• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Sistem Permodalan Guna Meningkatkan Populasi Ternak Domba Rakyat Di Desa Cibanteng Dan Cikarawang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Sistem Permodalan Guna Meningkatkan Populasi Ternak Domba Rakyat Di Desa Cibanteng Dan Cikarawang"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN SISTEM PERMODALAN GUNA MENINGKATKAN

POPULASI TERNAK DOMBA RAKYAT DI DESA

CIBANTENG DAN CIKARAWANG

ANDIKA GILANG MAULANA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Sistem Permodalan Guna Meningkatkan Populasi Ternak Domba Rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulisan lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Andika Gilang Maulana

(3)

ABSTRAK

ANDIKA GILANG MAULANA. Kajian Sistem Permodalan Guna Meningkatkan Populasi Ternak Domba Rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang. Dibimbing oleh LUCIA CYRILLA ENSD dan BURHANUDDIN

Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang banyak dibudidayakan oleh peternak rakyat karena ukurannya yang kecil dan hanya membutuhkan lahan yang tidak begitu luas. Usaha peternakan domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang mengalami kesulitan untuk dikembangkan karena keterbatasan modal. Keterbatasan modal terjadi karena peternak mengalami kesulitan untuk mengakses permodalan yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber modal usaha yang paling banyak dipilih oleh peternak, menganalisis faktor-faktor yang menentukan keputusan peternak dalam memilih perolehan sumber modal usaha peternakan, serta menganalisis sistem permodalan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan. Pada penelitian ini diketahui bahwa dari 60 orang responden, sebanyak 40% memiliki modal bersumber dari dalam dan 60% berasal dari luar. Dari 60% tersebut, diketahui juga bahwa 88.89% peternak memilih sistem permodalan bagi hasil (maro), 5.56% memilih mengakses modal dari yayasan, dan 3.36% memilih pinjaman dari bank. Berdasarkan hasil analisis faktor AHP diperoleh prioritas terbaik adalah bank sebagai lembaga penyedia permodalan.

Kata kunci : domba, finansial, peternakan rakyat

ABSTRACT

ANDIKA GILANG MAULANA. The Study of Capital System to Increase Population of Sheep in Rural Farmers at Cibanteng and Cikarawang Villages. Supervised by LUCIA CYRILLA ENSD and BURHANUDDIN

Sheeps are livestocks that are cultivated by farmers because it has small size and only requires land that is not so wide. Sheep farming in Cibanteng and Cikarawang villages have difficulty to develop because of capital constraints. Capital constraints occurs because farmers have difficulty to access an existing capital. The purpose from this research is to identify the source of capital which the most selecteded by farmers, analyzing the factors which determine the farmers decision in selecting an acquisition for a sources of business capital, as well as analyzing the capital system which offered by financial institutions. In this research were known that from 60 respondents, 40% have come from the capital and 60% from outside. 60% of these, 88.89% also known that farmers choose the financial capital for results (maro), 5.56% choose to access a financial capital from foundations, and 3.36% chose a loan from a bank. Based on the result of AHP factor analysis obtained the best priority is bank as capital providers.

(4)

KAJIAN SISTEM PERMODALAN GUNA MENINGKATKAN

POPULASI TERNAK DOMBA RAKYAT DI DESA

CIBANTENG DAN CIKARAWANG

ANDIKA GILANG MAULANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

PRAKATA

Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya lah pada akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya. Penulis tidak lupa menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Dr Ir Burhanuddin, MM selaku pembimbing atas segala perhatian, bimbingan, serta motivasi yang telah diberikan selama ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Tuti Suryati, SPt, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan serta motivasinya selama penulis menjalankan studi di Fakultas Peternakan IPB serta Dr Ir Ahyar Ismail, M Agr yang telah membantu sebagai pakar dalam penelitian ini. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kemendikbud RI yang telah membantu pembiayaan perkuliahan saya sejak awal hingga akhir melalui program Beasiswa Bidikmisi.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ayah (Eddy Atmadja) dan Ibu (Iriawati), adik-adik tercinta beserta seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, serta kasih sayangnya selama ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Mang Ujang yang telah mendampingi penelitian saya selama ini. Terimakasih untuk Imam, Ai, Farah, Putut yang telah banyak membantu saya selama melakukan penelitian bersama di lapang. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada para kawan-kawan terbaik yaitu Ninin, Wibi, Akos, Afif, Anggita, Abdul, Edwin, Yaya, Andre, Wafi, Opi, Riadi, Maulita, teman-teman IPTP angkatan 48, teman-teman terbaik di BEM Fapet IPB 2014 (Rizqan, Hany, Rehino, Ansori, Agustin, Danang, Muti, Osi, dll) serta teman-teman di BEM KM IPB 2015 atas segala kebersamaan serta kekeluargaan yang telah terbina baik selama ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk kedepannya.

Bogor, September 2015

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Tujuan Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat 2 Bahan 2 Prosedur 3

Pengambilan Data Penelitian 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kondisi Umum dan Profil Peternakan Rakyat di Lokasi Penelitian 4 Sumber Modal Usaha yang Banyak Dipilih oleh Peternak 5 Analisis AHP Lembaga Penyedia Permodalan 7

Perbandingan Sistem Permodalan Antar Lembaga Keuangan yang Dipilih Masyarakat 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(8)

DAFTAR TABEL

1 Rataan umur peternak, lama pengalaman beternak, dan persentase pendidikan peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan

Cikarawang 5

2 Jumlah dan persentase sumber modal usaha ternak peternakan

rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang 6

3 Pilihan peternak di Desa Cibanteng dan Cikarawang

dalam memperoleh modal usaha peternakan 7

4 Peringkat prioritas sumber modal usaha ternak yang tersedia dan diakses oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Desa

Cikarawang 7

5 Perbandingan sistem permodalan dari lembaga penyedia modal yang dipilih oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng

dan Cikarawang 9

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka AHP lembaga penyedia permodalan usaha ternak 3 2 Skema penyaluran kredit dari pemerintah hingga ke peternak

(9)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peternakan merupakan sektor usahatani yang banyak diminati masyarakat saat ini. Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan pangan sumber protein hewani menjadi suatu peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha peternakan. Pembangunan sektor peternakan di Indonesia sudah merupakan suatu keharusan untuk dilakukan. Pembangunan peternakan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan swasta (Talib et al. 2007). Ketersediaan bahan pangan bergizi asal hewani sudah menjadi kebutuhan hampir semua masyarakat Indonesia di berbagai kalangan. Saat ini, pemenuhan kebutuhan pangan asal hewan di Indonesia masih tergantung pada impor, khususnya produk susu dan daging. Indonesia seharusnya sudah bisa memenuhi kebutuhan pangan asal hewan untuk kebutuhan dalam negeri agar masyarakat tidak lagi tergantung dengan bahan pangan impor.

Peternakan rakyat merupakan usaha peternakan yang dijalankan tradisional oleh masyarakat umum. Peternakan rakyat umumnya berada di pedesaan dengan jumlah ternak yang relatif sedikit. Kenyataan yang ada di lapangan, diketahui bahwa kondisi peternakan di Indonesia masih belum baik. Taraf hidup atau kesejahteraan peternak saat ini belum banyak mengalami peningkatan walaupun jumlah tenaga kerja di bidang peternakan mengalami peningkatan (Muladno 2013). Usahatani ternak yang dimiliki oleh petani peternak rakyat memiliki beberapa ciri, diantaranya tingkat kepemilikan lahan yang terbatas yakni kurang dari 1 hektar, jumlah ternak sedikit, sistem usaha terpadu,

input rendah, dan efisiensi ekonomi rendah (Fuah et al. 2014). Peternakan rakyat identik dengan sistem pemeliharaannya yang tradisional. Sama dengan pemeliharaan ternak yang lainnya (sapi dan kerbau) yang dipelihara pada peternakan rakyat, pola pemeliharaan ternak ruminansia kecil yaitu banyak juga dilakukan oleh peternak tradisional (Talib et al. 2007).

Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dalam data Disnak Jawa Barat (2013), diketahui bahwa pada tahun 2013, populasi ternak domba baru sejumlah 13 420 440 ekor. Angka produksi daging domba dalam negeri sejumlah 44 400 ton (5.49%). Ketidaksanggupan sektor peternakan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan asal hewan untuk masyarakat adalah karena sektor peternakan di Indonesia masih belum berjalan sebagaimana mestinya. Sektor peternakan yang sebenarnya merupakan sektor yang sangat menjanjikan, justru belum memberikan dampak ekonomi yang baik bagi para peternak, sehingga peternak mengalami kesulitan dalam upaya pengembangan usahanya. Kondisi tersebut berdampak terhadap produksi hasil ternak yang akhirnya juga rendah di Indonesia, sehingga kebutuhan dalam negeri belum bisa terpenuhi.

(10)

2

Modal adalah semua uang ataupun barang yang bersama faktor produksi lainnya digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru. Secara teori, modal harus dimiliki oleh setiap masyarakat dalam meningkatkan produksinya dengan sumber berasal dari dirinya sendiri (Boa 2007). Secara umum pelaku usaha peternakan rakyat mengalami kesulitan dalam hal permodalan, apalagi jika permodalan tersebut berasal dari dirinya sendiri.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi sumber modal usaha yang paling banyak dipilih oleh peternak, (2) menganalisis faktor-faktor yang menentukan keputusan peternak dalam memilih lembaga keuangan sumber modal usaha peternakan, serta (3) menganalisis sistem permodalan yang ditawarkan oleh berbagai lembaga keuangan.

Ruang Lingkup Penelitian

Identifikasi faktor-faktor apa yang menjadi pendorong bagi peternak rakyat dalam menentukan pilihan mengenai sistem permodalan usaha ternak yang terbaik untuk kelangsungan usahanya serta komparasi sistem permodalan usaha yang telah tersedia selama ini.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di peternakan domba rakyat yang berada di desa lingkar kampus IPB Dramaga-Kabupaten Bogor, tepatnya di Desa Cibanteng dan Cikarawang. Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari hingga bulan Mei 2015.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, kamera, software microsoft office excel 2007, kuesioner penelitian yang memuat pertanyaan-pertanyaan untuk responden dan alat-alat tulis.

Bahan

Bahan penelitian ini adalah responden yang diambil secara purposive

(11)

3

Prosedur Pengambilan Data Penelitian

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan adalah data hasil wawancara dan data hasil pengisian kuesioner oleh peternak. Data sekunder adalah data populasi ternak, data lokasi, serta data-data lainnya yang menunjang bersumber dari pemerintah setempat dan instansi terkait.

Penelitian diawali dengan survey dan pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang diambil adalah mengenai populasi ternak domba-kambing serta jumlah peternak domba-kambing di desa lingkar kampus IPB-Dramaga. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah mewawancarai responden penelitian. Responden yang diwawancarai pada penelitian ini adalah peternak domba rakyat yang berlokasi di desa Cibanteng dan Cikarawang, Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Data yang diperoleh dari hasil wawancara merupakan data primer.

Pengambilan data primer dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu pengambilan data tahap I dan tahap II. Pengambilan data primer tahap I bertujuan untuk memperoleh data berapa jumlah peternak yang meminjam modal di Desa Cibanteng dan Cikarawang, macam-macam sumber modal yang peternak miliki, serta pilihan sistem permodalan yang banyak diakses oleh peternak untuk menjalankan usahanya.

Penelitian selanjutnya adalah pengambilan data primer tahap II. Pengambilan data primer tahap II bertujuan untuk memperoleh data analytical hierarchy process (AHP) yang dilakukan terhadap lima orang peternak dengan sistem keterwakilan dari beberapa sistem modal yang dipilih peternak berdasarkan data yang telah diperoleh sebelumnya. Skema AHP data penelitian tersaji pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema AHP data penelitian alternatif lembaga penyedia modal

Pemilihan lokasi penelitian dan pengambilan data primer di Desa Cibanteng dan Cikarawang dilakukan dengan metode purposive sampling.

Metode purposive sampling adalah pemilihan sampel yang diteliti dilakukan

Goal :

Kriteria :

(12)

4

berdasarkan pertimbangan peneliti (Morissan 2012). Pertimbangan memilih Desa Cibanteng dan Cikarawang sebagai lokasi penelitian dikarenakan banyaknya jumlah peternak domba rakyat di dua desa tersebut. Selain itu, lokasi kedua desa tersebut juga cukup berdekatan yang diharapkan nantinya hasil yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi peternakan domba rakyat di dua desa tersebut. Pemilihan responden untuk pengambilan data primer dilakukan kepada peternak rakyat yang mudah dihubungi/ditemui sebagai sampel responden tersedia.

Analisis Data

Banyaknya sistem permodalan usaha yang dipilih oleh peternak dihitung menggunakan tabulasi berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Data hasil tabulasi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk persentase. Tabulasi data yang diperoleh di lapangan menggunakan program Microsoft Excel 2007.

Analisis faktor keputusan peternak dalam memilih sumber modal dihitung dengan mentabulasikan hasil kuesioner AHP yang diperoleh dari wawancara di lapangan. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi sebuah bagian-bagian dan tertata dalam suatu hierarki (Marimin dan Maghfiroh 2013). Data tabulasi tersebut kemudian diolah dan dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan kemudian data disajikan dalam bentuk grafik hirarki AHP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum dan Profil Peternakan Rakyat di Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua desa, yaitu Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea dan Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga. Desa Cibanteng memiliki luas wilayah 170.97 ha dengan ketinggian wilayah 300 mdpl dan suhu rata-rata lingkungan 26-30oC. Desa Cibanteng terdiri atas 41 RT dan 8 RW. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah 226.56 ha dengan ketinggian wilayah 193 mdpl. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang berupa dataran dan persawahan. Usaha peternakan yang dijalankan oleh peternak rakyat di dua desa tersebut bukanlah sebagai sumber mata pencaharian utama, karena hasil penjualan ternak hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu saja misalnya untuk biaya masuk sekolah anak. Selain itu, ternak yang dimiliki juga sering disembelih untuk dimanfaatkan jika ada momen-momen tertentu, misalnya untuk keperluan acara seremonial yang didalamnya terdapat agenda makan bersama (tahlilan, hajatan, aqiqah, dan sebagainya).

(13)

5

Tabel 1 Rataan umur peternak, lama pengalaman beternak, dan persentase pendidikan peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang

Karakteristik Desa Cibanteng Desa Cikarawang Skala I Skala II Skala I Skala II yang bercirikan warna dominan putih, terdapat bintik hitam di sekeliling mata, hidung dan beberapa bagian tubuh lainnya. Jenis domba lain yang juga ditemukan di beberapa peternakan rakyat adalah domba garut yang bercirikan ukuran rubuh lebih besar dari domba ekor tipis dan bentuk telinga yang kecil (Yamin et al.

2014). Sistem pemeliharaan domba yang dilakukan adalah dengan sistem dikandangkan sepenuhnya (intensif). Kandang pemeliharaan ternak dibuat dengan bahan-bahan yang ditemukan di sekeliling peternak, seperti bambu dan kayu yang diperoleh dari sisa pembuatan bangunan. Aktivitas rutin peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang dalam menjalankan usaha peternakannya adalah mencari rumput pakan di sekitar desa hingga ke wilayah kampus, memberi pakan harian, melakukan pencukuran dan pembersihan tubuh domba dengan cara memandikan. Peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang juga melakukan aktivitas pengawinan domba yang dimilikinya untuk tujuan peningkatan populasi ternak dombanya. Peternak secara umum mengetahui ciri domba yang cocok dijadikan calon pejantan maupun indukan dilihat dari penampilannya secara eksterior. Domba jantan yang bisa dijadikan pejanntan merupakan domba yang sehat, bertubuh kekar, serta memiliki kemampuan mengawini (birahi) yang baik. Domba betina yang baik sebagai calon indukan adalah bertubuh sehat, kemampuan beranaknya baik, serta berpostur tubuh baik. Sumber Modal Usaha yang Banyak Dipilih oleh Peternak

(14)

6

meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan dan perbaikan mutu gizi masyarakat serta pembangunan ekspor (Priyanto et al. 2001). Dengan demikian, diharapkan dengan tersedianya modal usaha ternak, mampu meningkatkan pembangunan peternakan minimal di Desa Cibanteng dan Cikarawang.

Pemenuhan kebutuhan modal untuk menjalankan usaha bisa bersumber dari dalam ataupun dari luar. Modal yang bersumber dari dalam merupakan modal yang dimiliki oleh pelaku usaha yang berasal dari kepemilikannya sendiri. Modal yang bersumber dari luar adalah modal yang dimiliki pelaku usaha yang diperoleh dari luar kepemilikannya, bisa berupa pinjaman, warisan, ataupun hibah dari orang lain. Walaupun demikian, menurut Boa (2007), modal harus dimiliki oleh setiap masyarakat dalam meningkatkan produksinya dengan sumber berasal dari dirinya sendiri. Jika modal usaha yang dijalankan berasal dari diri sendiri, maka pelaku usaha bisa menjalankan usahanya dengan tenang tanpa harus memikirkan bagaimana untuk membayar hutang pinjaman untuk usaha. Peternak domba dan kambing rakyat yang berada di Desa Cibanteng dan Cikarawang Kabupaten Bogor menjalankan usaha peternakan dengan berbagai macam perolehan sumber modal baik dari dalam maupun dari luar. Sumber modal yang berasal dari dalam meliputi dana pribadi dan warisan. Modal yang bersumber dari luar meliputi pinjaman dari bank dan pinjaman dari non bank baik berupa yayasan maupun pinjaman dalam bentuk usaha bagi hasil (maro).

Peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang mengakses modal dari dua macam lembaga penyedia modal, yaitu bank dan yayasan. Lembaga penyedia modal yang diakses peternak adalah yang terjangkau dari segi lokasinya. Selain itu, peternak juga mengakses modal ke lembaga penyedia modal yang memberikan syarat mudah seperti yang ditawarkan oleh yayasan. Data jumlah dan persentase sumber modal usaha ternak yang dimiliki oleh peternak domba dan kambing rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase sumber modal usaha ternak peternakan rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang

Sumber Modal Jumlah (Orang) Persentase (%)

Sumber Dalam 24 40.00

Dana Pribadi 22 36.67

Warisan 2 3.33

Sumber Luar 36 60.00

Pinjaman Bank 2 3.33

Pinjaman Non-Bank 34 56.67

(15)

7

langsung terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pertanian (Şimşir 2012). Keberadaan kredit berpengaruh besar terhadap perekonomian, bila perekonomian sedang mengalami kelesuan maka dapat diatasi dengan adanya kredit sehingga dunia perekonomian menjadi bergerak kembali atau dapat memperbaiki perekonomian (Anindita 2011). Dari 56.67% responden yang memiliki sumber modal yang berasal dari luar tersebut, data kembali dipilah berdasarkan pilihan sistem permodalan yang dipilih. Data pilihan sistem permodalan usaha yang dipilih oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3 Pilihan peternak di Desa Cibanteng dan Cikarawang dalam memperoleh modal usaha peternakan

Pilihan Sistem Permodalan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Bagi Hasil (Paroan) 32 88.89

Kredit Yayasan 2 5.56

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui sebanyak 88.89% responden yang memiliki modal yang bersumber dari luar memilih sistem permodalan yang berazaskan bagi hasil (maro). Besarnya jumlah peternak yang lebih memilih sistem maro dibandingkan kredit adalah peternak lebih merasa aman dan nyaman jika menjalankan usaha dengan sistem maro karena tidak memerlukan jaminan apapun dengan persyaratan yang relatif lebih ringan. Pelaku usaha kecil, khususnya peternak rakyat masih memiliki kekhawatiran jika mengakses permodalan dalam bentuk kredit dikarenakan kurangnya pembinaan terhadap masyarakat mengenai bagaimana sistem kredit dijalankan. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan penguatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah (Glendoh 2001).

Analisis AHP Penyedia Sumber Modal Usaha

Peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang yang memiliki modal berasal dari luar memperoleh modal dari kredit bank, kredit yayasan, dan pinjaman yang bersifat bagi hasil. Data skala prioritas alternatif sistem permodalan ditampilkan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Peringkat prioritas sumber modal usaha ternak yang tersedia dan diakses oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang

Hasil analisis faktor menggunakan metode AHP menunjukkan bank sebagai alternatif prioritas utama (best) dengan bobot kriteria 0.32, yayasan

Sumber Modal Bobot Kriteria Peringkat Prioritas

Bank 0.32 1

Yayasan 0.27 2

(16)

8

sebagai alternatif prioritas kedua (second best) dengan bobot kriteria 0.27, dan sistem maro sebagai alternatif prioritas ketiga (last) dengan bobot kriteria 0.26. Bank merupakan lembaga yang resmi dipercaya oleh pemerintah untuk mengolah dan menyalurkan kredit kepada nasabah yang membutuhkan. Bank berfungsi sebagai penyalur dana kredit konsumtif dan kredit produktif (Firmansyah dan Purwanta 2014). Modal yang disalurkan kepada nasabah termasuk dalam kredit produktif. Dalam mengakses perkreditan ke bank, peternak harus mempersiapkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi merupakan syarat untuk melengkapi administrasi karena modal yang akan diperoleh peternak nantinya merupakan dana yang berasal dari pemerintah sebagaimana yang dijelaskan pada penelitian Hendarto (2000) mengenai mekanisme alur penyaluran kredit yang digambarkan pada skema berikut.

Sumber : Hendarto (2000)

Gambar 2 Skema penyaluran kredit dari pemerintah hingga ke peternak melalui kelompok ternak

Pemberian kredit oleh bank dilakukan secara hati-hati dan dengan beberapa syarat. Menurut Pratama (2010) proses perkreditan dilakukan secara hati-hati oleh bank dengan maksud untuk mencapai sasaran dan tujuan pemberian kredit. Ketika bank menetapkan keputusan pemberian kredit, maka sasaran yang hendak dicapai adalah aman, terarah, dan menghasilkan pendapatan. Sistem pemberian kredit yang disediakan oleh bank pada dasarnya lebih jelas dibandingkan dengan sistem lainnya.

(17)

9

Perbandingan Sistem Permodalan antar Lembaga Keuangan yang Dipilih Masyarakat

Peternak rakyat mengakses permodalan bertujuan untuk meningkatkan skala usaha yang dijalankannya. Selama ini, dalam menjalankan usahanya peternak masih mengalami keterbatasan modal sehingga jumlah kepemilikan peternak relatif kecil sehingga menyebabkan belum tercapainya skala usaha yang menguntungkan secara ekonomi (Cyrilla et al. 2010). Kedua sistem permodalan yang dipilih oleh sebagian peternak akan dikomparasikan untuk melihat sistem mana yang cocok untuk diakses oleh peternak untuk mengembangkan usaha peternakannya. Data komparasi sistem permodalan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan non-bank diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan sistem permodalan dari lembaga penyedia modal yang dipilih oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang

Bank Yayasan

Sumber: Hasil wawancara dengan salah satu bank dan nasabah yayasan

(18)

10

lembaga penyedia modal. Berdasarkan penelitian di lapangan, ditemukan dua lembaga keuangan yang diakses oleh peternak rakyat dalam memperoleh modal yaitu bank dan yayasan. Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dana dari masyarakat baik dalam bentuk tabungan, deposito, maupun giro yang selanjutya dana tersebut disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pinjaman (Firmansyah dan Purwanta 2014).

Hasil perbandingan yang diperoleh, diketahui bahwa lembaga keuangan bank memiliki persyaratan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan yayasan. Banyaknya persyaratan yang diajukan membuat peternak rakyat kesulitan untuk mengakses permodalan tersebut. Bank sebagai lembaga keuangan melakukan analisis mendalam terlebih dahulu sebelum memberikan permodalan kepada pelaku usaha kecil, terutama usaha peternakan. Upaya tersebut dilakukan sebagai langkah mitigasi resiko. Pembuat keputusan, dalam hal ini pemerintah perlu berperan langsung dalam pembuatan kebijakan yang tepat agar pelaku usaha kecil, khususnya peternak rakyat bisa mengakses permodalan dengan mudah. Penyediaan subsidi modal pertanian seharusnya menjadi kebijakan yang umum bagi pemerintah nasional suatu negara (Petrick dan Kloss 2012).

Pada dasarnya, peternak rakyat lebih berminat untuk memilih lembaga keuangan resmi dalam mengakses permodalan dibandingkan dengan pelepas uang perorangan. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan saat ini masyarakat sudah mulai memahami bahwa pada prekteknya pelepas uang perorangan (rentenir) memiliki perilaku ekonomi yang berkaitan dengan budaya lokal. Mereka membangun citra diri dengan penguatan kapital budaya (cultural capital) seperti menolong nasabah yang susah dan menyumbang aktivitas keagamaan (Dimyati 1997). Walaupun demikian, pada akhirnya akan memberikan kerugian bagi peternak jika tidak mampu mengembalikan modal sesuai dengan perjanjian karena akan menghasilkan bunga dalam jumlah besar bahkan melebihi besar pinjaman pokok yang diakses oleh peternak yang bisa menyebabkan peternak kehilangan aset yang dimiliki baik berupa ternak, tanah, bahkan rumah tinggal karena mengalami penyitaan. Kondisi tersebut menyebabkan peternak tidak ingin mengakses permodalan ke pelepas uang perorangan atau rentenir.

(19)

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang mayoritas belum memiliki modal yang cukup untuk menjalankan usahanya sehingga masih perlu mengakses permodalan dari luar. Permodalan yang banyak diakses oleh peternak rakyat adalah sistem bagi hasil (maro) walaupun berdasarkan analisis faktor, diketahui bahwa bank merupakan alternatif terbaik (best) sebagai lembaga penyedia modal karena sistemnya yang sudah jelas. Selain itu, bank juga merupakan lembaga penyedia modal yang lebih baik karena dari segi sistem penyaluran kredit dan pengelolaan keuangannya sudah jelas dan resmi dibawah naungan pemerintah, sehingga resiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan bagi kreditur tidak begitu besar.

Saran

Peternak rakyat perlu diberikan edukasi tentang bagaimana cara mengakses permodalan kepada lembaga resmi seperti perbankan. Sehingga kedepannya, peternak rakyat bisa dengan mudah untuk mengakses permodalan yang ada untuk mengembangkan usaha peternakan yang dijalankannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anindita I. 2011. Analisis pengaruh tingkat suku bunga, CAR, NPL, dan LDR terhadap penyaluran kredit UMKM (studi pada bank umum swasta nasional periode 2003-2010) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Boa H. 2007. Analisis dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan usaha tambak udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cyrilla L, Moesa Z, Putri SMP. 2010. Efisiensi produksi usaha peternakan domba di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. J Med. Pet.

33(1): 55-60.

Dimyati K. 1997. Profil praktik pelepas uang (rentenir) dalam masyarakat transisi studi kasus di Kartasura Kabupaten Sukoharjo [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

[Disnak Jabar] Dinas Peternakan Jawa Barat (ID). 2013. Statistical on Livestock 2013. Bandung (ID): Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Firmansyah H, Purwanta W. 2014. Buku Panduan Guru Ekonomi Muatan Kebanksentralan. Jakarta (ID): Bank Indonesia.

Fuah AM, Siregar HCH, Winarno. 2014. Peternakan Terpadu Konsep, Rancang, dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press.

Glendoh SH. 2001. Pembinaan dan pengembangan usaha kecil. J Manajemen dan Kewirausahaan. 3(1): 1-13.

(20)

12

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Marimin, Maghfiroh N. 2013. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.

Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.

Muladno. 2013. Realita Diluar Kandang Dinamika Pengembangan Peternakan. Jakarta (ID): PT. Permata Wacana Lestari.

Nurlatifah AA. 2015. Profil peternakan domba rakyat di desa Cibanteng dan Cikarawang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Petrick M, Kloss M. 2012. Drivers of Agricultural Capital Productivity in Selected EU Member States. Brussels (BE): Centre for European Policy Studies (CEPS).

Pratama BA. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan (studi pada bank umum di Indonesia periode tahun 2005-2009) [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Priyanto D, Setiadi B, Martawidjaja M, Yulistiani D. 2001. Peranan usaha ternak kambing lokal sebagai penunjang perekonomian petani di pedesaan. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner; 2001; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. hlm 419-427. Sagala Z. 2010. Dampak program pengembangan usaha agribisnis pedesaan

(PUAP) terhadap pendapatan petani studi kasus di Desa Hasang Kecamatan Kualuh Selatan Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Şimşir NC. 2012. An econometric analysis of the relationship between economic growth and agricultural credits for pro-poor growth in Turkey. International Journal of Social Science and Humanity Studies. 4(2): 355-364.

Talib C, Inounu I, Bamualim A. 2007. Restrukturisasi peternakan di Indonesia. J Analisis Kebijakan Pertanian. 5(1): 1-14.

Utomo B. 2003. Kajian pola pembiayaan usaha kecil agroindustri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wibowo S, Haryadi FT. 2006. Faktor karakteristik peternak yang mempengaruhi sikap terhadap program kredit sapi potong di kelompok peternak adiniharjo kabupaten Sleman Yogyakarta. J Media Peternakan. 29(3): 176-186.

(21)

13

LAMPIRAN

Lampiran 1 Grafik Tabel 1 dan Tabel 2

A

SUMBER ASAL MODAL

KEPEMILIKAN MODAL PETERNAK

PILIHAN SUMBER MODAL

(22)
(23)

14

Lampiran 2 Hasil rekapitulasi data AHP

Sistem Modal Kriteria Bobot Kriteria

Bobot

Modal Skor Bobot

Maro Lokasi 0.341988935 0.276168766 0.094446662

Syarat Mudah 0.201013166 0.256706606 0.051601407

Sistem Permodalan 0.112479166 0.364207773 0.040965787

Jaminan 0.189675954 0.373987558 0.070936447

Tingkat Bunga 0.15484278 0.317944248 0.049231371

Jumlah 0.257950303 <-- (3)

Bank Lokasi 0.341988935 0.361915617 0.123771136

Syarat Mudah 0.201013166 0.483907723 0.097271823

Sistem Permodalan 0.112479166 0.317896114 0.03575669

Jaminan 0.189675954 0.341483959 0.064771296

Tingkat Bunga 0.15484278 0.364111503 0.056380037

Jumlah 0.321570945 <-- (1)

Yayasan Lokasi 0.341988935 0.361915617 0.123771136

Syarat Mudah 0.201013166 0.259385672 0.052139935

Sistem Permodalan 0.112479166 0.317896114 0.03575669

Jaminan 0.189675954 0.284528482 0.053968211

Tingkat Bunga 0.15484278 0.317944248 0.049231371

Jumlah 0.265635972 <-- (2)

(24)
(25)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Andika Gilang Maulana, dilahirkan di Bogor pada tanggal 19 September 1992 dari pasangan Eddy Atmadja dan Iriawati. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Penulis mengawali proses pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) di TK-A Al-Falaah tahun 1997-1998 dan melanjutkan ke TK-B Tirtasari Kota Bogor Tahun 1998-1999. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Sindang Sari Kota Bogor sampai dengan kelas 5 semester 1 dan selanjutnya penulis mengalami perpindahan sekolah ke SD Negeri Taman Pagelaran Kabupaten Bogor hingga selesai pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 11 Kota Bogor hingga tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Ciomas Kab. Bogor tahun 2008-2011, dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta Masuk IPB (UTMI) pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP) Fakultas Peternakan.

Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis memperoleh beasiswa Bidik Misi dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) selama 8 semester. Penulis juga pernah aktif dalam sejumlah organisasi kemahasiswaan di IPB diantaranya menjadi Staff Departemen Kajian Strategis BEM TPB IPB 2011-2012, Staff Departemen Politik dan Kajian Strategis BEM Fakultas Peternakan IPB 2012-2013, Sekretaris Eksekutif BEM Fakultas Peternakan IPB 2013-2014, Menteri Kebijakan Nasional BEM KM IPB pada Desember 2014-April 2015, dan serangkaian kepanitiaan lainnya. Selama menjalankan pendidikan di Fakultas Peternakan IPB, penulis dipercaya sebagai ketua angkatan (sheriff) angkatan 48 Fakultas Peternakan IPB. Penulis juga pernah aktif sebagai mentor Program Pembinaan Terpadu Bidik Misi (PPTBM) IPB, tutor mahasiswa bidikmisi matakuliah Sosiologi Umum TPB IPB, asisten matakuliah Pendidikan Agama Islam TPB IPB, asisten praktikum matakuliah Teknik Pengolahan Daging, dan asisten praktikum matakuliah Teknologi Pengolahan Telur dan Daging Unggas di Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB. Saat ini penulis aktif sebagai guru honorer sekaligus mentor kegiatan Rohis di salah satu SMA di Kabupaten Bogor.

Gambar

Gambar 1.
Tabel 1  Rataan umur peternak, lama pengalaman beternak, dan persentase pendidikan peternak domba rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang
Tabel 2  Jumlah dan persentase sumber modal usaha ternak peternakan rakyat di Desa Cibanteng dan Cikarawang
Tabel 4  Peringkat prioritas sumber modal usaha ternak yang tersedia dan diakses oleh peternak rakyat di Desa Cibanteng dan Desa Cikarawang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mahmudah Hisyam dalam memimpin santri tahfidzul adalah memberikan supervisi atau pengawasan yang berkoordinasi langsung dengan stakeholder terkait, yaitu ketua asrama

Tahap-tahap yang dilewati dalam proses produksi kopi SER pada UUP Mekar Sari dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Tahap-tahap proses produksi kopi SER pada UUP Mekar Sari Kopi

Universitas Muha mmadiyah Surakarta, 2011, xvii + 203 halaman (termasuk lampiran). Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan muatan materi HAM dalam buku ajar

Pada tahap rancangan secara umurn, hanya dimaksudkan untuk mendefinisikan kebutuhan file-file basis datzyang diperlukan oleh sistem informasi 'ni- Pada tahap rancangan

2007 Sebagai Fasilitator pada Penataran Manajemen Penjaminan Mutu Untuk PT Seni dan Pendamping Implementasi Penjaminan Mutu STSI Surakarta. 2007 Sebagai Fasilitator pada Pemagangan

Model ini menggunakan single input-single output yang salah satu modelnya adalah NARX (nonlinear autoregressive with exogenous inputs) model. Jenis model arsitektur jaringan

Penawaran penulis adalah multikulturasi Pendidikan Islam sejak dini di dalam keluarga, dengan nilai agama (tauhid) harus terkontruk dengan baik dalam diri

Minggu ini tema bermain kita bersama ananda tercinta di Rumah adalah “Lingkungan: Lingkungan sekitar.” Melalui tema dan kegiatan main yang dapat dipilih di bawah ini, tujuan yang