PENERAPAN CLUSTER POSITION YANG MENGACU PADA
KEY PERFORMANCE INDEX UNTUK MENCAPAI
KEPUASAN KERJA YANG SETARA DI PT. SANG HYANG
SERI
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri
Oleh:
NOVITASARI BR TARIGAN
NIM: 090423002
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini. Penulisan Laporan Tugas Sarjana ini merupakan kewajiban akademis dan sebagai salah satu syarat kelulusan di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Penelitian dijalankan oleh penulis di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Cabang Deli Serdang yang bergerak di bidang pengolahan benih. Adapun judul penelitian yang diambil adalah mengenai “Penerapan Cluster Position yang Mengacu pada Key Performance Index untuk Mencapai Kepuasan Kerja yang Setara di PT. Sang Hyang Seri”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Tugas Sarjana ini karena pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan laporan di lain waktu.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penulis
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
ABSTRAK ... xviii
I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2. Struktur Organisasi Perusahan ... II-3 2.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-4 2.4. Lokasi Perusahaan ... II-4 2.5. Penangkaran Benih ... II-5 2.5.1. Pemilahan dan Perlakuan Benih ... II-5 2.5.2. Penyiapan Lahan ... II-6 2.5.3. Penanaman ... II-6 2.5.4. Pemeliharaan ... II-7 2.5.5. Panen ... II-8
2.6. Proses Produksi ... II-9 2.6.1. Standard Mutu Bahan/Produk ... II-9 2.6.2. Bahan yang Digunakan (Bahan Baku dan Bahan
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.9. Safety dan FireProtection ... II-36 2.10. Waste Treatment ... II-37 2.11. Tenaga Kerja ... II-37 2.12. Fasilitas Perusahaan ... II-39 2.13. Tata Letak Perusahaan... II-40
III TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Struktur Organisasi …. ... III-1
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.6. Merit Rating ... III-19 3.7. Metode-metode Pengukuran Kinerja ... III-20 3.8. Key Performance Index ... III-22 3.9. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... III-27 3.9.1. Uji Validitas ... III-27 3.9.2. Uji Reliabilitas ... III-28 3.10. Uji Kenormalan Data ... III-29 3.11. Cluster Analisys ... III-30 3.11.1. Algoritma Cluster ... III-38 3.11.2. Hirarchial Clustering... III-39 3.12. Statistical Product and Service Solutions (SPSS) Version
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.16. Kompetensi (Kemampuan kerja) ... III-58 3.17. Prestasi Kerja ... III-58 3.18. Kepuasan Kerja(Job Satisfaction) ... III-59 3.18.1. Fungsi Kepuasan Kerja ... III-60 3.18.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Kerja ... III-62 3.19. Motivasi ... III-64 3.19.1. Teori Maslow ... III-64 3.19.2. Teori Douglas MS Gregor ... III-65 3.19.3. Teori Frederich Herzberg ... III-67 3.19.4. Teori David MC Clelland... III-68
IV METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
4.6. Pelaksanaan Penelitian ... IV-4 4.7. Pengolahan Data ... IV-8 4.8. Analisa Data ... IV-10
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data ... V-1 5.1.1. Melakukan Wawancara (Diskusi) ... V-1 5.1.2. Penyusunan Key Performance Index (KPI)
Perusahaan ... V-2 5.1.2.1. Visi, Misi dan Tujuan Strategis PT. Sang
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.1.5. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... V-20 5.1.6. Uji Kenormalan Data ... V-33 5.1.7. Clustering ... V-34 5.1.7.1. Pengelompokan Top Manajemen ... V-36 5.1.7.2. Pengelompokan Middle Manajemen ... V-44 5.1.7.3. Pengelompokan Lower Manajemen ... V-49
VI ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisa Perbandingan Evaluasi Jabatan dengan Penerapan Key Performance Index terhadap Metode
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
VII KESIMPULAN SARAN
7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
2.1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Posisi pada PT SHS Cabang
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.10. Perhitungan Varians untuk setiap Pertanyaan... ... V-31 5.11. Data Jabatan Tenaga Kerja dengan Nilai Variabel... V-34
5.12. Rekapitulasi Rata-rata dan Standar Deviasi semua Variabel
untuk Data Top Manajemen... ... V-38 5.13. Nilai Standarisasi semua Variabel Top Manajemen
5.14. Proximity Matrix
... V-38
Top Manajemen
5.15. Tahap Algomerasi Top Manajemen... ... V-40 ... ... V-40
5.16. Anggota ClusterTop Manajemen
5.17. Deskripsi Statistik Data Middle Manajemen... ... V-44 ... ... V-43
5.26. Tahapan Aglomerasi Lower Manajemen... ... V-52
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. PT Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera
Utara... ... II-3 2.2. Proses Pengeringan Menggunakan Lantai Jemur (Pengeringan
Manual)... ... II-14 2.3. Proses Pengeringan Menggunakan Box Dryer (Pengeringan
Otomatis)... ... II-15 2.4. Proses Pembersihan dan Sortasi Menggunakan Mesin Seed
Cleaner... ... II-16
2.5. Penyimpanan Benih Sementara... II-17 2.6. Pengujian Benih... ... II-18 2.7. Label Benih Bersertifikasi... ... II-20 2.8. Proses Pengepakan Benih Secara Manual dan Fully
Automatic... ... II-21 2.9. Quantitative Block Diagram Pengolahan GKP Menjadi Benih
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
2.13. Seed-Cleaner Petkus... ... II-28 2.14. Seed-Cleaner Robber... ... II-29 2.15. Mesin Filling Vertical U-5000... ... II-30 3.1. Hubungan Vektor x dengan Vektor Ax... ... III-36 3.2. Ilustrasi Clustering... ... III-38
3.3. Ilustrasi Algoritma Hierarchial Clustering... ... III-41 3.4. Single Linkage dendogram untuk Jarak antara Lima
Objek... ... III-44 3.5. Ikon SPSS Statistics 16.0... ... III-46 3.6. Tampilan SPSS Statistics 16.0... ... III-47 3.7. Contoh Tampilan Data View dan Variabel View... III-48 3.8. Tools SPSS Statistics 16.0... ... III-49 3.9. Tampilan Hirarchial Cluster dan Tampilan Hierarchial Cluster
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
4.2. Blok Diagram Langkah-Langkah Pelaksanaan
Penelitian... ... IV-7 4.3. Langkah-Langkah Pengolahan Data... IV-8 4.4. Langkah-Langkah Penetapan Indikator... ... IV-9 4.5. Langkah-Langkah Penetapan Clustering
(Pengelompokan)... ... IV-10
5.1. Alur Penyusunan KPI PT. Sang Hyang Seri... ... V-3 5.2. Flowercahrt Clustering Metode Hirarki... ... V-36 5.3. Dendogram HierarchialClusterComplete linkageTop
Manajemen 5.4.
... ... V-43 Dendogram Hierarchial Complete linkageMiddle
Manajemen 5.5.
... ... V-48 Dendogram Hierarchial Cluster Complete linkage
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. PT Struktur Organisasi PT. Sang Hyang Seri Cabang Deli
Serdang... ... L1 2. Job Description dan Job Specification... ... L2-1
Top Manajemen... ... L2-1
Middle Manajemen... ... L2-3
Lower Manajemen... ... L2-4 3. Kuesioner... ... L3-1 Manajer Cabang... ... L3-1 Supervisior Pengolahan dan Perawatan & Pemeliharaan
Mesin... ... L3-12
Buruh Harian Lepas (BHL) bag. Lantai Jemur... ... L3-23
ABSTRAK
PT. Sang Hyang Seri bergerak di bidang produksi benih padi unggul dan bersertifikat. Dalam kegiatannya sehari-hari didukung oleh berbagai unit organisasi seperti departemen pengeringan, pembersihan (seed cleaner), penyimpanan sementara, dan packing. Selama ini perusahaan melakukan evaluasi jabatan dengan beberapa metode seperti ranking system dan point system dalam menilai setiap jabatan kerja. Penilaian tersebut dilakukan oleh tim penilai berdasarkan “tingkat kesulitan” pekerjaan; dianggap kurang objektif karena hanya sebatas mempelajari uraian jabatan berdasarkan hirarki dan tidak memberikan kesesuaian antara kontribusi dengan imbalan yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan tenaga kerja dan menurunnya motivasi kerja. Dan metoda tersebut tidak mempertimbangkan keluhan atau usulan si pelaku jabatan itu sendiri sehingga dapat merugikan perusahaan dalam hal ketidaktepatan evaluasi (tindakan perbaikan).
Key Performance Index (KPI) merupakan salah satu teknik penilaian jabatan yang menyertakan pendapat tenaga kerja yang diintrogasi melalui kuesioner sehingga setiap penilaian yang diperoleh akan lebih representative
karena penilaian dilakukan oleh tenaga kerja yang menjabat pekerjaan itu sendiri. Hasil KPI harus di-Clustering (pengelompokan) supaya indeks kinerja setiap jabatan dapat diperoleh yang diyakini dapat menjadi penengah untuk mengatasi masalah penilaian pada metode sebelumnya. Indikator setiap jabatan dapat diperoleh dari uraian pekerjaan sesuai dengan visi, misi, sasaran strategis, struktur organisasi, dan analisa jabatan sehingga indikator yang diperoleh sesuai dengan rencana perusahaan dalam menentukan pendapatan setiap jabatan yang berguna bagi kepuasan kerja karyawan.
Dari hasil penelitian, setiap jabatan akan dikelompokkan berdasarkan indikator pekerjaan, sehingga dapat menggambarkan nilai karakteristik dari suatu kelompok pekerjaan. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa sistem penilaian yang digunakan akan lebih objektif karena nilai setiap jabatan ditentukan berdasarkan indikator kinerja masing-masing jabatan dan penilaian dilakukan oleh tenaga kerja yang menjabat pekerjaan itu sendiri. Hasil dari pengelompokan pada top
manajemen diperoleh 2 kelompok jabatan dengan indeks penilaian (2,8297; 2,1831), pada middle manajemen diperoleh 4 kelompok jabatan dengan indeks penilaian (6,0453; 3,5427; 2,2569; 1,1885) dan pada lower manajemen diperoleh 4 kelompok jabatan dengan indeks penilaian (9,0755; 4,6409; 3,0523; 2,2313). Indeks tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk menyusun sistem imbalan yang tepat; walaupun level jabatannya sama tetapi imbalan yang diperoleh berbeda serta perusahaan dapat memperoleh informasi jabatan-jabatan yang perlu dievaluasi.
ABSTRAK
PT. Sang Hyang Seri bergerak di bidang produksi benih padi unggul dan bersertifikat. Dalam kegiatannya sehari-hari didukung oleh berbagai unit organisasi seperti departemen pengeringan, pembersihan (seed cleaner), penyimpanan sementara, dan packing. Selama ini perusahaan melakukan evaluasi jabatan dengan beberapa metode seperti ranking system dan point system dalam menilai setiap jabatan kerja. Penilaian tersebut dilakukan oleh tim penilai berdasarkan “tingkat kesulitan” pekerjaan; dianggap kurang objektif karena hanya sebatas mempelajari uraian jabatan berdasarkan hirarki dan tidak memberikan kesesuaian antara kontribusi dengan imbalan yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan tenaga kerja dan menurunnya motivasi kerja. Dan metoda tersebut tidak mempertimbangkan keluhan atau usulan si pelaku jabatan itu sendiri sehingga dapat merugikan perusahaan dalam hal ketidaktepatan evaluasi (tindakan perbaikan).
Key Performance Index (KPI) merupakan salah satu teknik penilaian jabatan yang menyertakan pendapat tenaga kerja yang diintrogasi melalui kuesioner sehingga setiap penilaian yang diperoleh akan lebih representative
karena penilaian dilakukan oleh tenaga kerja yang menjabat pekerjaan itu sendiri. Hasil KPI harus di-Clustering (pengelompokan) supaya indeks kinerja setiap jabatan dapat diperoleh yang diyakini dapat menjadi penengah untuk mengatasi masalah penilaian pada metode sebelumnya. Indikator setiap jabatan dapat diperoleh dari uraian pekerjaan sesuai dengan visi, misi, sasaran strategis, struktur organisasi, dan analisa jabatan sehingga indikator yang diperoleh sesuai dengan rencana perusahaan dalam menentukan pendapatan setiap jabatan yang berguna bagi kepuasan kerja karyawan.
Dari hasil penelitian, setiap jabatan akan dikelompokkan berdasarkan indikator pekerjaan, sehingga dapat menggambarkan nilai karakteristik dari suatu kelompok pekerjaan. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa sistem penilaian yang digunakan akan lebih objektif karena nilai setiap jabatan ditentukan berdasarkan indikator kinerja masing-masing jabatan dan penilaian dilakukan oleh tenaga kerja yang menjabat pekerjaan itu sendiri. Hasil dari pengelompokan pada top
manajemen diperoleh 2 kelompok jabatan dengan indeks penilaian (2,8297; 2,1831), pada middle manajemen diperoleh 4 kelompok jabatan dengan indeks penilaian (6,0453; 3,5427; 2,2569; 1,1885) dan pada lower manajemen diperoleh 4 kelompok jabatan dengan indeks penilaian (9,0755; 4,6409; 3,0523; 2,2313). Indeks tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk menyusun sistem imbalan yang tepat; walaupun level jabatannya sama tetapi imbalan yang diperoleh berbeda serta perusahaan dapat memperoleh informasi jabatan-jabatan yang perlu dievaluasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara Cabang Deli Serdang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbenihan padi. Dimana gabah kering panen (GKP) yang diperoleh dari mitra usaha dan penangkaran SHS diolah menjadi benih padi yang diproses mulai dari pengeringan, pembersihan, penyimpanan benih sementara, pengujian benih dan pengepakan hingga akhirnya dipasarkan.
Untuk mendukung kelancaran proses operasional dibutuhkan sumber daya manusia. Setiap departemen membutuhkan sumber daya manusia yang berbeda-beda baik dari segi pendidikan, pengetahuan, kemampuan, dan keahlian pada setiap unit kegiatan di perusahaan tersebut. Perusahaan memiliki 76 tenaga kerja yang terdiri dari Karyawan Tetap dan Karyawan Kontrak.
tenaga kerja dan pihak perusahaan yang selanjutnya dapat menurunkan motivasi kerja, memicu protes dan bahkan demonstrasi para tenaga kerja.
Berdasarkan persentase realisasi Key Performance Index (KPI) kepuasan kerja yang lebih kecil dari target yang ditetapkan perusahaan, hal tersebut mengindikasi bahwa ada masalah dengan kepuasan kerja karyawan dan perlu adanya evaluasi. Dengan metodologi pendekatan secara personal diketahui bahwa selama ini ada keluhan sejumlah tenaga kerja terhadap sistem penilaian jabatan yang dilakukan pihak perusahaan yang menyebabkan ketidakpuasan tenaga kerja karena pada akhirnya penilaian tersebut berdampak kepada pendapatan yang diterima oleh pemegang jabatan. Hal tersebut terjadi karena sistem penilaian jabatan yang diterapkan oleh pihak perusahaan tidak memberi kesesuaian antara imbalan dengan potensi tenaga kerja dan pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja semata-mata tergantung pada hirarki jabatan. Salah satu penilaian jabatan yang diterapkan perusahaan adalah point system yang menetapkan tarif kompensasi berdasarkan poin atau angka untuk faktor-faktor yang dapat dikompensasi saja seperti tanggung jawab, skill, tingkat usaha, dan kondisi kerja. Sebagai contoh jabatan Buruh Harian Lepas (BHL) dikategorikan satu level (kelompok) penilaian dengan Borongan Box Dryer yang secara hirarki posisi kedua jabatan tersebut sama (satu level) tanpa memperhatikan indikator kinerja masing-masing pekerjaan. Karena teknik pengukuran yang lama dianggap tidak
tentang pekerjaan sehingga terbuka jalur komunikasi dua arah antara perusahaan dengan tenaga kerja.
Penilaian jabatan yang tepat akan menciptakan kepuasan kerja yang setara pada setiap posisi pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara Cabang Deli Serdang yang bertujuan untuk tercapainya sasaran strategis.
1.2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah bagaimana menilai jabatan dengan indikator pekerjaan di setiap jabatan yang ada di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara Cabang Deli Serdang supaya kepuasan kerja tercapai.
1.3. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pemecahan masalah penelitian ini adalah untuk mengevaluasi jabatan dengan memanfaatkan Key Performance Index (KPI) yang dapat menggambarkan kondisi kinerja perusahaan dan mengidentifikasi kebutuhan tenaga kerja. Selanjutnya berdasarkan petunjuk dari KPI penilaian dilakukan dengan Clustering dari indikator setiap jabatan.
Tujuan penelitian ini secara spesifik meliputi :
2. Penilaian jabatan yang lebih akurat dan lebih memperhatikan keluhan tenaga kerja.
3. Pengelompokan nilai jabatan dengan Clustering. Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran mengenai unit-unit kerja yang perlu dilakukan perbaikan.
2. Memperbaiki skala penilaian jabatan yang telah ada sebelumnya.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi
Adapun pembatasan terhadap masalah yang akan dipecahkan adalah : 1. Nilai nominal pada pengupahan dan penggajian tidak dibahas.
2. Penelitian ini khusus pada cabang dan tidak ada kaitannya dengan pusat. Asumsi - asumsi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Struktur organisasi tidak mempengaruhi sistem penilaian dalam kegiatan
penelitian.
2. Kegiatan produksi berjalan dengan normal sesuai prosedur operasional. 3. Sistem dan fasilitas kerja tidak mengalami perubahan selama kegiatan
penelitian berlangsung dan tenaga kerja dianggap menguasai pekerjaannya dengan baik dan benar.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi-asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum meliputi sejarah perusahaan, ruang lingkup usaha, proses produksi, tenaga kerja dan informasi lainnya.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berhubungan dengan struktur organisasi, penilaian pekerjaan, key performance index,
pengelompokan (clustering) dan teori-teori lainnya yang mendukung dalam pembahasan dan penyelesaian masalah.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Dalam hal ini menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian.
BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini memuat data detail yang berasal dari perusahaan dan literatur mengenai penelitian yang dilakukan, serta pengolahan data yang dilakukan sebagai dasar pada pembahasan masalah.
BAB VI : ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data dan memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisa dan evaluasi data dan memberikan saran-saran untuk menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
Pembangunan Daerah Jawa Barat (YPDB). Pada tahun 1966 YPDB menjadi “Proyek Produksi Pangan Sukamandi Jaya” bersamaan dengan dibentuknya “Proyek Penelitian dan Mekanisasi” serta “Proyek Perhewani”. Ketiga proyek ini dilebur pada tahun 1968 menjadi “Lembaga Sang Hyang Seri”.
Kemudian melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 22 tahun 1971 Lembaga Sang Hyang Seri menjadi Perusahaan Umum (PERUM). Sang Hyang Seri sebagai salah satu sub sistem perbenihan nasional yang dengan bantuan pinjaman dana dari Bank Dunia merupakan perusahaan perbenihan unggul dan bersertifikat yang modern dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Perum Sang Hyang Seri mengembangkan wilayah pelayanannya dengan mendirikan :
1. Tahun 1973 Distrik Benih di Klaten Jawa Tengah.
2. Tahun 1977 Distrik Benih di Malang Jawa Timur dengan 7 unit produksi benih.
3. Tahun 1982 mendirikan cabang di Luar Jawa, yaitu di Lampung, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Sumatera Barat.
Pada tahun 1995 status PERUM berubah menjadi PERSERO dengan memperluas core business menjadi benih pertanian dan usaha lain yang langsung menunjang usaha perbenihan yang dapat meningkatkan pendapatan dan kinerja perusahaan. Pada tahun 1997 PT. Sang Hyang Seri (Persero) memasuki bisnis benih hortikultura dan pada tahun 2001 mulai mengembangkan bisnis agroinput
hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Selain core business, pada tahun 2008 PT. Sang Hyang Seri (Persero) juga melakukan kegiatan penunjang core business
PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara, merupakan cabang regional dari PT. Sang Hyang Seri (Persero) yang berpusat di Sukamandi Jawa Barat. PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara didirikan pada tahun 1981 dengan alamat kantor di jalan Raya Medan, Lubuk Pakam Km. 21 Tanjung Morawa. Wilayah kerja KR IV meliput i 4 (empat) propinsi yaitu propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, propinsi Sumatera Utara, propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau serta meliputi 59 Kabupaten/Kota.
dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan. Pembinaan perusahaan dilaksanakan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia.
Gambar 2.1. PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara
3.2. Struktur Organisasi Perusahaan
3.3. Ruang Lingkup Bidang Usaha
Ruang Lingkup Bidang Usaha PT. SHS Kantor Regional IV Sumatera Utara adalah:
1. Memproduksi benih pertanian varietas pelayanan (public variety) dan varietas komersial (commercial variety).
2. Memasarkan benih pertanian varietas pelayanan (public variety) dan varietas komersial (commercial variety).
3. Melalukan kemitraan usaha dengan produsen/penangkar benih baik swasta maupun milik pemerintah.
4. Melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) yang menunjang bisnis usaha pembenihan.
3.4. Lokasi Perusahaan
Areal atau Lokasi PT. SHS merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan usaha dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik antara lain:
1. Tenaga kerja mudah didapat. 2. Bahan baku mudah didapat.
3. Lokasi pabrik diusahakan berada di daerah khusus dan srategis.
Letak PT SHS Kantor Regional IV Sumatera Utara berada di jalan Raya Medan-Lubuk Pakam Km. 21 Tanjung Morawa. Batas - batas perusahaan adalah : 1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya Tanjung morawa.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan pabrik minyak Para Sawita. 3. Sebelah timur berbatasan dengan perkuburan/tanah waqaf.
3.5. Penangkaran Benih
Guna menjamin ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi maka pengembangan penangkaran benih padi terintegrasi perlu dilakukan. Ada beberapa tahapan proses dalam sistem penangkaran benih padi, diantaranya adalah :
3.5.1. Pemilahan dan Perlakuan Benih
Pemilahan benih padi sebelum disemai (ditebar) dapat dilakukan dengan perendaman benih ke dalam larutan garam 3% dari banyaknya air, benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. Perlakuan benih tersebut bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih.
SP-36, dan KCl masing-masing sebanyak 15 Gram/M2. Kebutuhan benih untuk 1 Ha areal pertanaman adalah 10-25 Kg.
3.5.2. Penyiapan Lahan
Persiapan lahan untuk pertanaman hampir sama dengan lahan untuk persemaian namun tanpa bedengan. Persiapan lahan untuk pertanaman dengan cara tanah diolah tahapan yang sempurna yaitu :
1. Pengolahan I : dibajak, digenangi selama 2 hari, lalu dikeringkan selama 7 hari.
2. Pengolahan II : dibajak digenangi selama 2 hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari.
3. Pengolahan III : digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah.
4. Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot dengan herbisida pra-tumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari.
3.5.3. Penanaman
dibiarkan tergenang (1-3 Cm) selama 7-10 hari dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma.
3.5.4. Pemeliharaan
Untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang baik dan menjamin kualitas yang akan dihasilkan maka dilakukan beberapa tahap pemeliharaan tanaman. 1. Pemupukan
Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat fisik dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukan dimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Agar efisien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atau tiga kali tergantung pada keadaan gulma. Penyiangan dapat dilakukan sebelum pemupukan susulan pertama atau kedua. Hak ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan.
3. Pengendalian
3.5.5. Panen
Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Benih padi ketika baru dipanen masih tercampur dengan kotoran fisik dan benih yang tidak bagus. Oleh karena itu, bila pertanaman benih telah lulus dari pemeriksaan lapangan, masalah mutu benih padi setelah panen biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih.
Salah satu variabel dari mutu fisiologis benih adalah status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi lapangan yang lebih luas. Untuk menjamin hal tersebut, maka cara panen yang baik meliputi perontokan, pembersihan, dan cara pengeringan gabah untuk benih akan menentukan mutu benih.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses panen adalah sebagai berikut :
1. Persiapan Panen
Sebelum panen dilakukan perlu disiapkan peralatan yang akan digunakan pada saat panen seperti; sabit, karung, terpal, alat perontok (thresher), karung dan tempat/alat pengering serta alat-alat yang akan digunakan untuk panen dibersihkan.
Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok dengan alat perontok atau potong bawah lalu digebot atau dibanting. Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture meter. Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung. Hasil panen diangkut untuk kemudian diolah atau diproduksi.
2.6. Proses Produksi
Proses produksi yang terdapat di Pabrik Pengolahan Benih PT. Sang Hyang Seri (Persero) adalah melakukan pengolahan terhadap GKP (gabah kering panen) menjadi benih bersertifikat. Produk yang dihasilkan adalah benih unggul bersertifikat, dimana benih ini mengalami proses produksi dan pengujian di laboratorium. Benih yang lulus pengujian merupakan benih unggul dan diberi sertifikat. Hasil proses pengolahan yang tidak dapat dijadikan produk yaitu benih kosong dan jerami.
3.6.1. Standard Mutu Bahan/Produk
mutu hasil dari penanaman benih. Pengujian mutu pada perusahaan dilakukan secara intern dan ekstern. Pengujian mutu intern dilakukan pada laboratorium pabrik, sedangkan pengujian mutu ekstern dilakukan oleh BPSBTPH. Kelulusan benih dan sertifikasi benih berada pada keputusan BPSBTPH, walaupun sudah dilakukan pengujian sendiri di laboratorium PT Sang Hyang Seri (Persero).
Bahan baku yang digunakan PT Sang Hyang Seri (Persero) adalah Gabah Kering Panen (GKP) padi . Standard mutu bahan yang ditetapkan oleh perusahaan untuk setiap GKP padi yang masuk ke pabrik adalah sebagai berikut:
a. Kadar air yang terkandung dalam Gabah Kering Panen (GKP) : 25% b. Butir hijau yang terdapat dalam Gabah Kering Panen (GKP) : 5 % c. Kotoran benih yang terdapat dalam Gabah Kering Panen (GKP) : 7 %
Standard mutu produk yang ditetapkan oleh perusahaan untuk setiap benih kantong adalah sebagai berikut:
a. Kadar air yang terkandung dalam Benih Lulus (BL) sebesar 12% b. Benih murni dalam Benih Lulus (BL) 99,7%
c. Kotoran benih yang terdapat dalam Benih Lulus (BL) 0,2%
d. Benih varietas lain yang terkandung dalam Benih Lulus (BL) 0,1% e. Daya tumbuh atau daya berkecambah Benih Lulus (BL) 82% f. Bebas dari hama dan penyakit.
3.6.2. Bahan yang Digunakan (Bahan Baku, Bahan Penolong)
Mutu hasil olahan dipengaruhi oleh mutu bahan baku dan proses
pengolahan, sedangkan mutu bahan baku dipengaruhi oleh sistem panen. Bahan baku yang digunakan perusahaan dalam memproduksi benih padi bersertifikat adalah Gabah Kering Panen (GKP) padi. GKP padi diperoleh perusahaan dari hasil penangkaran antara perusahaan dengan kelompok tani di Sumatera Utara, dimana PT Sang Hyang Seri (PERSERO) menjadi pengasuh kelompok tani tersebut.
Bahan baku yang akan diproses tidak boleh melebihi kadar air yang ditentukan yaitu 25% dan kadar kotoran 5%, kalau lebih dari yang ditentukan maka harga padi tersebut akan menjadi turun dan hal tersebut sudah dilakukan kesepakatan terlebih dahulu. Setelah melakukan pengecekan barulah
penimbangan dilakukan dan disimpan kedalam gudang untuk sementara.
Bahan baku GKP yang diterima adalah GKP level FS (Foundation Seed), level SS (Stock Seed), Level ES (Extention Seed). Bahan baku yang diterima terdiri dari delapan varietas, yaitu :
a. INP-10 dan INP-13 b. Mekongga
2.6.2.2.Bahan Penolong yang Digunakan
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak terdapat dalam produk akhir. Bahan ini secara tidak langsung
mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah sebagai berikut :
1. Solar
PT Sang Hyang Seri (Persero) menggunakan solar untuk bahan bakar mesin-mesin produksi seperti box dryer, seed-cleaner and sortation machine dan generator listrik (genset).
2. Udara panas
Udara panas memegang peranan penting dalam proses pengolahan benih bersertifikat. Udara panas ini digunakan dalam proses pengeringan GKP. Kadar air GKP harus diturunkan dari 25% menjadi maksimal 12%. Udara panas dapat diperoleh baik secara alami menggunakan sinar matahari dan secara buatan menggunakan box dryer. Udara panas pada box dryer
dihasilkan dari burner dan udara panas tersebut dibagi ke masing-masing box
menggunakan blower sebagai penghasil angin.
3.6.3. Uraian Proses Produksi
Proses produksi pada pengolahan benih padi bersertifkat PT. Sang Hyang Seri (Persero) merupakan proses produksi terus-menerus (continue Process).
beberapa tahap. Tahapan-tahapan Pengolahan GKP pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) menjadi benih lulus diuraikan seperti berikut :
2.6.3.1.Persiapan Pengolahan Benih
Persiapan-persiapan yang perlu dilakukan untuk mengolah benih padi adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan lantai jemur, mesin dan peralatan, tempat-tempat penyimpanan (gudang dan selokan).
2. Pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin dan peralatan.
2.6.3.2.Penerimaan Calon Benih
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada saat penerimaan GKP yaitu pemeriksaan dokumen, penimbangan Gabah Kering Panen (GKP) dan
2.6.3.3.Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air pada benih, agar benih tahan lama dalam penyimpanan, adapun cara pengeringan dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Secara manual (Alami) 2. Secara otomatis (Box Dryer)
Pengeringan secara manual dilakukan dengan cara menjemur benih agar terkena sinar matahari. Dalam kondisi cuaca cerah, pengeringan dengan cara manual membutuhkan waktu kira-kira 2-3 hari. Pengeringan dengan cara manual ini dapat menghemat biaya. Pengeringan pada lantai jemur dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Proses Pengeringan Menggunakan Lantai Jemur
(Pengeringan Manual)
Pengeringan dengan box dryer adalah pengeringan dengan cara memasukkan benih ke dalam box dryer, dengan kapasitas box 5-6 ton. Calon benih (GKP) yang sudah masuk kedalam box dryer terlebih dahulu diberi
panas yang dikeluarkan oleh mesin burner diberikan berangsur-angsur hingga suhunya mencapai 45 0
Ketebalan tumpukan padi 0,5m – 0,6m agar pada waktu melakukan pembalikan mudah dilakukan. Pembalikan dilakukan tiap 1 jam, sebelum dilakukan pembalikan harus dilakukan pengecekan suhu dan kadar air calon benih. Penurunan kadar air rata-rata 0,5% – 1,2 % perjam dan pengeringan dilanjutkan sampai kadar air 12% selama ± 8 jam. Proses pengeringan menggunakan box dryer dapat dilihat pada Gambar 2.3.
[image:45.595.118.508.337.477.2]C.
Gambar 2.3. Proses Pengeringan Menggunakan Box Dryer
(Pengeringan Otomatis)
2.6.3.4.Pembersihan dan Sortasi
3. Second Green II
Merupakan sampah ringan yang keluar dari ayakan. 4. Second Green III
Merupakan padi kosong yang ukurannya lebih besar dari ukuran ayakan. 5. Benih Bersih
Benih bersih ini masih perlu diperiksa lagi secara periodik untuk mengetahui seberapa banyak butiran apung yang terikut. Ini diketahui dengan cara setiap 100 gr benih tidak melebihi 200 butir apung dan kotoran 0,2% (setiap 2 jam sekali).
[image:46.595.119.507.419.626.2]Proses ini juga berfungsi untuk preconditioning benih. Dimana temperatur benih yang melalui proses pengeringan diturunkan dari 450 C menjadi 370 C.
Gambar 2.4. Proses Pembersihan dan Sortasi Menggunakan Mesin Seed
Cleaner
Tujuan simpan kemas adalah untuk penyimpanan sementara benih dan masa dormansi benih. Penyimpanan benih di gudang harus menggunakan alas berupa palet / papan kayu atau balok-balok kayu agar karung benih tidak langsung bersentuhan dengan lantai gudang. Benih yang disimpan segera di fumigasi
dengan Phostoxin atau disemprot dengan insektisida siloan / satifsar / damfin untuk disanitasi. Setiap tumpukan benih diberi kartu identitas yang berisikan data antara lain : nomor tumpukan, varietas, tanggal panen, jumlahnya, tanggal
[image:47.595.118.508.334.455.2]pengujian, tanggal kadaluarsa, dan tanggal penyemprotan / fumigasi.
Gambar 2.5. Penyimpanan Benih Sementara
2.6.3.6.Pengujian Benih
Pengujian benih dilakukan melalui beberapa tahap, diantaranya: 1. Pengujian Kadar Air
Kadar air suatu benih mempunyai peranan yang sangat besar dalam
Untuk mengetahui kandungan air pada benih yang terikat secara fisik disebut dengan kandungan air bebas yang dinyatakan dengan proses berat dapat digunakan alat Moisture Tester, kadar air 12%.
2. Pengujian Daya Kecambah
Pengujian ini diambil dari proses kerja yang telah dijernihkan agar mendapat pertumbuhan lerai benih yang diujikan dan mendekati kenyataan di lapangan. Persentase daya tumbuh adalah persentase dari benih yang membentuk
[image:48.595.113.514.455.562.2]bibit/tanaman normal pada lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan benih dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal pengujian ini bisa juga terlihat atau diamati biji normal, biji up-normal, biji keras, biji dorman, biji segar tidak tumbuh dan biji mati. Daya kecambah minimal 80%. Pengujian benih dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Pengujian Benih
2.6.3.7.Proses Sertifikasi Benih
kemurnian keturunan yang dimiliki oleh suatu varietas, membantu pula produsen benih dalam memproduksikan dengan kualitas mutu yang lebih baik serta
membantu petani mendapatkan benih yang digunakan, baik jaminan kebenaran varietas maupun mutunya.
Dalam memproduksi benih bersertifikat maka perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Permohonan sertifikasi dengan melampirkan areal sertifikasi label / keterangan benih yang akan dipanen.
2. Pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan merupakan apakah suatu areal sertifikasi dapat diterima atau tidak
a. Fase vegetatif b. Fase pembungaan c. Fase masak
3. Pemeriksaan alat Processing tidak terkontaminasi dengan varietas lain. 4. Pengambilan contoh benih yang mewakili stok benih yang ada.
5. Pengujian laboratorium secara teratur atau terjadwal. 6. Laporan sesuai stok yang diujikan dalam kelompok benih
Gambar 2.7. Label Benih Bersertifikasi
Benih yang telah lulus uji oleh BPSBTPH (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura) akan diberi label bersertifikat dan selanjutnya dapat dilakukan pengepakan.
2.6.3.8.Pengepakan
Setelah selesai dilakukan pengujian benih dan dinyatakan lulus maka dilakukan pengepakan benih padi. Pengepakan benih dilakukan sesuai dengan permintaan pasar. Pengepakan benih dilakukan dengan ketelitian yang baik misalnya mengenai :
a. Penimbangan (Per kantong) b. Pemberian Label
Gambar 2.8. Proses Pengepakan Benih Secara Manual dan Fully Automatic
Proses pengepakan yang terdapat pada perusahaan yaitu proses pengepakan secara manual dan fully automatic. Pengepakan secara fully automatic jarang dilakukan perusahaan karena membutuhkan persyaratan yang berat. Setelah selesai
Uraian proses pengolahan benih dalam bentuk blok diagramdapat dilihat pada Gambar 2.9.
- Gabah Kering Panen (GKP) : 12.600 kg
- Box Dryer : 2 unit
- Mesin Petkus : 3 unit - Timbangan : 4 unit - Mesin Sealer : 2 unit - Mesin Jahit New Long : 2 unit
- Forklift : 2 unit
- Kereta Sorong : 7 unit - Palet : ± 500 unit - Karung
- Kantong Kemasan - Tali Plastik - Benang - Kertas Label - Spidol
- Sekop Besi : 15 unit - Sekop Garpu Kayu : 15 unit
- Hopper : 3 unit
- Elevator : 3 unit
- Genset : 2 unit - Germinator : 1 unit - Moisture tester : 2 unit
- Tangki Bahan Bakar : 2 unit - Tangki Air : 1 unit - Karyawan : 29 orang
Mengeluarkan GKP dari dalam karung Mengeringkan GKP dengan box dryer Mengaduk GKP hingga kering merata GKP kering menjadi GKK (Gabah Kering Kotor)
Memasukkan GKK ke dalam karung
Masukkan GKK ke dalam Hopper
Elevator menghisap GKK masuk ke mesin Petkus Mesin Petkus menyortir GKK
GKK berubah menjadi Benih Bersih Benih Bersih dimasukkan ke dalam
karung Benih Bersih ditimbang
Benih Bersih disimpan sementara menunggu diambil sampel dan diuji di
laboratorium
Sampel Benih Bersih diperiksa dan diuji di laboratorium
Benih Bersih yang lulus pengujian
menjadi Benih Lulus Benih Lulus diberi sertifikat
Benih Lulus dimasukkan ke dalam
Hopper
Benih Lulus dimasukkan ke dalam kantong kemasan sekaligus ditimbang
Kantong berisi Benih Lulus diberi label dan dilaminating
Benih Kantong dimasukkan ke dalam karung
Karung berisi Benih Kantong dijahit dan diberi kode
Jerami dan GKK Kosong
Benih Bersih tidak lulus
Benih Kantong (Benih Lulus yang dikemas) INPUT
OUTPUT
[image:52.842.92.812.171.450.2]2.7. Mesin dan Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan pada PT. Sang Hyang Seri (Persero) Kantor Regional IV Sumatera Utara adalah :
2.7.1. Mesin Produksi
2.7.1.1.Pengeringan Benih
Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air pada benih, supaya benih tahan lama dalam penyimpanan. Adapun cara pengeringan dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :
1. Sun Dryer (pengeringan dengan memanfaatkan cahaya matahari) Pengeringan sun dryer adalah pengeringan dengan cara tradisional yaitu dengan menjemur GKP (Gabah Kering Panen) di bawah sinar matahari dengan menggunakan lantai jemur. Pengeringan dengan cara ini
Gambar 2.10. Lantai Jemur
Ukuran lantai jemur : a. Lantai jemur I :
Panjang : 25 meter Lebar : 15 meter b. Lantai jemur II
Panjang : 24 meter Lebar : 15 meter
2. Box Dryer (kotak pengering)
kadar air maksimal 12% dan GKP harus di balik dalam 4-6 jam sekali. Pengeringan dengan cara ini lebih cepat dan lebih banyak GKP yang dapat dikeringkan.
a. Box dryer dengan kapasitas 5 ton. Ada tiga ukuran : 1) Panjang : 4,2 meter
Lebar : 4 meter Tinggi : 2 meter Jumlah : 2 unit 2) Panjang : 7 meter
Lebar : 4 meter Tinggi : 2 meter Jumlah : 2 unit 3) Panjang : 5 meter
Lebar : 4 meter Tinggi : 2 meter Jumlah : 2 unit
b. Box dryer dengan kapasitas 6 ton 1) Panjang : 7 meter
Gambar 2.11. Box Dryer
Mesin yang digunakan untuk mengeringkan GKP di box dryer adalah :
a. Burner
Daya : 1,5 KVA
Motor : 17,3 HP
Speed : 3500 Rpm
Berat : 19,5 Kg
b. Centrifugal Blowers
Daya : 19,5 KVA
Gambar 2.12. Burner dan Blower
2.7.1.2. Pembersihan/Sortasi
1. Seed-Cleaner petkus K 531
Dimensi : 5060x2100x2210 (mm) Berat : 1300 Kg
Power : 4 Kw
[image:58.595.128.489.124.541.2]Kapasitas : 2 Ton/Jam Jumlah : 1 Unit
Gambar 2.13. Seed-Cleaner Petkus
2. Seed-CleanerRobber D 4950
Dimensi : 5060x2100x2210 (mm) Berat : 1300 Kg
Power : 4 Kw
Jumlah : 2 Unit
Gambar 2.14. Seed-Cleaner Robber
2.7.1.3. Pengepakan
Mesin yang digunakan pada pengepakan fully automatic adalah mesin
Gambar 2.15. Mesin Filling Vertical U-5000
2.7.2. Peralatan (Equipment)
Peralatan produksi adalah semua peralatan yang tidak memerlukan penggerak yang digunakan dalam proses produksi. Adapun penjelasan mengenai peralatan produksi yang ada di PT Sang Hyang Seri untuk setiap stasiunnya adalah sebagai berikut.
1. Bagian penerimaan dan pengiriman a. Truck
Tipe : Toyota Dyna 125 LT, Mitsubishi Colt Diesel 135 PS, Toyota
Rino 115 PS
Kapasitas : 8000 Kg Jumlah : 4 Unit b. Forklift
Fungsi : alat angkut GKP dan benih Kapasitas : 2000 Kg
Jumlah : 2 unit c. Timbangan Avery
Fungsi : mengukur berat GKP Kapasitas : 500 Kg
Jumlah : 1 Unit d. Timbangan biasa
Fungsi : Mengukur berat benih Kapasitas : 150 Kg
Jumlah : 2 Unit e. Kereta sorong
Fungsi : alat angkut GKP dan benih Kapasitas : 100 Kg
Jumlah : ± 7 unit f. Palet
a. Thermometer
Fungsi : Mengukur suhu GKP pada box dryer
Jumlah : ± 12 Unit b. Sekop
Fungsi : Mengaduk GKP Jumlah : ± 15 Unit
c. Sekop garpu kayu
Fungsi : meratakan ketebalan benih pada saat proses pengeringan di lantai jemur
Jumlah : ± 20 Unit d. Sapu lidi
Fungsi : memisahkan jerami dari GKP dan membersihkan lantai jemur
Jumlah : ± 10 Unit e. Karung
Fungsi : wadah GKP f. Tali plastik
Fungsi : mengikat karung GKP g. Terpal
Fungsi : menutup GKP jika hujan 3. Bagian penyortiran
a. Hopper
Jumlah : 2 unit
b. Elevator
Fungsi : Mengangkat GKP ke seed cleaner
Jumlah : 3 unit 4. Bagian Pengemasan
a. Box saluran
Fungsi : wadah untuk menyalurkan benih ke kantong plastik Jumlah : 1 unit
b. Kantong plastik
Fungsi : wadah untuk mengemas benih c. Kertas label (bantuan dan bebas)
Fungsi : tanda pengenal benih berisikan spesifikasi benih d. Benang
Fungsi : mengikat karung yang sudah berisi benih dalam kemasan e. Impluse sealer
Fungsi : menjahit karung yang sudah berisi benih dalam kemasan Jumlah : 2 unit
f. Timbangan biasa
Fungsi : mengukur berat benih untuk satu kemasan Jumlah : 1 unit
h. Mesin new-long
Fungsi : menjahit karung yang sudah berisi benih dalam kemasan Jumlah : 2 buah
5. Laboratorium
a. Lemari Pendingin
Fungsi : mendinginkan bahan Jumlah : 1 Unit
b. Oven
Fungsi : memanaskan bahan Jumlah : 1 Unit
c. Germinator
Fungsi : alat pemeraman Jumlah : 1 Unit
d. Moisture tester
Fungsi : mengukur kadar air Jumlah : 2 Unit
e. Lemari
Fungsi : menyimpan tabung dan bahan kimia Jumlah : 1 Unit
f. Thermometer
2.8. Utilitas
Yang dimaksud dengan utilitas dalam sebuah pabrik adalah unit pembantu produksi yang tidak terlibat secara langsung terhadap bahan baku, tetapi
penunjang proses agar produksi dapat berjalan lancar. Utilitas yang terdapat pada PT SHS antara lain sebagai berikut:
1. Unit Pembangkit Tenaga (Power Plant)
Tenaga yang digunakan untuk dapat mengoperasikan seluruh alat dan mesin di PT SHS diperoleh dari tenaga listrik PLN. Selain itu, tenaga listrik juga
diperoleh dari unit pendukung seperti Genset. Adapun spesifikasi dari mesin
Genset yang digunakan adalah : Output : 32,5 KVA Voltage : 380/220 V Frequency : 50 Hz
Daya listrik yang tersedia didistribusikan ke bagian-bagian sebagai berikut :
a. Perumahan pimpinan, staf dan karyawan.
b. Penerangan dan arus listrik kantor dan pabrik serta jalan. c. Unit-unit proses pengolahan benih.
2. Unit Pengolahan Air (Water Treatment)
a. Air domestik, yaitu air yang digunakan di luar kegiatan pabrik (kantor dan perumahan).
b. Air proses, yaitu air yang digunakan untuk keperluan laboratorium.
2.9. Safety dan FireProtection
Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan hambatan-hambatan yang sekaligus juga merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat hal ini akan menyebabkan tingginya biaya produksi. Safety and fire protection adalah upaya yang dilakukan agar keselamatan tetap terjaga selama proses produksi berlangsung, dalam hal ini adalah proses pengolahan GKP menjadi benihbaik bagi karyawan dan bahan yang terdapat di PT. SHS. Perusahaan sebenarnya telah memiliki kebijakan dalam hal
safety terhadap bahaya namun pelaksanaannya belum maksimal karena para pekerja belum seluruhnya mematuhi kebijakan yang telah dibuat. Kemungkinan terjadinya potensi kebisingan adalah di stasiun boiler dan sebagian besar pada departemen produksi di bagian seed cleaner. Kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja masih sangat kurang, hal tersebut terlihat dari belum ada pekerja yang menggunakan masker dan kaca mata pada saat bekerja terutama di bagian pengeringan dan penyortiran GKP.
extingwisher) di daerah penting dalam pabrik, pompa air dan penyemprot air dan tangki air.
2.10. Waste Treatment
Limbah dari hasil pengolahan GKP hingga menjadi benih bersih adalah limbah berupa gabah kosong dan jerami kering yang keluar dari stasiun seed cleaner setelah dua kali proses pembersihan menuju corong ke tempat penampungan limbah. Limbah ini kemudian dibakar atau diberikan kepada masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
2.11. Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja pada Kantor Cabang Deli Serdang berjumlah 76 orang.
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Posisi Pada
PT. Sang Hyang Seri Cabang Deli Serdang
No. Posisi Jumlah Total
1
Karyawan Tetap
Manajer 1
20
2 Sekertaris 1
3 Asst. Manajer Keuangan &
SDM 1
4 Asst. Manajer Produksi 1
5 Asst. Manajer Pasar Ritel 1
6 Asst. Manajer Pasar Korporat 1
7 Asst. Manajer Litbang 1
Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Posisi pada
PT. Sang Hyang Seri Cabang Deli Serdang (Lanjutan)
No. Posisi Jumlah Total
12
Karyawan Tetap
Supervisior Logistik dan
Hortikultura 1
13 Supervisior Simpan Kemas 1
14 Adm. Produksi 1
15 Supervisior Pasar Ritel 1
16 Supervisior Adm. Pasar Ritel 1
17 Supervisior Pasar Korporat 1
18 Supervisior Adm. Pasar
Korporat 1
19 Supervisior Mutu 1
20 Agronomis 1
21
Karyawan Kontrak
Pegawai Administrasi 1
16
22 Pegawai Kebun 3
23 Mekanik 1
24 Operator Produksi 1
25 Pegawai Lapangan Logistik 2
26 Operator Gudang 1
27 Operator Forklift 2
28 Pegawai Lapangan Ritel 1
29 Pegawai Lapangan Korporat 1
30 Pegawai Laboratorium 2
31 Pegawai Lapangan Agronomis 1
32 BHL Lantai Jemur 10 10
33 Borongan Box Dryer 8
19
34 Borongan Seed Cleaner 6
35 Borongan Packing 5
36 Supir 1 1
37 Satpam 4 4
38 Pelayanan Dalam Ruangan 3
6
39 Pelayanan Dalam Ruangan 3
2.12. Fasilitas Perusahaan
Adapun fasilitas dari pihak perusahaan untuk para tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Manajer cabang : perumahan, alat transportasi, layanan rumah sakit, asuransi, kompensasi (gaji, bonus, insentif, tunjangan), promosi dan lain-lain.
2. Asisten manajer : alat transportasi, layanan rumah sakit, asuransi, kompensasi (gaji, bonus, insentif, tunjangan), promosi dan lain-lain.
3. Karyawan tetap : layanan rumah sakit, asuransi, kompensasi (gaji, bonus, insentif, tunjangan), promosi dan lain-lain.
4. Karyawan kontrak : kompensasi (gaji, bonus, insentif, tunjangan).
2.13. Tata Letak Perusahaan
Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang ada di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional IV Sumatera Utara, maka tata letak pada perusahaan dapat dibagi atas : 1. Bagian Produksi
3. Bagian General Service
a. Kantor Regional : 32,1 x 16,6 m b. Kantor Cabang : 14,8 x 10 m c. Kantor Administrasi Gudang : 15 x 5 m d. Kantor Asisten Pabrik : 10 x 10 m e. Koperasi dan SHS Shop : 12,1 x 7,2 m f. Pos Satpam : 3,4 x 2,5 m g. Parkir Mobil : 12,1 x 5 m h. Parkir Sepeda Motor : 4,6 x 3,7 m i. Lapangan Tenis : 23,8 x 10,97 m j. Lapangan Badminton : 14,8 x 6,2 m
k. Gudang Penyimpanan Barang Jadi : 24,5 x 12,5 m 4. Bagian Personal Service
a. Toilet : (3,2 x 2 m);(3 x 2 m) dan (4,1 x 3,2 m) b. Musholla (Tempat Ibadah) : 11,3 x 10,4 m
c. Rumah Dinas : (14,8 x 9,7 m) x 4 unit 5. Bagian Physical Plant Service
a. Gudang : 10 x 5,7 m
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
6.1. Struktur Organisasi1
Organisasi merupakan suatu proses tersusun yang individu-individu di dalamnya berinteraksi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi didefenisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal organisasi diolah, bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasi. Operasi kegiatan suatu organisasi atau perusahaan akan berjalan lancar jika struktur organisasi yang dipakai dapat memberikan dukungan moral bagi tenaga kerja sehingga berkeinginan untuk bekerja sama dan selalu berusaha menjalin koordinasi yang disadari sebagai tanggung jawab penting untuk menjadi bagian dari seluruh kegiatan organisasi yang saling menunjang pencapaian tujuan organisasi. Ada beberapa unsur organisasi dibagi menjadi :
1. Manusia (human) 2. Kerja sama (teamwork) 3. Tujuan bersama
4. Peralatan
1. Mempunyai visi dan misi yang jelas, dimana setiap didirikannya organisasi tentu memiliki tujuan yang jelas agar organisasi tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginan pendiri dan para anggota organisasi tersebut.
2. Terdiri dari orang-orang yang berorientasi kepada tujuan, agar organisasi dapat berjalan lancar para anggota harus mempunyai tujuan-tujuan yang tentunya harus sama dengan tujuan organisasi yang diikuti.
3. Berbaur dengan masyarakat, bila suatu organisasi tidak dapat berbaur dengan masyarakat tentu akan membuat organisasi tersebut sulit berjalan karena anggota-anggota organisasi adalah masyarakat.
Struktur organisasi yang dibentuk akan selalu berdasarkan pada tiga komponen organisasi, yaitu :
1. Interaksi kemanusiaan
2. Kegiatan yang terarah ke tujuan 3. Struktur
Disamping pertimbangan ketiga komponen tersebut, struktur organisasi harus memberi penjelasan bagaimana pembagian keuasaan (wewenang) dan tanggung jawab. Unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :
1. Spesialisasi kegiatan 2. Koordinasi kegiatan 3. Standarisasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan 5. Ukuran satuan kerja
1. Struktur organisasi fungsional yaitu struktur organisasi dimana pembagian divisinya berdasarkan fungsinya masing-masing. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang tipe ini :
a. Fokus pada pembagian tugas berdasarkan fungsi bagian masing-masing. b. Komunikasinya menggunakan bottom-top communication sehingga
control atasan terhadap bawahan lebih mudah, sederhana, dan tidak berulang-ulang.
c. Masing-masing bagian cenderung hanya fokus pada bidang kerja masing-masing dan komunikasi antar bagian cenderung kurang terbuka.
d. Pergerakan dan komunikasi tiap-tiap bagian masih tersekat-sekat.
e. Biasanya ditemukan pada organisasi-organisasi yang memproduksi barang.
2. Struktur organisasi proyek yaitu struktur organisasi dimana pembagian divisinya berdasarkan proyek atau kegiatan yang sedang dijalankan. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang tipe ini :
a. Fokus pada pembagian berdasarkan proyek yang sedang dikerjakan.
b. Masing-masing kegiatan proyek mempunyai struktur tersendiri, mulai dari pemimpin proyek sampai divisi-divisinya.
c. Komunikasi di dalam proyek lebih terkendali dan fungsi pengawasan pemimpin proyek terhadap proyek lebih mudah.
e. Ada kemudahan dalam memasukkan konsultan luar (outsourcing) dalam pengerjaan proyek.
f. Setiap karyawan dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab dan inisiatif yang tinggi.
g. Kurang cocok untuk organisasi yang membutuhkan banyak proses administrasi dan birokrasi.
3. Struktur organisasi matriks yaitu struktur organisasi gabungan dari struktur organisasi fungsional dan proyek. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang tipe ini :
a. Terdapat pembagian berdasarkan proyek (kegiatan) yang sedang dijalankan.
b. Namun tetap menggunakan sumber daya manusia dari tiap divisi yang secara bersama-sama menangani semua proyek.
c. Pemanfaatan sumber daya manusia efisien karena anggota mempunyai pekerjaan yang tetap walaupun proyek telah selesai.
d. Komunikasi dan sharing antar divisi lebih baik dibandingkan dengan tipe fungsional.
e. Ada keterlibatan stakeholder yang kuat.
chain of command yang menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari hirarki yang paling tinggi hingga hirarki yang paling rendah serta menjelaskan bagaimana batasan kewenangan dibuat dan siapa dan bagian mana akan melapor ke bagian mana. Jenis-jenis hirarki organisasi:
1. Hirarki vertikal (tall hierarchy)
Keunggulan jenis hirarki vertikal adalah sistem koordinasi yang lebih mudah dilakukan, pembinaan dan kontrol lebih efektif dan spesialisasi tugas lebih mendalam. Namun hirarki jenis ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu biaya-biaya yang berkaitan dengan jabatan lebih besar, birokrasi semakin panjang, serta jalur perintah dan tanggung jawab lebih panjang.
2. Hirarki horizontal (flat hierarchy)
6.2. Analisis Jabatan(Job Analisys)2
Analisis jabatan adalah suatu proses yang secara sistematik mengumpulkan, menentukan, mengevaluasi dan mengorganisasi tentang keterampilan, kewajiban, dan pengetahuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu organisasi. Analisis jabatan merupakan suatu teknik sumber daya manusia yang penting dan luas sekali. Tujuan analisis jabatan adalah mendapatkan jawaban atas enam pertanyaan yang penting:
1. Apakah tugas fisik dan non fisik yang dilakukan oleh tenaga kerja? 2. Bagaimana tenaga kerja menyelesaikan pekerjaan tersebut?
3. Dimana pekerjaan tersebut akan dilakasanakan? 4. Bagaimana cara-cara tenaga kerja menyelesaikannya? 5. Mengapa pekerjaan tersebut dilakukan?
6. Syarat apa saja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut? Analisis jabatan memberikan informasi kewajiban dan tanggung jawab- dari suatu jabatan, hubungannya dengan jabatan-jabatan lain, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan kondisi kerja dimana jabatan tersebut diselesaikan. Fakta-fakta jabatan dikumpulkan, dianalisis, dan dicatat seperti apa adanya jabatan itu, bukan seperti bagaimana seharusnya jabatan itu. Fungsi terakhir ini paling sering diserahkan kepada para insinyur industri, para analis metode, atau lain-lainnya. Analisis jabatan dilakukan setelah jabatan didesain, tenaga kerja telah dilatih, dan jabatan sedang dilakukan.
2
Analisis jabatan dilakukan pada tiga kejadian. Pertama, analisis jabatan dilakukan apabila organisasi ditemukan dan suatu program analisis jabatan dimulai pertama kali. Kedua, analisis jabatan dilakukan apabila diciptakan jabatan baru. Ketiga, analisis jabatan dipergunakan apabila jabatan-jabatan perlu diubah sebagai akibat teknologi, metode-metode, prosedur-prosedur, atau sistem-sistem baru. Kebanyakan anallisis jabatan dilakukan karena perubahan dalam hakekat jabatan-jabatan. Informasi analisis jabatan dipergunakan untuk mempersiapkan baik uraian jabatan maupun persyaratan jabatan.
Uraian-uraian adalah suatu dokumen yang memberikan informasi tentang tugas-tugas, kewajiban-kewajiban, dan tanggung jawab-tanggung jawab jabatan. Persyaratan minimum yang harus dimiliki oleh seseorang untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu dituangkan dalam persyaratan jabatan.
Terdapat beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan Job analysis, yaitu:
1. Unsur atau work (element) 3
Unsur merupakan kesatuan paling kecil yang digunakan dalam kebanyakan analisis jabatan. Unsur didefenisikan sebagai suatu aspek khusus dari suatu tugas tertentu. Mengeluarkan kertas dari suatu laci meja adalah suatu unsur yang berhubungan dengan tugas mempersiapkan suatu kuliah atau menulis suatu ikhtisar mata pelajaran. Kebanyakan metode analisis jabatan dan uraian jabatan tidak menguraikan atau merinci unsur-unsur jabatan. Rincian
dan dikerjakan dengan tangan, seperti jabatan-jabatan memasang bagian-bagian mesin, dan untuk jabatan-jabatan dimana pembayarannya ditentukan oleh banyaknya kesatuan yang dihasilkan (pekerjaan yang dibayar menurut hasil yang dikerjakan). Unsur-unsur biasanya hanya digunakan dalam pengembangan metode analisis jabatan yang terinci, seperti studi gerak dan waktu dan analisis gerak-gerak mikro.
2. Tugas (task) 4
Tugas adalah suatu bagian atau suatu unsur atau komponen dari suatu jabatan. Tugas adalah gabungan dari dua unsur (elemen) atau lebih sehingga menjadi suatu kegiatan yang lengkap.
3. Posisi (position) 5
Posisi atau sering disebut jabatan adalah tugas-tugas dan tanggung jawab-tanggung jawab dari seseorang tenaga kerja. Jabatan merupakan terkait pekerjaan yang dilakukan, bukan orang yang melakukan pekerjaan tersebut.
4. Pekerjaan (Job) 6
Job adalah sekelompok posisi yang hampir sama dalam suatu badan, lembaga, atau perusahaan. Dalam rumusan ini dikatakan hampir sama, karena pada hakikatnya tidak ada dua posisi yang tepat sama dalam tugas, tanggung jawab, dan syarat-syarat kerjanya. Pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang pesuruh misalnya tidak akan persis sama banyaknya atau sama beratnya.
5. Okupasi (Occupation) 7
4
Ibid. Halaman: 12
5
Ibid. Halaman: 16
6
Ibid. Halaman: 19
7
Ibid. Halaman: 22
Okupasi adalah jabatan-jabatan yang hampir sama (dalam arti syarat-syarat yang diperlukan untuk mengerjakan jabatan itu) yang terdapat dalam banyak perusahaan dan daerah.
6.3. Deskripsi Jabatan(Job Description)8
Seperti yang telah didefenisikan sebelumnya uraian jabatan adalah suatu dokumen yang memberikan informasi tentang tugas-tugas, kewajiban-kewajiban, dan tanggung jawab-tanggung jawab jabatan. Uraian jabatan hendaknya memberikan pernyataan singkat tentang tenaga kerja yang sebagaimana diharapkan untuk melaksanakan jabatan dan menunjukkan dengan tepat apa yang dilakukan oleh para tenaga kerja, bagaimana tenaga kerja melakukannya, dan kondisi-kondisi di dalam kewajiban-kewajiban yang dilakukan. Uraian jabatan lebih banyak berhubungan dengan jabatan itu sendiri dari pada orang yang melakukannya.
Di antara hal-hal yang penting yang sering dimasukkan dalam suatu uraian jabatan adalah:
1. Kewajiban-kewajiban penting yang dilakukan.
2. Persentase waktu yang diperuntukkan bagi setiap kewajiban. 3. Standar pelaksanaan pekerjaan yang harus dicapai.
4. Kondisi kerja dan bahaya atau resiko yang mungkin.
6. Mesin dan perlengkapan yang dipergunakan dalam jabatan.
6.4. Spesifikasi Jabatan (Job Specification) 9
Job specification juga disebut job requirement (persyaratan jabatan), job qualification diperoleh dari uraian jabatan yang menitikberatkan pada syarat-syarat mengenai orangnya yang diperlakukan oleh jabatan. Persyarat-syaratan jabatan sesungguhnya merupakan persyaratan untuk orang-orang. Meskipun persyaratan jabatan itu mendukung informasi lain yang berhubungan dengan jabatan, seperti kondisi-kondisi kerja yang tidak lazim atau hubungan-hubungan kenaikan jabatan ke jabatan yang lain, tetapi data-data ini sebenarnya hanya digunakan untuk memberikan uraian dan untuk memudahkan pengertian tentang syarat-syarat tenaga kerja.
6.5. Evaluasi Jabatan(Job Evaluation) 10
Masalah pertama dalam administrasi upah dan gaji adalah masalah penentuan nilai dari masing-masing jabatan. Seperti halnya analisis biaya yang sistematis dapat membantu dalam penentuan harga dari suatu produk, maka analisis suatu jabatan dan syarat-syaratnya dapat membantu dalam penentuan nilainya. Proses yang sistematis dan teratur tentang pengukuran nilai suatu jabatan dalam suatu organisasi disebut penilaian jabatan. Penilaian jabatan harus dibedakan dengan analisis jabatan, yang merupakan proses tentang pengumpulan
9
Ibid. Halaman: 117
10
data jabatan-jabatan; penilaian jabatan mengukur nilai uraian-uraian jabatan dan persyaratan-persyaratan jabatan.
Tujuan langsung proses penilaian jabatan adalah mendapatkan hubungan
intern dan extern dalam upah dan gaji. Hubungan intern berkenaan dengan konsep upah yang berhubungan satu sama lain dalam suatu perusahaan. Misalnya apabila mandor dibayar kurang daripada seorang tenaga kerja bawahannya maka standar (pembayaran) ini tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Apabila pembayaran mempunyai hubungan intern, maka jabatan-jabatan yang nilainya lebih tinggi harus dibayar lebih banyak daripada jabatan-jabatan yang nilainya lebih rendah.
Hubungan extern menunjukkan keadaan relatif daripada struktur upah suatu organisasi yang diinginkan terhadap struktur upah dari perusahaan yang lain. Organisasi yang bersangkutan dapat memilih untuk membayar lebih atau kurang ketimbang standar upah yang berlaku. Penyelidikan upah dan gaji adalah perlu untuk menentukan hubungan extern.
Meskipun hubungan intern dan extern merupakan tujuan yang langsung dari penilaian jabatan, tujuannya yang utama ialah rasa puas dari tenaga kerja (pekerja) dan pengusaha tentang upah dan gaji yang dibayarkan. Rasa puas merupakan ukuran (kriteria) yang terpenting untuk membenarkan sistem upah dan gaji. Apabila ada hubungan dalam upah, baik hubungan exsten maupun intern
perbandingan) upah secara sistematis dan teratur. Seperti halnya semua perusahaan mengukur nilai dari orang-orang, maka semua perusahaan harus mengukur nilai jabatan-jabatan.
Ada empat metode evaluasi jabatan yang umum digunakan, dan dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama mencakup metode-metode yang lebih sederhana, dimana tidak menggunakan faktor-faktor pekerjaan secara rinci. Pekerjaan dinilai sebagai suatu keseluruhan dengan lebih mendasar pada deskripsi pekerjaan daripada spesifikasi pekerjaan. Dalam kategori ini dikenal dua metode yang kadang-kadang disebut metode-metode non-kuantitatif yaitu job ranking dan
job grading. Metode-metode ini banyak diterapkan dalam organisasi-organisasi pemerintah.
6.5.1. Ranking System 11
Dalam organisasi-organisasi yang kecil dipandang dari sudut jumlah tenaga kerjanya, sistem penilaian jabatan yang sederhana dan murah adalah sangat berfaedah.
Ranking system atau metode pemeringkatan adalah menilai tingkat kepentingan secara umum dari suatu pekerjaan dibandingkan dengan yang lain atau mengurutkan pekerjaan menurut tingkat kepentingannya dengan mempelajari informasi analisis jabatan, yaitu job description, dan job spesification, kemudian secara subjektif pekerjaan mana yang lebih penting diurutkan dibandingkan dengan yang lain.
Langkah-langkah metod