PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN
BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN
T E S I S
Oleh
KALVIN CHIULOTO 087031007/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
THE INFLUENCE OF THE WORK ENVIRONMENT CONDITION AND NON IONIZING RADIATION ON EYESTRAIN AT THE TRAVEL
EMPLOYEE IN THE CITY OF MEDAN
T H E S I S
By
KALVIN CHIULOTO 087031007/IKM
MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN
BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
OLEH
KALVIN CHIULOTO 087032015/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Tesis : PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BIRO PERJALANAN DI KOTA
MEDAN
Nama Mahasiswa : Kalvin Chiuloto Nomor Induk Mahasiswa : 087031007
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri
Menyetujui Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Ketua
)
Anggota
(Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H)
Ketua Program Studi
(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
PERNYATAAN
PENGARUH KEADAAN LINGKUNGAN KERJA DAN RADIASI NON PENG-ION TERHADAP KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN
BIRO PERJALANAN DI KOTA MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2011
Telah diuji pada
Tanggal : 29 November 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc Anggota : 1. Dr. dr. Wirsal Hasan, M.P.H
ABSTRAK
Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor komputer. American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. Pengamatan di empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥ 0,4 (75%), tidak mengalami kelelahan mata (15%) dan mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non pengion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket travel di Kota Medan. J
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama terpapar, jarak monitor, intensitas cahaya, suhu dan radiasi non peng-ion berpengaruh terhadap kelelahan mata pada karyawan Bagian Tiket Travel Kota Medan.
enis penelitian menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan mulai pada Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Populasi sebanyak 651 karyawan dan jumlah sampel 100 karyawan dengan teknik proporsional sampling.
Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik.
Disarankan kepada Dinas Pariwisata Kota Medan membuat kebijakan tentang kelayakan ruangan kerja melalui pemantauan dan penyelenggaraan penyuluhan secara berkontiniu akan dampak radiasi non peng-ion dan intensitas cahaya. Diharapkan juga pimpinan travel menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan baku mutu kesehatan dan karyawan dalam bekerja melakukan tindakan minimalisasi dengan mengatur jarak pandang dan relaksasi mata.
ABSTRACT
Computer Vision Syndrome (CVS) is caused by a large reflection or glare from computer monitor. The American Optometric Association (AOA) in 2004 proved that 61% of American sitizen is experiencing a very serious problem in the eye as a result of working with computers for a long time. Observations in four travel agency that are Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays and Maju Ika Jaya Tour & Travel in the city of Medan using questionnaires Visual Fatigue Index (VFI) to 20 employees, employee eyestrain with VFI values ≥ 0.4 (75%), did not experience eyestrain (15%) and experienced symptoms of headache after work (10%).
The purpose of this study was to analyze the influence of environmental conditions (lighting and room temperature) non-ion magnetic radiation on the eyestrain in employees Travel Ticketing Section in Medan. This type of research using a survey method with cross-sectional study design. The experiment was conducted from January 2010 until July 2011. Population were 651 employees and the number of samples were 100 employees which had taken by a purposive sampling technique. Collecting data through interviews guided by the research questionnaire. Data were analyzed using Logistic Regression testing.
The results showed that long exposure, distance monitors, light intensity, temperature and non-ionic magnetic radiation had an influence on the eyestrain in employees of Travel Ticketing Section in Medan.
It is recommended to Dinas Pariwisata Medan City make policy about the feasibility of working the room through the monitoring and implementation of a continuous extension of the impact of non-ion magnetic radiation and lighting. Leader of the Travel are also expected to travel to provide working facilities in accordance with quality standards and health of employees in the work action set minimization with visibility and eye relaxation.
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul “Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata Pada Karyawan Biro Perjalanan di Kota Medan Tahun 2011”.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,
M.Sc (CTM)., Sp.A, (K).
2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dr. Drs. Surya
Utama, M.S. atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
3. Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Sekretarisnya Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si yang telah membimbing kami dan
memberikan masukan serta saran dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc dan anggota Komisi
Pembimbing Dr. dr. Wirsal Hasan, H.P.H yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk
membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
5. Komisi Penguji Dr. Hamonangan Nainggolan, M.Sc dan dr. Taufik Ashar,
M.K.M telah banyak memberikan saran, bimbingan dan perhatian selama
penulisan tesis.
6. Terima kasih kepada Ketua Yayasan Universitas Prima Indonesia yang telah
berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pada
Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Terima kasih kepada bapak-bapak pimpinan Travel yang memberikan izin
penelitian, beserta seluruh karyawan Travel yang telah membantu melakukan
pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
8. Tak terhingga terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Istri
penulis tercinta Fenty Wiharja, S.E serta kedua anakku tersayang Celine Marchia
Chiuloto dan Thierry Fidel Chiuloto serta seluruh keluarga yang telah banyak
memberikan sumbangan moril dan materil dan secara khusus kepada Ibunda Lim
9. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi Strata 2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Manajemen Kesehatan Lingkungan Industri Falkultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
10. Seluruh teman-teman, khususnya angkatan 2008 minat studi MKLI yang tidak
dapat saya sebut namanya satu persatu.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Januari 2011 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Kalvin Chiuloto, lahir di Medan pada tanggal 14 Juni tahun
1966, beragama Buddha, anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda
Tjioe Sek Lim dan Ibunda Lim A Hiok, dan bertempat tinggal di Jalan Karya-II /
Jalan Mesjid Helvetia Komplek Taman Helvetia Indah Blok. B No.30 Medan.
Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Bersubsidi Diski-II
Medan dan tamat pada tahun 1981, penulis melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Santo Thomas-1 Medan dan tamat pada tahun 1984, dan penulis
melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Santo Thomas-2 Medan dan tamat
pada tahun 1987. Dan pada tahun 1988 penulis melanjutkan pendidikan Strata-1 di
Institut Teknologi TD.”Pardede” Medan pada Fakultas Teknik Industri Jurusan
Teknik Informatika dan tamat pada tahun 1992.
Penulis memulai karir pada tahun 1992 mulai bekerja di SMP/SMA Sutomo-2
Medan sebagai staf pengajar sampai tahun 2006, dan pada tahun 1992 penulis juga
bekerja di Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan sebagai staf pengajar sampai
sekarang, dan pada tahun 1992 penulis juga bekerja di PT.Bank Panin,Tbk Cabang
Medan sebagai karyawan sampai sekarang. Pada tahun 2007 penulis diterima lagi di
Universitas Prima Indonesia sebagai staf pengajar sampai sekarang.
Pada tanggal 18 Desember 2003 penulis menikah dengan Fenty Wiharja,S.E anak
dari Ramlan dan Kie Sioe Tjin, dan penulis dikaruniai dua orang anak satu putri dan
Kemudian pada tahun 2008 penulis melanjutkan studinya ke pendidikan
program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Lingkungan
DAFTAR ISI
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata ... 8
2.1.1 Anatomi Mata ... 8
2.1.2 Alat Visual Mata ... 10
2.1.3 Fungsi Refraksi ... 11
2.1.4 Kelainan Refraksi ... 11
2.2 Kelelahan Mata Pengguna Komputer ... 14
2.2.1 Pengertian Kelelahan Mata ... 18
2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Kelelahan Mata ... 21
2.3 Radiasi Non Peng-ion ... 23
2.4 Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata ... 27
2.5 Landasan Teori ... 27
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 29
3.4.1 Data Primer ... 32
3.4.2 Data Sekunder ... 33
3.4.3 Uji validitas dan Reliabilitas ... 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 35
3.5.1 Variabel Penelitian ... 35
3.5.2 Definisi Operasional... 35
3.6. Metode Pengukuran ... 36
3.6.1 Pengukuran Variabel Independen ... 36
3.6.2 Pengukuran Variabel Dependen ... 40
3.7. Metode Analisis Data ... 40
BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42
4.2. Hasil Penelitian ... 44
4.2.1. Analisa Univariat ... 44
4.2.1.1. Distribusi Karakteristik Karyawan Bagian Tiket .. 44
4.2.1.2. Distribusi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu, dan Radiasi Non Peng-ion Komputer ... 46
4.2.2. Analisa Bivariat ... 47
4.2.2.1. Hubungan Variabel Independen (Umur, Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap, Lama Terpapar, Jarak Monitor dengan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu Dan Radiasi Non Peng-ion) dengan Variabel Dependen (Kelelahan Mata) pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan ... 47
4.2.3. Analisa Multivariat... 51
BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Karakteristik (Lama Terpapar dan Jarak Monitor) terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan ... 53
5.1.1. Pengaruh Lama Terpapar terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan... 53
5.1.2. Pengaruh Jarak Monitor terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan... 54
5.2. Pengaruh Keadaan Lingkungan (Intensitas Cahaya, dan Suhu Ruangan) terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 55
5.2.1. Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 56
5.3. Pengaruh Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata pada
Karyawan Bagian Tiket Biro perjalanan ... 58
BAB 6. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ... 61
6.2. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Efek Psikologis dari Warna ... 23
2.2. Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion ... 25
4.1. Distribusi Luas Ruang Kerja dan Jumlah Karyawan Travel di Kota Medan Tahun 2010 ... 43
4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Karyawan ... 45
4.3. Distribusi Frekuensi Kelelahan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu, dan Radiasi Non Peng-ion Komputer pada Karyawan Bagian
Tiket Biro Perjalanan di Kota Medan ... 47
4.4. Hubungan Variabel Independen (Umur, Masa Kerja, Pengetahuan, Sikap, Lama Terpapar, Jarak Monitor dengan Mata, Intensitas Cahaya, Suhu Dan Radiasi Non Peng-ion) dengan Variabel Dependen (Kelelahan Mata) pada Karyawan Bagian Tiket Biro
Perjalanan di Kota Medan ... 50
4.5. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda Pengaruh Keadaan Lingkungan Kerja (Lama Terpapar, Jarak Monitor, Intensitas Cahaya, Suhu Ruangan) dan Radiasi Non Peng-ion terhadap Kelelahan Mata pada Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan di
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1. Anatomi Mata... 10
2.2. Kelainan Mata Hipermetropi ... 12
2.3. Kelainan Mata Miopia ... 12
2.4. Kelainan Mata Astigmatisma ... 13
2.5. Kelainan Mata Presbiopi ... 13
2.6. Model Manajemen Penyakit Tidak Menular... 15
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Surat Izin Penelitian dari Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ... 66
2. Kuesioner Penelitian ... 67
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data Penelitian ... 72
4. Data Distribusi Frekuensi ... 75
5. Pengolahan Data Uji Chi Square ... 77
6. Pengolahan Data Uji Regresi Logistik Berganda ... 87
7. Master Data ... 92
ABSTRAK
Computer Vision Syndrome (CVS) disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau dari monitor komputer. American Optometric Association (AOA) tahun 2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. Pengamatan di empat biro perjalanan yaitu Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour & Travel di Kota Medan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20 orang karyawan, karyawan mengalami kelelahan mata dengan nilai VFI ≥ 0,4 (75%), tidak mengalami kelelahan mata (15%) dan mengalami gejala sakit kepala setelah bekerja (10%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non pengion terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket travel di Kota Medan. J
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama terpapar, jarak monitor, intensitas cahaya, suhu dan radiasi non peng-ion berpengaruh terhadap kelelahan mata pada karyawan Bagian Tiket Travel Kota Medan.
enis penelitian menggunakan metode survei dengan rancangan cross sectional study. Penelitian dilaksanakan mulai pada Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2011. Populasi sebanyak 651 karyawan dan jumlah sampel 100 karyawan dengan teknik proporsional sampling.
Pengumpulan data melalui wawancara yang berpedoman pada kuesioner penelitian. Data dianalisis menggunakan Regresi Logistik.
Disarankan kepada Dinas Pariwisata Kota Medan membuat kebijakan tentang kelayakan ruangan kerja melalui pemantauan dan penyelenggaraan penyuluhan secara berkontiniu akan dampak radiasi non peng-ion dan intensitas cahaya. Diharapkan juga pimpinan travel menyediakan fasilitas kerja sesuai dengan baku mutu kesehatan dan karyawan dalam bekerja melakukan tindakan minimalisasi dengan mengatur jarak pandang dan relaksasi mata.
ABSTRACT
Computer Vision Syndrome (CVS) is caused by a large reflection or glare from computer monitor. The American Optometric Association (AOA) in 2004 proved that 61% of American sitizen is experiencing a very serious problem in the eye as a result of working with computers for a long time. Observations in four travel agency that are Four Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays and Maju Ika Jaya Tour & Travel in the city of Medan using questionnaires Visual Fatigue Index (VFI) to 20 employees, employee eyestrain with VFI values ≥ 0.4 (75%), did not experience eyestrain (15%) and experienced symptoms of headache after work (10%).
The purpose of this study was to analyze the influence of environmental conditions (lighting and room temperature) non-ion magnetic radiation on the eyestrain in employees Travel Ticketing Section in Medan. This type of research using a survey method with cross-sectional study design. The experiment was conducted from January 2010 until July 2011. Population were 651 employees and the number of samples were 100 employees which had taken by a purposive sampling technique. Collecting data through interviews guided by the research questionnaire. Data were analyzed using Logistic Regression testing.
The results showed that long exposure, distance monitors, light intensity, temperature and non-ionic magnetic radiation had an influence on the eyestrain in employees of Travel Ticketing Section in Medan.
It is recommended to Dinas Pariwisata Medan City make policy about the feasibility of working the room through the monitoring and implementation of a continuous extension of the impact of non-ion magnetic radiation and lighting. Leader of the Travel are also expected to travel to provide working facilities in accordance with quality standards and health of employees in the work action set minimization with visibility and eye relaxation.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Selama beberapa dasawarsa terakhir, perkembangan globalisasi semakin
meningkat dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, khususnya dalam
peningkatan teknologi yang dapat mempermudah seluruh aktivitas manusia. Salah
satu kemajuan di bidang teknologi tersebut adalah munculnya perangkat komputer.
Pemakaian komputer saat ini sudah semakin luas, hampir setiap kegiatan manusia
tidak terlepas dari pemakaian komputer. Manusia seolah-olah sudah sangat
tergantung pada kemampuan komputer yang memang diciptakan untuk membantu
aktivitas manusia. Komputer banyak digunakan di kantor-kantor, di lembaga
penelitian, di perguruan tinggi atau di perusahaan-perusahaan.
Komputer sebagai alat bantu yang banyak digunakan manusia, ternyata juga
dapat menimbulkan keluhan penyakit akibat lamanya waktu pengguna komputer
terpapar, seperti halnya pemakaian komputer pada mesin di industri. Komputer dapat
menimbulkan keluhan penyakit pada pekerja, disebabkan karena ketergantungan akan
komputer sangat tinggi sehingga waktu yang dibutuhkan akan semakin lama,
semuanya itu dapat dikarenakan komputer sebagai bagian dari teknologi informatika
mengalami peningkatan yang sangat cepat sejak komputer ditemukan pertama kali
(Wardana, 2002).
Ditinjau dari energi radiasi dapat dikatakan radiasi komputer, yaitu radiasi non
harus diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh, khususnya mata. Intensitas yang
rendah tapi dalam waktu yang lama bisa menimbulkan gangguan fisiologis (Batubara,
2002).
Salah satu konsekuensi dari penggunaan komputer adalah terpapar dengan
radiasi medan magnet non peng-ion yang dapat mempengaruhi kesehatan pengguna
komputer. Radiasi elektromagnetik non peng-ion berada pada rentang frekuensi Hz
(Hertz) sampai THz (Tera Hertz), dan panjang gelombangnya, mulai dari panjang
gelombang terkecil, yaitu nm (nano meter) sampai lebih dari 1000 km (kilo meter),
serta munculnya energi per foton yang dapat mengganggu kesehatan pengguna
komputer (Sheedy, 2004).
Menurut Wardhana (2002), bahwa dilihat dari perspektif energi radiasi dapat
dikatakan radiasi komputer, yaitu yang dapat dikelompokkan dengan sinar non
peng-ion, tetapi dimana sinar tersebut tidak tampak menimbulkan efek berbahaya secara
langsung bagi manusia. Namun, harus diperhatikan lamanya radiasi menyinari tubuh,
khususnya mata. Intensitas yang rendah tapi dalam waktu yang lama bisa
menimbulkan gangguan fisiologis seperti merasa gelisah dan tidak nyaman sehingga
mengganggu konsentrasi karyawan sewaktu bekerja.
Salah satu jenis pekerjaan yang secara kontiniu menggunakan komputer
adalah karyawan biro perjalanan atau travel. Secara umum karyawan biro perjalanan
bekerja di depan komputer untuk melayani pemesanan tiket perjalanan khususnya
magnetik non peng-ion yang dihasilkan komputer melalui layar monitor maupun
peralatan komputer lainnya.
Menurut Afandi (2002), bahwa pengguna komputer dalam waktu lama
berisiko terkena mata lelah atau astenopia yaitu gejala yang diakibatkan oleh upaya
berlebih dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk
memperoleh ketajaman penglihatan. Penglihatan terasa buram, ganda, kemampuan
melihat warna menurun. Gejala diikuti mata nyeri, sakit kepala, bahu, punggung dan
pinggang, vertigo serta kembung, dan terjadi pada pengguna komputer berkisar
40-90%.
Penelitian Reiter (1997), bahan pemajanan medan elektromagnetik dapat
memengaruhi metabolisme hormon melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) yang
diproduksi oleh kelenjar pineal. Produksi hormon melatonin dapat dipacu oleh gelap
dan hening serta dihambat oleh sinar yang terang maupun medan elektromagnetik.
Demikian juga dengan penelitian Graham (1997), bahwa radiasi magnetik non
peng-ion dapat menghambat fungsi produksi hormon melatonin, pada jumlah hormon
melatonin yang kurang dapat menyebabkan jet lag dan dapat menurunkan
kemampuan seksual, selain itu hormon melatonin mengatur irama sirkadian atau
irama bangun dan tidur, sehingga rendahnya kadar melatonin dapat mengakibatkan
sukar tidur (insomnia).
Penelitian Cahyono (2005) menemukan bahwa terdapat korelasi positif radiasi
komputer terhadap kelelahan mata pada petugas Operator Komputer Sistem Informasi
kepala. Selain itu gangguan kelelahan mata juga dipengaruhi oleh jarak pandang
pengguna komputer dengan layar monitor.
Menurut Sheedy (2004), sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer,
dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering diungkapkan
oleh pekerja komputer adalah : (a) kelelahan mata yang merupakan gejala awal, (b)
mata terasa kering, (c) mata terasa terbakar, (d) pandangan menjadi kabur, (e)
penglihatan ganda, (f) sakit kepala, (g) nyeri pada leher, bahu dan otot punggung, dan
(h) tekanan darah tidak normal.
Menurut Wardhana (1996), rangkaian keluhan yang dialami pengguna
komputer adalah diawali dengan adanya keluhan kelelahan mata yang sering disebut
dengan Computer Vision Syndrome (CVS) yang disebabkan karena berkurangnya
aliran air mata ke mata atau disebabkan oleh terlalu besarnya refleksi maupun silau
dari monitor. Selain itu ketika menatap komputer, maka kedipan mata berkurang
sebesar 2/3 kali dibandingkan kondisi normal, yang mengakibatkan mata menjadi
kering, teriritasi, tegang dan lelah. Pencahayaan dari komputer yang tidak tepat juga
akan mengakibatkan ketegangan dan kelelahan pada mata.
Survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) tahun
2004 membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika mengalami permasalahan yang
sangat serius pada mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan
Federal Occupational Safety and Health Administration meyakini bahwa Computer
keluhan pada mata permasalahan yang juga sangat banyak dikeluhkan oleh para
pekerja perusahaan adalah Carpal Tunnel Syndrome (Sheedy, 2004)
Penggunaan komputer pada karyawan di biro perjalanan di kota Medan juga
merupakan kelompok pekerja yang berisiko terhadap gangguan kesehatan akibat
radiasi non peng-ion. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kota Medan (2008) bahwa
di Kota Medan terdapat 93 biro perjalanan yang sudah terdaftar sebagai usaha
pelayanan biro perjalanan, dan rata-rata biro perjalanan mempekerjakan 4-15
karyawan. Berdasarkan uraian tugasnya karyawan biro perjalanan setiap menit harus
mengamati komputer dan mengecek tiket pesawat yang dipesan atau dibatalkan, dan
hal ini terjadi hampir lebih dari delapan jam sehingga sangat berisiko terhadap
gangguan kesehatannya.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap empat biro perjalanan yaitu Four
Seas Tour & Travel, Ever Prompt Travel, Jumbo Holidays dan Maju Ika Jaya Tour &
Travel di Kota Medan pada bulan Februari 2010 menemukan bahwa secara umum
komputer yang digunakan biro perjalanan masih ada yang menggunakan monitor
bentuk CRT atau bentuk tabung dengan pancaran radiasi medan magnetik non
peng-ion sangat besar dan sebagian lagi menggunakan monitor LCD, Kondisi ruang kerja
yang terbatas, jarak pandang dengan monitor yang dekat (50 cm), posisi duduk tidak
ergonomis dapat menyebabkan karyawan mengalami kelelahan mata. Hasil
wawancara dengan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) kepada 20
0,4 dan 15% tidak mengalami kelelahan mata serta mengalami gejala sakit kepala
setelah bekerja (10%).
Fenomena gangguan kesehatan khususnya pada gangguan mata pada
karyawan biro perjalanan merupakan topik masalah kesehatan dan keselamatan kerja
yang penting untuk mendapat perhatian mengingat frekuensi penggunaan komputer
masih tinggi dan secara terus menerus terpapar dengan radiasi non peng-ion yang
dihasilkan dari komputer yang digunakan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang pengaruh keadaan lingkungan dan radiasi non peng-ion terhadap
kelelahan mata pada karyawan biro perjalanan di Kota Medan.
1.2 Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh keadaan
lingkungan (intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion terhadap
kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keadaan lingkungan
(intensitas cahaya dan suhu ruangan) radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya, dan suhu ruangan)
terhadap kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota
Medan.
2. Ada pengaruh radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan
bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan bagi manajemen biro perjalanan di kota Medan untuk
melakukan upaya preventif gangguan kesehatan pada karyawannya dan
meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Memberi masukan Dinas Pariwisata Kota Medan sebagai institusi yang
bertanggung jawab terhadap operasional biro perjalanan dalam merumuskan
kebijakan standar operasional keselamatan dan kesehatan kerja pada usaha
biro perjalanan di kota Medan.
3. Menambah informasi dan data bagi khazanah ilmu pengetahuan serta
perbaikan dan pengembangan manajemen kesehatan lingkungan yang
berkaitan dengan keadaan lingkungan kerja karyawan biro perjalanan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mata
Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk untuk
menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, selanjutnya dengan
perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan (Evelyn, 1999).
2.1.1. Anatomi Mata
Mata diproteksi oleh tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata,
refleks mengedip, sel-sel pada permukaan kornea dan konjungtiva (selaput lendir
yang melapisi permukaan dalam kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi
memperbaiki tajam penglihatan, membersihkan kotoran yang masuk ke mata,
lubrikasi (pelumasan), media transpor bagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa,
elektrolit, enzim protein), serta mengandung antibakteri dan antibodi. Bola mata
mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 sentimeter, bagian depannya bening serta
terdiri dari tiga lapisan yaitu: (1) Lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan
penyangga, (2) Lapisan tengah (vaskuler), dan (3) Lapisan dalam yang merupakan
lapisan saraf.
Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata, otot-otot ini dikaitkan pada
pembungkus Sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini mengerakkan
mata ke atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar bergantian.
1) Sklera
Merupakan pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata.
Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu mempertahankan
bentuk biji mata.
2) Retina
Merupakan lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut,
yaitu sel-sel saraf
3) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih
dan tidak tembus cahaya
4) Iris
Merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yang
berfungsi untuk mengecilkan dan melebarkan ukuran pupil.
5) Lensa
Merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa
lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan
berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.
6) Pupil
Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai
yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.
Gambar 2.1. Anatomi Mata (Sumber : James, 2006)
2.1.2 Alat Visual Mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa
mata dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak
melalui saraf optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat
suatu benda (Suyatno, 1995). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar
dan pada suasana terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara
otomatis, jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya
masuk lebih jauh kedalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf
kesadaran.
Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting
dalam melihat disebut alat visual. Ia mengendalikan lebih dari 90% dari kegiatan
menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan
umum.
2.1.3 Fungsi Refraksi
Berkas-berkas cahaya yang jatuh di atas mata akan menimbulkan bayangan
yang telah difokuskan pada retina. Bayangan ini menembus dan diubah oleh kornea,
lensa, badan-badan aqueus dan viterus. Pada mata normal berkas-berkas ini bersatu
untuk menangkap sebuah titik pada retina dan pada titik ini bayangan difokuskan.
Cahaya sinar yang melewati kornea aqueus humor dan lensa akan membelok,
suatu proses yang dikenal sebagai proses refraksi. Hal ini memungkinkan cahaya dari
area yang luas difokuskan pada area yang lebih kecil di retina. Berkas cahaya paralel
dibelokkan oleh lensa cembung menuju titik utama di retina. Jika jarak obyek kurang
dari tujuh meter, lengkungan lensa harus ditingkatkan untuk memudahkan fokus pada
retina, hal ini disebut akomodasi (Chambers, 1999).
2.1.4 Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi adalah akibat kerusakan pada akomodasi visual, sebagai
akibat perubahan biji mata maupun kelainan pada lensa. Untuk melihat suatu benda
dengan baik, tergantung dari kemampuan mata untuk berakomodasi. Adapun
1) Hipermetropia
Pada kelainan mata ini, ukuran mata atau lebar mata dari belakang sampai kedepan
pendek atau kecil, sehingga lensa memfokuskan bayangan di belakang retina, seperti
pada gambar berikut.
Gambar 2.2. Kelainan Mata Hipermetropi (Sumber : Ilyas, 2003)
2) Miopia
Pada kelainan mata ini ukuran biji mata dari belakang sampai ke depan melebihi
ukuran yang normal, sehingga lensa memfokuskan bayangan di depan retina, seperti
pada gambar berikut.
3) Astigmatisma
Merupakan kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jatuh pada
garis-garis di atas retina, dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh
berubahnya bentuk lengkungan lensa, seperti pada gambar berikut.
Gambar 2.4. Kelainan Mata Astigmatisma (Sumber : Ilyas, 2003)
4) Presbiopi
Merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang
terjadi pada orang-orang tua, atau orang-orang yang sedang menginjak usia lanjut,
seperti pada gambar berikut.
2.2 Kelelahan Mata Pengguna Komputer
Kelelahan mata merupakan salah satu bagian dari jenis gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan
yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses kejadian penyakit.
Manajemen penyakit mestinya tidak hanya dilakukan pada manusia atau sejumlah penduduk yang mengalami sesuatu penyakit. Manajemen demikian tidak
akan menyelesaikan problem penyakit yang bersangkutan, karena hanya berupa pendekatan kuratif, yaitu penanganan pada tingkat hilir. Seharusnya dalam penanganan sesuatu penyakit, termasuk penyakit akibat radiasi elektromagnetik,
manajemen penyakit yang paling tepat diterapkan adalah manajemen berbasis lingkungan (Anies, 2007).
Mengingat faktor-faktor lingkungan sangat dominan dalam proses kejadian
suatu penyakit, maka manajemen berbasis lingkungan harus dilibatkan dalam upaya-upaya pencegahan maupun pengendaliannya. Manajemen berbasis lingkungan untuk penanggulangan penyakit, dimulai dari tingkat hulu menuju hilir. Perhatian utama pada faktor penyebab, media transmisi, dengan memperhatikan faktor penduduk
sebagai objek yang terjangkit atau terpajan, sebelum melakukan penanganan pada manusia yang menderita penyakit. Dalam proses kejadian penyakit, termasuk penyakit yang berpotensi ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik komputer, pada
Menurut Achmadi (2008) ada 4 simpul dalam mengidentifikasi kejadian penyakit pada manusia khususnya penyakit tidak menular. Dalam penelitian ini konsep teori simpul tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Simpul A, merupakan simpul paling hulu, yaitu sumber penyakit, dalam hal ini berupa radiasi elektromagnetik.
2) Simpul B, merupakan komponen lingkungan yang berupa media transmisi penyakit tersebut, dalam hal ini ruang di sekeliling komputer serta bahan yang dapat menghantarkan listrik.
3) Simpul C adalah pengguna komputer dalam bekerja dengan berbagai variabel karakteristik pekerja, misalnya umur, pengetahuan, lama kerja dan masa kerja. Simpul ini seringkali terlupakan, karena lama bekerja mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan kejadian penyakit pada pekerja.
4) Simpul D atau simpul yang paling hilir, adalah pekerja dalam keadaan sakit atau terganggu kesehatannya, setelah mendapat pajanan (exposure) oleh komponen lingkungan, dalam hal ini radiasi elektromagnetik, seperti terlihat pada gambar berikut.
Menurut (Anies, 2005), bahwa kekhawatiran masyarakat mengenai efek
kesehatan akibat pajanan radiasi elektromagnetik non peng-ion mulai timbul sejak
akhir tahun 1960-an. Hal ini terjadi sehubungan dengan makin berkembangnya
pemanfaatan sumber radiasi non peng-ion terutama buatan manusia seperti laser,
radar, oven microwave, jaringan listrik, termasuk yang sedang mewabah saat ini yaitu
komputer dan telepon genggam, meskipun kenyataannya, risiko terbesar terhadap
kesehatan berasal dari sumber radiasi non peng-ion alam yaitu sinar ultra violet
matahari.
Pada tahun 1950-an dan 1960-an telah dibuat rekomendasi pertama mengenai
pembatasan pajanan radiasi microwave dan radiofrekuensi VHF yang dihasilkan oleh
radar militer dan peralatan komunikasi. Dengan meningkatnya teknologi dan
penggunaan peralatan dengan sumber radiasi non peng-ion ini, maka pada tahun 1992
dibentuk komisi internasional untuk menangani masalah proteksi radiasi non
peng-ion yaitu International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP)
yang sebelumnya bergabung dengan International Radiological Protection
Association (IRPA). Sebagai organisasi ilmiah, komisi ini bekerja sama dengan
World Health Organization (WHO) untuk mengkaji efek kesehatan akibat pajanan
radiasi non peng-ion dan menggunakan hasilnya untuk menetapkan prinsip dasar dan
rekomendasi mengenai standar keselamatan dan proteksi radiasi non peng-ion
Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi:
berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi,
radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses
ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang
hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang
berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang
terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi
(getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi
yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan Gangguan
kesehatan yang dicurigai disebabkan oleh radiasi VDU, antara lain: katarak,
dermatitis, epilepsi dan cacat bawaan pada bayi (Anies, 2006).
Karakteristik gangguan kesehatan yang disebabkan oleh intensitas pemakaian
komputer cenderung pada gangguan atau cedera tingkat rendah yang muncul
lambat-laun setelah proses salah yang lama dan berulang (repetitif) ketika menggunakan
komputer. Walaupun muncul secara evolusif, hasil akhir tetap sama berupa gangguan
kesehatan yang serius seperti gangguan saraf, gangguan penglihatan, cedera otot dan
pergelangan, dan lain-lain. Gangguan tersebut rata-rata diakibatkan oleh kurangnya
aliran darah serta ketegangan di bagian tubuh tertentu secara terus-menerus dan
berulang. Hal ini bisa berlangsung bertahun-tahun sebelum gangguan tersebut muncul
2.2.1. Pengertian Kelelahan Mata
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat terdapat
sistem aktifasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah
kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda–beda dari setiap
individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan
kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka dkk, 2004).
Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum. Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot,
sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja
fisik, keadaan lingkungan, sebab–sebab mental, status kesehatan dan gizi (Grandjean,
1993 dalam Tarwaka dkk, 2004).
Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang
dikenal sebagai kelelahan otot. Kelelahan ini diakibatkan oleh ketidak
mampuan proses kontraksi dan metabolisme serabut-serabut otot untuk melanjutkan
suplai output kerja yang sama, karena kekurangan ATP (Graham, 1997).
Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam
kerja (Tarwaka dkk, 2004). Pada pekerjaan yang berulang, tanda pertama kelelahan
menyelesaikan suatu siklus aktivitas (Sudjoko, 1996).
Menurut Tarwaka dkk (2004), terdapat dua teori kelelahan otot yaitu teori
kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Teori kimia secara umum
menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi
dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.
Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya
penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya
rangsangan saraf melalui saraf sensorik yang disadari sebagai kelelahan otot.
Rangsangan aferen ini menghambat pusat otak dalam mengendalikan
gerakan pada sel saraf. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan
dan kecepatan kontraksi otot, sehingga gerakan atas perintah kemauan menjadi
lambat. Semakin lambat gerakan seseorang menunjukkan semakin lelah kondisi
ototnya.
Ada tiga jenis kelelahan mata (Astenophia ) yaitu Astenophia Acomodatif,
Astenophia Musculer, dan Astenophia Neurastenik. Kelelahan mata pada pengguna
komputer merupakan Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot
siliaris. Pada keadaan normal, cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga
akan terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini
diakibatkan oleh adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan, maka
bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan
bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan
lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliaris (Ilyas, 2003).
Ketika individu bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak
dekat secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus
berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata menyebabkan daya
akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu :
a. Gejala okular; merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas,
sakit, cepat lelah, merah, dan berair (Asyari, 2002).
b. Gejala visual; terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan
bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini
akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur
biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk
memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari, 2002).
Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada
saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelalahan
(Mangunkusumo, 2002).
c. Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah
rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang, dan vertigo.
Karyawan yang sering terpapar radiasi komputer dapat menyebabkan penyakit mata
seperti dry eye syndrome, yaitu kumpulan gejala yang disebabkan keringnya permukaan
kornea mata akibat lapisan tear film yang berfungsi untuk melembabkan dan pelumas pada
syndrome, kelainan refraksi miopia atau astigmatisme disebabkan faktor-faktor yang berada
pada lingkungan kerja tersebut,” Pada penyakit mata dry eye, dapat disebabkan lingkungan
kerja yang kelembaban udaranya kering akibat AC. Faktor risiko dry eye syndrome adalah
terpapar udara kering dari AC secara berlebihan (Ilyas, 2002).
2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Kelelahan Mata
Menurut Mangunkusumo (2002), kelelahan mata juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dikelompokkan atas faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor-faktor tersebut yaitu :
(1) Faktor Intrinsik; merupakan faktor yang berasal dari tubuh yang terdiri atas:
a. Faktor okular, yaitu kelainan mata berupa Ametropia dan Heteroforia.
b. Ametropia adalah kelainan refraksi pada mata kiri dan kanan tetapi
tidak dikoreksi. Heteroforia merupakan kelainan dimana sumbu
penglihatan dua mata tidak sejajar sehingga kontraksi otot mata untuk
mempertahankan koordinasi bayangan yang diterima dua mata
menjadi satu bayangan, lebih sulit. Apabila hal ini berlangsung lama,
akan terjadi kelelahan mata.
c. Faktor konstitusi, adalah faktor yang disebabkan oleh keadaan umum
seperti tidak sehat atau kurang tidur.
(2) Faktor Ekstrinsik;
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang bersumber dari lingkungan kerja
a. Intentitas cahaya
Intentitas cahaya adalah banyaknya sinar yang mengenai suatu permukaan
(Suma’mur, 1995). Intensitas cahaya merupakan faktor yang penting dari lingkungan
fisik untuk keselamatan kerja. Untuk dapat melihat dengan baik dan teliti diperlukan
intensitas cahaya yang cukup.
Mata dapat melihat benda karena ada cahaya, baik dari benda itu sendiri
maupun pantulan atau langsung datang dari sumber cahaya. Cahaya yang dapat
dilihat dengan mata adalah radiasi pada segmen dari spektrum elektromagnetik yang
terletak antara segmen-segmen infra merah dan ultraviolet yang mempunyai panjang
gelombang 10 6
sampai 10 7
cm (380-760 nm) dan frekuensi 3 x 10 14
sampai 3 x
10 15
Pada setiap sumber cahaya memiliki fluk cahaya yang dipancarkan ke segala
arah. Jika suatu permukaan mendapatkan cahaya, maka dapat dikatakan permukaan
itu mendapatkan cahaya (illuminasi).
cps (cycles per scond). Enargi foton (photon enegi) dari radiasi ini adalah kecil
yaitu 1.65-3.1 elektron volt, sehingga tidak menyebabkan ionisasi pada atom-atom
atau molekul-molekul.
b. Visibilitas
Mata dapat melihat sesuatu jika mendapatkan rangsangan dari gelombang
cahaya dan sebaliknya benda di sekitar kita dapat terlihat apabila memancarkan
cahaya, baik cahaya dari benda tersebut maupun dari cahaya pantulan yang datang
faktor yang menentukan adalah ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dan
sekelilingnya, luminensi (brightness) dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari
cahaya dan pemantulan pada arah pengamat serta lamanya melihat.
c. Dekorasi Tempat Kerja
Pengaruh dari dekorasi tempat kerja terhadap kegairahan kerja atau prestasi
kerja adalah cukup besar. Masalah pewarnaan sebenarnya bukan menyangkut warna
saja, tetapi komposisi warnapun harus juga diperhatikan. Komposisi warna yang
salah atau tidak serasi dapat mengganggu pemandangan sehingga akan menimbulkan
rasa tidak atau kurang menyenangkan bagi mereka yang mengamatinya. Disamping
itu, keadaan ini dapat pula menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap semangat
dan gairah kerja seseorang.
Pemilihan warna yang tepat untuk ruang kerja ditentukan oleh fungsi dari
ruang kerja tersebut. Secara umum, warna mempunyai tiga efek psikologis dan tiga
efek tersebut menurut jenis warna yang dipergunakan, seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Efek Psikologis dari Warna
Jenis Warna Efek
Jarak Suhu Psikis
Biru Jauh Sejuk Menenangkan/menyejukkan
Hijau Jauh Sangat Sejuk Menenangkan/menyejukkan
Merah Dekat Panas Merangsang
Oranye Sangat Dekat Sangat Panas Merangsang
Kuning Dekat Panas Merangsang
Coklat Sangat Dekat Netral Merangsang
Jingga Sangat Dekat Sejuk Agresif
2.3 Radiasi Non Peng-ion
Radiasi adalah emisi energi yang dilepas dari bahan atau alat radiasi. Medan listrik adalah radiasi non peng-ion yang berasal dari kabel benda yang bermuatan listrik. Radiasi non peng-ion dapat didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media tersebut. Istilah radiasi non peng-ion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV yang antara lain meliputi sinar ultra violet, cahaya tampak, infra merah, gelombang mikro (microwave) dan radiofrekuensi elektromagnetik. Selain itu ultrasound juga termasuk dalam radiasi non peng-ion (Maurits, 2003).
Menurut International Commision on Non-Ionizing Radiation Protection
(1997) bahwa radiasi non peng-ion didefinisikan sebagai penyebaran atau emisi energi yang bila melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan, berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses ionisasi dalam media yang bersangkutan.
Istilah radiasi non peng-ion secara fisika mengacu pada radiasi elektromagnetik dengan energi lebih kecil dari 10 eV, antara lain meliputi sinar ultra violet, infra merah, gelombang mikro, gelombang radio, juga berbagai peralatan elektronik seperti radiasi komputer.
Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan energi fotonnya, radiasi non peng-ion dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu radiasi optik dengan panjang gelombang antara 100 nm sampai 1 mm, dan radiasi
Alat dan proses yang menghasilkan radiasi non peng-ion banyak
dimanfaatkan dalam bidang industri, kedokteran termasuk gigi, telekomunikasi,
industri hiburan, laboratorium penelitian, bangunan dan konstruksi, aplikasi militer,
aplikasi pendidikan, geodesi, transportasi, periklanan, preparasi makanan komersil,
dan di rumah (Dennis, 1997).
Berdasarkan panjang gelombang yang berhubungan dengan frekuensi dan
energi fotonnya, radiasi non peng-ion dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu
radiasi optik dengan panjang gelombang (λ) antara 100 nm sampai 1 mm dan radiasi
radiofrekuensi elektromagnetik antara 1 mm sampai sekitar > 100 km.
Radiasi yang digunakan untuk tujuan apapun dan sekecil apapun pasti
mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita dapat memperhatikan
ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan radiasi untuk tujuan
apapun dengan aman. Baku mutu pajanan medan listrik dan medan magnet yang
direkomendasikan oleh WHO (1987) dan Depkes RI (2002) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2. Batasan Pajanan Radiasi Non Peng-ion
No Keterangan Baku Mutu Medan Magnetik
(milli Tesla)
1 Lingkungan Kerja
(1) Sepanjang hari kerja (2) Waktu singkat
<0,5 mT
5,0 mT (sampai 2 jam/hari)
2 Lingkungan Umum
(1) Sampai 24 jam/hari (2) Beberapa jam/hari
0,1 mT (ruang terbuka) 1 mT (sampai 5 jam/hari)
Perkembangan ilmu komputer yang sangat pesat diiringi dengan
meningkatnya pemakaian komputer di tengah masyarakat. Kemampuan komputer
sebagai pengolah kata dan pengolah data merupakan sarana yang sangat membantu.
Secara umum waktu yang dibutuhkan untuk pemakaian komputer bergantung pada
jenis pekerjaan dan sipemakai itu sendiri. Lamanya pengoperasian komputer berbeda
antara seorang praktikan dengan seorang yang bekerja di kantor ataupun dengan
seorang operator komputer.
Komputer sebagai produk teknologi mutakhir tetapi dapat juga membawa
dampak bagi kehidupan kita. Monitor sebagai salah satu perangkat komputer dapat
menimbulkan radiasi. Walaupun secara umum dampak positif lebih besar dari
dampak negatifnya, tetapi perlu juga diperhatikan.
Gelombang-gelombang dan radiasi lainnya yang mungkin dihasilkan oleh
monitor yakni: sinar x, sinar ultraviolet, gelombang mikro (microwave), radiasi
elektromagnetik frekuensi sangat rendah (Very Low Frequency/VLF), radiasi
elektromagnetik frekuensi amat sangat rendah (Extremely Low Frequency/Elf).
Penyebab timbulnya radiasi adalah hasil dari proses terbenturnya aliran
elektron dengan fosfor yang ada pada layar VDU bagian dalam. Radiasi sinar x yang
dihasilkan akan diserap oleh kaca dari CRT, sehingga tidak sempat menyebar sampai
ke operator. Radiasi elektromagnetik VLF dan ELF dihasilkan oleh defleksi
horizontal dan sirkuit tegangan tinggi yang terdapat pada VDU. Radiasi dari
perangkat komputer lebih pada komponen VDT atau Visual Display Terminal dalam
dihasilkan dari monitor, dari bagian CRT (Cathode Ray Tubes) dan komponen
elektronis lainnya. Tetapi berdasarkan riset, kontribusi radiasi baik jenis ionizing
maupun non-ionizing dari pemakaian perangkat VDT (monitor) selama rata-rata 8
jam/hari sangatlah kecil dibandingkan dengan kontribusi radiasi dari consumer
product lainnya (Anies, 2004).
2.4 Pengukuran Tingkat Kelelahan Mata
Pengukuran kelelahan mata dilakukan dengan menggunakan Photostress
Recovery Test. Photostress Test adalah suatu test yang mengevaluasi fungsi adaptasi
retina sesudah suatu perubahan mendadak. Dasar pemeriksaan ini adalah bahwa
reaksi fotokimia pada retina terhadap rangsangan cahaya tergantung pada
metabolisme aktif sel retina dan hubungan sel photoreceptor dan retinal pigmen
epithelium. Faktor utama yang menentukan keadaan adaptasi terang dan gelap di
retina adalah peristiwa pemucatan dan resintesa pigmen penglihatan. Efek cahaya
pada retina adalah memucatkan pigmen penglihatan. Pemeriksaan dilakukan dengan
penyinaran menggunakan senter atau penlight berkekuatan 3 volt dengan jarak 2 cm
dari mata. Stimulasi ini akan memucatkan 24% - 86% pigmen penglihatan (Fauziah,
2.5 Landasan Teori
Kelelahan mata pada pengguna komputer merupakan salah satu gangguan
kesehatan khususnya kesehatan mata. Konsep kejadian penyakit tersebut relevan
dengan konsep manajemen penyakit berbasis lingkungan dalam teori simpul.
Menurut Achmadi (2008), bahwa teori simpul dalam mengidentifikasi
kejadian penyakit khususnya penyakit tidak menular seperti keluhan penyakit akibat
radiasi non peng-ion mencakup 4 simpul, yaitu:
1) Simpul A, merupakan simpul paling hulu, yaitu sumber penyakit, dalam hal
ini berupa radiasi elektromagnetik.
2) Simpul B, merupakan komponen lingkungan yang berupa media transmisi
penyakit tersebut, dalam hal ini ruang di sekeliling komputer serta bahan
yang dapat menghantarkan listrik.
3) Simpul C adalah pengguna komputer dalam bekerja dengan berbagai variabel
karakteristik pekerja, misalnya umur, pengetahuan, lama kerja dan masa
kerja. Simpul ini seringkali terlupakan, karena lama bekerja mempunyai
potensi tinggi untuk menimbulkan kejadian penyakit pada pekerja.
4) Simpul D atau simpul yang paling hilir, adalah pekerja dalam keadaan sakit
atau terganggu kesehatannya, setelah mendapat pajanan (exposure) oleh
komponen lingkungan, dalam hal ini radiasi elektromagnetik.
Menurut Mangunkusumo (2002), determinan kelelahan mata disebabkan oleh
faktor ekstrinsik mencakup keadaan lingkungan pekerjaan atau dekorasi tempat kerja
dan faktor intensitas pencahayaan.
2.6 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan Gambar 2.7 di atas diketahui variabel independen dalam
penelitian ini adalah (1) variabel karakteristik (umur, masa kerja, pengetahuan, sikap,
lama terpapar dengan komputer dan jarak monitor dengan mata), (2) variabel faktor
lingkungan (intensitas cahaya dan suhu udara) dan (3) variabel radiasi non peng-ion.
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata karyawan
biro perjalanan.
BAB 3
METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional study
yang bertujuan menganalisis pengaruh keadaan lingkungan (intensitas cahaya dan
suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion terhadap kelelahan mata pada karyawan
bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, dengan pertimbangan: (1) hasil survei
awal secara umum karyawan biro perjalanan secara terus menerus menggunakan
komputer dan berisiko terhadap terjadinya gangguan kesehatan, (2) belum pernah
dilakukan penelitian tentang besarnya radiasi non peng-ion yang ditimbulkan dari
radiasi komputer serta kelelahan mata pada karyawan bagian tiket biro perjalanan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dengan penelusuran pustaka, konsultasi, persetujuan
pembimbing, kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil dan komprehensif
4.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh biro perjalanan yang ada di kota
Medan yang terdaftar pada Association Of The Indonesian Tours & Travel Agencies
(ASITA) Sumatera Utara yaitu sebanyak 93 Biro perjalanan dan seluruh karyawan
yang bekerja pada bagian tiket yang bekerja di travel atau biro perjalanan di kota
Medan yaitu sebanyak 651 karyawan.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan biro perjalanan di Kota
Medan yang bekerja pada bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan. Besar sampel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Sampel Biro Perjalanan
Sampel biro perjalanan ditentukan secara proporsional sampling sebanyak 20
biro perjalanan dengan kriteria:
a. Merupakan biro perjalanan yang beroperasi ±5 tahun
b. Biro perjalanan yang melayani tiket maskapai penerbangan
c. Merupakan biro perjalanan yang tergabung dalam perusahaan persero
(PT)
(2) Sampel Karyawan Bagian Tiket Biro Perjalanan
Sampel karyawan bagian tiket biro perjalanan ditentukan dengan
)
Zc = Nilai derajat kepercayaan 95 % = 1,96 P = proporsi dari populasi ditetapkan p = 0,5 G = Galat pendugaan = 0,1
N = besar populasi n = besar sampel
Maka perhitungan jumlah sampel terpilih adalah:
n=
Jumlah karyawan biro perjalanan terpilih sesuai rumus Vincent adalah 84 dan
sampel yang diambil untuk penelitian adalah 100 karyawan biro perjalanan yang
tersebar di 20 biro perjalanan di Kota Medan. penentuan sampel setiap biro
perjalanan dilakukan secara proporsional sampling yaitu masing-masing biro
4.4.Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung di ruang kerja karyawan biro
perjalanan tentang keadaan lingkungan kerja seperti intensitas cahaya dan suhu
ruangan, besaran radiasi non peng-ion dalam mili Tesla (mT), karakteristik pekerja
meliputi umur, masa kerja, pengetahuan, dan sikap serta kelelahan mata yang dialami
oleh karyawan biro perjalanan tersebut.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari profil Dinas Pariwisata Kota
Medan dan ASITA Propinsi Sumatera Utara tentang jumlah biro perjalanan dan
pegawai bagian tiket penerbangan.
3.4.3. Uji validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 10 karyawan biro perjalanan di
lokasi penelitian dengan karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik
responden di tempat penelitian, dan responden yang telah ikut dalam uji validitas dan
reliabilitas, tidak termasuk lagi menjadi sampel. Uji validitas dan reliabilitas
dilakukan untuk pertanyaan pengetahuan, sikap dan tindakan.
A. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai
r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
B. Uji Reliabilitas
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap
pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas
menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik
dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Sugiyono,
2005).
Nilai r-tabel dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95%, maka
untuk sampel 30 orang yang diuji nilai rtabel
Nilai corrected item-total correlation (r
adalah sebesar 0,361. Uji validitas dan
reliabilitas dilakukan pada karyawan bagian tiket biro perjalanan di Kota Medan.
Pegawai biro perjalanan yang akan diuji sebanyak 30 orang.
hitung) dari variabel pengetahuan butir 1 sampai 10 dan sikap butir 1 sampai 12 serta kelelaham mata butir 1 sampai 24
mempunyai rhitung > dari nilai r tabel=0,361, dengan demikian dinyatakan valid.
Sedangkan nilai cronbach alpha dari masing-masing instrumen lebih besar dari rtabel
bagian tiket biro perjalanan yang berpartisipasi dalam try out tidak diikutkan dalam
pengumpulan data. (Lampiran 3).
4.5.Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian
a. Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah keadaan lingkungan
(intensitas cahaya dan suhu ruangan) dan radiasi non peng-ion.
b. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kelelahan mata karyawan biro
perjalanan.
3.5.2. Definisi Operasional
1) Karakteristik karyawan adalah ciri-ciri biologis dan perilaku karyawan biro
perjalanan mencakup:
a. Umur adalah jumlah tahun hidup pekerja yang dihitung sejak lahir
sampai ulang tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan berdasarkan tahun
b. Masa kerja adalah jumlah tahun kerja pekerja yang dihitung sejak tahun pertama masuk sebagai pekerja di biro perjalanan sampai penelitian yang
dinyatakan dalam tahun.
c. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh pekerja biro perjalanan tentang radiasi, dampak terhadap kesehatan dan upaya
d. Sikap adalah tanggapan pekerja tentang dampak dan pencegahan radiasi
komputer.
e. Lama bekerja dengan komputer adalah jumlah jam yang digunakan oleh karyawan biro perjalanan dalam bekerja dengan menggunakan komputer
yang dinyatakan dalam jam.
f. Jarak monitor dengan mata adalah jarak pandang mata karyawan biro perjalanan dengan layar monitor yang dinyatakan dalam centimeter (cm). 2) Keadaan lingkungan kerja adalah situasi di lingkungan kerja biro perjalanan
yang berkaitan dengan lingkungan mencakup:
a. Intensitas cahaya adalah keadaan pencahayaan ruangan kerja pada
ruangan kerja biro perjalanan yang dinyatakan dalam Lux.
b. Suhu ruangan adalah keadaan temperatur udara dalam ruangan kerja
karyawan biro perjalanan yang dinyatakan dalam derajat celcius.
3) Radiasi medan magnet non peng-ion adalah besarnya radiasi medan magnet
non ion yang ditimbulkan dari komputer yang digunakan karyawan biro
perjalanan dan dinyatakan dalam mili Tesla (mT).
4) Kelelahan mata adalah tingkat kelelahan mata yang dirasakan oleh karyawan biro perjalanan setelah bekerja berdasarkan kuesioner Visual Fatigue Index
(VFI).
3.6. Metode Pengukuran
3.6.1. Pengukuran Variabel Independen
Pengukuran intensitas cahaya dalam ruangan kerja biro perjalanan
menggunakan Lux Meter dan dinyatakan dalam Lux, dengan prosedur pengukuran sebagai berikut:
a. Persiapkan lembar data.
b. Memastikan baterai sebagai sumber energi pada lux meter masih berfungsi dengan baik.
c. Menekan tombol on pada lux meter. d. Memilih skala yang diperlukan, yaitu Lux.
e. Mengukur intensitas ruangan dengan membuka sensor Lux meter, pengukuran dilakukan pada setiap sudut ruangan dan titik duduk pengguna komputer.
f. Kemudian dilakukan perhitungan rerata lux.
Variabel intensitas cahaya kemudian dibandingkan dengan baku mutu intensitas cahaya yang direkomendasikan dalam persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran sesuai keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1405/Menkes/SK/IX/2002 tentang baku mutu intensitas cahaya dalam ruangan, yaitu:
a. Memenuhi syarat kesehatan, jika intensitas cahaya 100 lux.
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan, jika intensitas cahaya <100 lux dan atau > 100 lux.
2. Pengukuran variabel suhu dalam ruangan kerja biro perjalanan
Pengukuran variabel suhu dalam ruangan kerja biro perjalanan dilakukan