• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan bimbingan rohani Islam dalam meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan bimbingan rohani Islam dalam meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM

MENINGKATKAN ETOS KERJA KEPOLISIAN DI POLRES

JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

CHINTYA PUSPITA SARI NIM. 1 0 6 0 5 2 0 0 1 9 5 0

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 September 2010

(5)

i

ABSTRAK

Chintya Puspita Sari NIM: 106052001950

Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat

Bimbingan rohani Islam adalah segala usaha dan tindakan yang mengarah kepada kegiatan dalam membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi rohani seseorang terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam, juga untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat, fungsi bimbingan membantu setiap individu memecahkan setiap permasalahn yang di hadapinya, sedangkan etos kerja semangat yang tinggi dalam mencapai sesuatu hal yang di cita-cita yang hasilnya akan di rasakan ketika bimbingan rohani berpengaruh terhadap etos kerjanya.

Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam bagi anggota kepolisian merupakan sesuatu yang penting dan harus dilakukan serta didapatkan oleh setiap anggota kepolisian, sehingga anggota polisi mendapat ketenangan dalam menjalankan kehidupannya baik itu lahir maupun batin di dunia maupun di akhirat nanti yang kekal dan karena itu lembaga kepolisian mengadakan kegiatan bimbingan rohani Islam guna sebagai bekal untuk setiap anggotannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan bimbingan rohani Islam terhadap para anggota kepolisian untuk meningkatkan motivasi dan semangat bekerja. Dimana bimbingan merupakan berkesinambungan supaya individu dapat memahami dirinya dan pekerjaanya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi, interview/wawancara dengan subjek penelitian yang terkait.

Dalam proses bimbingan rohani Islam pembimbing memberikan materi yang berbeda-beda, mulai dari masalah pribadi sampai masalah individual, namun dalam hal ini pembimbing lebih memfokuskan dalam masalah kinerja kepolisian untuk menjalankan tugasnya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat. Sedangkan metode yang digunakan dalam proses bimbingan rohani Islam dalam meningkatkan etos kerja adalah menggunakan metode ceramah, dimana para jamaah yang mengikuti bimbingan tersebut diberikan pengarahan dan bimbingan dengan cara mendengarkan naseha-nasehat yang diberikan serta mendiskusikan permasalahan yang akan diselesaikan.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmat-Nya serta bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Dalam

Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat.”

Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis, ibunda tersayang Supiyana Kampua dan Bapanda Toni Handika (alm.). Khususnya untuk ibunda tercinta terima kasih telah memberi dukungan yang tiada henti sehingga penulis mampu mengerjakan dengan sebaik baiknya. Kakak penulis Melia Sari yang selalu memberikan motivasi sehinga skripsi ini selesai.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum merangkap dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dengan baik dan sabar. Serta Bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

(7)

iii

Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Terima kasih atas dukungan dan bimbingannya selama ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan membawa keberkahan.

5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini 6. Bapak Drs. M. Guruh, M. Pd selaku Kepala Bagian Tata Usaha dan seluruh staff

karyawan pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas pelayanannya.

7. Bapak AKP H. Gatot Subroto, SH selaku Ustadz/Pembimbing dan Kasubag Pers yang telah memberi motivasi sehingga penulis mampu menyelesailan skipsi ini dengan sebaik-baiknya.

8. Seluruh informan anggota Polres Jakarta Pusat yang telah bersedia untuk diwawancarai dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini.

9. Bapak Yudi Ali Akbar, S. Sos. I Selaku dosen yang berperan dan memberi motivasi kepada penulis sehingga selesainya skripsi ini.

(8)

iv

selesainya skripsi ini. Serta adik-adik BPI angkatan 2007 sampai 2008 atas kerjasamanya selama ini, semoga tidak berhenti sampai sini.

11.Teman-teman kosan khususnya Izun yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat karib penulis terutama Echa, Wie, Fika yang sudah memberi motivasi kepada penulis sehingga penulis bisa bangkit dari keterpurukan.

Akhirnya, penulis hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis dan juga bagi pembaca umumnya. Sekali lagi penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis. Semoga apa yang diberikan menjadi amal sholeh di sisi Allah SWT. Amin.

Ciputat, September 2010

Chintya Puspita Sari

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . ... 6

D. Metodologi Penelitian ...6

E. Tinjauan Pustaka . ... 9

F. Sistematika Penulisan . ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Bimbingan Rohani Islam. ... 11

1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam . ... 11

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam ...14

3. Metode Bimbingan Rohani Islam . ... 15

4. Bentuk Bimbingan Rohani Islam . ... 17

5. Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam ……….18

B. Etos Kerja. ... 20

1. Pengertian Etos Kerja . ... 20

2. Fungsi dan Tujuan Etos kerja . ... 21

3. Ciri Etos Kerja Muslim . ... 24

(10)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM POLRES JAKARTA PUSAT DAN

KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

A. Polisi Resort Jakarta Pusat. ... .32

1. Sejarah Berdirinya. ... 32

2. Visi dan Misi. ... 32

3. Program-Program . ... .34

4. Struktur Organisasi . ... .34

5. Sarana dan Prasarana ... .34

B. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Polres . ... .35

1. Sejarah Bimbingan Rohani Islam ... .35

2. Pembimbing ... ... .35

3. Terbimbing………..35

4. Aktivitas Bimbingan Rohani Islam . ... .36

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA KE POLISIAN DI POLRES JAKARTA PUSAT A. Deskripsi Informan ... 37

B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Polres . ... 39

C. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian ... 43

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 46

B. Saran . ... 47

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam menjalani rutinitas kehidupan, manusia tidak hanya memenuhi jasmaninya saja, namun juga perlu memenuhi kebutuhan rohaninya. Agama adalah salah satu pegangan karena dalam diri setiap individu merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan.

Agama berperan sebagai motivasi dalam mendorong manusia untuk melakukan sesuatu aktifitas, seperti bekerja, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan. Apabila mereka meyakini Tuhan Maha Kuasa, mengatur dan mengendalikan alam maka segala apapun yang terjadi, baik peristiwa alamiyah, ataupun peristiwa sosial, dilimpahkan tanggung jawabnya pada Tuhan. Tetapi sebaliknya jika mereka melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan, percekcokan, di alam seolah-olah tanpa kendali maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan.1

Agama juga dapat menjadi harapan bagi pelakunya karena seseorang yang melaksanakan perintah agama umumnya karena adanya suatu harapan terhadap pengampunan atau kasih sayang dari suatu yang gaib (supranatural) dan harapan dapat mendorong seseorang untuk bersikap ikhlas, menerima cobaan berat ataupun ringan. Pelaksanaan bimbingan rohani Islam di lingkungan kepolisian

1

(12)

2

merupakan upaya kebutuhan rohani anggota agar manusia tetap menuju arah bahagia, menuju kecitraanya yang terbaik, kearah ”ahsani taqwiim”. Dan tidak terjerumus ke hal yang hina atau ke ”asfala safilin”2, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesadaran untuk selalu berbuat kebajikan baik dalam sikap maupun perkataan karena secara naluriah, kodrati atau fitrah manusia hidup memerlukan bantuan orang lain, bahkan manusia baru akan menjadi manusia manakala berada di dalam lingkungan dan berhubungan dengan manusia, dengan kata lain, secara kodrati manusia merupakan makhluk sosial.3

Menurut Prof. Dr. H. Jalaluddin bahwa “ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.” Pengalaman ajaran agama tercermin dari pribadi yang berprestasi dalam peningkatkan mutu kehidupan tanpa berharap imbalan yang berlebihan keyakinan akan balasan Tuhan terhadap perbuatan baik telah mampu memberikan ganjaran batin yang akan mempengaruhi seseorang untuk berbuat tanpa imbalan material, balasan dari Tuhan berupa pahala bagi kehidupan di hari kiamat lebih didambakan oleh penganut agama yang taat.

Melalui motivasi berkerja untuk menuju kecapaian yang lebih baik seseorang terdorong untuk berkorban baik dalam bentuk materi maupun tenaga atau pemikiran. Pengorbanan seperti ini merupakan aset yang potensial dalam pembangunan.4 Melihat betapa pentingnya kehidupan agama dalam kehidupan individu maka dalam sebuah asosiasi seperti lembaga kepolisian, berusaha untuk memberikan fasilitas-fasilitas keagamaan individu, selain sebagai tempat

2

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Jogjakarta: UII Press, 2001), Cet. Ke-2, h. 12.

3

Ibid, h. 10 4

(13)

pelayanan masyarakat lembaga kepolisian juga dapat menjadi wadah dalam membentuk ketahanan spiritual dan akhlak mulia. Karena menurut Musa Asyari

”terbentuknya kepribadian yang baik tidak hanya ditentukan dari kuantitas pendidikan dan prestasi yang berhubungan dengan profesi dan dunia kerja akan tetapi di tentukan juga oleh faktor-faktor yang berhubungan erat dengan inner life -nya, suasana batin yang bersumber dari kepada iman.”5 Oleh karena itu salah satu hal yang dicari sebagai sumber untuk menumbuhkan etos kerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas manusia. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman dan tauhid, bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai abdullah

(hambah allah) yang mengelola seluruh alam sebagai bentuk dari cara dirinya mensyukuri kenikmatan dari Allah Rabbul’ Alamin.6

Sedangkan apa yang di maksud dengan kerja?. Hampir di setiap sudut kehidupan begitu banyak orang yang bekerja. Para marketing barang yang tidak kenal lelah memasarkan barang dagangannya, para guru yang tekun berdiri di depan kelas, dan juga polisi yang mengatur lalu lintas dalam selingan hujan dan panasnya terik matahari, serta segudang profesi lainnya.

Mereka semua melakukan kegiatan (aktivitas) karena adanya kesadaran dan kemauan mencari nafkah untuk kebutuhan hidupnya. Dengan motivasi kerja yang tinggi atau semangat kerja yang membara membuat setiap individu siap meningkatkan semangat dalam bekerja.

Bekerja dan kesadaran bekerja mempunyai dua dimensi yang berbeda menurut takaran seorang muslim, bahwa makna hakikat bekerja adalah “Fitrah

5

Musa Asyari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Jogyakarta: Lesfi, 1997), Cet. Ke-1, h. 35.

6

(14)

4

manusia yang secara niscaya sudah seharusnya demikian dan manusia hanya bisa memanusiakan dirinya lewat bekerja, setiap muslim tidaklah akan bekerja hanya sekedar untuk bekerja dan mendapatkan gaji, dapat surat pengangkatan atau sekedar mencari gengsi supaya tidak di sebut sebagai penganguran, kesadaran bekerja secara produktif lalu di landasi semangat tauhid dan tanggung jawab ulluhiyah serta motivasi untuk meraih nilai bekerja yang lebih bermakna, merupakan salah satu ciri khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim dalam bekerja.7”

Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).8 Kepedulian lembaga Kepolisian Resort Jakarta Pusat terhadap agama salah satunya dibuktikan dengan dibentuknya kegiatan bimbingan rohani Islam yang diharapkan dapat membina para polisi dibidang keagamaan sehingga memiliki ketahanan spritual dan akhlak mulia yang dapat diwujudkan dalam penyelenggaraan pembangunan, pemberdayaan dan pelayanan masyarakat serta pelaksanaan tugas dan kewajiban sebagai polisi.

Bimbingan rohani ini diberikan untuk semua polisi baik yang beragama Islam maupun agama selain Islam dan untuk memenuhi kebutuhan rohani polisi, maka bimbingan rohani mengadakan berbagai kegiatan seperti apel pagi dimana setiap sehabis apel para polisi diberikan sedikit ceramah kerohanian yang mana memberikan motivasi supaya semangat bekerja, kepedulian pemerintah dalam

7

Tasmara, Etos Kerja Muslim, h. 20. 8

(15)

menanamkan aspek-aspek spritual bagi setiap Polisi Republik Indonesia menyediakan fasilitas ibadah untuk para polisi dan kegiatan lainnya.

Dengan adanya keterkaitan antara pelaksanaan bimbingan rohani Islam terhadap etos kerja kepolisian maka penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan tema ”Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Bimbingan Rohani Islam yang dimaksud penulis adalah kegiatan bimbingan keagamaan tersebut yang dilakukan di Kepolisian Resort Jakarta Pusat yang dibatasi pada 1 pembimbing, 15 terbimbing, materi bimbingan dan metode bimbingan.

Sedangkan Etos kerja yang dimaksud oleh penulis dalam skripsi ini, dibatasi pada indikator: tentang ciri-ciri etos kerja muslim yang dibatasi pada aspek menghargai waktu, memiliki jiwa kepemimpinan, dia tidak pernah puas berbuat kebaikan dan haus untuk memiliki sifat keilmuan.

2. Perumusan masalah

Adapun rumusan masalah mengenai Pengaruh Bimbingan Rohani Dalam Menigkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat, sebagai berikut: a. Bagimana pelaksanaan bimbingan rohani Islam di Polres Jakarta Pusat.? b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani Islam terhadap etos kerja

(16)

6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan bimbingan rohani Islam di polres Jakarta Pusat.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan bimbingan rohani Islam terhadap etos kerja kepolisian di polres Jakarta Pusat.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi Ilmu Bimbingan dan Penyuluhan Islam serta Bimbingan Penyuluhan Sosial.

b. Penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan kurikulum serta masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat dalam lingkungan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Terakhir, penelitian ini diharapkan juga bisa memperbaiki program kerja serta evaluasi kegiatan di Polres Jakarta Pusat.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

(17)

subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.9

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan. Adapun format yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Adapun subjek penelitian adalah pembimbing Bapak AKP. H. Gatot sekaligus juga merangkap Kasubag Press dan 15 terbimbing yang mengikuti bimbingan rohani Islam di Polres Jakarta Pusat.

b. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pelaksanaan bimbingan rohani Islam dalam meningkatkan etos kerja kepolisian di Polres Jakarta Pusat.

3. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang berada langsung dari sumbernya, baik dari informan (pembimbing maupun terbimbing)

b. Data sekunder, yaitu data tidak langsung yang berupa catatan-catatan atau dokumen- dokumen.

4. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 bulan dimulai dari tanggal 3 Mei 2010 sampai dengan tanggal 28 Juli 2010.

9

(18)

8

b. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Kepolisian Polres Jakarta Pusat yang beralamat di Jl. Kramat Raya No 61 Jakarta Pusat.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam hubungan tersebut.10 Dalam melakukan observasi peneliti langsung mendatangi kantor Polres Jakarta Pusat sebanyak 6 kali untuk memperoleh data yang konkret, mengamati, mencatat dilembar observasi, dan merekam dengan tape recorder.

b. Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara

(interviewer) untuk memperoleh dari terwawancara (interviewee)11

yaitu mengadakan wawancara dengan pembimbing dan 15 terbimbing dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

c. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya.

Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan teknik penulisan yang didasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, Tesis.

10

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi, LPSP3 UI, 1983), h.62.

11

(19)

dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidatullah Jakarta press tahun 2002.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian yang memuat tinjauan atas kepustakan dalam (literatur) yang berkaitan dengan topik pembahasan, atau bahkan yang memberi inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian.12 Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh Bimbingan Rohani Islam Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibadah Solat Wajib Siswa di SMP Islam Hidayatullah Ihsan Sawangan Depok oleh Muhamad Amin, 103052028668, tahun 1430 H./2009 M. Adapun dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa bentuk pengaruh bimbingan rohani islam yang telah diberikan tercermin dalam pengetahuan siswa SMP Islam Hidayatullah Ihsan Sawangan Depok dalam ibadah solat wajib dan penelitian ini mempunyai pengaruh positif. Akan tetapi dalam penelitian penulis, membahas mengenai bimbingan rohani islam yang berpengaruh terhadap etos kerja polisi di Polres Jakarta Pusat.

2. Metode Bimbingan Karir Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta, Khairunnisa, 106052001965, tahun 1431 H./2010 M. Adapun penelitian yang dilakukan oleh saudari khairunnisa membahas mengenai metode bimbingan karir bagi karyawan bukan bimbingan rohani islam seperti penelitian yang dilakukan oleh penulis.

12

(20)

10

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini berfokus pada sejauh mana kegiatan bimbingan rohani Islam yang dilaksanakan oleh kepolisian resort Jakarta pusat terhadap etos kerja para polisi disana.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyusun sistematikannya kepada lima Bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI, yang terdiri dari Pengertian Bimbingan Rohani Islam, Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani Islam, Metode Bimbingan Rohani Islam, Bentuk Bimbingan Rohani Islam, Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam. Etos Kerja terdiri dari; Pengertian Etos Kerja, Fungsi dan Tujuan Etos Kerja, Ciri Etos Kerja Muslim, dan Faktor Penghambat Etos Kerja.

BAB III GAMBARAN UMUM POLRES JAKARTA PUSAT DAN

KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM, yang terdiri dari Polisi Resort Jakarta Pusat, Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi, Program-program, Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana. Kegiatan Bimbingan Rohani Islam di Polres, Sejarah Bimbingan Rohani Islam, Pembimbing, Terbimbing, Aktivitas Bimbingan Rohani Islam

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM

MENINGKATKAN ETOS KERJA KEPOLISIAN DI POLRES JAKARTA

(21)

Islam di Polres, Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Etos Kerja Kepolisian Di Polres Jakarta Pusat.

(22)

1

LAMPIRAN

Struktur Organisasi Polres Jakarta Pusat

Ka. Polres

Waka.Polres

Ka.Bag OPS Ka.Bag.BINAMITRA Ka.Bag.Min

Ka.Subag Bin Ops Ka.Subag.Watan Ka.Subag BIRAS Ka subag Kerma

Ka.Subag

REM

Ka. Subag

PERS Ka subag LAT

Ka subag LOG

Kaur

Telematika Kanit P3D Kaur Dokkes Juru Bayar Kataud

Panit Paminal Panit Provost

Polsek. Gambir

Polsek. Sawar Besar

Polsek. Kemayoran

Polsek Menteng

Polsek Tanah Abang

Polsek Senen

Polsek Cempaka Putih

(23)

12

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Rohani Islam

1. Pengertian Bimbingan Rohani Islam

Dalam hal pengertian bimbingan, bimbingan rohani Islam ini sangat luas cakupan bidangnya. Oleh karena itu agar mudah untuk dipahami akan pengertian bimbingan rohani Islam tersebut, maka alangkah baiknya untuk dipisahkan terlebih dahulu akan arti dan pengertian antara bimbingan, rohani dan Islam.

a. Bimbingan

Secara harfiah kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

guidance, yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti “menunjukan,

memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa yang akan datang.1

Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bimbingan adalah suatu proses yang diberikan kepada seseorang agar mengembangkan potensi-potensinya yang dimiliki, mengenai diri sendiri, mengatasi persoalan sehingga ia dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa tergantung pada orang lain.2

M.C. Daniel menjelaskan, bimbingan adalah bagian dari proses layanan yang diberikan kepada individu guna membantu mereka

1

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayan Press, 2000), Cet ke-1, hal. 1.

2

(24)

13

memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.3

Sedangkan menurut Bimo Walgito mengatakan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan dan pertolongan kepada individu atau kelompok yang mengatasi permasalahan yang dihadapi agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan secara terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar mencapai kemandirian dalam pemahaman, penerimaan, pengarahan dan perwujudan diri dengan norma-norma agama, sehingga didapat kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

b. Rohani

Kata rohani berasal dari roh atau ruh. Menurut Toto Tasmara, ruh

adalah “fitrah manusia yang dengan itu pula, manusia menjadi berbeda

dengan binatang kekuatan yang melangit dan bertanggungjawab.” Akan

tetapi dapat juga melanggar berbagai berbagai norma-norma moral.5 Secara etimologi, kata rohani dalam kamus sinonim Bahasa Indonesia,

3

Ibid, hal. 95 4

Bimo Walgito, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), cet. ke-2, hal. 4.

5

(25)

mempunyai arti roh dan juga berkaitan dengan yang tidak berbadan jasmaniah. Sedangkan persamaan kata rohani kejiwaan.6

Dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer dijelaskan bahwasanya

rohani adalah “kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk hubungan

manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam budi pekerti seseorang melalui hubungan manusia dengan sesama manusia dengan ajaran agama yang dianutnya.”7

Berdasarkana dua pengertian bimbingan dan rohani di atas, maka dapat dipahami oleh penulis bahwa bimbingan rohani adalah segala tindakan yang menunjukan kegiatan untuk membentuk dan memelihara.

c. Islam

Adapun kata Islam ditinjau menurut etimologi berasal dari kata

“salima” yang berarti “menyerah, selamat, damai, dan sentosa.”

Sedangkan secara terminologi Islam adalah agama Allah SWT yang didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang telah diwahyukan kepada para Rosul-Nya.8

Berdasarkan uraian mengenai pengertian bimbingan rohani dan Islam di atas, maka dapat diambil kesimpulan bimbingan rohani Islam adalah segala usaha dan tindakan yang mengarah kepada kegiatan dalam membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi rohani seseorang terhadap pengalaman nilai-nilai ajaran agama Islam, juga untuk

6

Hadi Mutikrida Laksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981), Cet. ke-3, hal. 134.

7

Petter Salim dan Yummy Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem English, 1991), hal. 299.

8

(26)

15

meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.

2. Tujuandan Fungsi Bimbingan Rohani Islam

Adapun tujuan bimbingan itu sendiri menurut Aunur Rahim Faqih adalah : a. Membantu klien untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri

sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, dan kesempatan yang ada. b. Membuat proses sosialisasi dan sensituitas kepada kebutuhan orang

lain.

c. Memberi dorongan didalam mengarahkan diri, pemecahan masalah pengembalian keputusan dalam keterlibatan diri dalam masalah yang ada.

d. Mengembang nilai dan sikap menyeluruh serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

e. Membantu didalam memahami tingkah laku manusia.

f. Membantu klien untuk hidup didalam kehidupan yang seimbang dalam berbagai aspek, fisik, mental dan sosial.9

Fungsi bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi :

a. Fungsi preventif: sebagai pencegah terhadap timbulnya masalah. b. Fungsi pemahaman: yang menghasilkan pemahaman tentang sesuatu c. Fungsi perbaikan: yang menghasilkan solusi dari berbagai

permasalahan yang dialami.

9

(27)

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan: membantu dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan.10

3. MetodeBimbingan Rohani Islam

Dalam pengertian harfiah “metode” adalah jalan yang harus dilalui untuk

mencapai suatu tujuan. Kata metode berasal dari “meta” yang berarti

“melalui” dan “hodos” berarti jalan, namun pengertian hakiki dari “metode”

tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang di inginkan baik sarana tersebut bersifat fisik maupun non fisik.11

Ada beberapa metode bimbingan rohani Islam diantaranya a. Metode wawancara

Yaitu salah satu cara untuk memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan jamaah pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.

b. Metode Group Guidance (Bimbingan kelompok)

Bilamana metode interview atau wawancara merupakan pemahaman tentang keadaan jamaah secara individual. Maka bimbingan kelompok adalah sebaliknya, yaitu cara pengungkapan jiwa atau batin yang dilakukan pembimbing melalui kegiatan kelompok seperti ceramah, diskusi, seminar dll.

c. Metode non-direktif (cara yang tidak mengarah) Metode ini terbagi menjadi dua yaitu :

10

Dewa Ketut Sukardi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), hal. 26-27.

11

(28)

17

1) Client Centerd yaitu cara pengungkapan tekanan batin yang dirasakan

menjadi penghambat jamaah dengan sistem pancingan, yang berupa pertanyaan terarah.

2) Metode edukatif yaitu cara pengungkapan tekanan perasaan yang menghambat perkembangan jamaah dengan mengorek sampai tuntas perasaan yang menyebabkan hambatan dan ketegangan dengan cara

client centered yang diperdalam dengan pertanyaan yang motivatif dan

persuasif (mengajak) untuk mengingat mendorong agar berani mengungkapkan perasaan tertekan sampai keakar-akarnya.

d. Metode Psikonalisis (penganalisian jiwa)

Metode ini berasal dari psiko-analisis yang dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan perasaan yang sudah lagi disadari.

e. Metode Direktif (metode yang bersifat mengarahkan)

Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada jamaah untuk berusaha mengatasi kesulitannya (problem) yang berpengaruh kepada ketenangan berfikir. Pada metode ini, pembimbing memberikan saran-saran pandangan dan nasehat bagaimana sebaiknya ia bersikap dalam menghadapi problemnya.12

4. Bentuk Bimbingan Rohani Islam

Pada umumnya bentuk bimbingan yang digunakan dalam pendekatan suatu bimbingan yakni bimbingan individu. Karena dalam bimbingan individu pemberian bantuan dilakukan dengan suasana lebih akrab, bimbingan lebih terarah dan lebih terbuka (dalam artian klien akan lebih leluasa menyampaikan

12

(29)

masalah-masalah yang dihadapinya). Berbeda dengan bimbingan kelompok yang melibatkan banyak orang sehingga suasana kurang akrab dan klien tidak leluasa dalam menyampaikan masalah yang sedang dihadapi.

Bimbingan individu dalam hal ini pemberian bantuan dilaksanakan secara

face to face relationship (hubungan empat mata) antara pembimbing dengan

yang dibimbing. Biasanya masalah-masalah yang dipecahkan melalui cara ini adalah masalah yang bersifat pribadi. Dalam hal ini pembimbing bersikap penuh simpati dan empati.

Adapun sasaran bimbingan rohani Islam adalah merupakan salah satu kegiatan bimbingan yang bergerak dalam bidang kerohanian. Sasarannya adalah berfokus pada kepribadian para polisi seperti apakah mereka tertarik terhadap kegiatan kerohanian yang dilaksanakan pihak lembaga kepolisian, mengikuti setiap kegiatan yang ada dll. Sebab, pada hakikatnya polisi merupakan contoh atau role model bagi masyarakat. Maka perlu diadakan bentuk bimbingan yang bisa menumbuhkan etos kerja untuk personil polisi. 5. Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam

Ada beberapa unsur-unsur pokok bimbingan menurut Prof. Dr. Prayitno dan Drs. Erman Amti sebagaimana yang dikutipkan antara lain :

a. Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui lika-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini.

b. Bimbingan merupakan proses pemberi bantuan. “Bantuan” disini bukan

(30)

19

c. Bantuan itu diberikan kepada individu, baik pendorong maupun kelompok. Contoh bantuan kelompok seperti ceramah

d. Pemecahan masalah dalam bimbingan dilakukan oleh konselor dan atas kekuatan klien (orang yang dibimbing itu sendiri)

e. Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai bahan, interaksi, nasihat, ataupun gagasan, serta alat-alat tertentu baik yang berasal dari klien, pembimbing, maupun di lingkungan

f. Bimbingan tidak hanya diberikan untuk kelompok usia tertentu tetapi untuk semua usia. Terkait dengan ini Dra. Hallen A. seperti yang dikutip

menambahkan tentang siapa klien bimbingan rohani, yakni “setiap

individu mulai dari lahirnya sehingga terinternalisasikan norma-norma yang terkandung dalam Al-qur’an dan Hadits dalam setiap prilaku dan

sikap hidupnya.”13

g. Bimbingan diberikan oleh orang-orang ahli, yaitu orang-orang yang memiliki kepribadian yang terpilih dan telah memperoleh pendidikan serta latihan yang memadai dalam bidang bimbingan. Berkenaan dengan ini

kembali Hallen menegaskan bahwa, “kualifikasi bimbingan rohani tentu

saja tidak lepas dari tugasnya untuk menumbuhkan suburkan sikap hidup

yang diridhoi Allah SWT.”14

h. Pembimbing tidak selaknya memaksakan keinginannya pada klien.

i. Bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku (aturan, nilai, dan ketentuan yang bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaan yang berlakukan dan berlaku di masyarakat).

13

Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal. 21. 14

(31)

B. Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja

Etos kerja berasal dari kata kerja Yunani, dapat mempunyai arti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat, sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Secara terminologis kata etos yang mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:

a. Suatu aturan umum atau cara hidup b. Suatu tantanan aturan perilaku

c. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku15 Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atu berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita yang positif.16

Etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.17

Dari keterangan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti cara pandang seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita, setiap personil polisi dalam

15

Musa Asy’arie Islam. Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Ummat, (Yogyakarta:

Les’i, 1997), Cet. Ke-1, hal.3. 16

Ibid. 17

(32)

21

dirinya tidak luput dari semangat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan di terima masyakat dengan tidak di sebut sebagai penganguran.

Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna dalam sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).18

Dengan demikian adanya etos kerja pada diri seorang polisi akan ada tatanan atau perilaku dalam diri seseorang untuk menjadi lebih baik dengan semangat kerja yang tinggi.

1. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja

Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah : a. Pendorong timbulnya perbuatan.

b. Penggairah dalam aktivitas.

c. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.19

Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan atau menurut Kamus W.J.S Purwadaminta, kerja berarti melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa

18

Tasmara, Etos Kerja, hal. 20. 19

(33)

kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita.

Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidupnya, seperti halnya dengan sholat yang mana sebagai alat atau sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan di akhirat nanti. Kebahagiaan hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan ladang yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan dimanapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat. Seperti dalam surat Al-Qashash ayat 77:

















Artinya:
(34)

23

(keni”matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)

sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S. Al-Qashash: 77)20

Pandangan Islam mengenai etos kerja, dimulai dari usaha mengungkap sedalam-dalamnya sebagaimana sabda nabi yang mengatakan bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantug pada niat-niat yang dipunyai pelakunya. Jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah ) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi pula.

2. Ciri Etos Kerja Muslim

a. Memiliki Jiwa Kepemimpinan (leadership)

Seorang yang mempunyai jiwa pemimpin yang mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat sesuai dengan keinginanya.

Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai personalitas yang tinggi. Dia larut dalam keyakinannya tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti apa yang terbaik.21

b. Selaluberhitung

Sebagaimana Rosulullah bersabda dengan ungkapannya yang paling

indah. “ Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan enkau akan hidup

selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan engkau

akan mati besok.”22

Sebagai contoh dalam melakukan sholat selalu berhitung maksudnya adalah dalam mengerjakan sholat secara tepat waktu dan konsisten.

20

Kerajaan Saudi Arabia: Khadim al Haramain asy Syarifain, Al-Qur’an dan Terjemah, Surat Al-Qashah ayar 77; 20 hal. 623.

21

Tasmara, Etos Kerja, hal.29. 22

(35)

Di dalam bekerja dan berusaha, akan tampaklah jejak seorang muslim yang selalu teguh pendirian, tepat janji dan berhitung dengan waktu. c. Menghargaiwaktu

Konsekuensi logisnya dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. Ada semacam bisikan dalam jiwanya jangan lewatkan barang sedetik pun kehidupan ini tanpa memberi arti.23

d. Dia tidak pernah puas berbuat kebaikan (positive improvements) Tipe personil kepolisian akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah, pantang surut apalagi terbelenggu kemalasan.

Dengan semangat ini, personil kepolisian selalu berusaha untuk mengambil posisi dan memainkan perannya yang dinamis dan kreatif. Bagi mereka bukan karena badan tegak dan pangkat yang ada pada diri mereka mampu membunuh musuh sebanyak-banyaknya, tetapi keberanian yang paling hakiki, ia mampu menundukan dirinya sendiri.dengan banyak berbuat baik.

e. Hidup berhemat dan efisien

Berhemat disini bukan ingin menumpuk kekayaan, sehingga melahirkan sifat kikir individualistis. Tetapi berhemat dikarenakan ada satu reserve, bahwa tidak selamanya waktu itu berjalan lurus, ada up and

down, sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi di

masa yang akan datang.24

23

Ibid, hal. 32. 24

(36)

25

f. Memiliki jiwa wiraswata (entrepreneurship)

Seorang anggota polisi disini mampu mendapatkan penghasilan diluar gaji pokonya untuk membantu kesejahteraan keluarganya.

Sesungguhnya sangat bijak apabila kita mampu menyimak dan menghayati dengan penuh rasa tanggung jawab akan sabda Rosulullah yang mengatakan; Innaloha yuhibul mukminalmuhtarif (sesungguhnya Allah sangat cinta kepada seorang nukmin yang berpenghasilan).25

g. Memilki insting bertanding & bersaing

Maksud insting bertanding di sini adalah sebagai seorang yang ingin menjadi the winner dalam setiap pertandingan dia selalu melakukan latihan, menjaga seluruh kondisi yang dimiliki serta sangat kritis untuk menghitung aset dirinya. Karena lebih baik dia mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit daripada dia bertarung tanpa mengetahui potensi diri, karena hal itu sama saja dengan seorang yang bertindak nekad, spekulatif.26

h. Keinginan untuk mandiri (independent)

Seorang anggota polisi di dalam dirinya terbentuk keinginan untuk mandiri karena sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset, kemampuan serta potensi Ilahiyahnya yang sungguh sangat besar nilanya. Anggota polisi terbentuk pada saat dia

25

Tasmara, Etos Kerja, hal. 36. 26

(37)

memasuki dunia baru contohnya pada saat dia daftar menjadi anggota kepolisian.27

i. Haus untuk memiliki sifat keilmuan

Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca environment

dari mulai yang mikro (dirinya sendiri) sampai pada yang makro

(universe) dan bahkan memasuki ruang yang lebih hakiki yaitu metafisik,

falsafah keilmuan dengan menepatkan dirinya pada posisi sebagai subjek yang mampu berpikir radikal (radix artinya=akar), yaitu mempertanyakan, menyaksikan dan kemudian mengambil kesimpulan untuk memperkuat argumentasi keimanannya.28

Seorang anggota polisi pada saat mereka mendaftarkan diri menjadi calon anggota polisi mereka diberi bekal ilmu, polisi pun haus akan ilmu yang belum mereka belum dapat, dan bertanya-tanya apa yang mereka tidak ketahui.

j. Berwawasan makro universal

Dengan memiliki wawasan yang makro atau besar, seseorang muslim menjadi manusia yang bijaksana. Mampu mempertimbangan yang tepat, serta setiap keputusannya lebih mendekati kepada tingkat presisi (ketepatan) yang terarah dan benar.29

Wawasan yang luas sangat berpengaruh terhadap etos kerja kepolisian, karena seorang polisi adalah panutan masyarakat yang mana wawasan melebih masyarakat.

27

Tasmara, Etos Kerja, hal. 39-40. 28

Ibid, hal. 41. 29

(38)

27

k. Memperhatikan kesehatan dan gizi

Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan cara dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmani.

Salah satu persyaratan untuk menjadi sehat adalah cara dan ciri dirinya untuk memilih dan menjadikan konsumsi makanan yang sehat, begitu juga dengan anggota kepolisian dalam memperhatikan kesehatan dan gizi perlu diperhatikan asupan makanan yang bergizi.30

l. Ulet, pantang menyerah

Seorang anggota polisi keuletan merupakan modal awal yang sangat besar didalam menghadapi segala macam tantangan atau tekanan

(pressure). Panutan masyarakat seperti anggota polisi memiliki jiwa

pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang ada. m. Berorientasi pada produktivitas

Para polisi diarahkan untuk menumbuhkan sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien. n. Memperkaya jaringan silaturrahmi

Silaturahmi adalah bentuk sambung rasa yang dinamis dapat memberikan dampak yang sangat luas. Sebagaimana kita mengenal

Rasullullah “barang siapa yang ingin panjang umur dan banyak rezeki,

sambungkanlah silaturahmi.”

Silaturahmi adalah lampu penerang dalam tatanan pergaulan kehidupan yang apabila dilakukan dengan penuh tanggung jawab maka

30

(39)

dalam perkembangan selanjutnya dapat mengangkat martabat dirinya dihadapan manusia.31

2. Faktor Penghambat Etos Kerja a. Kharafat&Takhayul

Mengetahui adanya Allah sebagai pencipta langit dan bumi, tetapi pada saat yang sama, mereka tidak konsekuen menjalankan perintah Allah, bahkan mencari medium sebagai perantara untuk memenuhi harapan doa mereka sendiri terkabul dengan cara mempersekutukan Allah.

Maka, jimat-jimat sebagai alat untuk menjembatani keinginannya dengan Tuhan menjadi bertambah kabur karena dalam titik tertentu jimat itu pun menjadi Tuhan penolong bagi dirinya.32

b. Tak akan lari gunung dikejar, alon-alon asal kelakon

Maksud peribahasa disini adalah peribahasa alon-alon asal kelakon

memberikan suatu nuansa bahwa apabila seseorang bekerja dengan benar, mengikuti prosedur maka akan menghasilkan pekerjaan yang baik.

Hampir sejalan dengan falsafah ini adalah sebuah ungkapan yang mengatakan :tak akan lari gunung dikejar. Ungkapan ini memberi suatu pengertian agar dalam melaksanakan sebuah tugas, pekerjaan atau kiprah tertentu, kita harus mampu bersabar, telaten, dan optimis.33

Jika dalam diri polisi ada sifat kurang sabaran, kurang telaten dan mempunyai sifat pesimis akan menghambat etos kerja pada dirinya.

31

Ibid, hal. 61. 32

Ibid, hal. 126. 33

(40)

29

c. Gampangan, take it easy, bagaimana nanti sajalah

Maksudnya adalah dalam bekerja terlalu mengangap enteng apa yang menjadi tugasnya sehingga terbengkalai, bagaimana sajalah maksud disini tidak disiplin sehingga menghambat etos kerja.

d. Nrimo-fatalistis

Konotasi sabar, pasrah dan nrimo itu dalam arti tidak hanya jalan di tempat tapi berusaha menggapai apa yang kita harapan sehingga terwujud suatu impian kita. Terlalu pasrah kurang baik karena menghambat terbentuknya etos kerja.

e. Mangan ora mangan pokoke kumpul

Maksud disini adalah keakraban, saling membantu diantara sesama keluarga, tetapi jangan sampai salah tafsir seakan-akan mengorbankan nilai bekerja hanya karena alasan merasa jauh dari keluarga atau menjadikan diri kita menjadi malas mencari nafkah karena sudah merasa mendapatkan jaminan (belas kasihan).34

f. Salah persepsi, bahwa kerja kasar itu hina

Harus kita buang jauh-jauh, suatu pandangan yang salah bahwa bekerja kasar itu hina atau kurang intelek. Persepsi seperti ini kemudian melahirkan suatu penyakit yang mendorong seseorang menjadi manusia yang gengsian, rapuh, dan kehilangan daya juang. Jangan sampai terkesan bahwa hanya dengan memakai dasi, lantas gengsi kita naik dan mendapatkan kemulian. Ketahuilah bahwa pada akhirnya, seseorang dinilai oleh prestasinya, bukan oleh gengsi yang bersifat artifisial yang

34

(41)

tampak luar belaka. Apalah artinya memakai dasi tetapi kantong kosong, ini juga faktor penghambat karena mereka terlalu melihat ke atas sehingga mereka lupa diri karena sesungguhnya semua kerjaan itu baik asal di jalan Allah tidak menyimpang dengan ajaran agama.35

g. Jimat atau maskot

Hampir di seluruh dunia, keyakinan akan suatu benda yang membawa tuah (kesaktian) atau memberi rezeki, perlindungan, ketentraman, diyakini oleh banyak orang lain, jimat atau maskot, tidak lebih dari pada lambang keraguan seseorang menghadapi realitas hidup tanpa adanya confidence

(keyakinan diri).36

Etos kerja memang membutuhkan semangat juang. Tetapi adalah aneh apabila semangat itu tumbuh dari keyakinan atau kemantapan jiwa hanya merasa dilindungi atau dijamin oleh jimat baik berupa boneka, batu cincin, atau benda-benda antik dan keramat ini merupakan faktor penghambat terbentuk etos kerja. Contoh seorang personil polisi yakin adanya sang pencipta yaitu Allah tetapi mereka terkadang percaya pada hal gaib seperti jimat sebagai perantara untuk mendapatkan kerja yang lebih baik itu salah besar salat harus dijadikan sebagai sarana untuk pembersih jiwa.

35

Tasmara, Etos Kerja, hal. 131. 36

(42)

31

[image:42.595.114.524.79.481.2]

BAB III

GAMBARAN UMUM POLRES JAKARTA PUSAT

DAN KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

A. Polres (Polisi Resort) Jakarta Pusat

1. Sejarah berdirinya

Polres Jakarta Pusat adalah lembaga kepolisian yang menaungi delapan polsek sekitarnya diantaranya Polsek Gambir, Polsek Sawah Besar, Polsek Tanah Abang, Polsek Senen, Polsek Kemayoran, Polsek Cempaka Putih, Polsek Johar Baru dan Polsek Menteng. Berdirinya Polres Jakarta Pusat pada tanggal 01 Juli 1967.1 Polres Jakarta Pusat termasuk kantor kepolisian yang sudah cukup lama sudah 43 tahun Polres Jakarta Pusat itu berdiri, dari segi bangunan sudah terlihat tua.

2. Visi dan Misi

Sama halnya dengan lembaga lain yang memiliki visi, misi dan tujuan dalam menjalankan tugasnya, maka Polres Jakarta Pusat pun memiliki visi, misi dan tujuan dalam menjalankan tugasnya. Adapun visi, misi dan tujuannya antara lain:

a. Visi Polres

Setiap langkah dalam pelaksanaan tugasnya selalu bersama dengan masyarakat, untuk mewujudkan polri yang dipercaya masyarakat.2

1

Wawancara pribadi dengan AKP H. Gatot Subroto, Kasubag Pers Polres Jakarta Pusat,

(Jakarta, 17 Juni 2010). 2

(43)

b. Misi Polres

1. Memberikan perlindungan, pengayoman, bimbingan dan pelayanan secara tepat dan profesional terhadap setiap kepentingan masyarakat.

2. Memberi kultur polri yang humanis, terwujud dari tindakan anggota terletak pada ucapan, sikap, perilaku dan perbuatan.

3. Meningkatkan kemampuan keterampilan personil melalui pendidikan dan latihan sehingga bisa menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul di tengah masyarakat.

4. Meningkatkan kuantitas patroli untuk mempersempit dan mengurangi peluang bagi pelaku kriminalitas melakukan kejahatan. 5. Mengutamakan tindakan persuasif dalam menghadapi unjuk rasa. 6. Menggalakkan perang terhadap narkoba, baik melalui penegakkan

hukum maupun melalui pembinaan masyarakat dengan memberdayakan semua potensi masyarakat.

(44)

33

8. Menangani setiap perkara dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau identifikasi kajahatan melalui ilmu pengetahuan

(scientifics criminals investigation).3

3. Program-Program

Dengan memperhatikan sasaran secara sesama dapat kita lihat program-programnya adalah:

a. Menjujung kamtibnas (keamanan dan ketertiban masyarakat) dan wilayahnya yang dinaungi oleh Komisariat Besar Kepolisian.

b. Delapan Polsek yang berada di bawah polres jakarta pusat 1. Polsek Gambir

2. Polsek Sawah Besar 3. Polsek Tanah Abang 4. Polsek Senen 5. Polsek Kemayoran 6. Polsek Cempak Putih 7. Polsek Johar Baru 8. Polsek Menteng4 4. StrukturOrganisasi

Dapat dilihat di lampiran 5. Saranadan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Polres Jakarta Pusat berupa: a. Kendaraan roda dua berjumlah 198 unit.

b. Kendaraan roda empat berjumlah 139 unit.

3

Yossy, Warta, h.1. 4

(45)

c. Jumlah personil kepolisian berjumlah 1.800 orang.

d. Polisi yang diberi senjata khusus hanya bagi polisi yang bertugas di lapangan.5

B. KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DI POLRES

1. Sejarah Bimbingn Rohani Islam

Bimbingan rohani disini di dirikan 30 tahun yang lalu tepatnya 1980-an sejak dari awal ustadz pembimbing yang bernama ustadz Zainudin karena ustadz tersebut meninggal, bimbingan rohani di Polres sempat vakum selama beberapa tahun, Tahun 2006 awal Ustad Gatot di percaya oleh pimpinan polres Jakarta Pusat untuk mengantikan Ustadz Zainudin (Alm) maka bimbingan rohani sempat vakum aktif kembali, Bapak Gatot menjadi pembimbing selama 4 tahun, dalam segi pengalaman keagamaan Bapak Gatot sudah tidak perlu di ragukan lagi. suka dan duka sudah beliau alami selama menjadi pembimbing di Polres Jakarta Pusat, mulai dari jamaah yang aktif ataupun non aktif sudah beliau temui, kegiatan bimbingan rohani di polres diadakan setiap minggunya sesudah apel pagi setiap personil di berikan sedikit ceramah rohanian gunanya memberikan motivasi kerja pada setiap personil polisi, tepatnya setiap hari kamis.6

2. Pembimbing

Pembimbing di polres adalah Bapak AKP. H Gatot sobroto sebagai penganti ustad Alm Zainudin. Ustad Gatot selama empat tahun menjadi ustadz pembimbing semenjak meninggalnya bapak Zainudin ustadz pertama yang

5

Yossy, Warta, h. 10. 6

Wawancara pribadi dengan AKP H. Gatot Subroto, Kasubag Pers Polres Jakarta Pusat,

(46)

35

menjadi pembimbing. Bapak Gatot adalah pembimbing yang sangat di senangi para anggota polisi bagi yang muda maupun yang tua karna wibawanya.

3. Terbimbing

Terbimbing adalah jamaah yang mengikuti bimbingan rohani Islam di polres yang berjumlah 15 orang, dilihat dari jenis kelamin semua jamaah laki-laki, di lihat dari segi umur berkisar antara 24-55 tahun, kemudian dari kepangkatan juga bervariasi, begitupun dengan masa kerja berkisar antara 4-33 tahun. Selama penulis penelitian di kantor Polres Jakarta Pusat penulis tidak melihat jamaah wanitanya, mengikuti apel pagi mungkin karna ada kesibukan yang tidak bisa di tinggalkan sehingga tidak terlihat.

4. Aktvitas Bimbingan Rohani Islam

Aktivitas bimbingan di Polres Jakarta Pusat setiap 2 minggu sekali di adakan ceramah rutin tepatnya di mesjid yang berada di dalam lembaga kepolisian tersebut. Sedangkan ustadz pembimbing selalu memberi ceramah pada saat apel pagi sebelum anggota kepolisian memulai aktivitas bekerjannya.

Aktivitas bimbingan rohani Islam yang berpengaruh dalam meningkatkan etos kerja kepolisian di lingkungan Polres Jakarta Pusat, diantaranya:

(47)

berperan terhadap etos kerja pada masing-masing personil khususnya yang beragama muslim.

2. Setiap 2 minggu sekali di adakan ceramah yang di isi oleh Bapak Gatot tepatnya di mesjid yang berada di lingkungan tersebut.

(48)

37

BAB IV

PENGARUH BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENINGKATKAN

ETOS KERJA KEPOLISIAN DI POLRES JAKARTA PUSAT

A. Deskripsi Informan

1. Pembimbing

AKP H. Gatot Subroto, S.H. ( Pembimbing dan Kasubbag Pers.)

Beliau lahir di Riau pada tanggal 24 Juli 1965 dan lulusan S1 Fakultas Hukum di Universitas Indonesia. Beliau menjadi anggota kepolisian di P olres Jakarta Pusat selama 24 tahun, dan menjadi pembimbing sejak 4 tahun yang lalu setelah bpk Zainudin meninggal dunia, jabatan yang diduduki Bapak Gatot sekarang selain menjadi pembimbing sekaligus Kasubag Pers. Bapak Gatot terkenal dengan pembimbing yang gaul dan lucu sehingga terbimbing merasa nyaman bercerita dengan beliau, adapun alasan beliau dijadikan sebagai informan karena beliau adalah pembimbing pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam di Polres Jakarta Pusat.

2. Terbimbing/Jamaah

[image:48.595.116.524.136.453.2]

Adapun deskripsi terbimbing adalah sebagai berikut : Tabel 1

Berdasarkan Jenis Kelamin

No Subjek Jumlah

1 Laki-laki 15

2 Perempuan 0

(49)

Tabel di atas merupakan tabel tentang deskripsi terbimbing berdasarkan jenis kelamin. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh peserta bimbingan berjenis kelamin laki-laki.

Tabel selanjutnya merupakan tabel tentang deskripsi terbimbing berdasarkan usia.

Tabel 2 Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah

1 24-28 tahun 8

2 29-33 tahun _

3 34-38 tahun 1

4 39-43 tahun 2

5 44-48 tahun 1

6 49-55 tahun 3

Jumlah 15

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas terbimbing berada dikisaran usia 24-28 tahun. Yang pada usia ini masih bisa dikatakan berada pada usia produktif.

[image:49.595.118.527.126.508.2]
(50)
[image:50.595.148.527.79.448.2]

39

Tabel 3

Berdasarkan Kepangkatan

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terbimbing yang paling banyak mengikuti bimbingan adalah polisi yang berpangkat BRIPTU.

[image:50.595.165.458.554.755.2]

Tabel selanjutnya merupakan tabel tentang deskripsi terbimbing berdasarkan masa kerja.

Tabel 4

Berdasarkan Masa Kerja

No

Masa Kerja

Jumlah

1

4

8 Tahun

9

2

9

13 Tahun

-

3

14

18 Tahun

1

4

19

23 Tahun

3

5

24

28 Tahun

-

6

29

33 Tahun

2

JUMLAH

15

No Pangkat Jumlah

1 AKP 1

2 IPTU 1

3 IPDA 1

4 AIPTU 3

5 AIPDA -

6 BRIPKA 1

7 BRIGADIR 1

8 BRIPTU 7

(51)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas terbimbing yang mengikuti bimbingan sudah bekerja di polres minimal selama 4-8 tahun.

B. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam

1. Pembimbing

Secara akademis pembimbing harus memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang luas, serta mempunyai kemampuan dalam bidangnya dan dalam melayani berbagai permasalahan dari jamaahnya khususnya dalam bidang keagamaan.

Dengan demikian pembimbing di upayakan memiliki kemampuan keagamaan yang lebih. Jadi dari segi profesional setiap pembimbing mempunyai kompetensi yang seimbang antara teoritik dan praktik.

Persyaratan formal (akademik) dalam bentuk teoritik dan kemampuan praktik belumlah cukup, tetapi harus pula dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan yang lainnya seperti motivasi, kemampuan berempati, berkomunikasi dengan baik, kemampuan berimprovisasi dan lain-lain.

(52)

41

kepolisian di Polda Jakarta Pusat dan lulus seleksi di tahun yang sama, pembimbing sudah manjadi anggota kepolisian selama 23 tahun. Pada usia 25 tahun pembimbing melakukan kewajiban sebagai umat Islam dengan melakukan perjalanan haji yang pertama, pembimbing termasuk sukses pada usia yang masih muda, sampai saat ini pembimbing sudah 4 kali melakukan perjalanan haji terakhir pada tahun 2009.1

2.Terbimbing

Terbimbing ialah 15 jamaah laki-laki yang menjadi sampel penelitian penulis, pada saat penulis melakukan observasi, jamaah wanita tidak terlihat pada saat apel pagi di laksanakan karna mungkin jamaah perempuan mempunyai kesibukan yang tidak bisa di tinggalkan. Akhirnya penulis memilih untuk mengambil sampel 15 laki-laki, dilihat dari segi umur berkisar antara 24-55 tahun dan ternyata terbimbing yang aktif sekitar umur 24-28 tahun yang usianya masih muda, karena semangat kerjanya yang masih tinggi, dan merasa haus akan pengetahuan agama, sedangkan umur 49-55 tahun hanya beberapa saja yang mengikuti kegiatan bimbingan rohani tersebut mungkin dikarenakan kesibukan yang tidak bisa di tinggalkan, dilihat dari kepangkatan ternyata yang banyak hadir adalah anggota BRIPTU berjumlah 7 orang karena anggota BRIPTU memerlukan bimbingan agama membentuk kepribadian menjadi seseorang yang berjiwa pemimpin

3. Materi

Dalam kegiatan bimbingan rohani Islam di polres materi yang di berikan berbeda-beda, mulai dari masalah pribadi seperti dalam masalah rumah tangga

1

Wawancara pribadi dengan AKP H. Gatot Subroto, Kasubag Pers Polres Jakarta Pusat,

(53)

individu masing-masing, dan yang tidak kalah penting adalah tentang kinerja kerja seorang Polisi, bagaimana seorang Polisi bisa bertugas dengan baik salah satunya yaitu dengan cara menghargai waktu, sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Ashr ayat 1-3

































Artinya :

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-nasehat-menasehati supaya menetapi

kebenaran”

(54)

43

merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam di polres.

4. Metode

Dalam kegiatan bimbingan rohani Islam yang di laksanakan di Polres Jakarta Pusat metode yang di gunakan adalah metode ceramah dan metode diskusi. Metode ceramah adalah suatu proses bimbingan Islam yang dilakukan dengan menyampaikan materi agama secara lisan di depan para jamaah yang mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam dimana pembimbing memberi proses bimbingan dengan ceramaah keagamaan sehingga jamaah tersugesti dengan dakwahnya, bimbingan rohani yang di sampaikan pembimbing berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits

Sedangkan metode diskusi adalah suatu metode bimbingan dengan cara saling bertukar pikiran mengenai masalah yang menjadi topik pembicaraan. Pembimbing membahas kembali masalah yang telah di sampaikan dan mengulas kembali apa saja yang terbimbing kurang mengerti, menurut Bapak Gatot metode diskusi memancing peran terbimbing menjadi aktif untuk bertanya dalam proses kegiatan bimbingan rohani Islam yang dilaksanakan pihak lembaga Kepolisian.2

C. Implementasi Bimbingan Rohani Islam dalam Meningkatkan Etos Kerja

Kepolisian

Menurut Toto Tasmara ada beberapa ciri-ciri orang yang beretos kerja muslim. Namun, pada penelitian ini penulis membatasinya pada empat ciri etos kerja, yaitu:

2

(55)

1. Menghargai Waktu

Seperti yang sudah di jelaskan pada Surat Al Ashr : 1-3 bahwa waktu sangat penting dan bermakna, bagaimana seseorang dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik- baiknya. Karena waktu adalah sebuah tanggung jawab setiap individu, waktu yang kita tinggal walaupan hanya sedetik sesuguhnya kita telah di rugikan oleh waktu. Dengan di laksanakan kegiatan bimbingan rohani Islam di polres Jakarta Pusat terbimbing menjadi menghargai waktu di lihat dari absensi dengan datang tepat pada waktu yang di tentukan, pulang juga pada waktu yang di tetapkan oleh pihak lembaga kepolisian, mengerjakan tugas sesuai dengan aturan yang berlaku, dan mengumpulkan tugas tepat pada waktu yang telah di tentukan, ini adalah sebagian dari pelaksanaan yang di rasakan terbimbing setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani Islam.

2. Memiliki Jiwa Kepemimpinan ( leadership)

Gambar

GAMBARAN UMUM POLRES JAKARTA PUSAT
Tabel 1
Tabel selanjutnya merupakan tabel tentang deskripsi terbimbing
Tabel 3 Berdasarkan Kepangkatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangannya dengan judul

[r]

Isi dari undang-undang narkotika misalnya, boleh saja teori pada pernyataan suatu pasalnya mengatakan bahwa orang tua yang anaknya adalah seorang pecandu

Klasifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian. Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang hendak diurai melalui program ini adalah: cara meningkatkan penguasaan bidang studi Astronomi para guru

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) keberhasilan dari penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing dalam mata pelajaran

Sistem penyimpanan obat di Gudang Medis Sub Bagian Logistik menggunakan metode FIFO dan dalam pelaksanaannya terkendala oleh jumlah SDM yang tidak sesuai dengan

Begitu pula di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa terdapat pengaturan tentang