• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Risiko Gangguan Makan pada Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prevalensi Risiko Gangguan Makan pada Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan Tahun 2010."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI RISIKO GANGGUAN MAKAN PADA

SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 6 MEDAN TAHUN 2010

Oleh :

ATTIYAH BT. SAMSUDIN 070100401

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PREVALENSI RISIKO GANGGUAN MAKAN PADA

SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 6 MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ATTIYAH BT. SAMSUDIN 070100401

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prevalensi Risiko Gangguan Makan pada Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan Tahun 2010

Nama : ATTIYAH BT. SAMSUDIN NIM : 070100401

Pembimbing, Penguji I,

_____________________ __________________________________ (Dr. Sri Sofyani, Sp. A (K)) (Prof. Dr. dr. Harun Al Rashid, SpPD SpGK) NIP : 140328817 NIP :195011051979031004

Penguji II,

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang Gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa

merupakan penyakit kronis yang digambarkan dengan gangguan pemakanan atau perilaku mengontrol berat badan. Kondisi ini, jika serius, boleh menyebabkan komplikasi medis yang mengancam jiwa. Sejak 1980-an, prevalensi gangguan makan dilihat semakin meningkat di kalangan populasi Asia.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi siswi SMA Negeri

6, Medan, Indeks Massa Tubuh mereka, persepsi mereka terhadap berat badan, dan persepsi mereka terhadap bentuk tubuhnya.

Metode Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan di SMA Negeri 6

pada bulan Juni 2010. Sampel ialah siswi yang berada di sekolah pada saat penelitian dilakukan yang berusia antara 16 dan 18 tahun. Sebanyak 70 siswi terlibat dalam penelitian ini di mana mereka menjawab kuesioner EAT-26 dan soalan berkaitan persepsi terhdap berat badan dan bentuk tubuh.

Hasil Daripada 70 sampel, sebanyak 2 orang (2.9%) mempunyai risiko gangguan

makan. Sebanyak 77.1% IMTnya normal, 15.7% underweight ringan, 7.1% overweight, dan tidak ada seorang pun siswi yang dikategorikan sedagai

underweight berat, underweight sedang, mahupun obesitas. Rata-rata 48.9%

responden berpuas hati dengan bagian-bagian tubuhnya, dan 51.1% menyatakan tidak berpuas hati terhadap bentuk tubuhnya.

Kesimpulan Prevalensi risiko gangguan makan di kalangan siswi SMA Negeri 6

masih rendah tetapi perlu diberi perhatian supaya tidak berlanjutan. Walaupun tidak banyak, tetap ada penyimpangan persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh di kalangan mereka.

Kata kunci : gangguan makan, Eating Attitude Test, Indeks Massa Tubuh,

(5)

ABSTRACT

Background Eating disorders, like anorexia nervosa (AN) and bulimia nervosa,

are chronic illnesses defined by disturbances in eating habits or weight-control behaviours. These conditions, when serious, may lead to life-threatening medical complications. Since 1980’s, an increasing prevalence of eating disorders has been observed in Asian populations.

Objective The purposes of this study were to assess the prevalence of eating

disorders, the profile status of body mass index, and the perception towards body weight and body shape of students in SMA Negeri 6, Medan.

Method This type of study was descriptive and was conducter at SMA Negeri 6,

Medan in June 2010. The sample is all the students who were happened to be at the school when the study is conducted. The total of 70 students were involved in this study where they were given a set of questionnare of EAT-26 and questions about perception of body weight and body shape.

Result Of 70 subjects, 2 subjects (2.9%) were at risk of developing eating

disorder. As many as 77.1% subjects their BMI was normal, 15.7% underweight, 7.1% overweight and none was categorized as severe underweight, moderate underweight or obese. Average of 48.9% subjects were not satisfied of parts of their body, and 51.1% were not satisfied towards their body shape.

Conclusion The prevalence of eating disorder among the students in SMA Negeri

6, Medan is low but attention must be paid so that this problem is not carried away. Although not many, there is still misperceptions towards body weight and body shape among these students.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga saya laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pemdidikan di Fakultas Kedokteran.

Dalam penulisan laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini, saya telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh itu dengan kesempatan in, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada:

1. Dr. Sri Sofyani, Sp. A (K) selaku dosen pembimbing atas bimbingan, tenaga, pikiran, serta waktu yang disediakan di sela-sela kesibukan selama ini dalam proses menyediakan proposal penelitian dan dalam menyelesaikan hasil laporan penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Orang tua saya atas doa, dorongan, semangat dan sokongan moral yang tidak putus-putus kepada saya.

3. Teman-teman yang telah banyak membantu dan memberi pendapat, serta kepada semua pihak yang telah turut terlibat dalam menyelesaikan penelitian ini baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam bidang ilmu kedokteran.

Kepala Batas, 16 November 2010.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... . 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Anorexia Nervosa ... 5

2.1.1. Etiologi dan Faktor Resiko ... 5

2.1.2. Gambaran klinis ... 6

2.1.3. Diagnosis ... 7

2.1.4. Terapi ... 7

2.1.5. Prognosis ... 8

2.2. Bulimia Nervosa ... 8

2.2.1. Etiologi dan Faktor Resiko ... 9

2.2.2. Gambaran klinis ... 9

2.2.3. Diagnosis ... 10

(8)

2.2.5. Prognosis... 11

2.3. Binge-eating Disorder ... 11

2.3.1. Etiologi dan Faktor Resiko ... 11

2.3.2. Gambaran klinis ... 11

2.3.3. Diagnosis ... 11

2.3.4. Terapi ... 12

2.3.5. Prognosis ... 12

2.4. Eating Attitudes Test (EAT-26) ... . 12

2.4.1. Sistem Skoring EAT-26 ... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 15 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15

3.2. Definisi Operasional ... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian ... 21

5.1.2 Deskripsi karakteristik responden ... 21

5.1.3 Skor EAT-26 ... 24

5.2. Pembahasan ... 25

5.2.1. Indeks Massa Tubuh ... 25

5.2.2. Persepsi terhadap berat badan ... 26

5.2.3. Persepsi terhadap bentuk badan ... 26

(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(10)

DAFTAR SINGKATAN

AN Anorexia Nervosa

APA American Psychiatric Association BED Binge-eating Disorder

BN Bulimia Nervosa

CBT Cognitive Behavioral Therapy

DSM-IV Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition

EAT-26 Eating Attitudes Test-26

NCCMH National Collaborating Centre for Mental Health SMA Sekolah Menengah Atas

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Jumlah pelajar di SMA Negeri 6, Medan Tahun 2010

21

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur 22 Tabel 5.3 Distribusi persepsi responden terhadap berat

badan

22

Tabel 5.4 Distribusi persepsi responden terhadap bentuk tubuh

23

Tabel 5.5 Indeks Massa Tubuh 23

Tabel 5.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh mengikut persepsi terhadap berat badan

24

Tabel 5.7 Skor EAT-26 24

Tabel 5.8 Distribusi Indeks Massa Tubuh mengikut skor EAT

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Persetujuan (Informed Consent) Lampiran 3 Lembar Kuesioner

(14)

ABSTRAK

Latar Belakang Gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa

merupakan penyakit kronis yang digambarkan dengan gangguan pemakanan atau perilaku mengontrol berat badan. Kondisi ini, jika serius, boleh menyebabkan komplikasi medis yang mengancam jiwa. Sejak 1980-an, prevalensi gangguan makan dilihat semakin meningkat di kalangan populasi Asia.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi siswi SMA Negeri

6, Medan, Indeks Massa Tubuh mereka, persepsi mereka terhadap berat badan, dan persepsi mereka terhadap bentuk tubuhnya.

Metode Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan di SMA Negeri 6

pada bulan Juni 2010. Sampel ialah siswi yang berada di sekolah pada saat penelitian dilakukan yang berusia antara 16 dan 18 tahun. Sebanyak 70 siswi terlibat dalam penelitian ini di mana mereka menjawab kuesioner EAT-26 dan soalan berkaitan persepsi terhdap berat badan dan bentuk tubuh.

Hasil Daripada 70 sampel, sebanyak 2 orang (2.9%) mempunyai risiko gangguan

makan. Sebanyak 77.1% IMTnya normal, 15.7% underweight ringan, 7.1% overweight, dan tidak ada seorang pun siswi yang dikategorikan sedagai

underweight berat, underweight sedang, mahupun obesitas. Rata-rata 48.9%

responden berpuas hati dengan bagian-bagian tubuhnya, dan 51.1% menyatakan tidak berpuas hati terhadap bentuk tubuhnya.

Kesimpulan Prevalensi risiko gangguan makan di kalangan siswi SMA Negeri 6

masih rendah tetapi perlu diberi perhatian supaya tidak berlanjutan. Walaupun tidak banyak, tetap ada penyimpangan persepsi terhadap berat badan dan bentuk tubuh di kalangan mereka.

Kata kunci : gangguan makan, Eating Attitude Test, Indeks Massa Tubuh,

(15)

ABSTRACT

Background Eating disorders, like anorexia nervosa (AN) and bulimia nervosa,

are chronic illnesses defined by disturbances in eating habits or weight-control behaviours. These conditions, when serious, may lead to life-threatening medical complications. Since 1980’s, an increasing prevalence of eating disorders has been observed in Asian populations.

Objective The purposes of this study were to assess the prevalence of eating

disorders, the profile status of body mass index, and the perception towards body weight and body shape of students in SMA Negeri 6, Medan.

Method This type of study was descriptive and was conducter at SMA Negeri 6,

Medan in June 2010. The sample is all the students who were happened to be at the school when the study is conducted. The total of 70 students were involved in this study where they were given a set of questionnare of EAT-26 and questions about perception of body weight and body shape.

Result Of 70 subjects, 2 subjects (2.9%) were at risk of developing eating

disorder. As many as 77.1% subjects their BMI was normal, 15.7% underweight, 7.1% overweight and none was categorized as severe underweight, moderate underweight or obese. Average of 48.9% subjects were not satisfied of parts of their body, and 51.1% were not satisfied towards their body shape.

Conclusion The prevalence of eating disorder among the students in SMA Negeri

6, Medan is low but attention must be paid so that this problem is not carried away. Although not many, there is still misperceptions towards body weight and body shape among these students.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Gangguan makan merupakan kondisi psikiatrik dengan akibat psikologis dan medis yang serius. Gangguan makan, seperti anorexia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN), merupakan penyakit kronis yang didefinisikan sebagai

gangguan perilaku makan atau perilaku dalam mengkontrol berat badan. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition (DSM-IV)

mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan makan yaitu anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED). AN ditandai dengan

keengganan untuk menetapkan berat badan normal, penyimpangan pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim menjadi gemuk, dan perilaku makan yang sangat terganggu. BN ditandai dengan perilaku makan dalam jumlah yang besar yang sering dan berulang-ulang, kemudian cuba memuntahkan kembali, penggunaan obat pencahar, berpuasa atau berolahraga secara berlebihan (National Institute of Mental Health (NIMH), 2007).

Diketahui jumlah pasien dengan gangguan makan telah meningkat secara global sejak 50 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, dilaporkan satu hingga dua juta wanita memenuhi kriteria diagnostik untuk BN, dan 500,000 wanita memenuhi kriteria diagnostik untuk AN (Academy for Eating Disorder, 2006). Peningkatan ini berkaitan dengan kesadaran ekstrim tentang berat badan dan tampilan fisik, kebanyakan dikalangan generasi muda.

Penelitian internasional tentang gangguan makan menunjukkan 1% dari remaja wanita di Amerika Serikat menderita AN, sedangkan 4% menderita BN. Sebanyak 1.2% anak sekolah di Cairo dan 3.2% anak sekolah di Iran menderita BN (Edquist, 2009). Di Norway, sebanyak 2.6% mahasiswa perempuan dan 1.3 % mahasiswa Itali menderita AN (Makino et al., 2004)

(17)

Barat untuk AN ialah 0.1-5.7% pada subjek wanita, manakala untuk BN ialah 0-2-1% pada laki-laki, dan 0.3-7.3% pada wanita. Prevalensi di negara non-Barat untuk BN ialah 0.46-3.2% pada wanita (Makino et al., 2004).

Menurut Fairburn (1999) dalam Ho (2006), sejak 1980-an, terjadi peningkatan prevalensi gangguan makan dalam populasi Asia. Sejak kebelakangan ini, terdapat peningkatan fenomena ini di kalangan wanita muda di Singapura. Di Singapura, prevalensi wanita muda yang beresiko untuk menghidapi gangguan makan ialah sebanyak 7.4% (Ho, 2006). Satu media di Singapura, pada tahun 2007, melaporkan jumlah remaja dengan gangguan makan semakin meningkat sebanyak enam kali lipat sejak tahun 2002. Singapore General Hospital menyatakan sebanyak 140 kasus gangguan makan dilaporkan

setiap tahun, tetapi hanya 10 hingga 20% yang datang berobat (Channel NewsAsia, 2007). Buhrich (1981) melaporkan bahwa 0.05% sampel pasien

psikitrik di Malaysia telah terdiagnosis mengalami AN dan angka ini tidak meningkat selama 15 tahun.

Di Indonesia, 12-22% wanita berusia 15-29 tahun menderita defisiensi energi kronis (IMT <18,5) di beberapa kawasan (Atmarita, 2005). Apakah defisiensi ini disebabkan oleh gangguan makan atau hal lain tidaklah dijelaskan secara rinci. Bagaimanapun, masih kurang penelitian dilakukan tentang gangguan makan di Indonesia sehingga prevalensinya tidak diketahui secara pasti.

Akibat dari gangguan makan yang berkepanjangan, bisa terjadi hipotensi kronis, bradikardia, hipotermia, pembengkakan kelenjar liur, anemia, dehidrasi, alkalosis dan hipokloremia dapat dilihat. Ruptur lambung juga dapat terjadi. Lebih dari 90% penderita AN mengalami amenorrea sekunder disebabkan oleh malnutrisi kronis. Pengurangan densitas tulang merupakan masalah yang serius karena sukar diobati, dan keadaan ini meningkatkan resiko fraktur tulang. Gangguan makan juga dapat menyebabkan gangguan pada jantung. Resiko tertinggi pada panderita dengan gangguan makan adalah gagal jantung (Tsuboi, 2005).

(18)

menyatakan semakin meningkatnya kejadian gangguan makan, maka penelitian perlu dilakukan untuk melihat berapakah prevalensi risiko gangguan makan pada siswi-siswi.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian untuk melihat berapakah prevalensi risiko gangguan makan pada siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui prevalensi risiko gangguan makan pada siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui persepsi mereka terhadap berat badan yang dimiliki sekarang.

2. Untuk mengetahui persepsi mereka terhadap bentuk tubuh yang dimiliki sekarang.

3. Untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh mereka.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk : 1.4.1 Siswi SMA yang diteliti :

1. Supaya mereka dapat mengetahui akibat dari gangguan makan.

2. Supaya mereka dapat mencegah terjadinya gangguan makan dan mencegah keparahan pada siswa yang mungkin sudah mengalami gangguan makan.

(19)

1.4.2 Sekolah :

1. Supaya pihak sekolah mengetahui berapa banyak siswanya yang berisiko mengalami gangguan makan.

2. Memotivasi sekolah untuk memberikan edukasi dan informasi tentang bahaya gangguan makan dan bagaimana mencegahnya.

1.4.3 Peneliti

1. Mengimplementasikan cara-cara melakukan penelitian, teori berkomunikasi yang didapat di bangku kuliah.

2. Supaya belajar bersosialisasi dengan masyarakat.

3. Latihan menulis karya tulis ilmiah.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Onsetnya biasanya pada usia remaja. Menurut DSM-IV, terdapat tiga jenis gangguan makan : anorexia nervosa (AN), bulimia nervosa (BN), dan binge-eating disorder (BED)

2.1 Anoreksia Nervosa

Menurut DSM-IV, anorexia nervosa (AN) dimaksudkan dengan “keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut.” (American Psychiatric Association (APA), 1994).

AN terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka terlalu mengurangi konsumsi karbohidrat dan makanan mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja (Duvvuri dan Kaye, 2009).

Menurut Turnbull et al. (1996) dalam Lewinsohn et al. (2000) kejadian tertinggi AN terjadi pada wanita berusia 10 sampai dengan 19 tahun karena pada usia ini, mereka rentan terhadap perubahan dan lebih terpapar dengan dunia luar.

2.1.1 Etiologi dan Faktor Resiko

(21)

bagi sesetengah orang muda, perilaku makan seperti berdiet yang dilakukan semasa usia remaja dapat menyebabkan masalah makan yang lebih serius.

2.1.2 Gambaran klinis

Apabila memeriksa pasien dengan AN, adalah sangat penting untuk memperoleh informasi tentang tanda vital seperti denyut jantung dalam posisi tidur dan berdiri, tekanan darah dan suhu tubuh, memeriksa kekeringan kulit dan ekstremitas, informasi sirkulasi termasuklah adanya bradikardia dan aritmia, informasi mengenai kesehatan pencernaan, dan informasi tentang sistem saraf pusat yang boleh menyebabkan penurunan berat badan dan muntah (Tsuboi, 2005). Komplikasi fisik termasuklah gangguan pada setiap sistem organ, yang kebanyakannya dikenal sebagai akibat malnutrisi berat atau fluktuasi cepat dalam elektrolit semasa kelaparan, dan muntah. Individu tersebut juga mungkin mengalami palpitasi, pusing, sesak nafas dan nyeri dada (Abraham dan Stafford, 2004). Mengenai efek AN pada sistem kardiovaskular, menurut Crooke dan Chambers (1995) dalam Tsuboi (2005), AN menyebabkan prolaps katup mitral, interval QT yang memanjang, dan gagal jantung. Rambut yang halus kadang-kadang dapat terjadi, dan alopesia juga kelihatan. Motilitas gastrointestinal menurun, menyebabkan perlambatan pengosongan lambung dan konstipasi (Walsh, 2008). Menurut Mehler (2001) dalam Tsuboi (2005), lebih dari 90% pasien dengan AN mengalami amenorrea sekunder akibat malnutrisi kronis.

Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan aksis hipotalamus-pituitari-gonad timbul, bermanifestasi pada wanita yaitu amenorrea dan pada laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual dan kurangnya kesuburan. Pada anak-anak yang prapubertas, terjadi pubertasnya yang terlambat dan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya terganggu (National Collaborating Centre for Mental Health (NCCMH), 2004). Gejala metabolik lainnya, seperti

(22)

Kadar serum leptin dalam AN yang tidak ditangani adalah rendah (Eckert et. al 1998). Pada AN juga dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan

deksametason untuk mensupresinya. Kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan triiodotironin adalah rendah (Abraham dan Stafford, 2004). Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth factor 1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun.

Pada pasien dengan tipe tertentu AN, sering dilihat terjadi peningkatan kadar serotonin otaknya. Hal ini menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat menyebabkan perbuatan kompulsif, atau mungkin menginhibisi pusat selera (Tsuboi, 2005).

2.1.3 Diagnosis

Diagnosa AN adalah berdasarkan karakteristik perilaku, psikologis dan fisiknya. Kriteria diagnostik yang digunakan secara meluas ialah dari American Psychiatry Association (APA, 2004), melalui DSM-IV. Kriteria ini termasuklah :

1. Ketakutan berlebihan untuk meningkatkan berat badan atau menjadi gemuk

2. Keengganan untuk menetapkan berat badan pada atau di atas berat normal yang minimal sesuai umur dan ketinggian tubuhnya

3. Distorsi pandangan tubuh (merasakan dirinya “terlalu gemuk” walaupu n dirinya telah underweight)

4. Tidak mengalami menstruasi (amenorrea) selama sekurang-kurangnya 3 siklus berturut-turut.

2.1.4 Terapi

(23)

suplemen cairan untuk meningkatkan berat badan dan menstabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit (Walsh, 2008).

Konseling gizi juga membantu untuk menetapkan berat badan sehat dan memperlengkapkan pasien dan keluarga tentang diet sehat dan risiko jangka pendek dan jangka panjang akibat gangguan makan (Abraham dan Stafford, 2004).

Keterlibatan keluarga dalam penatalaksanaan AN pada remaja telah menjadi komponen standar, walaupun pengobatan utamanya lebih kepada mengembalikan nutrisi di rumah sakit dan psikoterapi individu atau konseling. Walaupun sebagian besar pasien dengan AN perlu dirawat inap, peran keluarga juga memainkan peranan penting dalam pengobatan yang efektif (Eisler, et al., 2005).

Pengobatan dengan olanzapin ternyata meningkatkan berat badan dan selera makan pada pasien AN, dan mengubah persepsi diri tentang gambaran tubuhnya. Mereka akan memikirkan bahwa mereka lebih normal dan matang (Jensen dan Mejlhede, 2000).

2.1.5 Prognosis

Mortalitas merupakan risiko pada pasien dengan AN, disebabkan oleh percobaan bunuh diri atau komplikasi dari gangguan makan yang kronis. Risiko mortalitas telah menurun sepanjang 25 tahun ini dengan pengobatan dan identifikasi dini AN. Kira-kira 25% tetap simptomatik. Proses penyembuhan berlangsung lama, bisa 2 tahun dari onset AN (Abraham dan Stafford, 2004).

Terdapat juga pasien dengan AN beralih kepada jenis gangguan makan lain, seperti bulimia nervosa dan binge-eating disorder, menunjukkan terdapat hubungan antara gangguan makan tersebut (NCCMH, 2004).

(24)

2.2 Bulimia Nervosa

Bulimia nervosa (BN) ditandai dengan episode berulang makan berlebihan

(binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja, dan beraktifitas secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi (NCCMH, 2004).

DSM-IV mengklasifikasikan BN kepada dua bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan

secara sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar, diuretik atau enema. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau beriadah secara berlebihan (APA, 1994).

2.2.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Faktor risiko untuk terjadinya BN antara lain ialah faktor familial seperti obesitas pada orang tua, gangguan afek, dan kritikan dari keluarga tentang berat badan atau kebiasaan makan. Terdapat juga kerentanan genetik pada anak kembar untuk mengalami BN tetapi bagaimana hal ini terjadi tidak begitu jelas (Abraham dan Stafford, 2004).

2.2.2 Gambaran klinis

Komplikasi fisik BN termasuk kelelahan sebagai akibat dehidrasi, gangguan pencernaan yang disebabkan oleh muntah dan penyalahgunaan pencahar, menstruasi yang tidak teratur dan masalah gangguan kesuburan, dan masalah jantung yang diakibatkan oleh penyalahgunan ipecac (Abraham dan Stafford, 2004). Perlu diberi perhatian jika terdapat pembengkakan kelenjar liur yang disebakan oleh muntah-muntah dan erosi enamel yang diakibatkan oleh regurgitasi asam lambung (Tsuboi, 2005).

(25)

hiponatremia, dan juga boleh menyebabkan alkalosis. Penggunaan pencahar yang berulang boleh menyebabkan asidosis metabolik yang ringan (Walsh, 2008).

Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan BN. Kecemasan (anxiety) dan tegang (tension) sering dialami (NCCMH, 2004). Kebanyakan

pasien dengan BN mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya daripada keluarga dan teman-teman. (Walsh, 2008).

2.2.3 Diagnosis

Diagnosis BN menggunakan kriteria diagnostik yang dikemukakan oleh DSM-IV. Kriteria diagnostik BN ialah;

1. Episode makan berlebihan yang berulang yang dikarakteristikkan dengan konsumsi sejumlah besar makanan dalam waktu yang singkat (selalunya kurang daripada 2 jam) dan perasaan untuk makan tidak terkontrol.

2. Perilaku kompensasi makan berlebihan yang berulang, seperti memuntahkan kembali, penggunaan pencahar, berdiet keras atau berpuasa secara berlebihan sebagai melawan perbuatan makan berlebihan.

3. Perbuatan 1 dan 2 telah berlangsung sebanyak sekurang-kurangnya 2 kali/minggu selama sekurang-kurangnya 3 bulan.

4. Perhatian yang berlebihan terhadap bentuk dan berat badan.

2.2.4 Terapi

(26)

dibenarkan oleh Food and Drug Administration untuk mengobati BN (NCCMH, 2004).

CBT merupakan pengobatan psikologis jangka pendek (4-6 bulan) yang berfokus pada perhatian berlebihan pada bentuk dan berat badan, diet yang persisten dan perilaku makan/muntah yang menggambarkan gangguan ini (Walsh, 2008).

2.2.5 Prognosis

Prognosis BN lebih baik daripada prognosis AN. Mortalitas yang rendah, dan penyembuhan sempurna bisa terjadi pada 50% dalam masa 10 tahun. Kira-kira 25% pasien mengalami simptom BN yang persisten dan ada yang beralih dari BN menjadi AN.

2.3 Binge-eating Disorder

Menurut DSM-IV, kriteria binge-eating disorder (BED) memerlukan komponen episode makan berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang membedakan BED dengan BN ialah BED tidak melibatkan perbuatan untuk melawan perilaku makan berlebihan, seperti memuntahkan kembali makanan, penggunaan pencahar dan beriadah berlebihan (APA, 1994).

2.3.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Obesitas semasa kecil dan orang tua yang mengalami obesitas merupakan faktor risiko spesifik untuk terjadinya BED, dan BED berkaitan dengan kelainan genetik yang sangat jarang, yaitu mutasi pada gen untuk reseptor melanokortin 4 (Abraham dan Stafford, 2004).

2.3.2 Gambaran klinis

(27)

2.3.3 Diagnosis

Diagnosis BED menggunakan kriteria diagnostik yang dikemukakan oleh DSM-IV. Kriteria BED termasuk:

1. Episode makan berlebihan yang berulang, seperti BN.

2. Episode makan berlebihan yang lebih cepat daripada biasa, makan hingga perut terasa terlalu penuh, makan sejumlah besar makanan walaupun tidak merasa lapar, makan sendirian karena merasa malu dengan jumlah makanan yang dikonsumsinya, dan/atau merasa jelek terhadap diri sendiri, depresi, dan rasa bersalah selepas makan.

3. Rasa tertekan terhadap perbuatan makan yang berlebihan.

4. Perilaku makan tersebut berlaku sekurang-kurangnya 2 hari/minggu selama 6 bulan.

5. Perilaku makan tersebut tidak diikuti dengan perbuatan kompensatori untuk melawan balik perilaku makan itu (APA, 1994).

2.3.4 Terapi

Tujuan terapi pada pasien dengan BED ialah untuk megurangi perilaku makan berlebihan tersebut, memperbaiki simptom gangguan mood dan rasa cemas yang berkaitan dengan ED, dan mengurangi berat badan pada individu yang juga mengalami obesitas. Terapi psikologis seperti cognitive behavioral therapy dan farmakologis bukan saja efektif mengobati BN tetapi berguna untuk mengurangi frekuensi makan padan pasien dengan BED dan memperbaiki gangguan mood (Kay dan Tasman, 2006).

2.3.5 Prognosis

(28)

2.4 Eating Attitudes Test (EAT-26)

Apabila melakukan skrining gangguan makan, tidak diperlukan untuk menentukan diagnosis sebenar. Tujuan skrining ialah untuk mengidentifikasi individu-individu yang cenderung mempunyai gangguan terhadap corak makannya dan memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut (Anderson et al., 2004).

Untuk melakukan skrining gangguan makan, pengukuran skrining yang digunakan secara meluas ialah Eating Attitudes Test (EAT-26). EAT-26 tidak digunakan untuk mendiagnosis gangguan makan, tetapi hanya untuk keperluan skrining. Menurut Garner et al. (1998) dalam Anderson (2004), EAT-26 telah digunakan sebagai alat skrining untuk menilai risiko gangguan makan di sekolah, kolej dan sampel berisiko seperti atlet. EAT-26 dapat membedakan penderita dengan AN, BN, dan BED daripada kontrol. Menurut Wiliamson, et al. (1990) dalam Anderson (2004), walaupun EAT-26 tidak dapat membedakan penderita AN dengan penderita BN, ia dapat membedakan penderita AN dan BN daripada penderita BED.

EAT-26 mempunyai 26 pertanyaan yang mencakup 3 aspek yaitu Dieting, Bulimia and Food Preoccupation, dan Oral Control. Item aspek Dieting : no. 1, 6,

7, 10, 11, 12, 14, 16, 17, 22, 23, 24, dan 25; Item aspek Bulimia and Food Preoccupation: no. 3, 4, 9, 18, 21, dan 26; Item aspek Oral Control: no. 2, 5, 8,

13, 19, dan 20.

2.4.1 Sistem Skoring EAT-26

Sistem skor EAT-26 adalah seperti di bawah: Untuk soal No. 1-25,

Sangat sering = 3 Agak sering = 2

Sering = 1

Kadang-Kadang = 0

Jarang = 0

(29)

Untuk soal No. 26,

Sangat sering = 0 Agak sering = 0

Sering = 0

Kadang-kadang = 1

Jarang = 2

Tidak pernah = 3

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Risiko mengalami gangguan makan

Mempunyai gejala yang kemungkinan berisiko untuk terjadi gangguan makan pada masa depan.

Alat ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 26 pertanyaan mengenai Dieting, Bulimia and Food Preoccupation, dan Oral Control yang tiap soalnya diberi 6 pilihan jawaban berdasarkan Eating Attitudes Test (EAT-26). Hasil ukur :

Untuk soal No. 1-25, nilai yang diberi adalah :

Sangat sering = 3

Agak sering = 2

Sering = 1

Kadang-kadang = 0

Jarang = 0

Tidak pernah = 0

Risiko mengalami gangguan makan

Persepsi terhadap berat badan Siswi SMA

Persepsi terhadap bentuk badan

(31)

Untuk soal No. 26, nilai yang diberi adalah :

Jika skor 20 atau melebihi 20, ini menunjukkan individu tersebut terobsesi dengan diet, berat badannya, bentuk tubuhnya atau perlakuan makannya yang bermasalah.

Skala ukur : Nominal

3.2.2 Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh adalah pengukuran yang digunakan untuk melihat kategori berat badan seseorang.

Hasil ukur :

Severe underweight <16 kg/m Moderate underweight

3.2.3 Persepsi tentang bentuk badan dan berat badan sekarang

Persepsi tentang bentuk badan dan berat badan sekarang adalah tanggapan seseorang terhadap kondisi tubuhnya, merangkumi berat badan dan bentuk tubuhnya.

(32)

Hasil ukur : Sesuai, tidak sesuai, memuaskan, tidak memuaskan, sangat tidak memuaskan.

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini menggambarkan prevalensi risiko gangguan makan pada siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2010. 4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri 6, Medan. Sekolah ini dipilih karena berdasarkan observasi, terdapat sebagian siswi yang mempunyai berat badan tidak ideal.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi yang berada di Kelas 1, dan Kelas 2 yang bersekolah di SMA Negeri 6, Medan sebanyak 224 siswi.

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak diteliti. Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Bersedia menjadi subjek penelitian.

2. Hadir pada saat penelitian dan menjawab semua kuesioner.

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari suatu studi (Sastroasmoro, 2008). Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

(34)

Sampel yang ditentukan menggunakan rumus berikut :

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan dalam penelitian (10% atau 0,1)

N 224

Jumlah minimal siswi adalah 70 orang, dan yang diambil menjadi sampel adalah sebanyak 70 orang.

Dari 70 orang ini, sampel diambil dengan teknik accidental sampling, yaitu mengambil responden yang kebetulan ada di sekolah pada saat penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data telah diambil dengan menggunakan data primer yaitu dengan mengedarkan kuesioner yang harus dijawab oleh responden.

Data sekunder pula diperoleh dari Dinas Pendidikan SMA Negeri 6 Medan yaitu data berupa jumlah siswi di SMA Negeri 6 Medan.

(35)

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for Social Science (SPSS) 17,0 dengan aplikasi statistik yang sesuai.

(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6, Medan yang terletak di Jalan Ansari, Kelurahan Sei Rengas-1, Kecamatan Medan Kota. Sekolah ini memiliki 15 ruang teori kelas. Ada 256 siswa dan 341 siswi, membuatkan semuanya berjumlah 597 murid. Kantin sekolah ini tidaklah besar, memuatkan kira-kira 30 orang pada satu masa.

Tabel 5.1 Jumlah pelajar di SMA Negeri 6, Medan Tahun 2010

Jumlah (orang) Persen (%)

5.1.2 Deskripsi karakteristik responden

(37)

penelitian dilakukan. Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini hanyalah siswi SMA Negeri 6, Medan dengan jumlah 70 orang.

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur.

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persen (%)

15 16 17

18 43 9

25.7 61.4 12.9

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa daripada 70 orang siswi, sebagian besar yang menjadi responden berusia 16 tahun, yaitu 43 orang (61.4%), dan yang paling sedikit adalah berusia 17 tahun, sebanyak 9 orang (12.9%).

Tabel 5.3 Distribusi persepsi responden terhadap berat badan

Jumlah (orang) Persen (%)

Ringan 8 11.4

Normal 42 60

Berat 17 24.3

Sangat Berat 3 4.3

Total 70 100

(38)

Tabel 5.4 Distribusi persepsi responden terhadap bentuk tubuh

Persepsi bentuk

tubuh

Memuaskan Tidak memuaskan Sangat tidak memuaskan

Sebagian besar daripada responden, yaitu sejumlah 52 orang (74.3%) tidak berpuas hati dengan perut yang dimilikinya sekarang. Dalam hal bentuk paha, ada 51.4% dan 14.3% responden yang merasa tidak memuaskan dan sangat tidak memuaskan.

Tabel 5.5 Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh Jumlah (orang) Persen (%)

Underweight berat

(39)

Tabel 5.6 Distribusi Indeks Massa Tubuh mengikut persepsi terhadap berat badan

Persepsi terhadap berat badan

Ringan Normal Berat Sangat Berat

n (%) n (%) n (%) n (%)

Indeks Massa Tubuh

Underweight berat

Apabila dikaitkan persepsi responden terhadap berat badan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), sebanyak 15 orang (21.4%) yang IMTnya normal menganggap berat badannya berat, dan 2 orang (2.9%) beranggapan berat badannya sangat berat. Sejumlah 5 orang (7.1%) beranggapan berat badannya normal, manakala 1 orang menganggap dirinya berat, walaupun status IMTnya underweight ringan.

5.1.3 Skor EAT-26

Jika skor di bawah 20, ini bermakna responden tersebut normal atau tidak ada risiko gangguan makan. Jika skor melebihi 20, bermakna responden berkemungkinan berisiko mengalami gangguan makan.

Tabel 5.7 Skor EAT-26

(40)

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak 68 orang (97.1%) normal, menandakan bukan risiko mengalami gangguan makan. Sebanyak 2 orang (2.9%) berisiko mengalami gangguan makan.

Tabel 5.8 Distribusi Indeks Massa Tubuh mengikut skor EAT Skor EAT

Normal Berisiko

n (%) n (%)

Indeks Massa Tubuh

Underweight berat

Dapat dilihat pada tabel di atas, daripada 70 responden, hampir kesemuanya (97.1%) tidak berisiko mengalami gangguan makan. Hanya 2 orang yang mempunyai risiko gangguan makan, tetapi IMT mereka adalah normal.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Indeks Massa Tubuh

(41)

jika overweight mereka akan diejek atau diusik di sekolah, jadi mungkin sebab itulah mereka berusaha untuk menjadi kurus.

5.2.2 Persepsi terhadap berat badan

Distorsi pandangan tubuh, yaitu merasakan dirinya “terlalu gemuk” walaupun dirinya telah underweight berkait rapat dengan kejadian gangguan makan, dan ia merupakan antara kriteria diagostik untuk anorexia nervosa dari American Psychiatry Association (APA, 2004), melalui DSM-IV.

Dari data penelitian yang diperoleh, sebanyak 15 orang (21.4%) beranggapan berat badannya berat, dan 2 orang (2.9%) menganggap berat badan sekarang sangat berat walaupun sebenarnya IMTnya normal. Penafsiran yang salah seperti ini yang mungkin akan mendorong mereka berusaha untuk mengurangi berat badan atau menguruskan tubuhnya sehingga berat badan mereka di bawah rentang normal.

Leng (2008) mendapatkan 61.5% subjek remaja di Malaysia mempunyai persepsi yang tidak betul terhadap status berat badan. Sejumlah 59.1% subjek mengambil berat tentang berat badan mereka, dan melaporkan merasa tidak puas hati dengan berat badan mereka (58.5%). Kemungkinan ini merupakan salah satu faktor yang membuatkan responden mempunyai alur fikiran seperti itu (merasakan berat badannya berlebihan).

5.2.3 Persepsi terhadap bentuk badan

(42)

ketidakpuasan terhadap ukuran pinggang meningkat dan pinggang yang ramping menjadi idaman.

Masa remaja merupakan masa berlakunya interaksi dengan persekitaran sosial dan keinginan seseorang untuk turut serta dalam masyarakat sosial. Teman sebaya mempunyai pengaruh dalam membentuk persepsi terhadap imej tubuh seseorang. Imej tubuh mempunyai peran besar bagi remaja untuk beradaptasi dengan persekitarannya.

Leng (2008) yang melakukan penelitian di Kelantan, Malaysia menyatakan sejumlah 87.3% subjek tidak puas hati terhadap ukuran badan mereka. Angka ini jauh lebih tinggi daripada hasil penelitian ini, yaitu 51.1%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sira (2003), hanya 9.1% responden yang berpuas hati dengan penampilan fisik tubuhnya, sedangkan dalam penelitian ini, rata-rata 48.9% responden berpuas hati terhadap bagian-bagian tubuhnya.

5.2.4 Skor EAT-26

(43)
(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapati 2.9% subjek penelitian berisiko mengalami gangguan makan. Dari seluruh responden yang terlibat dalam penelitian ini, sebanyak 77.1% IMTnya normal, 15.7% underweight ringan, 7.1% overweight, dan tidak ada seorang pun siswi yang dikategorikan sedagai

underweight berat, underweight sedang, mahupun obesitas.

Sebanyak 11.4% menganggap dirinya ringan tetapi 2.9% daripadanya sebenarnya normal dan 1.4% sebenarnya overweight, manakala 60% berpendapat berat badannya normal, tetapi 7.1% daripadanya sebenarnya underweight dan 2.9% sebenarnya overweight. Sejumlah 24.3% responden menganggap berat badannya berat walaupun IMTnya normal (21.4%) dan underweight (1.4%). Sebanyak 4.3% responden berpendapat dirinya sangat berat walaupun 2.9% daripadanya dikategorikan IMT normal.

Rata-rata 48.9% responden berpuas hati dengan bagian-bagian tubuhnya, 46.8% menyatakan tidak berpuas hati, dan 4.3% responden menyatakan bagian tubuhnya sangat tidak memuaskan. Bagian-bagian badan yang banyak dikeluhkan tidak memuaskan oleh responden ialah perut (24.7%) dan paha (21.9).

6.2 Saran

Berdasarkan temuan tersebut maka diajukan beberapa saran diantaranya :

1. Perlunya peningkatan kegiatan penyuluhan tentang masalah gangguan makan bagi siswi-siswi agar mereka dapat memahami keburukan dan bahaya dari gangguan makan.

2. Pihak sekolah juga perlu menunjukkan cara pemakanan yang sehat dan seimbang supaya kesehatan siswi terjaga.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, A., Brian S., 2007. Eating Disorders in: Kliegman, R. M., Behrman, R. E., Jenson, H. B., Stanton, B. F., ed. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saunders, 127-130.

Academy for Eating Disorder, 2006. Prevalence of Eating Disorders. Austria:

Academy for Eating Disorder. Available from :

Anderson, D. A., Lundgren, J. D., Shapiro, J. R., Paulosky, C. A., 2004. Assessment of Eating Disorders: Review and Recommendations for Clinical Use. Behavior Modification 763-782.

Atmarita, 2005. Nutrition Problems in Indonesia. Jakarta. Available from:

[Accessed 11

March 2010]

Attie, I., Brooks-Gunn, J., 1989. The development of eating problems in adolescent girls: A longitudinal study. Developmental Psychology 25: 70-79.

Brownell, K. D., Foreyt, J. P., 1986. Handbook of Eating Disorder. New York: Basic Books, Inc., Publishers.

Buhrich N., 1981. Frequency of presentation of anorexia nervosa in Malaysia. Australian and New Zealand Journal of Psychiatry 15: 153-155.

Channel NewsAsia, 2007. Six-fold increase in eating disorders among teenagers

since 2002. Available from:

(46)

Davies, E., & Fumham, A., 1986 . Body satisfaction in adolescent girls. British Journal of Medical Psychology, 59, 279-287.

Duvvuri, V., Kaye, W. H., 2009. Anorexia Nervosa, Focus 7: 455-462

Edquist, K., 2009. Globalizing Pathologies? Eating Disorders and the Global Deterritorialization of Authority, Oregon. Available from :

Eisler, I., Dare, C., Matthew, H., Russell, G., Dodge, E., Grange, D. L., 2005. Family Therapy for Adolescent Anorexia Nervosa: The Results of a Controlled Comparison of Two Family Interventions. American Psychiatric Association 3: 629-640.

Herzog, D. B., Eddy K. T., 2009. Eating Disorders : What are the risks?. Journal of American Academy of Child Adolescent Psychiatry 48 (8): 782-783.

Ho, T. F., Tai B. C., Lee, E.L., Cheng, S., Liow P. H., 2006. Prevalence and Profile of Females At Risk of Eating Disorder in Singapore. Singapore Med J 47 (6): 499-503.

Karlsson, M. K., Weigall, S. J., Duan, Y., Seeman, E., 2000. Bone Size and Volumetric Density in Women with Anorexia Nervosa Receiving Estrogen Replacement Therapy and in Women Recovered from Anorexia Nervosa. Journal of Clinical Endocrinology Metabolic 85 (9): 3177-3182.

(47)

Leng, S. K., 2008. Factors Contributing to Disordered Eating Behaviours and At-Risk of Eating Disorders Among Adolescent Girls in Kelantan, Malaysia.

Universiti Putra Malaysia.

Lewinsohn, P. M., Striegel-Moore, R. H., Seeley, J. R., 2000. Epidemiology and Natural Course of Eating Disorder in Young Women from Adolescence to Young Adulthood. Journal of American Academy of Child Adolescent Psychiatry 39 (10): 1284-1292.

Makino, M., Tsuboi, K., Dennerstein, L., 2004. Prevalence of Eating Disorder : A Comparison of Western and Non-Western Countries. Medscape General Medicine 6 (3): 49

Mejlhede, A., Jensen, V. S., 2000. Anorexia nervosa: Treatment with Olanzapine. British Journal of Psychiatry 177 (1): 87.

National Collaborating Centre for Mental Health, 2004. Core Interventions in the Treatment and Management of Anorexia Nervosa, Bulimia Nervosa and

Related Eating Disorders. The British Psychological Society and Gaskell.

National Institute of Mental Health, 2007. Eating Disorders. NIH Publication.

Available from :

Nicholls, D., 2005. Eating disorder and weight problems. British Medical Journals 330(7497): 950-953.

(48)

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Rineka Cipta.

Sira, N., 2003. Body Image: Relationship to Attachment, Body Mass Index and Dietary Practices among College Students. Faculty of the Virginia

Polytechnic Institute and State University.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.

Tsuboi, K., 2005. Eating Disorders in Adolescence and Their Implications. Japan of Japan Medical Association 48(3): 123-129.

Turnbull S., Ward A., Treasure J., Jick H., Derby L., 1996. The Demand for Eating Disorder Care: an Epidemiology Study using the General Practice Research Database. British Journal of Psychiatry 169: 705-712.

Walsh, B. T., 2008. Eating Disorders, in: Fauci, A. S., Kasper, D. L., Longo, D. L., Braunwald, E., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine. USA: McGraw-Hill Companies, Inc.,

(49)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Attiyah binti Samsudin

Tempat/Tanggal Lahir: Johor / 11 Februari 1988

Agama : Islam

Alamat : No. 2 Jalan Serama 5, 80200 Johor Bahru, Johor Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Kebangsaan Sultan Ibrahim

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Sultan Ibrahim 3. Kolej Matrikulasi Johor

(50)

LAMPIRAN 2 LEMBAR PERSETUJUAN

Informed Consent

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : ____________________________

Umur : ____________________________

Alamat : ____________________________

menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang bernama Attiyah bt. Samsudin,

NIM 070100401, dengan judul “Prevalensi Risiko Gangguan Makan pada Siswi

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Medan Tahun 2010”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan

keluarga saya. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan

hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Medan, 2010

Yang Membuat Pernyataan,

(51)

LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN

RISIKO GANGGUAN MAKAN PADA ANAK-ANAK SMA NEGERI 6, MEDAN

Instruksi : Pengukuran skrining ini membantu Anda untuk menentukan apakah Anda berisiko mengalami gangguan makan yang memerlukan perhatian para profesional. Pengukuran ini bukan untuk memutuskan bahwa Anda mengalami gangguan makan. Silahkan isi yang berkenaan secara tepat, jujur, dan lengkap. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Segala informasi yang telah Anda berikan adalah rahasia.

Bagian A: Data Umum Responden

Nama : ... Umur : ... tahun

Kelas : ...

Berat badan sekarang : ... kg Tinggi badan sekarang : ... cm Berat badan yang diinginkan : ... kg

Bagian B: Tandakan X Sangat

sering

Agak sering

Sering Kadang -kadang

Jarang Tidak pernah

1. Sangat takut untuk menjadi ‘overweight’. 3 2 1 0 0 0

(52)

3. Menyadari bahwa diri terobsesi dengan makanan. 3 2 1 0 0 0

4. Makan terlalu banyak, tidak dapat menghentikan makan. 3 2 1 0 0 0

5. Memotong makanan menjadi kecil-kecil. 3 2 1 0 0 0

6. Memerhatikan jumlah kalori makanan yang dimakan. 3 2 1 0 0 0

7. Menghindari makanan yang tinggi kandungan karbohidratnya (seperti roti, nasi, kentang, dan sebagainya)

3 2 1 0 0 0

8. Merasa bahwa orang lain beranggapan saya perlu lebih makan. 3 2 1 0 0 0

9. Muntah sesudah makan. 3 2 1 0 0 0

10. Merasa sangat bersalah sesudah makan. 3 2 1 0 0 0

11. Diri sentiasa berfikir untuk menjadi lebih kurus 3 2 1 0 0 0

12. Berfikir untuk membakar kalori ketika beriadah. 3 2 1 0 0 0

13. Orang lain beranggapan bahwa saya terlalu kurus. 3 2 1 0 0 0

14. Selalu berfikir bahwa tubuh mempunyai banyak lemak. 3 2 1 0 0 0

15. Mengambil masa lebih lama untuk makan berbanding dengan orang lain

3 2 1 0 0 0

16. Menghindari makan manis. 3 2 1 0 0 0

17. Memakan makanan diet. 3 2 1 0 0 0

(53)

19. Selalu mengawal diri apabila berhadapan dengan makanan. 3 2 1 0 0 0

20. Merasa bahwa orang lain menyuruh saya untuk makan. 3 2 1 0 0 0

21. Sering memikirkan tentang makanan. 3 2 1 0 0 0

22. Rasa bersalah atau tidak berasa senang selepas memakan makanan manis.

3 2 1 0 0 0

23. Selalu mengamalkan diet. 3 2 1 0 0 0

24. Senang apabila perut kosong. 3 2 1 0 0 0

25. Selalu merasa perlu muntah selepas makan. 3 2 1 0 0 0

(54)

Bagian C : Bulatkan yang berkenaan.

27. Apakah yang Anda rasakan tentang berat badan Anda?

A b c d

Ringan Normal Berat Sangat berat

28. Apakah yang Anda rasakan tentang bagian-bagian dari tubuh Anda? Memuaskan Tidak

memuaskan

Sangat tidak memuaskan

i. Lengan a b c

ii. Bahu a b c

iii. Payu dara a b c

iv. Perut a b c

(55)

OUTPUT HASIL PENELITIAN

EATscore

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Persepsi berat badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(56)

Bahu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memuaskan 50 71.4 71.4 71.4

Tidak memuaskan 18 25.7 25.7 97.1

Sangat tidak memuaskan 2 2.9 2.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Payudara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memuaskan 33 47.1 47.1 47.1

Tidak memuaskan 37 52.9 52.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Perut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memuaskan 16 22.9 22.9 22.9

Tidak memuaskan 52 74.3 74.3 97.1

Sangat tidak memuaskan 2 2.9 2.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

Paha

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Memuaskan 24 34.3 34.3 34.3

Tidak memuaskan 36 51.4 51.4 85.7

Sangat tidak memuaskan 10 14.3 14.3 100.0

(57)

IMTkelompok * EATscore Crosstabulation

EATscore

Total

Normal ED suspect

IMTkelompok Mild underweight Count 11 0 11

% within IMTkelompok 100.0% .0% 100.0%

% within EATscore 16.2% .0% 15.7%

% of Total 15.7% .0% 15.7%

Normal Count 52 2 54

% within IMTkelompok 96.3% 3.7% 100.0%

% within EATscore 76.5% 100.0% 77.1%

% of Total 74.3% 2.9% 77.1%

Overweight Count 5 0 5

% within IMTkelompok 100.0% .0% 100.0%

% within EATscore 7.4% .0% 7.1%

% of Total 7.1% .0% 7.1%

Total Count 68 2 70

% within IMTkelompok 97.1% 2.9% 100.0%

% within EATscore 100.0% 100.0% 100.0%

(58)

IMTkelompok * Persepsi berat badan Crosstabulation

Persepsi berat badan

Total

Ringan Normal Berat Sangat berat

IMTkelompok Mild underweight Count 5 5 1 0 11

% within IMTkelompok 45.5% 45.5% 9.1% .0% 100.0%

% within Persepsi berat

badan

62.5% 11.9% 5.9% .0% 15.7%

% of Total 7.1% 7.1% 1.4% .0% 15.7%

Normal Count 2 35 15 2 54

% within IMTkelompok 3.7% 64.8% 27.8% 3.7% 100.0%

% within Persepsi berat

badan

25.0% 83.3% 88.2% 66.7% 77.1%

% of Total 2.9% 50.0% 21.4% 2.9% 77.1%

Overweight Count 1 2 1 1 5

% within IMTkelompok 20.0% 40.0% 20.0% 20.0% 100.0%

% within Persepsi berat

badan

12.5% 4.8% 5.9% 33.3% 7.1%

% of Total 1.4% 2.9% 1.4% 1.4% 7.1%

(59)

% within IMTkelompok 11.4% 60.0% 24.3% 4.3% 100.0%

% within Persepsi berat

badan

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

(60)

Data Induk Responden

Memuaskan Tidak

memuaskan

A003 16 2 15.57 Mild

underweight

17 Normal Ringan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan

A004 16 2 21.40 Normal 23 ED

Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Tidak

memuaskan

8 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Tidak

(61)

A015 16 2 20.24 Normal 7 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak memuaskan

Memuaskan Tidak

memuaskan

A016 17 2 20.24 Normal 3 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan

A017 17 2 20.88 Normal 4 Normal Normal Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan

A020 17 2 21.97 Normal 12 Normal Berat Memuaskan Memuaskan Tidak

13 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Tidak memuaskan

A027 16 2 18.31 Mild

underweight

3 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

5 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak

(62)

memuaskan

A031 16 2 27.47 Overweight 7 Normal Sangat

berat

Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan

A036 17 2 21.36 Normal 16 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Memuaskan Tidak

Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Tidak memuaskan

A040 16 2 18.97 Normal 9 Normal Normal Tidak

memuaskan

Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Tidak

(63)

memuaskan memuaskan

A047 16 1 19.65 Normal 11 Normal Berat Tidak

memuaskan

Tidak memuaskan

Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

1 Normal Berat Memuaskan Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Tidak memuaskan

A059 15 1 18.22 Mild

underweight

3 Normal Ringan Memuaskan Memuaskan Tidak

(64)

A062 15 1 21.35 Normal 15 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Memuaskan Memuaskan Sangat tidak

Memuaskan Tidak

memuaskan

Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

13 Normal Normal Memuaskan Memuaskan Tidak

memuaskan

Tidak memuaskan

Memuaskan

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 5.1 Jumlah pelajar di SMA Negeri 6, Medan Tahun 2010
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan umur.
Tabel 5.4 Distribusi persepsi responden terhadap bentuk tubuh
+3

Referensi

Dokumen terkait