• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN

BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN

T E S I S

Oleh

KALVIN CHIULOTO 087031007/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF THE WORK ENVIRONMENT CONDITION AND NON IONIZING RADIATION ON EYESTRAIN AT THE TRAVEL

EMPLOYEE IN THE CITY OF MEDAN

T H E S I S

By

KALVIN CHIULOTO 087031007/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN

BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

OLEH

KALVIN CHIULOTO 087032015/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BIRO PERJALANAN DI KOTA

MEDAN

Nama Mahasiswa : Kalvin Chiuloto Nomor Induk Mahasiswa : 087031007

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing :

(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Ketua

)

Anggota

(Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H)

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN

BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2011

(6)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 November 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Anggota : 1. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H

(7)

ABSTRAK

Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor komputer. American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. Pengamatan di empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥ 0,4 (75%), tidak mengalami kelelahan mata (15%) dan mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non pengion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket travel di Kota Medan. J

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama terpapar, jarak monitor, intensitas cahaya, suhu dan radiasi non peng-ion berpengaruh terhadap kelelahan mata pada karyawan Bagian Tiket Travel Kota Medan.

enis penelitian menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan mulai pada Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Populasi sebanyak 651 karyawan dan jumlah sampel 100 karyawan dengan teknik proporsional sampling.

Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik.

Disarankan kepada Dinas Pariwisata Kota Medan membuat kebijakan tentang kelayakan ruangan kerja melalui pemantauan dan penyelenggaraan penyuluhan secara berkontiniu akan dampak radiasi non peng-ion dan intensitas cahaya. Diharapkan juga pimpinan travel menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan baku mutu kesehatan dan karyawan dalam bekerja melakukan tindakan minimalisasi dengan mengatur jarak pandang dan relaksasi mata.

(8)

ABSTRACT

Computer Vision Syndrome (CVS) is caused by a large reflection or glare from computer monitor. The American Optometric Association (AOA) in 2004 proved that 61% of American sitizen is experiencing a very serious problem in the eye as a result of working with computers for a long time. Observations in four travel agency that are Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays and Maju Ika Jaya Tour & Travel in the city of Medan using questionnaires Visual Fatigue Index (VFI) to 20 employees, employee eyestrain with VFI values ≥ 0.4 (75%), did not experience eyestrain (15%) and experienced symptoms of headache after work (10%).

The purpose of this study was to analyze the influence of environmental conditions (lighting and room temperature) non-ion magnetic radiation on the eyestrain in employees Travel Ticketing Section in Medan. This type of research using a survey method with cross-sectional study design. The experiment was conducted from January 2010 until July 2011. Population were 651 employees and the number of samples were 100 employees which had taken by a purposive sampling technique. Collecting data through interviews guided by the research questionnaire. Data were analyzed using Logistic Regression testing.

The results showed that long exposure, distance monitors, light intensity, temperature and non-ionic magnetic radiation had an influence on the eyestrain in employees of Travel Ticketing Section in Medan.

It is recommended to Dinas Pariwisata Medan City make policy about the feasibility of working the room through the monitoring and implementation of a continuous extension of the impact of non-ion magnetic radiation and lighting. Leader of the Travel are also expected to travel to provide working facilities in accordance with quality standards and health of employees in the work action set minimization with visibility and eye relaxation.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,

M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya

Utama, M.S. atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

(10)

Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si yang telah membimbing kami dan

memberikan masukan serta saran dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc dan anggota Komisi

Pembimbing Dr. dr. Wirsal Hasan, H.P.H yang dengan penuh perhatian dan

kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk

membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

5. Komisi Penguji Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc dan dr. Taufik Ashar,

M.K.M telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama

penulisan tesis.

6. Terima kasih kepada Ketua Yayasan Universitas Prima Indonesia yang telah

berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pada

Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Terima kasih kepada bapak-bapak pimpinan Travel yang memberikan izin

penelitian, beserta seluruh karyawan Travel yang telah membantu melakukan

pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

8. Tak terhingga terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Istri

penulis tercinta Fenty Wiharja, S.E serta kedua anakku tersayang Celine Marchia

Chiuloto dan Thierry Fidel Chiuloto serta seluruh keluarga yang telah banyak

memberikan sumbangan moril dan materil dan secara khusus kepada Ibunda Lim

(11)

9. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Falkultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh teman-teman, khususnya angkatan 2008 minat studi MKLI yang tidak

dapat saya sebut namanya satu persatu.

Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan

kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan

harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,

dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2011 Penulis

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Kalvin Chiuloto, lahir di Medan pada tanggal 14 Juni tahun

1966, beragama Buddha, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda

Tjioe Sek Lim dan Ibunda Lim A Hiok, dan bertempat tinggal di Jalan Karya-II /

Jalan Mesjid Helvetia Komplek Taman Helvetia Indah Blok. B No.30 Medan.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Bersubsidi Diski-II

Medan dan tamat pada tahun 1981, penulis melanjutkan pendidikan menengah

pertama di SMP Santo Thomas-1 Medan dan tamat pada tahun 1984, dan penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Santo Thomas-2 Medan dan tamat

pada tahun 1987. Dan pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 di

Institut Teknologi TD.”Pardede” Medan pada Fakultas Teknik Industri Jurusan

Teknik Informatika dan tamat pada tahun 1992.

Penulis memulai karir pada tahun 1992 mulai bekerja di SMP/SMA Sutomo-2

Medan sebagai staf pengajar sampai tahun 2006, dan pada tahun 1992 penulis juga

bekerja di Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan sebagai staf pengajar sampai

sekarang, dan pada tahun 1992 penulis juga bekerja di PT.Bank Panin,Tbk Cabang

Medan sebagai karyawan sampai sekarang. Pada tahun 2007 penulis diterima lagi di

Universitas Prima Indonesia sebagai staf pengajar sampai sekarang.

Pada tanggal 18 Desember 2003 penulis menikah dengan Fenty Wiharja,S.E anak

dari Ramlan dan Kie Sioe Tjin, dan penulis dikaruniai dua orang anak satu putri dan

(13)

Kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan studinya ke pendidikan

program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Lingkungan

(14)

DAFTAR ISI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata ... 8

2.1.1 Anatomi Mata ... 8

2.1.2 Alat Visual Mata ... 10

2.1.3 Fungsi Refraksi ... 11

2.1.4 Kelainan Refraksi ... 11

2.2 Kelelahan Mata Pengguna Komputer ... 14

2.2.1 Pengertian Kelelahan Mata ... 18

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Kelelahan Mata ... 21

2.3 Radiasi Non Peng-ion ... 23

2.4 Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata ... 27

2.5 Landasan Teori ... 27

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 29

(15)

3.4.1 Data Primer ... 32

3.4.2 Data Sekunder ... 33

3.4.3 Uji validitas dan Reliabilitas ... 33

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35

3.5.1 Variabel Penelitian ... 35

3.5.2 Definisi Operasional... 35

3.6. Metode Pengukuran ... 36

3.6.1 Pengukuran Variabel Independen ... 36

3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen ... 40

3.7. Metode Analisis Data ... 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

4.2. Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Analisa Univariat ... 44

4.2.1.1. Distribusi Karakteristik Karyawan Bagian Tiket .. 44

4.2.1.2. Distribusi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu, dan Radiasi Non Peng-ion Komputer ... 46

4.2.2. Analisa Bivariat ... 47

4.2.2.1. Hubungan Variabel Independen (Umur, Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap, Lama Terpapar, Jarak Monitor dengan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu Dan Radiasi Non Peng-ion) dengan Variabel Dependen (Kelelahan Mata) pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan ... 47

4.2.3. Analisa Multivariat... 51

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Karakteristik (Lama Terpapar dan Jarak Monitor) terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan ... 53

5.1.1. Pengaruh Lama Terpapar terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan... 53

5.1.2. Pengaruh Jarak Monitor terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan... 54

5.2. Pengaruh Keadaan Lingkungan (Intensitas Cahaya, dan Suhu Ruangan) terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 55

5.2.1. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 56

(16)

5.3. Pengaruh Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata pada

Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 58

BAB 6. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ... 61

6.2. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

(17)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Efek Psikologis dari Warna ... 23

2.2. Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion ... 25

4.1. Distribusi Luas Ruang Kerja dan Jumlah Karyawan Travel di Kota Medan Tahun 2010 ... 43

4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan ... 45

4.3. Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu, dan Radiasi Non Peng-ion Komputer pada Karyawan Bagian

Tiket Biro Perjalanan di Kota Medan ... 47

4.4. Hubungan Variabel Independen (Umur, Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap, Lama Terpapar, Jarak Monitor dengan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu Dan Radiasi Non Peng-ion) dengan Variabel Dependen (Kelelahan Mata) pada Karyawan Bagian Tiket Biro

Perjalanan di Kota Medan ... 50

4.5. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja (Lama Terpapar, Jarak Monitor, Intensitas Cahaya, Suhu Ruangan) dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan di

(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Anatomi Mata... 10

2.2. Kelainan Mata Hipermetropi ... 12

2.3. Kelainan Mata Miopia ... 12

2.4. Kelainan Mata Astigmatisma ... 13

2.5. Kelainan Mata Presbiopi ... 13

2.6. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular... 15

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 66

2. Kuesioner Penelitian ... 67

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Penelitian ... 72

4. Data Distribusi Frekuensi ... 75

5. Pengolahan Data Uji Chi Square ... 77

6. Pengolahan Data Uji Regresi Logistik Berganda ... 87

7. Master Data ... 92

(20)

ABSTRAK

Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor komputer. American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. Pengamatan di empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥ 0,4 (75%), tidak mengalami kelelahan mata (15%) dan mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non pengion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket travel di Kota Medan. J

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama terpapar, jarak monitor, intensitas cahaya, suhu dan radiasi non peng-ion berpengaruh terhadap kelelahan mata pada karyawan Bagian Tiket Travel Kota Medan.

enis penelitian menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan mulai pada Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Populasi sebanyak 651 karyawan dan jumlah sampel 100 karyawan dengan teknik proporsional sampling.

Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik.

Disarankan kepada Dinas Pariwisata Kota Medan membuat kebijakan tentang kelayakan ruangan kerja melalui pemantauan dan penyelenggaraan penyuluhan secara berkontiniu akan dampak radiasi non peng-ion dan intensitas cahaya. Diharapkan juga pimpinan travel menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan baku mutu kesehatan dan karyawan dalam bekerja melakukan tindakan minimalisasi dengan mengatur jarak pandang dan relaksasi mata.

(21)

ABSTRACT

Computer Vision Syndrome (CVS) is caused by a large reflection or glare from computer monitor. The American Optometric Association (AOA) in 2004 proved that 61% of American sitizen is experiencing a very serious problem in the eye as a result of working with computers for a long time. Observations in four travel agency that are Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays and Maju Ika Jaya Tour & Travel in the city of Medan using questionnaires Visual Fatigue Index (VFI) to 20 employees, employee eyestrain with VFI values ≥ 0.4 (75%), did not experience eyestrain (15%) and experienced symptoms of headache after work (10%).

The purpose of this study was to analyze the influence of environmental conditions (lighting and room temperature) non-ion magnetic radiation on the eyestrain in employees Travel Ticketing Section in Medan. This type of research using a survey method with cross-sectional study design. The experiment was conducted from January 2010 until July 2011. Population were 651 employees and the number of samples were 100 employees which had taken by a purposive sampling technique. Collecting data through interviews guided by the research questionnaire. Data were analyzed using Logistic Regression testing.

The results showed that long exposure, distance monitors, light intensity, temperature and non-ionic magnetic radiation had an influence on the eyestrain in employees of Travel Ticketing Section in Medan.

It is recommended to Dinas Pariwisata Medan City make policy about the feasibility of working the room through the monitoring and implementation of a continuous extension of the impact of non-ion magnetic radiation and lighting. Leader of the Travel are also expected to travel to provide working facilities in accordance with quality standards and health of employees in the work action set minimization with visibility and eye relaxation.

(22)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin

meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam

peningkatan teknologi yang dapat mempermudah seluruh aktivitas manusia. Salah

satu kemajuan di bidang teknologi tersebut adalah munculnya perangkat komputer.

Pemakaian komputer saat ini sudah semakin luas, hampir setiap kegiatan manusia

tidak terlepas dari pemakaian komputer. Manusia seolah-olah sudah sangat

tergantung pada kemampuan komputer yang memang diciptakan untuk membantu

aktivitas manusia. Komputer banyak digunakan di kantor-kantor, di lembaga

penelitian, di perguruan tinggi atau di perusahaan-perusahaan.

Komputer sebagai alat bantu yang banyak digunakan manusia, ternyata juga

dapat menimbulkan keluhan penyakit akibat lamanya waktu pengguna komputer

terpapar, seperti halnya pemakaian komputer pada mesin di industri. Komputer dapat

menimbulkan keluhan penyakit pada pekerja, disebabkan karena ketergantungan akan

komputer sangat tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan akan semakin lama,

semuanya itu dapat dikarenakan komputer sebagai bagian dari teknologi informatika

mengalami peningkatan yang sangat cepat sejak komputer ditemukan pertama kali

(Wardana, 2002).

Ditinjau dari energi radiasi dapat dikatakan radiasi komputer, yaitu radiasi non

(23)

harus diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas yang

rendah tapi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara,

2002).

Salah satu konsekuensi dari penggunaan komputer adalah terpapar dengan

radiasi medan magnet non peng-ion yang dapat mempengaruhi kesehatan pengguna

komputer. Radiasi elektromagnetik non peng-ion berada pada rentang frekuensi Hz

(Hertz) sampai THz (Tera Hertz), dan panjang gelombangnya, mulai dari panjang

gelombang terkecil, yaitu nm (nano meter) sampai lebih dari 1000 km (kilo meter),

serta munculnya energi per foton yang dapat mengganggu kesehatan pengguna

komputer (Sheedy, 2004).

Menurut Wardhana (2002), bahwa dilihat dari perspektif energi radiasi dapat

dikatakan radiasi komputer, yaitu yang dapat dikelompokkan dengan sinar non

peng-ion, tetapi dimana sinar tersebut tidak tampak menimbulkan efek berbahaya secara

langsung bagi manusia. Namun, harus diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh,

khususnya mata. Intensitas yang rendah tapi dalam waktu yang lama bisa

menimbulkan gangguan fisiologis seperti merasa gelisah dan tidak nyaman sehingga

mengganggu konsentrasi karyawan sewaktu bekerja.

Salah satu jenis pekerjaan yang secara kontiniu menggunakan komputer

adalah karyawan biro perjalanan atau travel. Secara umum karyawan biro perjalanan

bekerja di depan komputer untuk melayani pemesanan tiket perjalanan khususnya

(24)

magnetik non peng-ion yang dihasilkan komputer melalui layar monitor maupun

peralatan komputer lainnya.

Menurut Afandi (2002), bahwa pengguna komputer dalam waktu lama

berisiko terkena mata lelah atau astenopia yaitu gejala yang diakibatkan oleh upaya

berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk

memperoleh ketajaman penglihatan. Penglihatan terasa buram, ganda, kemampuan

melihat warna menurun. Gejala diikuti mata nyeri, sakit kepala, bahu, punggung dan

pinggang, vertigo serta kembung, dan terjadi pada pengguna komputer berkisar

40-90%.

Penelitian Reiter (1997), bahan pemajanan medan elektromagnetik dapat

memengaruhi metabolisme hormon melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) yang

diproduksi oleh kelenjar pineal. Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap

dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik.

Demikian juga dengan penelitian Graham (1997), bahwa radiasi magnetik non

peng-ion dapat menghambat fungsi produksi hormon melatonin, pada jumlah hormon

melatonin yang kurang dapat menyebabkan jet lag dan dapat menurunkan

kemampuan seksual, selain itu hormon melatonin mengatur irama sirkadian atau

irama bangun dan tidur, sehingga rendahnya kadar melatonin dapat mengakibatkan

sukar tidur (insomnia).

Penelitian Cahyono (2005) menemukan bahwa terdapat korelasi positif radiasi

komputer terhadap kelelahan mata pada petugas Operator Komputer Sistem Informasi

(25)

kepala. Selain itu gangguan kelelahan mata juga dipengaruhi oleh jarak pandang

pengguna komputer dengan layar monitor.

Menurut Sheedy (2004), sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer,

dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering diungkapkan

oleh pekerja komputer adalah : (a) kelelahan mata yang merupakan gejala awal, (b)

mata terasa kering, (c) mata terasa terbakar, (d) pandangan menjadi kabur, (e)

penglihatan ganda, (f) sakit kepala, (g) nyeri pada leher, bahu dan otot punggung, dan

(h) tekanan darah tidak normal.

Menurut Wardhana (1996), rangkaian keluhan yang dialami pengguna

komputer adalah diawali dengan adanya keluhan kelelahan mata yang sering disebut

dengan Computer Vision Syndrome (CVS) yang disebabkan karena berkurangnya

aliran air mata ke mata atau disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau

dari monitor. Selain itu ketika menatap komputer, maka kedipan mata berkurang

sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi

kering, teriritasi, tegang dan lelah. Pencahayaan dari komputer yang tidak tepat juga

akan mengakibatkan ketegangan dan kelelahan pada mata.

Survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) tahun

2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang

sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan

Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa Computer

(26)

keluhan pada mata permasalahan yang juga sangat banyak dikeluhkan oleh para

pekerja perusahaan adalah Carpal Tunnel Syndrome (Sheedy, 2004)

Penggunaan komputer pada karyawan di biro perjalanan di kota Medan juga

merupakan kelompok pekerja yang berisiko terhadap gangguan kesehatan akibat

radiasi non peng-ion. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Medan (2008) bahwa

di Kota Medan terdapat 93 biro perjalanan yang sudah terdaftar sebagai usaha

pelayanan biro perjalanan, dan rata-rata biro perjalanan mempekerjakan 4-15

karyawan. Berdasarkan uraian tugasnya karyawan biro perjalanan setiap menit harus

mengamati komputer dan mengecek tiket pesawat yang dipesan atau dibatalkan, dan

hal ini terjadi hampir lebih dari delapan jam sehingga sangat berisiko terhadap

gangguan kesehatannya.

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap empat biro perjalanan yaitu Four

Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour &

Travel di Kota Medan pada bulan Februari 2010 menemukan bahwa secara umum

komputer yang digunakan biro perjalanan masih ada yang menggunakan monitor

bentuk CRT atau bentuk tabung dengan pancaran radiasi medan magnetik non

peng-ion sangat besar dan sebagian lagi menggunakan monitor LCD, Kondisi ruang kerja

yang terbatas, jarak pandang dengan monitor yang dekat (50 cm), posisi duduk tidak

ergonomis dapat menyebabkan karyawan mengalami kelelahan mata. Hasil

wawancara dengan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20

(27)

0,4 dan 15% tidak mengalami kelelahan mata serta mengalami gejala sakit kepala

setelah bekerja (10%).

Fenomena gangguan kesehatan khususnya pada gangguan mata pada

karyawan biro perjalanan merupakan topik masalah kesehatan dan keselamatan kerja

yang penting untuk mendapat perhatian mengingat frekuensi penggunaan komputer

masih tinggi dan secara terus menerus terpapar dengan radiasi non peng-ion yang

dihasilkan dari komputer yang digunakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang pengaruh keadaan lingkungan dan radiasi non peng-ion terhadap

kelelahan mata pada karyawan biro perjalanan di Kota Medan.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh keadaan

lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion terhadap

kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan

(intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata

(28)

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya, dan suhu ruangan)

terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota

Medan.

2. Ada pengaruh radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan

bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberi masukan bagi manajemen biro perjalanan di kota Medan untuk

melakukan upaya preventif gangguan kesehatan pada karyawannya dan

meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Memberi masukan Dinas Pariwisata Kota Medan sebagai institusi yang

bertanggung jawab terhadap operasional biro perjalanan dalam merumuskan

kebijakan standar operasional keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha

biro perjalanan di kota Medan.

3. Menambah informasi dan data bagi khazanah ilmu pengetahuan serta

perbaikan dan pengembangan manajemen kesehatan lingkungan yang

berkaitan dengan keadaan lingkungan kerja karyawan biro perjalanan.

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata

Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk

menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, selanjutnya dengan

perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat

penglihatan pada otak untuk ditafsirkan (Evelyn, 1999).

2.1.1. Anatomi Mata

Mata diproteksi oleh tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata,

refleks mengedip, sel-sel pada permukaan kornea dan konjungtiva (selaput lendir

yang melapisi permukaan dalam kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi

memperbaiki tajam penglihatan, membersihkan kotoran yang masuk ke mata,

lubrikasi (pelumasan), media transpor bagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa,

elektrolit, enzim protein), serta mengandung antibakteri dan antibodi. Bola mata

mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 sentimeter, bagian depannya bening serta

terdiri dari tiga lapisan yaitu: (1) Lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan

penyangga, (2) Lapisan tengah (vaskuler), dan (3) Lapisan dalam yang merupakan

lapisan saraf.

Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata, otot-otot ini dikaitkan pada

pembungkus Sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini mengerakkan

mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar bergantian.

(30)

1) Sklera

Merupakan pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata.

Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu mempertahankan

bentuk biji mata.

2) Retina

Merupakan lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut,

yaitu sel-sel saraf

3) Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih

dan tidak tembus cahaya

4) Iris

Merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput

khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yang

berfungsi untuk mengecilkan dan melebarkan ukuran pupil.

5) Lensa

Merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa

lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan

berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.

6) Pupil

Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai

yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.

(31)

Gambar 2.1. Anatomi Mata (Sumber : James, 2006)

2.1.2 Alat Visual Mata

Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa

mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak

melalui saraf optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat

suatu benda (Suyatno, 1995). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak

sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar

dan pada suasana terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara

otomatis, jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya

masuk lebih jauh kedalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf

kesadaran.

Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting

dalam melihat disebut alat visual. Ia mengendalikan lebih dari 90% dari kegiatan

(32)

menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan

umum.

2.1.3 Fungsi Refraksi

Berkas-berkas cahaya yang jatuh di atas mata akan menimbulkan bayangan

yang telah difokuskan pada retina. Bayangan ini menembus dan diubah oleh kornea,

lensa, badan-badan aqueus dan viterus. Pada mata normal berkas-berkas ini bersatu

untuk menangkap sebuah titik pada retina dan pada titik ini bayangan difokuskan.

Cahaya sinar yang melewati kornea aqueus humor dan lensa akan membelok,

suatu proses yang dikenal sebagai proses refraksi. Hal ini memungkinkan cahaya dari

area yang luas difokuskan pada area yang lebih kecil di retina. Berkas cahaya paralel

dibelokkan oleh lensa cembung menuju titik utama di retina. Jika jarak obyek kurang

dari tujuh meter, lengkungan lensa harus ditingkatkan untuk memudahkan fokus pada

retina, hal ini disebut akomodasi (Chambers, 1999).

2.1.4 Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah akibat kerusakan pada akomodasi visual, sebagai

akibat perubahan biji mata maupun kelainan pada lensa. Untuk melihat suatu benda

dengan baik, tergantung dari kemampuan mata untuk berakomodasi. Adapun

(33)

1) Hipermetropia

Pada kelainan mata ini, ukuran mata atau lebar mata dari belakang sampai kedepan

pendek atau kecil, sehingga lensa memfokuskan bayangan di belakang retina, seperti

pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Kelainan Mata Hipermetropi (Sumber : Ilyas, 2003)

2) Miopia

Pada kelainan mata ini ukuran biji mata dari belakang sampai ke depan melebihi

ukuran yang normal, sehingga lensa memfokuskan bayangan di depan retina, seperti

pada gambar berikut.

(34)

3) Astigmatisma

Merupakan kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jatuh pada

garis-garis di atas retina, dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh

berubahnya bentuk lengkungan lensa, seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.4. Kelainan Mata Astigmatisma (Sumber : Ilyas, 2003)

4) Presbiopi

Merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang

terjadi pada orang-orang tua, atau orang-orang yang sedang menginjak usia lanjut,

seperti pada gambar berikut.

(35)

2.2 Kelelahan Mata Pengguna Komputer

Kelelahan mata merupakan salah satu bagian dari jenis gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan

yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit.

Manajemen penyakit mestinya tidak hanya dilakukan pada manusia atau sejumlah penduduk yang mengalami sesuatu penyakit. Manajemen demikian tidak

akan menyelesaikan problem penyakit yang bersangkutan, karena hanya berupa pendekatan kuratif, yaitu penanganan pada tingkat hilir. Seharusnya dalam penanganan sesuatu penyakit, termasuk penyakit akibat radiasi elektromagnetik,

manajemen penyakit yang paling tepat diterapkan adalah manajemen berbasis lingkungan (Anies, 2007).

Mengingat faktor-faktor lingkungan sangat dominan dalam proses kejadian

suatu penyakit, maka manajemen berbasis lingkungan harus dilibatkan dalam upaya-upaya pencegahan maupun pengendaliannya. Manajemen berbasis lingkungan untuk penanggulangan penyakit, dimulai dari tingkat hulu menuju hilir. Perhatian utama pada faktor penyebab, media transmisi, dengan memperhatikan faktor penduduk

sebagai objek yang terjangkit atau terpajan, sebelum melakukan penanganan pada manusia yang menderita penyakit. Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit yang berpotensi ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik komputer, pada

(36)

Menurut Achmadi (2008) ada 4 simpul dalam mengidentifikasi kejadian penyakit pada manusia khususnya penyakit tidak menular. Dalam penelitian ini konsep teori simpul tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Simpul A, merupakan simpul paling hulu, yaitu sumber penyakit, dalam hal ini berupa radiasi elektromagnetik.

2) Simpul B, merupakan komponen lingkungan yang berupa media transmisi penyakit tersebut, dalam hal ini ruang di sekeliling komputer serta bahan yang dapat menghantarkan listrik.

3) Simpul C adalah pengguna komputer dalam bekerja dengan berbagai variabel karakteristik pekerja, misalnya umur, pengetahuan, lama kerja dan masa kerja. Simpul ini seringkali terlupakan, karena lama bekerja mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan kejadian penyakit pada pekerja.

4) Simpul D atau simpul yang paling hilir, adalah pekerja dalam keadaan sakit atau terganggu kesehatannya, setelah mendapat pajanan (exposure) oleh komponen lingkungan, dalam hal ini radiasi elektromagnetik, seperti terlihat pada gambar berikut.

(37)

Menurut (Anies, 2005), bahwa kekhawatiran masyarakat mengenai efek

kesehatan akibat pajanan radiasi elektromagnetik non peng-ion mulai timbul sejak

akhir tahun 1960-an. Hal ini terjadi sehubungan dengan makin berkembangnya

pemanfaatan sumber radiasi non peng-ion terutama buatan manusia seperti laser,

radar, oven microwave, jaringan listrik, termasuk yang sedang mewabah saat ini yaitu

komputer dan telepon genggam, meskipun kenyataannya, risiko terbesar terhadap

kesehatan berasal dari sumber radiasi non peng-ion alam yaitu sinar ultra violet

matahari.

Pada tahun 1950-an dan 1960-an telah dibuat rekomendasi pertama mengenai

pembatasan pajanan radiasi microwave dan radiofrekuensi VHF yang dihasilkan oleh

radar militer dan peralatan komunikasi. Dengan meningkatnya teknologi dan

penggunaan peralatan dengan sumber radiasi non peng-ion ini, maka pada tahun 1992

dibentuk komisi internasional untuk menangani masalah proteksi radiasi non

peng-ion yaitu International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP)

yang sebelumnya bergabung dengan International Radiological Protection

Association (IRPA). Sebagai organisasi ilmiah, komisi ini bekerja sama dengan

World Health Organization (WHO) untuk mengkaji efek kesehatan akibat pajanan

radiasi non peng-ion dan menggunakan hasilnya untuk menetapkan prinsip dasar dan

rekomendasi mengenai standar keselamatan dan proteksi radiasi non peng-ion

(38)

Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi:

berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi,

radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses

ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang

hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang

berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang

terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi

(getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi

yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan Gangguan

kesehatan yang dicurigai disebabkan oleh radiasi VDU, antara lain: katarak,

dermatitis, epilepsi dan cacat bawaan pada bayi (Anies, 2006).

Karakteristik gangguan kesehatan yang disebabkan oleh intensitas pemakaian

komputer cenderung pada gangguan atau cedera tingkat rendah yang muncul

lambat-laun setelah proses salah yang lama dan berulang (repetitif) ketika menggunakan

komputer. Walaupun muncul secara evolusif, hasil akhir tetap sama berupa gangguan

kesehatan yang serius seperti gangguan saraf, gangguan penglihatan, cedera otot dan

pergelangan, dan lain-lain. Gangguan tersebut rata-rata diakibatkan oleh kurangnya

aliran darah serta ketegangan di bagian tubuh tertentu secara terus-menerus dan

berulang. Hal ini bisa berlangsung bertahun-tahun sebelum gangguan tersebut muncul

(39)

2.2.1. Pengertian Kelelahan Mata

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat

sistem aktifasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah

kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda dari setiap

individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).

Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan

umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,

sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk

bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja

fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental, status kesehatan dan gizi (Grandjean,

1993 dalam Tarwaka dkk, 2004).

Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang

dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh ketidak

mampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk melanjutkan

suplai output kerja yang sama, karena kekurangan ATP (Graham, 1997).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai

perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam

kerja (Tarwaka dkk, 2004). Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan

(40)

menyelesaikan suatu siklus aktivitas (Sudjoko, 1996).

Menurut Tarwaka dkk (2004), terdapat dua teori kelelahan otot yaitu teori

kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Teori kimia secara umum

menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi

dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.

Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya

penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya

rangsangan saraf melalui saraf sensorik yang disadari sebagai kelelahan otot.

Rangsangan aferen ini menghambat pusat otak dalam mengendalikan

gerakan pada sel saraf. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan

dan kecepatan kontraksi otot, sehingga gerakan atas perintah kemauan menjadi

lambat. Semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi

ototnya.

Ada tiga jenis kelelahan mata (Astenophia ) yaitu Astenophia Acomodatif,

Astenophia Musculer, dan Astenophia Neurastenik. Kelelahan mata pada pengguna

komputer merupakan Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot

siliaris. Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga

akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini

diakibatkan oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka

bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan

(41)

bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan

lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris (Ilyas, 2003).

Ketika individu bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak

dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus

berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya

akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu :

a. Gejala okular; merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas,

sakit, cepat lelah, merah, dan berair (Asyari, 2002).

b. Gejala visual; terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan

bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini

akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur

biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk

memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari, 2002).

Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada

saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelalahan

(Mangunkusumo, 2002).

c. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah

rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang, dan vertigo.

Karyawan yang sering terpapar radiasi komputer dapat menyebabkan penyakit mata

seperti dry eye syndrome, yaitu kumpulan gejala yang disebabkan keringnya permukaan

kornea mata akibat lapisan tear film yang berfungsi untuk melembabkan dan pelumas pada

(42)

syndrome, kelainan refraksi miopia atau astigmatisme disebabkan faktor-faktor yang berada

pada lingkungan kerja tersebut,” Pada penyakit mata dry eye, dapat disebabkan lingkungan

kerja yang kelembaban udaranya kering akibat AC. Faktor risiko dry eye syndrome adalah

terpapar udara kering dari AC secara berlebihan (Ilyas, 2002).

2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Kelelahan Mata

Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor-faktor tersebut yaitu :

(1) Faktor Intrinsik; merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri atas:

a. Faktor okular, yaitu kelainan mata berupa Ametropia dan Heteroforia.

b. Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi

tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu

penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk

mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata

menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama,

akan terjadi kelelahan mata.

c. Faktor konstitusi, adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum

seperti tidak sehat atau kurang tidur.

(2) Faktor Ekstrinsik;

Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang bersumber dari lingkungan kerja

(43)

a. Intentitas cahaya

Intentitas cahaya adalah banyaknya sinar yang mengenai suatu permukaan

(Suma’mur, 1995). Intensitas cahaya merupakan faktor yang penting dari lingkungan

fisik untuk keselamatan kerja. Untuk dapat melihat dengan baik dan teliti diperlukan

intensitas cahaya yang cukup.

Mata dapat melihat benda karena ada cahaya, baik dari benda itu sendiri

maupun pantulan atau langsung datang dari sumber cahaya. Cahaya yang dapat

dilihat dengan mata adalah radiasi pada segmen dari spektrum elektromagnetik yang

terletak antara segmen-segmen infra merah dan ultraviolet yang mempunyai panjang

gelombang 10 6

sampai 10 7

cm (380-760 nm) dan frekuensi 3 x 10 14

sampai 3 x

10 15

Pada setiap sumber cahaya memiliki fluk cahaya yang dipancarkan ke segala

arah. Jika suatu permukaan mendapatkan cahaya, maka dapat dikatakan permukaan

itu mendapatkan cahaya (illuminasi).

cps (cycles per scond). Enargi foton (photon enegi) dari radiasi ini adalah kecil

yaitu 1.65-3.1 elektron volt, sehingga tidak menyebabkan ionisasi pada atom-atom

atau molekul-molekul.

b. Visibilitas

Mata dapat melihat sesuatu jika mendapatkan rangsangan dari gelombang

cahaya dan sebaliknya benda di sekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan

cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang

(44)

faktor yang menentukan adalah ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dan

sekelilingnya, luminensi (brightness) dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari

cahaya dan pemantulan pada arah pengamat serta lamanya melihat.

c. Dekorasi Tempat Kerja

Pengaruh dari dekorasi tempat kerja terhadap kegairahan kerja atau prestasi

kerja adalah cukup besar. Masalah pewarnaan sebenarnya bukan menyangkut warna

saja, tetapi komposisi warnapun harus juga diperhatikan. Komposisi warna yang

salah atau tidak serasi dapat mengganggu pemandangan sehingga akan menimbulkan

rasa tidak atau kurang menyenangkan bagi mereka yang mengamatinya. Disamping

itu, keadaan ini dapat pula menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap semangat

dan gairah kerja seseorang.

Pemilihan warna yang tepat untuk ruang kerja ditentukan oleh fungsi dari

ruang kerja tersebut. Secara umum, warna mempunyai tiga efek psikologis dan tiga

efek tersebut menurut jenis warna yang dipergunakan, seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Efek Psikologis dari Warna

Jenis Warna Efek

Jarak Suhu Psikis

Biru Jauh Sejuk Menenangkan/menyejukkan

Hijau Jauh Sangat Sejuk Menenangkan/menyejukkan

Merah Dekat Panas Merangsang

Oranye Sangat Dekat Sangat Panas Merangsang

Kuning Dekat Panas Merangsang

Coklat Sangat Dekat Netral Merangsang

Jingga Sangat Dekat Sejuk Agresif

(45)

2.3 Radiasi Non Peng-ion

Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi. Medan listrik adalah radiasi non peng-ion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. Radiasi non peng-ion dapat didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media tersebut. Istilah radiasi non peng-ion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV yang antara lain meliputi sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang mikro (microwave) dan radiofrekuensi elektromagnetik. Selain itu ultrasound juga termasuk dalam radiasi non peng-ion (Maurits, 2003).

Menurut International Commision on Non-Ionizing Radiation Protection

(1997) bahwa radiasi non peng-ion didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media yang bersangkutan.

Istilah radiasi non peng-ion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV, antara lain meliputi sinar ultra violet, infra merah, gelombang mikro, gelombang radio, juga berbagai peralatan elektronik seperti radiasi komputer.

Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan energi fotonnya, radiasi non peng-ion dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu radiasi optik dengan panjang gelombang antara 100 nm sampai 1 mm, dan radiasi

(46)

Alat dan proses yang menghasilkan radiasi non peng-ion banyak

dimanfaatkan dalam bidang industri, kedokteran termasuk gigi, telekomunikasi,

industri hiburan, laboratorium penelitian, bangunan dan konstruksi, aplikasi militer,

aplikasi pendidikan, geodesi, transportasi, periklanan, preparasi makanan komersil,

dan di rumah (Dennis, 1997).

Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan

energi fotonnya, radiasi non peng-ion dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu

radiasi optik dengan panjang gelombang (λ) antara 100 nm sampai 1 mm dan radiasi

radiofrekuensi elektromagnetik antara 1 mm sampai sekitar > 100 km.

Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti

mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita dapat memperhatikan

ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan radiasi untuk tujuan

apapun dengan aman. Baku mutu pajanan medan listrik dan medan magnet yang

direkomendasikan oleh WHO (1987) dan Depkes RI (2002) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2. Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion

No Keterangan Baku Mutu Medan Magnetik

(milli Tesla)

1 Lingkungan Kerja

(1) Sepanjang hari kerja (2) Waktu singkat

<0,5 mT

5,0 mT (sampai 2 jam/hari)

2 Lingkungan Umum

(1) Sampai 24 jam/hari (2) Beberapa jam/hari

0,1 mT (ruang terbuka) 1 mT (sampai 5 jam/hari)

(47)

Perkembangan ilmu komputer yang sangat pesat diiringi dengan

meningkatnya pemakaian komputer di tengah masyarakat. Kemampuan komputer

sebagai pengolah kata dan pengolah data merupakan sarana yang sangat membantu.

Secara umum waktu yang dibutuhkan untuk pemakaian komputer bergantung pada

jenis pekerjaan dan sipemakai itu sendiri. Lamanya pengoperasian komputer berbeda

antara seorang praktikan dengan seorang yang bekerja di kantor ataupun dengan

seorang operator komputer.

Komputer sebagai produk teknologi mutakhir tetapi dapat juga membawa

dampak bagi kehidupan kita. Monitor sebagai salah satu perangkat komputer dapat

menimbulkan radiasi. Walaupun secara umum dampak positif lebih besar dari

dampak negatifnya, tetapi perlu juga diperhatikan.

Gelombang-gelombang dan radiasi lainnya yang mungkin dihasilkan oleh

monitor yakni: sinar x, sinar ultraviolet, gelombang mikro (microwave), radiasi

elektromagnetik frekuensi sangat rendah (Very Low Frequency/VLF), radiasi

elektromagnetik frekuensi amat sangat rendah (Extremely Low Frequency/Elf).

Penyebab timbulnya radiasi adalah hasil dari proses terbenturnya aliran

elektron dengan fosfor yang ada pada layar VDU bagian dalam. Radiasi sinar x yang

dihasilkan akan diserap oleh kaca dari CRT, sehingga tidak sempat menyebar sampai

ke operator. Radiasi elektromagnetik VLF dan ELF dihasilkan oleh defleksi

horizontal dan sirkuit tegangan tinggi yang terdapat pada VDU. Radiasi dari

perangkat komputer lebih pada komponen VDT atau Visual Display Terminal dalam

(48)

dihasilkan dari monitor, dari bagian CRT (Cathode Ray Tubes) dan komponen

elektronis lainnya. Tetapi berdasarkan riset, kontribusi radiasi baik jenis ionizing

maupun non-ionizing dari pemakaian perangkat VDT (monitor) selama rata-rata 8

jam/hari sangatlah kecil dibandingkan dengan kontribusi radiasi dari consumer

product lainnya (Anies, 2004).

2.4 Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata

Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan menggunakan Photostress

Recovery Test. Photostress Test adalah suatu test yang mengevaluasi fungsi adaptasi

retina sesudah suatu perubahan mendadak. Dasar pemeriksaan ini adalah bahwa

reaksi fotokimia pada retina terhadap rangsangan cahaya tergantung pada

metabolisme aktif sel retina dan hubungan sel photoreceptor dan retinal pigmen

epithelium. Faktor utama yang menentukan keadaan adaptasi terang dan gelap di

retina adalah peristiwa pemucatan dan resintesa pigmen penglihatan. Efek cahaya

pada retina adalah memucatkan pigmen penglihatan. Pemeriksaan dilakukan dengan

penyinaran menggunakan senter atau penlight berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm

dari mata. Stimulasi ini akan memucatkan 24% - 86% pigmen penglihatan (Fauziah,

(49)

2.5 Landasan Teori

Kelelahan mata pada pengguna komputer merupakan salah satu gangguan

kesehatan khususnya kesehatan mata. Konsep kejadian penyakit tersebut relevan

dengan konsep manajemen penyakit berbasis lingkungan dalam teori simpul.

Menurut Achmadi (2008), bahwa teori simpul dalam mengidentifikasi

kejadian penyakit khususnya penyakit tidak menular seperti keluhan penyakit akibat

radiasi non peng-ion mencakup 4 simpul, yaitu:

1) Simpul A, merupakan simpul paling hulu, yaitu sumber penyakit, dalam hal

ini berupa radiasi elektromagnetik.

2) Simpul B, merupakan komponen lingkungan yang berupa media transmisi

penyakit tersebut, dalam hal ini ruang di sekeliling komputer serta bahan

yang dapat menghantarkan listrik.

3) Simpul C adalah pengguna komputer dalam bekerja dengan berbagai variabel

karakteristik pekerja, misalnya umur, pengetahuan, lama kerja dan masa

kerja. Simpul ini seringkali terlupakan, karena lama bekerja mempunyai

potensi tinggi untuk menimbulkan kejadian penyakit pada pekerja.

4) Simpul D atau simpul yang paling hilir, adalah pekerja dalam keadaan sakit

atau terganggu kesehatannya, setelah mendapat pajanan (exposure) oleh

komponen lingkungan, dalam hal ini radiasi elektromagnetik.

Menurut Mangunkusumo (2002), determinan kelelahan mata disebabkan oleh

(50)

faktor ekstrinsik mencakup keadaan lingkungan pekerjaan atau dekorasi tempat kerja

dan faktor intensitas pencahayaan.

2.6 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan Gambar 2.7 di atas diketahui variabel independen dalam

penelitian ini adalah (1) variabel karakteristik (umur, masa kerja, pengetahuan, sikap,

lama terpapar dengan komputer dan jarak monitor dengan mata), (2) variabel faktor

lingkungan (intensitas cahaya dan suhu udara) dan (3) variabel radiasi non peng-ion.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata karyawan

biro perjalanan.

(51)

BAB 3

METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional study

yang bertujuan menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan

suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan

bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, dengan pertimbangan: (1) hasil survei

awal secara umum karyawan biro perjalanan secara terus menerus menggunakan

komputer dan berisiko terhadap terjadinya gangguan kesehatan, (2) belum pernah

dilakukan penelitian tentang besarnya radiasi non peng-ion yang ditimbulkan dari

radiasi komputer serta kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, konsultasi, persetujuan

pembimbing, kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil dan komprehensif

(52)

4.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh biro perjalanan yang ada di kota

Medan yang terdaftar pada Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies

(ASITA) Sumatera Utara yaitu sebanyak 93 Biro perjalanan dan seluruh karyawan

yang bekerja pada bagian tiket yang bekerja di travel atau biro perjalanan di kota

Medan yaitu sebanyak 651 karyawan.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan biro perjalanan di Kota

Medan yang bekerja pada bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan. Besar sampel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Sampel Biro Perjalanan

Sampel biro perjalanan ditentukan secara proporsional sampling sebanyak 20

biro perjalanan dengan kriteria:

a. Merupakan biro perjalanan yang beroperasi ±5 tahun

b. Biro perjalanan yang melayani tiket maskapai penerbangan

c. Merupakan biro perjalanan yang tergabung dalam perusahaan persero

(PT)

(2) Sampel Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan

Sampel karyawan bagian tiket biro perjalanan ditentukan dengan

(53)

)

Zc = Nilai derajat kepercayaan 95 % = 1,96 P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G = Galat pendugaan = 0,1

N = besar populasi n = besar sampel

Maka perhitungan jumlah sampel terpilih adalah:

n=

Jumlah karyawan biro perjalanan terpilih sesuai rumus Vincent adalah 84 dan

sampel yang diambil untuk penelitian adalah 100 karyawan biro perjalanan yang

tersebar di 20 biro perjalanan di Kota Medan. penentuan sampel setiap biro

perjalanan dilakukan secara proporsional sampling yaitu masing-masing biro

(54)

4.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di ruang kerja karyawan biro

perjalanan tentang keadaan lingkungan kerja seperti intensitas cahaya dan suhu

ruangan, besaran radiasi non peng-ion dalam mili Tesla (mT), karakteristik pekerja

meliputi umur, masa kerja, pengetahuan, dan sikap serta kelelahan mata yang dialami

oleh karyawan biro perjalanan tersebut.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari profil Dinas Pariwisata Kota

Medan dan ASITA Propinsi Sumatera Utara tentang jumlah biro perjalanan dan

pegawai bagian tiket penerbangan.

3.4.3. Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 10 karyawan biro perjalanan di

lokasi penelitian dengan karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik

responden di tempat penelitian, dan responden yang telah ikut dalam uji validitas dan

reliabilitas, tidak termasuk lagi menjadi sampel. Uji validitas dan reliabilitas

dilakukan untuk pertanyaan pengetahuan, sikap dan tindakan.

A. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

(55)

reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai

r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.

B. Uji Reliabilitas

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan

metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap

pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas

menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Sugiyono,

2005).

Nilai r-tabel dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95%, maka

untuk sampel 30 orang yang diuji nilai rtabel

Nilai corrected item-total correlation (r

adalah sebesar 0,361. Uji validitas dan

reliabilitas dilakukan pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.

Pegawai biro perjalanan yang akan diuji sebanyak 30 orang.

hitung) dari variabel pengetahuan butir 1 sampai 10 dan sikap butir 1 sampai 12 serta kelelaham mata butir 1 sampai 24

mempunyai rhitung > dari nilai r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid.

Sedangkan nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel

(56)

bagian tiket biro perjalanan yang berpartisipasi dalam try out tidak diikutkan dalam

pengumpulan data. (Lampiran 3).

4.5.Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

a. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah keadaan lingkungan

(intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion.

b. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata karyawan biro

perjalanan.

3.5.2. Definisi Operasional

1) Karakteristik karyawan adalah ciri-ciri biologis dan perilaku karyawan biro

perjalanan mencakup:

a. Umur adalah jumlah tahun hidup pekerja yang dihitung sejak lahir

sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan berdasarkan tahun

b. Masa kerja adalah jumlah tahun kerja pekerja yang dihitung sejak tahun pertama masuk sebagai pekerja di biro perjalanan sampai penelitian yang

dinyatakan dalam tahun.

c. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja biro perjalanan tentang radiasi, dampak terhadap kesehatan dan upaya

(57)

d. Sikap adalah tanggapan pekerja tentang dampak dan pencegahan radiasi

komputer.

e. Lama bekerja dengan komputer adalah jumlah jam yang digunakan oleh karyawan biro perjalanan dalam bekerja dengan menggunakan komputer

yang dinyatakan dalam jam.

f. Jarak monitor dengan mata adalah jarak pandang mata karyawan biro perjalanan dengan layar monitor yang dinyatakan dalam centimeter (cm). 2) Keadaan lingkungan kerja adalah situasi di lingkungan kerja biro perjalanan

yang berkaitan dengan lingkungan mencakup:

a. Intensitas cahaya adalah keadaan pencahayaan ruangan kerja pada

ruangan kerja biro perjalanan yang dinyatakan dalam Lux.

b. Suhu ruangan adalah keadaan temperatur udara dalam ruangan kerja

karyawan biro perjalanan yang dinyatakan dalam derajat celcius.

3) Radiasi medan magnet non peng-ion adalah besarnya radiasi medan magnet

non ion yang ditimbulkan dari komputer yang digunakan karyawan biro

perjalanan dan dinyatakan dalam mili Tesla (mT).

4) Kelelahan mata adalah tingkat kelelahan mata yang dirasakan oleh karyawan biro perjalanan setelah bekerja berdasarkan kuesioner Visual Fatigue Index

(VFI).

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen

(58)

Pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan kerja biro perjalanan

menggunakan Lux Meter dan dinyatakan dalam Lux, dengan prosedur pengukuran sebagai berikut:

a. Persiapkan lembar data.

b. Memastikan baterai sebagai sumber energi pada lux meter masih berfungsi dengan baik.

c. Menekan tombol on pada lux meter. d. Memilih skala yang diperlukan, yaitu Lux.

e. Mengukur intensitas ruangan dengan membuka sensor Lux meter, pengukuran dilakukan pada setiap sudut ruangan dan titik duduk pengguna komputer.

f. Kemudian dilakukan perhitungan rerata lux.

Variabel intensitas cahaya kemudian dibandingkan dengan baku mutu intensitas cahaya yang direkomendasikan dalam persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI

No.1405/Menkes/SK/IX/2002 tentang baku mutu intensitas cahaya dalam ruangan, yaitu:

a. Memenuhi syarat kesehatan, jika intensitas cahaya 100 lux.

b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika intensitas cahaya <100 lux dan atau > 100 lux.

2. Pengukuran variabel suhu dalam ruangan kerja biro perjalanan

Pengukuran variabel suhu dalam ruangan kerja biro perjalanan dilakukan

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Mata (Sumber : James, 2006)
Gambar 2.2. Kelainan Mata Hipermetropi(Sumber : Ilyas, 2003)
Gambar 2.4. Kelainan Mata Astigmatisma (Sumber : Ilyas, 2003)
Gambar 2.6. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular
+7

Referensi

Dokumen terkait