• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi International

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi International"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN

PANGAN ISO FSSC 22000 DI PT. SARIWANGI A.E.A

DIVISI INTERNASIONAL

RATNA DEWI ASIH

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

RATNA DEWI ASIH. Kajian Penerapan Sistem Manajemen ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi International. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S.

PT Sariwangi AEA divisi Internasional merupakan salah satu perusahaan industri khususnya teh dalam bentuk bulk, yang menerapkan FSMS (Food Safety Management System) berdasarkan standar internasional FSSC 22000 sejak Maret 2012. Dengan tuntutan persyaratan keamanan pangan yang terus berkembang diiringi dengan tuntutan pelanggan terkait kualitas produk PT. Sariwangi AEA divisi internasional harus dapat mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai perusahaan dan mencapai keunggulan bersaing di industri ekspor teh, dengan menjamin produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi melalui penerapan ISO FSSC 22000 yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 pada PT Sariwangi AEA divisi internasional, (2) menganalisis masalah, aktor dan strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000, (3) menganalisis alternatif pemecahan masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000. Ada Sembilan jenis alterrnatif strategi yang dihasilkan melaui matriks SWOT, namun tiga prioritas alternatif strategi yang dipilih berdasarkan hasil perhitungan dengan metode AHP adalah (1) meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan, dengan nilai bobot 0.152, (2) meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur, dengan nilai bobot 0.125, (3) meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran, dengan nilai bobot 0.114.

(6)
(7)

ABSTRACT

RATNA DEWI ASIH. Implementation Study of Management System ISO FSSC 22000 in International Division of PT. Sariwangi A.E.A. Supervisor by ALIM SETIAWAN S.

International division of PT Sariwangi AEA is one of tea producer particularly in bulk tea which implement the FSMS (Food Safety Management System) based on International standard FSSC 22000 since March 2012. In requisite of food safety requirements which growth in line with the customer requirements relate to the quality of the product. International division of PT Sariwangi AEA should be able to maintain the quality management system that has been achieved and compete in world wide tea export industrial which ensure the best and safe products through the implementation of SMKP. The aim of this study were (1) to analyze the application of ISO FSSC 22000 in International division of PT Sariwangi AEA, (2) to identify the issues, actors and strategies in the application of ISO FSSC 22000, (3) to provide the alternative solution to solve the problem in the implementation of ISO FSSC 22000. There were nine types of the alternative strategies through the SWOT matrix, however the three priorities chosen based on the calculation AHP method were (1) increasing the participation of management refers to the commitment set forth in the quality and safety policy, the value was 0.152, (2) improving the quality of raw materials and packaging refer to the standart spesification defined in the procedure, the value was 0.125, (3) improving the quality of product in producing the safe product refer to the implementation of ISO FSSC 22000 consistently and full of awareness, the value was 0.114.

(8)
(9)

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN

PANGAN ISO FSSC 22000 DI PT. SARIWANGI A.E.A

DIVISI INTERNASIONAL

RATNA DEWI ASIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi International

Nama : Ratna Dewi Asih

NIM : H24114071

Disetujui Oleh

Alim Setiawan S, STP, MSi Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala karunia-NYA sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 sampai Februari 2014 ini ialah Sistem Manajemen Keamanan Pangan dengan judul Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keamanan Pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S, STP, Msi selaku dosen pembimbing. Selain itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak PT. Sariwangi A.E.A khususnya kepada bapak Juanto selaku Quality Management Representative, Ibu Hilda selaku General Manager, bapak Jajat selaku Manager Warehouse, Ibu Defi Rahmawati selaku manager HRD, dan ibu Khairani selaku Supervisor QC, yang telah membantu saya dalam pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Iwan dan Eni), atas segala doa dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini, serta sahabat-sahabat terbaik atas dukungannya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang. Penulis juga mengharapkan hasil dari penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, Mei 2014

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Kerangka Pemikiran 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

METODE PENELITIAN 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 6

Analisis Deskriptif 6

Matriks SWOT 7

AHP (Analitycal Hierarki Process) 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan Perusahaan 8

Penerapan ISO FSSC 22000 di PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional 9 Identifikasi Masalah dan Kendala dalam Penerapan ISO FSSC 22000 12 Tujuan yang ingin dicapai Perusahaan dalam Penerapan ISO FSSC 22000 17

Perumusan Alternatif Strategi Penerapan ISO FSSC 22000 19

Identifikasi Faktor- Faktor Internal 19

Identifikasi Faktor- Faktor Eksternal 22

Identifikasi Aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000 26 Matriks Hubungan Keterkaitan Antara Aktor, Masalah dan Strategi 28 Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Metode AHP 29 Hasil Pengolahan Data Horizontal Faktor, Aktor, dan Alternatif Strategi 30 Hasil Pengolahan Data Vertikal Faktor, Aktor, dan Alternatif Strategi 33

(16)

SIMPULAN DAN SARAN 38

DAFTAR PUSTAKA 39

RIWAYAT HIDUP 44

DAFTAR TABEL

1. Indeks pertumbuhan produksi industri manufaktur sedang dan besar

2010 – 2013 Triwulan II 1

2. Produksi dan ekspor teh di Indonesia 1

3. Perkembangan ekspor teh 2008-2012 1

4. Syarat mutu teh kering dalam kemasan 3

5. Skala Perbandingan Saaty 8

6. Hasil penilaian penerapan FSSC 22000 berdasarkan unsur SMKP 10 7. Hasil uji teh berdasarkan syarat mutu terkait dengan keamanan pangan 11

8. Hasil analisis penerapan persyaratan ISO FSSC 22000 12

9. Matriks SWOT PT. Sariwangi AEA divisi internasional 25

10. Alterrnatif strategi dan kata kuncinya 26

11. Matriks hubungan keterkaitan antar aktor, masalah, dan strategi 28 12. Hasil perhitungan jumlah aktor yang memiliki keterkaitan dengan

permasalahan dan strategi 29

13. Hasil pengolahan horizontal kriteria masalah 30

14. Hasil pengolahan horizontal aktor 31

15. Hasil pengolahan horizontal tujuan 31

16. Hasil pengolahan horizontal alternatif strategi 32

17. Susunan prioritas kriteria masalah 33

18. Susunan prioritas aktor 34

19. Susunan prioritas tujuan 35

20. Susunan prioritas alternatif strategi 36

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 5

2. Diagram kategori permasalahan 16

3. Susunan hierarki strategi penerapan ISO FSSC 22000 29

DAFTAR LAMPIRAN

1. Penilaian identifikasi masalah berdasarkan pendapat gabungan empat

orang ahli dengan metode perbandingan berpasangan 41

(17)

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Seiring dengan meningkatnya persaingan global dalam dunia industri, para pelaku bisnis dalam industri pangan mulai menyadari bahwa produk yang mereka hasilkan haruslah produk yang memiliki daya saing tinggi. Persaingan usaha yang terus meningkat akan berdampak pada kemajuan sektor industri dan akan mendorong pertumbuhan sektor industri lainnya. Berdasarkan data indeks pertumbuhan produksi manufaktur menurut BPS (2013), hampir setiap tahunnya produksi manufaktur di Indonesia mengalami peningkatan. Data indeks produksi manufaktur sedang dan besar periode 2010 – 2013 triwulan II dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Indeks pertumbuhan produksi industri manufaktur sedang dan besar 2010 – 2013 Triwulan II

Tahun Triwulan

Dibidang Manufaktur, khususnya produksi teh, hasil produksi teh Indonesia sebagian besar dipasarkan kemancanegara (diekspor), hal ini dilihat berdasarkan data produksi teh yang dihasilkan di Indonesia pada setiap tahunnya dan data teh yang diekspor Indonesia disetiap tahunnya pada Tabel 2 (BPS 2010).

Tabel 2. Produksi dan ekspor teh di Indonesia

Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

Produksi Teh di Indonesia (ton) 137.248 137.499 136.481 129.200 119.651 Ekspor Teh di Indonesia (ton) 83.659 96.210 92.304 87.101 75.450 Sumber : BPS (2010)

Jika dilihat berdasarkan perkembangan ekspornya pada Tabel 3, teh yang diekspor selama periode 2008-2012 mengalami penurunan (BPS 2010). Hal ini dikarenakan volume teh yang mengalami penurunan disetiap tahunnya tidak berimbang dengan kenaikan dan penurunan nilai teh disetiap tahunnya. Dalam hal ini, persaingan para pelaku usaha dalam industri teh menuntut perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan daya saing produknya, khususnya teh di mancanegara.

Tabel 3. Perkembangan ekspor teh 2008-2012

(18)

2

Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, maka perusahaan dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang mempunyai keunggulan dengan memperhatikan kulitas atau mutu dari produk tersebut. Menurut Deming dalam Nasution (2004), produk yang bermutu adalah produk yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, dimana, perusahaan harus benar- benar memahami apa yang dibutuhkan oleh konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan.

Kualitas atau mutu yang baik dari sebuah produk, dapat diperoleh jika perusahaan memiliki manajemen mutu yang baik. Menurut US Department Defense dalam Gasperz (2002), Manajemen Mutu Menyeluruh (TQM) adalah sebuah filosofi dan sekumpulan dari prinsip- prinsip yang menjadi landasan dan yang menggambarkan landasan dari sebuah organisasi yang terus- menerus meningkat. Mutu produk yang baik akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan merupakan modal utama bagi pelaku usaha untuk berkembang dan bertahan dalam menghadapi persaingan usaha. Dalam pecapaian peningkatan kualitas pada produk, diperlukan penerapan sistem jaminan keamanan pangan yang optimal mulai dari penerimaan bahan baku hingga produk sampai ketangan konsumen.

The Internasional Organization for Standardization (ISO) adalah badan standar dunia yang dibentuk untuk mendukung pengembangan standardisasi dan kegiatan terkait lainnya dengan harapan untuk membantu perdagangan internasional. ISO menghasilkan kesepakatan-kesepakatan internasional yang kemudian dipublikasikan sebagai standar internasional, sehingga industri dapat bersaing dalam perdagangan global. Pada tahun 2005 ISO telah menerbitkan standar pangan terbaru, yaitu ISO 22000. ISO 22000 adalah panduan bagi industri untuk mengelola sebuah sistem manajemen keamanan pangan. Pada tahun 2010 ISO telah menerbitkan kembali persyaratan keamanan pangan ISO 22000 : 2010, atau dikenal dengan Food Safety System Certification (FSSC) 22000.

Menurut Koto (2012), ISO FSSC 22000 adalah SMKP (Sistem Manajemen Keamanan Pangan) yang merupakan gabungan prinsip-prinsip sistem analisis bahaya dan pengendalian titik kritis serta langkah-langkah penerapan yang dikembangkan oleh Codec Alimentarius Commision. Konsep SMKP adalah menjamin keamanan pangan sepanjang rantai pangan, dengan menjamin bahwa pangan yang akan diproses hingga dikirim kepada konsumen akhir adalah pangan yang bebas dari cemaran mikrobiologi, cemaran kimia, dan cemaran fisik. Cemaran mikrobiologi yang dimaksudkan adalah seperti cemaran angka lempeng total, bakteri coliform, kapang, APM E. Coli dan lainnya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan pangan. Sedangkan cemaran kimia yang dimaksudkan adalah seperti cemaran logam, cemaran residu pestisida dan lainya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pada standar dari tiap jenis bahan pangan. Untuk cemaran fisik, dapat berupa benda, serangga atau apapun yang berpotensi mengkontaminasi atau mencemarkan bahan pangan seperti tali, kayu, serangga, sejenis logam dan lainnya.

(19)

3

standar ini sejak November 2011 dan mendapatkan sertifikat resmi pada Maret 2012. PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional memproduksi dan mendistribusikan produk teh dalam bentuk Bulk ke beberapa customer untuk diekspor ke beberapa negara, dengan menerapkan FSMS perusahaan berusaha untuk menghasilkan produk teh yang memiliki kualitas baik dan aman dikonsumsi.

Menurut BSN (2013) standar nasional Indonesia (SNI) 3836 : 2013 mengenai teh kering dalam kemasan, kualitas teh yang baik harus sesuai dengan standar atau syarat mutu yang ditetapkan. Syarat mutu teh kering dalam kemasan yang baik dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Syarat mutu teh kering dalam kemasan

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

A. Syarat mutu teh yang tidak mempengaruhi keamanan pangan : 1 Keadaan air seduhan

1.1 Warna - Khas produk teh

1.2 Bau - Khas produk teh

1.3 Rasa - Khas produk teh

2 Kadar Polifenol (b/b) % Minimal 5.2

3 Kadar air (b/b) % Maksimal 8.0

4 Kadar ekstrak dalam air (b/b) % Minimal 32

5 Kadar abu total (b/b) % Maksimal 8,0

6 Kadar abu larut dalam air abu total (b/b) % Minimal 45 7 Kadar abu tak larut dalam asam (b/b) % Maksimal 1.0 8 Alkalinitas abu larut dalam air (sebagai KOH) (b/b) % 1 – 3

9 Serat kasar (b/b) % Maksimal 16.5

B. Syarat mutu teh yang mempengaruhi keamanan pangan : 1 Cemaran logam

1.1 Kadmium (Cd) mg/kg Maksimal 0.2

1.2 Timbal (Pb) mg/kg Maksimal 2.0

1.3 Timah (Sn) mg/kg Maksimal 40.0

1.4 Merkuri (Hg) mg/kg Maksimal 0.03

2 Cemaran arsen (As) mg/kg Maksimal 1.0

3 Cemaran mikroba :

3.1 Angka lempeng total (ALT) koloni/g Maksimal 3x103

3.2 Bakteri Coliform APM/g < 3

3.3 Kapang koloni/g Maksimal 5x102

Sumber : SNI 3836 tahun 2013

Dengan tuntutan persyaratan keamanan pangan yang terus berkembang diiringi dengan tuntuntan pelanggan terkait kualitas produk, untuk itu dengan penelitian ini diharapkan PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional dapat mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai perusahaan dan mencapai keunggulan bersaing di industri ekspor teh, dengan menjamin produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi melalui penerapan SMKP ISO FSSC 22000.

Perumusan masalah

(20)

4

Management Representative di perusahaan ini, masih terdapat permasalahan yaitu dalam konsistensi Penerapan ISO FSSC 22000 pada karyawan tingkatan pelaksana.

Berdasarkan uraian diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan ISO FSSC 22.000 pada PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional ?

2. Kendala dan strategi apa, serta siapa saja aktor dalam penerapan ISO FSSC 22000 ?

3. Bagaimana alternatif tindakan yang harus dilakukan dari permasalahan yang dihadapi dalam penerapan ISO FSSC 22000 ?

Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 pada PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional

2. Menganalisis masalah, aktor dan strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000 3. Menganalisis alternatif pemecahan masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000

Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya mengkaji penerapan sistem manajemen keamanan pangan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional yang bergerak di industri teh dalam bentuk bulk, dan pemberian alternatif tindakan pemecahan masalah dalam penerapan ISO FSSC 22000. Pemilihan alternatif diserahkan sepenuhnya kepada manajemen PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasionalsebagai pengambil keputusan akhir.

METODE PENELITIAN

Kerangka pemikiran

(21)

5

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Berdasarkan Gambar 1, penelitian mengenai penerapan ISO FSSC 22000 diawali dengan menjabarkan kebijakan mutu perusahaan yang dijalankan oleh perusahaan. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur-unsur SMKP. Setelah menganalisis penerapan, dilanjutkan dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dengan audit internal berdasarkan kalusul FSSC 22000 dan menghasilkan diagram fishbone, masalah yang teridentifikasi dalam fish bone kemudian diolah kembali menggunakan metode Perbandingan berpasangan untuk mendapatkan masalah yang paling penting dalam penerapan ISO FSSC 22000. Kemudian berdasarkan masalah utama yang teridentifikasi dibuat tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Setelah mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, penilitian ini berlanjut dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan untuk mendapatkan faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Selanjutnya adalah mengolah data faktor internal dan eksternal perusahaan untuk mendapatkan strategi alternatif melalui matriks SWOT.

(22)

6

pemecahan masalah yang dapat dilakukan perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000 dan mempertahankan sistem manajemen kualitas yang telah dicapai perusahaan.

Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional, yang berlokasi di Jalan Mercedes Benz No.288 Gunung Putri, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Perusahaan ini telah mendapatkan sertifikasi FSSC 22000 sejak Maret 2012. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014.

Jenis dan metode pengumpulan data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan data yang diperoleh dari hasil wawancara serta pengisian kuesioner untuk mendapatkan prioritas alternatif tindakan pemecahan masalah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Purposive sampling, dimana responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah reponden yang memiliki kriteria tertentu, yaitu responden yang dianggap benar-benar ahli dan berkepentingan ataupun yang paling memilki keterkaitan dalam SMKP ISO FSSC 22000 serta telah memilki sertifikat pelatihan ISO FSSC 22000. Responden pilihan tersebut adalah, general manager, manager warehouse, management representative, dan manager CHR. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung dari data primer yang diperoleh melalui data yang dimiliki oleh perusahaan atau laporan internal perusahaan, studi pustaka, maupun studi literatur yang relevan.

Pengolahan dan analisis data

Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, analisis SWOT, serta analisis AHP (Analitycal Hierarki Process). Berikut adalah penjelasan dari ke tiga analisis tersebut.

Analisis deskriptif

(23)

7

Matriks SWOT

Matriks ini digunakan untuk merumuskan strategi penerapan FSSC 22000. Sebelum membuat suatu matriks SWOT, terlebih dahulu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan. Identifikasi faktor internal bertujuan untuk untuk mendata kekuatan dan kelemahan, sementara identifikasi faktor eksternal digunakan untuk mendata peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Untuk memperoleh strategi yang tepat dan menjelaskan alternatif strategi yang dapat dilakukan maka dilakukan pembuatan matriks SWOT. Menurut David (2009), delapan langkah dalam penyusunan matriks SWOT adalah :

1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang mentukan 2. Tuliskan ancaman perusahaan yang menentukan

3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan 4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan

5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO

6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO

7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST

8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT.

Analitycal Hierarki Process (AHP)

Dalam analisis ini, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada responden pilihan berjumlah empat orang yaitu, management representative yang beperan juga sebagai ketua tim keamanan pangan, manager warehouse, general manager dan manager CHR. Data dari pengisian kuesioner tersebut berupa matriks pendapat individu yang kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis AHP. AHP merupakan sistem pengambilan keputusan yang menggunakan beberapa variabel dengan proses analisis bertingkat, dan dalam pengolahan datanya dapat menggunakan bantuan software AHP yaitu Expert Cohice,(Nasibu 2009). Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data dari responden, data diolah dengan metode AHP menggunakan software Expert Cohice untuk pengolahan data secara horizontal dan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk pengolahan data secara vertikal. Menurut Marimin dan Maghfiroh (2011), Expert Choice merupakan salah satu software AHP yang memiliki kelebihan antara lain memiliki tampilan antar muka yang lebih menarik, mampu untuk mengintegrasikan pendapatan pakar, dan tidak membatasi level dari struktur hierarki. Menurut Marimin (2008), ide dasar prinsip kerja AHP adalah :

1. Penyusunan Hierarki

persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki.

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

(24)

8

Tabel 5. Skala Perbandingan Saaty

Nilai Keterangan

1 sama penting 3 lebih penting 5 jelas lebih penting 7 sangat jelas lebih penting 9 mutlak lebih penting

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan

3. Penentuan Prioritas

Nilai-nilai perbandingan relatif diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif, kemudian dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan proiritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau penyelesaian persamaan matematik.

4. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kebijakan mutu dan keamanan pangan perusahaan

PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional merupakan salah satu divisi di PT. Sariwangi A.E.A & Group yang bergerak dibidang industri manufaktur teh dalam bentuk bulk, dan hasil produksinya diekspor ke berbagai negara. Dalam menjalankan bisnisnya PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah menerapkan SMKP, guna menghasilkan produk yang berkualitas dan aman dikonsumsi serta memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam pelaksanaan sistem tersebut perusahaan ini telah di dasari dengan suatu komitmen manajemen yang dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan, dimana kebijakan tersebut menjadi bukti komitmen manajemen dalam pengembangan dan penerapan SMKP untuk meningkatkan efektivitas secara berkesinambungan. Berikut adalah kebijakan mutu dan keamanan pangan PT sariwangi A.E.A.

PT. Sariwangi A.E.A berkomitmen akan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara :

- Meningkatkan mutu produk.

- Meningkatkan mutu proses produksi. - Meningkatkan quality control.

- Melakukan pengiriman yang tepat waktu. - Menekan keluhan pelanggan.

(25)

9

Semua hal diatas ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk mencapai komitmen tersebut, selain didukung oleh karyawan yang berkualitas dan berdedikasi tinggi, PT. Sariwangi A.E.A juga akan :

- Meningkatkan disiplin kerja karyawan.

- Meningkatkan keahlian karyawan melalui pelatihan. - Meningkatkan manajemen mutu.

- Meningkatkan keselamatan kerja. - Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

- Tidak mempekerjakan anak-anak (dibawah 18 tahun) dan tidak melakukan kerja secara paksa.

- Tidak melakukan diskriminasi terhadap ras, suku, agama, kasta, jenis kelamin, ketidakmampuan/cacat, anggota suatu organisasi atau politik dalam hal penerimaan karyawan dan promosi jabatan serta pelatihan.

- Tidak melakukan hukuman secara fisik dan penghinaan secara langsung. - Memberikan upah yang sesuai dengan kebutuhan hidup karyawan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

- Memberikan kesempatan yang sama untuk dipromosikan dan menduduki jabatan yang lebih tinggi kepada setiap karyawan.

- Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk berorganisasi dan kebebasan mengeluarkan pendapat.

- Mengikuti etika bisnis yang baik dan anti Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) - Menjamin produk yang dihasilkan aman untuk di konsumsi.

Manajemen dan karyawan PT. Sariwangi A.E.A akan mematuhi segala peraturan perusahaan, regulasi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan semua ketentuan yang ditetapkan didalam standar sertifikat yang telah diraih. Semua peraturan perusahaan, regulasi dan atau peraturan perundang-undangan serta standar sertifikat yang berhubungan dengan produk, prosedur dan kegiatan perusahaan akan didokumentasikan, disimpan dan disosialisasikan kepada seluruh manajemen, karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian PT. Sariwangi A.E.A menjadi perusahaan yang terus berkembang secara inovatif dan terpercaya yang memiliki sistem kebijakan mutu dan keamanan pangan yang baik.

Penerapan ISO FSSC 22000 di PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional

(26)

10

Tabel 6. Hasil penilaian penerapan FSSC 22000 berdasarkan unsur SMKP

No Unsur Kunci SMKP Penerapan di PT Sariwangi divisi Internasional

Dipenuhi Sebagian Dipenuhi Tidak dipenuhi 1 Komunikasi Interaktif

- Kebijakan Mutu - Personil dan Pelatihan

- Persyaratan Pelanggan dan Pemasok 2 Manajemen Sistem 3 Program Persyaratan Dasar

- Pembentukan Tim HACCP - GMP

- SSOP 4 Prinsip HACCP

- Analisa Bahaya

- Penetapan Titik Kendali kritis - Penetapan batas kritis - Penetapan sistem monitoring

- Tindakan koreksi terhadap penyimpangan - Penetapan verifikasi

- Catatan dan dokumentasi

Sumber : Data Audit Internal FSSC 22000 Perusahaan Tahun 2013

Hasil penilaian penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi ointernasional berdasarkan unsur – unsur kunci SMKP menunjukkan bahwa PT Sariwangi divisi internasional hampir memenuhi sebagian besar unsur- unsur SMKP. Ada beberapa unsur kunci yang belum terpenuhi atau sebagian terpenuhi oleh perusahaan. Unsur kunci SMKP yang dimaksud pada sebagian dipenuhi adalah PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah memiliki dokumen, prosedur, ataupun catatan lainnya terkait dengan apa yang termasuk di dalam unsur kunci SMKP, namun unsur kunci tersebut belum diterapkan dengan baik diperusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan unsur kunci yang tidak dipenuhi adalah tidak ada bukti dokumen, prosedur ataupun catatan lainnya yang menunjukkan bahwa perusahaan telah memiliki dan menerapkan unsur kunci SMKP.

Unsur kunci yang belum terpenuhi di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional adalah pada kriteria manajemen sistem yaitu terkait denagan evaluasi sistem, dimana perusahaan belum melakukan evaluasi sistem secara keseluruhan dan tidak ada bukti catatan atau rekaman dari evaluasi sistem yang menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan evaluasi SMKP. Sedangkan unsur kunci yang sebagian dipenuhi di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional adalah sebagai berikut :

1. Personil dan pelatihan, dimana masih kurangnya pemahaman dan kesadaran karyawan dalam pelaksanaan SMKP, yaitu belum dapat melaksanakan pemenuhan persyaratan ISO FSSC 22000 secara konsisten.

(27)

11

3. Tindakan koreksi terhadap penyimpangan, dimana perusahaan telah melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang ada, namun tindakan koreksi tersebut belum meliputi analisis penyebabnya.

4. Catatan dan dokumentasi, dimana perusahaan telah melakukan sistem pengendalian dokumen, tetapi tidak berjalan dengan konsisten.

Meskipun hasil penilaian penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan unsur – unsur kunci SMKP masih ada yang belum terpenuhi atau masih sebagian terpenuhi, namun hasil uji teh berdasarkan syarat mutu teh terutama yang terkait dengan keamanan pangan, hasil ujinya masih sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Standariasi Nasional tentang teh hitam dalam kemasan. Pengujian teh yang berkaitan dengan unsur keamanan pangan ini, dilakukan setiap satu tahun sekali untuk memvalidasi bahan baku dan produk jadi. Pengujian bahan baku dilakukan sebagai validasi bahwa bahan baku yang dikirim aman sesuai dengan syarat mutu ataupun standar keamanan pangan yang berlaku, sedangkan pengujian produk jadi dilakukan sebagai validasi atas sistem sanitasi yang telah dilakukan terkait dengan potensi kontaminasi dari manusia, gedung, mesin, peralatan dan hama. Hasil uji produk berdasarkan syarat mutu teh yang terkait dengan keamanan pangan produk di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil uji teh berdasarkan syarat mutu terkait dengan keamanan pangan

(28)

12

Berdasarkan data hasil uji validasi teh yang berkaitan dengan unsur keamanan pangan pada Tabel 7 yang telah dilakukan di PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional, dapat dilihat bahwa hasil uji cemaran logam maupun cemaran mikrobiologi pada bahan baku maupun produk jadi teh yang diuji pada setiap akhir tahun yaitu tahun 2011 – 2013 masih sesuai dengan peryaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia 3836 : 2013 mengenai teh kering dalam kemasan. Untuk pengujian bahan baku impor maupun bahan baku lokal pada tahun 2013, hasil ujinya masih dalam proses, karena pemberian sampel uji bahan baku kepada pihak laboratorium baru dilakukan di akhir bulan Februari 2014.

Identifikasi masalah dan kendala dalam penerapan ISO FSSC 22000

Masalah dan kendala yang dihadapi oleh PT Sariwangi divisi Internasional da;am penerapan ISO FSSC 22000, diidentifikasi dengan melakukan audit internal berdasarkan persyaratan ISO FSSC 22000. Menurut Koto (2012), ISO FSSC 22000 adalah persyaratan dari gabungan standar ISO 22000:2005, ISO TS 22002 dan tiga persyaratan tambahan. Hasil analisis penerapan persyaratan ISO FSSC 22000 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil analisis penerapan persyaratan ISO FSSC 22000

Klausul Kriteria

Pemenuhan Keterangan (Bila ada

ketidaksesuaian)

sesuai Tidak Sesuai

A. Berdasarkan Persyaratan Standar ISO 22000 : 2005 4 SMKP (Sistem manajemen keamanan pangan )

4.1 Persyaratan Umum

4.2 Persyaratan Dokumentasi Dokumen atprosedur baru atau yang sudah direvisi, tidak terdistribusi dengan baik sesuai dengan daftar distribusi pemegang dokumen.

5 Tanggung jawab Manajemen 5.1 Komitmen manajemen 5.2 Kebijakan keamanan pangan 5.3 Perencanaan SMKP

5.4 Tanggung jawab dan wewenang 5.5 Pemimpin tim keamanan pangan 5.6 Komunikasi

5.7 Persiapan dan tanggap darurat 5.8 Tinjauan manajemen

6 Manajemen Sumber Daya

6.1 Ketentuan tentang sumber daya

6.2 Sumber daya manusia kurangnya kesadaran

karyawan dalam

pelaksanaan SMKP secara konsisten seperti,

(29)

13

Lanjutan Tabel 8.

Klausul Kriteria

Pemenuhan Keterangan (Bila ada

ketidaksesuaian)

sesuai Tidak Sesuai

6.3 Infrastruktur Masih ada beberapa infrastuktur

yang rusak / belum diperbaiki seperti diinding retak, gagang pintu toilet rusak dan lokasi umpan tikus sudah tidak layak 6.4 Lingkungan Kerja

7 Perencanaan dan Realisasi Produk yang Aman 7.1 Persyaratan Umum

7.2 PPD (program persyaratan dasar) 7.3 Langkah awal untuk melakukan analisis

bahaya

7.4 Analisis Bahaya

7.5 Penetapan PPD Operasional

7.6 Pengembangan Rencana Titik Kendali Kritis

7.7 Pemutakhiran informasi awal dan dokumen yang dispesifikasika PPD dan rencana HACCP

7.8 Perencanaan Verifikasi 7.9 Sistem Kemamputelusuran 7.10 Pengendalian Ketidaksesuaian 8 Validasi, Verifikasi, dan Perbaikan SMKP

8.1 Persyaratan Umum

8.2 Validasi Kombinasi tindakan pengendalian 8.3 Pengendalian pemantauan dan pengukuran

8.4 Verifikasi SMKP Audit internal telah

dilaksanakan tetapi tidak ada penyebab dari ketidak- sesuaian yang ditemukan

8.5 Perbaikan Belum ada evaluasi SMKP

B. Berdasarkan Persyaratan Standar ISO TS 22002 4 Konstruksi dan Tata Letak Dari Bangunan

4.1 Persyaratan Umum 4.2 Lingkungan

4.3 Pembentukan / pendirian lokasi 5 Tata Letak dari Tempat Dan Ruang Kerja

5.1 Persyaratan Umum

5.2 Desain Internal, Tata Letak dan Pola-pola Pergerakan (Lalu Lalang)

masih ada penyimpanan material yang menempel kedinding

5.3 Struktur internal, pemasangan/penempatan 5.4 Lokasi Peralatan (Equipment)

5.5 Fasilitas Laboratorium

5.6 Struktur/Peralatan Sementara/ Mobile dan Mesin Bergerak (Keliling)

5.7 Penyimpanan Pangan, Material Kemasan, bahan Baku dan Kimia Non Pangan 6 Sarana Penunjang, Udara, Air, Energi

6.1 Persyaratan Umum 6.2 Penyediaan Air

(30)

14

Lanjutan Tabel 8.

Klausul Kriteria

Pemenuhan Keterangan (Bila ada

ketidaksesuaian)

sesuai Tidak Sesuai 6.4 Kualitas Udara dan Ventilasi

6.5 Udara Bertekanan dan Gas Lainnya 6.6 Pencahayaan

7 Pembuangan Sampah 7.1 Persyaratan Umum

7.2 Tempat Sampah dan Sampah Non Pangan atau Material Berbahaya

7.3 Manajemen Sampah dan Pembuangan 7.4 Saluran Pembuangan

8 Kesesuaian Peralatan,kebersihan dan Perawatan 8.1 Persyaratan Umum

8.2 Pengaturan Kebersihan 8.3 Permukaan Kontak Produk

8 8.4 Kontrol Temperatur dan Pemantauan Peralatan

8.5 Pembersihan Plants, perkakas dan peralatan

8.6 Perawatan, Pencegahan, Perbaikan 9 Manajemen Pembelian Material

9.1 Persyaratan Umum

9.2 Seleksi dan Manajemen Pemasok Tidak semua pemasok ada kualifikasi dan evaluasi 9.3 Persyaratan Kedatangan Material (Bahan

Baku, Bahan Pembantu, Kemasan) 10 Pemastian Untuk Pencegahan dari Kontaminasi

Silang

10.1 Persyaratan Umum

10.2 Kontaminasi Silang Mikrobiologi

10.3 Manajemen Allergen - -

10.4 Kontaminasi Fisika 11 Kebersihan Dan Sanitasi

11.1 Persyaratan Umum

11.2 Bahan Pembersih, sanitasi dan Peralatan 11.3 Program Kebersihan dan Sanitasi 11.4 Sistem Pembersihan di dalam (CIP) 11.5 Kefektifan Pengawasan Sanitasi 12 Pest Control

13 Kebersihan Personal Dan Fasilitas Pekerja 13.1 Persyaratan Umum

13.2 Fasilitas Higienis Karyawan dan Toilet 13.3 Kantin Karyawan dan Desain Area Makan 13.4 Pakaian Kerja dan Baju Pelindung 13.5 Status Kesehatan

13.6 Sakit dan Terluka 13.7 Kebersihan Karyawan 13.8 Perilaku Karyawan 14 Pengerjaan Ulang (Rework)

14.1 Persyaratan Umum

14.2 Penyimpanan, Identifikasi dan Pelacakan 14.3 Pemakaian Pengerjaan Ulang

(31)

15

Lanjutan Tabel 8.

Klausul Kriteria

Pemenuhan Keterangan (Bila ada

ketidaksesuaian)

sesuai Tidak Sesuai 15.2 Persyaratan Penarikan Produk

16 Gudang

16.1 Persyaratan Umum 16.2 Persyaratan Untuk Gudang

16.3 Kendaraan, Kendaraan Pengangkut dan Kontainer

17 Informasi Produk / Kesadaran Konsumen 17.1 Informasi Produk

17.2 Label Pada Kemasan Produk 18 Ketahanan / Pertahanan, Kewaspadaan -Bio/

Sabotase & Bio-Terorisme 18.1 Persyaratan Umum 18.2 Akses Pengawasan

C. Berdasarkan 3 (tiga) Persyaratan Tambahan 1 Inventory dari regulasi, statutory

2 Spesifikasi dari Jasa / Service kualifikasi dan evaluasi supplier jasa belum dilaksanakan secara konsisten

3 Supervisi dari personil keamanan pangan dalam aplikasi penerapan prinsip-prinsip keamanan pangan

Sumber : Data Audit Internal FSSC 22000 Perusahaan tahun 2013

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa masih ditemukan ketidaksesuaian dalam implementasi FSSC 22000. Beberapa masalah yang teridentifikasi adalah : 1. Persyaratan Dokumentasi

Prosedur-prosedur SMKP sudah didokumentasikan dengan baik. Hal ini terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap, namun berdasarkan catatan tanda terima dokumen perusahaan, ditemukan bahwa pengendalian distribusi yang dilakukan tidak konsisten, dokumen atau prosedur baru atau yang sudah direvisi, tidak terdistribusi dengan baik sesuai dengan daftar distribusi pemegang dokumen dan masih belum ada catatan yang mengatur terkait masa simpan dokumen.

2. Sumber Daya Manusia

Tersedianya sumber daya manusia diperusahaan yang telah diberi pelatihan dasar berupa pelatihan personal hygiene, Keamanan pangan, K3, Halal, dan SJH, namun masih lambatnya realisasi pelaksanaan dari program pelatihan yang direncanakan dan masih kurangnya kesadaran karyawan dalam pelaksanaan SMKP, diantaranya ditemukan satu orang karyawan yang tidak menggunakan masker, masih ditemukan adanya material yang disimpan menempel atau jaraknya kurang dari 30 cm dari dinding, dan ditemukan catatan terkait pelaksanaan sanitasi kebersihan gedung dan area sekitarnya tidak dikonisten dilakukan, akan tetapi kondisi gedung yang diperiksa sudah cukup bersih.

3. Verifikasi SMKP

(32)

16

pelaksanaan audit internal. Audit internal dilakukan secara rutin sesuai pengaturan yang terencana. Audit Internal bertujuan meninjau keefektifan penerapan SMKP pada lini produksi dan sekitarnya serta menjadi acuan dari verifikasi sebagai tindakan pengendalian, akan tetapi belum ada keterangan penyebab masalah atas ketidaksesuaian yang ditemukan.

4. Manajemen Sistem

Pengembangan atau system perbaikan pada PT Sariwangi divisi internasional bertujuan untuk meningkatkan efektifitas, mengembangkan kinerja perusahaan, memperoleh perbaikan maupun pembaharuan informasi SMKP. Perusahaan telah melakukan suatu system perbaikan berupa hasil tinjauan sebelumnya yaitu dari hasil audit internal ataupun eksternal, hasil analisis dari verifikasi berdasarkan kecocokan, kecukupan, dan keefektifitas SMKP yang tercakup pada rencana HACCP. Akan tetapi perusahaan belum melakukan evaluasi SMKP secara keseluruhan, tidak ada bukti catatan atau rekaman bahwa perusahaan telah melakukan evaluasi tersebut. Selain itu, jika dilihat dari perbaikan infrastruktur, masih ditemukan beberapa infrastruktur yang rusak atau belum diperbaiki seperti dinding yang retak, kunci atau gagang pintu toilet dan lokasi titik umpan tikus.

5. Manajemen Pembelian Material / Jasa

Manajemen pembelian material / jasa di PT Sariwangi divisi internasional telah dituangkan dalam SOP pembelian. Kualifikasi dan evaluasi sudah dijalankan untuk supplier bahan baku, namun masih ditemukan bahwa tidak semua pemasok ada kualifikasinya, dan evaluasi untuk supplier jasa / service belum dilaksanakan secara konsisten.

Berdasarkah hasil identifikasi masalah yang didapat secara keseluruhan melalui audit internal FSSC 22200, penyebab permasalahan dalam implementasi FSSC 22000 disusun menjadi diagram kategori permasalahan atau fish bone diagram pada Gambar 2, untuk mengetahui akar masalah ataupun sebab dan akibat dari permasalahan yang terjadi dengan permasalahan penerapan ISO FSSC 22000 sebagai sumbu utamanya.

(33)

17

Penyebab permasalahan dalam implementasi FSSC 22000 yang disusun menjadi diagram kategori permasalahan atau fish bone kemudian diolah kembali menggunakan analisis perbandingan berpasangan untuk mendapatkan permasalahan terpenting dari beberapa masalah yang teridentifikasi yaitu dengan menggunakan matriks pendapat berdasarkan 4 orang ahli, dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut adalah hasil penilaian permasalahan yang teridentifikasi dalam penerapan ISO FSSC 22000 berdasarkan metode perbandingan berpasangan.

1. Sumber Daya Manusia

Nilai bobot terbesar adalah 0.581 pada permasalahan kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000, kemudian dengan nilai bobot 0.238 pada kurangnya pengawasan supervisi terhadap kedisiplinan karyawan dalam melaksanakan penerapan ISO FSSC 22000, dan nilai bobot terendah sebesar 0.181 pada kurangnya kegiatan bersama.

2. Manajemen Sistem

Nilai bobot terbesar adalah 0.505 pada permasalahan lambatnya realisasi perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dari pihak manajemen, kemudian dengan nilai bobot 0.288 pada kurangnya evaluasi terhadap SMKP, dan nilai bobot terendah sebesar 0.206 pada tidak adanya akar penyebab dari setiap ketidaksesuaian.

3. Dokumen

Nilai bobot terbesar adalah 0.557 pada permasalahan tidak konsisten dalam pendokumentasian, kemudian dengan nilai bobot 0.311 pada prosedur tidak direview, dan nilai bobot terendah sebesar 0.132 pada pendokumentasian yang tidak lengkap.

4. Manajemen Pembelian

Permasalahan pada manajemen pembelian adalah kualifikasi dan evaluasi untuk supplier bahan baku tidak dilaksanakan secara konsisten. Sedangkan untuk supplier jasa belum dilaksanakan kualifikasi maupun evaluasi untuk setiap supplier jasa. Permasalahan ini tidak nilai dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan, karena hanya ada satu masalah dalam manajemen pembelian.

Berdasarkan data diatas terdapat empat permasalahan dengan nilai bobot tertinggi dari masing-masing kriteria permasalahan, yang akan dimasukkan untuk pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan metode AHP yaitu (1) pada kriteria sumber daya manusia dengan permasalahan kurangnya sosialisasi ISO FSSC 22000, (2) pada kriteria manajemen sistem dengan permasalahan lambatnya realisasi perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja dari pihak manajemen, (3) pada kriteria dokumen dengan permasalahan tidak konisten dalam pendokumentasian, dan (4) pada kriteria pembelian yaitu pada permasalahan kualifikasi dan evaluasi dari supplier bahan baku atau kemasan dan jasa yang tidak dilaksanakan secara konsisten.

Tujuan yang ingin dicapai perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000

(34)

18

1. Peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000

PT. Sariwangi AEA divisi internasional memiliki sumber daya manusia sebanyak 172 orang dan telah memiliki program pelatihan untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang tersedia. Karyawan memiliki peranan penting dalam pelaksanaan ISO FSSC 22000, namun karyawan masih belum dapat melaksakannya secara konsisten. Hal ini dilihat karena masih kurangnya kesadaran maupun pemasaham karyawan terkait ISO FSSC 22000. Untuk itu, Perusahaan tidak hanya harus memiliki program pelatihan, namun program tersebut harus dijalankan sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Seluruh karyawan harus mendapatkan pelatihan ataupun sosialisasi terkait ISO FSSC 22000 secara kontinu agar karyawan dapat lebih memahami aturan maupun persyaratan yang diharuskan dalam ISO tersebut. Untuk itu, peningkatan sosialisasi ISO FSSC 22000 diharapkan menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 dapat dilakukan secara konsisten dan dapat berjalan dengan efektif untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas serta aman dikonsumsi.

2. Peningkatan Komitmen Manajemen dalam Penerapan ISO FSSC 22000 Peranan pihak Manajamen sangat dibutuhkan untuk dapat menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000. Peranan manajemen dapat dilihat dari bentuk komitmen manajemen dalam mendukung penerapan ISO FSSC 22000. Komitmen manajemen merupakan bukti maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah organisasi tentang keamanan produk yang dihasilkan yang dinyatakan secara resmi oleh manajemen puncak. PT Sariwangi A.E.A divisi Internasional telah memiliki komitmen manajamen yang dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan yang disahkan oleh Presiden Direktur, namun komitmen manajemen yang ada belum sepenuhnya dapat terimplementasi dilapangan. Hal ini dilihat dari masih lambatnya realisasi terkait perbaikan infrastruktur dan peralatan kerja, dimana perbaikan tersebut bertujuan untuk memenuhi kesesuaian dengan persyaratan ISO FSSC 22000. Untuk itu, peningkatan komitmen manajemen di harapkan dapat memotivasi pihak manajemen untuk dapat sepenuhnya menjalankan komitmen manajemen yang ada untuk dapat menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 secara efektif. 3. Perbaikan Administrasi dan Dokumentasi

Dalam persyaratan ISO FSSC 22000, dokumentasi merupakan hal yang sangat penting, karena dari hasil dokumentasi dapat dilakukan penelusuran jika terjadi suatu permasalahan terkait mutu dan keamanan pangan produk. PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional masih belum dapat secara optimal dalam melakukan proses pendokumentasian, sedangkan setiap persyaratan yang berkaitan dengan ISO FSSC 22000 harus di didokumentasikan, disimpan dan dipelihara dengan baik. Semua kegiatan terkait dengan persyaratan ISO yang tidak dilakukan pendokumentasiannya, secara aturan sertifikasi hal tersebut dianggap tidak dilakukan. Untuk itu, perbaikan sistem administrasi dan dokumentasi diharapkan dapat membuat proses pendokumentasian dilakukan dengan efekif sesuai dengan standar atau persyaratan ISO FSSC 22000.

4. Peningkatan Kualitas Jaminan Mutu Bahan Baku dan Kemasan

(35)

19

keyakinan yang memadai bahwa bahan baku dan kemasan dapat memenuhi persyaratan mutu. Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu dan keamanan pangan yang difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Dalam menjamin kualitas bahan baku dan kemasan, PT. Sariwangi A.E.A divisi internasional telah menetapkan prosedur terkait kualifikasi dan evaluasi supplier, namun dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya efektif. Sedangkan untuk meningkatkan jaminan kualitas bahan baku dan kemasan diperlukan pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi secara konsisten. Untuk itu, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kulitas jaminan mutu bahan baku dan kemasan sekaligus menunjang pelaksanaan ISO FSSC 22000 yang efektif, dimana pelaksanaan kualifikasi dan evaluasi supplier merupakan salah satu persyaratan dalam ISO FSSC 22000.

Perumusan alternatif strategi penerapan ISO FSSC 22000

Identifikasi faktor- faktor internal

Identifikasi faktor-faktor internal perusahaan merupakan cara untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan terkait penerapan ISO FSSC 22000. Hal ini dilihat berdasakan permasalahan yang sebelumnya telah teridentifikasi di perusahaan Adapun faktor-faktor internal penting yang dimiliki PT. Sariwangi AEA divisi internasional yang menjadi faktor kekuatan perusahaan adalah :

1. Adanya perencanaan sistem manajemen mutu melalui sasaran mutu untuk perbaikan berkelanjutan

Dalam meningkatkan efektifitas, mengembangkan kinerja perusahaan, dan memperoleh perbaikan maupun pembaharuan, PT. Sariwangi AEA divisi internasional merencanakan sistem manajemen mutu dan keamanan pangan melalui sasaran mutu. Sasaran mutu dilakukan per 3 bulan sekali, yaitu dengan melakukan penilaian dari setiap bagian dalam divisi dengan kriteria penilaiaan dan target mutu yang telah ditentukan.

2. Sumber daya manusia yang cukup berpengalaman

PT. Sariwangi AEA divisi internasional memiliki sumber daya manusia sebanyak 172 orang. Sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan ini adalah karyawan yang cukup berpengalaman dibidangnya, karena jika dilihat dari masa kerjanya, sekitar 35 % karyawan telah bekerja di perusahaan ini lebih dari 10 tahun kerja dan sekitar 23 % karyawan bekerja 5 – 10 tahun kerja. Tidak hanya masa kerjanya yang cukup lama, karyawan di perusahaan ini juga selalu diberikan pelatihan sesuai tanggung jawab dan tugasnya masing-masing.

3. Adanya program pelatihan seperti keamanan pangan, alat pelindung diri, personal hygiene, K3 dan lainnya.

(36)

20

4. Prosedur yang lengkap terdiri dari SOP dan SSOP

Prosedur-prosedur SMKP sudah dijalankan dan didokumentasikan dengan baik. Hal ini terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap. PT. sariwangi AEA divisi Internasional memiliki empat prosedur sanitasi atau Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP) yaitu, prosdur sanitasi gedung; sanitasi mesin dan fasilitas produksi; sanitasi tenaga kerja; serta pest control dan waste management. Selain SSOP perusahaan ini juga memiliki 18 Standard Operational Procedure (SOP) yaitu, prosedur pengecekan mutu produk; Job description; pengadaan, penerimaan serta pengiriman bahan baku dan kemasan; proses blending dan ayak; pengelolaan mesin produksi dan utilitas pabrik; penerimaan dan penyerahan barang jadi; dokumentasi, pengelolaan sumber daya manusia; analisa bahaya dan penetapan titik kritis; identifikasi, penelusuran dan penarikan produk; kontrol record; verifikasi; Penanganan pelanggan; cegah tanggap darurat; komunikasi; validasi; penjualan; dan pengadaan supplier jasa.

5. Bangunan dan tata letak yang mendukung pelaksanaan ISO FSSC 22000 Area bangunan di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya area security, area kantor, area laboratorium, area merokok, area makan, toilet, musholla, area warehouse dan area produksi. Bangunan dan tata letak telah di desain dan dikonstruksi sesuai dengan persyaratan ISO FSSC 22000 diantaranya yaitu menetapkan area cuci tangan menuju ruang produksi, adanya ruang antara sebelum masuk ke ruang produksi, sudut tembok tidak bersiku atau telah dibuat radius, area penyimpanan bahan baku, bahan kemasan, dan barang jadi yang terpisah dari ruang produksi dan sebagainya.

6. Memiliki Laboratorium internal yang terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) terkait pengujian keamanan pangan produk

Dalam melakukan verifikasi keamanan pangan terhadap produk yang dihasilkan, PT. Sariwangi AEA malakukan analisa pengujian terkait keamanan pangan yang dilakukan oleh laboratorium internal milik PT Sariwangi AEA. Selain itu, tidak hanya produk jadi yang diuji, tetapi bahan baku juga diuji dilaboratorium internal perusahaan. Laboratorium internal ini telah terakreditasi oleh lembaga KAN sehingga hasil ujinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

Selain itu, PT. Sariwangi AEA divisi internasional juga memiliki faktor- faktor kelemahan yang dapat mempengaruhi dalam penerapan ISO FSSC 22000. Faktor kelemahan yang teridentifikasi antara lain :

1. Sebagian karyawan lama masih berpendidikan rendah

(37)

21

2. Lambatnya realisasi program pelatihan

PT. Sariwangi AEA telah memiliki program pelatihan dengan tujuan dapat meningkatkan efektifitas, kesadaran maupun kedisiplinan karyawan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Namun dalam pelaksanaannya program pelatihan yang telah dijadwalkan tidak terealisasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Lambatnya realisasi satu program pelatihan dapat berdampak pada program pelatihan lainnya yang telah dijadwalkan akan mundur juga waktu pelaksanaanya. Selain itu, hal ini juga dapat menyebabkan penyampaian informasi terkini terkait keamanan pangan maupun informasi lainnya yang harusnya dapat disosialisasikan pada saat pelatihan akan tertunda.

3. Konsistensi karyawan dalam penerapan FSSC 22000 yang belum optimal Dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional, karyawan masih belum secara optimal melakukannya. Karyawan sudah dapat bekerja dengan baik, namun seringkali hasil dari apa yang telah dikerjakan tidak secara konsisten dilakukan pencatatan. Sehingga secara aturan sistem sertifikasi hal tersebut dianggap tidak dilakukan karena tidak ada bukti pencatatanya.

4. Kurangnya minat karyawan untuk memahami prosedur

Prosedur-prosedur SMKP sudah dijalankan dan didokumentasikan dengan baik. Hal ini terlihat bahwa prosedur-prosedur yang menyangkut SMKP telah lengkap terdiri dari 4 SSOP dan 18 SOP. Namun yang menjadi kelemahan perusahaan adalah masih kurangnya minat karyawan untuk memahami prosedur. Sedangkan prosedur merupakan suatu standar yang menjabarkan proses-proses atau aktivitas-aktivitas utama yang ada di pabrik. Jika dilihat dalam penerapan ISO FSSC 22000, masih ditemukan beberapa karyawan yang tidak mengikuti prosedur yang telah dibuat oleh perusahaan, salah satunya adalah masih adanya karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, tidak konsisten dan masih banyak yang lainnya.

5. Lambatnya realisasi dari pihak manajemen terkait perbaikan infarstruktur dan peralatan kerja

Perusahaan belum bisa sepenuhnya melakukan perbaikan atau pemeliharaan terhadap infrastruktur dan peralatan kerja terutama perbaikan terkait keamanan pangan. Hal ini dilihat dari masih lambatnya realisasi manajemen terkait perbaikan tersebut seperti masih adanya kerusakan dibeberapa bagian tertentu ada yang berlubang, tembok retak dan sebagainya yang sampai saat ini belum ada tindakan perbaikan terhadap kerusakan tersebut. Tindakan yang dilakukan sampai saat ini hanya berupa permintaan perbaikan kepada bagian terkait ataupun rencana program perbaikan tetapi masih belum terealisasi.

6. Kurangnya komunikasi yang baik antar bagian

(38)

22

audit internal maupun eksternal. Selain itu, kurangnya komunikasi antar bagian menyebabkan perubahan – perubahan secara internal yang memiliki dampak pada keamanan pangan tidak dapat terinformasikan keseluruh bagian.

Identifikasi faktor- faktor eksternal

Identifikasi faktor eksternal bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan terkait dengan penerapan ISO FSSC 22000. Hal ini dilihat dari situasi dan kondisi yang berada diluar perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja perusahaan dalam penerapan ISO FSSC 22000. Adapun faktor-faktor eksternal penting yang dimiliki PT. Sariwangi AEA divisi internasional yang menjadi faktor peluang perusahaan adalah :

1. Pasar yang luas

Teh merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Meskipun komoditas teh di Indonesia terkadang mengalami penurunan, namun perkembangan industri teh semakin berkembang. Adanya komoditas teh di Indonesia sangat menguntungkan bagi produsen teh di Indonesia terutama PT. Sariwangi AEA divisi Internasional, dengan pasar yang luas baik di dalam negeri maupun luar negeri. Untuk dapat beratahan di persaingan global dan menggapai pasar yang luas ke manca negara, maka PT. Sariwangi AEA divisi Internasional harus dapat menghasilkan produk teh dengan kualitas yang baik dan aman dikonsumsi. Untuk dapat mencapai hal tersebut, diperlukan penerapan ISO FSSC 22000 yang dilakukan secara efektif.

2. Ketersediaan tenaga kerja

Tenaga kerja di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional hampir sebagian besar berasal dari wilayah sekitar perusahaan, terutama pada tingkatan pelaksana. Pemilihan tenaga kerja yang diperoleh dari lingkungan warga sekitar, juga merupakan salah satu program Corporate social responsibility (CSR) perusahaan guna menggali potensi sumber daya manusia yang berada disekitar perusahaan. Selain itu, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan tingkat pendidikan yang semakin tinggi berpotensi menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh perusahaan guna mendukung kefektifan SMKP di perusahaan.

3. Peningkatan citra perusahaan di mata konsumen

PT. Sariwangi AEA divisi Internasional telah bersertifikasi ISO FSSC 22000 sejak Maret 2012. ISO FSSC 22000 merupkan standar keamanan pangan internasional, dimana dengan standar ini diharapkan dapat membatu perusahaan dalam persaingan global. Dengan memiliki sertifikat ISO FSSC 22000, citra perusahaan di mata konsumen semakin meningkat yaitu sebagai Perusahaan manufaktur teh yang memiliki sistem kemanan pangan yang baik dan dapat menjamin bahwa produk yang dihasilkan adalah produk yang bermutu dan aman dikonsumsi.

4. Adanya persyaratan pelanggan terkait mutu dan keamanan pangan

(39)

23

ditetapkan pelanggan terkait mutu dan keamanan pangan, tidak hanya persyaratan dimana perusahaan harus memiliki sertifikasi keamanan pangan. Seperti perusahaan Nestle dan Coca Cola, perusahaan-perusahaan tersebut menetapkan persyaratan standar sendiri, dimana PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional harus memenuhi persyaratan pelanggan tersebut. Hal ini menjadi peluang perusahaan, karena semakin ketat persyaratan yang diharuskan oleh pelanggan, maka perusahaan akan terus berusaha untu memenuhinya dan menjalankan SMKP dengan baik. Jika perusahaan tidak dapat memenuhi persyaratan pelanggan yang diajukan, maka perusahaan akan kehilang kesempatan untuk mendapatkan pelanggan atau Customer. 5. Adanya peraturan / undang-undang terkait pangan

Ditetapkannya UU No.18 tahun 2012 terkait dengan pangan, UU No. 33 tahun 2012 terkait bahan tambahn pangan, dan Peraturan lainnya maupun standar nasional Indonesia (SNI) terkait teh yang ditetapkan di Indonesia. Undang- undang, peraturan maupun standar tersebut mendukung dan atau mengharuskan perusahaan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan aman dikonsumsi. Sama halnya dengan persyaratan pelanggan, hal ini menjadi peluang bagi PT. Sariwangi AEA divisi Internasional untuk dapat menjalankan SMKP secara efektif dan dapat memenuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Selain itu, PT. Sariwangi AEA divisi internasional juga memiliki faktor- faktor ancaman yang dapat mempengaruhi dalam penerapan ISO FSSC 22000. Faktor ancaman yang teridentifikasi antara lain :

1. Pasar Bebas, persaingan negara lain.

Sejak di berlakukannya pasar bebas di Indonesia, maka persaingan yang dihadapi oleh perusahaan pengolah teh di Indonesia khususnya PT. Sariwangi AEA semakin tinggi dengan pesaing negara-negara lain. Perdangangan bebas ini merupakan suatu ancaman yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan. 2. Ketetapan UMK pemerintah

Adanya ketetapan UMK pemerintah yang tiap tahunnya terus meningkat terutama peningkatan UMK di tahun 2013 dan 2014 ini untuk kabupaten Bogor, merupakan salah datu faktor ancaman bagi PT. Sariwangi AEA divisi Internasional. Dengan adanya ketetapan UMK yang cukup tinggi maka perusahaan harus melakukan efisiensi tenaga kerja mulai dari pengurangan tenaga kerja maupun pembatasan jam lembur kerja. Dengan adanya hal ini, kemungkinan akan dapat menggangu efektifitas pelaksanaan program SMKP yang didalamnya mencakup proses produksi dan lainnya. Meskipun banyak sumber daya manusia yang tersedia di luar perusahaan, namun hal ini menjadi problematika sendri bagi perusahaan.

3. Persaingan perusahaan sejenis.

(40)

24

tersebut, sebagian telah bersertifikasi keamanan pangan seperti PT. Unilever Indonesia dan PT. Agro Pangan Putra Mandiri (Sosro).

4. Penolakan dari konsumen karena alasan mutu dan keamanan pangan sehingga dicabutnya sertifikat

Jika perusahaan tidak benar-benar menerapkan ISO FSSC 22000 secara efektif maka dapat terjadi penolakan dari konsumen karena alasan mutu dan kemanan pangan terkait dengan produk jadi yang telah dikirim ke tangan konsumen. Hal ini dapat berakibat dicabutnya sertifikat ISO FSSC 22000 yang telah dimiliki oleh perusahaan. Jika dilihat secara prosedural, apabila terjadi keluhan pelanggan terkait dengan produk reject, maka PT. Sariwangi AEA divisi internasional harus melakukan penelusuran terkait produk tersebut dan melaporkan ke lembaga sertifikasi terkait masalah tersebut. Jika hasil penelusuran merupakan kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan dan penilaian lembaga sertifikasi bahwa produk reject tersebut dapat membahayakan konsumen bila dikonsumsi, maka besar kemungkinan sertifikat yang telah diraih oleh perusahaan akan dicabut oleh lembaga sertifikasi.

5. Minimnya supplier yang bersertifikasi

Supplier teh untuk PT. Sariwangi AEA divisi Internasional terdiri dari supplier dalam negeri dan luar negeri. Hanya sedikit supplier teh yang telah bersertifikasi. Supplier teh yang telah bersertifikasi diantaranya yaitu PT. MP indorub sumber wadung dan PTPN yang telah bersertifikasi Rainforest Aliance. Sedangkan untuk mendapatkan bahan baku yang berkualitas dan aman dibutuhkan supplier yang dapat menjamin bahwa daun teh yang mereka hasilkan adalah daun teh dengan kualitas yang baik aman. Untuk supplier di dalam negeri yang tidak bersertifikasi masih bisa dilakukan penilaian dengan melakukan kualifikasi dan evaluasi serta kunjungan ke supplier terkait. Namun untuk supplier diluar negeri, hal ini sangat sulit dijangkau, jadi sangat dibutuhkan supplier yang benar-benar memiliki sertifikasi. Sama halnya dengan supplier untuk bahan baku teh, supplier untuk bahan kamasan pun tidak semua bersertifikasi yaitu memiliki sertifikat food grade. Sedangkan dalam persyaratan ISO FSSC 22000, semua jenis bahan kemasan atau bahan apapun yang kontak langsung dengan produk harus memiliki sertifikat food grade.

Analisis matriks SWOT

(41)

25

Tabel 9. Matriks SWOT PT. Sariwangi AEA divisi internasional Kekuatan (Strengths)

1. Adanya program pelatihan seperti keamanan pangan, APD, personal hygiene, K3, halal, sistem jaminan halal, dan lainnya

2. SDM yang cukupberpengalaman 3. Prosedur yang lengkap

4. Bangunan dan tata letak yang mendukung pelaksanaan ISO FSSC

1. Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan dengan melakukan verifikasi SMKP secara keseluruhan. (S5,S6,O3)

2. Meningkatkan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMKP ISO FSSC 22000 (S1,S2,04,05) 3. Meningkatkan kualitas produk dan

menghasilkan produk yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran sebagai jaminan mutu produk yang aman dikonsumsi.

(S6,T3,T4,T5,T6)

2. Efisiensi Tenaga kerja dengan memanfaatkan SDM yang ada.

Berdasarkan hasil penyusunan strategi matriks SWOT pada Tabel 9, dihasilkan sembilan alternatif strategi dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi A.E.A divisi Internasional. Alternatif strategi dan kata kunci dari setiap alternatif dapat dilihat pada Tabel 10.

IFE

(42)

26

Tabel 10. Alterrnatif strategi dan kata kuncinya

Strategi Penjelasan Strategi Kata Kunci

SO-1 Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan dengan melakukan verifikasi SMKP secara keseluruhan

Meningkatkan SMKP yang sudah berjalan

SO-2 Meningkatkan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMKP ISO FSSC 22000

Meningkatkan Partisipasi Karyawan SO-3 Meningkatkan kualitas produk dengan menghasilkan produk

yang aman dikonsumsi dengan pelaksanaan segala macam kegiatan terkait ISO FSSC 22000 secara konsisten dan penuh dengan kesadaran

Meningkatkan Kualitas Produk

WO-1 Team Buliding untuk membangun kebersamaan dalam pelaksanaan prosedur maupun peratutan yang berlaku terkait dengan keamanan pangan

Team Building

WO-2 Meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan keefektifan pelatihan sesuai dengan program yang telah direncanakan

Meningkatkan Kualitas SDM ST-1 Meningkatkan volume/selang waktu pengujian melebihi

standar yang ditentukan pada ummnya sebagai jaminan mutu produk yang aman dikonsumsi

Meningkatkan volume/selang waktu pengujian ST-2 Efisiensi Tenaga kerja dengan memanfaatkan SDM yang ada Efisiensi Tenaga

Kerja WT-1 Meningkatkan kualitas mutu bahan baku maupun kemasan

dengan acuan standar spesifikasi yang telah ditetapkan dalam prosedur

Meningkatkan Kualitas Mutu Bahan Baku dan Kemasan

WT-2 Meningkatkan partisipasi pihak manajemen untuk mengacu pada komitmen manajemen yang telah dituangkan dalam kebijakan mutu dan keamanan pangan

Meningkatkan Partsipasi Pihak Manajemen

Identifikasi aktor yang terkait dalam penerapan ISO FSSC 22000

Aktor memiliki peran penting dalam penerapan ISO FSSC 22000, yaitu sebagai pihak-pihak yang berkaitan dan bertanggung jawab sesuai dengan kepentingannya masing-masing dalam menjalankan SMKP. PT. Sariwangi AEA menyadari bahwa keterlibatan seluruh aktor merupakan hal penting dalam pelaksanaan SMKP yang efektif. Berikut adalah aktor yang terkait dalam pengambilan keputusan dalam penerapan ISO FSSC 22000 di PT. Sariwangi AEA divisi Internasional beserta kepentingannya yaitu :

1. Direktur Utama

- Merumuskan kebijakan mutu dan keamanan pangan;

- Menjamin bahwa tanggung jawab dan wewenang dalam organisasi ditetapkan dan dikomunikasikan untuk menjamin proses operasi dan pemeliharaan SMKP yang efektif;

- Menunjuk ketua Tim keamanan pangan dan wakil manajemen 2. Business Unit Director

- Memastikan sasaran mutu dijalankan sebagai evaluasi dari SMKP yang dijalankan

Gambar

Tabel  1.    Indeks  pertumbuhan  produksi  industri  manufaktur  sedang  dan  besar  2010 – 2013 Triwulan II  Tahun  Triwulan  I  II  III  IV  2010  98.66  102.61  98.37  100.00  2011  99.86  104.84  107.74  104.09  2012  103.62  107.16  107.27  108.38  2
Tabel 4. Syarat mutu teh kering dalam kemasan
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 6. Hasil penilaian penerapan FSSC 22000 berdasarkan unsur SMKP  No  Unsur Kunci SMKP  Penerapan di PT Sariwangi divisi Internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait