• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERMAINAN ANAK PRASEKOLAH BERDASARKAN GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERMAINAN ANAK PRASEKOLAH BERDASARKAN GENDER"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PERMAINAN ANAK PRASEKOLAH

BERDASARKAN GENDER

Oleh: AFID IRLIA ANDANI ( 02810320 ) Psychology

Dibuat: 2008-04-11 , dengan 3 file(s).

Keywords: Persepsi, Permainan, Prasekolah, Gender

Melalui pengamatan peneliti kegiatan bermain pada anak perempuan dan laki-laki didapatkan bahwa cara bermain mereka menunjukkan perbedaan. Sementara ahli berpendapat bahwa perbedaan tersebut telah dibawa sejak lahir, dengan perkataan lain mereka telah ditentukan secara genetik. Sementara ahli lain mengatakan bahwa perbedaan tersebut disebabkan karena pengasuhan yang berbeda sejak anak dilahirkan. Hal-hal tersebut di atas yang dapat menjelaskan mengapa mereka kemudian bermain secara berbeda. Dari cara orang tua mengasuh dan menuntut mereka masing-masing maka tidak mengherankan bahwa tingkah laku mereka dalam bermain akan sama atau berbeda.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengkaji lebih dalam persepsi orang tua tentang permainan anak prasekolah berdasarkan gender. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan tenik accidental sampling sedang instrument yang digunakan adalah angket dan survei yang disebar langsung pada subyek penelitian. Subyek yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 35 orang dengan kriteria orang tua yang memiliki anak usia 2-5 tahun dan bertempat tinggal di wilayah kelurahan Tlogomas Malang. Aspek yang diungkap berdasarkan jenis-jenis permainan anak antara lain: Permainan pura-pura, permainan fisik/gerak, permainan konstruktif, permainan eksploratif, permainan koleksi, permainan hiburan, permainan tradisional, dan permainan meja. Dari hasil data penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan para orang tua mempunyai persepsi bahwa permainan tertentu itu cocok atau lebih sesuai untuk anak laki-laki atau lebih sesuai untuk anak perempuan, dan bisa juga cocok atau sesuai untuk anak laki-laki dan perempuan. Orang tua mempersepsi bahwa permainan anak laki-laki lebih cenderung pada permainan fisik dan

petualangan sedangkan untuk anak perempuan lebih cenderung pada permainan yang bersifat tenang dan tidak terlalu banyak tantangan. Para orang tua cenderung mempersepsi permainan yang lebih sesuai untuk anak laki-laki yaitu perang-perangan, perjalanan, memanjat pohon, bersepeda, sepak bola, bermain di sawah dan sungai, koleksi mobil-mobilan dan robot-robotan, bermain yoyo dan bermain kartu AS. Sedangkan permainan yang lebih sesuai untuk anak perempuan yaitu pasar-pasaran, merawat bayi, menari, bermain lompat tali, koleksi boneka, bekelan dan bermain dakon. Dan permainan yang sesuai untuk anak laki-laki dan perempuan yaitu sekolah-sekolahan, keluarga-keluargaan, dokter-dokteran, menyusun puzzle dan balok, membuat benda dari kertas, pasir, kayu, malam, dan tanah liat, koleksi uang-uangan, menonton TV dan VCD, mendengarkan radio, mendengar cerita, petak umpet, monopoli, dan ular tangga.

In line with writer’s observation, game activity of boys and girls are different in the way they are

playing. Some experts belived that the difference appeared since they born, in other words, they were pattern genetically. Others believed that this difference resulted from different nurture toward the kids. The fact above showed why they, boys and girls, play differently. Based on the way their parents take care and guide resulted in they play in the same or different ways. This

study purposed to observe deeply on parents’ perception of pre-school children games based on

(2)

technique. The research instruments were questionnaire and survey hand out to the research subject directly. The subject consisted of 35 person with being categorized those who have 2-5 years old children and lived in Tlogomas district, Malang. The aspects being observed related to children games were games of pretending, physical/movement, constructive, explorative,

collection, entertain, traditional and board. The result showed that the parents considered that certain games were appropriate or more to boys than girls or to girls and for both of them. Parent considered that boys games tended to more on physical and adventure games while games for girls were more on calm and less challenge. They believed that games for boys should be games of battle, journey, tree-climb, bike, soccer, playing in field and river, collecting car and robot toys, yo-yo and playing AS card. For girls, the games should be buyer-seller roles, take care baby, dance, rope jump, collecting dolls, game of jack and game played on bord. The games that

Referensi

Dokumen terkait

Jika dalam hasil penelitian menunjukkan mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki orientasi internal locus of control, namun dalam lingkungan mereka tinggal teman menjadi salah

Sri Walny Rahayu, Indigenous Institutions and the Local Wisdom Values in Indonesia as one of the Prevention Strategies of the Child Trafficking in the AEC ,

5 IAIN Imam Bonjol 1 Ilmu Peerpustakaan Dan informasi islam S1. 2

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial untuk Mengembangkan Rasa Percaya Diri Peserta Didik Tunagrahita di SLB C Aditya Grahita Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pada aktivitas “ View data rumah kost ” adalah aktivitas yang dilakukan oleh semua User baik itu member mahasiswa ataupun pengunjung biasa yang ingin melakukan pencarian rumah

Karena pada umumnya masyarakat kalangan bawah hanya bisa menikmati bangku sekolah sampai Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tak bisa dipungkiri,

- Hitunglah daya yang ditransmisikan oleh belt, jika puli yang berdiameter besar berputar dengan kecepatan 200 rpm dan tegangan maksimum yang diizinkan pada sabuk adalah 1

Selain pengaruh kualitas kehidupan kerja, pengaruh lingkungan kerja yang ditinjau dari fasilitas kantor, hubungan antara karyawan dengan pimpinan perusahaan,