• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Konduktansi Stomata Potensial Air Daun Anakan Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.), Damar (Shorea javanica Koord. & Valeton.), Duku (Lansium domesticum Corr.), Karet (Hevea brasilitensis Muell.Arg) dan Pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) Terhad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Konduktansi Stomata Potensial Air Daun Anakan Bayur (Pterospermum javanicum Jungh.), Damar (Shorea javanica Koord. & Valeton.), Duku (Lansium domesticum Corr.), Karet (Hevea brasilitensis Muell.Arg) dan Pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br.) Terhad"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)

RESPON KONDUKTANSI STOMATA DAN POTENSIAL AIR DAUN

ANAKAN BAYUR

(Pterospermllm javal1iclIlJI

Jungh.), DAMAR

(Shorea javal1ica

Koord.

&

Valeton.), DUKU

(LansitltlJ dOlJlestUlltI1

Corr.), KARET

(Hevea brasiliensis

Muell.Arg)

DAN PULAI

(Alstol1ia scholaris

(L.)

R. Br.) TERHADAP KONDISI STRES AIR

.'

ENDRI MARTINI

E01496081

PROGRAM STUDI PEMBINAAN RUTAN

JURUSAN MANAJEMEN RUTAN

FAKULTASKERUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(101)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,

silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang bedayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa

air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan,

dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)

(102)

Untuk

MAMAH DAN BAPAK

(103)

CATATAN TAHUN

2 0 0 1

Tahun 2001...

Saat ini hampir separuh hutan Indonesia telah parak poranda. Dari hari ke hari, nafsu setan yang rnerasuki jiwa manusia semakin rnembutakan manusia akan pentingnya fungsi hutan.

Kondisi krisis moneter dan goncangnya kestabilan politik Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia semakin terpuruk, walaupun sebagian orang sepertinya tidak peduli dengan keterpurukan tersebut. Hal ini serna kin memacu nafsu manusia untuk mengeksploitasi hutan Indonesia yang sungguh kaya dengan jenis-jenis kayu komersil dunIa,

tanpa memikirkan konsekuensi yang akan ditanggung oleh setiap insan di dunia ini.

Hujan yang turun terus-menerus di awal tahun ini diikuti dengan musibah banjir dan tanah longsor di berbagai tempat telah banyak menelan korban. Eksploitasi hutan tanpa batas merupakan salah satu penyebab semua ini, tapi tetap sedikit sekali manusia yang menyadari hal itu, walau Tuhan telah memperingatkan dengan bencana alam yang sungguh mengerikan.

Tahun 2001...

Walaupun masih terlihat hamparan hijau di ben tang an khatulistiwa, entah apa yang akan terjadi 10 tahun, 50 tahun at au

100 tahun mendatang.

Mungkin saat Saudara rnernbaca catatan ini, kondisi hutan Indonesia sudah berubah.

Entah apakah rnenjadi lebih baik ataukah bertambah buruk ...

Aku hanya berharap semoga hutan Indonesia dengan megabiodiversity-nya

tidak berubah menjadi padang pasir

yang hanya ditumbuhi oleh xerophyt_ ya _ SEMOGA. __ _

End?-i Martini

@

(104)

2001-ABSTRACT

ENDRI MARTINI. E01496081. Stomata Conductance and Leaf Water Potential Response of forest tropical seedlings to Water Stress Condition. (Under Supervisory of PRIJANTO PAMOENGKAS and GREGOIRE VINCENT)

\Vater is one of the most important factors that can influence the plant growth under

agroforest ecosystem. In most cases, agroforests was built in an open area that has big potential to

caused water stress. Increased light level, higher temperature, and lower relative humidity imply higher

evaporative demand (and potentially higher water losses), leading to higher chances of water stress.

Water stress is a natural phenomenon which happened when the availability of soil water become

lower and can cause the decrease of leaf water potential on plant grown there.

The objective of this study is to assess how different tree seedlings will respond to water

stress. The susceptibility of plants to low water potential varies among species, in particular for

relations between gas exchange and leaf water potential. Bayur (PterospemJutn javallicutn Jungh.), Damar

(Shoreo jovollico Koord. & Valeton.), Duku (Lansit"" domestict(1J/ Carr.), Karet (Hevea brasilieJlsis Muell. Arg.)

and Pulai (Als/ol1ia scholaris (L.) R. Br.) are the five considered species that were used in this study,

which have an economical interest and are commonly cultivated in mUlti-species complex agroforest in

Indonesia

Growth response parameters (i.e. height, diametre, number of leaves, leaf area, root shoot

ratio and shoot water content), stomatal morphological response parameters (i.e. the number of stomata

and the size of stomata), and the plant physiological response parameters (i.e. stomatal conductance,

leaf water potential at morning, soil water content and the leaf water status) were measured. The water

status data (i.e. osmotic potential, relative water content at zero turgor, and maksimum bulk modulus

elasticity) were estimated with the PV -curve methode with Plateau Effect Correction. Light intensity,

temperature and relative humidity of the glass house were also measured with the data logger, and this

environmental factors were used specially for the supporting data in detennining the protocol for

stomatal conductance measurement.

Stomata conductance and leaf water potentials were decreasing with the depletion of soil

water content, though the response of stomata conductance to soil water depletion has different pattern with the response of stomata conductance to the decreased of leaf water potential. Amongst the five

species that were observed, only Damar that showed the more progressive stomata conductance, this is

such an advantage for Damar because it can controlled the rate of transpiration without causing a

drastic decreased in photosynthetic rate. And Damar also has much higher (i.e. less negative) leaf

water potential at threshold point on leaf water potential-soil water content relationship, compared to

(105)

This research explained how the level of plant tolerance to light stress cannot be the basic

state to assess species stomata conductance and leaf water potential acclimation in plant under water

stressed condition. The climatic condition on the site where the research took place caused stomata

conductance and leaf water potential response in Bayur (light-demander) and Karet (light-tolerance) on

the stressed plants were lower than those on the unstressed plants, and this is only happened under a

very low soil water content (i.e. 10-20%). While on Damar (light-demander), Duku (shade-tolerance)

and Pulai (light-tolerance) the response of stomata conductance and leaf water potential were lower on

the unstressed plants than the stressed plants, under a very low soil water content.

Stomata conductance could not yet be the best indicator to assess tropical plant tolerance level

to water stress condition. Strategic characteristics of stomata opening adjustment on water stress

condition could not yet be categorized by plant successional status, because each tropical plant has a

very unique and complex physiological (e.g. osmotic, adjustment at full and zero turgor) and

morphological (e.g. number of stomata, size of stomata, total leaf area, root shoot ratio, aud maximum

tissue elasticity) characteristics. Maybe the root characteristic, plant translocation acclimation process

on water stress condition, and the value of slope on leaf water potential-soil water content curve after

plant reach the threshold point could show much clear plant tolerance level on water stress condition

(106)

RlNGKASAN

ENDRI MARTINI. E01496081. Respon Konduktansi Stomata dan Potensial Air Daun Anakan Bayur (Pte>vspenrulln

jamniam

Jungh.), Damar (Shorea

jarnnica

Koord. & Valeton.), Duku (Lansium danestiam Corr.), Karet (Hemt brasiliensis Muell.Arg) dan Pulai (Alstonia sdxJlaris (L.) R. Br.) terhadap Kondisi Stres Air. (Di bawah bimbingan PRlJANTO PAMOENGKAS DAN GREGOIRE VINCENT.)

Bayur, Damar, Karet, Pulai dan Duku termasukjellis tumbuhan yang banyak terdapat di hutan

Iropis dan memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dikembangkan pada agr%rest di Indonesia.

Kelima jenis tumbuhan tersebut merupakan kombinasi jenis-jenis yang taleran dan intoleran terhadap

naungan dan mungkin juga terhadap stres air. Penerapan agrojoreSl1y cenderung dilakukan di

kawasan terbuka yang memiliki potensi menyebabkan stres air yang cukup tinggi pada tumbuhan yang

ditanam di areal terse but dibandingkan kawasan berhutan. Hal iui mengakibatkan stres air menjadi

salah satu pembatas penentuan pola tanam serta sistem pengelolaan struktur tegakan agr%rest.

Stomata melalui konduktansinya, pada proses pertukaran gas, memiliki peranan dalam penentuan karakteristik respon tanaman pada kondisi sires air. Karakteristik potensial air daun tumbuhan juga

dapat menjelaskan kemampuan tanaman dalam mentoleransi stres air. Informasi tentang karakteristik

respon konduktansi stomata dan potensial air daun anakan tanaman hutan tropis (Bayur, Damar, Duku,

Pulai dan Karer) pada kondisi sires air diharapkan akan berguna dalam pengkomposisian jenis pada

agroforesl.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari perbedaan karakteristik respon

konduktansi stomata dan potensial air daun anakan tanaman hutan tropis pada kondisi stres air, dan

hubungannya dengan penentuan tingkat toleransi suatu jenis tanaman terhadap kondisi stres air.

Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan aklimasi respon konduktansi

stomata anakan Bayur, Damar, Duku, Karet dan Pulai pada kondisi stres air berdasarkan status suksesi

dan toleransi stres cahaya masing-masing jenis tanaman.

Pengambilan data dilakukan di rumah kaca SEAMEO-BIOTROP Tajur, Bogor dan

Laboratorium ICRAF Sindangbarang Bogor, dari mulai April sampai dengan Desember 2000. Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan tanaman Shorea javanica, Alstonia scholaris,

Pterospenmwl javanz'cum, Hevea brasiliensis dari Klon GT-I dan Lansium domesticum, umur

tanaman berkisar antara 6-12 bulan yang ditanam dalam pot berukuran 30-50 liter dengan media tanam

campuran ranah dan kompos (3 :2). Peralatan yang digunakan adalah pot plastik berukuran 30-50 liter

(30 liter untuk tanaman Bayur, Pulai, Damar, dan Duku; 50 liter untuk tanaman Karet), alat pengukur

porensial air daun (Pressure cィ。^ョ「・ャセL@ IRGA (InFa Red Gas Analyser)·PP System GRAS-I,

datalager CR IOX-Campbel, SWC-Thetaprabe type ML2X, individual PAR sensor, RH-T probe, alat

(107)

laboratorium. (gelas ukur 100 ruL, timbangan, mikroskop (dengan grid lells), gelas preparat, oven,

kantung plastik hitam, cutter, label, kawat berlapis plastik),

Parameter yang diamati adalah parameter respon pertumbuhan (tinggi, diameter, jumlah daun,

luas daun, rasio akar pucuk dan kandungan air pucuk), respon perubahan morfologi stomata Uumlah

dan ukuran stomata), dan respon fisiologi tumbuhan (konduktansi stomata, potensial air daun pada

pagi hari, kandungan air tanah dan status air daun), Untuk data status air daun (potensial osmotik,

kandungan air relatifpada turgor nol, dan elastisitas maksimumjaringan) diperoleh dari hasil estimasi kurva tekanan-volume (kurva-PV) dengan koreksi Efek Plateau, Pengukuran intensitas cahaya, suhu

dan kelembaban dilakukan pada lokasi penelitian, sebagai data pendukung dalam penentuan metode

pengukuran konduktansi stomata.

Konduktansi stomata dan potensial air daun kelima jenis anakan tanaman yang diamati

(8ayur, Damar, Duku, Karet dan Pulai) cenderung menurun dengan semakin menurunnya ketersediaan air tanah, walaupun respon konduktansi stomata terhadap penurunan kandungan air tanah dan terhadap

penurunan potensial air daun memiliki pola yang berbeda. Penurunan konduktansi stomata pada

kondisi stres air dilah.llkan tanaman untuk mencegah kehilangan air yang berlebih dari dalam tububnya

serta untuk memelihara status air tanaman yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses

metabolisme dalam tubuh tanaman pada kondisi stres air. Sedangkan penurunan potensial air daun

dilakukan tumbuhan diantaranya untuk meningkatkan daya serap air tumbuhan. Setiap jenis tanaman

memiliki karakteristik respon konduktansi stomata yang khusus pada kondisi stres air. Di antara

kelima jenis tanaman yang diamati hanya Damar yang menunjukkan respon konduktansi stomata lebih

progresif dibandingkan keempat jenis tanaman lainnya, hal ini menguntungkan bagi Damar karena

mengakibatkan Damar mampu mengendalikan laju transpirasi tanpa menyebabkan penurunan laju

fotosintesis yang drastis. Selain memiliki respon konduktansi stomata yang progresif, Damar juga

memiliki nilai potensial air daun pada titik ambang batas hubungan potensial air daun-kandungan air

tanah yang lebih tinggi dibanding nilai potensial air daun keempatjenis tanaman lainnya.

Penelitian kali ini menerangkan bahwa ternyata tingkat toleransi suatu jenis tumbuhan

terhadap stres cahaya tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk menentukan aklimasi respon

konduktansi stomata dan potensial air daun suatu jenis tumbuhan pada kondisi stres air. Hal ini terlihat

pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada kondisi klimatik lokasi penelitian konduktansi

stomata dan potensial air daun Bayur (light-demander) dan Karet (light-toleran) Sires Air lebih rendah

dibandingkan Bayur dan Karet Tak Sires pada ketersediaan air tanah yang cukup rendah (10-20%),

sedangkan pada Duku (shade-toleran), Damar (light-demander) dan Pulai (light-toleran) memiliki

respon konduktansi stomata yang lebih tinggi pada tanaman stres air dibandingkan tanaman tak stres

(108)

Konduktansi stomata belum tentu merupakan iniikator terbaik untuk menentukan tingkat

toleransi tanaman hutan tropis terhadap kondisi stres air. Karakteristik strategi pengaturan pembukaan

stomata terhadap kondisi stres air belum tentu dikategorikan berdasarkan status suksesi suatu

tumbuhan. Hal ini karena setiap tumbuhan, khususnya tumbuhan tropis, merniliki karakteristik

fisiologi (pengaturan potensial osmotik pada turgor penuh dan turgor no I) dan morfologi (jumlah

stomata per luas bidang pandang, ukuran stomata, total luas daun, nisbah akar pucuk, dan elastisitas

(109)

RESPON KONDUKTANSI STOMATA DAN POTENSIAL AIR DAUN

ANAKAN BAYUR

(Pterosper1l1t1111javalliculll

Jungh.), DAMAR

(Shoreajavallica

Koord.

&

Valeton.), DUKU

(Lansitl1l1 dOlllestictllJl

Corr.), KARET

(Hevea brasiliensis

Muell.Arg)

DAN PULAl

(Alstonia scholmis

(L.) R. Br.) TERHADAP KONDISI STRES AIR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

ENDRI MARTINI

E01496081

PROGRAM STUDl PEMBINAAN RUTAN

JURUSAN MANAJEMEN RUTAN

FAKULTASKERUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Referensi

Dokumen terkait