• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SUMUR RESAPAN

DALAM PENGENDALIAN LIMPASAN

DI KELURAHAN PINANG RANTI DAN BENDUNGAN HILIR

JAKARTA

BAYU PRADANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

BAYU PRADANA. Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta. Dibimbing oleh NANA M. ARIFJAYA.

Perkembangan kota Jakarta mengakibatkan turunnya kuantitas ruang terbuka hijau. Hal ini berakibat pada menurunnya daya infiltrasi tanah dan meningkatnya limpasan permukaan serta berpotensi terjadi banjir. Pembangunan sumur resapan bertujuan untuk mengurangi potensi banjir dan meningkatkan cadangan air tanah di Jakarta. Pendugaan limpasan menggunakan metode SCS-CN didapatkan nilai sebesar 1.68 m3 dengan luas tangkapan air 77 m2 di PinangRanti dan 2.08 m3 dengan luasan tangkapan air 95 m2 di Bendungan Hilir. Laju infiltrasi rata-rata

41.34 cm jam-1 dan mampu menyerapkan air 3.33 m3 di Pinang Ranti. Laju infiltrasi rata-rata 10.34 cm jam-1 dan mampu menyerapkan air 1.61 m3 di Bendungan Hilir. Dengan laju infiltrasi tersebut dapat disimpulkan sumur resapan tidak akan penuh dan meluap. Pembangunan sumur resapan dapat mengurangi limpasan dan meningkatkan cadangan air tanah sehingga mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat terutama yang belum terjangkau layanan PDAM.

Kata kunci : infiltrasi, run-off, sumur resapan

ABSTRACT

BAYU PRADANA. The Effectiveness of the construction of Sumur Serapan in the control of runoff in Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta. Supervised By NANA M. ARIFJAYA.

Jakarta City development has caused in the decline of open green space quantity. It impacts to decreasing soil infiltration capacity, increasing surface runoff and flood potential. The construction of Sumur Resapan aims to reduce flood potential and improve ground water reserves in Jakarta. RunOff estimation method using SCS-CN obtained value of 1,68 m3 in 77m2 of water catchment area in Pinang Ranti and 2,08m3 in 95m2 of water catchment area in Bendungan Hilir. The average rate of infiltration are 41,34 cm/jam and capable to infiltrate water by 3,33 m3 in Pinang Ranti. The average rate of infiltration are 10,34 cm/jam and capable to infiltrate water by 1,61 m3 in Bendungan Hilir. By the infiltration rate, it can be concluded that Sumur Resapan will not be full or overflowing.The constructon of sumur resapan can reduce runoff and increase soil water reserves so it is able to

meet water needs of society, particularly in society who doesn’t affordable yet by

PDAM.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

EFEKTIVITAS PEMBANGUNAN SUMUR RESAPAN

DALAM PENGENDALIAN LIMPASAN

DI KELURAHAN PINANG RANTI DAN BENDUNGAN HILIR

JAKARTA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta Nama : Bayu Pradana

NIM : E14080059

Disetujui oleh

Dr Ir Nana Mulyana Arifjaya, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Efektivitas Pembangunan Sumur Resapan dalam Pengendalian Limpasan di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan sejak Maret 2013.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Nana Mulyana Arifjaya, MSi selaku pembimbing. Disamping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Nunung, Bapak Rudi, Bapak Agus, Mas Yanto dan Bang Jali yang telah membantu selama pengumpulan data, serta rekan-rekan MNH 45 atas semangat yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga tak lupa disampaikan kepada bapak (Kasdiyana), ibu (Juminten), Dwi Nur Fitriyana atas doa dan kasih sayangnya, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Metode Pengumpulan Data 2

Pengolahan Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4

Desain Sumur Resapan 6

Curah Hujan 7

Laju Infiltrasi 9

Volume Infiltrasi 11

Pendugaan Limpasan 13

Karakteristik Responden 14

Korelasi antara Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengelolaan Sumur

Resapan 14

Nilai Kebutuhan Air dan Biaya Pembangunan Sumur Resapan 15

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 18

(10)

DAFTAR TABEL

1 Curah hujan di lokasi pengambilan sampel 8

2 Laju infiltrasi rata-rata dan volume terinfiltrasi sumur resapan

di Pinang Ranti 9

3 Laju infiltrasi rata-rata dan volume terinfiltrasi sumur resapan

di Bendungan Hilir 10

4 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti 11 5 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir 12

6 Karakteristik responden 14

7 Tingkat korelasi dan signifikasi antar variabel 15

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Pinang Ranti 5 2 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Bendungan Hilir 6

3 Desain sumur resapan tipe C 6

4 Sketsa pembangunan sumur resapan 7

5 Curah hujan tahunan stasiun Halim tahun 1979 - 1998 8 6 Laju infiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti 9 7 Laju infiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir 10 8 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti 11 9 Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Pinang Ranti 12 10 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir 12 11 Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Bendungan Hilir 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Angka CN (curve number) untuk kondisi AMC (antecedent moisture content) II (kondisi rata-rata) 18

2 Kelompok tanah SCS 18

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kota Jakarta sangat pesat, sehingga tidak terkendali dan berimplikasi serius pada lingkungan dan ekonomi perkotaan. Pesatnya perkembangan di berbagai sektor salah satunya perekonomian, menyebabkan penduduk di luar kota Jakarta berpindah dan menetap di kota Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk yang terjadi di Jakarta. Berdasarkan Badan Pusat Statistik dalam Bank Dunia, populasi penduduk Jakarta Tahun 2000 ± 8.4 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2010 populasi penduduk Jakarta mencapai ± 9.6 juta jiwa. Hal ini menyebabkan tingginya pembangunan fisik kota seperti pemukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan kawasan terbangun lainnya. Peningkatan kebutuhan pemukiman mengurangi kuantitas ruang publik, terutama ruang terbuka hijau (RTH). Luasan RTH mengalami penurunan sangat signifikan, berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an dan kini hanya tersisa 10% (Siahaan 2010).

Alih fungsi RTH di Jakarta berdampak langsung maupun tak langsung terhadap karakteristik permukaan tanah. Permasalahan yang muncul tidak hanya saat datang musim hujan, tetapi juga saat musim kering. Menurunnya luasan RTH berakibat pada menurunnya fungsi tanah dalam penyerapan air (infiltrasi), sehingga pada periode musim kering sedikit ketersediaan air tanah. Pada periode musim hujan, terbentuknya areal kedap air oleh pembangunan yang terjadi mengakibatkan semakin meningkatnya limpasan permukaan (run-off).

Nilai limpasan permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan daya serap tanah menimbulkan terjadinya genangan air sesaat setelah hujan terjadi. Genangan air yang terus-menerus terjadi akibat ketidakmampuan tanah dalam menyerapkan air hujan berakibat terjadinya banjir. Peningkatan limpasan permukaan aliran akan mengakibatkan masalah genangan dan banjir ( Harisuseno et al. 2011).

Banjir tidak hanya mengganggu aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat, tetapi juga menimbulkan kerugian materil dan non-materil. Kerugian materi akibat banjir ini diperkirakan mencapai 20 triliun (Pusat Krisis Fakultas Psikologi 2013). Banyak solusi yang ditawarkan dalam mengatasi permasalahan banjir yang ada di Jakarta, salah satunya sumur resapan. Penelitian terkait pembangunan sumur resapan telah banyak dilakukan namun evaluasi mengenai pembangunan sumur resapan dalam pengendalian limpasan belum diketahui. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui keefektivan pembangunan sumur resapan dalam pengendalian limpasan di wilayah Jakarta, khususnya Pinang Ranti (Jakarta Timur) dan Bendungan Hilir (Jakarta Pusat).

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi informasi manfaat sumur resapan yang ada di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam pembangunan sumur resapan di wilayah Jakarta.

METODE

Pengambilan data dilakukan pada Maret – April 2013. Pengumpulan data dikelompokkan menjadi dua bagian yakni data kondisi fisik sumur resapan dan data kuisioner. Data kondisi fisik sumur resapan diambil dengan ground check langsung ke lapangan. Jumlah sampel sumur resapan yang diamati sebanyak 2 titik sampel dari 200 sampel di kediaman Ibu Yusnan (Pinang Ranti) luasan 104 m2 dan Kantor RW 02 (Bendungan Hilir) luasan 125 m2. Pengumpulan data kuisioner dilakukan pada 20 responden di masing-masing wilayah.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa 40 buah kuisioner yang disebar di Kelurahan Pinang Ranti dan Bendungan Hilir, satu unit sampel sumur resapan berukuran 1m x 1m dengan kedalaman 2.7 m di Kelurahan Pinang Ranti dan Kelurahan Bendungan Hilir, data curah hujan manual, data kapasitas infiltrasi serta jenis tanah wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.

Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: 1 unit automatic water level recorder (AWLR), meteran, penggaris, kuisioner, gelas ukur, corong diameter 8 cm, wadah penampungan dan seperangkat komputer dengan sistem operasi Microsoft Windows7, Microsoft Office Word 2007, dan Microsoft Office Excel 2007, SPSS 16.0.

Metode Pengumpulan Data

Data Tinggi Muka Air

Pengumpulan data tinggi muka air dilakukan pada salah sumur resapan yang terdapat di Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur dan di Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Pengumpulan data tinggi muka air (TMA) menggunakan Water Level 16 dan pipa PVC 4” yang diletakkan di dalam sumur resapan. Data yang didapat merupakan data TMA setiap 15 menit.

Data Curah Hujan

(13)

3 digunakan dalam perhitungan curah hujan adalah data pada saat hujan tertinggi. Pengukuran curah hujan dilakukan minimal 3 kali pengulangan. Nilai curah hujan didapat dari perhitungan curah hujan tertampung (mm3) dibagi luas penampang corong (mm2), sehingga didapat curah hujan dalam satuan tinggi (mm). Selain itu,

digunakan data curah hujan sekunder stasiun Halim untuk mengetahui curah hujan tertinggi yang pernah terjadi di Jakarta selama 25 tahun.

Data Kuisioner

Sumur resapan dibangun di Jakarta pada tahun 2008 dan tersebar sebanyak 400 titik di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Data kuisioner diambil 10% dari 400 responden di populasi sumur resapan yang telah dibangun. Metode wawancara dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu dilakukan berdasarkan tujuan dari fungsi data kuisioner tersebut (Sugiyono 2008). Responden terdiri dari masyarakat dengan sebaran tingkat pendidikan dan pendapatan yang berbeda. Data yang diperoleh dari kuisioner berupa data karakteristik responden dan pendapat responden terhadap pembangunan sumur resapan.

Pengolahan Data

Analisis Curah Hujan

Curah hujan yang dihasilkan dari pengukuran di lapangan dilakukan pengolahan untuk mengetahui nilai intensitas hujan menggunakan persamaan mononobe sebagai berikut:

Analisis laju infiltrasi dilakukan dengan mengolah data hasil pencatatan alat water level berupa data tinggi muka air (TMA) pada saat kejadian hujan. Untuk laju infiltrasi sumur resapan di dalam tanah dengan kondisi tak jenuh menggunakan metode Darcy, sebagai berikut:

� = �.�� . �...(2) Keterangan:

Q = fluks aliran di sumur serapan (m3 jam-1) K = konduktivitas hidrolik

A = luas penampang (m2)

∆ℎ

(14)

4

Analisis Tinggi Muka Air

Pengolahan data tinggi muka air (TMA) dilakukan dengan menganalisis dan melakukan perhitungan data hasil pencatatan alat water level. Data TMA tersebut dicatat per 15 menit dan dilihat perubahan TMA di dalam sumur resapan.

Pendugaan Limpasan

Pendugaan volume limpasan dihitung menggunakan metode Soil Conservation Service – Curve Number (SCS-CN). Persamaan yang digunakan dalam menentukan debit aliran sebagai berikut:

Q = �−0,2

�+0,8 ...(3)

Keterangan:

Q = Limpasan permukaan (mm) P = Curah hujan (mm)

S = Retensi potensial maksimum (mm)

Nilai S memiliki hubungan dengan Curve Number. Persamaan yang digunakan dalam penentuan nilai S adalah sebagai berikut:

S = 2 00

�� − 254...(4)

Keterangan:

S = Retensi potensial mksimum (mm) CN = Bilangan kurva

Analisis Data Kuisioner

Analisis dan pengolahan data kuisioner dan wawancara dilakukan dengan menggunakan software SPSS. 16. Pengolahan menggunakan pengolahan korelasi Spearman dengan skala pengukuran ordinal. Pengolahan data kuisioner digunakan untuk mengetahui korelasi hubungan pendapatan dengan pengelolaan dan tingkat pendidikan dengan pengelolaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel sumur resapan wilayah Jakarta Timur terletak di RT 01/004 No.42 Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar pada koordinat 6º

16’ 39,3” LS dan 106º 52’ 58,6” BT. Peta lokasi penelitian ditunjukkan oleh

(15)

5 Timur seluruhnya berupa pemukiman, gedung perkantoran, dan jalan yang diperkeras. Penutupan lahan wilayah Jakarta Timur dikategorikan menjadi 5 kelas presentase penutupan lahan, yaitu 0-20 %, 20-40 %, 40-60 %, 60-80 % dan 80-100 %. Jenis tanah di wilayah Jakarta Timur terdiri atas jenis tanah tropaquept dan paleudult.

(16)

6

Gambar 2 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Bendungan Hilir Desain Sumur Resapan

Desain sumur resapan yang dibangun di Jakarta tahun 2008 dibedakan menjadi 4 tipe desain sumur resapan yang didasarkan pada aspek penggunaan lahan di lokasi pembangunan sumur resapan. Pengambilan data tinggi muka air di sumur resapan dilaksanakan pada jenis sumur resapan tipe C. Contoh desain sumur resapan tipe C dapat dilihat pada Gambar 3.

(17)

7 Tipe sumur resapan utuk tipe A, B, dan D memiliki perbedaan pada desain sumur resapan dan lokasi dibangunnya sumur resapan tersebut. Sumur resapan dengan tipe A merupakan sumur resapan yang memiliki saluran masukan air seperti selokan. Tipe B merupakan sumur resapan yang dibangun pada trotoar dengan saluran air berasal dari limpasan jalan dan tipe D merupakan sumur resapan yang dibangun di lahan parkir.

Sumur resapan didesain untuk menampung, menyimpan dan menambah cadangan air tanah serta mengurangi limpasan. Desain sumur resapan dibuat untuk meminimalisasi air hujan yang jatuh dari atap agar tidak terjadi limpasan secara langsung. Air hujan yang jatuh ke atap rumah dialirkan ke dalam sumur resapan menggunakan pipa atau sumur resapan. Contoh sketsa pembangunan sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Pergub No.68 tahun 2005 Provinsi DKI Jakarta, air yang diperbolehkan masuk kedalam sumur resapan merupakan air hujan yang berasal dari limpasan atap bangunan atau permukaan tanah yang tertutup oleh bangunan atau air yg sudah melalui Instalasi Pengelolaan Air Limbah dan sudah memenuhi standar Baku Mutu.

Gambar 4 Sketsa pembangunan sumur resapan (Indriatmoko dan Wahjono 1999)

Curah Hujan

Curah hujan (CH) selama penelitian tertinggi di wilayah Pinang Ranti terjadi pada tanggal 23 Maret 2013 sebesar 43.79 mm hari-1, sedangkan CH terendah terjadi pada tanggal 20 Maret 2013 sebesar 3.98 mm hari-1. Hujan terjadi 2 kali pada tanggal 23 Maret 2013 dengan intensitas hujan masing – masing 5.40 mm jam-1 dan

(18)

8

Di wilayah Bendungan Hilir, curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 17 April 2013 sebesar 43.79 mm hari-1 dengan nilai intensitas hujan sebesar 5.79 mm jam-1. Curah hujan terendah di wilayah tersebut terjadi pada tanggal 16 April 2013 sebesar 3.98 mm hari-1 dengan intensitas hujan 2.19 mm jam-1. Data curah hujan

yang diukur di lokasi pengambilan sampel sumur resapan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Curah hujan di lokasi pengambilan sampel

Lokasi Pengambilan Sampel Tanggal Curah Hujan (mm)

Intensitas Hujan (mm jam-1)

Rumah Ibu Yusnan 20/Maret/2013 3.98 0.75

(Pinang Ranti) 22/Maret/2013 6.97 1.82

23/Maret/2013 43.79 8.37

Kantor RW 02 11/April/2013 5.97 2.51

(Bendungan Hilir) 14/April/2013 25.88 8.97

16/April/2013 3.98 2.19 17/April/2013 43.79 5.79

18/April/2013 39.81 4.43

Berdasarkan data curah hujan stasiun Halim tahun 1974 – 2005. Curah hujan harian tertinggi yang pernah terjadi pada tahun 1981 sebesar 220 mm hari-1. Curah hujan bulanan tertinggi pada bulan November tahun 1986 yang memiliki curah hujan sebesar 470.6 mm dengan 15 hari hujan. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi sebesar 15.69 mm. Siklus hujan yang terjadi pun dapat dilihat dari data curah hujan dari tahun 1979 – 1998.

(19)

9 Laju Infiltrasi

Laju infiltrasi sampel sumur resapan wilayah Pinang Ranti dapat dilihat pada Tabel 2. Laju infiltrasi rata-rata sebesar 41.34 cm jam-1, maka volume air yang mampu diinfiltrasikan oleh sumur resapan tersebut sebesar 3.33 m3. Dari data dapat

dilihat bahwa semakin tinggi laju infiltrasi semakin banyak pula air yang mampu diinfiltrasikan. Laju infiltrasi dan volume rata-rata air yang diserapkan dapat dilihat pada Tabel 2.

Laju infiltrasi sampel sumur resapan wilayah Pinang Ranti dapat dilihat pada Gambar 6. Laju infiltrasi diambil dari curah hujan tertinggi yang terjadi pada tanggal 23 Maret 2013 yaitu sebesar 43.79 mm. Laju infiltrasi tertinggi sebesar 92.66 cm jam-1.

Gambar 6 Laju infiltrsai sumur resapan di Pinang Ranti

Laju infiltrasi rata-rata sampel sumur resapan di Bendungan Hilir sebesar 10.34 cm jam-1 selama 5 kali ulangan hujan. Laju infiltrasi rata-rata sumur resapan wilayah tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

(20)

10

Tabel 3 Laju infiltrasi rata-rata dan volume air yang terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir

Laju infiltrasi dalam sampel sumur resapan di Bendungan Hilir dianalisis dari curah hujan tertinggi yang terjadi pada tanggal 17 April 2013. Laju infiltrasi tertinggi sebesar 48.77 cm jam-1. Laju infiltrasi sampel sumur resapan di Jakarta Pusat konstan pada saat nilai lajunya sebesar 2 cm jam-1.

Gambar 7 Laju infiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir

Laju infiltrasi tanah pada saat permulaan hujan adalah terbesar, kemudian berkurang dengan semakin lama hujan terjadi, sehingga mencapai nilai minimum yang konstan (Arsyad 2010). Laju infiltrasi sampel sumur resapan di Bendungan Hilir dapat dilihat pada Gambar 7. Laju infiltrasi yang terjadi pada Gambar 7 sebesar 30.48 cm jam-1.Volume air rata-rata yang mampu diinfiltrasikan sebesar

1.61 m3 dengan laju infiltrasi rata-rata sebesar 10.34 cm jam-1.

Laju infiltrasi rata-rata masing-masing wilayah sebesar 41.34 cm jam-1 untuk Pinang Ranti dan 10.34 cm jam-1 untuk Bendungan Hilir, dengan sumur resapan

luasan 1 m2 dan kedalaman 2.7 m. Sumur resapan mampu meresapkan air sebesar 0.41 m3 jam-1 (Pinang Ranti) dan 0.10 m3 jam-1 (Bandungan Hilir). Pada data curah tahun 1981, curah hujan harian tertinggi terjadi di bulan Desember sebesar 220 mm hari-1. Dengan menggunakan persamaan (3 dan 4), maka volume limpasan yang dihasilkan masing-masing lokasi penelitian sebesar 0.61 m3 jam-1 untuk Pinang Ranti dan 0.74 m3 jam-1 untuk Bendungan Hilir. Sumur resapan tidak akan meluap karena daya resap sumur resapan lebih besar dari air masukan.

(21)

11 Volume Infiltrasi

Akumulasi volume air rata-rata terinfiltrasi yang masuk ke sampel sumur resapan wilayah Pinang Ranti dapat dilihat pada Tabel 4. Akumulasi volume air rata-rata masuk ke dalam sumur resapan sebanyak 1.15 m3 dan memiliki rasio

dengan curah hujan sebesar 0.77%.

Tabel 4 Volume air yang terlimpas sumur resapan di Pinang Ranti Lokasi Pengambilan

Hal ini dapat diartikan bahwa volume limpasan yang masuk kedalam sumur resapan sebanyak 0.77% dari curah hujan yang terjadi. Akumulasi volume air yang masuk ke dalam sumur resapan sebesar 2.77 m3 Gambar 8. Saat terjadi hujan

tertinggi tanggal 23 Maret 2013.

Gambar 8 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Pinang Ranti

Pada saat terjadi hujan pada tanggal 24 Maret 2013, tinggi muka air yang paling tinggi di sumur resapan sebesar 138,68 cm. Perubahan tinggi muka air pada sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 9. Dari gambar tersebut, dapat dilihat menurunnya tinggi muka air dalam sumur resapan, sehingga dapat dihitung laju infiltrasi dalam sumur resapan tersebut. Tinggi muka air terendah sebesar 23,16 cm. Tinggi muka air meningkat setelah terjadinya hujan. Air hujan yang jatuh ke atap rumah langsung masuk ke dalam sumur resapan.

(22)

12

Gambar 9 Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Pinang Ranti

Volume air yang masuk ke sumur resapan di setiap terjadi hujan di Bendungan Hilir dapat dilihat pada Tabel 5. Akumulasi volume air yang terinfiltrasi maksimum terjadi pada tanggal 14 April 2013. Akumulasi volume air rata-rata yang masuk ke dalam sumur resapan sebesar 0.67 m3.

Tabel 5 Volume air yang terlimpas sumur resapan di Bendungan Hilir Lokasi Pengambilan

Volume infiltrasi merupakan banyaknya air yang masuk kedalam tanah. Volume air sampel di Bendungan Hilir dapat dilihat pada Gambar 10. Saat terjadi hujan tertinggi tanggal 17 April 2013. Volume air yang terlimpas sebesar 1.07 m3.

Gambar 10 Volume air terinfiltrasi sumur resapan di Bendungan Hilir

(23)

13 Akumulasi volume infiltrasi yang rata-rata masuk ke dalam sumur resapan sebesar 0.67 dan memiliki nilai rasio dengan curah hujan sebesar 0.32%. Tinggi muka air menunjukan bahwa volume air hujan yang masuk ke dalam sumur resapan. Tinggi muka air tertinggi sebesar 134.11 cm pada kejadian hujan 17 April 2013. Perubahan tinggi muka air dalam sumur resapan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Perubahan tinggi muka air sumur resapan di Bendungan Hilir

Pendugaan Limpasan

Pendugaan limpasan digunakan untuk mengetahui nilai limpasan. Lokasi penelitian termasuk dalam kelompok Soil Hydrology Group C (SHG-C). Nilai curve number (CN) untuk kelompok hidrologi tanah C dan penggunaan sebagai

pemukiman dengan luasan kapling ≤500 m2 sebesar 90 (Arsyad 2010). Berdasarkan

curah hujan periode ulangan 25 tahun curah hujan tertinggi pada tahun 1981 sebesar 220 mm hari-1 nilai pendugaan limpasan sebesar 189.43 mm atau sebesar 37.86 m3. Lokasi penelitian merupakan pemukiman dengan luasan 104 m2 ( areal tangkapan air hujan seluas 77 m2) di Pinang Ranti dan 125 m2 (areal tangkapan air hujan seluas

95 m2) di Bendungan Hilir. Hasil persamaan (3 dan 4) didapat limpasan sebesar 21.9 mm. Pendugaan limpasan sampel sumur resapan di Pinang Ranti sebesar 1.68 m3 atau sebesar 0.07 m3 jam-1 dengan areal tangkapan air hujan sebesar 77 m2 dan

di Bendungan Hilir sebesar 2.08 m3 atau sebesar 0.086 m3 jam-1 dengan areal tangkapan air hujan seluas 95 m2. Debit aliran di dalam sumur resapan saat jenuh menggunakan persamaan (2) sebesar 6.3 m3 jam-1 di Pinang Ranti dan sebesar 0.63 m3 jam-1 di Bendungan Hilir.

Dari hasil analisis data yang didapat dari pengukuran di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa setiap air yang masuk kedalam sumur resapan mampu diserapkan secara langsung, sehingga air dalam sumur resapan tidak meluap. Pada saat periode ulangan curah hujan 25 tahun sumur resapan akan penuh karena tingginya curah hujan yang terjadi. Dengan demikian, sumur resapan merupakan salah satu cara efektif dalam penanggulangan banjir di Jakarta karena berfungsi meningkatkan kapasitas infiltrasi lahan dan sekaligus dapat menambah cadangan air tanah (Fetter 1994). Selain itu, sumur resapan juga berfungsi untuk mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan (Fakhrudin 2010).

(24)

14

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diukur yaitu jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan. Karakteristik responden masing-masing wilayah disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan jenis kelamin di Pinang Ranti laki-laki sebesar 70% dan sisanya 30% jenis kelamin perempuan, sedangkan di Bendungan Hilir jenis kelamin laki-laki sebesar 70% dan perempuan sebesar 30%.

Tabel 6 Karakteristik responden

Jenis pendidikan di Pinang Ranti sebagian besar berpendidikan SMA sebesar 45%, jenis pendidikan lain seperti SD, perguruan tinggi dan akademi sebesar 15% dan SMP sebesar 10%, sedangkan di Bendungan Hilir sebagian besar SMA sebesar 55%, akademi dan SD sebesar 15%, SMP sebesar 10% dan perguruan tinggi masing-masing 5%. Variabel pendapatan responden di Pinang Ranti berkisar antara Rp 1 000 000 – Rp 3 000 000 sebesar 65%, pendapatan <Rp 1 000 000 sebesar 20% dan sisanya sebesar 15%, sedangkan di Bendungan Hilir sebagian besar berpendapatan antara Rp 1 000 000 – Rp 3 000 000 sebesar 55%, pendapatan <Rp 1 000 000 sebesar 35% dan sisanya sebesar 10%.

Korelasi antara Karakteristik Responden dengan Tingkat Pengelolaan Sumur Resapan

(25)

15 Tabel 7 Tingkat korelasi dan signifikasi antar variabel

Variabel Y Variabel X

Koefisien korelasi Signifikasi Angka

korelasi

Arah dan

kekuatan Angka Hubungan

Pendapatan Biaya

Keterangan : Hasil analisis SPSS 1.6

Pada variabel pendapatan, tingkat pemeliharaan akan semakin baik karena adanya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan pemelihataan tersebut. Tingkat kesulitan dalam pemeliharaan sumur resapan akan berkurang seiring dengan tingkat pendidikan, namun apabila tingkat pengetahuan masyarakat terhadap sumur resapan sudah baik maka tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap variabel kesulitan pemeliharaan.

Nilai Kebutuhan Air dan Biaya Pembangunan Sumur Resapan

Pemakaian air rata-rata untuk kebutuhan rumah tangga wilayah perkotaan di Indonesia sebesar 144 liter/orang/ hari, sekitar 45% atau sebesar 65 liter/orang/hari dari total penggunaan air digunakan untuk keperluan mandi (Direktorat Jendral Cipta Karya 2006). Dengan asumsi setiap keluarga terdiri dari 4 orang maka pemakaian air sebesar 17.28 m3/bulan atau ± 18 m3/ bulan, maka akan dibutuhkan air untuk pemenuhan kehidupan sehari-hari sebesar 210.24 m3/tahun. Berdasarkan tarif perkelompok pelanggan dalam Keputusan Direksi PAM JAYA No.64/2008, dengan luasan bangunan >120m2 maka biaya minimal yang harus dikeluarkan sebesar Rp 152 840/bulan atau sebesar ± Rp 9 170 400 selama lima tahun. Biaya yang dikeluarkan selama 5 tahun terlalu mahal jika dibandingkan dengan pembangunan sumur resapan yang mampu menampung cadangan air tanah dari hujan. Biaya pembangunan 1 unit sumur resapan sebesar ± Rp 3 000 000 (BPDAS 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pembangunan sumur resapan mampu mengurangi volume limpasan di Pinang Ranti dan Bendungan Hilir.

2. Laju infiltrasi lebih besar dibandingkan limpasan yang terjadi, mengakibatkan sumur resapan tidak pernah penuh atau meluap.

(26)

16

Saran

(27)

17

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke-2. Bogor (ID) : IPB Pr. Bank Dunia. 2011. Jakarta Tantangan Perkotaan Seiring Perubahan Iklim

[Laporan]: 5 .DKI Jakarta (ID).

[BPDAS] Badan Pengelolaan Aliran Sungai.2008. Penyusunan Rancangan Teknik Pembangunan Sumur Resapan Sub Kegiatan Perencanaan Teknis Kegiatan Gerhan Jakarta Pusat. Jakarta (ID): Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan. Jakarta Barat. Jakarta (ID): Suku Dinas Pertanian dan Kehutanan.

Direktorat Jendral Cipta Karya. 2006. Satu Orang Indonesia Konsumsi Air Rata-rata 144 Liter per Hari [Internet]. [di acu 2013 Agustus 12]. Tersedia dari: http://ciptakarya.pu.go.id/v3/?act=vin&nid=101.htm.

Fakhrudin M. 2010. Kajian Sumur Resapan Sebagai Pengendalian Banjir dan Kekeringan Di Jabodetabek. Puslit Limnologi LIPI, Bogor, 8 – 16 hal.

Fetter CW. 1994. Applied Hydrogeology. MacMillan College Publishing Company, New York USA, 691 pp.

Harisuseno D, Bisri M, Yudono A. 2011. Pemodelan Limpasan Permukaan Untuk Simulasi Genangan Air Di Kawasan Perkotaan Akibat Perubahan Tata Ruang [Laporan]. Universitas Brawijaya.

Indriatmoko RH, Wahjono HD. 1999. Teknologi konservasi air tanah dengan sumur resapan. Jakarta (ID): Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material, dan Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

PAM Jaya. 2008. Keputusan Direksi PAM Jaya Nomor 64/28 tanggal 28 April 2008 [internet]. [di acu 2013 Agustus 12]. Tersedia dari: http://id.palyja.co.id/__wysiwyg/filemanager/files/Customer%20Service/Tarif-PerKelompokPelanggan.pdf

Pemerintah DKI Jakarta. 2007. Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 2007 tentang Penyesuaian Tarif Otomatis (PTO) Air Minum Semester 1. Jakarta (ID): DKI Jakarta.

[Pempro] Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2008. Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pendayagunaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Bogor (ID): Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air.

[Pemda] Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 68. 2005. Perubahan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 115 Tahun 2001 tentang Pembuatan Sumur Resapan.

Pusat Krisis Fakultas Psikologi. 2013. Respon Bencana Banjir Jakarta 2013. [Laporan]. Universitas Indonesia.

Siahaan J. 2010. Ruang Publik : Antara Harapan Dan Kenyataan. http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi4c.pdf [7Desember 2013]

(28)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Angka CN (curve number) untuk kondisi AMC (antecedent moisture content) II (kondisi rata-rata)

Penggunaan

lahan Tipe penutupan

Grup Hidrologi Tanah

A B C D

Perkotaan Telah berkembang : Perumahan Lampiran 2. Kelompok tanah SCS

Kelompok tanah Konduktivitas Hidrolik (mm/jam)

A 8 – 12

B 4 – 8

C 1 – 4

D 0 – 1

Klasifikasi Kelompok Tanah :

Kelompok A : pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir

Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan organik rendah, dan tanah-tanah berkadar liat tinggi

(29)

19 Lampiran 3. Dokumentasi pengambilan data penelitian

(a) Water level 1.6 (b) kondisi bak kontrol

(30)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1990 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Kasdiyana dan Juminten. Riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 2002 lulus dari SD Negeri Pinang Ranti 09 dan melanjutkan di SMP Negeri 128 Jakarta. Selanjutnya setelah lulus pada tahun 2005, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 48 Jakarta dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dengan program studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan. Organisasi tersebut antara lain Kepala Divisi Village Concept Project (VCP)

International Forestry Students’ Association (IFSA LC IPB) (2009-2010), anggota

divisi Informasi dan Komunikasi Forest Management Students Club (FMSC) (2009-2011), anggota divisi Kesekretariatan IFSA LC IPB (2010-2011), anggota kelompok studi Hidrologi FMSC (2010-2011). Penulis juga aktif dalam kegiatan

kepanitian di Fakultas Kehutanan antara lain panitia International Forestry Students’

Symposium (IFSS) tahun 2009, panitia Temu Manajer tahun 2009, dan panitia Bina Corp Rimbawan (BCR) 2010.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah (2011), Inventarisasi Sumberdaya Hutan (2010), Hidrologi Hutan tahun (2010 dan 2011), Pengelolaan Ekosistem Daerah Aliran Sungai (2013). Penulis telah melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cilacap-Baturaden (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2011), dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Sumatera Barat (2012).

Gambar

Gambar 1 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Pinang Ranti
Gambar 2 Lokasi pengambilan sampel sumur resapan di Bendungan Hilir
Gambar 4 Sketsa pembangunan sumur resapan (Indriatmoko dan Wahjono
Tabel 1 Curah hujan di lokasi pengambilan sampel
+5

Referensi

Dokumen terkait

dengan menggunakan regresi Bayesian, yaitu regresi linear yang parameternya diperoleh melalui metode Bayesian. Model ini dirancang berdasarkan variabel yang berhubungan erat

Fear of humans is a source of stress for Holstein dairy cattle and can result when animals are handled aversively. We used aversion learning techniques to determine which

Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual selanjutnya diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui sebagai laba

this article can be concluded that the Murrotal Al- Qur'an therapy is effective for reducing pain in postoperative patients and the average pain scale before being given

evaluasi.. 9 yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal tersebut diwujudkan dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengembangan profesi guru, dan

Di samping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui collaborative learning (Sunuyeko et al., 2016). Aspek kemampuan penalaran dan

Koordinasi penanggulangan masalah kesehatan ini meliputi koordinasi internal berupa kerja sama lintas program dari sumber daya yang berbeda ( Pemerintah, Ornop, LSM, Swasta

bisnis dan industri pada semua tahapan value chain di Kabupaten Lombok Timur untuk memperkuat struktur industri kelautan dan perikanan; Berbasis komoditas, wilayah