ABSTRACT
A COMPARISONS OF AFFECTED FACTORS BETWEEN INTRA UTERINE DEVICES(IUD)CONTRACEPTIVES
AND CONTRACEPTIVE IMPLANT USAGE BY WOMEN IN FERTILE AGE IN SUKARAME
DISTRICT CITY OF BANDARLAMPUNG
By
Rani Pratama Putri
Background: Keluarga Berencana (KB) is a government program to set the population rate in Indonesia which use a contraceptive method. Contraception is divided into two types, namely Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) and Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). As for the factors that influence the use of contraception are the mother's age, education, occupation, number of children, knowledge, attitude of a mother, a husband, and KB service support. This research was conducted to find out what factors affect the selection of IUD contraceptive type and implants in Sukarame district of Bandarlampung.
Method: This research is correlative analytic with cross-sectional approach involving 58 respondents of IUD contraceptive acceptors and implants in Sukarame district on September to November 2016. Data was analyzed using univariate analysis and bivariate Chi-Square test and Fisher Exact alternative test with α = 0.05.
Result: The results of this research show that a good knowledge factor has the greater possibility use which is 2.160 contraceptive implants. Furthermore, a good attitude of mother factor has the greater possibility use which is 2.381 contraceptive IUD. Meanwhile, a support from the husband factor is invaluable because all of the obtained data was poor. Finally, a good KB service factor has the greater possibility use which is 0.259 contraceptive implants.
Conclusion: The conclusion of this research, namely the factors mentioned above have greater impact on the use of contraceptive implants compared to IUD.
ABSTRAK
PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN KONTASEPSI INTRA UTERINE DEVICES (IUD) DAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA WANITA USIA SUBUR
DI KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDARLAMPUNG
Oleh
Rani Pratama Putri
Latar Belakang: Keluarga Berencana merupakan program pemerintah untuk mengatur laju pertambahan penduduk di Indonesia dengan menggunakan metode kontrasepsi. Kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi yaitu usia ibu, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan, sikap ibu, dukungan suami, dan pelayanan kb. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi IUD dan implant di Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 58 responden akseptor kontrasepsi IUD dan implant di Kecamatan Sukarame pada bulan September hingga November 2016. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat uji Chi-Square dan uji alternatif Fisher Exact dengan α = 0,05.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan faktor pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 2,160 lebih besar menggunakan kontrasepsi implant. Pada faktor sikap ibu yang baik memiliki kemungkinan 2,381 lebih besar menggunakan kontrasepsi IUD. Pada faktor dukungan suami tidak ternilai karena semua data yang didapatkan kurang baik. Pada faktor pelayanan KB yang baik memiliki kemungkinan 0,259 lebih besar menggunakan kontrasepsi implant.
Simpulan: Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu faktor-faktor tersebut lebih mempengaruhi penggunaan kontrasepsi implant dibandingkan IUD.
PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES (IUD)
DAN IMPLANT PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDARLAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
RANI PRATAMA PUTRI
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICES (IUD)
DAN IMPLANT PADA WANITA USIA SUBUR DI KECAMATAN SUKARAME
KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Rani Pratama Putri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
ABSTRACT
A COMPARISONS OF AFFECTED FACTORS BETWEEN INTRA UTERINE DEVICES(IUD)CONTRACEPTIVES
AND CONTRACEPTIVE IMPLANT USAGE BY WOMEN IN FERTILE AGE IN SUKARAME
DISTRICT CITY OF BANDARLAMPUNG
By
Rani Pratama Putri
Background: Keluarga Berencana (KB) is a government program to set the population rate in Indonesia which use a contraceptive method. Contraception is divided into two types, namely Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) and Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). As for the factors that influence the use of contraception are the mother's age, education, occupation, number of children, knowledge, attitude of a mother, a husband, and KB service support. This research was conducted to find out what factors affect the selection of IUD contraceptive type and implants in Sukarame district of Bandarlampung.
Method: This research is correlative analytic with cross-sectional approach involving 58 respondents of IUD contraceptive acceptors and implants in Sukarame district on September to November 2016. Data was analyzed using univariate analysis and bivariate Chi-Square test and Fisher Exact alternative test with α = 0.05.
Result: The results of this research show that a good knowledge factor has the greater possibility use which is 2.160 contraceptive implants. Furthermore, a good attitude of mother factor has the greater possibility use which is 2.381 contraceptive IUD. Meanwhile, a support from the husband factor is invaluable because all of the obtained data was poor. Finally, a good KB service factor has the greater possibility use which is 0.259 contraceptive implants.
Conclusion: The conclusion of this research, namely the factors mentioned above have greater impact on the use of contraceptive implants compared to IUD.
ABSTRAK
PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN KONTASEPSI INTRA UTERINE DEVICES (IUD) DAN KONTRASEPSI IMPLANT PADA WANITA USIA SUBUR
DI KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDARLAMPUNG
Oleh
Rani Pratama Putri
Latar Belakang: Keluarga Berencana merupakan program pemerintah untuk mengatur laju pertambahan penduduk di Indonesia dengan menggunakan metode kontrasepsi. Kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi yaitu usia ibu, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, pengetahuan, sikap ibu, dukungan suami, dan pelayanan kb. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pemilihan jenis kontrasepsi IUD dan implant di Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 58 responden akseptor kontrasepsi IUD dan implant di Kecamatan Sukarame pada bulan September hingga November 2016. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat uji Chi-Square dan uji alternatif Fisher Exact dengan α = 0,05.
Hasil: Hasil penelitian didapatkan faktor pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 2,160 lebih besar menggunakan kontrasepsi implant. Pada faktor sikap ibu yang baik memiliki kemungkinan 2,381 lebih besar menggunakan kontrasepsi IUD. Pada faktor dukungan suami tidak ternilai karena semua data yang didapatkan kurang baik. Pada faktor pelayanan KB yang baik memiliki kemungkinan 0,259 lebih besar menggunakan kontrasepsi implant.
Simpulan: Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu faktor-faktor tersebut lebih mempengaruhi penggunaan kontrasepsi implant dibandingkan IUD.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 23 Juli 1995, sebagai
anak petama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Adi Aman HB Liu dan
Ibu Hj. Rita Rusli.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Kartika II-31
Bandarlampung pada tahun 2001, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Kartika
II-5 Bandarlampung 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di
SMP Al-Kautsar Bandarlampung pada tahun 2010, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) diselesaikan di SMA Al-Kautsar pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur tes SBMPTN. Selama menjadi
mahasiswa, penulis pernah aktif pada organisasi Genitalial Health and Education
Counselor (Gen-C) aktif sebagai anggota skora pada tahun 2013-2015 serta
sekretaris umum pada tahun 2015-2016 dan Forum Studi Islam (FSI) FK Unila
DIPERSEMBAHKAN
UNTUK AYAH, UMI, ADIK-ADIK,
KELUARGA, SAHABAT
SERTA
ALMAMATER TERCINTA
Motto
Hidup yang tak diperjuangkan adalah hidup yang tak layak untuk
dimenangkan.
Today you are you, that is truer than true.
There’s noone alive who is youer than you.
-Dr. Seuss-
Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya aku akan ingat kepadamu
Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada besar kita,
Nabi Muhammad S.A.W. yang mana telah membawa kita semua dari zaman
kegelapan hingga zaman yang terang-benderang seperti sekarang ini.
Skripsi ini berjudul “Perbandingan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) dan Kontrasepsi Implant
Pada Wanita Usia Subur di Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung’’
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked, M.Kes, Sp.PA., selaku Dekan Fakultas
Kedoketran Universitas Lampung.
3. dr. Ratna Dewi Puspita Sari, S.Ked. Sp.OG., selaku pembimbing utama,
terimakasih dokter atas waktu, bimbingan, saran, dan kritik selama
ii
4. dr. Putu Ristyaning Ayu, S.Ked., M.Kes., Sp.PK., selaku pembimbing kedua,
terimakasih dokter atas waktu, bimbingan, saran, dan kritik selama
penyelesaian skripsi.
5. dr. Rodiani, S.Ked., M.Sc., Sp.OG., selaku penguji utama skripsi, terimakasih
dokter atas masukan, ilmu, dan saran yang telah diberikan selama penyusunan
skripsi.
6. dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK., selaku pembimbing akademik,
terimakasih dokter atas waktu, bimbingan, dan saran yang telah diberikan
selama ini.
7. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Kedokteran Unila atas waktu dan
bimbingan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan.
8. Untuk Ayah dan Umi tersayang, terimakasih untuk selalu menyayangi,
mengasihi, menjaga, memberi semangat, dan selalu mendoakan saya selama
ini, serta selalu mendukung dan membimbing setiap langkah saya hingga
saya dapat melalui seluruh proses pembelajaran dan menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih Ayah dan Umi yang selalu ada untuk Putri.
9. Untuk adik-adikku tersayang, Hani Dwili Muli Liu, Rahmad Tridhandy
Syahputra Liu, dan Gadis Arbania Liu, terimakasih karena selalu mendoakan,
memberikan semangat, perhatian untuk saya.
10.Teruntuk nenek-nenekku, Hj. Ratu Masnona Hasan Basri dan Hj. Arifah
Rusli, yang selalu mendoakan, memberi nasihat, dan mendukung saya selama
ini, serta kakek-kakeku tersayang yang berada disurga (Hi. Hasan Basri Liu
iii
11.Untuk keluarga terdekat saya (Papa Ansori, Abah Alvis, Ma Enton Ana,
Bunda Ima, Makcik Eni, dan Paksu Opan), serta Wak Azwar, terimakasih
karena telah membantu saya dalam penelitian hingga skripsi ini terselesaikan
dan selalu memberikan dukungan serta mendokan saya.
12.Kepada Kepala Puskesmas Permata Sukarame dan Puskesmas Korpri, dr. Evi
Elvita dan Ibu Meilefiana, SKM, M.Kes., terimakasih atas waktu serta
bimbingannya.
13.Kepada Ibu Syofa Ria dan Ibu Dewi selaku bidan di Puskesmas Permata
Sukarame dan Puskesmas Korpri, terimakasih atas waktu dan bimbingannya.
14.Teruntuk para ibu-ibu responden yang berada di Kecamatan Sukarame Kota
Bandarlampung, terimakasih telah membantu saya meluangkan waktu untuk
membantu saya dalam menyusun skripsi ini.
15.Teruntuk sahabat saya Dani Kartika dan Natasyah Hana, terimakasih karena
selama ini selalu membantu, mendukung, memberi semangat, keceriaan,
kekompakan, dan sudah menjadi saudara yang baik buat saya.
16.Teruntuk sahabat-sahabat saya Atika Threenesia, Claudia Hutauruk, Meriska
Cesia, Nabila Luthfiana, Ni Made Shanti, dan Anisa Wahyuni terimakasih
karena selama ini selalu memberi semangat, berbagi keceriaan, kekompakan,
dan menjadi saudara yang baik buat saya.
14.Teruntuk sahabat tercinta saya Nadya Kiki, Nabilah Rafidiyah, Vary
Luthfiananda, Riski Marfirani, dan Novi Kurnia, terimakasih atas keceriaan,
iv
15.Teruntuk Reonaldi Febrian, Muhammad Al-Gazza, Afief Rama, Nico M.
Iqbal, dan Vito Savero, terimakasih telah memberi semangat dan mendukung
saya selama ini.
16.Teruntuk MM11, Atika Cody Mia Afief Satya Meri Aulian Ica Tara dan
Feza, terimakasih untuk kenangan selama awal perkuliahan, tanpa kalian
tidak berwarna hari-hari selama masa maba yang suram.
17.Teruntuk teman-teman kelompok tutor dan csl 1, 2, 11, 10, 10, 10, 9, dan 7,
terimakasih telah mewarnai hari-hari selama masa perkuliahan.
18.Seluruh teman Angkatan 2013, CEREBELLUMS, yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas kebersamaan, keceriaan,
kekompakan, kebahagiaan selama perkuliahan.
19.Seluruh kakak-kakak 2010, 2011, dan 2012 serta adik-adik tingkat 2014,
2015, dan 2016 yang selalu memberikan motivasi dan semangatnya dalam
satu kedokteran.
20.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat, berguna dan memberikan pengetahuan baru kepada setiap orang yang
membacanya. Terima kasih
Bandarlampung, Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian………. 27
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian……….. 27
3.2.2 Tempat Penelitian……… 27
3.3 Populasi dan Sample Penelitian 3.3.1 Populasi………... 28
3.3.2 Sample………. 28
3.3.3 Teknik Sample……… 29
3.4 Identifikasi Variabel Penelitian……….. 30
vi
3.6 Instrumen Penelitian………... 30
3.7 Cara Pengumpulan Data………. 31
3.8 Alur Penelitian……… 31
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional……….. 30
2. Distribusi Usia Ibu………...….. 36
3. Distribusi Pendidikan Ibu………..………...….. 37
4. Distribusi Pekerjaan Ibu………...….. 37
5. Distribusi Jumlah Anak……….………...….. 38
6. Distribusi Alat Kontrasepsi………...………...….. 38
7. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu………..………...….. 40
8. Distribusi Sikap Ibu………... 40
9. Distribusi Dukungan Suami………...…………...….. 41
10. Distribusi Pelayanan Keluarga Berencana………….…………...….. 41
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Jenis-jenis IUD……… 10
2. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku……….. 25
3. Kerangka Konsep……… 25
4. Bagan Alur Penelitian………. 31
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik 2. Surat Izin Penelitian
3. Surat Balasan Pemberian Izin Penelitian 4. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 5. Lembar Lembar Imformed Concent
6. Kuisioner
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk di dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu,
terutama di negara negara berkembang seperti Indonesia. Untuk mengendalikan
jumlah penduduk, Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan Program
Keluarga Berencana (KB). Menurut Undang Undang No 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yaitu suatu
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia untuk melahirkan, mengatur
kehamilan dengan cara melakukan promosi, perlindungan, serta bantuan yang
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dan
sejahtera (UUD Republik Indonesia, 2009).
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah untuk
mengatur laju pertambahan penduduk Indonesia. Program KB telah berhasil
diterapkan sejak tahun 1970 dan menjadi sejarah dalam mengendalikan jumlah
penduduk hingga mencapai 60% pasangan usia subur di seluruh dunia telah
menggunakan kontrasepsi (Dini, 2014).
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 periode 2000-2010, jumlah penduduk
Indonesia meningkat sebanyak 32,5 juta jiwa, dari 205,8 juta jiwa (SP 2000)
menjadi 237,5 juta jiwa (BPS, 2014). Rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP)
2
1990-2000. Namun, pada periode 10 tahun terakhir, LPP meningkat kembali
menjadi sebesar 1,49% (BAPPENAS, 2013).
Pelayanan kontrasepsi merupakan suatu pelayanan KB yang memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), serta konseling, pelayanan infertilitas,
pendidikan sex, konsultasi pra perkawinan dan perkawinan, konsultasi genetik, tes
keganasan, serta adopsi (Indira, 2009). Jenis kontrasepsi yang rata-rata digunakan
di Indonesia antara lain suntik (27,8%), pil (13,2%), Intra Uterine Devices
(6,2%), implant (4,3%), Metode Operatif Wanita (MOW) (3,7%), Metode
Operatif Pria (MOP) (0,4%), metode kalender (1,6%), metode senggama terputus
(1,5%), dan kondom (0,9%) (BKKBN, 2015).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung (2014), jumlah proporsi
peserta KB aktif di Kota Bandarlampung yaitu Intra Uterine Devices (54,17%),
MOW (7,27%), MOP (3,89%), implant (34,67%), kondom (0,04%), suntik
(38,92%), dan pil (37,7%). Data pengguna KB aktif di Kecamatan Sukarame
tercatat hingga tahun 2014 yaitu Intra Uterine Devices (17,2%), MOP (1,9%),
MOW (0,0%), implant (14%), kondom (41,9%), suntik (112,5%), dan pil
(112,5%) (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2014).
Intra Uterine Devices (IUD) atau disebut juga dengan Alat Kontrasepsi Dalam
Lahir (AKDR) merupakan pilihan kontrasepsi yang terbaik bagi sebagian besar
wanita jika dibandingkan dengan metode lain (Proverawati, dkk, 2010). IUD
memiliki angka kegagalan 0,6-0,8 kehamilan per 100 wanita selama satu tahun
pertama penggunaan dan sangat efektif sampai 10 tahun serta membutuhkan biaya
yang ekonomis (Handayani, 2010). Metode implant yang biasa dikenal dengan
3
kegunaan dan biaya dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% (Gebremariam &
Addissie, 2014).
Kenyataannya banyak kesulitan yang dialami para wanita dalam menentukan
alat kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan timbul
akibat kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan kontrasepsi yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan
munculnya efek samping, kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak
dikehendaki, jumlah kisaran keluarga yang diharapkan, persetujuan dari suami
atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan serta keluarga dan lain sebagainya
(Affandi, 2011).
Pemilihan metode kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pendapatan, dan jumlah anak. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gertler dan Molyneaux (2003)
yakni lebih dari 50% pengguna KB yang memiliki pengetahuan baik dan tidak
jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sindhung (1999), sebanyak
60% ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang KB (Syafitri, 2010). Sehingga,
pengetahuan sangat berpengaruh pada keberhasilan penggunaan kontrasepsi dan
program KB akan berjalan dengan baik pula.
Berdasarkan hasil survei awal data penelitian di Puskesmas Permata Sukarame
dan Puskesmas Korpri terdapat 5005 peserta KB aktif, namun pemakaian IUD
dan implant masih tergolong rendah, masing-masing sekitar 17,2% dan 14%.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti tentang “Faktor-Faktor
4
kontrasepsi implant pada wanita usia subur dan membandingkannya di
Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi Intra Uterine
Devices (IUD)?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi implant?
3. Bagaimana perbandingan faktor-faktor penggunaan kontrasepsi Intra
Uterine Devices (IUD) dan kontrasepsi implant di Kecamatan Sukarame
Kota Bandarlampung?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Devices (IUD) dan kontrasepsi
implant di Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis kontrasepsi yang banyak digunakan oleh ibu di
Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis
kontrasepsi IUD di Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis
5
1.4ManfaatPenelitian
1.4.1 Bagi Penulis
Melatih menulis karya ilmiah dan mengaplikasikan ilmu pengetauan
khususnya mengenai penggunaan kontrasepsi dan faktor yang
berhubungan dengannya.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
memberikan informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi IUD dan implant.
1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan
pelayanan dan penyuluhan bagi ibu khususnya pengetahuan mengenai
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana
2.1.1 Definisi Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang Undang No 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera yaitu suatu upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
untuk melahirkan, mengatur kehamilan dengan cara melakukan promosi,
perlindungan, serta bantuan yang sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas dan sejahtera (UUD Republik
Indonesia, 2009)
Paradigma visi Keluarga Berencana Nasional (KBN) yakni
mewujudkan “Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)” telah
berubah menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”.
Keluarga berkualitas yang dimaksud yakni suatu keluarga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Saifuddin, 2006).
Paradigma baru ini menekankan pentingnya upaya menghormati
hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas
7
BKKBN memiliki misi, antara lain:
1. Mengarusutamakan pembangunan berwawasan kependudukan.
2. Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
3. Memfasilitasi pembangunan keluarga.
4. Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara konsisten.
5. Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan kependudukan,
keluarga berencana dan pembangunan keluarga (BKKBN, 2015).
2.1.2 Manfaat Keluarga Berencana
Keluarga Berencana merupakan salah satu progam untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk di Indonesia. KB dapat mencegah munculnya
bahaya-bahaya akibat:
a. Kehamilan terlalu dini.
Wanita hamil yang usianya belum mencapai 17 tahun sangat beresiko
mengalami komplikasi hingga kematian saat persalinan. Organ
tubuhnya belum sepenuhnya siap untuk mengandung dan melahirkan
bayi.
b. Kehamilan terlalu terlambat.
Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan
melahirkan terancam banyak bahaya, terutama wanita yang memiliki
masalah kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan
dimana jarak kelahirannya berdekatan.
c. Terlalu sering hamil dan melahirkan.
Wanita yang sudah memiliki lebih dari 4 akan memiliki resiko
8
2.2 Kontrasepsi
2.2.1 Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari dua suku kata, yakni kata kontra dan konsepsi.
Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, dan konsepsi merupakan
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Tujuan dari penggunaan kontrasepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan yang disebabkan pertemuan antara sel telur
dengan sel sperma. Berdasarkan uraian tersebut, maka yang membutuhkan
penggunaan kontrasepsi merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seks dan keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak
menghendaki kehamilan (Suratun, dkk, 2008).
Pelayanan kependudukan / KB terdiri dari beberapa komponen,
diantaranya terdapat pelayanan kontrasepsi, komunikasi informasi dan
edukasi (KIE), konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks (sex
education), konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, konsultasi
genetik, tes keganasan dan adopsi (Kusumaningrum, 2009).
Kontrasepsi terdapat beberapa jenis. Berdasarkan lama efektivitasnya,
kontrasepsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Adapun yang termasuk dalam jenis kontrasepsi ini antara lain Intra
Uterine Devices (IUD), implant, Metode Operatif Pria (MOP), dan
Metode Operatif Wanita (MOW).
b. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP)
9
pil, suntik, dan metode lainnya selain yang termasuk dalam MKJP
(Kusumaningrum, 2009).
2.2.2 Intra Uterine Devices (IUD)
Jenis IUD yang telah banyak dikembangkan mulai dari generasi
pertama yang terbuat dari benang sutera dan logam hingga generasi plastik
(polietien) baik yang tidak ditambahi obat maupun yang tidak. Menurut
Handayani (2010) IUD diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu IUD
Non-Hormonal dan IUD Non-Hormonal.
A. IUD Non-Hormonal
a. Menurut bentuknya, IUD dibagi menjadi :
a) Bentuk terbuka (open device), antara lain Lippes Loop,
CU-T, C 7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
b) Bentuk tertutup (close device), antara lain Ota-ring,
Antigon, dan Graten Berg Ring.
b. Menurut tambahan obat atau metal, dibagi menjadi:
a) Medicated IUD, antara lain Cu-T-200, Cu-T 220, Cu-T
300, Cu-T 380A, Cu-7, Nova-T, ML-Cu 375.
b) Unmediated IUD, antara lain Lippes Loop, Marguiles,
Saf-T Coil, Antigon.
B.IUD Hormonal
a. Progestasert-T
b. LNG-20
IUD yang banyak digunakan di Indonesia yakni jenis Cu-T 380 A dan
10
Gambar 1. Jenis-jenis IUD (Pinem, 2009)
Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation
rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan,
terjadinya kehamilan dan pengangkatan atau pengeluaran karena
alasan-alasan medis atau pribadi.Efektifitas dari jenis-jenis IUD tergantung pada :
a. IUD : ukuran, bentuk, dan kandungannya (Cu atau Progesterone).
b. Akseptor
a) Umur : semakin tua usia, semakin rendah angka kehamilan,
ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
b) Paritas : semakin muda usia, terutama nulligravida, semakin
tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan atau pengeluaran IUD.
c) Frekuensi senggama : IUD merupakan kontrasepsi yang memiliki
efektivitas tinggi, sekitar 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan
dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
11
Mekanisme kerja kontrasepsi IUD belum pasti diketahui. Namun
terdapat beberapa mekanisme kerja kontrasepsi IUD yang telah diajukan,
antara lain :
a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di dalam cavum uteri
sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Di samping
itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag, foreign body giant
cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat mengakibatkan lisis
dari spermatozoa atau ovum dan blastokista.
b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
terhambatnya implantasi.
c. Gangguan atau terlepasnya blastokista yang telah berimplantasi di
dalam endometrium.
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopii.
e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri (Hartanto, 2010).
Dalam pemasangan IUD harus memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi, IUD dipasang setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum
uteri). Waktu yang paling baik untuk pemasangan ialah pada waktu mulut
peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak, misalnya 40 hari
setelah bersalin atau pada akhir masa haid. Adapun indikasi dalam
pemasangan IUD antara lain:
1. Usia reproduksi
2. Keadaan nullipara
3. Ingin menggunakan kontrasepsi jangka panjang
12
5. Pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Pasca abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi
7. Wanita dengan resiko rendah infeksi menular seksual (IMS)
8. Tidak menghendaki metode hormonal
9. Tidak menyukai untuk minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (Handayani,
2010)
Adapun kontraindikasi relatif dan mutlak dalam pemasangan IUD antara lain:
1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas seksio
sesarea, enukleasi mioma, dan sebagainya
4. Kehamilan
5. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis
6. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
7. Adanya metroragia yang belum disembuhkan
8. Pasangan yang tidak subur (Sarwono, 2009)
Penggunaan kontrasepsi IUD memiliki beberapa efek samping,
diantaranya yaitu:
a. Perdarahan
Perdarahan secara perlahan akan cepat berhenti. Pemasangan IUD yang
dilakukan sewaktu menstruasi, akan menyebabkan perdarahan yang
tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terjadi adalah
13
banyak dan tidak dapat diatasi, sebaiknya IUD dikeluarkan dan diganti
dengan IUD yang ukurannya lebih kecil. Apabila perdarahannya
sedikit, dapat diberikan pengobatan konservatif. Perdarahan yang tidak
terhenti dengan tindakan-tindakan tersebut sebaiknya IUD diangkat dan
diganti dengan cara kontrasepsi lain.
b. Rasa nyeri dan kejang di perut
Rasa nyeri dan kejang di perut dapat terjadi segera setelah pemasangan
IUD. Rasa nyeri ini akan berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.
Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pemberian
analgetik. Jika keluhan terus berlangsung, sebaiknya IUD dikeluarkan
dan diganti dengan IUD yang berukuran lebih kecil.
c. Gangguan pada suami
Terkadang suami dapat merasakan adanya benang IUD saat
bersenggama. Hal ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari
porsio uteri. Keluhan ini dapat dihilangkan dengan cara benang IUD
yang terlalu panjang dipotong hingga 2-3 cm dari posio uteri, dan
apabila benang IUD terlalu pendek, sebaiknya IUD dilepas dan diganti.
d. Ekspulsi
Ekspulsi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. (Sarwono,
14
2.2.3 Implant
Implant atau yang biasa disebut dengan susuk merupakan metode
kontrasepsi bawah kulit hormonal jangka panjang yang efektif, tidak
permanen, dan dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam kurun waktu 3-5
tahun. Cara kerja kontrasepsi ini yakni menghambat ovulasi yang
menyebabkan selaput lendir tidak siap untuk menerima pembuahan dengan
cara menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma.
Konsentrasi yang rendah pada progestin akan menimbulkan pengentalan
mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant. Satu
atau dua hari dari menstruasi merupakan masa yang tepat untuk dilakukan
pemasangan pada kontrasepsi implant (BKKBN, 2011). Implant memiliki
efektifitas tertinggi dari setiap metode kontrasepsi, karena keefektifannya
maka implant dapat digunakan oleh semua wanita disetiap keadaan
(Jacobstein & Polis, 2014).
Jenis kontrasepsi implant menurut Saifuddin (2003) dalam Musu (2012)
terdapat beberapa jenis antara lain:
a. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm
dengan diameter 2,4 mm berisi 36mg Levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun.
b. Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang sekitar 40 mm
dengan diameter 2 mm berisi 68mg Keto-desogestrel dan lama
15
c. Jadena dan indoplan
Terdiri dari 2 batang berisi 75mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
Menurut Saifuddin (2006) terdapat bebrapa indikasi penggunaan
kontrasepsi implant, antara lain:
1. Usia reproduksi
2. Sudah memiliki anak maupun belum
3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
5. Pasca keguguran
6. Tidak menghendaki hamil lagi tetapi menolak sterilisasi
7. Riwayat kehamilan ektopik
8. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah
atau anemi bulan sabit (sickle cell)
9. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
hormon estrogen
10. Sering lupa menggunakan pil
Efek samping penggunaan implant pada kebanyakan wanita dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),
hipermenorrhea, atau meningkatkan darah haid serta amenorrhea.
Keluhan-keluhan yang sering timbul antara lain:
1. Nyeri kepala
16
3. Nyeri payudara
4. Mual
5. Pusing
6. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
7. Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
8. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk AIDS
9. Pasien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
10. Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obat tuberkolosis
(rifampisin) atau obat epilepsi (feniton dan barbiturat)
11. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun)
Di Indonesia sendiri penggunaan MKJP yang relatif masih rendah
dipengaruhi oleh faktor sosial, demografi, ekonomi dan sarana serta faktor
yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dari MKJP itu sendiri
(Puslitbangkes, 2011). Faktor-faktor yang berhubungan antara lain seperti
diuraikan dibawah ini:
1. Umur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu muda di USA,
mereka mengatakan bahwa untuk menjarangkan kehamilan diperlukan
suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, karena
umur yang muda maka masa reproduktifnya lebih panjang, dari
17
cenderung mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan abortus
lebih besar dua kali (Winner dkk, 2012). Departemen Kesehatan
Republik Indonesia membagi kelompok umur untuk akseptor KB
menjadi dua kategori yaitu umur <20 atau >35 tahun, umur 20-35 tahun
(Depkes RI, 2006). Umur <20 tahun atau umur >35 tahun adalah usia
untuk menunda kehamilan, umur 20-35 tahun untuk menjarangkan
kehamilan.
2. Pendidikan
Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran wanita
untuk menentukan kontrasepsi mana yang lebih sesuai untuk dirinya,
kecenderungan ini menghubungkan antara tingkat pendidikan akan
mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan seseorang, berdasarkan
penelitian di Cambodia menegaskan tentang hubungan pendidikan
dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari,
2010). Berdasarkan hasil penelitian di Kenya tingkat pendidikan ibu
dengan pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang
signifikan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih
menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih
tinggi (Copollo, 2011).
3. Pekerjaan
Banyak penelitian menemukan bahwa perempuan yang bekerja dan
ikut berpartisipasi dalam menyumbang sumber perekonomian keluarga
cenderung lebih mengatur kesuburannya, dengan memiliki satu anak
18
bahkan kebijakan dari tempat kerja membuat mereka memilih untuk
tidak mempunyai anak, sehingga mereka harus memilih kontrasepsi
yang paling efektif dan berlangsung dalam waktu yang lama (Mosha &
Ruben, 2013).
4. Paritas
Jarak melahirkan yang pendek dan terlalu sering untuk melahirkan
sering menimbulkan suatu hal yang mempengaruhi kesehatan bahkan
menimbulkan kematian, berdasarkan penelitian pada akseptor MJKP di
Cipayung Bandung memutuskan untuk memilih salah satu metode
kontrasepsi jangka panjang karena telah memiliki cukup anak yaitu
lebih dari 5 dan mengalami komplikasi selama hamil dan melahirkan,
oleh karena itu mereka menyadari terlalu sering melahirkan akan
membahayakan kesehatannya (Newland, 2001).
Berbeda dengan penelitian Erman yang dilakukan di Palembang,
paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan
metode jangka panjang (Erman & Elviani, 2012). Paritas dikategorikan
menjadi dua kelompok yaitu paritas <2 dan >2 (Nakhaee &
Mirahmadizadeh, 2002).
5. Jumlah penghasilan keluarga
Menurut Wang dkk (2006) dalam Mosha & Ruben (2013).
perbedaan kesuburan menurut status sosial ekonomi telah menarik
banyak perhatian karena mereka percaya bahwa perempuan dari
keluarga kaya memiliki kesehatan yang lebih baik yang akan
19
berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan
kepadatan pada sub populasi tertentu.
Kesejahteraan ekonomi keluarga mempunyai hubungan positif
terhadap penggunaan kontrasepsi, dengan OR 3,96 yang berarti pada
keluarga sejahtera mempunyai 4 kali lebih besar dalam menggunakan
kontrasepsi untuk mencegah kehamilan (Mosha & Ruben, 2013). Hasil
survei demografi dan kesehatan dari 55 negara berkembang dengan
menggunakan indeks kekayaan untuk mengeksplorasi pemakaian
kontrasepsi modern didapati kesenjangan dengan pemakaian lebih
rendah pada masyarakat miskin (Gakidou & Vayena, 2007).
6. Pengetahuan
Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman
seseorang terhadap sesuatu hal, karena hal tersebut maka pengetahuan
seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam
memutuskan mengenai upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka,
pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk
menggunakan alat kontrasepsi (Mosha & Ruben, 2013).
Sebagian besar masyarakat pada dasarnya telah mengetahui bahwa
kontrasepsi mampu mengatur angka kelahiran, akan tetapi banyak
pengguna kontrasepsi yang memutuskan untuk berhenti menggunakan
kontrasepsi tersebut dan enggan untuk menggunakannyaa kembali
karena mereka berenggapan akan sulit untuk hamil dan memiliki anak
lagi, oleh sebab itu pengetahuan berperan penting untuk menghilangkan
20
7. Informasi dari petugas tenaga kesehatan
Komunikasi inter personal atau konseling merupakan kegiatan
percakapan tatap muka dua arah antara klien dengan petugas dengan
tujuan untuk memberikan bantuan mengenai berbagai masalah yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif
sehingga calon akseptor mampu mengambil keputusan sendiri
mengenai alat atau metode kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya
(BKKBN, 2009). Komunikasi dan informasi mempunyai hubungan
yang signifikan (Mosha & Ruben, 2013).
8. Dukungan suami
Tingkat kepedulian yang tinggi tentang KB diketahui dari hasil
penelitian yang dilakukan di Nigeria baik pada daerah perkotaan
maupun pedesaan, 98,3% responden laki-laki berpendapat bahwa
keputusan untuk memakai KB harus diputuskan secara bersama dengan
pasangan mereka, sehingga bisa saling memberi dukungan untuk
menggunakannya (Ernest dkk, 2007).
Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kohan pada penelitian
kualitatifnya, bahwa perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman
ketika keputusan KB diputuskan secara mufakat antara pasangan
(Kohan dkk, 2012). Alasan pada wanita usia 15-49 tahun yang tidak
menggunakan KB di Turkey adalah karena tidak mendapat persetujuan
sehingga tidak didukung oleh suami (Sahin, 2003). Berdasarkan
beberapa penelitian tersebut sejalan dengan penlelitian Aryanti di
21
wanita usia dini menggunakan KB hanya faktor dukungan suami yang
mempunyai pengaruh 100% (Aryanti, 2014).
2.3 Wanita Usia Subur
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15-49 tahun baik yang
berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda (BKKBN, 2015). Wanita
usia subur adalah wanita yang usianya baik untuk kehamilan berkisar 20-35
tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi
secara maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya sehingga mengurangi berbagai
resiko ketika hamil (Gunawan, 2010).
Wanita usia subur umurnya berkisar antara 20-35 tahun organ reproduksinya
sudah berfungsi dengan baik dan sempurna. Puncak kesuburan ada pada rentang
usia 20-29 tahun. Wanita dalam rentang usia ini memiliki kesempatan 95% untuk
hamil, namun presentasenya menurun menjadi 90% pada usia 30-an tahun.
Memasuki usia 40 tahun, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%,
setelah usia 40 tahun, wanita mengalami penurunan sistem reproduksi secara
fungsional menjadi 10% (WHO, 2009).
Kesehatan wanita dalam siklus kehidupan dipengaruhi oleh faktor biologi,
budaya, perilaku dan sosial. Mortalitas dan morbiditas pada wanita lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor biologis. gizi yang cukup, landasan fundamental
kesehatan setiap individu, adalah sangat penting bagi perempuan karena nutrisi
yang tidak memadai membuat kekacauan tidak hanya pada kesehatan perempuan
22
2.4 Teori Perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku individu merupakan resultansi dari
rangsangan dari luar dengan reaksi dari dalam individu. Menurut Skinner (1938)
dalam Notoatmodjo (2010) yang merupakan seorang ahli psikologi telah
memaparkan teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon yaitu perilaku
merupakan wujud dari respon seseorang terhadap rangsangan dari luar yang mana
sesorang akan melakukan suatu tindakan setelah mendapatkan rangsangan dari
luar. Beberapa teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku manusia yang
berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut.
2.4.1 Teori Lawrence Green
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), analisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku dan
faktor diluar perilaku. Faktor perilaku terbentuk dari:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah penyebab terlaksanakannya sebuah perilaku,
hal ini merupakan faktor dalam diri individu sendiri, seperti pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai - nilai.
2. Faktor Pemungkin
Faktor pemungkin yaitu faktor yang memungkinkan atau menjembatani
perilaku atau tindakan manusia sehingga hal tersebut akan mendukung
manusia untuk bertindak, seperti lingkungan fisik, tersedianya fasilitas
23
3. Faktor Pendorong
Faktor pendorong yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku,
seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan, perilaku tokoh masyarakat
atau tokoh agama yang kemudian dijadikan role model.
2.4.2 Teori Social Learning
Teori Social Learning atau teori belajar sosial dari Albert Bandura
(1977) dalam Boeree (2006) mengemukakan bahwa teori belajar sosial
menggunakan sudut pandang kognitif dalam menguraikan belajar dan
perilaku. Melalui kognitif individu akan berasusmsi tentang pikiran manusia
dan menafsirkan semua pengalaman yang terjadi.
Menurut Bandura, individu tidak berdiri sendiri dalam memproduksi
perilaku akan tetapi berkaitan antara individu dengan lingkungan.
Kepribadian dan perilaku individu bersama dengan faktor lingkungan saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam merespon situasi yang dihadapi.
Dasar kognisi dalam proses belajar diringkas dalam empat tahap yaitu:
1. Atensi atau perhatian
Reaksi baru yang dipelajari dari melihat atau mendengar, maka hal
tersebut akan menimbulkan perhatian yang akan menjadi sesuatu yang
penting. Faktor-faktor untuk mendapatkan perhatian dipengaruhi oleh
penekanan penting dari perilaku menonjol, memperoleh perhatian dari
ucapan atau teguran, membagi aktivitas umum dalam bagian-bagian yang
24
2. Retensi
Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak. Dasar untuk
penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau
memasukkan respon. Penyandian dalam simbol verbal lebih mudah untuk
diamati. Kesan visual atau simbol verbal dapat menggerakkan pola pikir
secara aktif mengenai tindakan.
3. Reproduksi gerak
Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, maka
memori tersebut akan dirubah kembali dalam tindakan yang tepat.
Rangkaian tindakan baru merupakan simbol pertama pengaturan dan
berlatih, semua waktu dibandingkan dengan ingatan atau memori dari
perilaku model. Penyesuaian dibuat dalam rangkaian tindakan baru dan
rangkaian perilaku awal. Perilaku akan dicatat oleh pengamat yang
memberikan timbal balik yang benar dari perilaku suka meniru. Dasar
penyesuaian dari timbal balik membuat pengaturan simbolik rangkaian
tindakan baru dan perilaku untuk memulai kembali.
4. Penguatan dan motivasi
Tujuan utama dari atensi, retensi dan reproduksi gerak sebagian besar
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk meniru perilaku
penguatan menjadi relevan. Teori sosial belajar mempunyai dua implikasi
penting yaitu belajar dari pengamatan, yang kedua adalah hadiah dan
25
2.5 Kerangka Pemikiran
2.5.1 Kerangka Teori
Gambar 2. Faktor-faktor pembentuk perilaku (Modifikiasi Green dalam Notoatmojo, 2007).
2.5.2 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
26
2.6Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan antara faktor-faktor penggunaan kontrasepsi
dengan pemilihan jenis kontrasepsi IUD dan Implant di Kecamatan
Sukarame Kota Bandarlampung.
H0 : Tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor penggunaan kontrasepsi
dengan pemilihan jenis kontrasepsi IUD dan Implant di Kecamatan
Sukarame Kota Bandarlampung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik korelatif dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian non-eksperimental untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor, resiko dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data baik variabel terikat maupun
variabel bebas dilakukan secara bersamaan (point time approach) (Notoatmodjo,
2010). Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor
penggunaan kontrasepsi terhadap pemilihan jenis kontrasepsi Intra Uterine
Devices (IUD) dan implant pada wanita usia subur di Kecamatan Sukarame, Kota
Bandarlampung.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September-November 2016.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Permata Sukarame dan
28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek
atau obyek penelitian yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Dahlan, 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur
(WUS) berumur 15-49 tahun akseptor IUD dan implant yang berada di
Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung pada tahun 2014 sejumlah
72 akseptor dan 42 akseptor (Dinkes Kota Bandarlampung, 2014).
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Arikunto, 2006). Penentuan
jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai
berikut:
N n =
1 + N (d)2
Keterangan:
N = Besar populasi
n = Besar sampel
d = Nilai presisi atau tingkat kepercayaan atau ketepatan yang
29
Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:
114 n =
1 + 114 (0,1)2
= 53,2 pembulatan 53.
Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out maka peneliti
menambahkan 10% dari jumlah sampel keseluruhan. Sehingga jumlah
keseluruhan sampel yang akan diambil adalah 58 orang.
3.3.3 Teknik Sampel
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode consecutive
sampling, yaitu pemilihan sample dengan menetapkan subjek yang memenuhi
kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu,
sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2003). Kriteria
sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam,
2003).
Adapun kriteria inklusi meliputi:
1. Wanita usia subur berusia 15-49 tahun.
2. Akseptor KB IUD dan KB implant.
3. Wanita seksual aktif.
4. Bersedia menjadi responden.
Sedangkan kriteria eksklsusi meliputi:
1. Tidak melengkapi data penelitian.
30
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas : Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi IUD dan implant.
2. Variabel terikat : Penggunaan kontrasepsi IUD dan implant.
3.5 Definisi Operasional Variabel
Untuk memudahkan pelaksanan penelitian ini dan agar penelitian tidak terlalu
luas maka dibuat definisi operasional sebagai berikut :
Tabel 1. Defisini Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur 3 Pekerjaan Bekerja dan tidak bekerja 4 Jumlah anak WUS yang memiliki 1-5
anak
5 Penghasilan Penghasilan yang diperoleh oleh para ibu
6 Pengetahuan Pengetahuan ibu mengenai jenis kontrasepsi IUD dan
c. Lembar persetujuan dan informed concent
31
3.7 Cara pengumpulan data
Pada penelitian ini seluruhnya menggunakan data primer. Data primer adalah
data yang diambil secara langsung dari sumber data, yang meliputi :
a. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian.
b. Pengisian informed consent dan check list.
c. Penghitungan perbandingan faktor-faktor pengggunaan kontrasepsi IUD
dan implant.
d. Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian.
3.8Alur Penelitian
Gambar 4. Bagan alur penelitian
Pembuatan proposal, perijinan, koordinasi
Pengajuan etichal clearence
Pengisian lembar persetujuan dan informed consent
Pengisian Kuesioner
Perhitungan faktor-faktor penggunaan kontrasepsi dan melakukan perbandingan
32
3.9Pengolahan dan Analisis Data
3.9.1 Pengolahan data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah
ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program
software statistik. Proses pengolahan data kemudian diolah menggunakan
program komputer yang terdiri beberapa langkah:
a. Editing, kegiatan pengecekan dan perbaikan isian kuesioner.
b. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk
keperluan analisis.
c. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.
d. Cleaning, pengecekkan kembali data dari setiap responden untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan,
dan kemudian dilakukan koreksi.
e. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer
kemudian dicetak. (Notoatmodjo, 2010)
3.9.2 Analisis Data
Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan
menggunakan program statistik dimana akan dilakukan 2 macam analisa data,
yaitu:
a. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk menentukan distribusi frekuensi dan
33
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu ada
atau tidaknya faktor-faktor yang lebih dominan dalam pemilihan jenis
kontrasepsi IUD dan implant dengan menggunakan uji statististik. Uji
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Uji Chi-square
Chi-Square adalah salah satu jenis uji komparatif non
parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data
kedua variabel adalah nominal.
Uji signifikan antara data yang diobservasi dengan data
yang diharapkan dilakukan dengan batas kemaknaan (α=0,05)
dengan tingkat kepercayaan 95%, yang artinya apabila diperoleh
p<α, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat dan bila nilai p>α, berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Apabila uji chi-square tidak memenuhi syarat uji
chi-square (nilai expected count >20%) maka dilakukan uji
alternatif FisherExact (Dahlan, 2014).
2) Uji Fisher Exact
Uji Fisher Exact adalah salah satu uji non parametrik yang
digunakan sebagai uji alternatif Chi-Square dengan ketentuan
34
Setelah diketahui ada tidaknya hubungan antara faktor-faktor
penggunaan kontrasepsi dengan pemilihan jenis kontrasepsi, maka
penelitian dilanjutkan dengan mencari Odds Ratio (OR) dengan
tujuan untuk menganalisa seberapa besar faktor-faktor tersebut
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi IUD dan implant di
Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung.
3.10. Ethical Clearance
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Tim Komisi Etik Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung, dengan nomor ethical clearance
3014/UN26.8/DL/2016 serta pelaksanaan di lapangan responden menyatakan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi IUD yaitu sikap ibu.
2. Faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi implant yaitu
tingkat pengetahuan dan pelayanan keluarga berencana.
3. Faktor tingkat pengetahuan, sikap ibu, dukungan suami, dan pelayanan
keluarga berencana lebih mempengaruhi penggunaan kontrasepsi implant
dibandingkan dengan IUD pada wanita usia subur di Kecamatan
Sukarame, Kota Bandarlampung.
4. Kontrasepsi yang banyak digunakan para Ibu di Kecamatan Sukarame
Kota Bandarlampung yaitu Kontrasepsi Non MKJP berupa pil dan
suntik.
5.2 Saran
1. Bagi peneliti lain, perlu dilakukan penelitian serupa di tempat lain guna
mendapatkan perbandingan dengan menggunakan kriteria umum.
2. Perlu dilakuakan penelitian serupa dengan membandingkan MKJP dan
Non MKJP guna mengetahui faktor-faktor yang lebih mempengaruhi
52
3. Bagi pelayanan kesehatan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan
penggunaan alat kontrasepsi, khususnya IUD dan implant.
4. Perlu ditingkatkan dalam memberikan informasi terkait kontrasepsi,
terutama IUD dan implant, baik menggunakan media cetak maupun
DAFTAR PUSTAKA
Affandi B. 2011. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. S. Prof. Dr. dr. Biran Affandi, Editor. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Aisien A. 2007. Contraception with levonorgestrel subdermal implant s (Norplant R) in Benin-City , Nigeria : A 12-year Review. African Journal of Reproductive Health. Apr: 11(1): 90-7.
Aldriana N. 2013. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian KB AKDR di Puskesmas Rambah Samo I informasi tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk memperbaiki pelayanan KB AKDR., 53(9), 1689–99 Retrivied from
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Diunduh pada 13 Mei 2016
Aryanti H. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur (tesis). Denpasar. Universitas Udayana.
Arikunto S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Bappenas. 2013. Arah pembangunan kependudukan dan keluarga berencana dalam RKP 2012 dan rancangan RKP 2013. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Bernadus JD, Madianung A, Masi G. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) bagi akseptor kb di Puskesmas Jailolo. J e-NERS, 1(1-10).
BPS. 2014. Trends angka fertilitas total menurut Provinsi. Retrieved from http://www.datastatistik-indonesia.org Diakses pada tanggal 20 Mei 2016
BKKBN. 2015. BKKBN. Rencana strategis badan kependudukan dan keluarga berencana nasional tahun 2015-2019. DKI Jakarta.
xi
Bronner Y, Baldwin K, and Silver G. 1998. The Nutritional Status and Needs of Women Oof Reproductive Age. Perinatal and Women's Health.
Copollo D. 2011. Modernization and contraception in Kenya from 1998 to 2008-2009" (dissertation). Texas. University of Texas at Arlington.
Dahlan MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. 2014. Profil kesehatan Kota Bandar Lampung. Lampung: Dinkes Provinsi Lampung.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2014. Profil kesehatan Provinsi Lampung. Lampung: Dinkes Provinsi Lampung.
Dini PR. 2014. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemakaian metode kontrasepsi implant di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang [skripsi]. Universitas Diponegoro.
Dwi Anita AS. 2010. Hubungan tingkat pendidikan formal dengan pemilihan alat kontrasepsi di Desa Mojodoyong Kedawung Sragen [skripsi]. Universitas Sebelas Maret
Erman I, Elviani Y. 2012. Hubungan paritas dan sikap akseptor KB dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang di Kelurahan Muara Enim Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2012. Jurnal Poltekes Palembang. 1(1): 1-6.
Ernest O, Ebenezeer OB. 2007. The role of men in family planning decision-making in rural and urban Nigeria. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care. Mar: 12(1): 70.
Gakidou E, Vayena E. 2007. Use of Modern Contraception by the Poor is Falling Behind. PLoS Medicine. Feb 6: 4(2), e31. Retrieved from: doi:10.1371/journal.pmed.0040031
Gebremariam A, Addisie A. 2014. Knowledge and perception on long acting and permanent contraceptive methods in Adigrat Town, Tigray, Nothern Ethiopia: A Qualitative Study. International Journal of Family Medicine, 2014, 878639.
Gunawan S. 2010. Mau anak laki-laki atau perempuan? Bisa diatur. Jakarta: Agromedia Pustaka
xii
Hartanto H. 2004. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Indira L. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada keluarga miskin [skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro
Jacobstein R, Polis CB. 2014. Progestin-only contraception: injectables and Implants. Best Practice & Research. Clinical Obstetrics & Gynaecology. 28(6), 795-806.
Kusumaningrum R. 2009. Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada pasangan usia subur [skripsi]. Universitas Diponegoro.
Kohan S, Simbar M, Taleghani F. 2012. Empowerment in family planning as viewed by Iranian women: a qualitative study. Journal of Biosocial Science, 44(2), 209-19.
Manuaba, IB. 2009. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
Mosha IH, Ruben R. 2013. Communication, knowledge, social network and family planning utilization among couples in Mwanza, Tanzania. African Journal of Reproductive Health . Sep: 17(3): 57-70.
Musu AB. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan pada akseptor KB di Puskesmas Ciomas Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor [skripsi]. Universitas Sumatra Utara.
Nakhaee N, Mirahmadizadeh A. 2002. Five-year continuation rate and reasons for early removal of Norplant® in Shiraz, Iran. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care. Dec: 7(4): 223-6.
Newland L. 2001. The deployment of the prosperous family : Family planning in West Java. Retrieved from http://search.proquest.com
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo S. 2010. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi 3. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: KDT