• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI UNJUK KERJA PELUMPURAN TANAH SAWAH

MENGGUNAKAN TRAKTOR RODA DUA DAN EMPAT

DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT

ARNOD SILABAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

(4)

ABSTRAK

ARNOD SILABAN. Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Dibimbing oleh GATOT PRAMUHADI.

Pelumpuran tanah sawah adalah kegiatan pengolahan tanah dengan cara mencampur tanah dengan air secara berulang-ulang sehingga terbentuk lumpur. Metode pelumpuran tanah sawah dapat dilakukan menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan membandingkan hasil pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda dua dan empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Hasil pengujian kapasitas lapang efektif pelumpuran, indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman menggunakan traktor roda dua dan garu sisir berturut-turut sebesar 0.136 ha/jam, 82.14%, 82.65%, dan 98.52% , serta menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari berturut-turut sebesar 0.673 ha/jam, 83.70%, 87.50%, dan 99.25%.

Kata kunci: pelumpuran tanah, kapasitas lapang efektif pelumpuran, indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman.

ABSTRACT

ARNOD SILABAN. Study of Soil Puddling Performances Utilized Two-wheel and Four-wheel Tractors in Sukamandi Village, Subang, West Java. Supervised by GATOT PRAMUHADI.

Soil puddling of paddy is soil tilling activities by mixing soil and water to produce mud. Soil puddling method on paddy field can be done utilized two-wheels tractor or four-two-wheels tractor. The objective of the research was to analyse and compare soil puddling results utilized two-wheel and four-wheel tractors in Sukamandi Village, Subang, West Java. Results of the research showed that effective field capacity, puddling index, softness of puddled soil index, and uniformity index utilized two-wheel tractor and spike-tooth harrow were 0.136 ha/hour, 82.14%, 82.65%, and 98.52% respectively, and utilized four-wheel tractor and rotary plow were 0.673 ha/hour, 83.70%, 87.50%, and 99.25% respectively.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

STUDI UNJUK KERJA PELUMPURAN TANAH SAWAH

MENGGUNAKAN TRAKTOR RODA DUA DAN EMPAT

DI DESA SUKAMANDI, SUBANG, JAWA BARAT

ARNOD SILABAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSITEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat

Nama : Arnod Silaban NIM : F14090018

Disetujui oleh

Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Studi Unjuk Kerja Pelumpuran Tanah Sawah Menggunakan Traktor Roda Dua dan Empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, saran dan motivasi selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini, serta Bapak Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr dan Bapak Dr. Liyantono, S.TP, M. Agr selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahannya. Terima kasih kepada Bapak Prayogo, Bapak Nono, Bapak Yuda, Bapak Fajar, Bapak Evan, dan seluruh staf PT Bina Pertiwi yang telah menyediakan traktor Kubota L3608 dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu, mendiang ayah, seluruh keluargaku, dan Lastry Sitanggang yang telah memberikan doa, dukungan, dan motivasinya serta seluruh teman-teman ORION 46 yang banyak memberikan semangat dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan teknologi di bidang pertanian.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Struktur Lahan Sawah 2

Pelumpuran Tanah Sawah 3

Sumber Tenaga Pelumpuran 3

METODE 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Bahan 4

Alat 4

Parameter yang Diamati 5

Rancangan Penelitian 5

Metode Pengambilan Data 7

Prosedur Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Kapasitas Lapang Efektif dan Efisiensi Pelumpuran 12

Indeks Pelumpuran, Indeks kelunakan dan Indeks Keseragaman 14

Analisis Biaya Pokok Pelumpuran 17

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Bentuk dan ukuran lahan sawah saat penelitian 4

2 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir 12 3 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah

sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari 12 4 Indeks pelumpuran, indeks kelunakan dan indeks keseragaman 15

5 Rincian biaya pokok pelumpuran tanah sawah 17

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram skematik untuk menentukan indeks pelumpuran, indeks

kelunakan, dan indeks keseragaman 5

2 Diagram skematik untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran

tanah sawah 6

3 Diagram skematik untuk menentukan biaya pokok pelumpuran tanah

sawah 7

4 Pola kerja pelumpuran tanah sawah 8

5 Contoh posisi pengambilan suspensi air-tanah dan posisi tanah dalam

tabung plastik setelah dibiarkan selama 48 jam 10

6 Posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (Pramuhadi 1998) 11 7 Pengaruh metode pelumpuran tanah sawah terhadap kapasitas lapang

efektif pelumpuran 13

8 Pengaruh metode pelumpuran terhadap indeks pelumpuran, indeks

kelunakan, dan indeks keseragaman 15

9 Contoh pelumpuran tanah sawah di lokasi penelitian 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Spesifikasi traktor roda empat 20

2 Spesifikasi bajak rotari 21

3 Spesifikasi traktor roda dua 21

4 Spesifikasi implemen garu sisir 22

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi adalah tanaman pangan yang paling banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Adanya pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan hidup terutama beras sebagai bahan makanan pokok. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat dibutuhkan peningkatan produksi padi. Pada tahun 2013, Badan Pusat Statistik menyatakan angka produksi gabah kering giling tahun 2012 adalah sebesar 69.05 juta ton atau setara 40.05 juta ton beras. Sedangkan konsumsi beras masyarakat Indonesia sekitar 139 kilogram per kapita per tahun atau total 34.05 juta ton. Luas lahan yang diperlukan untuk menghasilkan kebutuhan padi tersebut minimal 13.45 juta hektar dengan produktivitas sebesar 5.15 ton per hektar.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 sebesar 230 juta jiwa, dan diperkirakan tahun 2013 akan mencapai 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1.49 per tahun. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk ini, mengakibatkan semakin tingginya kebutuhan beras nasional. Salah satu sentra penghasil beras nasional adalah Jawa Barat, menurut data BPS tahun 2013 produksi padi provinsi Jawa Barat mencapai 11,9 juta ton dengan produktivitas 6.044 ton/ha serta luas panen 1,9 juta ha.

Penggunaan alat dan mesin budidaya pertanian merupakan salah satu cara untuk mengoptimalkan produksi padi pada lahan sawah yang diolah. Produksi padi yang optimal juga dapat diperoleh dengan menggunakan metode budidaya yang lebih efektif dan efisien. Produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan menggunakan varietas unggul yang dikombinasikan dengan pengaturan tanah, air, pupuk, dan operasi secara mekanis. Pengolahan tanah merupakan salah satu tahapan dalam pelaksanaan budidaya pada lahan sawah. Pengolahan tanah meliputi penggenangan, pembajakan, dan penggaruan untuk menghancurkan kembali struktur tanah dan melumpurkan.

Pelumpuran tanah sawah adalah kegiatan pengolahan tanah dengan cara mencampur tanah dengan air secara berulang-ulang sehingga terbentuk lumpur. Tanah yang hendak dilumpurkan harus mempunyai kandungan liat (clay) cukup tinggi. Menurut Koga (1992) pelumpuran adalah proses dimana tanah menjadi berstruktur granular atau menjadi butir-butir yang disebabkan oleh air yang berlebihan dan pengolahan tanah yang berlebihan, sedangkan menurut Adachi (1992) pelumpuran adalah proses membuat bongkahan-bongkahan tanah dan agregat-agregat tanah terdispersi atau terurai, hancur, dan menjadi sedimen. Dengan demikian, pori-pori makro pada lapisan olah dikurangi oleh pelumpuran sehingga laju perkolasinya berkurang.

(12)

2

Di Desa Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat sebagian besar pelumpuran tanah sawah telah menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat. Suatu studi diperlukan untuk mengukur, menganalisis, dan membandingkan hasil unjuk kerja pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Perumusan Masalah

Berbagai macam metode pelumpuran tanah sawah dapat diterapkan baik secara tradisional maupun secara mekanis dengan menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat, dimana di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat kedua jenis traktor ini sudah banyak digunakan. Untuk itu, diperlukan penelitian mengenai studi unjuk kerja pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat di Desa Sukamandi, Subang, Jawa Barat agar dapat diukur, dianalisis, dan dibandingkan hasil unjuk kerja pelumpuran tanah sawah. Adapun sebagai indikator hasil pelumpuran tanah sawah, yaitu indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan membandingkan hasil pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat yang meliputi kapasitas lapang efektif pelumpuran, indeks pelumpuran, indeks kelunakan, indeks keseragaman, serta analisis biaya pokok pelumpuran.

TINJAUAN PUSTAKA

Struktur Lahan Sawah

Lahan sawah merupakan jenis lahan budidaya untuk tanaman padi dengan permukaan yang datar dan dibatasi tanggul yang berfungsi untuk menyimpan dan menahan genangan air. Lahan sawah dibuat dan dibentuk menyerupai kolam sebagai wadah penahan genangan air. Kehilangan air berupa rembesan terkadang terjadi melalui pematang tersebut. Petani biasanya melapisi bagian dalam dan atas pematang dengan lumpur untuk mengurangi terjadinya rembesan melalui pematang (Koga 1992).

(13)

3 dari bagian pembatas (tanggul pembatas/pematang), lapisan olah tanah, dan bagian dasar.

Pelumpuran Tanah Sawah

Lumpur dibentuk oleh bajak atau cangkul yang kemudian digaru bersamaan dengan pemberian air irigasi yang cukup. Dengan terbentuknya struktur lumpur dan adanya penggenangan pada tanah sawah maka akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan oksidasi yang berwarna coklat kekuningan yang berada di bagian atas serta lapisan reduksi dibagian bawah yang berwarna kelabu kebiruan.

Tujuan pelumpuran adalah untuk memecah tanah dalam bagian yang sekecil-kecilnya yang disebut cairan koloid, cairan yang dapat mengendap dipermukaan tanah sehingga merupakan perisai yang tidak mudah ditembus air sebagai perkolasi. Menurut De Datta (1981) fungsi pelumpuran adalah :

1. Menghaluskan tanah pada lapisan olah untuk menyiapkan penanaman bibit (transplanting) atau penanaman langsung pada kondisi lahan tergenang.

2. Mengurangi gulma.

3. Mengurangi laju perkolasi sehingga dapat menghemat pemakaian air dan pupuk.

4. Mencampur pupuk dengan tanah pada lapisan olah.

5. Membuat permukaan tanah rata sehingga tebal genangan air dan pertumbuhan padi seragam.

Kualitas tanah hasil pelumpuran dapat dinilai berdasarkan indeks pelumpurannya. Indeks pelumpuran diperoleh dari hasil pengambilan contoh suspensi air tanah dalam suatu tabung plastik dan dibiarkan selama 48 jam sehingga tanah dalam tabung akan turun.

Kekuatan tanah adalah faktor terpenting untuk pertumbuhan dan penembusan akar pada saat penanaman bibit. Apabila lumpur yang dihasilkan atau terbentuk terlalu lunak, maka persentase bibit yang tidak tertanam akan tinggi (Adachi 1992). Sawamura et al (1986) memperkenalkan metode pengukuran kelunakan tanah hasil pelumpuran (softness of puddled soil) dengan cara menjatuhkan bola golf seberat 45.9 gram dari ketinggian 1 m di atas permukaan lumpur. Kelunakan tanah yang cocok untuk tanaman padi sawah adalah apabila permukaan atas bola golf muncul pada permukaan lumpur setinggi 1 cm atau tenggelam sedalam 1 cm di bawah pemukaan lumpur.

Sumber Tenaga Pelumpuran

(14)

4

diterapkan walaupun memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan kedua jenis sumber tenaga sebelumnya (De Datta 1981).

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lahan padi sawah milik PT. Sang Hyang Seri di Desa Sukamandi, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Maret 2013 hingga Juli 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu petak lahan sawah yang terdiri dari lima petak lahan sawah dengan ukuran yang berbeda-beda.

Tabel 1 Bentuk dan ukuran lahan sawah saat penelitian

Parameter Satuan Metode pelumpuran

Traktor roda dua dan garu sisir

Lahan - A B C

Bentuk lahan -

Dimensi lahan m a = 21.91, b = 17.86 a = 41, b = 17.6 a = 36.50, b = 18.66

Luas lahan ha 0.039 0.072 0.068

Traktor roda empat dan bajak rotari

Lahan - D E

Bentuk lahan -

Dimensi lahan m a =94.5, b = 117.4 a = 129, b = 90

Luas lahan ha 1.109 1.161

Alat

Peralatan yang digunakan adalah traktor roda dua dan garu sisir, dan traktor roda empat dan bajak rotari dengan spesifikasi yang dapat dilihat pada Lampiran 1

a b

a b

a

b

a

b

a

(15)

5 sampai dengan Lampiran 4. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas meteran untuk mengukur luas lahan, stopwatch untuk alat pengukur waktu, bola golf untuk mengukur nilai IK, dan tabung plastik untuk mengukur nilai IP.

Parameter yang Diamati

Parameter-parameter yang diamati dalam penelitian ini, yaitu : 1. Kapasitas lapang efektif pelumpuran (KLE)

2. Indeks pelumpuran (IP) 3. Indeks kelunakan (IK) 4. Indeks keseragaman (IS) 5. Biaya pokok pelumpuran

Rancangan Penelitian

Pengambilan sampel hasil pelumpuran menggunakan traktor roda dua dan garu sisir, serta traktor roda empat dan bajak rotari dilakukan seaktual mungkin setelah dilakukan pelumpuran. Bola golf dijatuhkan dari ketinggian 1 m ke dalam tanah lumpur dan dilakukan pengukuran posisi permukaan atas bola golf terhadap permukaan lumpur dengan penggaris. Hasil pelumpuran dimasukkan kedalam tabung plastik dan dibiarkan selama 48 jam. Metode untuk menentukan nilai indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman hasil pelumpuran tanah sawah ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Diagram skematik untuk menentukan indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman

Metode Pelumpuran

IS (%) CVip (%)

SD (%)

CVik (%) IP (%)

Pbg (cm)

IK (%) Traktor roda-4 dan bajak rotari Traktor roda-2

dan garu sisir

(16)

6

Pengukuran luas lahan sawah dilakukan sebelum pelumpuran tanah sawah dimulai. Kapasitas lapang efektif pelumpuran merupakan hasil perbandingan luas lahan pelumpuran dan waktu pelumpuran efektif. Waktu pelumpuran efektif merupakan seluruh waktu pelumpuran yang digunakan oleh traktor. Untuk mendapatkan waktu pelumpuran efektif dilakukan setelah traktor masuk ke dalam lahan sawah, stopwatch kemudian diaktifkan dan dicatat waktu efektif dan waktu tidak efektif. Kecepatan kerja diperoleh dari hasil bagi jarak pelumpuran tanah sawah dengan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh lintasan kerja. Pada lintasan kerja diberikan tanda berupa patok untuk mengetahui jarak tempuh aktual sebanyak 5 kali putaran roda traktor. Efisiensi pelumpuran tanah sawah dapat diketahui berdasarkan kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis. Metode untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran tanah sawah ditunjukkan pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Diagram skematik untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran tanah sawah

(17)

7

Gambar 3 Diagram skematik untuk menentukan biaya pokok pelumpuran tanah sawah

Metode Pengambilan Data

Semua lahan yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya merupakan lahan budidaya padi sawah. Penggenangan lahan dilakukan setelah pembajakan saat panen selesai selama 10-14 hari dengan tinggi penggenangan air 3-4 cm dari permukaan tanah. Pola kerja yang digunakan pada kegiatan pelumpuran tanah sawah menggunakan pola kerja yang disebut metode sirkulasi, dengan terus-menerus dilakukan pengulangan sampai lumpur terbentuk. Pola kerja yang digunakan selalu mengikuti arah panjang petakan lahan untuk mengurangi banyaknya belokan. Pengambilan sampel untuk menentukan indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman dilakukan mengikuti pola kerja pada Gambar 4 di bawah. Pelumpuran dilakukan dengan 5 kali ulangan lintasan, setiap lintasan dilakukan pengambilan sampel sebanyak satu kali. Pengambilan sampel pada pelumpuran yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti prosedur operator.

(18)

8

Gambar 4 Pola kerja pelumpuran tanah sawah

Traktor Roda Dua dan Garu Sisir

Pembajakan dengan menggunakan traktor roda dua yang digandengkan dengan gelebeg dan proses pelumpuran menggunakan garu sisir. Setelah dilakukan pembajakan tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan gelebeg, kemudian dilakukan pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir, dimana selisih waktu pelumpuran traktor roda dua dan gelebeg dengan traktor roda dua dan garu sisir adalah selama satu minggu. Hal ini dilakukan untuk menggenangi lahan sawah dan pembusukan gulma.

Traktor Roda Empat dan Bajak Rotari

Pembajakan dengan menggunakan traktor roda empat yang digandengkan dengan bajak rotari dan proses pelumpuran menggunakan bajak rotari. Pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari dilakukan setelah pembajakan tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari. Pengolahan tanah sawah menggunakan traktor roda dempat di Desa sukamandi dilakukan hanya dua tahap yaitu pembajakan dan pelumpuran.

Prosedur Analisis Data

Pengukuran Kapasitas Lapang Efektif Pelumpuran Tanah Sawah (KLE) Kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah dalam ha/jam diperoleh dari hasil waktu efektif pelumpuran tanah sawah (Wk), dan luas lahan pelumpuran tanah sawah (Aa). Perhitungan kapasitas lapang efektif dilakukan dengan mengukur waktu efektif menggunakan stopwatch dan luas lahan yang diolah menggunakan meteran dengan persamaan 1.

KL ...(1) Dimana,

KLE = Kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah (ha/jam) Aa = luas lahan pelumpuran tanah sawah (ha)

Wk = Waktu efektif pelumpuran tanah sawah (jam)

Pengukuran Efisiensi Lapang Pelumpuran Tanah Sawah

Perhitungan untuk mendapatkan nilai efisiensi lapang pelumpuran tanah sawah disajikan pada persamaan 2, 3, 4 dan 5.

1 2

5

(19)

9

S ...(2)

vt -Sva ...(3)

KL x l x vt...(4)

ff ... ...(5)

Dimana, S : Slip roda penggerak (%) Sb : Jarak tempuh traktorsaat pelumpuran dalam lima putaran roda (m) So : Jarak tempuh traktotanpa beban dalam lima putaran roda (m) vt : Kecepatan maju teoritis (detik) va : Kecepatan maju aktual (detik) l : Lebar implemen (m) KLT : Kapasitas lapang teoritis pelumpuran tanah sawah (ha/jam) KLE : Kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah (ha/jam) Eff : Efisiensi pelumpuran tanah sawah (%) Pengukuran Nilai Indeks Pelumpuran Tanah Sawah Setelah kegiatan pelumpuran selesai, dilakukan pengambilan sampel tanah yang dilumpurkan untuk menghitung nilai indeks pelumpuran. Sampel lumpur yang diambil dimasukkan ke dalam tabung. Waktu pengambilan contoh tanah yang dilumpurkan adalah seaktual mungkin, yaitu segera setelah pelumpuran selesai. Sampel yang ada dalam tabung plastik kemudian dibiarkan selama 48 jam sehingga tanah terpisah dan mengendap dari campuran lumpur. Gambar 5 di bawah menunjukkan posisi tabung pengambilan sampel lumpur hasil pelumpuran dan posisi tanah yang mengendap setelah lumpur dibiarkan selama 48 jam. Volume tanah yang turun dicatat dan indeks pelumpuran dihitung dengan menggunakan persamaan 6 berikut ini. % 100 x Vt Vs IP ...(6)

keterangan:

IP : Indeks pelumpuran (%)

(20)

10

Gambar 5 Contoh posisi pengambilan suspensi air-tanah dan posisi tanah dalam tabung plastik setelah dibiarkan selama 48 jam

Pengukuran Nilai Indeks Kelunakan Tanah Sawah

Kekuatan tanah merupakan salah satu faktor penting untuk penembusan akar dan pertumbuhan akar pada saat penanaman bibit padi dan untuk pertumbuhan perkecambahan pada saat dilakukan penanaman langsung. Apabila lumpur yang terbentuk terlalu lunak atau terlalu keras, maka persentase bibit yang tak tertanam akan tinggi (Adachi, 1992). Indeks kelunakan diukur dengan cara sebagaimana telah diperkenalkan Sawamura et al (1986) dalamPramuhadi (1998), yaitu dengan menggunakan persamaan bola golf. Bola golf yang digunakan adalah bola golf dengan massa 45.9 gram dan diameter 42.8 mm. Bola golf dijatuhkan dari ketinggian satu meter diatas permukaan lumpur. Supaya pengukuran tepat pada permukaan bola golf, bola golf terlebih dahulu diikatkan pada benang. Ketika bola dijatuhkan, benang sedikit diangkat, tapi posisi bola golf tidak boleh tergeser. Kemudian penggaris dimasukkan tepat disamping benang, lalu diukur jarak dari permukaan bola golf sampai ke permukaan lumpur, seperti pada Gambar 6 di bawah (Pramuhadi 1998).

Kelunakan tanah hasil pelumpuran yang cocok untuk tanaman padi adalah kekuatan tanah saat permukaan atas bola golf berada antara ketinggian 1 cm hingga kedalaman 1 cm dari permukaan lumpur. Atas dasar ini maka indeks kelunakan tanah hasil pelumpuran dikatakan semakin optimum apabila kedalaman permukaan atas bola golf mendekati 0 cm dari permukaan lumpur. Kelunakan ideal untuk pelumpuran tanah sawah adalah apabila nilai indeks kelunakan 90% sampai 100%. Untuk menghitung indeks kelunakan digunakan persamaan 7.

PBG : nilai mutlak posisi permukaan atas bola golf terhadap permukaan lumpur (cm)

(21)

11

Gambar 6 Posisi bola golf terhadap permukaan lumpur (Pramuhadi 1998) Pengukuran Nilai Indeks Keseragaman Tanah Sawah

Indeks keseragaman tanah hasil pelumpuran (IS) adalah indeks keseragaman tingkat pencampuran tanah dengan air (IP) dan kelunakan tanah hasil pelumpuran (IK), sehingga IS dihitung berdasarkan keseragaman IP dan IK, sebagamana dihitung dengan menggunakan persamaan 8.

...(8) keterangan:

IS : indeks keseragaman (%)

CVip : koefisien variasi nilai indeks pelumpuran IP (%) CVik : koefisien variasi nilai indeks kelunakan IK (%)

CVip merupakan hasil perbandingan standar deviasi dengan rata-rata indeks pelumpuran, CVik merupakan hasil perbandingan standar deviasi dan rata-rata indeks kelunakan.

Analisis Biaya Pokok Pelumpuran

Perhitungan biaya tetap dalam Rp/tahun diperoleh dari penjumlahan biaya penyusutan dalam Rp/tahun dan biaya bunga modal (I) dalam Rp/tahun dengan mengetahui tingkat bunga modal (i) harga awal mesin (P), harga akhir mesin (S), dan umur ekonomis mesin (N). Perhitungan biaya penyusutan dan bunga modal (I) menggunakan persamaan 9 dan 10. Biaya tidak tetap dalam Rp/jam diperoleh dari penjumlahan biaya konsumsi bahan bakar, upah operator atau tenaga kerja, dan biaya pelumasan. Biaya total (B) dalam Rp/jam diperoleh dari penjumlahan dari biaya tetap (BT) dan biaya tidak tetap (BTT). Perhitungan biaya total menggunakan persamaan 11.

-S ... (9)

i ...(10)

B B ... (11)

X dalam persamaan 11 merupakan perkiraan jam kerja per tahun. Perhitungan biaya pemanenan (BP) dalam Rp/ha diperoleh dengan menghitung biaya total dan mengetahui kapasitas kerja mesin (K). Persamaan yang digunakan yaitu persamaan 12.

(22)

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kapasitas Lapang Efektif dan Efisiensi Pelumpuran

Tabel 2 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir

Parameter Satuan Lahan Kapasitas lapang efektif pelumpuran ha/jam 0.145 0.135 0.125 0.136 Kapasitas lapang teoritis pelumpuran ha/jam 0.081 0.074 0.050 0.068

Efisiensi lapang pelumpuran % 179 187 252 206

Tabel 3 Hasil analisis kapasitas lapang efektif dan efisiensi pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari

Parameter Satuan Lahan

D E Rata-rata

Luas lahan ha 1.109 1.161 1.135

Kecepatan maju aktual m/detik 1.728 1.634 1.681

Lebar implement m 1.700 1.700 1.700

Slip roda penggerak % 7.189 2.077 4.633

Waktu lapang total jam 1.700 2.250 1.975

Waktu efektif pelumpuran jam 1.450 2.000 1.725

Kecepatan maju teoritis m/detik 1.862 1.668 1.765 Kapasitas lapang efektif pelumpuran ha/jam 0.765 0.581 0.673 Kapasitas lapang teoritis pelumpuran ha/jam 0.228 0.204 0.216

Effisiensi lapang pelumpuran % 335 284 310

(23)

13 kapasitas lapang efektif pelumpuran pada kedua metode pelumpuran tanah sawah tersebut dipengaruhi oleh besarnya luas lahan dan waktu lapang efektif pelumpuran. Waktu lapang efektif pelumpuran tanah sawah merupakan seluruh waktu yang dibutuhkan mesin untuk melakukan pelumpuran tanah sawah.

Menurut Field dan Solie (2007) kehilangan kapasitas dipengaruhi oleh waktu hilang, waktu tidak beroperasi. Pada saat pengujian beberapa kondisi bentuk dan ukuran lahan berbeda. Bentuk yang tidak simetris dan ukuran yang luas menyebabkan waktu pelumpuran menjadi lebih lama, dan apabila operator tidak ahli dalam mengoperasikan mesin dan menyesuaikan dengan kondisi lahan tersebut maka hilangnya waktu tanam efektif akan semakin tinggi akibat waktu belok atau tidak bekerja. Selain itu hilangnya waktu efektif pelumpuran akibat waktu belok atau tidak bekerja juga dipengaruhi pola kerja saat pelumpuran tanah sawah. Pola kerja yang tidak teratur, menyebabkan hilangnya waktu efektif pelumpuran tanah sawah semakin tinggi.

Gambar 7 Pengaruh metode pelumpuran tanah sawah terhadap kapasitas lapang efektif pelumpuran

Kapasitas lapang teoritis pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 0.068 ha/jam, menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar 0.216 ha/jam. Kapasitas lapang teoritis kegiatan pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari dipengaruhi oleh kecepatan kerja yang lebih besar, yaitu dengan rata-rata 1.681 m/detik, bila dibandingkan dengan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yang lebih kecil yaitu 0.702 m/detik.

Hasil pengujian efisiensi lapang pelumpuran tanah sawah tertinggi diperoleh menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari dengan nilai rata-rata sebesar 310%. Penggunaan traktor roda dua dan garu sisir diperoleh nilai efisiensi rata-rata sebesar 206%. Perbedaan efisiensi pada kedua metode pelumpuran tanah sawah tersebut dipengaruhi oleh perbedaan nilai kapasitas lapang efektif pelumpuran tanah sawah dan kapaitas lapang teoritis pelumpuran tanah sawah.

(24)

14

Kapasitas lapang efektif yang besar memberikan dampak terhadap meningkatnya efisiensi pada suatu pelumpuran.

Pada Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa kapasitas lapang efektif pada pelumpuran jauh lebih tinggi nilainya bila dibandingkan dengan kapasitas lapang teoritisnya. Keadaan seperti ini akan selalu menghasilkan efisiensi pelumpuran yang lebih besar dari 100%. Nilai efisiensi yang bernilai lebih besar dari 100% dapat terjadi karena tidak semua lahan terolah dengan baik. Terdapat titik tertentu pada lahan yang tidak ikut terolah ataupun tidak terolah dengan baik. Hal ini juga dipengaruhi oleh karena pengolahan tanah sawah di Desa Sukamandi merupakan sistem borongan, artinya pengulangan pelumpuran yang dilakukan tidak merata disetiap lintasan pelumpuran.

Salah satu yang mempengaruhi efisiensi dari kegiatan pelumpuran adalah ketersediaan genangan air di lahan. Dalam keadaan air yang cukup banyak, operator seringkali tidak dapat mengetahui bilamana lumpur telah terbentuk. Kecenderungan yang terjadi adalah bahwa pelumpuran dinyatakan selesai ketika tidak ada lagi tanah yang menjulang diatas permukaan air. Padahal keadaan seperti itu belum tentu menghasilkan hasil lumpur yang baik.

Dengan memperhatikan pengaruh faktor lain terhadap efisiensi tersebut, dapat dilihat bahwa semakin besar efisiensi tidak selalu menghasilkan kualitas pelumpuran yang baik. Kadang efisiensi juga melebihi 100% yang menyebabkan turunnya kualitas pelumpuran, seperti ada tanah yang tidak terolah dan kedalaman olah yang kurang optimum.

Kapasitas lapang efektif yang besar memberikan dampak terhadap meningkatnya efisiensi pada suatu pengolahan. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar di atas bahwa kapasitas lapang efektif yang besar pada kegiatan pelumpuran dengan menggunakan traktor roda empat memberikan dampak terhadap efisiensi pengolahan tanah yang semakin besar pula.

Dalam pengamatan ini terlihat efisiensi pelumpuran dengan penggunaan traktor roda empat dan bajak rotari lebih besar. Hal ini dikarenakan pada saat kegiatan pelumpuran tersebut ketersediaan air cukup banyak sehingga operator memutuskan untuk keluar dari lahan walaupun pembentukan lumpur belum optimal. Kualitas hasil pelumpuran dapat dibandingkan dengan melihat nilai Indeks Pelumpuran maupun Indeks Kelunakan hasil pelumpuran. Dari pengamatan di lapangan, penggunaan traktor roda empat dan bajak rotari menghasilkan gelombang air yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir. Gelombang air yang terjadi ini tentu saja akan membantu proses pencampuran air dengan tanah untuk membentuk lumpur dan meratakan lumpur yang terbentuk.

Indeks Pelumpuran, Indeks kelunakan dan Indeks Keseragaman

(25)

15 C berturut-turut sebesar 81.63%, 84.50%, dan 98.60%. Pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari pada lahan D diperoleh indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman berturut-turut sebesar 83.60%, 88.60%, dan 99.23%, pada lahan E berturut-turut sebesar 83.79%, 86.40%, dan 99.27%.

Tabel 4 Indeks pelumpuran, indeks kelunakan dan indeks keseragaman

Gambar 8 Pengaruh metode pelumpuran terhadap indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman

(26)

16

Nilai indeks kelunakan yang diperoleh dari kegiatan pelumpuran tanah sawah berbanding lurus dengan nilai indeks pelumpuran tanah sawah. Indeks kelunakan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 82.65%, menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar 87.50%. Pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat memiliki nilai indeks kelunakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir. Hal ini terjadi karena kualitas pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari lebih baik dibandingkan pelumpuran menggunakan traktor roda dua dan garu sisir. Penggunaan traktor implemen bajak rotari pada traktor roda empat berfungsi untuk mengaduk tanah dan air dengan baik, sehingga lumpur yang terbentuk tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak.

Nilai indeks keseragaman hasil pelumpuran tanah sawah dapat diketahui berdasarkan keseragaman indeks pelumpuran dan indeks kelunakan. Pada kegiatan pelumpuran tanah sawah diperoleh rata-rata nilai indeks keseragaman hasil pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 98.52%, menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar 99.25%. Dari hasil nilai indeks keseragaman hasil pelumpuran yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pelumpuran tanah sawah seragam atau penanaman bibit padi seragam.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil pelumpuran adalah jenis implemen yang digunakan. Penggunaan traktor roda empat dengan implemen berupa bajak rotari memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan traktor roda dua dengan implemen berupa garu sisir. Garu sisir biasanya lebih bersifat meratakan permukaan lumpur, sementara penggunaan bajak rotari lebih bersifat memotong tanah dan mencampur air dengan tanah melalui mekanisme gerakan putar pada bajak rotari. Selain itu, penggunaan bajak rotari tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang air yang besar pada permukaan sawah, sehingga membantu proses pelumpuran. Proses pelumpuran tanah sawah yang terjadi di lokasi penelitian di Desa Sukamandi dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

(a) (b)

(27)

17 Analisis Biaya Pokok Pelumpuran

Rincian biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir, serta traktor roda empat dan bajak rotari dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah. Analisis biaya pokok pelumpuran tanah sawah juga dilakukan sebagai data sekunder, sebab analisis biaya pokok pelumpuran tanah sawah merupakan salah satu dasar menentukan keputusan dalam penggunaan mesin untuk kegiatan pelumpuran tanah sawah sebab biaya akan mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh bagi si pemilik mesin.

Tabel 5 Rincian biaya pokok pelumpuran tanah sawah

Biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir, serta traktor roda empat dan bajak rotari dihitung berdasarkan data dan asumsi-asumsi. Hari kerja yang besarnya 165 hari/tahun didasarkan pada asumsi bahwa dalam satu tahun terdapat dua kali musim panen. Dalam satu musim lama waktu pelumpuran tanah sawah yaitu 3 bulan sehingga mesin bekerja selama 25 hari pada musim hujan, sedangkan 3 bulan berikutnya biasanya terjadi dimusim kemarau dan mesin dapat bekerja selama 30 hari. Tabel 5 biaya pokok pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar Rp205,400/ha. Harga akhir mesin sebesar Rp2,450,000 diperoleh dari 10% harga awal mesin. Biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari sebesar Rp154,700/ha. Harga akhir mesin sebesar Rp17,500,000 diperoleh dari 10% harga awal mesin. Harga akhir ini berlaku setelah mesin beroperasi selama 5 tahun.

Parameter/Variabel Satuan

Harga awal Rp 24,500,000 175,000,000

Harga akhir Rp 2,450,000 17,500,000

Umur ekonomi tahun 5 5

Jam kerja jam/hari 7 7

Hari kerja hari/tahun 165 165

Waktu operasional jam/tahun 1155 1155

Kapasitas lapang efektif ha/jam 0.136 0.673

Tingkat bunga modal % 10 10

Biaya penyusutan Rp/tahun 4,410,000 31,500,000

Biaya bunga modal Rp/tahun 1,470,000 10,500,000

Harga bahan bakar Rp/liter 4,500 4,500

Konsumsi bahan bakar liter/jam 2.143 9

Biaya bahan bakar Rp/jam 9,644 40,500

Biaya pelumasan Rp/jam 3,200 3,250

Upah tenaga kerja Rp/jam 10,000 24,000

Biaya tetap Rp/jam 5,091 36,364

Biaya tidak tetap Rp/jam 22,844 67,750

Biaya total Rp/jam 27,934 104,114

(28)

18

Hasil perhitungan biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir lebih tinggi dibandingkan pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari. Hal ini dikarenakan kapasitas lapang efektif pelumpuran yang rendah, dan juga perbedaan biaya tetap, dan biaya tidak tetap dari masing-masing mesin. Upah tenaga kerja atau operator juga berbeda antara pelumpuran tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat dan traktor roda dua. Upah operator pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat sebesar Rp24,000/jam dengan jumlah operator sebanyak 3 orang, dan menggunakan traktor roda dua sebesar Rp10,000/jam dengan jumlah operator sebanyak 1 orang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil analisis unjuk kerja pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan traktor roda empat dapat diketahui. Berdasarkan nilai rata-rata kapasitas lapang efektif pelumpuran, pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari lebih tinggi dibandingkan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yaitu sebesar 0.673 ha/jam, sedangkan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 0.136 ha/jam. Berdasarkan nilai rata-rata indeks pelumpuran, indeks kelunakan, dan indeks keseragaman, pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari lebih tinggi dibandingkan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yaitu berturut-turut sebesar 83.70%, 87.50%, dan 99.25%, sedangkan menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar 82.14%, 82.65%, dan 98.52%. Berdasarkan biaya pokok pelumpuran tanah sawah, penggunaan traktor roda empat dan bajak rotari lebih kecil dibandingkan penggunaan traktor roda dua dan garu sisir yaitu sebesar Rp154,700/ha, dan biaya pokok pelumpuran tanah sawah menggunakan traktor roda dua dan garu sisir sebesar Rp205,400/ha.

Saran

1. Untuk memenuhi kegiatan pelumpuran tanah sawah yang luas secara efektif dan efisien dapat menggunakan traktor roda empat dan bajak rotari. Keunggulan traktor roda empat dan bajak rotari antara lain mampu menghasilkan kapasitas kerja yang tinggi dan kualitas lumpuran yang lebih baik.

(29)

19

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2013 [Internet]; [diunduh 2014 27 Maret]. Tersedia pada: www.bkkbn.go.id/kependudukan.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman Pangan [Internet]; [diunduh 2013 27 Maret]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.

Adachi K. 1992. Effect of Puddling on Rice Soil Physics Softness of Puddled Soil and Percolation in Soil and Water Engineering for Paddy Field Management Proceedings International Workshop Held at The Asian Institute of The Technology Bangkok, January 1992. Asian Institute of Technology Thailand. Bangkok.

Daywin FJ, Sitompul G, Hidayat I. 1992. Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor (ID): IPB Pr.

De Datta K. 1981. Principles and Practice of Rice Production. New York: John Willey & Sons.

Field LH, Solie BJ. 2007. Introduction to Agricultural Engineering Technology. USA (ID): Springer.

Hardjowigeno S, Subagyo H, dan Rayes M. 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Koga K. 1992. Introduction to Paddy Field Engineering. Bangkok: Asian Institute of Technology.

Koga Y. 1993. Farm Machinery, Vol 2. JICA Expert on Post Harvest Technology Indonesia (ID): IPB

Pramuhadi G. 1998. Studi Optimasi Rasio Kecepatan Linier Pisau Rotari Dan Kecepatan Maju Traktor Pada Pelumpuran Tanah Padi Sawah [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pramuhadi G. 2000. Studi Hubungan antara Beban Enjin Traktor dan Efisiensi Pengolahan Tanah. [makalah]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sawamura A, Miyazawa F, Ikenaga N, and Yoshida T. 1996. Simple Measurement Method of Soil Strength of puddled Soil. Agricultural and Horticultural, 61 (9). Pp.88-99. Asian Institut of Technology Bangkok

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Budaya. Jakarta. Indonesia.

(30)

20

Lampiran 1 Spesifikasi traktor roda empat

Spesifikasi Satuan Keterangan

Total displacement litre 1.647 Engine gross power hp (kW) 35.5 (26.5) Engine net power hp (kW) 34.0 (25.4)

Rated revolution rpm 2700

Maximum torque N-m 111

Fuel tank litre 38

PTO Reor PTO - SAE 1-3/8, 6-splines

PTO/Engine speed rpm 540 (2430), 750 (2596)

Hydraulic system

Hydraulic control system Position control Pump capacity litre/min 23.9

Three point hitch Category I

Max lift force (at lift

Power steering - Standard (integral)

(31)

21

Sultable tractors - L3608

Width of cut mm 1584

Blade

Number of blades - 16 each for right and left Revolution of blade shaft rpm 196 (PT0540), 72 (PTO750) Lampiran 3 Spesifikasi traktor roda dua

Spesifikasi Satuan Keterangan

Merek - Quick M 1000 Alfa

Model - Kubota RD-85 DI-1S

Mesin

Kecepatan - 2 maju, 1 mundur

Sistem transmisi - Kombinasi (gear-chain)

Gear case - Casting Dual part System

Jenis motor diesel - 1 selinder horizontal

(32)

22

Lampiran 4 Spesifikasi implemen garu sisir

Spesifikasi Satuan Keterangan

Merek - Perkasa

Jumlah pisau - 20

Jarak antar pisau m 0.1

Lebar olah m 1.20

Panjang tiap pisau m 0.18

Lebar tiap pisau m 0.1

Luas tiap pisau 0.018

Bobot gelebeg kg 31.42

Lampiran 5 Indeks pelumpuran, indeks kelunakan dan indeks keseragaman

1 70.00 80.00 70.00 80.00 80.00

2 80.00 80.00 81.82 80.00 80.39

3 86.00 82.00 82.35 84.00 84.91

4 86.00 84.00 86.00 86.00 85.71

5 88.00 84.00 88.00 88.00 88.00

Rata-rata 82.00 82.80 81.63 83.60 83.79

SD 7.35 2.00 6.99 3.58 3.49

CVip (%) 8.96 2.42 8.56 4.28 4.16

Sampel

IK (%) Lahan

A B C D E

1 79.00 67.00 79.00 85.00 83.00

2 82.00 68.00 80.00 87.00 85.00

3 87.00 78.80 87.00 88.00 86.00

4 90.00 87.00 88.00 90.00 88.00

5 90.00 88.50 88.50 93.00 90.00

Rata-rata 85.60 77.86 84.50 88.60 86.40

SD 4.93 10.16 4.61 3.05 2.70

CVik 5.76 13.05 5.46 3.44 3.13

IS (%) 98.53 98.45 98.60 99.23 99.27

Sampel

Traktor roda dua dan garu sisir

Traktor roda empat dan bajak rotari IP (%) Lahan

(33)

23

RIWAYAT HIDUP

Arnod Silaban. Lahir di Medan pada tanggal 27 Desember 1989. Putra kelima dari tujuh bersaudara dari pasangan mendiang Badiman Silaban dan Tiar Hutasoit. Tahun 2006 penulis lulus dari SMPN 4 Lintong Nihuta dan tahun 2009 penulis menamatkan pendidikan dari SMAN 1 Pagaran. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis memilih Mayor Teknik Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dibeberapa kegiatan organisasi kemahasiswaan antara lain: Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian IPB (HIMATETA IPB) pada tahun 2010-2011, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) GAMASINTAN asal Siborong-borong pada tahun 2009-2013, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen IPB (PMK IPB).

Penulis melaksanakan praktik lapangan pada tahun 2012 di PT Laju Perdana Indah, Oku Timur, Sumatera Selatan dengan judul “Mempelajari Penerapan Mekanisasi Pertanian Dalam Proses Penyemprotan Gulma di PT Laju Perdana Indah, Oku Timur, Sumatera Selatan” Untuk mendapatkan gelar sarjana, penulis

Gambar

Tabel 1 Bentuk dan ukuran lahan sawah saat penelitian
Gambar 1 Diagram skematik untuk menentukan indeks pelumpuran,
Gambar 2 Diagram skematik untuk menentukan efisiensi lapang pelumpuran tanah
Gambar 3 Diagram skematik untuk menentukan biaya pokok pelumpuran tanah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Syarat pengaplikasian traktor roda-4 dalam kegiatan pengolahan tanah adalah tekanan terhadap tanah harus lebih kecil dari kekuatan geser tanah dan kedalaman tekan

PRAKOSO ARI WIBOWO. Pengembangan Mesin Penanam Benih Jagung dengan Pengolahan Tanah Minimum Bertenaga Traktor Roda Dua. Dibimbing oleh WAWAN HERMAWAN. Mesin penanam,

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul "Mempelajari Tingkat Pelumpuran Tanah Saw�h Menggunakan Traktor Dua Roda dengan Roda Sirip Gerak

dan traktor roda dua dengan bajak singkal reversibel pada pcmbuatan lapisan keras (hardpan) pada alur pembajakan, mempelajari pengaruh pemadatan terhadap prformasi

Tingginya nilai kadar air pada perlakuan tanpa lintasan + bajak diduga, pertama tanah tanpa lintasan traktor tidak akan terjadi pemadatan karena tidak ada gaya-gaya

Mengolah tanah perkebunan yang luas menggunakan traktor roda 4 dengan bajak piring (disk plow), perlu dilakukan pengujian traktor untuk mengetahui efisiensi kerja

Penggunaan traktor sebagai sumber tenaga dalam pengolahan tanah, dapat mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk pengolahan tanah, kapasitas kerja menjadi

Pengukuran unjuk kerja ini dilakukan dengan menghubungkan traktor roda empat dengan suatu kendaraan pembeban (loading car), dimana diantaranya ditempatkan load cell yang akan