dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan seseorang untuk

Itemudian sesuatu yang diterima tersebut diberi arti oleh orang yang bersangkuta~l

menurut minat dan keinginannya. Motivasi dengall de~niltian bersuniber kepada

lhktor psikologis manusia yang menyangkut emosi dan perasaan, atau clalam istilah

Krech et al. (1962 : 69) ~notivasi merupakan bagian dari proses kognitif. Faktor

tersebut sangat sulit diamati d a ~ i diketahui akan tetapi selalu ada pada setiap diri

~nanusia.

Penyuluhan

Penyuluhan adalah keterlibatan seseorang u~ituk melaltultan lton~unikasi

~nformasi secara sadar dengall tujuan membantu sesalnanya me~nberikan pendapat

sehingga dapat membuat keputusan yang benar (van den Ban dan HS. Hawkins,

1')C)9). Selama seseorang berkehendak, bertindak membantu sesamanya memberikan,

(152)

mengltomuniltasiltan informasi yang berguna bagi orang lain. berarti telah

memerankan diri sebagai penyuluh. Menurut Chambers (Kartasasmita, 1996)

prnyuluhan adalah upaya memahami, nienibimbing dan membantu petani dalam

~ncngliadapi persoalannya guna memecahltan sendiri cara pemecahan masalahnya.

pcnguatan posisi masyarakat petani dari segi ekonomi, sosial dan polilik. Dengan

deniikian penyuluhan sebagai upaya terenca~la untuk menumbuhkan kemandirian

petani dalam kaitannya dengan segi ekonomi, sosial maupuli politik.

Diltaitltan dengan konsep pemberdayaan, Bookma11 dan Morgen (Priyono dan

I'ranarka, 1996) mengatakan bahwa pemberdayaan mengacu kepada usaha

menumbuhkan keingi~iaii pada seseorang untuk mengaktualisasikan diri rnelalui

~iiobilitas ke atas serta meniberikan pengalaman psikologis yang membuat seseorang

merasa berdaya. Keinginan untuk mengubah keadaan yang akan datang dalam diri

tersebut muncul jika seseorang merasa berada dalam situasi tertekan dan kemudian

menyadari dan mengetahui surnber tekanan tersebut.

Penyuluhan adalah sistem pendidikan bagi masyarakat agar merelta menjadi

tahu, mau dan mampu berswadaya melaksanakan peningkatan produksi, pendapatan

dan perbaikan kesejahteraan keluarga dan masyarakat (Mardikanto. 1993).

I'enyuluhan dalam pengertian ini bermakna menghasilkan perubahan perilaku d a ~ i

tindaltan sasaran yang nienguntungkan sasaran dan masyarakatnya.

Hampir serupa dengan pendapat di atas, Rejeki (1998) menambahkan bahwa

penyuluhan memiliki peranan dalam membantu masyarakat untuk me~lgadaltan

pel.ubaha11-perubd~an ke arah yang lebih baik. Dari pe~idapat tersebut dapat dikataltan

(153)

sedangltan tujuan penyuluhan yang lain dapat ~nencakup tujuan sosial dan ekonomi,

Ithusus dalam tujuan ekono~ni seperti upaya pemenuhan kebutuhan pokok atau

peningkatan pendapatan.

Pengembangan sumberdaya manusia di sektor industri kecil begitu penting,

itarena akan meningkatkan output produksi, akses terhadap pasar yang lebih luas dan

ltcmampuan untuk melakulian persaingan bisnis. Agar pengembangan sumberdaya

rnanusia itu dapat terwujud, diperlukan sistem pendidikan yang dapat mengubah

perilakunya ke arah yang lebih menunjang kemampuan berwirausahanya. Penyuluhan

merupakan bentuk pendidikan yang tepat untuk mencapai tujuan pengembangan

sumberdaya manusia tersebut.

Dalam konteks industri kerajinan sepatu sandal, sasaran penyuluhan adalah

pengrajin sebagai komunitas. Organisasi yang melaksanakan penyuluhan industri

lterajinan adalah organisasi yang rnemberiltan jasa penyuluhan, biasanya datang dari

pemerintah melalui Dinas Industri dan Perdagangan.

Kegiatan penyuluhan pada dasarnya rnerupakan upaya merubah perilaku

dengan cara memanipulasi lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun sosial. Oleh

liarella itu cara yang dapat dilakukan penyuluh adalah bagaimana memanipulasi

lingkungan sehingga dapat menunjang terjadinya proses belajar pada pengrajin. Salah

satu upaya dalam menciptakan proses belajar yang kondusif dapat menggunakan

pendeliatan berbasis masyarakat. dalam keranglta ini sasaran penyuluhan diajak

bersama mengkaji problem apa yang perlu segera pe~necahanr~ya atau dalani

(154)

lndustri Kerajinan

Dilihat dari bentuknya, industri kerajinan merupakan industri sltala kecil.

Oleh ltarenanya, definisi yang tepat tentang industri lterajinan altan didapatkan

dcngan mengetahui definisi tentang industri skala kecil. Tetapi sayangnya di

Indonesia tidak ditemukan definisi yang jelas inengenai apa itu ind~rstri sltala kecil.

vang ada hanyalah pengklasifikasian industri secara resmi menjadi. tiga kelompok

(Rahardjo dan Fachry, 1992 : 17). yaitu :

( 1 ) lndustri sltala besar dan sltala menengah (2) Industri skala kecil, dan

(3) lndustri rumah tangga.

Dari klasifikasi itu akan ~nenjadi lebih rurnit lagi manakala dilihat berada pada

sektor apakah industri yang ada, apaltah dalam sektor pertanian, industri,

perdagangan atau jasa. Mengakibatkan pendefinisian industri kecil semakin sulit

dilaltukan.

Walaupun demiltian, definisi yang lebih mendekati kepada keanekaragaman

definisi industri kecil yang ada, dapat dilihat dari jumlah pekerjanya (Rahardjo dan

Fachry, 19'92 : 17), yaitu :

( 1) Perusahaan skala besar ~nernpekerjakan 50 pelterja atau lebih

( 7 ) I'erusahaan skala menengah niempekerjakan 10-50 pelterja

(155)

Berdasarkan kepada definisi menurut jumlali pekerjanya, industri lcerajina~i

sama dengim industri rumah tangga merupakan bagian dari industri skala kecil. Hal

i t u menjadi lebih jelas lagi dengan keterangan dari S.jaifudian et ul. (1995 : 22) bahwa

usaha kecil ini dala~li banyak kasus sebagai usaha keluarga. Juga pernyataan

Ilaha~.d,jo ~ l a n Fachry (1992 : 19) yang rnenyatakan bahwa pernbagian alitara

perusahaan industri skala kecil dan industri rumah tangga tidalc dapat diketahui

dengan jelss.

Industri kerajinan merupakan suatu bentuk usaha ekonomi produktif yang

dilaltukan oleh rakyat. Oleh karenanya tergolong kepada ekono~ni rakyat. Rustiani

(1996) lebih jauh melige~nukakan bahwa ekonomi rakyat adalah sebuali tatanan

clconomi y.mg terdiri atas sejumlah usaha-usaha kecil dengan orientasi usaha masih

sekitar pemenuhan kebutuha~l subsistensi, dikelola oleh rakyat, modal dan

akomodasinya terbatas, teknologi dan manajemen masih bersifat tradisional, padat

ltarya serta output produksi yang diperuntukkan bagi rakyat kembali.

Mengacu kepada perkembangan ekonomi kerakyatan ini, nunc cull ah konsep

ekoru yank: dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.

I<esenjangim itu tampak pada perbedaan pendapatan dan kesejahteraan hidup yang

mencolok antara kelompok manusia, yaitu ada kelompok yang tingkat pendapatan

dan kesejahteraan hidupnya tinggi tetapi di sisi lain ada pula kelompok yang memiliki

lirlglcat pelidapatan yang rendah bahkan miskin sama sekali (Kartasasmita, 1996).

Deligan demikian sebagai suatu pendekatan, konsep ekono~ni rakyat dapat dikenali

(156)

Di Indonesia, usaha lterajinan sebagai bagian dari usaha liccil telah 111~1lai

mendapat perhatian untuk diltembangkan. Upaya pengenibangan usaha kecil

sesungguhr~ya sangat relevan dengan tema pe~iibangunan berkelanjutan yang

~nemherikan prioritas ltepada mereka yang miskin. 1nemperlu;is pilihan dan

Ikcsempatan bagi mereka. serta melibatkan partisipasi mereka dali~rn penganlbilan

Iceputusan :fang mempengaruhi diri mereka sendiri (Sjaifudian et ul., 1.995 : 22).

Industri skala kecil hanipir terdapat di nianapun bailc di daerah perkotaan

luaupun pc:desaan, tetapi ada perbedaan tentang sektor garapan industri ltecil di

daerah per1;otaan dan pedesaan (Rahardjo dan Fachry. 1992 : 21). Jika di perkotaan

sektor yanf: paling mencolok adalah sektor perdagangan dan jasa, maka di pedesaan

sektor yank; paling mencolok adalah sektor pertanian dan perdagangan.

Ind.~stri skala kecil memiliki beberapa karakteristik dorninan, sebagaimana

dilte~nukakan Sjaifudian et 611. (1995 : 74-78), yaitu :

( I ) Padat karya

Ussha ltecil selaln ditandai oleh penggunaan banyak tenaga 1tt:rja. Penggunaan

banyak tenaga kerja ini ~liemiliki kaitan dengan jenis teknologi yang digunakan. Pada

Icebanyakan kasus, industri skala kecil menggu~~akan teltnik manual yang

inemerlukan banyak tenaga kerja.

( 2 ) Nilai talnbah rendali

Usilha kecil meraih nilai tambali yang relatif rendah. Hal ini disebabkan oleh 2

(dua) hal. .pertarnu, usaha ltecil mengisi pasar produk bagi masyarakat lnenengah ke

(157)

( 3 ) Diferensiasi usaha yang luas

Durlia usaha skala kecil diwarnai adanya diferensiasi bul<an saja dalam

batasan sltala omzet, tetapi juga diferensiasi produksi serta kategori sosial para pelaku

yang terlit~at di dalamnya. Diferensiasi produksi meliputi jenis produk serta

pellggunaan teltnologi dalam proses pembuatannya. Produk yang se~nula diproduksi

secara tradisional kini telah melibatkan teknologi tertentu sehingga lnembuka peluang

bagi terciptanya produk kreasi baru. Sementara diferensiasi pelakir industri kecil,

telah memmjukkan perempuan dan anak-anak menjadi tenaga feri-feri berupah

rendah. Sedangkan status pengusaha digeser oleh suami yang mengambil alih dari

istrinya.

(4) Kelenturan usaha

Usaha kecil sangat mudah berubah, menyesuaikan dengan kondisi yang

herltembang dalam lingkungan usahanya. Berkat sifat lenturnya ini, usaha kecil

lnerniliki keunggulan tersendiri yaitu dapat adaptif dalam menentukatn pola produksi

serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.

(5) Strategi usaha jangka pendek

Usaha kecil memiliki strategi usaha jangka pendek, yaitu ingin mendapatkan

keuntungar~ dalam waktu singkat. Strategi ini lnerupakan akibat dari kondisi

lillgltungan yang diwarnai oleh ltetidakpastian.

Dalam uraian karakteristik tersebut di atas ternyata tidak diternukan gambaran

secara lengkap adanya kekuatan dan kelemahan industri skala kecil, padahal unsur

(158)

1.. .,~~,~ltteristilt .' utuh yang dimililti industri sltala kecil. Secara ritici Wibowo el a/. (I990

: I-;) menj.ebutkan beberapa kekuatan dan kelemahan usaha ltecil, yaitu ;

( 1 ) Keliuatzm

Usaha lcecil memiliki strategi tersendiri dengan menibuat produk k h ~ ~ s u s dan

unik agar tidak bersaing dengan usaha besar, mempunyai daerah pemasaran yany

tidal< terlalu jauh sehingga tabiat konsumennya dapat dipahami benar, koniunikasi

tlengan ltor~sumen berjalan cepat dan seringkali berlangsung kepada pemilik, dengall

permodalarn yang tidak begitu besar usaha kecil bersifat lucves dan sering

mcng1iasilk.an inovasi-inovasi.

( 2 ) Kelemahan

Usaha kecil memiliki Itelemahan di bidang keorganisasian pada umuninya

heritpa tidal< jelasnya struktur organisasi, pe~nbagian tugas dan wewenang yang tidal:

jelas. status karyawan, sistem penggajian dan kepegawaian yang tidak heres. Di

hidang keuangan biasanya lernah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan

dan pembvkuan yang niemadai dan tidak adatlya batasan tegas antara milik pribadi

dengan milik perusahaan. Kelemahan di bida~ig pemasaran lazimnya berupa

ltetidaliserssian antara program produksi dan penjualan karena kurangnya penelitian

~ > ~ ~ s a r s e h i r ~ g g a tidak tahu bagaimana posisi pasarnya. cara menghadapi persaingan

clan apa gutla promosi dan lain-lain. Kelemahan lain adalah perluasan yang emosional

(159)

Motivasi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi sangatlah beragam. Menurut Petri

( I O X I ) , motivasi disebabkan oleh lima faktor, yaitu ; faktor kekuatan dalam tubuh yang menimbulkan rangsangan untuk melakultan suatu kegiatan tertentu. faktur

Iteti~runan yang menimbulkan Iteinginan-keingina naluriah, hasil proses belajar,

hasil dari interaksi sosial dan sebagai akibat dari proses kognisi. Wijaya (1986)

menyebutkan kematangan, latar belakang kehidupan, usia, kelebihan fisik, mental &an

pikiran, so:jial budaya serta lingkungan sebagai faktor yang memper~garuhi motivasi

seseorang.

Fokus penelitian ini terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal terdiri atas ; usia, tingkat pendidikan formal, pengalaman, tingkat

kekosmopolitan dan tingltat ltebutuhan. Faktor eksternal terdiri atas ; jumlah

langgungar~ keluarga, tingkat dukungan sarana dan lembaga usaha, ketersediaan

modal, tin:;kat permintaan pasar, ukuran bengkel kerja dan intensitas penyuluhan.

liraian satit persatu dari variabel yang diteliti dapat dilihat berikut ini.

( I j llsia

BaE.ir dan maning (1984 : 24) mengatakan usia produktif nntuk bekerja di

negara-negara berkembang berada pada kisaran usia antara 15 hlngga 55 tahun.

I'admowih;irdjo (1994) dalam ha1 belajar mengungkapkan usia y;mg paling baik

L I ~ I L I ~ belajar adalah pada kisaran usia 22 hingga 50 tahun. Maka diduga usia

pengrajin rnemiliki hubungan dengan motivasi pengrajin dalam usaha meningkatkan

(160)

(7-1 Tingkat Pendidikan Formal

Padmowihardjo (1994) mengemukakan bahwa proses belajar menjadi faktor

penting dalam membentuk kernampuan seseorang. Blanckenburg dan Sach

( I lohnholz. 1990 : 43) berpendapat bahwa elemell pendidikan dan kemungkinan

infonnasi yang lebih baik rnenghadapkan petani pada pengaruh sistem nilai yang

asing dan menyadarkan mereka akan relativitas kekuatan sendiri. Setidaknya

pendidikan yang dicapai seseorang akan memunculkan bentuk k.ekuatan sendiri

herupa bertambahnya kelnampuan tertentu yang secara tidak langsung akan

cenderung berpengaruh terhadap motivasinya dala~n nlelakukan suatu pekerjaan.

Malta terdapat kecenderungan adanya hubungan antara tingkat pendidikm

lormal dengan motivasi pengrajin dalam usaha meningkatkan pendapatan melalui

industri kerajinan.

( 3 ) Pengalaman

Padmowihardjo (1994) lnengemukakan bahwa pengalaman, baik yang

me~~yenangkan maupun yang mengecewakan berpengaruh terhadap proses belajar.

Orang yang telah herpengalaman terhadap sesuatu yang menyenangkan, apabila pada

suatu saat diberi kesempaan u~ituk mempelajari ha1 yang sama, maka ia sudah

~nemiliki perasaan optimis untuk berhasil. Sebaliknya, jika orang yang mempunyai

pengalaman mengecewakan suatu saat diberi lteesempatan untuk mempelajari ha1

tersebut lagi, maka ia sudah memiliki perasan pesimis untuk berhasil. Dalam

penelitian ini diduga terdapat hubungan antara ketersediaan modal (dengan motivasi

(161)

( 4 ) 'l'ingkat Kekosmopolitan

Loomis (1976 : 3-5) menyatakan bahwa individu rnerupaltan bagian dari

~iiasyarakat secara luas dan saling mengadakan interaksi yang terpola dengan individu

lainnya. Blancltenburg dan Sach (Hohnholz, 1990 : 43) mengataka11 media

lkomuniltasi terutama radio transistor telah turut membantu perluasan wawasan

informasi dan perubahan sistem nilai. Maka tingkat kekosmopolitan yang mereka

miliki cenderung dapat menambah cakrawala berpikirnya yang berimbas pada

peningkatan motivasinya.

( 5 ) Tingkat Kebutuhan

Maslow (1954) berpendapat bahwa seseorang berperilaltu karena adanya

dorongan untuk memperoleh pemenuhan dalam bermacam-macam kebutuhan.

Seseorang akan membutuhkan jenjang kebutuhan selanjutnya bila kebutuhan

sehelumnya sudah tercapai. Sedikitnya ada lima macam kebutuhan yang berjenjang

dari kebutuhan dasar sampai kepada kebutuhan lanjutan, yaitu phjisilogicul needs,

.s~fL;ly needs, love needs, esteem needs dan self'uctuulization needs. Ilalam penelitian

ini diduga terdapat hubungan antara tingkat kebutuhan dengan motivasi pengrajin.

(6) Jumlah Tanggungan Keluarga

Penelitian Go11011g (1993 : 24) di Kabupaten Kapuas, menemukan bahwa

ukuran keluarga akan memberikan motivasi bagi rumah tangga untuk lebih banyak

lnenggali sumber pendapatan lainnya. Dengan dernikian sedikit banyaknya anggota

keluarga akan menentukan motivasi bagi rumah tangga tersebui:. Maka diduga

(162)

( 7 ) 7 ingkat Dukungan Sarana dan Lembaga Usaha

Hernanto (1989) menyataltan bahwa barang atau uang beserta faktor produltsi

lainnya akan menghasilkan barang baru. Dalam kerangka ini faktor produksi meliputi

peralatan, baik untuk proses produksi maupun pemasaran me~nerlukan peralatan yang

dapat menjamin kelancaran dalam menyalurkan barang kepada mereka yang

membutuhltan.

Peran dukungan sarana dan lembaga usaha ini sebagai suatu sumberdaya

hegitu penting dalam suatu kegiatan usaha. Sebagairnana dikatakan Meredith et ul.

( 1995 : 193) bahwa para wirausaha haruslah mengetahui bagaimana mempergunakan

pelbagai sumberdaya dalam lingkungannya untuk membantu dalam kegiatan-kegiatan

wirausaha mereka. Maka diduga terdapat hubungan antara tingkat clukungan sarana

dan lembaga usaha dengan motivasi pengrajin sepatu sandal.

(8) Ketersediaan Modal

Meredith et al. (1995 : 205) mengatakan bahwa cepat atau lambat, semua

hisnis kecil akan memerlukan dana-dana luar. Seseorang dengan demikian akan

termotivasi untuk melakukan suatu pekerjaan manakala tersedia modal. Dalam

penelitian ini diduga terdapat hubungan antara ketersediaan modal deugan motivasi

pengrajin sepatu sandal.

( 9 ) Tingkat Permintaan Pasar

Berbagai perusahaan kecil berlomba untuk mengembangkan pasar-pasar

potensial inereka agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan besar. Dengan

deinikian sukses dari perusahaan kecil akan sangat tergantung kepada seberapa besar

(163)

pern~intaan pasar bagi perusahaan kecil. Hal tersebut sesuai dengan lteterallga~l dari

Meredith et al. (1995 : 231) yang menyebutkan bahwa keberhasilan bisnis ditentukall

oleh permintaan pelanggan. Tingkat permintaan pasar dengan demikian diduga

memiliki kecenderungan mempengaruhi motivasi pengrajin sepatu sandal.

( 10) Ulcuran Bengkel Kerja

Bengkel kerja merupakan salah satu aset produksi yang sangat penting dalam

industri kerajinan sepatu sandal. Besar atau kecilnya ukuran bengkel kerja (dalam

penelilian ini pengukurannya digunakan jumlah tenaga kerja I bengkel kerja) altan

menjadi beban dalan~ penge~nbangan usaha kerajinannya, yang dapat mempengaruhi

lnotivasi untuk meningkatkan pendapatannya. Dalam sektor pertanian, yang dapat

disamakan dengan bengkel kerja sebagai faktor produksi adalah lahan garapan.

Hasil penelitian Agussabti (1997) di Kabupaten Aceh Tilnur menemukan

bahwa luas lahan garapan berpotensi dapat meningkatkan motivasi petani dalam

pemanfaatan lahan terbuka di antara pohon kelapa. Maka terdapat kecenderungan

bahwa ukuran bengkel kerja akan mempengaruhi motivasi pengrajin sepatu sandal.

( 11) Intensitas Penyuluhan

Intensits penyuluhan berpengaruh nyata terhadap motivasi petani kelapa di

[Cabupaten Aceh Timur (Agussabti, 1997). Bukannya tidak rnungkin bahwa

penyuluhan dapat mempengaruhi motivasi pengrajin untuk meningkatkan

(164)

Tingkat Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diduga mempengaruhi tingkat

pendapatan terdiri atas variabel bebas yang terdiri atas faktor internal dan faktor

eltstemal. serta variabel atitara. Variabel faktor internal terdiri atas ; usia, tingkat

pendidikan formal, pengalaman, tingkat kekosmopolitan dan tingltat Itebutuhan.

Variabel faktor eksternal terdiri atas ; jumlah tanggungan keluarga, tingkat dukungan

sarana dan lembaga usaha, ketersediaan modal, tingkat permintaan pasar, ukuran

bengltel kerja dan intensitas penyuluhan. Variabel antara, yaitu motivasi. Uraian satu

persatu dari variabel yang diteliti dapat dilihat berikut ini.

( 1 ) Usia

Usia mempengaruhi perolehan pendapatan pada nelayan usia produktif

de~igan meningkatnya pendapatan dan sebaliknnya pendapatan menurun pada nelayan

usia

Gambar

Gambar 1. Keranglta Berpiltir Motivasi Pengrajin dalam Usaha IVIeningkatkan  Pendapatai~ Melalui Industri Kerajinan Sepatu Sandal
Tabel  5. Kategori  Pengrajin Sepatu Sandal Berdasarkan Tujuan Pembuatan, Asal  Modal, Kontinuitas dan Peralatan yang Digunakan di Kelurahan  Cikaret
Tabel  7.  Tujuan Pasar, Ciri-Ciri dan Alasan Melakulian  Pe~ljualan
Gambar  2.  Saluran Pemasaran Sepatu Sandal Pengrajin sepatu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada kelompok perlakuan stres fisik yang tidak signifikan pada kadar MDA dan SOD jantung dapat disebabkan karena kinerja antioksidan endogen pada tubuh masih optimal sehingga

Judul : Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada Kantor Kecamatan Cileunyi Bandung dengan Menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0

Permulaan infeksi jamur candida diawali dari melemahnya sistem imun sehingga berkurang akibat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan flora bakteri oral

Penelitian ini berusaha mengetahui apakah tingkat kesadaran khalayak pada penempatan produk Nokia 5800 XpressMusic di video klip Britney Spears - Womanizer

Fokus utama penangkaran hewan di hutan mangrove ini adalah Bekantan, dimana Bekantan (Nasalis larvatus) adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka tujuan penelitian ini membuat model pengentasan kemiskinan penduduk perko- taan melalui pelatihan mengolah sampah menjadi kompos

Oleh karena itu, model pembelajaran inkuiri terbimbing sangat cocok diterapkan pada materi sifat-sifat cahaya karena konsep pada pokok materi sifat-sifat cahaya

Program parenting yang diadakan di SD Islam al-Amanah Besuki Situbondo memberikan perubahan yang baik dalam pola asuh orangtua terhadap anak-anaknya untuk membentuk