SEMIOTIKA VISUAL LOGO IM3
VERSI “MU24H ITU IM3”
DK 38315 / Skripsi Semeter II 2010/2011
Oleh :
Eka Suci Andriani
NIM : 51907170
Program Studi
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAK
Logo provider IM3 versi MU24H ITU IM3 mengiming-imingi para remaja yang biasa menggunakan IM3 segala kemudahan dan kemurahan dalam menggunakan produk IM3. Produk IM3 ini memang berbasiskan kepada target utama mereka, yaitu para remaja yang masih memiliki pengeluaran yang dibatasi. Mulai dari penggunaan warna yang menggambarkan kepribadian para remaja, hingga kepada tipografi yang juga sering mereka gunakan. Yang paling utama dalam menggambarkan bahwa produk ini ditujukan pada para remaja adalah gaya penulisan yang digunakan. Dimana sebuah angka dibuat menjadi huruf, yang belakangan ini marak digunakan oleh remaja yang menyebut diri mereka sebagai komunitas anak gaul
ataupun „alay‟.
Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika visual, khususnya semantik, dengan menganalisa makna atau definisi serta unsur-unsur visual pada logo IM3 versi MU24H ITU IM3. Unsur-unsur visual yang dimaksudkan adalah warna, bentuk, dan tipografi. Sedangkan, makna atau definisi yang dimaksudkan adalah makna konotasi (yang bukan sebenarnya) dan makna denotasi (yang sebenarnya).
Hasil penelitian ini adalah bahwa logo IM3 pada produknya “MU24H”,
memiliki warna berdominan hijau dengan beberapa sentuhan warna kuning yang juga terletak pada logo induk Indosat itu sendiri. Sebagai bentuk dasar pun, IM3 memakai bentuk lingkaran serta tipografi yang berupa sans serif, atau huruf tanpa kait.
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahuwataala,
akhirnya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi mengenai “Semiotika
Visual Logo IM3 Versi MU24H ITU IM3”. Penulisan skripsi ini terutama
dimaksudkan untuk melengkapi tugas akhir yang menjadi prasyarat untuk
kelulusan.
Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari alpa dan khilaf, tentunya
dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, baik yang dibuat
secara sadar maupun tidak sadar. Namun demikian, dengan
kekurangan-kekurangan tersebut memberikan suatu dorongan kepada penulis, untuk
mempelajari ilmu bahasa visual serta tipografi secara lebih lagi.
Selama dalam proses penelitian, penulis tidak lepas dari kesulitan dan
hambatan, tetapi dengan bimbingan, bantuan, serta motivasi yang terus
diberikan dari berbagai pihak terutama dengan izin Allah SWT, kesulitan
tersebut dapat penulis atasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Wanda Listiani selaku pembimbing yang telah dengan sangat bijak
mampu membimbing penulis sampai sekarang ini.
2. Budhi Chris Wijaya, selaku teman penulis yang selama ini selalu
membantu penulis dalam mengumpulkan informasi-informasi yang
Ucapan rasa terima kasih yang terakhir, tanpa mengecilkan makna dan
artinya, penulis sampaikan kepada yang tercinta Ayah dan Ibu, serta adik-adik
yang dengan senantiasa selalu memberikan pengertian, juga telah
membangun pribadi penulis dan tidak henti-hentinya memberi semangat dan
dorongan bagi kemajuan penulis selama pengerjaan laporan ini.
Semoga Allah SWT berkenan menerima amal baik semua pihak yang
telah membantu, serta membalas jasa dan budi baik mereka dengan imbalan
yang berlipat ganda. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan bagi yang memerlukan umumnya.
Bandung, 11 Juli 2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di
dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan
di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun
komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung
memperkaya kosa kata bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk
budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk bahasa Indonesia,
sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung
pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.
Namun, jika dilihat dalam sisi yang negatif, era globalisasi menjadi ajang
dimana maraknya penggunaan bahasa gaul, terlebih lagi bahasa alay, yang
belakangan ini beredar di kalangan masyarakat Indonesia, membuat para kaum
muda seolah melupakan bagaimana susunan bahasa Indonesia yang
sebenarnya. Mereka lebih sering menggunakan “gue” dan “elo” daripada “aku”
Bahkan M. Purna Dewansyah Saputra pun menjelaskan dalam sebuah artikel
yang ia tulis di NetSains, bahwa masih banyak orang Indonesia yang melafalkan
kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Contohnya adalah antara TV
dan TVRI. Dalam pengucapannya, kebanyakan orang mengucapkannya dengan
gaya pelafalan ejaan bahasa Inggris. TV (baca: tivi) mengapa tidak
melafalkannya „teve‟? Bukankah dalam bahasa Indonesia fonem t dibaca „te‟
dan fonem v dibaca „ve‟? Mungkin jika ingin membeli TV dan melafalkannya
dengan „teve‟ sudah pasti seseorang akan ditertawakan. Namun, ketika
melafalkan nama stasiun TV pemerintah „TVRI‟, masyarakat melafalkannya
dengan te-ve-er-i- bukan ti-vi-ar-ai-. Terlihat sebuah ketidak-seimbangan di sini.
Ada juga beberapa angka yang dialih-fungsikan menjadi sebuah huruf.
Seperti misalnya angka 4 yang dibaca sebagai huruf A jika dituliskan bersama
huruf-huruf lain seperti 4g4k, L4m4, dll. Beberapa orang bahkan menggunakan
tata cara penulisan seperti ini untuk berkomunikasi melalui Short Message
Service (SMS). Namun, yang biasanya menggunakan tata cara penulisan dan
bahasa semacam ini biasanya adalah kalangan anak-anak remaja. Dan ternyata,
kenyataan ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk meraup
sebuah keuntungan, seperti yang akan dibahas di sini adalah logo salah satu
produk provider selular IM3 dengan versi-nya “Murah 24 jam, MU24H itu IM3”.
Provider IM3 yang semenjak dulu memang menargetkan produknya untuk
kalangan remaja, memanfaatkan fenomena yang tengah berkembang di
lingkungan remaja yang satu ini dengan cukup unik. Mereka menggabungkan
kata “murah” dan “24 jam” hingga menjadi sebuah bentuk baru, satu kata,
sebagai murah. Singkat, padat, dan jelas, serta menarik dan mudah sekali untuk
diingat.
1.2. Identifikasi Masalah
Bentuk dari sebuah angka yang bisa diubah menjadi sebuah huruf, dalam
penelitian ini adalah mengenai penggunaan angka 24 pada logo produk IM3.
Dan juga mengenai penggunaan warna hijau dan kuning yang selalu menyertai
berbagai produk keluaran IM3 selama ini.
1.3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana bentuk logo pada iklan IM3 versi murah 24 jam
(MU24H).
b. Bagaimana makna denotasi dan makna konotasi yang ada pada
logo produk IM3 versi MU24H.
1.4. Batasan Masalah
Masalah dibatasi untuk membahas makna denotasi dan makna konotasi
pada logo paket murah 24 jam (MU24H) yang tetap ditargetkan untuk kalangan
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan untuk diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut ;
a. Mengetahui unsur visual yang dimiliki oleh logo IM3 versi murah 24
jam.
b. Mengetahui makna yang ada dibalik logo IM3 versi murah 24 jam.
1.6. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan di sini adalah metode semiotika,
khususnya semantik. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk menganalisa
data. Dimana pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisa induktif,
dimana proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi
lebih ditonjolkan, dengan ciri utama pendekatan ini adalah bentuk narasi yang
bersifat kreatif dan mendalam serta naturalistik.
Dalam kaitan ini Arief Furchan dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan (2007) menerangkan sebagai berikut:
“Metode kualitatif ialah proses penelitian yang
menghasilkan data deskriftif, ucapan atau tulisan atau perilaku yang dapat diamati dari orang-orang itu sendiri, pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan. Subyek penyelidikan baik berupa organisasi atau individu tidak mempersempit menjadi variable yang terpisah atau menjadi hipotesa melainkan dipandang
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif disebabkan
beberapa hal yang cukup penting antara lain karena penelitian ini ingin
mengungkap data dengan apa adanya sesuai dengan hasil temuan mengenai
bentuk visual dari logo produk MU24H yang dikeluarkan oleh IM3. Menurut
Jakobson yang dikutip Alex Sobur (2004), semiotika menekankan pada teori
tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya
enam faktor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem tanda),
pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan).
Dalam meneliti hal-hal yang bersifat teoritis, seperti
pengertian-pengertian, konsepsi-konsepsi, ketentuan-ketentuan yang biasanya akan ada
dalam sebuah iklan yang beredar ditengah masyarakat, lebih banyak dilakukan
dengan penelitian secara kepustakaan (Library research). Sedangkan penelitian
yang ditujukan kepada penerapan ketentuan, atau hasil dari penelitian secara
kepustakaan, serta aspek-aspek lainnya yang mungkin akan timbul, secara
praktiknya akan dilakukan dengan cara meneliti langsung iklan yang
dimaksudkan. Dalam hal ini adalah iklan provider IM3 versi “MU24H ITU M3”.
1.7. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diperoleh dari hasil penelitian ini adalah;
a) Peneliti jadi bisa mengetahui seperti apa bentuk sebuah logo iklan
b) Menambah pengetahuan mengenai makna denotasi dan makna
konotasi berkaitan dengan logo pada iklan-iklan produk.
1.8. Sistematika Penulisan
Untuk BAB 1 adalah bab pendahuluan bagi laporan, yang terdiri dari latar
belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Untuk BAB 2 adalah bab yang membahas mengenai landasan teori yang
terdiri dari teori bahasa secara umum, teori iklan, dan psikologi remaja.
Untuk BAB 3 sudah lebih terarah lagi kepada materi yang akan diteliti,
yaitu mengenai provider IM3 secara umum, dan iklan IM3 versi “MU24H ITU
IM3”.
Sementara pada BAB 4 akan mengulas mengenai hasil analisa yang
selama ini dilakukan berdasarkan kepada rumusan masalah yang dijelaskan
pada BAB 1.
Dan BAB 5 sendiri akan berisi mengenai kesimpulan yang dihasilkan
BAB II
UNSUR VISUAL DAN SEMIOTIKA
2.1. Desain Komunikasi Visual
Menurut Adi Kusrianto (2007), Desain Komunikasi Visual adalah suatu
disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta
ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan
gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa
bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta layout (tata
letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang
atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan.
2.1.1. Variabel Penyusun Unsur Visual
Unsur-unsur visual dalam desain grafis disusun dengan berbagai
kemungkinan efek penampilan yang bervariasi. Oleh karena itu, perlu kiranya
diperhatikan masalah variabel penyusunnya agar memudahkan pengontrolan
tampilannya bila diterapkan oleh suatu komposisi. Variabel penyusun
unsur-unsur visual meliputi kedudukan, arah, ukuran, jarak, bentuk, dan jumlah.
a) Kedudukan adalah masalah dimana suatu objek yang terbentuk oleh
b) Arah, memberikan pilihan mengenai ke arah mana suatu objek
dihadapkan dan bagaimana efeknya terhadap hubungan suatu objek
dengan objek lainnya.
c) Ukuran, menentukan kesan besar-kecilnya sesuai peranannya.
d) Jarak, bentuk dan jumlah berpengaruh terhadap kepadatan, bobot, dan
keluasaan ruang atau bidang dimana berbagai objek dihadirkan.
Penyusunan unsur-unsur visual agar memiliki daya tarik yang prima
memerlukan variasi. Namun, terlalu banyaknya jumlah variasi akan
menimbulkan kesan ruwet. Dengan demikian, perlu kiranya memperhatikan
masalah komposisi beserta prinsip-prinsip menuju arah harmonisasi.
2.1.2. Unsur Utama Dalam Penggambaran Sebuah Visual
1). Garis
Garis merupakan unsur pembentuk sebuah gambar. Garis memiliki
dimensi memanjang serta memiliki arah. Garis memiliki sifat-sifat, seperti
pendek, panjang, vertical, horizontal, lurus, lengkung, berombak,
putus-putus, bertekstur, dan sebagainya.
Menurut Adi Kusrianto (2007), goresan suatu garis memiliki arti /
kesan berikut:
Garis tegak: kuat, kokoh, tegas, dan hidup.
Garis lengkung: lemah, lembut, mengarah.
Garis patah: tegas, tajam, hati-hati, naik-turun.
Garis miring: sedang, menyudutkan.
Garis berombak: halus, lunak, berirama.
2). Warna
Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana
kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur
yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga
mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood, atau
semangat, dll.
Molly E. Holzschlag, seorang pakar tentang warna, dalam tulisannya
“Creating Color Scheme” yang dibahas kembali dalam buku “Pengantar
Desain Komunikasi Visual” membuat daftar mengenai kemampuan
masing-masing warna ketika memberikan respons secara psikologis
kepada permisanya sebagai berikut;
Warna Respons Psikologis yang mampu ditimbulkan
Merah Kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas,
bahaya.
Biru Kepercayaan, konservatif, keamanan, teknologi,
kebersihan, perintah.
Hijau Alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan,
pembaharuan.
Kuning Optimis, harapan, filosofi, ketidak-jujuran / kecurangan,
Ungu Spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak,
arogan.
Orange Energi, keseimbangan, kehangatan.
Coklat Bumi, dapat dipercaya, nyaman, bertahan.
Abu-abu Intelek, futuristic, modis, kesenduan, merusak.
Putih Kemurnian/suci, bersih, kecermatan, innocent (tanpa
dosa), steril, kematian.
Hitam Kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri,
ketakutan, ketidak-bahagiaan, keanggunan.
Tabel 1. Kekuatan Warna
Dalam seni rupa, warna merupakan unsur yang paling penting karena
warna bisa menjadi alat untuk berekspresi. Menurut teori Sir Isaac
Newton seperti yang dikutip dari website Sensational Color, Kate Smith,
(2011), disimpulkan bahwa apabila dilakukan perpecahan warna
spectrum dari sinar matahari, akan dihasilkan warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, dan ungu, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
mejikuhibiu. Brewster sendiri menyatakan bahwa warna pokok (primer)
adalah warna yang dapat berdiri sendiri dan bukan merupakan hasil
pencampuran dengan warna lain. Warna-warna tersebut terdiri dari warna
merah, kuning, dan biru. Dan warna yang merupakan hasil percampuran
antar warna itu sendiri disebut dengan sebuatan warna sekunder. Yaitu,
hijau, jingga, dan ungu. Sedangkan warna yang diperoleh
daripercampuran antara warna primer dan warna sekunder, disebut
sebagai warna tersier.
Adapun warna yang bisa diciptakan dalam media digital seperti
akan menemui warna-warna yang ada dalam dunia nyata, bisa juga
ditemukan berbagai nuansa warna yang jauh lebih luas lagi yang
berjumlah hingga jutaan. Tipe warna yang paling dikenal dalam dunia
komputer itu ada dua tipe, yaitu Additive Color (RGB) dan Substractive
Color (CMYK).
Warna Additive sendiri adalah warna yang dibuat dengan bersumber
pada sinar / cahaya. Seperti pada lampu yang biasanya mengeluarkan
warna putih, dan ketika ditambahkan dengan plastik berwarna merah,
maka warna pada cahaya yang dikeluarkan pun akan memberikan warna
merah seperti pada plastik yang membungkusnya. Pesawat televisi dan
komputer pun menggunakan sistem warna Additive yang sama-sama
difilter dengan komponen warna merah, hijau, dan biru (Red, Green,
Blue).
Warna Substractive sendiri pun secara umum bisa dikatakan sebagai
warna yang dapat dilihat mata karena adanya pantulan cahaya. Dengan
semikian, warna yang dilihat mata bukanlah merupakan sumber cahaya
yang dipancarkan oleh permukaan benda berwarna itu. Seperti pada
salah satu program komputer, CMYK adalah kependekan dari komponen
warna dasar Cyan (biru muda), Magenta (merah), Yellow (kuning), dan
Black (hitam). Warna-warna tersebut juga digunakan dalam proses
3). Tipografi
Teks merupakan bagian penting dalam sebuah desain grafis.
Tipografi sendiri adalah sebuah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang huruf cetak. Di dalam desain, Tipografi didefinisikan sebagai
suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf
cetak. Oleh karena itu, “menyusun” meliputi merancang bentuk huruf
cetak hingga merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk
memperoleh suatu efek tampilan yang dikehendaki.
Rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bukan saja bisa
berarti suatu makna yang mengacu kepada sebuah objek ataupun
sebuah gagasan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menyuarakan
suatu citra atau kesan secara visual. Lazlo Moholy dalam buku yang
dibuat oleh Sumio Hasegawa dan Shigeji Kobayashi (Japan's Trademarks
& Logotypes in Full Color. Part 2, 1985) berpendapat bahwa tipografi
merupakan alat komunikasi. Oleh karena itu, tipografi harus bisa
berkomunikasi dalam bentuknya yang paling kuat, jelas (clarity), dan
terbaca (legibility). Pengaruh teknologi digital pada intinya tidak
mengubah fungsi huruf sebagai perangkat komunikasi visual. Teknologi
komputer menyajikan spektrum dalam penyampaian pesan lewat huruf,
mencitrakan sebuah gaya yang memiliki korelasi dengan khalayak
tertentu, dimana desainer grafis memiliki kebebasan untuk menciptakan
visualisasi pesan dengan huruf, tidak hanya untuk dibaca, tetapi juga
a). Anatomi Huruf
Huruf terdiri dari bagian-bagian yang secara ilmiah memiliki
nama. Masing-masing bagian tersebut memiliki fungsi spesifik dalam
ilmu tipografi. Oleh karena itu, para ahli mengelompokkan jenis-jenis
desain huruf sesuai dengan ciri masing-masing bagian tersebut.
Perubahan ciri dibagian-bagian huruf menandai perkembangan
sejarah seni perancangan huruf dimana trend perkembangannya
dapat diikuti pada masing-masing periode sejak abad 17.
Tidak berbeda dengan seni lukis, seni mendesain huruf pun
mengenal karya-karya abadi serta pengaruh-pengaruh bentuk dari
karya-karya klasik. Hal itu menyangkut kemapanan desain huruf,
terlebih lagi untuk jenis huruf teks. Font-font merupakan versi baru
dari karya-karya klasik masih tidak tergusur oleh karya-karya baru.
Gambar 1. Variasi bentuk Roman dan Gothic. (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007).
Ada dua aspek dasar dalam anatomi huruf yang berkaitan
bentuk fisik huruf dan merupkan kode mengenai bagaimana huruf itu
dibentuk. Demikian juga dengan cara mengukurnya, baik secara
horizontal maupun secara vertikal. Aspek kedua menyangkut bentuk,
konstruksi, dan tampilan secara visual dari masing-masing huruf
secara individu.
1. Body
Menurut Adi Kusrianto (2007), ada 4 kelompok huruf sesuai
ciri-cirinya, yaitu:
Oldstyle
Huruf-huruf Oldstyle diciptakan dalam periode tahun 1470
ketika muncul huruf Venetian buatan seniman Venice, Aldin
ciptaan Aldus Manutius dari Itali, dan Caslon di Jerman. Periode
periode transisi berupa karya John Baskerville yang
menjembatani periode berikutnya.
Contoh huruf Oldstyle :
Oldstyle
Beberapa font yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok
Oldstyle adalah Bembo, Bauer Text, CG Cloister, ITC Usherwood,
Claren-don, Garamond, Goudy Oldstyle, Palatino (Palmspring),
dll.
Modern
Dimulai pada abad ke-18 ketika Giambastita Bodoni
menciptakan karya-karyanya yang dikenal sebagai font Bodoni
(dengan anggota keluarganya yang cukup banyak) hingga
sekarang. Periode itu cukup panjang hingga abad ke-20 dan
jumlah karya-karya typeface sudah semakin banyak.
Contoh huruf Modern :
Font-font yang termasuk dalam kelompok Modern tersebut
diantaranya Bodoni, Bauer Bodoni, Didot, Torino, Auriga,
ITCFenice, Linotype Modern, ITC Modern, Walbaum Book, ITC
Zapf Book, Bookman, Chelthenham, Melior, dll.
Slab Serif
Kelompok huruf Slab Serif ditandai dengan bentuk serif yang
tebal, bahkan sangat tebal. Masa kemunculan jenis huruf itu
bervariasi dan ikut menandai kemunculan huruf-huruf yang
berfungsi lebih tepat sebagai penarik perhatian, yaitu sebagai
Header.
Contoh huruf Slab Serif :
Slab Serif
Contoh-contoh huruf Slab Serif antara lain Boton, Aachen,
Calvert, Lubalin Graph, Memphis, Rockwell, Serifa, Clarendon,
Stymie, dll.
Sans Serif
Sans Serif adalah huruf tanpa serif (kait di ujung). Pertama kali
jenis huruf tersebut diciptakan oleh William Caslon IV
pada tahun 1816. Pada awal kemunculannya, font jenis itu
disebut Grosteque karena pada jaman itu bentuk huruf tanpa
serif itu dirasa aneh dan unik (grosteque berarti aneh). Hingga
kini, orang Inggris masih suka menyebut huruf tanpa serif
dengan nama Grosteque.
Contoh huruf Sans Serif :
Sans Serif
Contoh-contoh huruf Sans Serif antara lain Franklin Gothic,
Akzident Grotesk, Helvetica Univers, Formata, Avant Garde, Gill
Sans, Futura, Optima, dll.
c). Fungsi Huruf
Suatu font dirancang dengan kegunaan tertentu, misalnya
sebagai bodytext untuk buku, sebagai huruf display yang biasanya
ditampilkan dalam ukuran cukup besar, serta sebagai huruf caption
(keterangan gambar yang biasanya dibuat dalam ukuran sangat
kecil).
Fungsi Huruf Menurut Ketebalan Stroke
Ketebalan stroke diberikan dengan istilah yang diurutkan
sebagai berikut:
- Ultra Light; untuk sangat tipis
- Normal atau ketebalan normal bagi bodytext (sama seperti
book atau TXT). Standard atau biasa disingkat STD untuk
ketebalan standar bagi teks yang bukan untuk bodytext.
Biasanya teks standar menjadi master awal ketika
perancang mendesain teks tersebut.
- Medium atau Demi, atau SemiBold; istilah untuk ketebalan
diatas Normal tetapi dibawah Bold.
- Bold; untuk stroke berukuran tebal.
- Extra Bold; untuk yang lebih tebal daripada ketebalan Bold.
- Ultra Bold atau Ultra saja; untuk ukuran yang paling tebal
dalam keluarga huruf tersebut.
Fungsi Menurut Lebar Karakter
Lebar huruf diurutkan dalam istilah-istilah berikut:
- Compressed; paling tipis lebar karakternya, nyaris gepeng.
- Ultra atau Extra Condensed; sedikit lebih lebar dari
Compressed.
- Condensed; untuk lebar karakter dibawah ukuran normal.
- Normal; untuk standar lebar karakter.
- Extended atau Expanded; untuk lebar karakter diatas
normal.
Istilah-istilah tersebut sering kali digabungkan ke sebuah nama
lengkap sebuah font, misalnya Americana XBdCn BT, untuk
Bold, lebar font di-Condensed buatan Bitsream Inc., dan
sebagainya.
Sering kali pembuat font menggunakan istilah sendiri untuk ciri
dari karyanya tersebut. Sehingga kadang ada istilah Compact
sebagai ukuran standar untuk sebuah font display dan SLT
dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau
perusahaan maupun organisasi. Logotype atau tanda kata (word mark)
merupakan nama lembaga, perusahaan, atau produk, yang tampil dalam bentuk
tulisan yang khusus untuk menggambarkan ciri khas secara komersial.
Pada prinsipnya, logo merupakan simbol yang mewakili sosok, wajah,
atau eksistensi suatu perusahaan atau produk dari sebuah perusahaan. Selain
membangun citra perusahaan, logo juga sering kali dipergunakan untuk
membangun spirit secara internal diantara komponen yang ada dalam
perusahaan tersebut. Sebuah logo yang baik dan berhasil akan dapat
menimbulkan sugesti yang kuat, membangun kepercayaan, rasa memiliki, dan
menjaga image perusahaan pemilik logo itu. Selanjutnya, logo bahkan dapat
itu yang akhirnya mampu meningkatkan prestasi dan meraih sukses demi
kemajuan perusahaan.
Secara visualisasi, logo adalah suatu gambar. Gambar itu bisa berupa
berbagai unsur bentuk dan warna. Oleh karena sifat dari apa yang diwakili oleh
logo berbeda satu sama lain, maka seyogyanya logo itu memiliki bentuk yang
berbeda pula.
Menurut David E. Carter, pakar corporate identity dan penulis buku The
New Big Book of Logos (2000), dari Amerika, pertimbangan-pertimbangan
tentang logo yang baik itu harus mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Original dan Destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan
gaya pembeda yang jelas.
2. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi
meskipun dipublikasikan dalam berbagai ukuran media yang
berbeda-beda.
3. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan
dimengerti dalam waktu yang relatif singkat.
4. Memorable, atau cukup mudah diingat, karena keunikannya, bahkan
dalam kurun waktu yang relatif lama.
5. Easily assosiated with the company, dimana logo yang baik akan
mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra
suatu perusahaan atau organisasi.
6. Easily adaptable for all graphic media. Di sini, faktor kemudahan
mengaplikasikan (memasang) logo baik yang menyangkut bentuk
diperhitungkan pada saat proses perancangan. Hal itu untuk
menghindari kesulitan dalam penerapannya.
Penggunaan logo yang dikenal saat ini awalnya hanyalah sekedar berupa
lambang, simbol, atau maskot yang merupakan identitas suatu kelompok, suku,
bangsa, atau negara. Suku-suku bangsa di masa lalu sering menggunakan
maskot binatang seperti beruang, burung, rajawali, dan kuda sebagai simbolik
mereka. Maskot-maskot tadi diambil dari apa saja yang dikagumi di sekeliling
mereka.
Gambar 4. Lambang-lambang negara bagian di Amerika Serikat menggunakan image alam dan kesuburan wilayahnya (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007).
2.2.1. Cap, Logo, Icon, Avatar
Simplifikasi bentuk identitas merk dagang merupakan hal yang
fenomenal. Pada zaman dahulu, merk dagang diwujudkan dalam istilah Cap
alias Brand (jamu cap Nyonya Meneer, Balsem Cap Macan, Susu Bear
Brand, Cap Bendera, Cap Nona, dsb). Kemudian, trend semakin
berkembang dengan dipergunakannya brand name yang lebih sederhana,
Jago (bukan lagi Jamu cap jago). Dengan demikian, kebiasaan
menggunakan cap diganti dengan logo atau logotype yang lebih sederhana.
Gambar 5. Gambar-gambar diatas memperlihatkan evolusi dari bentuk beberapa logo merk terkenal (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007).
Di era komputer dan internet, muncul kecenderungan untuk
menampilkan logo atau logotype dalam bentuk ikon. Pada periode itu,
dituntut kesederhanaan bentuk logo agar khalayak lebih cepat menerima
dan mengingatnya. Alasan tersebut cukup logis karena kini orang cenderung
menerima terlalu banyak informasi sehingga memorinya harus menyaring
mana yang lebih mudah disimpan dalam jangka waktu yang lama. Semenjak
populernya multimedia, dimulailah penggunaan Avatar, yakni brand ikon
yang dapat digunakan dan ditampilkan di berbagai media.
2.2.2. Logo Sesuai Unsur Pembentuknya
Unsur pembentuk logo dapat dipilah-pilah menjadi 4 kelompok. Namun
demikian, kelompok-kelompok tersebut bisa digabungkan sehingga
mengandung unsur campuran. Diantaranya:
Logo Dalam Bentuk Alphabetical
Logo yang terdiri dari bentuk huruf-huruf atau dimaksudkan untuk
menggambarkan bentuk huruf dan kombinasi dari bentuk huruf.
Kelompok ini merupakan jumlah yang paling banyak dan merupakan
trend baru untuk diikuti.
Gambar 7. Logo-logo dalam bentuk Alphabetical (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007)
Logo Dalam Bentuk Benda Konkret
Bentuk konkret, misalnya manusia (seorang tokoh, wajah, bentuk
tubuh yang menarik), bentuk binatang, tanaman, peralatan, maupun
Gambar 8. Logo-logo dalam bentuk benda konkret (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007)
Logo Dalam Bentuk Abstrak, Poligon, Spiral, dsb
Logo kelompok ini memiliki elemen-elemen yang merupakan bentuk
abstrak, bentuk geometri, spiral, busur, segitiga, bujursangkar,
poligon, titik-titik, garis, panah, gabungan bentuk-bentuk lengkung,
dan bentuk ekspresi 3 dimensi.
Gambar 9. Logo-logo dalam bentuk abstrak (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007)
Logo Dalam Bentuk Simbol, Nomor, dan Elemen Lain
Bentuk-bentuk yang sudah dikenal untuk menggambarkan sesuatu
seperti hati, tanda silang, tanda plus, tanda petir, tanda notasi musik,
Gambar 10. Logo-logo dengan elemen berbentuk simbol, nomor, dan elemen lainnya (Sumber: Pengantar Desain Komunikasi Visual, 2007).
Logotype
Jika logo adalah tanda gambar (picture mark), maka Logotype adalah
gambar nama (word mark). Oleh karena itu, logotype berbentuk
tulisan khas yang mengidentifikasikan suatu nama atau merk. Ia
memiliki sifat-sifat yang sangat mirip dengan logo yang telah dibahas
di atas.
2.2.3. Ciri Logo yang Efektif
- Memiliki sifat unik. Tidak mirip dengan logo lain sehingga orang tdak
bingung karena logo mirip desain lain yang sudah ada.
- Memiliki sifat yang fungsional sehingga dapat dipasang atau
digunakan dalam berbagai keperluan.
- Bentuk logo mengikuti kaidah-kaidah dasar desain (misalnya bidang,
warna, bentuk, konsistensi, dan kejelasan).
- Mampu mempresentasikan suatu perusahaan / lembaga atau suatu
produk.
2.2.4. Filosofi dan Makna Gambar
Hingga kini masih ada tuntutan bahwa logo seyogyanya mengandung
suatu filosofi, makna logo, atau setidaknya dasar pembentukan logo itu.
Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia yang melombakan pembuatan
logo membeberkan sejarah serta visi dan misi perusahaan. Kemudian di
dalam persyaratannya dicantumkan agar peserta lomba juga
mencantumkan filosofi yang terkandung pada logo yang dibuat. Dengan
demikian, perancang logo harus memulai pekerjaannya dengan merancang
filosofi dan makna dari simbol yang akan digambarkan itu, bukan
memikirkan gambar apa yang akan dibuat.
Seringkali perancang logo berhasil membuat sebuah karya grafis yang
bagus, tetapi tidak mampu menuangkan filosofi yang terkandung dalam
keping elemen gambar sesuai latar belakang, visi, dan misi perusahaan
yang dilogokan kadang-kadang menyertai perancang logo. Kedua unsur,
yakni bentuk visual serta kandungan maknanya harus terpadu satu sama
lain.
2.3. Semiotika Visual
Umberto Eco (A Theory of Semiotics, 1978) mendefinisikan semiotika
sebagai disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang bisa dipakai untuk
berbohong, karena jika sesuatu tidak bisa dipakai untuk berbohong, sebaliknya
itu tidak akan bisa dipakai untuk berkata jujur; dan pada kenyataannya tidak
bisa dipakai untuk apa pun juga. Sedangkan menurut Adi Kusrianto (2007),
semiotika atau beberapa orang menyebutnya sebagai semiology adalah ilmu
tentang tanda-tanda atau simbol. Semiotika juga bisa dikatakan sebagai ilmu
untuk memahami konteks secara umum yang berlaku di masyarakat yang
menjadi target kita. Ilmu semiotika sudah dipelajari dan dikembangkan sejak
berabad-abad yang lalu. Menurut sejarah, ilmu semiotika setidaknya sama
tuanya dengan ilmu kedokteran dan filosofi Yunani.
Para filsuf banyak sekali memberi perhatian kepada semiotika. Di abad
pertengahan, sejumlah sarjana meneliti teori yang meliputi banyak hal tentang
tanda-tanda yang dikenal sebagai “scientia sermocinalis”, yang terdiri dari:
Tata bahasa,
Rhetoric / Kecakapan bahasa.
Semiotika dilihat dari kacamata dunia desain grafis, adalah ilmu
komunikasi yang berkenaan dengan pengertian tanda-tanda / simbol / isyarat
serta keduanya. Suatu studi tentang pemaknaan semiotika menyangkut
aspek-aspek budaya, adat istiadat, atau kebiasaan di masyarakat.
Semiotika dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Semantik
Berasal dari kata Semanien dalam bahasa Yunani, yakni berarti,
bermaksud, dan meneliti. Dalam dunia Desain Komunikasi Visual
(DKV), kata tersebut bisa diartikan sebagai:
- Meneliti dan menganalisis makna dalam visual tertentu.
Visualisasi dari suatu image merupakan simbol dari suatu
makna.
- Makna suatu visual dan perkembangannya. Etimologi:
mempelajari perubahandan perkembangan desain, sejarah seni
dan desain, serta pergerakannya.
Ditinjau dari makna, konsep, dan arti, terdapat 2 aspek dalam visual
image :
- Aspek secara umum: bahwa suatu tanda atau simbol itu bisa
- Pada lingkup tertentu, misalnya tanda atau simbol yang dimengerti
maknanya secara kepercayaan turun-temurun atau adat-istiadat.
Contoh: Hong Shui, Feng Shui, Primbon (Jawa), Numerologi, dll.
Semantik Simbolik, suatu simbolisasi yang
memiliki/mengandung suatu makna atau suatu pesan. Dalam hal ini,
pihak penyampai maupun pihak penerima pesan memiliki dua
kemungkinan cara:
- Denotatif
Maksud dari denotatif adalah:
a.Makna leksikal.
b.Arti yang pokok, pasti, dan terhindar dari kesalah-tafsiran.
c.Sifat langsung, konkret, dan jelas.
- Konotatif
Maksud dari konotatif adalah:
a.Memiliki makna struktural.
b.Memiliki makna tambahan disamping makna sebenarnya.
c.Memiliki sifat tidak langsung, maya, abstrak, tersirat.
Manusia mampu memberikan makna dan menginternalisasikan
makna terhadap suatu objek, tempat, maupun suasana dari
orang-orang yang berada di dalam lingkungan simbolik kita. Sebagai
contoh, orang-orang yang berada di dalam lingkup disiplin ilmu
cones (gulungan benang berbentuk kerucut) sebagai simbol
pemintalan, sedangkan gambar teropong untuk menyilangkan
benang sebagai simbol penenunan.
Simbol-simbol yang diciptakan dalam masyarakat tertentu disebarkan melalui
komunikasi sehingga simbol-simbol tersebut dimiliki secara luas dan
distandarisasikan maknanya. Dalam hal ini, peran menonjol dimainkan oleh
teknologi komunikasi (komunikasi massa) yang menyangkut symbol creation dan
penyebarannya. Sebagai contoh, film-film Hollywood yang merebak di abad ini
telah mempengaruhi masyarakat dalam hal berpenampilan, cara berbicara, dan
1 BAB III
IKLAN IM3 VERSI MU24H
3.1. PROVIDER IM3
3.1.1. Indosat Sebagai Induk Dari Provider IM3 a. Sejarah
Sesuai dengan yang dijelaskan pada situs resminya (indosat.com), Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing, dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan seluler, telekomunikasi internasional dan layanan satelit bagi penyelenggara layanan
broadcasting.
PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Satelindo beroperasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat menjadikan ia sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix.
(Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat diperjual-belikan.) dengan konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu, pengimplementasian obligasi syariah Indosat mendapat peringkat AA+. Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar Rp 175.000.000.000,00. dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005 nilai pengeluaran obligasi syariah Indosat IV sebesar Rp 285.000.000.000,00. Setelah tahun 2002 penerapan obligasi syariah tersebut diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya.
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan deregulasi (Kegiatan atau proses menghapuskan pembatasan atau peraturan.) di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, TELKOM tidak lagi memonopoli telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) dan menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan pada tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).
Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Pada bulan November 2003 Indosat melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di Indonesia
3 Pada 31 Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar telecom
Q.S.C. (Qtel) secara tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited
(ICLM) dan Indonesia Communications Pte Ltd (ICLS) sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%. Di tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui
tender offer (memiliki tambahan 24,19% saham seri B dari publik).
b. Beberapa Jasa yang disediakan oleh Indosat 1). Matrix
Dengan slogannya, The Freedom to be You, Matrix, GSM pascabayar dengan mobilitas yang semakin tinggi, sambungan lebih cepat, liputan lebih luas dan kualitas sinyal maupun suara yang lebih jernih serta akses 3G/3.5G. Dilengkapi dengan kapasitas SIM card yang lebih besar dan menu browser yang canggih yang akan membawa pelanggan ke dimensi baru Personal Data
Communication. Jaringan Matrix yang mencakup lima benua di dunia,
memungkinkan Matrix untuk dibawa ke luar negeri dan seluruh wilayah Indonesia.
2). Mentari
dipergunakan saat international roaming di banyak negara. Berbagai fasilitas disediakan untuk kemudahan dan kenyamanan berkomunikai dengan tarif murah. Kartu Mentari mengandung nilai Kepercayaan, Kekeluargaan dan Ekonomis, serta memiliki fitur dan layanan yang lengkap.
3). IM3
Dengan slogannya, No Limits, merupakan kartu prabayar dengan ketentuan sebagai berikut;
Kartu GSM Prabayar pilihan generasi muda trendi.
Menghadirkan berbagai fitur inovatif dengan nilai super hemat.
Menjadikan Indosat operator pertama yang meluncurkan General Packet Radio Service (GPRS) / Multimedia Messaging Service
(MMS), Video Streaming hingga java games di seluruh Indonesia.
Kini hadir dengan layanan broadband, layanan paket data dengan kecepatan tinggi hingga 2 Mpbs dengan beragam paket pilihan sesuai kebutuhan.
4). BlackBerry
5
BlackBerry® dari Matrix sebagai salah satu pilihan layanan akses pesan/e-mail
pada handset/handphone pelanggan. Indosat merupakan operator pertama di Indonesia yang menggunakan dan menyediakan layanan ini. Dengan dukungan fitur-fitur yang menunjang penih aktivitas komunikasi pelanggan dalam segala kegiatan, seperti : realtime email, organizer, hingga layanan multimedia.
BlackBerry® dari Matrix, menjadikan segala urusan bisnis menjadi lebih mudah teratasi.
5). Indosat 3.5G
Dengan slogannya, Speed Gives You More, Indosat 3.5G Broadband, layanan telekomunikasi berarak nirkabel dengan teknologi 3.5G (GSM/UTMS/HSDPA). Aktivitas berinternet seperti e-mail, chatting, downloading, blogging browsing dll semakin leluasa.
6). Jasa Telepon Tetap
StarOne (prabayar dan pascabayar), Layanan komunikasi tetap nirkabel dengan tarif pascabayar dan prabayar berbasis teknologi CDMA.
IDD 001, Layanan sambungan langsung internasional (SLI) ke seluruh belahan dunia tanpa melalui operator (premium)
IDD 008, Layanan sambungan langsung internasional (SLI) ke seluruh belahan dunia tanpa melalui operator (tarif hemat)
Indosat Flat Call 01016, Layanan sambungan langsung internasional (SLI) dengan tarif hemat ke semua negara berbasis Voice over Internet Protocol (VoIP)
Global Save (Layanan VoIP)
Indosat Phone (iPhone), layanan telepon tetap domestik dan internasional berbasis kabel untuk komunikasi data, suara dan video dengan kualitas prima.
7). Jasa MIDI (Multimedia, Komunikasi Data dan Internet)
Untuk keperluan korporasi yang lebih kompleks, Indosat menyediakan solusi total yang terintegrasi, sehingga seluruh kebutuhan perusahaan dalam berbagai kegiatan dapat terlayani. Layanan korporasi ini meliputi:
International Private Leased Circuit (IPLC) dan Domestic Private Leased Circuit (DPLC), Layanan koneksi sirkit point to point.
7
Internet Network Provider (INP), akses internet global.
Indosat Dedicated Internet Access (IDIA), membuat jaringan pribadi melalui paket data.
Indosat National Internet Exchange (INIX)
Multi-Protocol Label Switching (MPLS) Based Services, layanan terbaru berbasis jaringan Metro Ethernet dengan teknologi MPLS
Satellite Services, solusi layanan broadcast nasional dan internasional.
Disaster Recovery Center (DRC), Layanan keamanan data.
3.1.2. IM3 Sebagai Salah Satu Produk Indosat
Gambar 13 : Logo Indosat-M3 (Sumber : indosat.com)
karena itu, sejak saat itu, perusahaan ini bubar dan penanganan produknya diteruskan oleh Indosat. Produknya antara lain kartu prabayar SMART (sekarang menjadi IM3) dan kartu pascabayar BRIGHT (sekarang menjadi Matrix Auto). Ia mempunyai banyak fitur yang bermanfaat seperti transfer pulsa serta fasilitas GPRS, MMS, Conference Call dan Call Divert.
IM3 juga memiliki jangkauan luas yang didukung oleh "Sinyal Kuat Indosat", sehingga bisa digunakan di seluruh Indonesia. IM3 diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2001 di Batam dan dilanjutkan dengan kota-kota besar di Jawa dari kota Semarang, Surabaya, Bandung, dan akhirnya Jakarta pada tanggal 14 November 2001. Frekuensi Pelanggan IM3 dapat menggunakan
handphone dual band (900 dan 1800 MHZ). Dengan frekuensi dual band ini, diharapkan dapat menampung pelanggan yang lebih banyak dan mengurangi
drop call atau network busy serta dapat meningkatkan kualitas suara.
Wilayah cakupan Pelanggan IM3 dapat menggunakan layanan di seluruh Indonesia selama berada pada jangkauan jaringan IM3, Sat-C (Satelit Palapa-C), dan Indosat. Hal ini dimungkinkan karena "Sinyal Kuat Indosat" sebagai hasil
merger PT Indosat, PT Indosat Multi Media Mobile, dan PT Satelindo.
3.1.3. Produk IM3 Versi “MU24H Itu IM3”
9 2.400, pelanggan dapat menikmati berbagai keuntungan antara lain tarif telepon Rp. 24 per menit sepanjang hari, gratis SMS sampai dengan 240 SMS perhari serta gratis online hingga 24 MB. Menutut Rudy Hartono (indosat.com), Kepala Cabang Indosat di Jayapura, program "MU24H itu IM3" merupakan upaya Indosat untuk terus berinovasi menghadirkan beragam program yang mengikuti trend dan kebutuhan pelanggan serta terkoneksi dengan teman-teman.
Hartono menjelaskan, pelanggan yang melakukan aktivasi Kartu Perdana IM3 24 akan langsung dapat menikmati beragam keuntungan, mulai dari mendapatkan pulsa perdana senilai Rp. 2.400 dengan masa aktif 15 hari hingga lainnnya. Fasilitas gratis online sampai dengan 24 MB, ujarnya, pelanggan akan memperolehnya secara bertahap yaitu pada hari ke-31, pelanggan mendapatkan gratis online sebesar 3 MB, hari ke-61 sebesar 5 MB, hari ke-91 sebesar 7MB dan hari ke-121 sebesar 9MB.
Program ini belaku sejak tanggal 1 November 2010 dan berlaku secara nasional. Dan khusus untuk di Papua, sementara ini belum dibatasi pemberlakuannya.
Gambar 14 : Logo MU24H itu IM3 (Sumber : indosat.com)
Gambar 14 di halaman sebelumnya merupakan logo yang digunakan oleh IM3 dalam melambangkan produknya kali ini. Seperti kebanyakan produk IM3 lainnya, logo ini pun memiliki warna hijau yang dominan. Tapi, hijau yang
digunakan bukanlah hijau yang „benar-benar‟ hijau, melainkan warna hijau apel. Secara menyeluruh, logo berbentuk sebuah lingkaran dengan outline berwarna hitam yang memiliki ketebalan cukup sehingga terlihat dengan jelas. Di dalam
logonya pun terdapat kata “MU24H” melambangkan “MURAH” yang menjadi
tajuk utama dalam produk IM3 kali ini, atau lebih tepatnya “Murah selama 24
11 Selain itu, dalam mempromosikan produknya yang satu ini, IM3 pernah menyelenggarakan Bazaar produk-produk mereka dengan mengundang D-Masiv sebagai bintang tamunya. Dalam acara ini, IM3 bekerja sama dengan Java Selular dan acara ini diadakan di Stadion Semeru Lumajang, kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Gambar 15. Poster yang digunakan untuk mempromosikan Bazaar yang digelar oleh IM3 untuk mempromosikan produk mereka (Sumber: im3lumajang.blogspot.com)
1
mereka yang menggambarkan bahwa produk mereka tersebut memiliki tarif
sangat murah selama 24 jam sehari. Berikut ini adalah deskripsi dari angka 24
yang menjadi „maskot‟ utama dalam produk IM3 kali ini:
No. Bentuk Logo Deskripsi penggunaan angka
sebagai jumlah harga
*) Sumber data diolah oleh peneliti.
Dalam pengaplikasiannya, logo MU24H ditempatkan dalam sebuah
lingkaran yang jika diperhatikan lagi akan terlihat seperti jam tangan. Dan
3
yang berjumlah 12, seperti jumlah garis perspektif yang ada pada setiap jam
(bukan hanya jam tangan, tetapi juga jam dinding, atau jam weker). Dengan
setiap garis dimana angka 12, 3, 6, dan 9 berada digantikan dengan penunjuk
lain yang memberikan penjelasan mengenai keunggulan lain yang dimiliki
produk MU24H ini. Pada titik dimana angka 12 seharusnya berada diberi
penjelasan bahwa kartu perdana dari produk ini harganya hanya Rp. 2.400 saja.
Pada titik dimana seharusnya angka 3 berada, diberi penjelasan bahwa setiap
kali menelepon, pengguna hanya dibebankan harga Rp. 24 saja tiap menitnya.
Pada titik dimana angka 6 seharusnya berada, diberi penjelasan bahwa
penggunanya akan mendapatkan 240 Short Message Service (SMS) di setiap
harinya. Dan terakhir, pada titik dimana angka 9 seharusnya berada, diberikan
penjelasan lain lagi, yaitu pengguna pun akan mendapatkan online gratis
dengan kuota sebesar 24 Mega Byte (MB).
4.2. Unsur Visual Logo IM3 versi MU24H
No. Unsur Visual Analisa
1. Garis
Garis utama yang terdapat dalam logo adalah
garis lengkung sebesar 360 derajat yang pada
akhirnya membentuk sebuah lingkaran luar.
Stroke yang digunakan adalah stroke tebal,
sehingga dalam sekali lihat pun, garisnya
sudah dapat terlihat dengan jelas tanpa perlu
miss.
2. Warna
Warna yang paling dominan dalam logo IM3
kali ini, masih bisa dikatakan serupa dengan
logo dari produk-produk IM3 sebelum ini, yaitu
warna hijau apel, yang kemudian diikuti oleh
warna kuning dengan persentase kemunculan
yang lebih kecil, dan terakhir warna hijau tua
yang digunakan hanya sebagai penambah
saja. Warna yang digunakan adalah warna
substractive, karena logo ini digunakan untuk
kepentingan cetak offset. Pemilihan warnanya
pun termasuk kepada warna yang enak untuk
dipandang mata (tidak mencolok atau terlalu
terang).
3. Tipografi
Secara keseluruhan, tipografi yang digunakan
dalam logo ini merupakan jenis Sans Serif.
5
font Arial Bold, dan kata “itu” menggunakan
jenis font Minion Bold dengan diberikan efek
khusus. Sedangkan pada kata “IM3”, yang
digunakan bukanlah font melainkan image.
Kata tersebut dibuat dengan menggunakan
Corel Draw.
Gambar 20 dan 21. Logo IM3 yang dibuat dengan menggunakan Corel Draw (Sumber: Tutorial Ilmu Grafis Indonesia;
4.3. Makna Denotasi dan Konotasi Logo IM3 versi MU24H
Logo IM3 versi “MU24H itu IM3” sendiri memiliki berbagai makna denotasi dan
konotasi sebagai berikut:
No. Visual Logo Makna Denotasi Makna Konotasi
7
*) Sumber data diolah oleh peneliti.
1)Dasar bentuk, dasar bentuk logo produk IM3 versi “MU24H itu IM3”
adalah sebuah bidang yang dikenal dengan nama “lingkaran”. Semua
orang melihat lingkaran setiap harinya dalam keseharian mereka
minimal 2 kali. Hal ini bisa dilihat pada bulan (malam hari), dan
matahari (siang hari). Bukan hanya kedua wujud tersebut, pada
makanan seperti bakso dan telur mata sapi-pun bisa dilihat bentuk
seperti motor, mobil, sepeda, becak, bemo, bus, dll. Secara
filosofinya, lingkaran sendiri berarti sesuatu yang tanpa batas, tidak
memiliki akhir, dan akan terus bersambung. Ilexa Yardley dalam
bukunya “The Circular Theory” (2010) pun menyatakan hal yang
sama. Karena itu, jika sebuah bidang lingkaran dipadu-padankan
dengan sebuah logo yang dalam kasus ini adalah logo IM3 versi
“MU24H itu IM3”, maka sudah sesuai dengan tujuannya, IM3
memberikan harga murah untuk para penggunanya selama 24 jam
sehari dan 7 hari seminggu (non-stop).
2)Outline hitam tebal, Sedangkan lingkaran dengan outline hitam tebal
bisa pula berarti kekuatan, keyakinan, dan ketegasan. Hal ini
menunjukkan bahwa produk yang menggunakan logo ini memberikan
pelayanan yang tidak setengah-setengah dan benar-benar nyata.
Karena ada beberapa produk yang menawarkan sebuah pelayanan
khusus namun terlalu banyak syarat sehingga bisa dikatakan
pelayanan tersebut bersifat semu. Tidak ingin dianggap seperti itu,
IM3 dengan sengaja menggunakan stroke berwarna hitam sebagai
„penutup‟ atau „cangkang‟ dalam logonya adalah untuk memberikan
kepercayaan bahwa IM3 memberikan harga murah yang tidak
tanggung-tanggung dan dalam jangka waktu yang tidak terbatas pula,
dan IM3-pun bersungguh-sungguh ingin memberikan kemudahan dan
9
3)Bagian dalam lingkaran berwarna hijau, dalam sebuah situs yang
bernama “Emily Gems”, dijelaskan bahwa warna hijau memiliki
makna keseimbangan, keremajaan, kebebasan, pembaharuan, dan
perlindungan. Hal itu tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan oleh
Adi Kusrianto yang menyatakan bahwa warna hijau memiliki arti
alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, dan
pembaharuan. Maka, jika warna hijau dituangkan dalam logo, hal itu
bermaksud untuk menunjukkan bahwa produk yang menggunakan
logo tersebut termasuk dalam produk yang baru / fresh dan ditujukan
secara khusus kepada anak-anak remaja.
4)Lingkaran kecil berwarna kuning dibagian dalam lingkaran yang
berwarna hijau. Menurut Kate Smith, seorang pakar warna dan
seorang peramal yang menggunakan warna chakra sebagai media
ramalnya, dalam situsnya yang bernama “Sensational Color”, kuning
(yellow) memiliki makna optimis (optimism), penerangan /
pencerahan (enlightenment), dan kebahagiaan (happiness). Yang jika
dituangkan dalam logo IM3 ini maka akan memiliki makna sebagai
sebuah kebahagiaan yang tidak berhenti selama 24 jam sehari dan 7
hari seminggu atau dengan kata lain non-stop, karena IM3
menyediakan pelayanan yang sangat murah kepada para
pelanggannya, sehingga tidak perlu khawatir lagi akan kehabisan
pulsa (boros) dan bisa menggunakan ponselnya kapanpun
Dibagian dalam lingkaran berwarna kuning ini terdapat angka
dan garis-garis yang saling berhadapan satu sama lain sehingga
membentuk sebuah lingkaran. Jika diperhatikan secara teliti lagi,
angka yang ada adalah angka 12, 3, 6, dan 9. Dan jika dijumlahkan
dengan jumlah garis yang ada, maka jumlah totalnya adalah 12, yang
bisa diartikan sebagai sebuah jam. Tidak adanya jarum jam dalam
bentuk ini, dikarenakan tidak adanya batas waktu dalam pelayanan
yang diberikan oleh IM3 ini.
5)Huruf (typeface). Sesuai dengan tema utama yang ingin diusung oleh
IM3 pada produknya kali ini; Telepon murah, internet murah, selama
24 jam terus-menerus tanpa syarat khusus, mereka menyampaikan
pesan tersebut dalam satu kata yang menggunakan fungsi kode
hingga menghasilkan sebuah kata yang ambiguitas, yaitu MU24H.
Kata tersebut dibaca sebagai “murah”, dimana angka 2 dan 4 yang
berada di tengah-tengah dua huruf lainnya berfungsi sebagai
pengganti huruf R dan A. Pengembangan angka yang dibaca sebagai
huruf ini mulai merebak pertama kali di kalangan remaja yang
memang senang ber-sms-an, dimana mereka dituntut untuk
menggunakan kata-kata yang singkat, padat, dan jelas, sehingga
tidak perlu membuang banyak pulsa. Ada beberapa anak diantaranya
yang juga menggunakan kode semacam ini sebagai bukti bahwa
mereka anak „gaul‟, ingin terlihat berbeda dari anak yang lainnya, dan
11
antara huruf dan angka ini, digunakan pada password pribadi untuk
e-mail dan juga beberapa hal lain yang bersifat rahasia. Tapi,
sekarang ini di beberapa lapisan masyarakat Indonesia pun
menggunakan hal semacam ini untuk hal yang sama.
Berikut ini adalah beberapa contoh percakapan yang dilakukan
oleh sederetan anak muda yang menggunakan bahasa yang mereka
sebut sebagai bahasa alay, ada dalam contoh SMS dan juga status
Facebook:
Gambar 22. Contoh SMS yang menggunakan bahasa alay (campuran antara angka dan huruf)
Gambar 23. Contoh status Facebook yang menggunakan bahasa alay (Sumber: Facebook.com)
Gambar 24. Contoh lain dari percakapan dengan tulisan/bahasa alay (Sumber: found random at Google.com)
Hanya saja, ada juga dimana angka 24 bukan hanya dibaca
13
angka 2 dengan huruf R dan juga D. Sama dengan angka 1412 yang
muncul dalam komik serial Detective Conan karya Aoyama Gosho
pada volume 16 halaman 82. Pada komik itu, karakter yang bernama
Conan diharuskan memecahkan kode 1412 yang berakhir dengan
kesimpulan bahwa angka 1412 itu merujuk kepada kata “KID” (Kid
Si Pencuri).
Gambar 25. Contoh halaman komik Detective Conan yang dimaksudkan (jilid 16, halaman 82-83), Sumber: Online Reading Manga; The Spectrum --is at http://www.thespectrum.net/
Menurut Danton Sihombing, pada bukunya yang berjudul
Tipografi Dalam Desain Grafis, dikatakan bahwa tipe huruf yang
menggunakan stroke tebal memiliki makna kokoh dan kuat.
Penulisan kata MU24H yang terdapat dibagian dalam logo
Patricia Saunders, Arial Bold, berwarna putih dan diberikan stroke
hitam dengan ketebalan yang diperhitungkan. Microsoft menjelaskan
bahwa font Arial adalah font yang dibuat demi kepentingan umum,
seperti misalnya untuk menuliskan laporan, berita di koran, dan bisa
juga digunakan untuk kepentingan komersial seperti iklan dan
promosi. Jenis huruf ini mengandung makna tegas, formal, dan
sebuah keseriusan. Stroke yang menunjang pada outline huruf
memberikan kejelasan secara lebih lagi terhadap ketegasan IM3
dalam memuaskan pelanggannya.
Dalam logo, terdapat juga kata “itu” yang dituliskan dalam font
Minion Bold berwarna hitam dan keseluruhannya adalah huruf kecil.
Minion Bold yang termasuk pada kategori huruf Old Style Serif,
diciptakan pada tahun 1990 oleh Robert Slimbach. Huruf ini
mencirikan elegan, indah, dan sangat mudah dibaca. Diciptakan
terutama kepentingan komersial, Minion menggabungkan kualitas
estetika dan fungsional yang membuat jenis teks ini sangat mudah
15
Gambar 26. Bentuk huruf Minion Bold (Sumber: http://www.microsoft.com/typhograpgy/)
Dalam logo ini, IM3 membuat kata “itu” dengan menggunakan efek khusus
(special effect), dimana kata tersebut jadi terlihat bolong-bolong seperti habis
ditembaki di beberapa sisi, namun juga bisa mengartikan „keropos‟. Danton
Sihombing (Tipografi Dalam Desain Grafis, 2001) mengatakan bahwa huruf yang
memiliki efek khusus biasanya memang digunakan dalam periklanan sebagai
penguat agar rancangan dapat tampil lebih vokal serta dapat menambah nilai
dramatik dari sebuah pesan. Dalam sebuah rancangan grafis, apa pun jenis
huruf yang menggunakan efek khusus ini tidak disarankan sebagai sebuah
pilihan utama. Efek-efek yang digunakan pun haruslah sesuai dengan kebutuhan
agar tidak merusak estetika dan membanting pesan utama yang ingin
disampaikan oleh produknya. Dan dalam logo produk IM3 ini, baik kata “itu”
maupun “IM3” yang dituliskan didalamnya sama-sama menggunakan efek
bolong-bolong di tiap sisi hurufnya demi menampilkan kesan keropos yang
menguntungkan bagi penggunanya dan akan terus melakukannya sampai
BAB 5
KESIMPULAN
IM3 selalu menargetkan produknya untuk kalangan remaja yang
berpenghasilan terbatas, masih dari uang jajan yang dibatasi pengeluarannya
oleh orang tua. Maka daripada itu, mereka selalu mengusahakan yang terbaik
dengan memberikan tarif termurah diantara produk-produk lainnya, dan juga
dengan berbagai bonus yang bisa mereka perhitungkan akan menimbulkan
keuntungan pula bagi mereka. Kondisi logo yang dominan menggunakan warna
hijau apel tidak pernah berganti dari produk-produk mereka yang lalu. Warna itu
selalu dengan senantiasa menemani produk-produk IM3. Warna hijau digunakan
karena sesuai dengan target pasaran produk IM3 yang mengkhususkan anak
remaja. IM3 menggunakan sistem tata tulis yang tengah marak dikalangan
anak-anak remaja tersebut, yang lebih dikenal sebagai „bahasa alay‟. Tata tulis
yang diwujudkan dalam slogan produk IM3 yang bertajukkan “MURAH” yang
mengalami perombakan khusus menjadi “MU24H”. Satu kata itu langsung
bermakna luas dimana IM3 menyediakan produk yang murah terus-menerus
selama 24 jam kepada pelanggan setianya.
Huruf yang digunakan adalah tipe-tipe font yang biasanya digunakan oleh
anak-anak remaja dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru-guru mereka. Sebagian besar tentunya adalah tugas makalah atau laporan
penelitian untuk Biologi atau Fisika. Seperti font Arial dan Minion, kedua font itu
memiliki status lebih tinggi, yang bagi para anak remaja itu adalah gurunya. Anak
remaja cenderung menghindari penggunakan font Times New Roman
dikarenakan terkesan terlalu kaku dan „pasaran‟, maka mereka lebih memilih
Arial sebagai font utama mereka.
Pesan yang ingin disampaikan oleh IM3 melalui logonya kali ini dapat
terpaparkan dengan sangat baik. Mulai dari bidang, warna, penggunakan tata
bahasa, huruf, dan keterbacaan, semuanya sudah sesuai dengan apa yang
mereka maksudkan. Mereka pun hanya menggunakan warna blok dan tanpa
adanya sedikit pun gradasi, karena mereka sudah memperhitungkan
sedemikian rupa bahwa gradasi hanya akan mempersulit saat akan memulai
produksi. Sebab, bisa saja tarif yang tadinya ingin mereka berikan secara murah
kepada pelanggannya terpaksa kurang murah karena biaya produksi yang
lumayan besar. Seluruh aspek teknis penggunaan logo harus berdasarkan pada
aspek yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan logo, dan untuk logo ini
kelihatannya tarif murah tersebut masih belum bisa dinikmati ke semua
operator, hanya kepada operator tertentu saja yang masih merupakan „anakan‟
dalam bidang berwarna kuning yang berada di sebelah kanan, yang terletak
dibawah tulisan angka 24 dengan ukuran yang besar. Di sana menjelaskan
bahwa tarif itu baru berlaku terhadap sesama pengguna IM3, StarOne, Mentari,
dan Matrix. Sangat disayangkan memang, karena disebabkan oleh hal ini
pulalah maka bidang berbentuk lingkaran yang sebelumnya jadi memiliki makna
yang „tidak serius‟ karena tidak akan jadi „tak terhingga‟ kembali. Tapi, bisa
dipastikan juga bahwa Indosat tentunya sudah mempertimbangkan hal ini,
DAFTAR PUSTAKA
Carter, David E. (2000). The New Big Book of Logos. New York: HBI.
Eco, Umberto. (1978). A Theory of Semiotics. Bloomington, United States:
Indiana University Press.
Furcan, H. Arief. (2007). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosda.
Sumio, Hasegawa., & Shigeji, Kobayashi. (1985). Japan's Trademarks &
Logotypes in Full Color. Part 2. Tokyo, Jepang: G. K. Hall.
Sihombing, Danton. (2001). Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT.
Sumber Internet:
Gems, Emily. 2003 (Juni). Joyful Crystals and Gemstones. Tersedia di:
http://crystal-cure.com/
Smith, Kate. 2011. All About Color (Sensational Color). Tersedia di:
http://www.sensationalcolor.com/index.php
Yardley, Ilexa. 2010 (10 Oktober). The Circular Theory. Tersedia di:
(CV) Eka Suci Andriani
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 6 Desember 1988
Jenis kelamin : Perempuan
Telepon : (022) 2511737, 085249022248
E-mail : free2be.alive@yahoo.com
Ringkasan :
Mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang telah menjajaki semester 6, dan telah diajari berbagai aplikasi desain. Diantaranya Photoshop, Corel Draw, InDesign, Premier, 3DMax, dan Flash. Juga berbagai pembelajaran mengenai Tipografi. Terbiasa bekerja cepat tanpa banyak omong. Pernah bekerja bagi M&C! Comics sebagai seorang komikus dan sudah pernah menerbitkan 1 buku dengan judul; Be Boys.
Riwayat pendidikan dan pelatihan
1. SD Negeri Tikukur IV. 1994-1999. 2. SMP Negeri 14. 2000-2002 3. SMA PGII 2. 2003-2005.
4. Jurusan Desan Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia, Bandung. 2007-2011.
Kursus :
Desain di Vila Merah, Bandung (2006)
Referensi :