PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
Oleh : SUPRIYADI
F14102123
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Supriyadi. F14102123. Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura. Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. 2006.
RINGKASAN
Distribusi komoditas diperlukan untuk memberi nilai tambah dengan cara menjual ke konsumen yang membutuhkan. Komoditi sayur segar dan buah– buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki pangsa pasar cukup besar, baik di dalam maupun di luar negeri.
Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan kemasan-kemasan yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari getaran, dan tekanan yang diakibatkan oleh tumpukan kemasan yang ada diatasnya. Telah dikembangkan sistem bantu komputer yang berfungsi membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan transportasi. Beberapa kelemahan dari sistem yang ada perlu diperbaiki dan dikembangkan agar hasil luaran lebih mendekati keadaan dilapangan.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada sistem tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton dan kayu. Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi (tipe kemasan) dan ventilasi. Data-data untuk perbaikan desain digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola (spheroidal) dan elipsoidal yang akan menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan kemasan pada palet/bak truk, kekuatan dan kemasan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian. Sistem yang dikembangkan diberi nama PDS III, dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0. Dalam program ini terdiri dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih. Data input tersebut diantaranya adalah ukuran komoditas dan berat komoditas, berat isi kemasan yang diinginkan, tinggi susunan dala ruang penyimpanan, kelas jalan dan jarak tempuh. Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan seperti gambar desain kemasan, susunan buah dan susunan kemasan dalam ruang penyimpanan atau ruang penyimpanan serta informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan kemasan.
dengan kemasan yang dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji.
Dari hasil simulasi berdasarkan diameter yang berbeda dalam selang 60-70 mm untuk diameter major dan 50-60 mm untuk diameter minor dapat dilihat bahwa kenaikan besarnya diameter buah dapat mempengaruhi dimensi dalam ,dimensi luar kemasan, jumlah buah dan jumlah susunan buah. Hasil simulasi ini akan menentukan range dari diameter major dan minor yang dapat dijadikan batasan dari input yang akan menghasilkan output (jumlah buah dan jumlah susunan buah) yang hampir sama.
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : SUPRIYADI
F14102123
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : SUPRIYADI
F14102123
Dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi, Jawa Barat
Tanggal Lulus :
Menyetujui, Bogor, Januari 2007
Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Namat dan Hadijah.
Memasuki usia enam tahun, Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Pondok Ranggon I Bekasi, dari tahun 1990-1996. Setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 192 Jakarta dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 113 Jakarta.
Tahun 2002, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Memasuki semester lima, Penulis diterima di laboratorium Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian sub program studi Sistem Manajemen dan Informasi Pertanian.
Penulis melakukan praktek lapangan di PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Topik yang dipelajari adalah Studi Tentang Sistem Manajemen Produksi di PT Perkebunan Tambi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” di bawah bimbingan Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini, dan juga karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan rencana. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan menjadi Sarjana Teknologi Pertanian. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura”. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari adanya keterbatasan di dalam skripsi ini, namun penulis senantiasa mengharapkan masukan dan saran yang dapat menambah kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah, nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kami kepada :
1. Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis.
2. Dr.Ir. Suroso, M.Agr., selaku dosen penguji.
3. Dr.Ir. Lilik Pujiantoro Eko Nugroho, M.Agr., selaku dosen penguji. 4. Ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak dan adik-adikku yang selalu ada
disaat semua telah pergi, memberikan kasih sayang yang tulus tiada henti dan memberikan semangat kepada penulis.
5. Ignore Band; Indriawan W. Utama (AQ), Ari Hidayat (Ibliz), Yanuar Mulyawan (Yance), Deni Y. Irawan (Ndutz) thanks for all the joys...and for the gathering.
6. Sahabat setiaku di Jakarta, Rendezvous dan Garis Creative; Yasri Sulaiman H, Febrians Trinanda, Triantoro, Yulyanto, Akbi, Risma, Halim Adiem EA, Gandang, Handrian, Samsul dan semua anak-anak Vegaz angkatan 10 yang solid and keren-keren.
7. Teman-teman TEP 39, SMIP n R Society; Hanhan A S. (Thank you so much for the discussion and for all the lessons that has given to me), Hilaliyah Aspihani (Thanks Liyah buat data skripsinya n semangatnya...cheers...), Christo, Bgon, Agus, Bagdo, Titin, Dudunk, Anjar, Chumi, Kiki, Bajay.
9. Ajipadma DK ; terima kasih atas semangat, doa, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.
10. Guru dan pelatihku Mas Agan, teman-teman seperguruan Merpati Putih; De Hikmah, Putra, Teta, Ade Murni, Ersa, Imam Robul, Shanti (sancay), Retno, Melanie, Dita, Mahar, Widi, Ismi, Risma (Rierie), Ilham, Vio. Perguruan Silat Tapak Suci; Kang Ade...makasih...
11. Anak-anak Wisma Alma; Pak Abas, Lukman, Dasep, Wawan, Iqbal, Jofy, Pimen, Panji, Mustian, Widi Martes, Ucup Senior, Carloz Umam, Rauf, Pampam...Nice living out there...n Teman-teman La Sapienza.
12. Keluarga Rina Esminingtyas, Pak Suprapto dan Bu Yuli, Keluarga Pak Wijonarto di Wonosobo.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kelengkapan skripsi ini.
Bogor, Januari 2007
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
Oleh : SUPRIYADI
F14102123
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Supriyadi. F14102123. Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura. Di bawah bimbingan: Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. 2006.
RINGKASAN
Distribusi komoditas diperlukan untuk memberi nilai tambah dengan cara menjual ke konsumen yang membutuhkan. Komoditi sayur segar dan buah– buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki pangsa pasar cukup besar, baik di dalam maupun di luar negeri.
Pengemasan untuk pengiriman dan penanganan memerlukan kemasan-kemasan yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari getaran, dan tekanan yang diakibatkan oleh tumpukan kemasan yang ada diatasnya. Telah dikembangkan sistem bantu komputer yang berfungsi membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan transportasi. Beberapa kelemahan dari sistem yang ada perlu diperbaiki dan dikembangkan agar hasil luaran lebih mendekati keadaan dilapangan.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada sistem tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton dan kayu. Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi (tipe kemasan) dan ventilasi. Data-data untuk perbaikan desain digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani (2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan program komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola (spheroidal) dan elipsoidal yang akan menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan kemasan pada palet/bak truk, kekuatan dan kemasan.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian. Sistem yang dikembangkan diberi nama PDS III, dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0. Dalam program ini terdiri dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih. Data input tersebut diantaranya adalah ukuran komoditas dan berat komoditas, berat isi kemasan yang diinginkan, tinggi susunan dala ruang penyimpanan, kelas jalan dan jarak tempuh. Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan seperti gambar desain kemasan, susunan buah dan susunan kemasan dalam ruang penyimpanan atau ruang penyimpanan serta informasi yang diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan kemasan.
dengan kemasan yang dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji.
Dari hasil simulasi berdasarkan diameter yang berbeda dalam selang 60-70 mm untuk diameter major dan 50-60 mm untuk diameter minor dapat dilihat bahwa kenaikan besarnya diameter buah dapat mempengaruhi dimensi dalam ,dimensi luar kemasan, jumlah buah dan jumlah susunan buah. Hasil simulasi ini akan menentukan range dari diameter major dan minor yang dapat dijadikan batasan dari input yang akan menghasilkan output (jumlah buah dan jumlah susunan buah) yang hampir sama.
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : SUPRIYADI
F14102123
2007
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PENGEMBANGAN SISTEM BANTU KOMPUTER UNTUK PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KEMASAN TRANSPORTASI
KOMODITAS HORTIKULTURA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh : SUPRIYADI
F14102123
Dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi, Jawa Barat
Tanggal Lulus :
Menyetujui, Bogor, Januari 2007
Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. Dosen Pembimbing
Mengetahui,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1984 di Bekasi. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Namat dan Hadijah.
Memasuki usia enam tahun, Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Pondok Ranggon I Bekasi, dari tahun 1990-1996. Setelah itu Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 192 Jakarta dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 1999. Pada tahun yang sama, Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 113 Jakarta.
Tahun 2002, Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Memasuki semester lima, Penulis diterima di laboratorium Sistem Manajemen dan Mekanisasi Pertanian sub program studi Sistem Manajemen dan Informasi Pertanian.
Penulis melakukan praktek lapangan di PT Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. Topik yang dipelajari adalah Studi Tentang Sistem Manajemen Produksi di PT Perkebunan Tambi. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” di bawah bimbingan Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat mengerjakan skripsi ini, dan juga karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi ini dapat selesai sesuai dengan rencana. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan menjadi Sarjana Teknologi Pertanian. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura”. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Penulis menyadari adanya keterbatasan di dalam skripsi ini, namun penulis senantiasa mengharapkan masukan dan saran yang dapat menambah kesempurnaan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Sistem Bantu Komputer untuk Perancangan dan Pemilihan Kemasan Transportasi Komoditas Hortikultura” Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah, nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kami kepada :
1. Dr.Ir. Emmy Darmawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan kepada penulis.
2. Dr.Ir. Suroso, M.Agr., selaku dosen penguji.
3. Dr.Ir. Lilik Pujiantoro Eko Nugroho, M.Agr., selaku dosen penguji. 4. Ayahanda dan ibunda tercinta serta kakak dan adik-adikku yang selalu ada
disaat semua telah pergi, memberikan kasih sayang yang tulus tiada henti dan memberikan semangat kepada penulis.
5. Ignore Band; Indriawan W. Utama (AQ), Ari Hidayat (Ibliz), Yanuar Mulyawan (Yance), Deni Y. Irawan (Ndutz) thanks for all the joys...and for the gathering.
6. Sahabat setiaku di Jakarta, Rendezvous dan Garis Creative; Yasri Sulaiman H, Febrians Trinanda, Triantoro, Yulyanto, Akbi, Risma, Halim Adiem EA, Gandang, Handrian, Samsul dan semua anak-anak Vegaz angkatan 10 yang solid and keren-keren.
7. Teman-teman TEP 39, SMIP n R Society; Hanhan A S. (Thank you so much for the discussion and for all the lessons that has given to me), Hilaliyah Aspihani (Thanks Liyah buat data skripsinya n semangatnya...cheers...), Christo, Bgon, Agus, Bagdo, Titin, Dudunk, Anjar, Chumi, Kiki, Bajay.
9. Ajipadma DK ; terima kasih atas semangat, doa, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.
10. Guru dan pelatihku Mas Agan, teman-teman seperguruan Merpati Putih; De Hikmah, Putra, Teta, Ade Murni, Ersa, Imam Robul, Shanti (sancay), Retno, Melanie, Dita, Mahar, Widi, Ismi, Risma (Rierie), Ilham, Vio. Perguruan Silat Tapak Suci; Kang Ade...makasih...
11. Anak-anak Wisma Alma; Pak Abas, Lukman, Dasep, Wawan, Iqbal, Jofy, Pimen, Panji, Mustian, Widi Martes, Ucup Senior, Carloz Umam, Rauf, Pampam...Nice living out there...n Teman-teman La Sapienza.
12. Keluarga Rina Esminingtyas, Pak Suprapto dan Bu Yuli, Keluarga Pak Wijonarto di Wonosobo.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kelengkapan skripsi ini.
Bogor, Januari 2007
b. Form Output ... 34
2. Desain Proses ... 40
a. Kemasan Kayu ... 40
b. Kemasan Karton ... 41
B. Simulasi Pengaruh Dimensi Kemasan dan Berat Rata-rata Komoditas ... 42
1. Komoditas Spheroidal (bola) ... 42
2. Komoditas Elipsoidal ... 44
3. Pengaruh Luasan Ventilasi Terhadap Nilai Compression Strength ... 47
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
1. Tipe kemasan karton untuk distribusi
(A) RSC, (B) HTC, dan (C) FTC. ... 7 2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong
(a). Tipe FTC (b). Tipe RSC ... 8 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) ... 15 4. Faktor yang berpengaruh pada pemilihan
dimensi dan material kemasan ... 19 5. Diagram alir program ... 21 6. Form start up (judul) program PDS III... ... 28 7. Form pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan ... 29 8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu,
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
1. Susunan flute pada karton gelombang komersial... ... 6 2. Nilai faktor koreksi terhadap penambahan
ventilasi pada kemasan karton gelombang... ... 24 3. Nilai faktor koreksi terhadap tipe kemasan, penambahan ventilasi pada
kemasan dan tipe sambungan pada kemasan kayu... ... 24 4. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk
kemasan kayu dengan komoditas spheroidal. ... 28 5. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III
untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal ... 28 6. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan
kayu dengan komoditas spheroidal ... 28 7. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan
karton dengan komoditas elipsoidal ... 29 8. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan diameter antara 60-70 mm untuk komoditas spheroidal... ... 42 9. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan berat antara 100-110 gram untuk komoditas spheroidal... ... 44 10. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan diameter major 60-70 mm untuk komoditas elipsoidal... ... 45 11. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan diameter minor 50-60 mm untuk
komoditas elipsoidal... ... 45 12. Dimensi rancangan pengemas dan pola susunan buah dalam kemasan
hasil simulasi paket program dengan berat 100-110 gram pada komoditas
13. Pengaruh luasan ventilasi terhadap nilai compression strength
DARTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Penggalan syntax programming untuk perhitungan
kemasan kayu ... 55
2. Penggalan syntax programming untuk perhitungan
kemasan karton ... 60
3. Form hasil rancangan berdasarkan jenis kemasan dan bahan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Komoditi sayur segar dan buah–buahan merupakan produk hortikultura
yang memiliki pangsa pasar cukup besar baik di dalam maupun di luar negeri.
Pembagian pasar untuk produk hortikultura didasarkan pada kualitas dan mutu
produk yang diinginkan. Pasar tujuan dalam negeri dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pasar tradisional dan pasar institusi. Produk buah – buahan dan sayuran yang
ditujukan untuk pasar institusi harus memenuhi kualitas yang diinginkan,
diantaranya bersih dan menarik. Syarat bersih meliputi bersih secara fisik (kulit
mulus, tekstur baik, tidak terluka atau tergores) dan bersih dari bahan – bahan
berbahaya. Sedangkan syarat menarik adalah memiliki penampilan yang menarik,
baik karena bentuk, warna, kesegaran atau tekstur produk itu sendiri dan atau
karena kemasan produk yang digunakan.
Transportasi dan distribusi merupakan bagian dari kegiatan pemasaran
yang sangat penting dan sangat rawan akan kerusakan. Pada kegiatan ini terjadi
kerusakan yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30% - 50% bahkan untuk
sayuran tertentu mencapai 60%. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari
kerusakan ini salah satu diantaranya adalah pengemasan.
Transportasi komoditas hortikultura segar memerlukan kemasan-kemasan
yang dirancang dengan baik untuk melindungi produk dari kememaran akibat dari
getaran, dan tekanan akibat tumpukan kemasan-kemasan diatasnya. Kemasan
yang ideal meliputi pengisian yang padat namun rata, wadahnya tertutup dan
mempunyai kekuatan yang cukup untuk melindungi isinya dalam berbagai
keadaan penanganan. Tiap kemasan untuk transportasi harus dirancang untuk
memenuhi persyaratan khusus bagi buah atau sayuran yang bersangkutan.
Kemasan-kemasan dari kayu merupakan kemasan pengiriman yang paling
kuat dan kokoh tetapi kekuatannya bergantung pada jenis dan tebalnya bahan
yang digunakan. Jenis kemasan yang biasa digunakan meliputi : peti-peti dan
krat-krat kayu yang dipaku, peti-peti dan krat-krat-krat-krat yang diikat dengan kawat, peti-peti
tripleks, peti curah, peti palet dan palet-palet kayu.
Kemasan karton (corrugated box) merupakan kemasan distribusi yang
Dibanding dengan peti kayu, kemasan karton memiliki kelebihan antara lain; (1)
mempunyai berat yang lebih ringan untuk material dengan kekuatan yang sama,
(2) mempunyai permukaan yang halus, (3) mempunyai sifat meredam getaran
yang baik, (4) mudah untuk dicetak dan diberikan label, (5) mudah untuk dirakit
dan ringkas dalam penyimpanan, dan (6) mudah untuk didaur ulang. Sedangkan
kelemahan kemasan karton adalah kurangnya ventilasi dan pada kondisi lembab
kekuatannya berkurang.
Pada umumnya bentuk buah-buahan adalah bola (spheroid) dan elipsoidal
(elipsoid) yang merupakan bentuk khusus dari spheroid. Bentuk buah-buahan
yang geometris menjadi kendala dalam menata buah-buahan kedalam kemasan
yang berbentuk persegi sehingga diperlukan model matematis untuk menganalisa
hubungan antara bentuk buah dan dimensi kemasan agar diperoleh model
penataan buah dalam kemasan yang efisien.
Hasil penelitian oleh Afriansyah (2005) dan Kuntadi (2005) berupa sistem
bantu komputer untuk perancangan kemasan yang diberi nama PDS II (Packaging
Design System II) untuk distribusi produk pertanian, yaitu perancangan kemasan kayu dengan komoditas spheroidal dan kemasan karton dengan komoditas
elipsoidal. Kedua program tersebut masih dalam keadaan terpisah, maka perlu
dilakukan penggabungan. Selain penggabungan program perlu dilakukan
pengembangan. Dengan menambahkan data-data kayu yang terkait dengan tipe
kemasan, ketebalan bahan dan ventilasi output yang dihasilkan oleh sistem lebih
baik, sehingga sistem dapat digunakan untuk perancangan kemasan yang lebih
bervariasi sesuai dengan kondisi di lapang.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan tersebut maka penelitian dilakukan
untuk mengembangkan program perancangan kemasan yang dapat
mensimulasikan dua buah jenis bentuk produk pertanian yaitu produk berbentuk
bola (spheroidal) dan produk berbentuk elips (elipsoidal) untuk kemasan karton
dan kayu.
Untuk kedua kemasan kayu dan karton gelombang diperlukan perbaikan
desain kemasan terpilih. Adapun perbaikan yang diperlukan meliputi konstruksi
digunakan data sekunder dari hasil penelitian Dwipuspa (2006) dan Aspihani
(2006).
B. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membangun program
komputer yang dapat membantu melakukan perencanaan, pemilihan dan
perancangan kemasan untuk distribusi produk hortikultura yang berbentuk bola
(spheroidal) dan elips (elipsoidal).
Secara khusus, penelitian ini bertujuan mengembangkan sistem bantu
komputer untuk perancangan kemasan dari kayu dan karton yang akan
menghasilkan keluaran dimensi kemasan dan desain ventilasi kemasan
berdasarkan tipe kemasan, pengaturan produk dalam kemasan, pengaturan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengemasan
Dalam pengertian khusus, kemasan adalah wadah yang digunakan untuk
mengemas suatu produk, dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang
menjelaskan tentang isi, kegunaan, dan lain-lainnya yang perlu ditampilkan dalam
kemasan. Tulisan atau label tersebut merupakan informasi yang perlu
disampaikan kepada orang yang menanganinya atau konsumen (Wiraatmadja et
al., 1991). Peningkatan dalam biaya, energi dan bahan-bahan material
menyebabkan para produsen memilih sistem pengemasan yang memiliki biaya
murah. Pemilihan media pengemasan yang baik dan benar untuk produk dan pasar
menjadi sangat penting.
Pengemasan adalah usaha untuk melindungi suatu produk dari kerusakan
dengan menggunakan berbagai bahan kemasan. Bahan kemasan tersebut dapat
dibuat dari berbagai macam bahan contohnya dari logam, kaca, kayu, bambu,
kertas karton gelombang, triplek dan sebagainya. Penggunaan bahan kemasan
sangat tergantung pada jenis produk yang dikemas, tujuan pengemasan, serta
pertimbangan-pertimbangan teknis, estetika, dan ekonomis.
Menurut Sacharow dan Griffin (1980), tujuan dari pengemasan adalah
untuk :
1. Mempermudah dan meningkatkan keamanan produk selama pengangkutan.
2. Melindungi produk dari pencemaran dan kehilangan.
3. Melindungi produk dari kerusakan atau penurunan mutu.
4. Memberikan kemudahan menggunakan produk yang dikemas.
Berdasarkan kegunaannya kemasan dibagi menjadi dua, yaitu kemasan
untuk transportasi/distribusi (shipping containers) dengan fungsi utama
melindungi produk dari kerusakan selama proses distribusi dan transportasi
berlangsung dan kemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail
package) dengan fungsi utama untuk menarik konsumen. Bahan material utama yang digunakan untuk kemasan transportasi (shipping container) adalah kayu,
fibreboard dan besi (Paine, 1977).
1. Kemasan harus terisi oleh produk secara efisien selama perjalanan.
2. Kemasan harus melindungi produk dari gangguan iklim dan kontaminasi.
3. Kemasan tersebut harus kompatibel dengan produknya.
4. Kemasan tersebut mudah dan efisien dalam pengisian dan penutupan.
5. Kemasan tersebut harus mudah ditangani oleh pengguna atau operator lainnya.
6. Kemasan tersebut harus dapat mengkomunikasikan kepada pelanggan,
distributor, pengecer dan pemasok tentang informasi yang harus diketahui
berkenaan dengan produk dan tujuannya.
7. Ketika produk itu berbahaya atau memiliki potensi bahaya (seperti bahan
kimia dan asam-asam) kemasan harus tidak dapat pecah secara virtual.
B. Kemasan Karton
Karton gelombang adalah karton yang dibuat dari satu atau beberapa
lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan
pelapisnya. Karton gelombang yang digunakan untuk kemasan karton terbuat dari
paperboard. Paperboard merupakan kertas dengan ketebalan kurang lebih 0.20 mm. Paperboard yang digunakan untuk membuat karton gelombang biasanya
dibuat dengan proses Kraft. Terdapat dua lapisan pada paperboard, yaitu lapisan
utama (primary layer) dan lapisan pendukung (secondary layer). Primary layer
terdiri dari serat kasar yang kuat sedangkan secondary layer tersusun dari serat
yang telah diberi perlakuan. Secondary layer menyebabkan permukaan
paperboard menjadi halus, sedangkan primary layer memberikan kekuatan (Peleg, 1985).
Karton gelombang pertama kali diciptakan di Inggris pada tahun 1986,
sedangkan di Amerika Serikat ditemukan pertama kali oleh A. L. Jones pada
tahun 1871 untuk mengemas corong lampu dan bahan rapuh yang terbuat dari
kaca lainnya (Anonim, 1994). Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh
kemasan karton, yaitu ketahanan jebol, daya tahan susun, dan daya tahan air.
Menurut Federasi Pengemasan Indonesia (1983), Ketahanan jebol dan daya tahan
susun dari kemasan karton sangat tergantung pada kualitas bahan yang digunakan.
Peleg (1985) mengklasifikasikan karton gelombang berdasarkan lapisan
kertas (flat sheet) dan flute yang menyusunnya. Karton gelombang
ditengah-tengah flat sheet), double wall board ( dua lapis single wall board yang
saling berhadapan satu sama lain), dan triple wall board (terdiri dari tiga flute dan
empat flat sheet).
Struktur flute yang digunakan pada karton gelombang komersial terdiri atas 4 ukuran, yaitu A (coarse), B (fine), C (medium), dan E (very fine), (Lott,
1977). Flute pada karton gelombang tipe A, B, dan C banyak digunakan untuk keperluan industri, misalnya untuk keperluan transportasi.
Menurut Jaswin (1999), flute A memiliki sifat bantalan (cushioning) yang
baik karena ketebalannya dapat meredam daya tekan yang terjadi pada saat
kemasan ditumpuk. Flute B memiliki bantalan yang tidak terlalu tinggi sehingga
cocok untuk produk yang sebelumnya telah dikemas dalam kaleng, namun flute B
memiliki ketahanan tekan datar (flat crush resistant) yang paling baik. Flute C
dibuat dengan karakteristik berada diantara flute A dan B dengan harga lebih
murah, memiliki daya bantalan yang tinggi seperti flute A dan memiliki ketahanan
tekan datar yang baik seperti flute B. Sedangkan flute E banyak digunakan untuk
kemasan display dengan dinding luar terbuat dari white kraft sebagai karton printed. Tabel 1 menunjukkan susunan flute pada karton gelombang.
Tabel 1. Susunan flute pada karton gelombang komersial
Flute configuration
Number of flutes per meter
Flute height (mm) Minimum flat crush (Nm-2)
A (coarse) 104-125 4.5-4.7 140
B (fine) 150-184 2.1-2.9 180
C (medium) 120-145 3.5-3.7 165
E (very fine) 275-310 1.15-1.65 185
Sumber : Lott, di dalam Paine, F. A. The Packaging Media (1977)
Karton gelombang memiliki banyak tipe kemasan. Terdapat tiga tipe
umum yang digunakan, yaitu Regular Slotted Container (RSC), Half Telescopic
Container (HTC), dan Full Telescopic Container (FTC). Dari ketiga tipe tersebut RSC dan FTC paling banyak digunakan sebagai kemasan distribusi produk
hortikultura yang ada di Indonesia. Bahan kemasan dari karton gelombang
gelombang adalah tipe flute. Tipe kemasan karton gelombang dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Tipe kemasan karton untuk distribusi (A) RSC, (B) HTC, dan (C)
FTC.
Tipe kemasan RSC dan FTC banyak digunakan sebagai kemasan
distribusi produk hortikultura. Perbedaan desain, bentuk, dan ukuran dari lubang
ventilasi biasanya disesuaikan dengan tipe produk, penyimpanan, dan moda
transportasi. Biasanya pemotongan lubang ventilasi untuk kemasan distribusi
banyak dilakukan dibagian samping kemasan dan bukan di bagian atas (penutup)
kemasan, padahal pemotongan ventilasi di bagian samping dapat mengurangi
kekuatan kemasan yang lebih besar daripada pemotongan di bagian atas dan
bawah kemasan peti karton (Peleg, 1985).
McDonald, et al. (1979) mempelajari tentang kekuatan dan ventilasi pada
kemasan untuk transportasi jeruk, dengan perbandingan ventilasi vertikal dan
horizontal. McDonald menggunakan 8 lubang ventilasi dengan ukuran 25 x 76
mm pada bagian atas dan bawah kemasan. Walaupun persentase ventilasi
ditingkatkan dari 2% sampai 4.5% tetap tidak mengurangi kekuatan kemasan.
Ukuran, bentuk, dan posisi lubang ventilasi pada kemasan peti karton
sangat bervariasi, terutama untuk kemasan distribusi buah dan sayur. Buah nanas
biasanya dikemas dengan berat bersih antara 10-15 kg (22-23 lb). Kemasan yang
biasa digunakan adalah kemasan karton gelombang tipe FTC dengan karton
Ventilasi dibuat di bagian top dan bottom kemasan, dengan tambahan di bagian
samping kemasan jika dibutuhkan, biasanya digunakan untuk pengangkutan via
angkutan laut (Isabellefruits, 2004).
(a) (b)
Gambar 2. Tipe kemasan karton dengan ventilasi oblong (a). Tipe FTC (b). Tipe RSC.
C. Kemasan Kayu
Kemasan pertama dalam distribusi adalah karung dan tong dari kayu dibuat
untuk memudahkan penanganan (Rawson, 1977). Semenjak revolusi industri dan
perkembangan dalam transportasi seperti pembangunan rel kereta dan jalan yang
lebih baik mendorong pembuatan peti kayu dan krat-krat kayu sebagai kemasan
distribusi modern yang pertama. Mengingat hasil kayu melimpah dan tidak mahal
menyebabkan permintaan akan kemasan kayu meningkat dan tidak
memperdulikan kerendahan mutu dari material tersebut.
Pada saat ini penggunaan kemasan kayu hanya dilakukan ketika kekuatan
dan karakteristik dari kemasan tersebut dibutuhkan untuk mengantarkan produk
tersebut dengan aman sampai ke tujuan, atau ketika produk tersebut bernilai tinggi
dan membutuhkan perlindungan ekstra.
Ukuran kemasan kayu (peti kayu) bervariasi sangat tergantung pada
ukuran dan berat individu komoditas. Kemasan dengan ukuran panjang 57 cm,
lebar 38 cm, dan tinggi 30 cm dapat memuat buah apel 25 kg atau buah peer
dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 25 cm dapat memuat apel
sebanyak 22 kg atau buah peer sebanyak 25 kg (Poernomo, 1982).
D. Kayu Sebagai Bahan Kemasan
Harvey (1986) menerangkan bahwa, pilihan jenis kayu ditentukan
berdasarkan jumlah yang tersedia dan harganya. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan jenis kayu yang cocok untuk kemasan yaitu
densitas kayu, kemudahan pemakuan serta ukuran yang memadai. Jenis kayu yang
cocok untuk pengemasan adalah jenis kayu lunak (softwood) seperti Tusam sp.
Atau Agathis sp. Dengan densitas antara 270-700 kg/m3. Menurut Anonim (1988),
kayu untuk bahan pengemas sebaiknya bersifat lentur, misalnya seperti kayu
Kenanga, kayu Teki dan kayu Jeungjing.
Menurut JSA (1984), Kadar air kayu untuk bahan kemasan tidak boleh
lebih dari 20 persen. Kayu yang akan digunakan juga tidak boleh mengandung
cacat seperti mata atau gabungan mata (knot cluster) yang diameternya lebih dari
sepertiga papan yang digunakan, keretakan atau pecah, busuk, namun retak atau
belah (split) pada kayu yang tidak mempengaruhi penancapan paku pada saat
penggabungan dapat diabaikan.
Harvey (1986) menyatakan bahwa karakteristik suatu kemasan sangat
dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan mutu kayu, desain kemasan (tipe
kemasan), cara pengerjaan dalam konstruksi dan perakitan kemasan. Perbedaan
jenis kayu dapat menyebabkan perbedaan dalam kemudahan pengerjaan, kekuatan
lengkung (bending strength), kekuatan tekan (compressive strength), daya
cengkeram paku (nail holding power), ketahanan terhadap kikisan (resistance of
abrassion) dan ketahanan terhadap kerusakan atau kebusukan.
Desain peti kayu yang hendak dirancang harus dapat memberikan
perlindungan yang cukup dengan memberikan kemudahan penanganan yang
maksimum sedangkan dalam hubungannya dengan produk yang dikemas ada
sepuluh faktor yang berpengaruh yaitu :
1. Sifat dan berat produk yang dikemas.
2. Model peti dan palet.
3. Bahan konstruksi dan kekuatan penggabungannya.
5. Berat kosong.
6. Metoda dan kekuatan pada penanganan selama perjalanan.
7. Ketentuan dari negara pengimpor.
8. Urgensi pengiriman.
9. Kemampuan berada ditempat terbuka selama dibongkar.
10.Kemampuan kemasan untuk digunakan kembali.
1. Sengon/Jeungjing
Jeungjing atau sengon laut (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen syn.),
termasuk dalam famili Fabaceae. Kayu ini merupakan kayu cepat tumbuh dan
banyak ditanam masyarakat sebagai hutan rakyat. Pohon ini pada umur 10 tahun
sudah masak tebang. Daerah penyebaran kayu ini di Indonesia adalah di daerah
seluruh pulau Jawa, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Irian Jaya. Kayu jeungjing
banyak digunakan untuk bahan perumahan, peti, venir, pulp, papan semen wol
kayu, papan serat, dan sebagainya. Pohon ini memiliki panjang bebas cabang
10-30 cm sampai 80 cm.
Ciri umum kayu jeungjing adalah sebagai berikut :
a. Kayu teras berwarna hampir putih atau coklat muda
b. Tekstur kayu agak kasar dan merata
c. Arah serat lurus, bergelombang lebar, atau berpadu
d. Permukaan kayu agak licin atau licin serta mengkilap
e. Kayu yang masih segar berbau petai, yang lambat laun hilang jika kayunya
menjadi kering.
Kayu jeungjing mempunyai berat jenis rata-rata 0.33 dengan kisaran 0.24 – 0.49
sehingga termasuk kayu ringan, kelas kuat IV-V dan kelas awet IV-V.
Penyusutan kayu sampai kering tanur sebesar 2.5 persen dalam arah radial dan 5.2
persen dalam arah tangensial. Keawetan kayu jeungjing termasuk dalam kelas
sedang. Mempunyai nilai keteguhan belah sebesar 33.6 kg/cm dalam arah radial
2. Tusam
Tusam (Pinus merkusii Jungh) merupakan kayu ringan memiliki berat
jenis 0.59 sehingga dimasukkan dalam kelas kekuatan II-III dan keawetannya
sedang termasuk dalam kelas III-V, memiliki keteguhan belah sebesar 42.6 kg/cm
dalam arah tangensial. Kayu ini baik untuk digunakan sebagai bahan bangunan
dibawah atap dan umumnya digunakan untuk korek api. Memiliki serat kayu yang
panjang sehingga kayu yang masih muda baik untuk dijadikan bubur kayu untuk
kertas atau pulp.
Kayu Tusam banyak ditemukan di daerah Sumatera. Kayu ini tumbuh pada
ketinggian 500-2000 m dpl. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pionir, dapat
ditanam dengan baik di padang ilalang ataupun di belukar dan tahan akan
kekurangan zat asam. Pohonnya dapat mencapai tinggi 70 m dan diameter lebih
dari 100 cm, dengan batang bebas sekitar 70% dari tinggi pohon.
Ciri umum kayu Tusam adalah sebagai berikut :
a. Umumnya batang berbentuk bulat dan lurus kadang-kadang memilin.
b. Kulitnya berwarna cokelat tua agak kelabu, permukaan kulit kasar dan beralur
dalam.
c. Tekstur kayu halus, arah serat lurus, kesan raba permukaan licin.
d. Kayu yang mengandung damar terasa seperti berlemak.
e. Tebal pepagan pohon tua bisa mencapai 12 cm.
f. Daunnya berbentuk seperti jarum, tersusun dalam berkas-berkas yang
masing-masing terdiri atas dua daun.
g. Buahnya berbentuk kerucut yang terdiri atas sisik-sisik.
3. Agathis
Agathis ( Agathis loranthifolia) dikenal dengan nama umumnya damar
banyak ditemukan tersebar di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan
Tengah, Sulawesi, Maluku dan Irian. Pohon Agathis dapat tumbuh sampai
ketinggian sampai 65 m, dengan diameter batang mencapai 150 cm. Kayu agathis
memiliki berat jenis 0.47 dan berada dalam kelas kekuatan III. Tajuk berbentuk
kerucut dan berwarna hijau dengan percabangan mendatar melingkari batang.
bundar atau bulat telur. Pohon tidak berbanir, mengeluarkan damar yang lazim
disebut kopal. Memiliki nilai keteguhan belah sebesar 26.6 kg/cm.
Agathis memiliki ciri umum sebagai berikut :
a. Batangnya berbentuk silindris dan lurus.
b. Kayunya berwarna putih kadang agak kekuning-kuningan, tidak berpori.
c. Permukaan kulitnya berbintik-bintik cokelat pada bidang radial.
d. Tekstur kayu halus dan merata.
e. Memiliki arah serat lurus kadang terpilin.
E. Paku sebagai alat sambung
Sambungan merupakan titik terlemah dalam suatu konstruksi. Jika
kekuatan kayu tanpa sambungan dianggap sama dengan 100 % maka penggunaan
alat sambung berikut ini dalam suatu sambungan kayu mengakibatkan (Yap,
1984) :
a. 30 % apabila menggunakan alat sambung baut
b. 50% apabila menggunakan alat sambung paku
c. 60% apabila menggunakan alat sambung pasak
d. 100% apabila menggunakan alat sambung berupa perekat
Dalam Wirjomartono (1977), alat sambung yang digunakan dalam konstruksi
kayu dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu :
a. Paku, baut, dan sekrup
b. Pasak-pasak kayu keras
c. Alat-alat sambung modern (kokot, bulldog, cincin belah, dan lain-lain)
d. Perekat
Fungsi alat sambung adalah penyambung dan penghantar gaya yang
bekerja pada satu bagian ke bagian lain dari sambungan. Satu bagian ke bagian
lain tersebut masing-masing merupakan satu kesatuan
Paku adalah alat sambung mekanik yang paling umum dan familiar
digunakan masyarakat. Paku sering digunakan untuk alat sambung pada
konstruksi bangunan kuda-kuda. Walaupun daya dukungnya kecil ternyata
Kekuatan paku tergantung pada bahan penyusunnya (besi, baja, seng atau
alumunium). Menurut Witjomartono (1977), paku biasanya dibuat dari baja
Thomas yang mempunyai kokoh desak maksimum 600-800 kg/cm2 dan tegangan
lentur maksimum 8000-12000 kg/cm2. Walaupun sambungan paku merupakan
tipe sambungan yang paling mudah, tetapi tidak semua kayu dapat dengan mudah
untuk dipaku. Pembelahan dan pembengkokan paku bisa diminimumkan dengan
menggunakan jarak spasi minimum atau perlakuan awal yaitu dilakukan
pengeboran lubang paku terlebih dahulu dengan catatan besar lubang tidak boleh
melebihi diameter paku yang akan digunakan.
F. Desain Kemasan
Menurut Renggo (1990), perancangan kemasan untuk transportasi dan
distribusi diutamakan pada penentuan dimensi pengemas yang dinyatakan dalam
ketiga macam dimensi. Ketiga macam dimensi tersebut adalah dimensi dalam
(inner dimension), dimensi pola (pattern dimension), dan dimensi luar (outer
dimension).
1. Dimensi Kemasan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan dimensi kemasan ,
faktor tersebut antara lain:
a.Susunan buah dalam kemasan
Pola susunan buah dalam kemasan menentukan dimensi dalam kemasan.
Menurut Peleg (1985) terdapat dua model penyusunan buah dalam kemasan yaitu
kemasan acak (jumble pack) dan kemasan terpola (placed pack). Kemasan acak
digunakan untuk pengemasan buah-buahan bernilai ekonomi rendah sedangkan
kemasan terpola digunakan untuk buah-buahan bernilai ekonomi tinggi, biasanya
untuk keperluan ekspor.
Kemasan terpola terdiri dari tiga macam pola penyusunan teratur untuk
buah-buahan yang biasa dikemas menggunakan kemasan berbentuk persegi atau
persegi panjang. Ketiga macam pola penyusunan tersebut adalah :
1. Pattern pack region I, dengan 1.46b ≥Δx ≥ 0.82a, 0 ≤Δy ≤ 0.82b dan 1.46b ≥ Δz ≥ 0.82a.
3. Pattern pack FCC (Face Cubic Center), dengan Δz = Δy = 0.82b dan Δx = 0.82a.
b.Standar berat tiap kemasan
Standar berat ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akan
digunakan pada pengangkutan dan distribusi. Ada dua sistem penanganan yaitu
penanganan berdasarkan kemampuan manusia dengan berat antara 15 kg sampai
25 kg dan kemampuan penanganan dengan kemampuan mesin dengan berat antara
200 kg sampai 500 kg (Peleg, 1985).
c.Susunan kemasan dalam ruang angkut
Penentuan dimensi kemasan distribusi harus memperhatikan efisiensi
pemakaian ruang angkut. Efisiensi pemakaian ruang angkut selain ditentukan oleh
dimensi kemasan juga dipengaruhi oleh pola penyusunan kemasan dalam ruang
angkut (Peleg, 1985). Pola penyusunan kemasan dalam ruang angkut yang paling
mudah dan banyak digunakan adalah row pattern, trivial pattern dan peripheral
pattern.
2. Tipe Kemasan
Selain bahan kemasan dan dimensi kemasan, tipe kemasan juga
mempengaruhi kekuatan kemasan baik pada kemasan kayu maupun pada kemasan
karton gelombang. Pada kemasan kayu tipe kemasan dilihat dari pemasangan
batten atau pengikat papan, bisa disebut juga sebagai rangka yang berfungsi sebagai penguat konstruksi kemasan kayu. Tipe kemasan kayu memiliki berbagai
Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) 1. Batten-free wooden box
2. End vertical batten wooden box
Gambar 3. Tipe-tipe kemasan peti kayu (JSA, 1994) (lanjutan).
3. Ventilasi
Menurut Pantastico (1975), buah-buahan terbagi menjadi dua berdasarkan
jenis respirasinya, yaitu buah klimakterik dan non klimaterik. Buah klimakterik
merupakan buah-buahan yang terus melakukan respirasi, sedangkan buah non
klimakterik merupakan buah yang berhenti melakukan proses respirasi bila telah
matang. Dalam desain kemasan perlu diperhatikan ventilasi yang baik agar produk 4. Inside batten wooden box
yang dikemas terutama produk hortikultura yang memiliki sifat klimakterik
mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
Desain ventilasi juga harus memperhatikan letak atau posisi ventilasi serta
luasan ventilasi agar tercapai kekuatan kemasan yang optimal. Menurut hasil
penelitian Aspihani (2006), Semakin besar luasan ventilasi yang diberikan kepada
peti karton maka semakin kecil compression strength peti karton tersebut. Sama
halnya dengan peti karton, ventilasi pada peti kayu pun dapat mengurangi
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Peneletian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus 2006 berlokasi
di Laboratorium Sistem dan Manajemen Mekanisasi Pertanian Departemen Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian , Institut Pertanian Bogor.
B. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data sekunder hasil penelitian Afriansyah (2005), Kuntadi (2005), Dwipuspa
(2006) dan Aspihani (2006).
b. Program PDS II
Alat-alat yang digunakan :
Komputer dengan procesor Pentium® 4 (1.7 GHz) dan menggunakan software
Visual Basic 6.0.
C. Metode Penelitian
Desain dan pemilihan kemasan memiliki beberapa faktor yang terkait
yaitu dimensi kemasan dan berat kemasan, sedangkan faktor-faktor yang terkait
dalam sistem distribusi adalah standar berat kemasan, sistem penanganan palet,
sistem pengangkutan dan kondisi lingkungan. Pemilihan kemasan didasarkan
pada compression strength kemasan yang mampu menyangga compression force yang terjadi dalam proses distribusi komoditas dengan biaya material/bahan yang
paling murah Faktor-faktor yang terkait dengan bahan kemasan adalah tipe
kemasan dan compression strength. Tipe kemasan yang digunakan dibatasi hanya
tiga tipe, yaitu tipe “end vertical batten wooden box”, tipe “end horizontal batten
wooden box”, dan tipe “butt-joint full cleat wooden box”.
Pemilihan kemasan didasarkan pada kemampuan bahan kemasan untuk
menahan beban tekan yang terjadi dalam proses distribusi suatu produk.
Hubungan berbagai faktor dalam proses perancangan dan pemilihan bahan
1. Pembangunan Program Komputer (software)
Pembangunan program untuk perancangan kemasan distribusi
menggunakan software pendukung Visual Basic 6.0. Program ini merupakan
pengembangan dari program PSD I(Packaging Design System I) yang dibuat oleh
Darmawati (1994) dan PSD II yang dibangun oleh Afriansyah (2005) dan Kuntadi
(2005). Diagram alir program dapat dilihat pada Gambar 5. Tahapan yang
dilakukan dalam pembangunan program adalah :
a. Penggabungan program PDS IIa dan PDS IIb
PDS IIa adalah program pemilihan kemasan karton gelombang untuk
komoditas berdimensi elipsoidal, sedang PDS IIb adalah program pemilihan
kemasan kayu untuk komoditas berdimensi bola (spheroidal). Pengabungan
dilakukan dengan penambahan program pemilihan kemasan karton gelombang
untuk komoditas berdimensi spheroidal dan program pemilihan kemasan kayu
untuk komoditas berdimensi elipsoidal. Dengan penggabungan dan penambahan
ini maka pengguna dapat memilih dua jenis bahan kemasan dan dua bentuk
dimensi komoditas sesuai dengan kebutuhan dalam satu program.
b. Perbaikan dan penambahan model perhitungan kekuatan kemasan.
Pada PDS II, perhitungan kemasan didasarkan pada perhitungan teoritis.
Hasil telaah pustaka menginformasikan bahwa kekuatan kemasan sangat
dipengaruhi oleh konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi ventilasi.
Berdasarkan kajian tersebut maka pada bagian sub program yang berfungsi
menghitung kekuatan kemasan akan ditambahkan model-model hasil penelitian
yang memasukkan faktor konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi
ventilasi terhadap kekuatan kemasan.
c. Penambahan model optimasi pemilihan kemasan
Pada PDS II, pemilihan kemasan hanya menggunakan satu parameter saja,
yaitu compression strength dan compression force dimana kemasan yang dipilih
mempunyai kekuatan yang mampu menahan gaya yang akan terjadi dalam proses
transportasi. Pengaruh konstruksi, cara penyambungan, luasan dan posisi
dari kerusakan, oleh karenanya pada PDS II perlu ditambahkan sub program yang
bertugas melakukan simulasi pemilihan kemasan dengan memperhatikan
konstruksi (tipe) dan ventilasi.
Gambar 5. Diagram alir program. Data produk (berat,
dimensi)
Syarat maks. dan min. (panjang, lebar dan tinggi)
Jumlah buah dalam kemasan
Pola susunan buah dalam kemasan
Dimensi dalam (panjang, lebar, tinggi)
Dimensi dalam sesuai persyaratan A
MULAI
Y T
Gambar 5. Diagram alir program (lanjutan).
2. Perancangan Kemasan
Pada program ini terdapat parameter dan asumsi dasar untuk perhitungan
nilai kekuatan dari kemasan. Ukuran kemasan terbatas pada standar ukuran yang
umum digunakan. Asumsi dasar terletak pada nilai kecepatan pada masing-masing
kelas jalan, frekuensi pada kelas jalan dan amplitudo pada masing-masing kelas
jalan.
Parameter yang dihitung oleh program adalah dimensi dalam kemasan,
dimensi luar kemasan, pola susunan buah dalam kemasan, nilai compression
force, nilai compression strength dan susunan kemasan serta efisensi kemasan
dalam ruang angkut.
Tahapan yang dilakukan dalam perancangan kemasan sebagai berikut :
a. Menentukan jumlah buah dalam kemasan
Dari data dimensi, berat individu buah dan berat standar yang diinginkan
dalam satu kotak kemasan dihitung jumlah buah dalam kemasan dengan
persamaan sebagai berikut:
N = Berat standar tiap kemasan/ berat individu buah ... (1)
b. Menentukan nilai faktor koreksi
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Dwipuspa (2006) dan
Aspihani (2006), dijelaskan bahwa kekuatan kemasan dapat mengalami beberapa
perubahan akibat perubahan desain kemasan baik dari segi konstruksi maupun
ventilasi. Dari perubahan tersebut dapat diketahui bilangan yang dapat dijadikan
sebagai faktor koreksi untuk menghitung kekuatan kemasan.
Faktor koreksi ini didapat dengan melakukan perbandingan antara nilai
compression strength dari kemasan tanpa ventilasi dengan kemasan yang dilengkapi dengan ventilasi dengan tipe yang sama. Hal ini berlaku juga untuk
tipe sambungan paku pada kemasan kayu. Pada kemasan karton faktor koreksi
didapatkan dengan membandingkan hasil teoritis dengan hasil uji. Data faktor
koreksi dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Pada kemasan kayu perhitungan faktor koreksi menggunakan nilai
compression strength teoritis awal sebesar 3940.47 kgf sebagai patokan atau
perlakuan lain. Untuk menghitung nilai faktor koreksi nilai compression strength
akhir debagi dengan nilai compression strength awal. Pada perhitungan nilai
faktor koreksi Dwipuspa (2006) menggunakan kemasan tipe III sebagai patokan
awal sehingga untuk menghitung nilai faktor koreksi akibat penambahan ventilasi
nilai compression strength yang dipakai sebagai pembagi adalah sebesar 2327.5
kgf.
Tabel 2. Nilai faktor koreksi terhadap penambahan ventilasi pada kemasan karton gelombang.
No. Perlakuan Varian Faktor koreksi
1 Tipe Kemasan RSC 1
FTC 1.85
2
Jenis Ventilasi Persentase luasan ventilasi
Oblong ventilation
1% 0.8399 3% 0.7011 5% 0.6982
Posisi ventilasi Samping 1
Atas 0.96
Circle ventilation
1% 0.9255 2% 0.8317 3% 0.7277 Keterangan : Posisi ventilasi hanya ada pada ventilasi jenis oblong
Tabel 3. Nilai faktor koreksi terhadap tipe kemasan, penambahan ventilasi pada kemasan dan tipe sambungan pada kemasan kayu.
No. Perlakuan Varian Faktor
Koreksi
c. Menentukan dimensi dalam kemasan
Jumlah buah dalam kotak kemasan digunakan untuk menghitung dimensi
dalam kemasan dengan persamaan sebagai berikut : Panjang = 2a + (KA – 1)(0.5Δx + a)
Lebar = 2b + (KB – 1)(0.5Δy + b) ... (2)
Tinggi = 2b + (KC – 1)(0.5Δz + b)
Untuk symmetric layer, nilai KA, KB, KC adalah :
N = (KA x KB x KC)/2 ... (3) Variabel a dan b adalah ukuran dimensi buah, sedangkan Δx, Δy, Δz adalah jarak antar buah pada dimensi panjang, lebar dan tinggi.
d. Menentukan Compression strength
Pada setiap kemasan baik dari jenis kayu dan karton gelombang
masing-masing memiliki kekuatan yang berbeda tergantung dari jenis bahan, tipe kemasan
dimensi dan penambahan ventilasi. Nilai Compression strength dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
Pada kemasan kayu Pm adalah nilai keteguhan belah yang memiliki satuan kgf/cm
namun pada kemasan karton gelombang Pm adalah kekuatan sudut tergantung
dari tipe flute. Karena kemasan yang akan disimulasikan meliputi penambahan
ventilasi dan tipe kemasan maka terdapat faktor koreksi yang mempengaruhi nilai
compression strength teoritis, sehingga persamaannya menjadi :
Preal= P×Fk ... (6) Fk = Faktor koreksi (Tabel 2 dan Tabel 3)
e. Menentukan pola susunan kemasan pada palet
Pada sistem distribusi yang menggunakan palet, maka dimensi kemasan
disesuaikan dengan dimensi palet. Pola susunan dipilih berdasarkan dimensi luar
susunan kemasan pada palet yang dipilih adalah pola baris, pola trivial, dan pola
pheriperal.
f. Menentukan Compression Force
Tinggi penyusunan kemasan pada ruang angkut akan memberikan tekanan
pada kemasan yang ada disusunan terbawah. Selain karena gaya tekan yang
berasal dari tinggi susunan kemasan, juga diperhitungkan kondisi yang
diperkirakan terjadi pada proses distribusi. Faktor tersebut dinyatakan sebagai
faktor keamanan sehingga untuk menghitung compression force digunakan
persamaan :
CF = Compression force (kgf)
M = berat kotor per kemasan (kg)
n = jumlah susunan kemasan
Fk = faktor keamanan
W = berat kemasan (kg)
t = waktu tempuh (s)
s = jarak tempuh (km)
v = kecepatan (km/jam)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Program Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan 1. Desain Program
Program simulasi komputer merupakan pengembangan dari program
simulasi sebelumnya yaitu Packaging Design System I dan Packaging Design
System II yang kemudian diberi nama Packaging Design System II (PDS III). PDS III dibuat dengan menggunakan bahasa program Visual Basic 6.0, yang terdiri
dari dua form utama yaitu form input dan form output. Form input merupakan
form isian data-data yang diperlukan untuk penentuan dimensi kemasan terpilih.
Form output merupakan form hasil keluaran yang berupa tampilan-tampilan
seperti gambar desain kemasan, susunan buah dalam kemasan dan susunan
kemasan dalam ruang pengangkutan atau ruang penyimpanan serta informasi yang
diperlukan oleh pengguna untuk memudahkan dalam melakukan perancangan
kemasan.
Desain program yang interaktif dan user friendly menjadikan program
PDS III mudah untuk digunakan. Sasaran utama pengguna program ini adalah
produsen kemasan atau desainer kemasan. Selain produsen kemasan, petani pun
dapat menjalankan program ini dengan mudah. Pada program ini terdapat pilihan
dan bantuan gambar agar dapat memudahkan pengguna dalam menjalankan fungsi
program ini.
Terdapat beberapa perubahan pada proses perhitungan Program PDS III
yang mengakibatkan perbedaan hasil keluaran. Perubahan tersebut adalah
perubahan nilai batasan pada iterasi awal yang menentukan dimensi dalam dan
penambahan faktor koreksi yang mengakibatkan iterasi pada perhitungan kemasan
pun berbeda dengan PDS II. Perbedaan proses perhitungan mengakibatkan
perbedaan pada nilai output. Untuk mengetahui perbedaan tersebut maka
dimasukkan nilai input yang sama seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5. Hasil
Tabel 4. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk kemasan kayu dengan komoditas spheroidal.
Input Berat buah (gr) 101 Diameter buah (mm) 63
Kelas jalan Jalan berbatu (aspal) Berat per kemasan (kg) 16
Jarak tempuh (km) 100 Panjang bak truk (mm) 3000 Lebar bak truk (mm) 1750 Tinggi bak truk (mm) 2000
Tabel 5. Input pada program PDS II yang dimasukkan ke dalam PDS III untuk kemasan karton dengan komoditas elipsoidal.
Input
Berat buah (gr) 119.69 Diameter major (mm) 71.91 Diameter minor (mm) 54.3 Berat per kemasan (kg) 9
kelas jalan Jalan berbatu (aspal) jarak tempuh (km) 85
Ventilasi (%) 0% Panjang bak truk (mm) 3000
Lebar bak truk (mm) 1750 Tinggi bak truk (mm) 1000
Tabel 6. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan kayu dengan komoditas spheroidal.
Jenis kayu Jeungjing Agathis
Compression strength (kgf) 96958.34 383
jumlah lapisan buah 5 4
jumlah buah 157 160
Tipe Susunan kemasan Row pattern Row pattern
Effisiensi (%) 87.09 91
jumlah susunan 33 25
tinggi susunan 8 9
Tabel 7. Perbandingan nilai output antara PDS II dan PDS III untuk kemasan
Compression strength (kgf) 205.05 106
jumlah lapisan buah 5 2
jumlah buah 75 77
Tipe Susunan kemasan Row pattern Peripheral pattern
Effisiensi (%) 89.02 86
jumlah susunan 66 22
tinggi susunan 3 8
Compression force (kgf) 45.75 105
Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan yang sangat mencolok terlihat
pada nilai kekuatan kemasan. Pada kemasan kayu nilai yang sama hanya terdapat
pada tipe susunan kemasan yaitu menghasilkan tipe susunan Row Pattern. Jumlah
buah yang dihasilkan oleh kedua program memiliki selisih tiga untuk kemasan
kayu dan dua buah untuk kemasan karton.
Penambahan beberapa faktor terhadap kemasan seperti pada tipe kemasan
dan ventilasi kemasan mengakibatkan nilai kekuatan kemasan berkurang sesuai
dengan faktor koreksi. Selain itu pendekatan dengan mengganti nilai Pm dengan
keteguhan belah mengakibatkan nilai kekuatan kemasan pada PDS II berbeda
dengan PDS III.
Perbedaan nilai kekuatan terjadi juga karena batasan pada proses iterasi
untuk menghitung dimensi dalam kemasan program PDS III berbeda dengan PDS
II. Pada PDS II batasan yang digunakan adalah L < P , L ≥ 0.5P dan T ≤ P,
sehingga dimensi kemasan dalam yang terpilih oleh batasan tersebut lebih sedikit
a. Form input
Form input terdiri dari tiga buah form yaitu form pilihan jenis kemasan
dan bentuk komoditas, form data komoditas, transportasi serta kemasan dan form
isian data dimensi alat transportasi atau ruang penyimpanan. Sebelum mengisi
ketiga buah form tersebut, pengguna akan disuguhkan form start up atau form
judul program yang berisi tentang judul program serta pengembang dari program
PDS III. Tampilan form judul dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Form start up (judul) program PDS III.
a.1.Form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas
Dalam form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas, bentuk
komoditas yang dapat dipilih ada dua yaitu bentuk bola dan elipsoidal, sedangkan
jenis kemasan terdiri dari karton gelombang dan kayu. Dalam program PDS III ini
pengguna dapat memilih bentuk buah dan jenis kemasan yang diinginkan secara
simultan, artinya pengguna dapat memilih kombinasi dari kedua pasang pilihan
tersebut.
Alasan dipilihnya bentuk buah yaitu bola dan elipsoidal karena bentuk ini
Kemasan karton gelombang umumnya merupakan kemasan yang
digunakan untuk pasar insitusi dan luar negeri karena kemasan karton gelombang
terlihat lebih mewah dan lebih mudah dalam pemberian label. Kemasan kayu
masih digunakan karena kekuatannya terhadap perlakuan-perlakuan kasar dan
harganya relatif lebih murah, umumnya digunakan untuk pasar-pasar lokal
(tradisional). Form pilihan jenis kemasan dan bentuk komoditas dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Form pilihan bentuk komoditas dan jenis kemasan
a.2.Form data komoditas, transportasi serta kemasan
Ketika pengguna telah menentukan pilihan bentuk komoditas dan jenis
kemasan, maka akan ditampilkan form isian data ukuran dan berat individu
komoditas yang ingin dikemas. Isian data transportasi dibutuhkan untuk
memperkirakan nilai compression force yang akan terjadi dalam transportasi.
Dalam form input isian data ini terdapat empat form yang berbeda, masing masing
untuk komoditas bola dengan kemasan karton gelombang, komoditas bentuk bola
dengan kemasan kayu, komoditas elips dengan kemasan karton gelombang dan
komoditas bentuk elipsoidal dengan kemasan kayu.
Alasan membuat form yang berbeda untuk masing-masing jenis kemasan
dan bentuk komoditas adalah data isian yang dibutuhkan untuk masing-masing
data ukuran diameter buah dan jenis ventilasi. Pada bentuk komoditas bola data
diameter buah yang dibutuhkan hanya satu (diameter tunggal) sedangkan pada
bentuk komoditas elipsoidal terdapat dua data diameter buah yang dibutuhkan
yaitu diameter major dan minor. Pada jenis kemasan kayu data ventilasi hanya
terdapat pilihan luasan ventilasi, sedangkan pada kemasan karton gelombang
terdapat pilihan jenis ventilasi dan luasan ventilsai. Perbedaan perhitungan nilai
compression force dengan variabel yang berbeda juga merupakan alasan membedakan form-form tersebut. Dalam form isian tersebut terdapat empat
kelompok isian yaitu data komoditas, data kemasan, kondisi transportasi dan
ventilasi.
Data komoditas terdiri dari berat individu buah dalam gram dan diameter
buah dalam milimeter, pada bentuk elipsoidal dimeter buah terdiri dari diameter
major dan minor. Data kemasan terdiri dari berat isi kemasan dalam kilogram dan
tinggi susunan atau tumpukan. Kondisi transportasi terdiri dari kelas jalan dan
jarak tempuh dalam km, dan data ventilasi adalah isian dalam bentuk option
button atau pilihan prosentase ventilasi per luasan kemasan. Bentuk form data
isian dapat dilihat pada Gambar 8.
(a)
(b)
Gambar 8. Tampilan form isian data; a. Form isian untuk jenis kemasan kayu, b. Form isian untuk jenis kemasan karton gelombang (lanjutan).
Tinggi susunan dipilih sebagai data masukkan merujuk pada kondisi
penyusunan pada truk angkut dan penyusunan pada gudang penyimpanan, satuan
data tersebut adalah meter. Tinggi susunan tersebut akan berpengaruh pada nilai
compression force. Kelas jalan pada kondisi transportasi disajikan dalam bentuk combo box, yang terdiri dari tiga kelas jalan yaitu jalan dalam kota, jalan luar kota
dan jalan berbatu (aspal). Kelas jalan menggambarkan kondisi jalan pada saat
transportasi. Masing-masing kelas jalan memiliki nilai frekuensi, kecepatan dan
amplitudo yang berbeda, nilai tersebut berdasarkan penelitian dari Lembaga Uji
Konstruksi (1986). Selain itu data yang harus diisi adalah jarak tempuh, sebagai
nilai untuk menghitung Fdinamis yang selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung compression force.
Ventilasi pada kemasan karton gelombang terdiri atas dua tipe pilihan