• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Penyediaan, Ketersediaan, dan Jenis Vegetasi Hijauan Pakan pada Peternakan Sapi Perah di KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Penyediaan, Ketersediaan, dan Jenis Vegetasi Hijauan Pakan pada Peternakan Sapi Perah di KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POLA PENYEDIAAN, KETERSEDIAAN, DAN JENIS

VEGETASI HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN SAPI

PERAH DI KUD MANDIRI CIPANAS

KABUPATEN CIANJUR

JAWA BARAT

JODY JANITRA ISKANDAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Analisis Pola Penyediaan, Ketersediaan, dan Jenis Vegetasi Hijauan Pakan pada Peternakan Sapi Perah di KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Jody Janitra Iskandar

(4)

ABSTRAK

JODY JANITRA ISKANDAR. Analisis Pola Penyediaan, Ketersediaan, dan Jenis Vegetasi Hijauan Pakan pada Peternakan Sapi Perah di KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh M AGUS SETIANA dan IWAN PRIHANTORO.

KUD Mandiri Cipanas adalah koperasi yang membawahi para peternak sapi perah rakyat dari Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan Pacet di Kabupaten Cianjur.Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi dan menganalisi manajemen pola penyediaan hijauan pakan berdasarkan tingkat kepemilikan, potensi hijauan, analisis vegetasi, dan jenis hijauan di tiga kecamatan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, analisis komposisi botani hijauan pakan, analisis daya tampung lokasi berdasarkan metode Nell and Rollinson, dan analisis vegetasi.Pola penyediaan hijauan pakan sapi perah di KUD Mandiri Cipanas berupa Cut and Carry. Berdasarkan jumlah ternak, ketersediaan hijauan dari peternak besar dan sedang berasal dari kebun rumput potong (KRP), dan peternak kecil dari rumput lapang. Kapasitas mengarit tidak berkorelasi dengan jumlah kepemilikan ternak. Kapasitas mengarit tidak berkorelasi dengan jumlah kepemilikan ternak. Tingkat keragaman hijauan di kandang didominasi rumput Penisetum purpureum Schum, sedangkan di lapang didominasi oleh hijauan jenis rumbah.

Kata kunci: analisis vegetasi, hijauan pakan, kapasitas tampung, komposisi botani, sapi perah

ABSTRACT

JODY JANITRA ISKANDAR. Pattern Analysis of Providing, Availability, and Diversity of Forage on Dairy Cattle Farm in KUD MANDIRI Cipanas, Cianjur Regency, West Java. Supervised by M AGUS SETIANA and IWAN PRIHANTORO.

KUD Mandiri Cipanas is a corporation which organized dairy farmers from districts in Cianjur, which are Cipanas, Sukaresmi, and Pacet. The aim of this research was to evaluate and analize the pattern of forage management based on the level of ownership of forage, forage potential, diversity analysis, and three types of forage in the three districts. This study used descriptive analysis, forage botanical composition analysis, capacity analysis of location based on Nell and Rollinson

methods, and vegetation analysis. Pattern of forage management dairy cattle in KUD Mandiri Cipanas is cut and carry. Based on population of dairy cattle, avaibility of foragenon large and medium farms are from grass land farm (GRF), and tropical grass for small farms. There is no correlation between cutting capacity and ownership of livestock. The most dominant in enclosure is Penisetum purpureum Schum, while the rumbah grass dominant on the land

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

ANALISIS POLA PENYEDIAAN, KETERSEDIAAN, DAN JENIS

VEGETASI HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN SAPI

PERAH DI KUD MANDIRI CIPANAS

KABUPATEN CIANJUR

JAWA BARAT

JODY JANITRA ISKANDAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Pola Penyediaan, Ketersediaan, dan Jenis Vegetasi Hijauan Pakan pada Peternakan Sapi Perah di KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Nama : Jody Janitra Iskandar

NIM : D2409084

Disetujui oleh

Ir M Agus Setiana MS Pembimbing I

Dr Iwan Prihantoro SPt MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MSi Ketua Departemen

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 - Juni 2013 dengan judul Analisis Pola Penyediaan, Ketersediaan, dan Jenis Vegetasi Hijauan Pakan pada Peternakan Sapi Perah di KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Hijauan pakan potensial dipilih sebagai bahan utama dalam penelitian karena hijauan merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dalam mendukung produktivitas dan kelangsungan hidup ternak. Setiap wilayah mempunyai identitas lokal berbeda-beda yang dapat dijadikan sebagai pakan potensial sehingga dapat dibudidayakan dan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh peternak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan Ternak 2

Analisa Data 2

Kondisi Umum Kabupaten Cianjur 5

Kondisi Umum Peternakan di Bawah KUD Mandiri Cipanas 5

Karakteristik Peternak 6

Kapasitas Mengarit dan Kepemilikan KRP Berdasarkan Jumlah Ternak 7 Komposisi Botani Hijauan Pakan Ternak di Kandang Berdasarkan Jumlah

Ternak 8

Dominasi Hijauan Pakan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Cianjur 11 Karakteristik Hijauan Pakan di Kabupaten Cianjur Berdasarkan

Jenis Lahan 12

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia di Kabupaten Cianjur 14

SIMPULAN DAN SARAN 15

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 25

(13)

DAFTAR TABEL

1 Tetapan koefisien komposisi botani hijauan pakan 3

2 Pemanfaatan lahan di Kabupaten Cianjur 5

3 Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan

Pacet 6

4 Karakteristik peternak di Kabupaten Cianjur berdasarkan status

kepemilikan ternak 6

5 Karakteristik peternak di Kabupaten Cianjur 7

6 Komposisi botani kandang peternak besar, sedang, dan kecil 10

7 Komposisi botani di ladang 11

8 Komposisi botani di bukit 11

9 Hijauan pakan dominan di ladang 12

10 Indeks Keanekaragaman jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) di ladang 12

11 Hijauan pakan dominan di bukit 13

12 Indeks Keanekaragaman jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) di bukit 14 13 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) 14

DAFTAR GAMBAR

1 Desain petak pengamatan 4

2 Kapasitas mengarit dan status kepemilikan kebun rumput potong (KRP)

di Kabupaten Cianjur 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta wilayah KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur 17

2 Komposisi botani di ladang 17

3 Komposisi botani di bukit 18

4 Populasi riil ternak di KUD Mandiri Cipanas 20

5 Hasil perhitungan KPPTR di Kabupaten Cianjur 20

(14)

PENDAHULUAN

Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk. Besarnya potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan perekonomian yang baru bagi Indonesia.

Kabupaten Cianjur merupakan wilayah yang terletak di Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350148 ha, dengan pemanfaatan berupa hutan produktif dan konservasi, tanah pertanian lahan basah, lahan pertanian kering dan tegalan, perkebunan, tanah ladang penggembalaan/pekarangan, tambak/kolam, pemukiman/pekarangan (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur 2012). Kabupaten Cianjur terletak di kaki Gunung Gede (lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut) dengan ketinggian bervariasi berkisar antara 2500 sampai 3000 meter di atas permukaan laut, sehingga berpotensi untuk dikembangkan peternakan sapi perah. Jenis sapi perah yang dipelihara di Kabupaten Cianjur adalah Fries Holland (FH). Bangsa Sapi FH menghasilkan jumlah susu yang paling tinggi dibandingkan dengan bangsa-bangsa sapi perah lainnya baik di daerah sub tropis maupun di daerah tropis (Sudono 1999). Beberapa daerah di Kabupaten Cianjur yang dikaji adalah Kecamatan Sukaresmi, Pacet, dan Cipanas yang tergabung dalam kelompok KUD Mandiri Cipanas. Ketiga kecamatan ini potensial untuk usaha sapi perah karena berada pada ketinggian yang cukup untuk pemeliharaan sapi perah (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Cianjur 2012).

Komponen utama dalam pengembangan usaha ternak ruminansia perlu memperhatikan tiga hal yaitu tersedianya lahan, ternak dan pakan (Soedrajat 2000). Pakan merupakan hal yang menjadi prioritas utama dalam memenuhi kebutuhan ternak yaitu 60% sampai 70% dari seluruh biaya produksi. Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya dalam lingkup peternakan rakyat (Susetyo 1980). Hingga saat ini kajian potensi pemanfaatan jenis hijauan pakan dan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) yang menunjukkan kapasitas wilayah untuk menyediakan hijauan pakan (Soewardi et al. 1985) di Kabupaten Cianjur masih sangat terbatas sehingga diperlukan kajian yang lebih mendalam khususnya dalam pemanfaatan hijauan pakan agar ketersediaaannya berkelanjutan sepanjang tahun (Rukmana 2005).

(15)

2

METODE

Bahan

Penelitian ini menggunakan kuisioner yang diberikan pada peternak dengan metode wawancara. Hijauan yang diamati adalah hijauan yang dikonsumsi sapi perah di KUD Mandiri Cipanas. Bahan herbarium diambil dari kandang, ladang, dan bukit.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuadran berukuran 0.5m x 0.5m, pisau, GPS, kertas, timbangan, kamera, label, tali, dan kantong sampel.

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di KUD Mandiri Cipanas yang meliputi Kecamatan Sukaresmi, Pacet, dan Cipanas di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dan Laboratorium Agrostologi, Fakultas Peternakan, IPB mulai dari bulan Maret sampai Mei 2013.

Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan teknik observasi lapang secara survei kepada 30% peternak sapi perah dari 327 peternak yang dibagi berdasarkan jumlah kepemilikan ternak menjadi peternak besar (>20 ekor), peternak sedang (11 sampai 20 ekor), dan peternak kecil (<10 ekor) terhadap manajemen pemeliharaan sapi perah, komposisi botani hijauan pakan, dan kajian analisis vegetasi.

Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan Ternak

Herbarium dari hijauan pakan domestik di tiga kecamatan tersebut dilakukan dengan pendekatan metode Stone (1983), yaitu dengan cara jenis hijauan pakan yang diperoleh diamati dan diidentifikasi berdasarkan sumber pustaka terkait untuk mengetahui nama lokal, nama latin dan diklasifikasi menjadi rumput (Famili Gramineae), legum (Famili leguminose), dan rumbah selain rumput dan legum.

Analisis Data

(16)

3 metode analisis komposisi botani hijauan pakan dan metode analisis vegetasi berdasarkan metode Kusmana (1997). Menurut Soewardi et al. (1985) analisis daya tampung lokasi digunakan untuk menentukan KPPTR.

Analisis Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak diambil melalui teknik wawancara dan diolah secara deskriptif meliputi keadaan umum di lokasi penelitian, pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman beternak, status kepemilikan ternak, gambaran kondisi, dan keragaman hijauan pakan yang diberikan pada ternak.

Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan

Komposisi botani pakan diukur dengan pendekatan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963) menggunakan kuadran 0.5 x 0.5 m2 dengan pengulangan sebanyak 25 kali lemparan. Data komposisi hijauan ditabulasikan untuk mengukur perbandingan spesies yang mendominasi di desa tersebut, selanjutnya dihitung berdasarkan tetapan koefisien yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Tetapan koefisien komposisi botani hijauan pakan

Ranking Tetapan Koefisien

1 8.04

2 2.41

3 1

Analisis Kapasitas Daya Tampung

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell and Rollinson (1974) dengan rumus:

1. Analisis Daya Dukung (ST) = Potensi hijauan pakan

Konsumsi ternak harix 65 hari

Keterangan:

1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kgtahun-1 2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK ST -1 hari-1 3. 365 hari=1 tahun

2. Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung – POPRIIL

(17)

4

Analisis Vegetasi

Teknik analisis vegetasi tumbuhan bawah dilakukan berdasarkan metode Kusmana (1997) dengan cara membuat petak pengamatan berukuran 20 m x 20 m dengan 5 plot (a, b, c, d, dan e) berukuran 2 m x 2 m di dalam petak pengamatan (A).

Gambar 1. Design petak pengamatan analisis vegetasi hijauan makanan ternak Gambaran komposisi jenis tumbuhan selanjutnya diolah berdasarkan beberapa parameter yang diamati, meliputi indeks nilai penting, indeks dominansi, dan indeks keanekaragaman jenis. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi sebagai berikut :

Indeks Nilai Penting (INP) a. Kerapatan (K)

K=Jumlah individu suatu jenisLuas petak contoh (ha) ind ha

b. Kerapatan Relatif (KR) KR= Kerapatan suatu jenis

Total kerapatan seluruh jenisx % c. Frekuensi suatu jenis (F)

F=Jumlah plot ditemukan suatu jenisTotal seluruh plot d. Frekuensi Relatif (FR)

FR= Frekuensi suatu jenis

Total frekuensi seluruh jenisx % e. INP =KR+FR

H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis ni = INP jenis i

N = Total INP

Indeks Kekayaan Jenis (R1)

R1 = −1 � R1 = Indeks Kekayaan

S = Jumlah jenis yang ditemukan N = Jumlah total Individu

a b

e

(18)

5 Indeks Kemerataan Jenis (E)

E= E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman jenis S = Jumlah jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Kabupaten Cianjur

Kabupaten Cianjur secara administratif merupakan wilayah yang terletak di Provinsi Jawa Barat, terbagi dalam 32 Kecamatan, yang memiliki batas administratif dengan Kabupaten Bogor dan Purwakarta di utara, Kabupaten Sukabumi di sebelah barat, Samudera Indonesia di sebelah selatan, serta Kabupaten Bandung dan Garut di sebelah timur. Secara topografi Kabupaten Cianjur terletak di kaki Gunung Gede (lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut) dengan ketinggian bervariasi berkisar antara 2500 sampai 3000 meter di atas permukaan laut.

Kabupaten Cianjur memiliki curah hujan rata-rata 1000 sampai 4000 mm tahun-1 dan jumlah hari hujan rata-rata 150 hari tahun-1. Kondisi tersebut menyebabkan Kabupaten Cianjur relatif subur dan memiliki keanekaragaman kekayaan sumber daya alam. Secara umum sumber kehidupan masyarakat Cianjur berasal dari lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Pemanfaatan lahan pertanian di Kabupaten Cianjur hingga 300836 ha atau setara 86.38 % dari total kawasan yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pemanfaatan lahan di Kabupaten Cianjur

No Pemanfaatan Luas lahan (ha) Luas lahan (%)

1 Hutan produktif 83.034 23.71

2 Pertanian lahan basah 58.101 16.59

3 Pertanian lahan kering 97.227 27.76

4 Perkebunan 57.735 16.49

(19)

6

Kondisi Umum Peternakan di Bawah KUD Mandiri Cipanas

KUD Mandiri Cipanas membawahi 3 Kecamatan di Kota Cianjur yaitu Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan Pacet. Ketiga kecamatan tersebut memiliki populasi ternak sapi perah yang berbeda-beda, dari ketiga kecamatan tersebut diambil 55 responden meliputi 5 peternak besar, 10 peternak sedang, dan 40 peternak kecil. Berdasarkan Tabel 3 Kecamatan Cipanas, Sukaremi, dan Pacet memiliki jumlah ternak sapi perah berturut-turut sebesar 333 ekor (252.25 ST), 585 ekor (543.13 ST), dan 717 ekor (443.14 ST). Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Pacet memiliki jumlah ternak sapi perah tertinggi karena terdapat beberapa desa yang seluruh penduduknya bekerja sebagai peternak sapi perah. Tabel 3 Populasi ternak ruminansia di Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan Pacet

Jenis Ternak

Kecamatan

Cipanas Sukaresmi Pacet Cipanas Sukaresmi Pacet Jumlah ternak (ekor)* Jumlah ternak (ST)**

Sapi Potong 357 1144 254 270.43 866.58 192.41

Kerbau 50 794 50 45.68 725.40 45.68

Kambing 1249 2268 1496 145.38 264.00 174.13

Domba 2824 14227 7492 290.87 1465.38 771.68

Sapi Perah 333 585 717 252.25 543.13 443.14

*) Data BPS Kabupaten Cianjur (2012) **) Hasil Perhitungan

Karakteristik Peternak

Karakteristik peternak sapi perah berdasarkan status kepemilikan ternak dianalisis berdasarkan usia peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dan jenis pekerjaan utama, serta kepemilikan ternak. Karakteristik peternak disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Karakteristik peternak di Kabupaten Cianjur berdasarkan status kepemilikan ternak

Parameter Pemilik/Sendiri Gaduhan

Jumlah Ternak (ST) orang-1 7.60 ± 5.01 6.92 ± 5.30

Pendidikan (Tahun)* 9.44 ± 3.85 8.7 ± 2.63

Pengalaman (Tahun) 4.58 ± 2.18 5.15 ± 5.31

Umur (Tahun) 37.98 ± 10.36 33.70 ± 7.17

*) SD= 6 tahun, SMP= 9 tahun, SMA= 12 tahun, S1= 16 tahun

(20)

7 dari kepemilikan sendiri relatif lebih tinggi dibandingkan gaduhan, namun pengalaman beternak lebih tinggi pada peternak gaduhan. Hal ini diduga karena peternak gaduhan relatif lebih lama memelihara ternak dan lebih sering turun ke lapangan dibandingkan peternak pemilik. Pengalaman usaha atau lama usaha berpengaruh terhadap pengetahuan dan keahlian dalam mengatasi permasalahan yang timbul pada usaha tersebut (Arbi 2010), dan pengalaman beternak merupakan indikator keberhasilan dalam beternak sehingga dapat meningkatkan produksi pada masa yang akan datang (Hoda 2002).

Karakteristik peternak di KUD Mandiri Cipanas berdasarkan tingkat kepemilikan disajikan pada Tabel 5. Peternak besar, peternak sedang, dan peternak kecil memiliki usia antara 31 sampai 40 tahun dengan persentase sebesar 40%. Rentang usia peternak ini masih tergolong dalam kategori usia produktif. Berdasarkan tingkat pendidikan, peternak besar memiliki tingkat pendidikan paling tinggi dibandingkan peternak sedang dan peternak kecil yaitu lulusan S1 dengan persentase sebesar 60%, lulusan SD 20%, dan lulusan SMP 20%. Persentase pendidikan paling tinggi pada peternak sedang adalah lulusan SD sebesar 60%, lulusan SMP 20%, lulusan SMA 10%, dan lulusan S1 10%. Sedangkan pada peternak kecil persentase tertinggi adalah lulusan SD sebesar 45%, diikuti oleh lulusan SMA sebesar 27.5%, lulusan SMP sebesar 17.5%, dan S1 sebesar 10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan memberikan korelasi positif terhadap jumlah kepemilikan ternak. Berdasarkan pengalaman beternak, peternak di Kabupaten Cianjur berada pada kisaran 1 sampai 5 tahun (60% sampai 80%). Hal ini menunjukan bahwa minat peternak pemula relatif tinggi dan menggambarkan bahwa beternak memberikan jaminan pendapatan yang cukup tinggi di daerah tersebut. Berdasarkan status pekerjaan, umumnya pekerjaan utama dari responden adalah beternak yakni, 60% pada peternak besar, 90% pada peternak sedang, dan 72.5% pada peternak kecil (Tabel 5).

Tabel 5 Karakteristik peternak di Kabupaten Cianjur

(21)

8

Kapasitas Mengarit dan Kepemilikan KRP Berdasarkan Jumlah Ternak Kapasitas mengarit menunjukan tingkat kecukupan hijauan pakan pada ternak bahwa semakin tinggi jumlah ternak maka akan meningkatkan kapasitas mengarit dari peternak (Gambar 2). Hasil penelitian menunjukan bahwa kapasitas mengarit dari peternak besar dan sedang cenderung meningkat seiring tingginya jumlah kepemilikan ternak (Gambar 2a dan 2b). Hasil berbeda pada peternakan kecil, kapasitas mengarit peternak relatif tetap dan tidak tergantung pada jumlah kepemilikan ternak (Gambar 2c). Secara umum pada peternak besar, sedang, dan kecil kapasitas mengarit tidak berkorelasi terhadap jumlah kepemilikan ternak. Berdasarkan status kepemilikan kebun rumput potongan (KRP) peternak besar dan sedang seluruhnya memiliki kebun rumput potongan (KRP) untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan. Sedangkan pada peternakan kecil hanya 25% peternak saja yang memiliki KRP. Hal ini menunjukan bahwa peternak kecil lebih mengandalkan kecukupan rumput dari padang rumput alam (PRA), sebagaimana disajikan pada Gambar 2d.

Komposisi Botani Hijauan Pakan di Kandang Berdasarkan Jumlah Kepemilikan Ternak

Komposisi botani di kandang sapi perah pada peternak besar, sedang, dan kecil hampir didominasi oleh jenis Penisetum purpureum Schum dengan persentase 68.53% pada peternak besar, 64.34% pada peternak sedang, dan 26.80% pada peternak kecil seperti disajikan pada Tabel 6. Hal tersebut diduga karena hampir semua peternak terutama peternak besar dan sedang memiliki kebun rumput potongan sendiri. Peringkat kedua pada peternak besar Eleusine indica (L.) Gaertn. sebesar 8.22%, peternak sedang Panicum repens L. sebesar 13.54%, dan peternak kecil Paspalum conjugatum Berg. sebesar 22.51%. Peringkat ketiga hijauan pakan di kandang peternak besar terdapat legum Gliricidia Sepium. Jacq sebesar 4.11%, peternak sedang Paspalum conjugatum Berg sebesar 5.18%, peternak kecil

(22)

9

(a) (b)

(c)

(d)

Gambar 2 Kapasitas mengarit dan status kepemilikan kebun rumput potong (KRP) di Kabupaten Cianjur

(a) Kapasitas mengarit peternak besar, (b) Kapasitas mengarit peternak sedang, (c) Kapasitas mengarit peternak kecil, (d) Kepemilikan KRP

y = 5509.7(x) - 15137

peternak besar peternak sedang peternak kecil

(23)

Tabel 6 Komposisi botani hijauan di kandang peternak besar, sedang, dan kecil

Nama Latin Nama Lokal Peternak Besar Peternak Sedang Peternak Kecil

Rank Komposisi ( % ) Rank Komposisi ( % ) Rank Komposisi ( % )

Penissetum purpureum Schum Rumput Gajah 1 68.53 1 64.34 1 26.8

Eleusine indica (L.) Gaertn Jukut Jampang 2 8.22 4 5.18 15 1.07

Gliricidia Sepium. Jacq Gamal 3 4.11 11 0.89 11 1.61

Panicum repens L. Jajahean 4 4.11 2 13.54 3 13.62

Symphorycarpos albus - 5 4.11 9 0.89 6 2.36

Cyperus elatus L. - 7 1.7 8 2.14

Cyanotis cristata. (L.) D. Don Gewor Lalaki 8 1.7 6 3.03 18 0.76

Mikania micrantha H.B.K SembungRambat 9 1.7 10 0.89 10 1.87

Rostellularia sundana Bremek. - 10 1.7 - - - -

Paspalum conjugatum Berg Jukut Pahit - - 3 5.18 2 22.51

Pogonatherum paniceum (L.) Hack - 6 4.11 5 3.03 4 13.58

Solanum nigrum L. Leunca - - 7 2.14 9 2.05

Paspalum sp. - - - 8 0.89 5 2.36

Allamania no diflora (L.) R. Br. - - - - - 12 1.42

Cleome viscosa L. Maman/Mamam - - - - 19 0.67

Bidens pilosa L.Var. minor (BI.) sherff Ajeran - - - - 20 0.44

Clotaria juncea L. Orok-orok - - - - 17 0.89

Sphenoclea zeylanica Gaertn. - - - - - 7 2.27

Leucas zeylanica (I.) R. Br. - - - - - 16 0.98

Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch Bip Babadotan - - - - 13 1.29

Nomaphila stricta (VAHL) Nees - - - - - 14 1.29

(24)

Dominasi Hijauan Pakan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Cianjur Komposisi botani hijauan pakan di Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan Pacet dengan dua tempat berbeda yaitu ladang dan bukit yang didasarkan pada

metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963) disajikan pada Tabel 7 dan Tabel 8. Komposisi botani di ladang Kecamatan Cipanas didominasi oleh Panicum repens L. sebesar 24.25%, peringkat kedua Eleusine indica (L.) Gaertn sebesar 18.19% dan peringkat ketiga Paspalum conjugatum

Berg sebesar 14.78%. Kecamatan Sukaresmi didominasi Cyanotis axillaris L. sebesar 23.04%, peringkat kedua Eleusine indica (L.) Gaertn sebesar 14.88%, dan peringkat ketiga Cyperus iria L. 12.35%. Kecamatan Pacet didominasi oleh

Pogonatherum paniceum (L.) Hack sebesar 32.68%, peringkat kedua Ipomoea pestigridis L. sebesar 15.45%, dan peringkat ketiga Eupatorium odoratum L. sebesar 14.76%. Komposisi botani hijauan pakan di bukit disajikan pada Tabel 10.

Tabel 7 Komposisi botani ladang

Kecamatan Rangking

1 2 3

Cipanas Panicum repens L. Eleusine indica (L.) Gaertn

Paspalum conjugatum Berg Sukaresmi Cyanotis axillaris L. Eleusine indica (L.)

Gaertn

Cyperus iria L.

Pacet Pogonatherum paniceum (L.) Hack

Ipomoea pes-tigridis L. Eupatorium odoratum L.

Tabel 8 Komposisi botani bukit

Kecamatan Rangking

Cyperus elatus L. Cyanotis cristata. (L.) D. Don

Pacet Eragrostis sp. Rostellularia sundana

Bremek.

Cynodon dactylon L. Pers.

Berdasarkan kajian komposisi botani bukit di Kecamatan Cipanas didominasi oleh Pogonatherum paniceum (L.) Hack sebesar 21.57%, peringkat kedua Paspalum conjugatum Berg.sebesar 18.73%, dan peringkat ketiga

Nomaphila stricta (VAHL) Nees.sebesar 12.91%. Kecamatan Sukaresmi didominasi oleh Paspalum conjugatum Berg. sebesar 21.28%, peringkat kedua oleh Cyperus elatus L. sebesar 19.65%, dan peringkat ketiga Cyanotis cristata.

(L.) D. Don. sebesar 14.29%, Kecamatan Pacet didominasi oleh Eragrostis sp. sebesar 17.77%, peringkat kedua Rostellularia sundana Bremek. sebesar 15.05%, dan peringkat ketiga Cynodon dactylon L. Pers. sebesar 14.26%. Hal ini menunjukan bahwa lokasi dan jenis lahan menghasilkan tingkat dominasi hijauan yang berbeda.

(25)

12

Karakteristik Hijauan Pakan di Kabupaten Cianjur Berdasarkan Jenis Lahan Karakteristik hijauan diukur menggunakan metode INP menurut Soerianegara dan Indrawan (1998). Keragaman jenis hijauan di ladang berdasarkan wilayah didapatkan 7 jenis di Cipanas, 5 jenis di Sukaresmi, dan 5 jenis di Pacet. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Cipanas didominasi oleh Paspalum sp. L. sebesar 58.68%, di Sukaresmi didominasi Commelina diffusa Burn.F., sebesar 62.56% dan di Pacet didominasi Amaranthus spinosussebesar 83.50%. Hal tersebut menunjakan bahwa antar wilayah didominasi oleh HMT yang berbeda-beda seperti yang disajikan Tabel 9.

Tabel 9 Hijauan pakan dominan di ladang

Kecamatan Nama Latin Nama Lokal Jumlah Individu

KR FR INP

---%---

Cipanas Paspalum sp. L. -* 185 39.45 19.23 58.68

Mikania micrantha H.B.K Sembung

rambat*** 80 17.06 19.23 36.29

Fuirena umbellata Rottb. Rumput*

Kelutut 74 15.78 19.23 35.01

Pacet Amaranthus spinosus Bayaman*** 179 57.19 26.32 83.50

Clotaria juncea L. -*** 65 20.77 26.32 47.08

Eleutheranthera ruderalis

(Sw.) Sch Bip -* 39 12.46 26.32 38.78

Erichtites glomerata -*** 30 9.58 21.05 30.64

(*)HMT Jenis Rumput, (**) HMT Jenis Leguminosa, (***) HMT Jenis Rumbah

Tabel 10 Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) di ladang

Kecamatan H' R1 E C

Cipanas 1.70 0.81 0.95 0.20

Sukaresmi 1.56 0.73 0.97 0.22

(26)

13 Keragaman jenis hijauan di bukit berdasarkan wilayah didapatkan 7 jenis di Cipanas, 6 jenis di Sukaresmi, dan 6 jenis di Pacet. Hasil penelitian menunjukan bahwa di Cipanas didominasi oleh Leucas zeylanica (I.) R. Br. Sebesar 47.48%, di Sukaresmi didominasi Oplismenus compositus (L.) P. Beauv. sebesar 45.94% dan di Pacet didominasi Bidens pilosa L.Var. minor (BI.) sherff. Sebesar 49.76%. Hal tersebut menunjakan bahwa antar wilayah didominasi oleh HMT yang berbeda-beda seperti yang disajikan Tabel 11. Secara umum, berdasarkan jenis HMT baik di ladang maupun di bukit didominasi oleh rumbah. Menurut Soerianegara dan Indrawan (2008). Nilai INP merupakan salah satu indikator karakterisitik pada tumbuhan. Nilai INP yang tinggi mengindikasikan bahwa tumbuhan tersebut mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan kemauan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan lain dalam suatu tempat. Analisis keanekaragaman jenis hijauan pakan di Kecamatan Cipanas, Pacet, dan Sukaresmi dapat dilihat seperti yang disajikan pada Tabel 10 dan Tabel 12.

Tabel 11 Hijauan pakan dominan di bukit

Kecamatan Nama Latin Nama Lokal Jumlah Individu

KR FR INP

---%---

Cipanas Leucas zeylanica (I.) R.

Br. -*** 212 30.81 16.67 47.48

Croton hirtus L'Herit. Sintong*** 154 22.38 16.67 39.05

Cyanotis cristata. (L.) D. Don

Amaranthus gracilis Desf. Bayem

Senggang*** 49 16.39 18.52 34.91

Pacet Bidens pilosa L.Var.

minor (BI.) sherff Ajeran*** 121 34.38 15.38 49.76

(27)

14

Tabel 12 Indeks Keanekaragaman jenis (H’), Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks Kemerataan Jenis (E), dan Indeks Dominansi Jenis (C) di bukit

Kecamatan H' R1 E C

komunitas dan struktur komunitas disuatu lokasi, nilai indeks dominasi jenis (C) merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukan spesies hijauan yang dominan didalam suatu komunitas, nilai indeks kemerataan jenis (E) menunjukkan bagaimana kelimpahan jenis terdistribusi secara merata pada banyaknya individu yang ada (Indriyanto 2008).

Nilai H’ di asifi tiga ting atan yaitu rendah ji H’< 2. , sedang

ji 2. ≤ H’< . , tinggi ji H’ ≥ . (Magurran 988). Nilai keanekaragaman di

ladang dan bukit baik Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, maupun Pacet menunjukan nilai indeks dibawah 2.0 yang berarti kelimpahan jenis hijauan di ladang dan bukit rendah.

Berdasarkan hasil analisis kekayaan jenis hijauan yang ditemukan di ladang dan bukit menunjukan nilai yang rendah baik di Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan Pacet seperti yang tersaji pada Tabel 10 dan Tabel 12. Berdasarkan Magurran (1988) nilai R1< 3.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 =3.5-5.0 menunjukkan kekayaan jenis sedang, dan R1>5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong tinggi.

Klasifikasi nilai indeks kemerataan jenis (E) berdasarkan Margurran (1988) dibagi menjadi tiga yaitu E<3.0 menunjukkan kemerataan jenis rendah, E=0.3-0.6 menunjukkan kemerataan jenis tergolong sedang, dan E>0.6 menunjukkan kemerataan jenis tinggi. Nilai E pada ladang maupun bukit di Kecamatan Cipanas, Sukaresmi, dan Pacet menunjukan nilai <0.3 yang berarti nilai kemerataan jenis di ladang maupun bukit di tiga kecamatan sangat rendah.

Rendahnya nilai H’ dimung a dari tingginya penggunaan HMT

dan daya hidup di lokasi tersebut sehingga dominasi HMT adalah hijauan-hijauan tersebut. Daya hidup (vitalitas) adalah tingkatan keberhasilan tumbuhan untuk hidup dan tumbuh normal, serta kemampuan berproduksi dan beradaptasi terhadap tempat tumbuhnya (Indriyanto 2008).

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) di Kabupaten Cianjur

Hasil perhitungan KPPTR di ketiga kecamatan dengan menggunakan metode

(28)

15 Tabel 13 Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) Kecamatan Konversi HMT

(Ton BK Tahun-1)

Daya Dukung (ST)

KPPTR Efektif (ST)

Sukaresmi 3036.60 1322.65 -2541.83

Cipanas 1278.75 556.98 -447.63

Pacet 850.20 370.32 -1256.71

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pola penyediaan hijauan pakan sapi perah di KUD Mandiri Cipanas berupa

Cut and Carry. Berdasarkan jumlah ternak, ketersediaan hijauan dari peternak besar dan sedang berasal dari KRP, dan peternak kecil dari rumput lapang. Kapasitas mengarit tidak berkorelasi dengan jumlah kepemilikan ternak. Kapasitas mengarit tidak berkorelasi dengan jumlah kepemilikan ternak. Tingkat keragaman hijauan di kandang didominasi rumput Penisetum purpureum Schum, sedangkan di lapang didominasi oleh hijauan jenis rumbah.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka perlu dilakukan kajian mendalam tentang keanekaragaman jenis HMT berdasarkan kesuburan lahan dan pemanfaatannya, produktivitas dan kualitas yang mendominasi di ladang dan bukit.

DAFTAR PUSTAKA

[BPSKC] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2012. Kabupaten Cianjur dalam Angka 2012. Cianjur (ID): BPSKC.

Arbi P. 2010. Analisa kelayakan dan strategi pengembangan usaha ternak sapi potong (studi kasus: Desa Jati Kesuma. Kecamatan Namo Rambe. Kabupaten Deli Serdang) [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur. 2012. Data Populasi Ternak Kabupaten Cianjur 2012. Cianjur (ID): Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur.

Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. 2012. Data pertanian Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Cianjur (ID): Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur.

Hoda A. 2002. Potensi pengembangan sapi potong pola usaha tani terpadu di wilayah Maluku Utara. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara

(29)

16

Kusmana C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Bogor (ID): IPB Pr.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurenment. Princeton NJ (US): Princeton University Pr.

Mannetje L, Haydock KP. 1963. The dry weight rank method for the botanical analysis of pasture. J British Grassland Soc. 18 (4):268-275.

Nell AJ, Rollinson DHL. 1974. The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia. Jakarta (ID): CV Yasaguna

Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2012. Profil Kecamatan Cipanas Tahun 2012. Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Kecamatan Cipanas.

Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2012. Profil Kecamatan Pacet Tahun 2012. Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Kecamatan Pacet.

Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2012. Profil Kecamatan Sukaresmi Tahun 2012. Kabupaten Cianjur. Cianjur (ID): Kecamatan Sukaresmi.

Reksohadiprojo S. 1985. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.

Yogyakarta (ID): BPFE

Rukmana HR. 2005a. Budidaya Rumput Unggul. Yogyakarta (ID): Kanisius. Rukmana HR. 2005b. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta

(ID): Kanisisus.

Soedrajat S. 2000. Potensi dan prospek bahan pakan lokal dalam mengembangkan industri peternakan di Indonesia. Bul Pet Edisi Tambahan: 11-15.

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soewardi B. 1985. Peta Potensi Wilayah Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan, Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan

Stone BC. 1983. A guide to collecting Pandanaceae (Pandanus. Freycinetia. Sararanga). Ann. Missouri Bot. Gard. 70:137-14.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(30)

17 LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta wilayah KUD Mandiri Cipanas, Kabupaten Cianjur

Lampiran 2 Komposisi botani di ladang Kecamatan Cipanas

Nama Latin Nilai Rank Jumlah % tiap jenis

1 2 3

Eleusine indica (L.) Gaertn 40.20 7.23 2 49.43 18.18

Panicum repens L. 56.28 9.64 0 65.92 24.25

Paspalum conjugatum Berg 24.12 12.05 4 40.17 14.77

Symphorycarpos albus 24.12 7.23 2 33.35 12.27

Porophyllum ruderale (Jacq.) Cass. 8.04 9.64 3 20.68 7.60

Cyperus kyllingia Endl. 24.12 7.23 4 35.35 13.00

Mikania micrantha H.B.K 16.08 4.82 6 26.90 9.89

(31)

18

Lampiran 3 Komposisi botani di bukit Kecamatan Cipanas

Asystasia coromandeliana Ness. 16.08 4.82 2 22.90 8.08

(32)

19 Kecamatan Sukaresmi

Nama Latin Nilai Rank Jumlah % tiap jenis

1 2 3

Sphenoclea zeylanica Gaertn. 16.08 2.41 2 20.49 7.92

Cyanotis cristata. (L.) D. Don 32.16 4.82 0 36.98 14.29

Allamania no diflora (L.) R. Br. 24.12 9.64 2 35.76 13.82

Paspalum conjugatum Berg 48.24 4.82 2 55.06 21.28

Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch Bip 0 12.05 6 18.05 6.98

Cyperus elatus L. 40.20 9.64 1 50.84 19.65

Amaranthus gracilis DesF. 16.08 0 4 20.08 7.76

Ipomoea pes-tigridis L. 0 7.23 0 7.23 2.79

Panicum repens L. 0 7.23 2 9.23 3.56

Ipomoea hederifolia L. 0 0 5 5.00 1.93

Total 258.72 100

Bidens pilosa L.Var. minor (BI.) sherff

(33)

20

Lampiran 4 Populasi riil ternak di KUD Mandiri Cipanas

Kecamatan Jenis ternak Jumlah (ekor) Konversi satuan ternak Jumlah ternak (ST)

D M A

Lampiran 5 Hasil perhitungan KPPTR di Kabupaten Cianjur Proporsi perbandingan jumlah ternak berdasarkan umur ternak

Jenis ternak

Proporsi jumlah ternak berdasarkan umur

(34)

21 Perhitungan populasi ternak (ST)

Kecamatan Jenis ternak Jumlah (ekor)

(35)

22

Perhitungan populasi ternak berdasarkan satuan ternak di Kecamatan Cipanas sebagai berikut:

Kecamatan Cipanas = 270.43 ST+45.68 ST+145.38 ST+290.87 ST+252.25 ST = 1004.61 ST

Perhitungan populasi ternak berdasarkan satuan ternak di Kecamatan Sukaresmi sebagai berikut:

Kecamatan Sukaresm =866.58ST+725.40 ST+264.00 ST+1465.38 ST+543.13ST = 3864.48 ST

Jenis Penggunaan Lahan

Jenis penggunaan

Kecamatan

Pacet Cipanas Sukaresmi

(36)

23 Daya dukung Kecamatan Pacet

Daya Dukung = Potensi HMT (BK) kg BK / Th Keb/konsumsi ternak/hari x 365 = 850.2 x 1000 (BK) kg BK/Thn 6.29 (Kg BK / ST) x 365 = 370.32 ST

KPPTR efektif = Daya dukung – Populasi riil = 370.32 ST - 1627.03 ST

= -1256.71 ST Daya dukung Kecamatan Cipanas

Daya Dukung = Potensi HMT (BK) kg BK / Th Keb/konsumsi ternak/hari x 365 = 1278.75 x 1000 (BK) kg BK/Thn 6.29 (Kg BK / ST) x 365 = 556.98 ST

KPPTR efektif = Daya dukung – Populasi riil = 556.98 ST - 1004.61ST

= -447.63 ST Daya dukung Kecamatan Sukaresmi

Daya Dukung = Potensi HMT (BK) kg BK / Th Keb/konsumsi ternak/hari x 365 = 3036.6 x 1000 (BK) kg BK/Thn 6.29 (Kg BK / ST) x 365 = 1322.65 ST

KPPTR efektif = Daya dukung – Populasi riil = 1322.65 ST - 3864.48ST

(37)

24

Lampiran 6 Gambar hijauan pakan

Penisetum purpureum Schum Pogonatherum paniceum (L.) Hack

Paspalum conjugatum Berg Panicum repens L.

(38)

25 dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yaitu staff RPM Eksternal D’Stallion (2010/2011), Kepala Departemen RPM E sternal D’Oreamnos (2 2012). Penulis juga aktif dalam kepanitian diantaranya koordinator pertandingan Dekan Cup 2011, koordinator lapangan Fapet Show Time 2011, ketua pelaksana Lomba Karya Tulis Ilmiah Peternakan (LKTIP) 2011. Penulis juga memperoleh berbagai prestasi di bidang non akademik yaitu, Juara 1 Solo Vocal Fapet Show Time 2011, Juara 1 Band Cipta Lagu Populer IAC 2012. Selain itu penulis aktif mengisi acaradi IPB bersama tim Milko Music dan Lethologica. Penulis mendapat prestasi akademik dengan mendapatkan dana dari DIKTI untuk pelaksanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) tahun 2011 dan 2014.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat serta nikmatnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang , penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Papa Dany Iskandar SH., Mama Susy Restuwaty, dan adik-adik tercinta (Gerald dan Austin) atas semua doa, dukungan, dan kasih sayang yang senantiasa diberikan. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ir M Agus Setiana, MS selaku pembimbing akademik dan pembimbing skripsi dan Dr Iwan Prihantoro SPt MSi selaku pembimbing skripsi atas motivasi, masukan, semangat, dan pelajaran hidup selama masa perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Panca Dewi MHK Msi selaku dosen penguji seminar hasil pada tanggal 21 November 2013 serta Dr Ir Suryahadi DEA dan Dr Ir Bagus PP MSi selaku dosen penguji sidang pada tanggal 3 Februari 2014 atas masukan dan koreksi dalam skripsi ini.Selain itu ucapan terima kasih penulis berikan kepada staff dari KUD Mandiri Cipanas, Dinas Peternakan, Dinas Kecamatan, Badan Pusat Statistik (BPS) atas izin dan bantuan selama penelitian.Penulis juga mengucapkan terima kasih pada teman seperjuangan (Alvi dan Annisa), teman-teman terdekat (Rama, Olin, Afi, Fichar, Mai, Agung, Candra, Usaid, Usmi, Rima, Linda), Nutrisiouz 46, serta Astiningdiah Merdekawati, Laboratorium Agrostologi, atas semua perhatian dan dukungan selama masa perkuliahan.

Gambar

Tabel 2  Pemanfaatan lahan di Kabupaten Cianjur
Tabel 5  Karakteristik peternak di Kabupaten Cianjur
Gambar 2  Kapasitas mengarit dan status kepemilikan kebun rumput potong (KRP)
Tabel 6  Komposisi botani hijauan di kandang peternak besar, sedang, dan kecil
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Desain dan implementasi services provider untuk mendukung layanan web services push PDPT pada sistem informasi akademik Politeknik Negeri Lampung dapat

Sistem penanggulangan kebakaran pada Padepokan Seni Pertunjukan Musik, Tari dan Teater di Yogyakarta yaitu dengan peletakan tabung gas karbon dioksida di setiap ruangan dan

Dari hasil perhitungan dengan Uji Tukey diperoleh perbedaan rerata hasil belajar matematika pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan numerik rendah antara

Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu pada penelitian terdahulu menggunakan kepemilikan institusional sebagai variabel independen, sedangkan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas remediasi bentuk umpan balik menggunakan brosur untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tentang gerak lurus

Selain itu juga terdapat jurnal penelitian tentang perbedaan konsep diri pada budaya dan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif, yaitu bahwa konsep diri memiliki

Sistem ini dibangun dengan menerapkan metode Simple Additive Weighting (SAW) sebagai metode penjumlahan terbobot yang digunakan dalam memecahkan masalah multi

Sintesis hidroksiapatit dengan bahan baku limbah kulit kerang lokan melalui jalur PCC memberikan hasil terbaik dengan suhu 140 o C, dibandingkan dengan suhu 160 o