• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode pembelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode pembelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh: REKA WIBAWA NIM. 105011000157

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA

DI SMP RIYADLUL JANNAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Di Bawah Bimbingan:

Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag NIP. 19580707 198703 1 005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 17 Juni 2010, di hadapan Dewan Penguji. Karena itu penulis, berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Juni 2010 Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Bahrissalim, M. Ag ... ... NIP. 19680307 199803 1 002

Sekretaris Jurusan

Drs. Sapiudin Shidiq, M. A ... ... NIP. 19670328 200003 1 001

Penguji I

Dr. Khalimi, M. A ... ... NIP. 19650515 199403 1 006

Penguji II

Dr. Hj. Siti Salmiah, M. A ... ... NIP. 150 020 004

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Reka Wibawa

Tempat/ Tgl. Lahir : Bogor, 02 Desember 1988

NIM : 105011000157

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi : Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah

Dosen Pembimbing : Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah

Jakarta, 21 Juni 2010 Mahasiswa Ybs.

(5)

i

ABSTRAK

Reka Wibawa

Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah

Dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkualitas maka terdapat salah satu faktor terpenting yang perlu diperhatikan yaitu faktor guru. Hal tersebut dikarenakan guru merupakan seseorang yang memiliki andil cukup besar dalam mengajar, mendidik dan membina peserta didik sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai. Selain itu, seorang guru dituntut agar memiliki kompetensi dan profesionalitas yang tinggi dalam proses pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mengenai pengetahuan dan kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif khususnya pada mata pelajaran hadis sehingga dapat manciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif serta mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa.

Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran hadis dengan minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Riyadlul Jannah yang berlokasi di Ciseeng Bogor pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2010 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Riyadlul Jannah yang mana keseluruhannya berjumlah 87 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil seluruh populasi yang ada, hal ini dikarenakan populasi kurang dari 100 orang.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa telah memberikan nikmat yang berlimpah kepada penulis. Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, keluarganya dan para sahabatnya, sehingga penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan laporan skripsi ini yang berjudul Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak bimbingan, dorongan, semangat serta bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta yang memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 3. Ketua, Sekretaris dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam

Negeri Jakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Yudhi Munadi, M. Ag sebagai Dosen Pembimbing akademik yang dengan sabar membimbing penulis dari awal hingga selesainya studi ini.

5. Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan telah banyak membimbing, memberi masukan serta memotivasi penulis dengan sabar dan penuh perhatian dari awal hingga akhir penulisan laporan skripsi ini.

(7)

iii

7. Nur Siti Latifah sebagai Guru Mata Pelajaran Hadis Kelas VII SMP Riyadlul Jannah yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

8. Soleha sebagai Guru Mata Pelajaran Hadis Kelas VIII dan IX SMP Riyadlul Jannah yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

9. Kedua orang tuaku, ayahanda Sofwan, S. Pd, MM dan Ibunda Nuryati yang selalu memberikan doa, semangat, pengorbanan, cinta, dan kasih sayang kepada peneliti.

10.Kakakku (Ida Fitrisa) dan Adik-adikku tersayang (Lady Kayda dan Rafi Trisnawan) yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, do’a dan dorongan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman terbaikku Khoir, Endah, Myra, Ifah, Umi, Lia, Eli, Maya dan seluruh teman-teman kelas D’05 yang telah banyak membantu dan mensupport penulis. Semoga tali silaturahim dan persahabatan kita selalu terjaga.

12.Teman-teman dan keluarga besar Riyadlul Jannah Nur Siti Latifah, Bu Yantih, Bu Fitri, Pak Rahmat, Pak Usup, Lilis, Safitri, Alim dan khususnya Qomaruddin yang tiada lelah dan henti-hentinya mendo’akan dan memotivasi penulis. Semoga Allah membalas Semua kebaikan kalian.

13.Semua pihak yang telah membuat penulis tetap survive dan selalu semangat dalam menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih kurang dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat limpahan balasan dari Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Depok, 11 Juni 2010

(8)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Permasalahan Peneliti 1. Identifikasi Masalah 2. Pembatasan Masalah ...4

3. Perumusan Masalah ...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ...5

2. Manfaat Penelitian ...6

BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran ...7

2. Kedudukan dan Fungsi Metode Pembelajaran ...11

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran ...12

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran ..15

B. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar ...18

2. Fungsi dan Tujuan Minat Belajar ...21

(9)

v C. Metode Pembelajaran Hadis

1. Pengertian Hadis ...27

2. Pengertian Metode Pembelajaran Hadis ...29

3. Tujuan Mata Pelajaran Hadis ...30

4. Macam-Macam Metode Pembelajaran Hadis...31

D. Kerangka Berfikir ...38

E. Hipotesis ...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...41

B. Metode Penelitian ...41

C. Variabel Penelitian ...41

D. Populasi dan Sampling ...42

E. Teknik Pengumpulan Data ...43

F. Teknik Pengolahan dan Analisis data ...45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Sejarah Berdirinya SMP Riyadlul Jannah ...50

2. Keadaan Guru dan Siswa SMP Riyadlul Jannah ...51

3. Sistem Pendidikan SMP Riyadlul Jannah ...53

4. Visi dan Misi SMP Riyadlul Jannah ...55

5. Stuktur Organisasi SMP Riyadlul Jannah ...56

6. Sarana dan Prasarana SMP Riyadlul Jannah ...57

B. Analisis Data ...58

C. Pembahasan ...80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...82

B. Saran ...83 DAFTAR PUSTAKA

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

3.1 Daftar Jumlah Siswa SMP Riyadlul Jannah ... 42

3.2 Kisi-Kisi Instrument Angket/Kuesioner ... 43

3.3 Pedoman Interpretasi Secara Sederhana Terhadap Angka Indeks korelasi ”r” Product Moment ... 48

4.1 Keadaan Guru SMP Riyadlul Jannah ... 52

4.2 Keadaan Siswa SMP Riyadlul Jannah ... 53

4.3 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar SMP Riyadlul Jannah ... 54

4.4 Prasarana SMP Riyadlul Jannah ... 54

4.5 Buku Perpustakaan SMP Riyadlul Jannah ... 57

4.6 Alat Penunjang KBM/Alat Peraga ... 57

4.7 Identitas Responden ……….. 58

4.8 Distribusi Frekuensi Variabel X (metode yang digunakan guru sudah sesuai dengan materi yang disampaikan) ………. 58

4.9 Distribusi Frekuensi Variabel X (dalam menyampaikan materi pelajaran hadis, guru menggunakan metode cerita) ……….. 59

4.10 Distribusi Frekuensi Variabel X (siswa memahami setiap materi hadis yang disampaikan oleh guru ketika menggunakan metode cerita)……… 60

4.11 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam pembelajaran hadis, guru membaca, menerjemahkan dan menerangkan materi pelajaran hadis dan siswa mendengarkan serta menulis penjelasan guru) …… 60

4.12 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam pembelajaran hadis siswa diharuskan menghafal setiap materi yang telah disampaikan) ... 61

4.13 Distribusi Frekuensi Variabel X (Ketika kegiatan belajar mengajar hadis berlangsung, guru menggunakan media atau alat bantu pengajaran) ……… 62

(11)

vii

4.15 Distribusi Frekuensi Variabel X (Guru menguasai materi

hadis yang disampaikan di kelas) ... 63 4.16 Distribusi Frekuensi Variabel X (Materi yang disampaikan guru

disesuaikan dengan perkembangan isu saat ini) ... 64 4.17 Distribusi Frekuensi Variabel X (Saat siswa mengajukan

pertanyaan tentang materi pelajaran hadis, guru menjawab

dengan baik dan jelas) ... 64 4.18 Distribusi Frekuensi Variabel X (Contoh yang diberikan guru

sesuai dengan materi hadis yang disampaikan) ... 65 4.19 Distribusi Frekuensi Variabel X (Cara mengajar guru dalam

menyampiakan materi hadis membosankan) ………... 66 4.20 Distribusi Frekuensi Variabel X (Sebelum pelajaran hadis dimulai,

guru menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi

yang akan disampaikan) ... 66 4.21 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam setiap menyampaikan

materi guru memotivasi (memberi dorongan) siswa untuk

belajar hadis) ………. 67 4.22 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam pembelajaran hadis, guru

memberikan reward dalam bentuk pujian atau hadiah bagi siswa

yang mampu menghafal atau mendapatkan nilai tertinggi dikelas)…. 67 4.23 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya mendengarkan dengan penuh

perhatian setiap penjelasan yang disampaikan guru hadis di kelas)…. 68 4.24 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya menyukai posisi duduk

paling depan pada saat pelajaran hadis berlangsung) ……….. 69 4.25 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak malu-malu untuk

bertanya pada guru jika ada penjelasan guru yang belum saya

mengerti) ………. 69 4.26 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Ketika belajar hadis saya

mengantuk)……….. 70 4.27 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Sebaiknya jam pelajaran hadis di

(12)

viii

4.28 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Ketika guru menjelaskan materi

hadis di kelas rasanya ingin cepat-cepat selesai)... 71 4.29 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak suka belajar hadis

karena berbahasa Arab sehingga banyak kata-kata yang saya

tidak mengerti)... 72 4.30 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak senang ketika

diharuskan menghafal pada setiap pelajaran hadis)……… 72 4.31 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak senang ketika pelajaran

hadis disampaikan dengan metode cerita) ... 73 4.32 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya senang belajar hadis bila hanya

mendengarkan penjelasan guru) ... 73 4.33 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tetap giat belajar walaupun

nilai ulangan hadis saya jelek)……….. 74 4.34 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya suka belajar hadis di luar jam

pelajaran) ... 75 4.35 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya akan tetap berada di kelas

dan membaca buku hadis walaupun guru hadis tidak hadir)…………. 75 4.36 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Menurut saya, tugas hadis yang

diberikan guru adalah beban bagi saya)………. 76 4.37 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Rajin mengerjakan tugas karena

(13)

LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah

2. Pedoman Wawancara Guru Bidang Studi Hadis 3. Instrumen Angket/Kuesioner

4. Hasil Angket/Kuesioner 5. Peta Korelasi

6. Nilai “r” Product Moment 7. Pengajuan Judul Skripsi 8. Surat Bimbingan Skripsi 9. Surat Izin Penelitian

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Islam memiliki beberapa sumber hukum yang dapat dijadikan sebagai sandaran atau pedoman bagi umatnya, yaitu kitab suci Al-Quran, Hadis Rasulullah saw dan ijtihad. Ketiga sumber tersebut sangat penting untuk diimani dan dijalankan oleh setiap muslim.1

Hadis ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw atau sahabat atau tabi’in, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat dan keadaannya.2 Selain sebagai salah satu sumber syari’at Islam, hadis juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah-sekolah Islam di Indonesia, baik disekolah-sekolah negeri maupun swasta, mulai pada madrasah tingkat pertama, dua madrasah tingkat teratas bahkan sampai tingkat perguruan tinggi dengan dikelola oleh Departemen Agama.3

Adapun tujuan dari mata pelajaran hadis ialah agar orang mengerti akan ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibicarakan pada hadis tersebut yaitu tentang teks yang berasal dari ucapan nabi atau para sahabat dan

1 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.103

2

Aminudin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), Cet. 1, h. 55 3

(15)

para tabi’in tentang nabi, sehingga dapat menjadi salah satu acuan atau patokan untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, pada realitanya permasalahan yang sering dijumpai dalam proses pembelajaran hadis yaitu kurangnya pemahaman dan penguasaan guru dalam memilih dan menggunakan variasi metode pembelajaran yang tepat, sehingga hal tersebut berdampak kepada terciptanya situasi dan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif serta mengakibatkan kurangnya minat atau gairah siswa untuk mengikuti proses pembelajaran hadis.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka seharusnya dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan seorang guru perlu menerapkan atau menggunakan berbagai macam/variasi metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi ajar, karakteristik peserta didik, situasi dan kondisi yang ada serta yang tak kalah penting yaitu disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki guru guna meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif/tidak membosankan dan siswa mampu menangkap, memahami serta mengaplikasikan makna yang terkandung dalam materi hadis tersebut dengan baik.

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa metode memiliki nilai strategis dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena metode merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan dan merupakan alat atau fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran kepada anak didik dalam upaya mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.4 Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan sebuah istilah yang mengatakan bahwa al-ţarîqat ahamm min al-maddah (metode jauh lebih penting dibanding materi). 5

4

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet.1, h. 59

(16)

Metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran hadis adalah metode kisah/cerita, bandongan, hafalan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam memilih dan menggunakan sebuah metode pembelajaran seorang guru harus mampu mempertimbangkan aspek efektivitas dan relevansinya antara metode dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi yang disampaikan, serta kemampuan dan kebutuhan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran hadis.

Minat adalah suatu perhatian khusus atau dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya serta merupakan keadaan psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Apabila seseorang memiliki minat yang besar maka ia akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar pula terhadap subjek tersebut, sehingga pada akhirnya ia akan mendapatkan hasil yang maksimal, karena hal tersebut di dasari dengan rasa suka atau ketertarikan. Namun sebaliknya, jika minatnya kurang maka akan mengakibatkan kurangnya intensitas kegiatan dalam hal ini siswa tidak akan mau belajar, dan dari kurangnya intensitas kegiatan atau belajar tersebut maka akan menimbulkan hasil yang kurang memuaskan pula.

Sedangkan belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengadakan perubahan dalam dirinya baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keberhasilan belajar bukan hanya tergantung pada kecemerlangan otak, tetapi sikap dan minat juga mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan siswa. Karena ketika seseorang melakukan suatu kegiatan yang didasari dengan adanya minat, maka ia akan menjalankannya dengan penuh semangat sehingga pada akhir kegiatan dia dapat merasakan manfaat akan apa yang sudah dilakukannya. Selain itu, minat sangat diperlukan untuk menunjang jalannya proses belajar mengajar yang baik khususnya pada mata pelajaran hadis.

(17)

Namun, setelah dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran hadis yang diperoleh dari daftar nilai siswa SMP Riyadlul Jannah kelas VII, VIII dan IX menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut masih berada dibawah standar yang ditetapkan oleh pihak SMP Riyadlul Jannah. Selain itu, ternyata tidak semua siswa SMP Riyadlul Jannah ikut serta aktif dalam mengikuti mata pelajaran hadis. Ini terlihat dari adanya beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti mata pelajaran hadis, salah satu contohnya yaitu tidak mengerjakan tugas yang telah berikan oleh guru, bahkan ada diantaranya dengan berbagai alasan berusaha untuk tidak mengikuti mata pelajaran hadis. Oleh karenanya, berdasarkan kecendurungan tersebut, kemungkinan penyebab ketidak aktifan dan rendahnya hasil belajar sebagian besar siswa dikarenakan masih rendahnya minat belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran hadis. Adapun salah satu indikasi yang dapat mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa yaitu kurangnya variasi dalam menggunakan metode pembelajaran hadis yang dilaksanakan di SMP Riyadlul Jannah.

Berdasarkan uraian diatas dan belum pernah adanya penelitian mengenai hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah.

B. Permasalahan Penelitian

1.

Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, maka muncul beberapa permasalahan, sebagai berikut:

a. Sarana dan Prasarana yang tersedia di SMP Riyadlul Jannah kurang memadai sehingga dalam proses belajar mengajar, guru tidak dapat menggunakan metode pembelajaran secara optimal.

(18)

c. Kurangnya perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran hadis

d. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran hadis masih barada dibawah standar yang ditetapkan oleh pihak SMP Riyadlul Jannah

2.

Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan dalam mendapatkan hasil penelitian yang dituju, maka peneliti akan membatasi permasalahan penelitian pada beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

a. Metode pembelajaran yang digunakan guru pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah

b. Minat belajar yang dimaksud adalah minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah dengan indikatornya yaitu perhatian dalam belajar, perasaan senang, giat belajar, dan mengerjakan tugas dengan baik

c. Pengaruh metode pembelajaran hadis dimaksudkan yang dapat memberikan implikasi terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah

3.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana metode pembelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah? b. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP

Riyadlul Jannah?

(19)

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan Penelitian

a. Mengetahui gambaran tentang metode pembelajaran yang digunakan pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah

b. Mengetahui gambaran tentang minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah .

c. Menjelaskan pengaruh metode pembelajaran hadis terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan dan melatih kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu tarbiyah dan keguruan serta menambah wawasan dan pengetahuan mengenai metode pembelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah serta dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan membahas masalah yang sama.

b. Bagi Riyadlul Jannah

Sebagai bahan masukan dalam menentukan langkah-langkah dan strategi pengajaran untuk meningkatkan kualitas siswa khususnya dalam menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Hadis

c. Bagi Guru Mata Pelajaran

Sebagai bahan masukkan dalam penerapan metode pembelajaran yang efektif dalam mata pelajaran hadis sehingga dapat menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis.

e. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(20)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan salah satu unsur yang sangat penting keberadaannya dalam pendidikan, karna dengan adanya metode diharapkan mampu membantu guru dan siswa dalam tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan.

Secara etimologi, ”metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.”1 Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dan sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan."2

Sedangkan secara terminologi, metode yaitu suatu cara tertentu (khusus) yang tepat dan sesuai guna menyajikan suatu materi pendidikan, sehingga tercapai tujuan pendidikan tersebut, baik berupa tujuan jangka pendek maupun

1

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Lgos Wacana Ilmu, 1997), h. 91

(21)

jangka panjang, dimana siswa dapat menerima pendidikan dengan mudah serta mampu menangkap makna yang terkandung di dalamnya dan pada akhirnya siswa dapat mengamalkan materi pendidikan tanpa ada unsur pemaksaan (penekanan).3

Untuk lebih jauh memahami tentang metode, maka penulis mengemukakan beberapa definisi metode menurut pendapat para ahli, diantaranya sebagai berikut:

a. Menurut Mahmud Yunus ”metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan/perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana dan sistematis guna mencapai tujuan yang direncanakan.4

b. Menurut Ahmad Tafsir ”metode ialah cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.” Kata tepat dan cepat inilah yang sering di ungkapkan dengan efektif dan efesien. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah pengajaran yang berfungsi pada murid. Berfungsi artinya menjadi milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi pribadinya. adapun pengajaran yang cepat adalah pengajaran yang tidak memerlukan waktu yang lama.5

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang terencana dan sistematis yang ditempuh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan tujuan untuk memudahkan siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

3

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor Dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 1, h. 71-72

4

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 87

5

(22)

Namun, dalam pemilihan dan penggunaan metode seorang guru harus mampu mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode yang akan digunakannya serta harus mampu mempertimbangkan aspek efektifitas, efesiensi dan relevansinya dengan tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, karakteristik siswa dan sebagainya sehingga siswa mampu menangkap, memahami dan mengaplikasikan makna yang terkandung di dalam materi pembelajaran tersebut.

Pembelajaran secara etimologi berasal dari kata ”belajar” yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kemudian dari kata belajar tersebut diberi imbuhan pe- dan –an sehingga terbentuk kata ”pembelajaran” yang artinya proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.6

Sedangkan pengertian pembelajaran menurut pendapat para ahli, yaitu: a. Menurut Syaiful Sagala, ”pembelajaran adalah membelajarkan siswa

menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.” b. Menurut Corey, ”pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku dan kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.”

c. Menurut Oemar Hamalik, ”pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas dan perlengkapan, serta prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.” Adapun yang termasuk unsur-unsur manusia adalah siswa, guru dan tenaga lainnya. Materil meliputi buku-buku, papan tulis, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan

6

(23)

perlengkapan meliputi ruangan kelas, komputer, dan sebagainya. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian, dan sebaginya.7

Dengan demikian, inti dari kegiatan pembelajaran adalah memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode pengajaran yang cocok dengan kondisi yang ada guna menacapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan. Dan untuk mencapai hal tersebut harus berpijak pada empat hal pokok yang disebut dengan kondisi pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Isi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut

c. Sumber belajar yang tersedia dan dapat mengantarkan pesan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien

d. Karakteristik peserta didik yang belajar.8

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru secara sistematis dalam upaya memberi pemahaman kepada siswa dengan tujuan agar dapat merubah tingkah lakunya sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Selain itu, metode pembelajaran mempunyai arti lebih dari sebagai alat untuk menyampaikan pengetahuan kepada otak siswa, melainkan dapat pula sebagai alat untuk memperoleh keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, dapat difahami bahwa proses pengajaran yang dibangun oleh guru sesungguhnya bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir, serta meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya lebih memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.

7

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 239

8

(24)

2. Kedudukan dan Fungsi Metode Pembelajaran

Dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran. Adapun kedudukan metode pembelajaran menurut Syaiful B. Djaramah ialah:

a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi instrinsik (berasal dari dalam diri individu) dan motivasi Ekstrinsik (berasal dari luar diri individu). Oleh karenanya, penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar berfungsi sebagai alat motivasi ekstrinsik atau pendorong yang berasal dari uar individu yang bisa membuat orang/siswa belajar. Motivasi memiliki kekuatan yang sangat besar dalam proses belajar mengajar sehingga berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar salah satunya dipengaruhi oleh adannya motivasi.

b. Menyiasati perbedaan individual anak didik

Anak didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat, motivasi, lingkungan sosial dan keluarga, kebiasaan, dan lain-lain. Oleh karenanya, penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat menyiasati segala perbedaan tersebut, sehingga anak didik mampu belajar atau menerima pelajaran sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

c. Untuk mencapai tujuan pembelajaran.9

Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sebuah realita bahwa cara penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walau

9

(25)

sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik. Sebaliknya, materi yang menarik karena disampaikan dengan cara yang kurang baik atau kurang tepat, maka materi tersebut kurang dapat dicerna oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara maksimal.

Sedangkan fungsi metode pembelajaran secara umum ialah sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksana operasional pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain metode merupakan sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang di perlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Karenanya dalam memfungsikan metode terdapat suatu prinsip umum, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi itu dapat dengan mudah diberikan guru kepada siswa. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli lebih merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan perkembangan jiwa si anak dalam menerima pelajaran.10

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, diantaranya yaitu:

a. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan, karena keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung kepada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektifitas dan

10

(26)

keberhasilan suatu proses pembelajaran terletak di pundak guru dalam artian sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties). Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tingla siswa, dan tingkat sosial ekonomi siswa. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.11

c. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. 12

Dengan demikian, sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Terdapat beberapa keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan prasarana, diantaranya yaitu dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru

11

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , (Jakarta: Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 5,h. 54

12

(27)

dalam mengajar serta dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.

d. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik. Sedangkan faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya yaitu keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Adapun hubungan sosial-psikologis secara intrnal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru. Sedangkan iklim sosial-psikologis eksteranal adalah keharmoniasan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar.13

Pendapat lain mengatakan bahwa agar terwujudnya proses pembelajaran yang efektif bisa dilakukan dengan cara:

a. Penyampaian materi pengajaran dengan bahasa yang jelas dan menarik b. Menggunakan metode yang bervariasi

c. Adanya korelasi materi dengan humor d. Menggunakan alat peraga yang tepat

e. Memberi penghargaan dan hukuman yang mendidik, serta sesuai dengan perbuatannya. 14

13

(28)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran

Pada prinsipnya, tidak satu pun metode yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode pembelajaran. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran antara lain:

a. Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan berpengaruh terhadap kemampuan anak didik dan pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh karenanya, metode yang dipilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya metodelah yang harus tunduk kepada tujuan dan bukan sebaliknya. Kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan maka metode harus mendukung sepenuhnya. b. Materi pelajaran

Materi pelajaran ialah sejumlah bahan ajar yang hendak disampaikan guru kepada siswa. Setiap mata pelajaran memiliki materi yang berbeda-beda, dan untuk menyiasati perbedaan tersebut maka diperlukan cara atau metode pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan dapat dengan mudah difahami dan dikuasai oleh siswa, sehingga hasil belajar yang diperolehnya pun dapat optimal.

c. Peserta didik

Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Dimana semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran.

d. Situasi

(29)

dinamis, tidak hanya melakukan proses pembelajaran di dalam kelas, namun pada waktu tertentu guru sebaiknya melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka.

e. Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar dapat mempengaruhi pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Fasilitas belajar yang lengkap akan sangat membantu guru dalam memilih dan menggunakan metode yang bervariasi, sebaliknya ketiadaan metode akan sangat mengganggu proses pembelajaran terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode.

f. Guru

Setiap orang memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Adapun salah satu pengaruh kompetensi mengajar guru adalah latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang latar belakang pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode, namun sering mengalami hambatan dalam penerapannya. Jadi, untuk menjadi seorang guru pada intinya harus memiliki jiwa yang profesional.15

Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah & Winarno Surakhmad (1991), mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan yang hendak dicapai

b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya c. Situasi berlainan keadaannya

d. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitas e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.16

15

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 60-61

16

(30)

Sedangkan Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memillih dan mengaplikasikan sebuah metode pembelajaran, yaitu:

a. Tujuan yang hendak dicapai b. Kemampuan guru

c. Anak didik

d. Situasi dan kondisi pengajaran berlangsung e. Fasilitias yang tersedia

f. Waktu yang tersedia

g. Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.17

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu;

a. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

b. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki guru, karena berhasil atau tidaknya suatu strategi pembelajaran tergantung kepada kepiawaian atau kompetensi guru dalam menggunakan metode.

c. Harus adanya kesesuaian antara metode dengan karakteristik peserta didik. Karena ia merupakan subjek belajar yang memiliki karakteristik berbeda-beda. oleh karenanya, pemilihan dan penggunaan metode yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat menyiasati segala perbedaan tersebut.

d. Harus adanya kesesuaian antara metode pembelajaran dengan situasi dan kondisi pembelajaran berlangsung.

e. Ketersediaan fasilitas yang dapat menunjang atau membantu proses pembelajaran terutama dalam memilih dan menggunakan metode yang bervariasi.

17

(31)

B.

Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Salah satu prinsip pendidikan adalah peserta didik dituntut secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Oleh karenanya, untuk mencapai hal tersebut maka harus ada minat atau dorongan terlebih dahulu didalam diri seseorang.

Secara etimologi minat ialah kehendak, keinginan atau kesukaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.”18

Untuk lebih jauh memahami minat, maka peneliti mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian minat, diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Menurut Hilgard minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.”19

b. Menurut Abd. Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab “minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.” Dalam batasan tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk mendekati/mengetahui /menguasai) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada daya penarik dari objek.20

c. Menurut psikologi minat (interest) adalah “suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.” Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karenanya dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang

18

Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., h. 744

19

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 27

20

(32)

kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia bersikap senang kepada sesuatu itu.21

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah dorongan-dorongan dari dalam diri peserta didik secara psikis dalam mempelajari sesuatu dengan penuh kesadaran, ketenangan dan kedisiplinan, sehingga menyebabkan individu secara aktif dan senang untuk melakukannya. Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a. Menurut Skinner belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.”22

b. Menurut Thursan Hakim “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.”23

c. Menurut Surya “belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara kesseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”24

d. Menurut Slameto dan Ali “belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh statu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”25

21

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 84

22

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h 5

23

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 6

24

Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Ed. 1, h. 8

25

(33)

Dalam belajar, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Ilmu yang dituntut adalah ilmu yang diridlai Allah

2. Berniat dan ikhlas karena Allah SWT

3. Beribadah dengan benar dan taat melaksanakan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya

4. Bersungguh-sungguh, rajin dan ulet

5. Bersikap hormat dan sopan kepada siapapun, terutama kepada orangtua dan guru.pendidik

6. Mengajarkan dan mengamalkan ilmu yang didapat.26

Jadi, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk mengadakan perubahan tingkah laku baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Berdasarkan beberapa pengertian minat dan pengertian belajar yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja sehingga melahirkan rasa senang dalam menimbulkan perubahan tingkah laku yang positif terhadap siswa. Selain itu, minat belajar ditimbulkan oleh perasaan. Dengan perasaannya siswa mengadakan penilaian yang spontan terhadap pengalaman-pengalaman belajar disekolah. Penilaian ini diungkapkan dalam perasasan senang ataupun perasaan tidak senang. Perasaan senang dapat dingkapkan dengan rasa puas, rasa gembira, simpati, dan lain sebagainya.

Oleh karenanya, keberhasilan belajar tidak hanya tergantung kepada kecemerlangan otak, tetapi sikap kebiasaan dan pengetahuan awal diduga juga mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan siswa, begitu juga dengan minat siswa itu sendiri, karena dengan adanya minat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan akan menjalankannya dengan penuh semangat untuk mencapai tujuannya dan akhir kegiatan dia akan merasakan manfaat akan apa yang sudah dilakukan.

26

(34)

2. Fungsi dan Tujuan Minat Belajar

Sekurang-kurangnya ada tiga fungsi minat yang dapat mempengaruhi dan membantu siswa untuk memiliki kecenderungan dalam belajar hadis, yaitu:

a. Motivating Force (Motivasi yang kuat).

Dikatakan sebagai Motivating Force karena berfungsi sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar, karena siswa yang berminat atau senang pada pelajaran yang diajarkan, maka ia terdorong untuk terus tekun belajar. Oleh karena itu, proses awal pengajaran hendaknya dimulai dengan usaha membangkitkan minat tersebut, bila minat si anak telah muncul maka perhatian terhadap pelajaran akan mengikutinya.

b. Mendorong siswa untuk bertanya.

Dalam suatu kelas bila terdapat siswa yang bertanya, biasanya seorang guru merasa bangga karena dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa siswa-siswinya mau memperhatikan apa yang telah diajarkan. Siswa yang mengajukan pertanyaan biasanya ia berfikir terhadap apa yang tidak diketahui. Hal inilah yang mendorong minat dan perhatiannya terus memberanikan diri untuk bertanya.

c. Untuk mencapai tujuan pendidikan.

Mengembangkan suatu minat belajar pada peserta didik merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena minat merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.27

Menurut Slameto (1987) minat belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen, yaitu terjadinya perubahan pada anak didik yang meliputi:

a. Perubahan yang terjadi secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya berkembang, dan lain-lain.

27

(35)

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkemabang secara gradual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis.

c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin dan lain-lain.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada dirinya melalui belajar.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian tertentu secara parsial.28

Sedangkan menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan. 29

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar berfungsi sebagai motivasi atau dorongan bagi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sedangkan tujuan minat belajar yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif baik dalam aspek kognitif (untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berfikir analisis), afektif (untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakterisasi) maupun psikomotorik (untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal) serta dapat menumbuhkan rasa ketertarikan siswa dalam belajar sehingga ia menaruh perhatian yang lebih besar kepada hal tersebut.

28

Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belaja Mengajar…, h. 10

29

(36)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Siswa merupakan subjek belajar yang memiliki minat yang berbeda-beda yaitu ada yang memiliki minat tinggi dan ada pula yang memiliki minat rendah. Secara garis besar perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu:

a. Faktor Intern, meliputi:

1) Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran. Faktor kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan tidak dalam keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam memusatkan perhatian terhadap pelajaran.

2) Pengalaman belajar. Pengalaman belajar di jenjang pendidikan sebelumnya sangat berkaitan dengan kemampuan awal (entry behavior). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom yaitu kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan kompetensi, yang merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat mempelajari suatu pelajaran baru atau lebih lanjut.30

b. Faktor Ekstern, meliputi:

1) Metode dan gaya mengajar guru.

Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap minat siswa. Oleh karena itu hendaknya guru dapat menggunakan metode dan gaya mengajar yang dapat menumbuhkan minat dan perhatian siswa. Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik menjadikan siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa tertarik dan bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian mendorongnya untuk terus mempelajarinya.31

30

H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, (Jakarta: Delia Press, 2004), Cet. 2, h. 64

31

(37)

Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran sangat terkait dengan tipe atau karakter kepribadiannya, seperti yang di kemukakan Muhibin Syah, sebagai berikut:

a) Guru yang otoriter (Autoriterian)

Secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Dalam PBM, guru yang otoriter mengarahkan dengan keras segala aktivitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Hanya sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk berperan serta memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar mereka, sehingga antara guru dan murid tidak terdapat hubungan yang akrab.

b) Guru Laissez-Faire (Lezeifee)

adalah individualisme (paham yang menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan PBM secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri. Sebenarnya guru tersebut tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik meskipun ia memiliki kemampuan yang memadai.

c) Guru yang demokratis (Democratie)

(38)

d) Guru yang otoritatif (Authoritative)

Otoritatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan baik berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan. Guru yang otoritatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan bidang studi faknya maupun pengetahuan umum. Guru seperti ini biasanya ditandai oleh kemampuan memerintah secara efektif kepada para siswa dan kesenangan mengajak kerja sama kepada para siswa bila diperlukan dalam mengikhtiarkan cara terbaik untuk penyelenggaraan PBM. Dalam hal ini, guru ini hampir sama dengan guru yang demokratis. Namun, dalam hal memerintah atau memberi anjuran, guru yang otoritatif pada umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh para siswa dan

dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan paknya.32

2) Tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran

Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam memotivasi minat siswa pada suatu pelajaran. Tersedianya fasilitas dan alat yang memadai dapat memancing minat belajar siswa. Sebagai contoh, papan tulis, kapur tulis/spidol, ruangan kelas dan sebagainya. Belajar dengan menggunakan fasilitas dan alat lebih efektif dan lebih menyenangkan dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga atau hanya dengan teori saja.

3) Situasi dan kondisi lingkungan

Faktor situasi dan kondisi lingkungan yang dimaksud di sini adalah situasi dan kondisi saat siswa melakukan aktivitas belajar di sekolah, baik fisik ataupun sosial. Faktor kondisi lingkungan fisik termasuk di dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, pencahayaan dan sebagainya. Kondisi lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas, gemuruh pasar dan sebagainya, juga berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian

32

(39)

siswa saat belajar. Karena itulah disarankan hendaknya lingkungan sekolah agar didirikan jauh dari pabrik, keramaian lalu lintas dan pasar.33

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar, yaitu:

a. Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri. Antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan, motivasi, dan faktor pribadi.

b. Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individual. Faktor yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam mengajar, lingkungan, dan motivasi sosial.34

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi timbulnya minat yaitu faktor intern (bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan, misal: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian, dan sebagainya) dan faktor ekstern (berasal dari luar mencangkup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat).

Menurut Maslow minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait dengan kebutuhannya. Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didik akan memotivasi atau membangkitkan minat anak didik dalam jangka waktu tertentu.35 Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka akan mudah dipelajari dan disimpan sehingga menambah semangat dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, apabila siswa tidak berminat sebaiknya

33

H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Belajar Mengajar..., h. 64-67

34

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Persfektif Islam..., h. 224-225

35

(40)

dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.

Karena itu guru harus bisa membangkitkan minat siswa. Sehingga bagi siswa yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Pada dasarnya ada dua macam cara untuk membangkitkan minat pada anak, diantaranya yaitu dengan memberikan rangsangan serta memberi pujian dan dorongan atau motivasi. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.

C.

Metode Pembelajaran Hadis

1. Pengertian Hadis

Secara Etimologis hadis berasal dari akar kata

ﺔﺛاﺪ و

ﺎﺛْوﺪ

ثﺪْ

ثﺪ

yang memiliki beberapa makna, diantaranya yaitu:

a.

ﺪْﺪ ا

: baru

b.

م ﻜ ا

:

perkataan, omongan

c.

ﺮﺒﺨ ا

:

kabar, berita

d.

ﺔ ﺎﻜ ا

:hikayat, cerita 36

36

(41)

Sedangkan secara terminologis, banyak para ahli hadis memberikan definisi tentang hadis. Salah satunya yaitu Mahmud Ath-Thahan yang mendefinisikan hadis sebagai berikut:

اﺮْﺮْﺗ

ْوأ

ْ ﻓ

ْوأ

ْﻮ

نﺎآ

ءاﻮﺳ

ﱠﺳو

ﻪْ

ﷲا

ﱠﻰ ﺻ

ﱠ ﺒﱠﻨ ا

ءﺎ ﺎ

Sesuatu yang datang dari Nabi saw baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. 37

Definisi di atas memberikan kesimpulan bahwa hadis mempunyai tiga komponen yakni:38

Sedangkan menurut Abu Al-Baqa ”hadis adalah kata benda (isim) dari kata at-tahdits yang diartikan al-ikhbar = pemberitaan, kemudian menjadi termin nama suatu perkataan, perbuatan dan persetujuan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw.”39

Pendapat serupa dikemukakan pula oleh ulama hadits yang mendefinisikan bahwa hadis ialah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi saw baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal nabi.40

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hadis ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sikap atau kepribadiannya.

37

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 2

38

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis...,h. 4

39

Abdul Majid Khon, Ulumul Hads...,h. 2

40

Endang Soetani, Ilmu Hadis, (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), Cet. 2, h. 1-2 KOMPONEN

HADIS

Perkataan Nabi/ Qawli

Perbuatan Nabi/ Fi’li

(42)

Dalam kenyataan yang kita lihat sekarang, hadis merupakan teks ucapan Nabi, atau ucapan sahabat tentang apa yang dilihat atau didengarnya dari Nabi. Teks itu diriwayatkan oleh para sahabat, diriwayatkan lagi oleh para tabi’in, sampai kepada rawi terakhir yang mendapat ijazah untuk meriwayatkan hadis, seperti Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa’i, Ibnu Majah, dan lailn-lain. Namun, sebagai sumber hukum Islam sesudah Al-Qur’an dan sebagai nama suatu mata pelajaran, hadis ditulis dalam ejaan Indonesia tanpa “t” sebelum “s” (hadis).41

Ruang lingkup pengajaran hadis ini sebenarnya bergantung pada tujuan pengajarannya pada suatu tingkatan perguruan yang dimuat dalam kurikulum yang dilengkapi dengan GBPP-nya. Yang jelas semuanya adalah pelajaran tentang teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari ucapan nabi, atau ucapan para sahabat tentang Nabi Muhammad saw. Pada perguruan tingkat rendah, tentu sekedar terjemah atau alih bahasa saja berulang kali. Semakin tinggi tingkatan perguruan, semakin luas dalam uraian dan penjelasannya. Dan masalah yang dibicarakannya pun berbeda pada masing-masing tingkatan.

2. Pengertian Metode Pembelajaran Hadis

Metode merupakan suatu cara atau jalan yang terencana dan sistematis yang digunakan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang diharapkan melalui cara tersebut proses transfer pengetahuan dapat diterima dengan baik sehingga siswa mampu memahami dan mengaplikasikan makna yang terkandung dalam pengetahuan yang diterimanya tersebut.

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan guru dalam membelajarkan atau mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar serta merupakan proses interaksi baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Dimana dalam interaksi ini, terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar.

41

(43)

Hadis ialah segala sesuatu yang diberitakan dari nabi SAW baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal nabi.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran hadis adalah suatu cara atau upaya yang ditempuh guru dalam menyampaikan materi hadis sehingga membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus mempelajari hadis agar tercapainya tujuan belajar mengajar yang diharapkan serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tujuan Mata Pelajaran Hadis

Dalam KTSP hadis MTS terdapat beberapa tujuan atau kompetensi mata pelajaran hadis, yaitu:

a. Memahami hadis-hadis tentang akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama manusia, dan perintah bertaqwa, meyakini kebenaran Islam dan Istiqomah, cinta kepada Allah dan Rasul, makanan yang halal dan baik, perintah menuntut ilmu, taat kepada Allah, Rasul dan Pemerintah.

b. Memahami sejarah turunnya Hadis.

c. Memahami arti hadis dan macam-macamnya.

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat tujuan yang akan dicapai setelah mempelajari hadis ialah orang mengerti akan ajaran Islam yang berhubungan dengan masalah yang dibicarakan dalam hadis tersebut.42 Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan cara pengajaran yang menyenangkan sehingga proses pembelajaran hadis itu tidak mati dan tidak membosankan, yaitu disamping dengan cara yang menarik dan masuk akal sesuai dengan alam pikiran anak belajar, maka isi dan orientasinya pun harus dapat mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan yang logis dan wajar dalam artian bahwa pemberian materi hadis hendaknya selalu berorientasi pada kenyataan dan kebutuhan pada waktu tertentu.

42

(44)

Namun, Ini bukan berarti bahwa ajaran agama yang terkandung dalam hadis itu harus disesuaikan dengan semua kenyataan yang berlawanan dengan prinsip ajaran agama, tetapi isi ajaran yang terkandung dalam hadis itu jangan dipisahkan dengan kenyataan dan harus diusahakan dapat mengikuti kenyataan dan merangkul kenyataan itu sesuai dengan prinsip ajaran yang tekandung dalam hadis itu. Hal yang demikian tentu tidak mudah bagi seorang guru hadis, tetapi dengan latihan dan kelincahan guru, diperkuat dengan pengetahuan guru yang komprehensif, hal itu akan dapat dicapai.43

4. Macam-Macam Metode Pembelajaran Hadis

Dalam proses pembelajaran harus diupayakan mengunakan metode pembelajaran yang bervariasi, karena berdasarkan hasil penelitian (dikemukakan oleh Dr. Vernon A. Magnesen, 1983) ternyata penguasaan materi pelajaran oleh anak/peserta didik menunjukkan:

10% dari apa yang dibaca 20% dari apa yang didengar 30% dari apa yang dilihat

50% dari apa yang dilihat dan didengar 70% dari apa yang dikatakan

90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan 44

Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Apabila guru hanya menggunakan satu metode saja dalam mengajar maka akan membosankan, yang akhirnya siswa tidak tertarik memperhatikan pelajaran. Jadi hendaknya guru dapat menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran hadis.

Berikut ini adalah beberapa metode yang biasa diterapkan dalam proses pembelajaran hadis, diantaranya yaitu:

43

Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam..., h. 104

44

(45)

a. Metode Kisah/Cerita

Metode kisah/cerita yaitu suatu metode yang digunakan guru dengan cara bertutur kata atau memberikan penerangan/penjelasan kepada anak didik secara lisan. Dalam penggunaan metode ini, seorang guru harus mampu menyesuaikan tokoh dalam cerita tersebut (membuat suara dan mimik muka yang berubah-ubah) sehingga pesan yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan. Adapun penggunaan metode kisah/cerita ini terkandung dalam Firman Allah swt yaitu:

Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-quran inikepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum (aku mewahyukan) adalah termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S Yusuf: 3)

Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam al-Qur’an merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai pedagogis. Metode kisah/cerita dalam Pendidikan Islam menggunakan paradigma al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw sehingga dikenal istilah “kisah Qur’ani dan kisah Nabawi.” Kedua sumber tersebut memiliki substansi cerita yang valid tanpa diragukan lagi kebenarannya. Oleh karenanya, metode kisah/cerita ini dapat digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran hadis. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam materi pembelajaran hadis banyak meredaksikan kisah yang menyimpan nilai-nilai pedagogis-religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya.45 Disamping itu, kisah-kisah yang berasal dari

Rasulullah Saw selalu lengkap karena mengandung sekian banyak manfaat dan terkait dengan sekian masalah. Ada kisah yang bertalian erat dengan tauhid yang mana dengan kisah itu beliau menerangkan keimanan kepada Allah swt (perintah shalat yang didalamnya terdapat kisah nabi ketika melaksanakan isra’ mi’raj), keharusan bersabar terhadap takdir-Nya,

45

(46)

menyerahkan secara penuh segala urusan kepada-Nya, keutamaan bertaubat, jujur dalam pergaulan, keutamaan tawakal, dan sebagainya. Ada pula kisah yang bertalian erat dengan akhlak yaitu akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama manusia, dan sebagainya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat difahami bahwa metode cerita atau kisah yang digunakan guru dalam pembelajaran hadis dianggap efektif dan mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan sifat alamiah manuisa yang menyenangi cerita. Hal ini terlihat dari perhatian dan kegembiraan yang mereka ekspresikan ketika mendengarkan cerita guru.

b. Metode Bandongan

Dalam dunia pendidikan Islam terdapat dua metode pembelajaran yang dikenal dengan istilah sorogan dan bandongan. Metode sorogan merupakan metode pembelajaran di mana santri membacakan dan menjelaskan dari kitab dan kyai hanya menjadi pengawas atau penguji sedangkan metode bandongan adalah kebalikan dari metode sorogan yaitu kyai membacakan penjelasan kitab kuning dan didengarkan semua santrinya. Metode ini relative cocok dengan pertimbangan jumlah santri yang cukup banyak dan kyai pengampu yang relatif sedikit.

Metode bandongan ini didasarkan kepada pristiwa yang dialami Nabi Saw ketika menerima wahyu melalui Malaikat Jibril, mereka langsung bertemu satu persatu, yaitu antara Malaikat Jibril dan Nabi Saw. Dan juga ketika Nabi Saw setelah menerima wahyu kemudian menyampaikan kepada para sahabatnya serta membimbing bacaannnya, kemudian di antara para sahabat juga ada yang mencatat bacaan-bacaan yang disampaikan Nabi.

Metode bandongan menurut Imran Arifin, yaitu ”kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang sama, kemudian santri mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai tersebut.”46

Definisi serupa dikemukakan pula oleh Zamakhsyari Dhofier yang mengatakan bahwa:

46

(47)

Metode bandongan adalah sekelompok murid (antara 5-500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam Bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit.47

Sedangkan Armei Arief berpendapat bahwa:

Metode bandongan adalah kyai menggunakan bahasa daerah setempat, kyai membaca, menerjema

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Siswa SMP Riyadlul Jannah
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrument Angket/Kuesioner
Tabel 3.3
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan di atas hendaknya guru matematika perlu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam

Sebagai seorang tenaga profesional seorang guru di sekolah hendaknya mengetahui, memahami dan mencoba untuk menerapkan metode yang dapat mendorong partisipasi aktif

Hal ini sebagai dijelaskan jamal ma’mur asmani b ahwa sebagai seorang guru harus mengenal berbagai macam-macam metodologi mengajar, agar kegiatan belajar mengajar

Sekolah tersebut juga memiliki berbagai macam penghargaan dan prestasi yang telah dirahinya, tak terkecuali di bidang olahraga sering mendapatkan juara di berbagai

Kalau seorang guru termasuk di dalamnya Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki kompetensi pedagogik dengan sederetan kemampuan yang seharusnya ada padanya sebagaimana

Sekolah tersebut juga memiliki berbagai macam penghargaan dan prestasi yang telah dirahinya, tak terkecuali di bidang olahraga sering mendapatkan juara di berbagai

Metode ini juga dapat digunakan untuk pelaksanaan evaluasi atau ujian, dimana Metode pembelajaran gallery walk terhadap minat belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1

IPS di sekolah lanjutan mewujudkan suatu bidang suatu studi.IPS terdiri dari berbagai macam ilmu – ilmu sosial seperti sejarah, geografi (sosial), ekonomi, ilmu