• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN SOSIAL BERBASIS OBSERVASI DAN SOSIOMETRI DALAM PEMBELAJARAN IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN SOSIAL BERBASIS OBSERVASI DAN SOSIOMETRI DALAM PEMBELAJARAN IPS"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN SOSIAL BERBASIS OBSERVASI DAN SOSIOMETRI DALAM PEMBELAJARAN IPS

Oleh

ERI PURWANTI

Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri, menganalisis validitas konten, reliabilitas, dan efektivitas penggunaan instrumen keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP. Penelitian ini tergolong penelitian Research and Development (R & D). Subjek uji coba melibatkan 2 orang ahli evaluasi pembelajaran, 1 orang ahli bahasa Indonesia, 3 orang siswa untuk evaluasi satu-satu, 9 orang siswa untuk evaluasi kelompok kecil, dan 64 orang siswa untuk evaluasi kelompok besar. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan angket. Teknik analisis data menggunakan uji validitas, reliabilitas, dan uji efektivitas. Hasil penelitian dan pengembangan yaitu: (1) Instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri dalam pembelajaran IPS. (2) Hasil uji validitas, reliabilitas dan efektivitas menunjukan bahwa instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri lebih valid, reliabel dan layak untuk digunakan.

(2)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF SOCIAL SKILLS-BASED OBSERVATION AND SOCIOMETRY IN SOCIAL STUDIES LEARNING

By ERI PURWANTI

The purposes of this study were to develop an instrument of social skill-based observation and sociometry and to analyze the validitas content, reliabilitas, and effectiveness of the use of the instrument in grade VIII of middle school (SMP). This study was classified as Research and Development (R & D) research with experimental approach. The subjects of theresearch consist of 2 experts of learning evaluation,1 expert of Indonesian language,3 students for individual evaluation, 9 students for small group evaluation, and 64 students for large group evaluation. The data were collected through observation and questionnaires and were analyzed using validity test, reliability test, and effectiveness test. The results from the research and development showed that: (1) The product produced in this study was the social skill instrument based observation and sociometry in social studies learning. (2) The result of validity test, reliability test, and effectiveness test revealed that the use of social skill instrument based observation and sociometry was valid, reliabel and appropriate to be used for a more effective assessment.

(3)

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KETERAMPILAN SOSIAL BERBASIS OBSERVASI DAN SOSIOMETRI

DALAM PEMBELAJARAN IPS

Oleh ERI PURWANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Magister Pendidikan IPS Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Poncowarno pada tanggal 25 Febuari 1991, dengan nama lengkap Eri Purwanti. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putri dari pasangan bahagia Bapak Mulyadi dan Ibu Sunarni.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Aisyah Poncowarno tahun 1997. Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Poncowarno, diselesaikan tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kalirejo diselesaikan tahun 2006, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kalirejo diselesaikan tahun 2009 dan pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan ekonomi. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Magister Pendidikan IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

(8)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang (Alfatihah 1)

Persembahan

Alhamdulilahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini.

Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang – orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayahanda Mulyadi Ibunda Sunarni

Ibuku tercinta yang telah rela berjuanng dan mengorbankan segalanya untuk kesuksesan anaknya. dari ananda kecil hingga ananda dewasa tiada pernah

berubah. Ananda akan menjadi yang terbaik. Ananda akan selalu membuatmu bahagia. Dan untuk Bapak trimakasih telah mengajariku arti

hidup, kelak bisa meringankan langkahmu,,Ananda cinta kepada mak dan bapak.

My Lovely Family

Terimakasih atas semua doa, perhatian, semangat dan motivasi untuk tetap tegar terus dan maju dan bertahan(Mb latif,Mas Edi, Yuli,Yuni, Mb

silmi, dan Lulu).

Ponakan Lucuku (Sultan Alfatir K dan Asshila Zilfana) Terimaksih atas keceriaan yang kalian berikan untuk mengukir senyum

dalam hidupku.

(9)

Moto

Segala sesuatu membutuhkan proses, seperti padi yang diharapkan petani dapat dipanen dengan hasil yang diharapkan yaitu banyak dan kualitasnya

bagus, yaitu dari proses hijau hingga matang.

(penulis)

“Tak akan kau dapatkan ilmu, kecuali dengan enam hal. Yakni; kecerdasan, semangat keras, rajin dan ulet, biaya yang cukup, bersahabat dengan guru dan

waktu yang lama.”

(Imam Syafi‟i).

Rasulullah SAW bersabda: “ Dan barangsiapa yang berjalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”

(HR. Muslim)

“Orang berakal tidak akan bosan untuk meraih manfaat berfikir, tidak putus asa dalam menghadapi keadaan, dan tidak pernah berhenti dari berfikir dan

berusaha”.

(Dr.‟Aidh Bin „ Abdullah Al – Qarni)

“Pejuang sejati adalah seorang yang dengan segala keterbatasan yang ada pada dirinya, dia mampu menggapai impianya.

Jangan pernah berhenti bermimpi, Sang penguasa takdir akan memeluk mimpimu.”

(10)

SANWACANA

Dengan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususanan tesis dengan judul “Pengembangan Instrumen Keterampilan Sosial Berbasis Observasi dan Sosiometri Dalam Pembelajaran IPS”.

Pada kesempatan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan tesis ini baik dalam bimbingan maupun dalam penulisan tesis ini, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Selaku Rektor Universitas Lampung 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. Selaku Direktur Program Pasca Sarjana

Universitas Lampung

3. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan FKIP Universitas Lampung 4. Drs. Zulkarnain, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Universitas

Lampung

5. Dr. Hi. Pargito, M.Pd. Selaku Pembahas akademik dan Ketua Program Studi Pascasarjana Magister Pendidikan IPS serta selaku Pembahas I yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran selama penyelesaian tesis ini.

(11)

7. Dr. Hi. Edy Purnomo, M.Pd. Selaku Pembimbing I, yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran selama penyelesaian tesis ini.

8. Dr. Pujiati, M.Pd, selaku Pembimbing II, di tengah kesibukannya telah banyak membantu penulis dengan penuh kesabaran yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh keikhlasan.

9. Bapak / Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan IPS Pasca Sarjana Universitas Lampung.

10.Elang Nuryanto, S.Pd,M.M. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kalirejo yang telah memberikan izin penelitian dan banyak memberikan bantuan saat penelitian.

11.Budi Santoso, S.T. yang selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan kasih sayang untuk selama ini.

12.Rekan – rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPS angkatan 2013 yang selalu memotivasi saya.

13.Dewan guru dan siswa kelas VIII SMP Negeri I Kalirejo yang selalu memotivasi dan membantu.

(12)

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT.

Akhir kata, semoga apa yang ada dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin

Bandar Lampung , Mei 2015 Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

1.2 Identifikasi masalah ... 18

1.3 Pembatasan Masalah ... 18

1.4 Rumusan Masalah ... 18

1.5 Tujuan Penelitian ... 19

1.6 Kegunaan Penelitian ... 19

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ... 19

1.8 Spesifikasi Produk ... 23

II. KAJIAN TEORI ... 30

2.1 Landasan Teori ... 30

2.1.1 Definisi Belajar ... 30

2.1.2 Teori Belajar ... 31

2.1.3 Teori–teori Belajar Kognitif ... 33

2.1.4 Pembelajaran IPS ... 41

2.1.5 Pembelajaran IPS di SMP ... 43

2.1.6 Keterampilan Sosial ... 46

2.1.7 Instrumen Evaluasi Pembelajaran ... 75

2.1.7.1Observasi ... 78

2.1.7.2Sosiometri ... 80

2.1.8 Teori taksonomi Bloom ... 83

2.1.9 Pengembangan Instrumen Keterampilan Sosial ... 89

2.1.10 Penilaian dalam Pembelajaran IPS ... 95

2.1.11 Dimensi pendidikan IPS ... 99

2.2 Pendekatan dan Model pembelajaran ... 108

2.2.1 Pendekatan saintifik (scientific) ... 110

2.2.2 Model Pembelajaran kooperatif tipe make a match dan Problem Based Learning ... 111

2.3 Penelitian Yang Relevan ... 113

2.4 Kerangka Pikir ... 123

(14)

III. METODE PENGEMBANGAN ...128

3.1 Pendekatan Penelitian ...128

3.1.1 Penelitian dan pengumpulan informasi ...130

3.1.2 Perencanaan ...131

3.1.3 Pengembangan produk awal ...132

3.1.4 Uji Coba Pendahuluan ...138

3.1.5 Revisi terhadap produk utama ...138

3.1.6 Uji coba utama ...138

3.1.7 Revisi produk operasional ...138

3.1.8 Uji coba operasional ...139

3.1.9 Revisi produk akhir ...139

3.2 Subjek Uji Coba ...139

3.2.1 Uji ahli ...139

3.2.2 Evaluasi satu-satu ...141

3.2.3 Evaluasi kelompok kecil ...141

3.2.4 Uji lapangan ...142

3.3 Definisi Operasional Variabel ...143

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 144

3.5 Teknik Analisis Data ... 148

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 153

4.1Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 153

4.2Tahap Perencanaan... 158

4.3Tahap Pengembangan Produk Instrumen Keterampilan Sosial berbasis observasi dan sosiometri dengan desain Dick & Carey ... 161

4.3.1 Tahap Merumuskan Tujuan Pembelajaran... 162

4.3.2 Tahap Melakukan Analisis Pembelajaran ... 164

4.3.3 Tahap Mengidentifikasi Perilaku Awal Siswa ... 164

4.3.4 Tahap Menuliskan Tujuan Khusus Pembelajaran ... 169

4.3.5 Tahap Mengembangkan Alat atau Instrumen Penilaian ... 170

4.3.6 Tahap Mengembangkan Strategi Pembelajaran ... 171

4.3.7 Tahap Mengembangkan dan Memilih Materi Pelajaran ... 171

4.3.8 Tahap Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif ... 172

4.3.9 Tahap Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif ... 174

4.4Produk Awal Rancangan Instrumen Observasi & Sosiometri ... 175

4.5Validasi Produk Instrumen Observasi & Sosiometri ... 187

4.5.1 Reviu Ahli Instrumen Pembelajaran ... 187

4.5.2 Reviu Ahli Bahasa Indonesia ... 190

4.6Produk Jadi Instrumen Keterampilan Sosial Setelah di Validasi ... 194

4.7Uji Coba Pendahuluan... 194

4.8Uji Coba Utama... 199

4.9Pembahasan Produk Akhir Instrumen keterampilan Sosial Berbasis Observasi & Sosiometri ... 232

4.10 Kebaharuan Produk Hasil Pengembangan Keterampilan sosial ... 245

(15)

5.3 Saran ... 256

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Wawancara Mengenai pengukuran ranah afektif ... 8

2. Dimensi Umum Keterampilan Sosial... 59

3. Ranah kognitif dengan kategori ... 85

4. Lima kategori ranah afektif ... 86

5. Ranah psikomotor dengan kategori ... 87

6. Hasil Wawancara Mengenai pengukuran ranah afektif ... 130

7. Definisi Operasional... 144

8. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 145

9. Tingkat Besarnya Korelasi ... 149

10.Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 151

11.Hasil wawancara Mengenai pengukuran ranah afektif ... 155

12.Kompetensi Dasar dan tujuan pembelajaran ... 163

13.Distribusi Frekuensi Hasil Keterampilan sosial Awal ... 167

14.Prosentase Hasil Analisis ... 168

15.Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS kelas VIII semester ganjil... 170

16.Kisi–kisi Indikator Keterampilan Sosial Sebelum Review ahli... 182

17.Lembar Manajemen Diri ... 184

18.Kisi–kisi Hubungan Teman sebaya ... 184

19.Saran dan masukan Ahli Instrumen ... 188

20.Lembar Review Penilaian Ahli Instrumen ... 189

21.Saran dan masukan Ahli Bahasa Indonesia ... 190

22.Lembar Review Penilaian Ahli Bahasa Indonesia ... 191

23.Hasil Uji Coba Angket Sosiometri di Kelompok satu - satu ... 194

24.Hasil Uji Coba Angket Sosiometri di Kelompok kecil ... 197

25.Hasil Uji Utama Angket Sosiometri di Kelompok besar ... 199

26.Hasil Penilaian lembar observasi teman sejawat ... 201

27.Perbedaan konten instrumen sebelum dan sesudah pengembangan ... 217

28.Distribusi Frekuensi Pencapaian Keterampilan Sosial Kelas VIII A ... 221

29.Presentase Hasil Analisis ... 222

30.Distribusi Frekuensi Pencapaian Keterampilan Sosial Kelas VIII B ... 227

31.Presentase Hasil Analisis ... 228

32.Matrik Perbedaan Hasil Pencapaian Keterampilan Sosial Kelas VIII A dan VIII B ... 231

(17)

i Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII A ... 257

2. Kelompok Belajar Kelas VIII A & B ... 259

3. Silabus dan RPP Pertemuan I ... 261

4. Silabus dan RPP Pertemuan II ... 276

5. Kisi – kisi Instrumen Sosiometri Tahap Perencanaan ... 289

6. Uji Validitas ... 293

7. Uji Reliabilitas ... 299

8. Data Jumlah Perolehan Keterampilan Sosial di Kelas VIII A ... 301

9. Data Jumlah Perolehan Keterampilan Sosial di Kelas VIII B ... 303

10.Instrumen Observasi dan Sosiometri Sebelum Dikembangkan ... 305

11. Instrumen Observasi dan Sosiometri Setelah Dikembangkan dan divalidasi ahli ... 310

12.Instrumen Observasi dan Sosiometri sebelum divalidasi ahli ... 341

13.Uji Evaluasi Satu - satu ... 349

14. Uji Evaluasi Kelompok Kecil ... 350

15.Evaluasi Kelompok Besar Kelas VIII A dan VIII B ... 351

16.Evaluasi 3 Ahli ... 354

17.Matrik Sosiometri Penilaian I ... 360

18.Sosiogram Penilaian I ... 362

19.Matrik Sosiometri penilaian 2 ... 363

20.Sosiogram penilaian 2 ... 365

21.Matrik Sosiometri penilaian 3 ... 366

22.Sosiogram penilaian 3 ... 368

23.Matrik Sosiometri penilaian 4 ... 369

24.Sosiogram penilaian 4 ... 371

25.Matrik Sosiometri penilaian 5 ... 372

26.Sosiogram penilaian 5 ... 374

27.Matrik Sosiometri penilaian 6 ... 375

28.Sosiogram penilaian 6 ... 377

29.Matrik Sosiometri penilaian 7 ... 378

30.Sosiogram penilaian 7 ... 380

31.Matrik Sosiometri penilaian 8 ... 381

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Program Pembelajaran IPS Untuk Mengembangkan

Keterampilan Sosial ... 74

2. Kerangka Pikir Penelitian ... 126

3. Prosedur Penelitian Borg dan Gall ... 129

4. Rancangan Eksperimen ... 143

5. Model Pengembangan Dick & Carey ... 161

6. Grafik hasil rata–rata keterampilan sosial di perilaku awal ... 168

7. Sosiogram Kategori teman yang disenangi untuk ikut belajar bersama ... 204

8. Sosiogram Kategori teman yang disenangi untuk Menjadi ketua kelompok belajar ... 206

9. Sosiogram Kategori teman yang disenangi untuk Menjadi ketua kelas ... 207

10. Sosiogram Kategori teman yang disenangi untuk Ikut bermain–main bersama ... 208

11.Sosiogram Kategori teman yang kurang disenangi untuk ikut belajar bersama ... 210

12.Sosiogram kategori teman yang paling tidak disenangi untuk menjadi ketua kelompok belajar ... 211

13.Sosiogram kategori teman yang paling tidak disenangi untuk menjadi ketua kelas ... 213

14.Sosiogram kategori teman yang paling tidak disenangi untuk ikut bermain – main bersama ... 214

15.Grafik Pencapaian Keterampilan sosial pada Evaluasi Kelompok besar kelas VIII A ... 222

16.Grafik Pencapaian Keterampilan sosial pada Evaluasi Kelompok besar kelas VIII B ... 228

17.Siswa sedang terlihat bahagia mengerjakan diskusi ... 247

18.Siswa terlihat kompak dan saling bantu saat mengerjakan ... 247

19.Siswa sedang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ... 247

20.Siswa sedang memberikan argumen yang berbeda ... 247

21.Hasil bacaan materi IPS dari depan ... 247

(19)

I. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.

Pendidikan memiliki suatu tujuan, dan tujuan pendidikan secara nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

(20)

2

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3, Undang-undang nomor 20 tahun 2003).

Kegiatan pendidikan tidak hanya memiliki tujuan, namun memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Fungsi dari pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman ke arah mana pendidikan diselenggarakan sebaik–baiknya Rohman (2009: 102).

Tidak hanya fungsi dan tujuan, peranan pendidikan sangat penting dalam kegiatan pendidikan yaitu sebagai (giving capital) yaitu pendidikan berperan memberikan modal agar penyelenggaraan pendidikan dan ilmu pendidikan dapat berkembang menjadi baik, (directing) yaitu berperan memberikan arah dan menuntun ke arah mana penyelenggaraan pendidikan di masyarakat diarahkan, (framing) yaitu memberikan rambu–rambu dan garis –garis batas agar penyelenggaraan pendidikan di masyarakat tidak menyimpang dari nilai–nilai yang diidealkan Rohman (2009: 25).

Semua tujuan, fungsi serta peran pendidikan tidak akan terwujud dengan baik apabila semua itu tidak dilaksanakan secara baik dan didukung oleh sumber daya manusia yang berkompeten, berbudi luhur, serta memiliki nilai di bidang masing–masing.

(21)

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk orang banyak, sehingga perlu adanya peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak terlepas dari keberhasilan proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen, diantaranya guru, siswa, metode mengajar, media pembelajaran, keaktifan siswa, keterampilan sosial siswa, maupun motivasi siswa itu sendiri dalam belajar. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia khususnya mata pelajaran IPS dapat dilakukan melalui perbaikan dan perubahan kurikulum, cara mengajar guru, metode pembelajaran serta proses pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran akan menentukan keterampilan siswa dan hasil belajar yang pada akhirnya dapat menentukan keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.

Mata pelajaran IPS di sekolah sebenarnya sudah mencerminkan atau menggambarkan mengenai tujuan dari pendidikan, karena tujuan di dalam mata pelajaran IPS yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan

(22)

4

Berdasarkan tujuan IPS yang telah di deskripsikan pada paragraf sebelumnya, tujuan IPS juga dideskripsikan oleh Somantri (2001: 44) mengenai definisi dan perumusan tujuan IPS untuk tingkat sekolah sebagai mata pelajaran adalah 1) menekankan pada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral ideologi negara, dan agama, 2) menekankan pada isi dan metode berpikir ilmuan sosial, dan 3) menekankan pada reflective inquiry.

Tujuan mata pelajaran IPS di tingkat SMP adalah menekankan kepada tumbuhnya nilai-nilai kewarganegaraan, moral, ideologi, agama, metode berpikir sosial, dan inquiry. Selain itu, tujuan mata pelajaran IPS di tingkat Sekolah Menengah Pertama di Indonesia adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir, inkuiri, keterampilan sosial, dan membangun nilai-nilai kemanusiaan yang majemuk baik skala lokal, nasional, dan global. Salah satu tujuan dari mata pelajaran IPS di SMP sama dengan tujuan dari pendidikan yaitu memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai–nilai sosial dan kemanusiaan. Hal tersebut merupakan sikap yang ada dalam afektif yang harus dimiliki oleh setiap siswa, sikap afektif yang dimaksudkan dalam hal ini adalah keterampilan sosial. Siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik akan membantu atau mendukung tercapaianya tujuan pembelajaran IPS di SMP. Dengan tercapainya tujuan dari pembelajaran IPS di SMP, IPS tidak lagi dianggap sebelah mata.

(23)

kemampuan yang tinggi dan cenderung lebih santai dalam belajar, (2) IPS sering kali dianggap jurusan yang tidak dapat menjamin masa depan dan sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih prestisius di masyarakat, (3) Pembelajaran IPS syarat dengan hafalan sejumlah materi, kurang mengembangkan kompetensi secara integratif. (4) Melemahnya nasionalisme, banyaknya penyimpangan sosial saat ini seperti tawuran, korupsi, hedonisme, disintegrasi bangsa, ketidakramahan terhadap lingkungan, boleh jadi akibat dianggap remehnya pendidikan IPS.

(24)

6

Program pembelajaran IPS di sekolah dapat diorganisasikan secara baik dengan mengubah cara belajar yang belum optimal pada setiap mata pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran dan hal–hal yang dapat mendukung secara baik proses pembelajaran di kelas, dan peran guru dalam hal ini sangat diperlukan secara optimal dalam mengemas pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan bermanfaat.

Selama ini kenyataan yang ada di sekolah, guru belum sepenuhnya dapat menggunakan dan menerapkan semua hal yang mendukung dalam proses pembelajaran di kelas terutama dalam mengukur kemampuan siswa. Pengukuran atau penilaian sebenarnya sangat penting hal ini seperti pendapat Chittenden dalam Arifin (2009: 15).

Menurut Chittenden dalam Arifin (2009: 15) mengemukakan tujuan penilaian (assessment purpose) adalah keeping track, checking-up, finding-out, summing-up.

1. keeping track adalah kegiatan untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan,

2. checking-up adalah kegiatan untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan–kekurangan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran,

3. finding-out adalahkegiatan untuk mencari, menemukan, dan mendeteksi kekurangan, kesalahan, atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran,

4. summing-up adalah kegiatan untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah di tetapkan.

(25)

pembelajaran hingga evaluasi untuk mendapatkan data yang akurat mengenai siswa yaitu mengenai penguasaan siswa terhadap kompetensi dan mendeteksi kelemahan, kesalahan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam penilaian tidak hanya siswa yang diperhatikan, namun dari bahan pembelajaran, ketercapaian kemampuan siswa dari proses pembelajaran, serta menyimpulkan dari hasil penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah di tetapkan.

(26)

8

Tabel 1. Hasil wawancara mengenai pengukuran ranah afektif No Aspek ranah

Sumber: wawancara dengan guru mata pelajaran IPS 2014.

Tabel 1 merupakan hasil wawancara dengan menggunakan daftar check List.

Lembar check List pada tabel 1 digunakan untuk mengetahui pengukuran yang dilakukan guru dalam ranah afektif. Selama ini dalam wawancara baru menggunakan format pedoman wawancara yang berisi aspek yang diwawancarai, ringkasan jawaban dan keterangan. Seperti pendapat Arifin (2009: 158) yaitu pedoman dalam wawancara adalah bentuk pertanyaan harus dibuat terstruktur atau tidak terstruktur, ada ringkasan jawaban dan keterangan.

(27)

waktu dan guru masih mengalami kebingungan untuk memilih secara tepat jenis instrumen yang digunakan dalam pengukuran ranah afektif.

Berdasarkan tabel 1 menggambarkan pengukuran ranah afektif yang belum begitu diperhatikan oleh guru terutama ranah afektif dalam hal keterampilan sosial. Tabel 1 menggambarkan bahwa mengukur sikap hanya kadang saja dilakukan dan instrumen yang digunakan juga hanya seadanya saja. Pengukuran pada kategori sikap juga terkait dengan dimensi dan indikator pada keterampilan sosial. Keterkaitan ini digambarkan oleh beberapa dimensi dan indikator yang tergolong dalam kategori sikap seperti hubungan dengan teman sebaya.

Selain itu mengukur konsep diri hanya kadang saja dilakukan dan instrumen yang digunakan juga hanya seadanya saja. Pengukuran pada kategori konsep diri juga terkait dengan dimensi dan indikator pada keterampilan sosial. Keterkaitan ini digambarkan oleh beberapa dimensi dan indikator yang tergolong dalam kategori konsep diri seperti manajemen diri.

Tidak hanya dua hal tersebut, mengukur nilai hanya kadang saja dilakukan dan instrumen yang digunakan juga hanya seadanya saja. Pengukuran pada kategori nilai juga terkait dengan dimensi dan indikator pada keterampilan sosial. Keterkaitan ini digambarkan oleh beberapa dimensi dan indikator yang tergolong dalam kategori nilai seperti kepatuhan.

(28)

10

terkait dengan dimensi dan indikator pada keterampilan sosial. Keterkaitan ini digambarkan oleh beberapa dimensi dan indikator yang tergolong dalam kategori moral seperti kepatuhan.

Mengukur minat sering dilakukan tetapi instrumen yang digunakan juga hanya seadanya saja. Pengukuran pada kategori minat juga terkait dengan dimensi dan indikator pada keterampilan sosial. Keterkaitan ini digambarkan oleh beberapa dimensi dan indikator yang tergolong dalam kategori minat seperti kemampuan akademis.

Berdasarkan pendeskripsian dari pengukuran masing–masing ranah afektif sudah sangat jelas bahwa selama ini pengukuran dalam ranah afektif tidak begitu diperhatikan dan untuk penggunaan instrumen dalam pengukuran ranah afektif hanya seadanya saja, tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan siswa di kelas. Masalah yang perlu diperhatikan tidak hanya itu, selama ini dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada kemampuan berpikir kognitif, untuk afektif dan psikomotor hanya sedikit saja penerapanya.

(29)

Selain itu keterampilan sosial yang diharapkan dari siswa itu tidak hanya itu melainkan keterampilan sosial tersebut meliputi kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Dalam hal ini berarti siswa tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.

Seperti menurut Greene, John O & Burleson, Brant R (2003: 70) Masalah-masalah sosial bisa membawa pengaruh kepada defisitnya keterampilan sosial yang ditandai dengan banyaknya orang yang mengalami depresi, mengalami kecemasan sosial, mengalami kesepian, meningkatnya alkoholisme, munculnya lingkungan yang stres dan keterbelakangan akademis serta perilaku buruk dari militer. Dampak akibat krisis tersebut juga menyebabkan semakin merosotnya kemampuan sumber daya manusia bangsa Indonesia yang membawa implikasi kepada menurunnya kemampuan daya saing dan inovasi bangsa Indonesia sebagaimana diungkapkan oleh Zuhal (2010: 35).

Zuhal (2010: 35) mengungkapkan bahwa peringkat Human Development Index (HDI) Indonesia menurut United Nation Development Program

(30)

12

Report 2007/2008 berada pada urutan 107 di bawah Vietnam, Pilifina, Thailand, Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2010 posisi Indonesia naik pada urutan 108 di atas Vietnam, di bawah 5 negara ASEAN lainnya dari 169 negara.

Berdasarkan pembahasan yang ada pada paragraf sebelumnya kita sebagai pengajar hendaknya dapat mengantisipasi hal tersebut dengan melalui perubahan strategi, alat dan bahan serta instrumen pembelajaran dalam pembelajaran di kelas untuk siswa. Keterampilan sosial dapat kita bentuk mulai dari kemampuan berani mengutarakan pendapat, memecahkan masalah, mengendalikan diri, mandiri, membuat keputusan dengan menggunakan model pembelajaran yang efektif dan alat serta bahan dalam pembelajaran. Untuk mengetahui ketercapaian semua itu perlu adanya suatu instrumen evaluasi dalam pembelajaran agar semakin kedepan permasalahan–permasalahan dalam pembelajaran dapat terminimalisir, dan agar pengajar mengetahui sejauh mana materi pembelajaran diterima oleh siswa dan sejauh mana sikap sosial siswa di kelas.

(31)

Instrumen evaluasi pembelajaran di sekolah selama ini yang umumnya di gunakan adalah berupa tes, dan tes dianggap satu–satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, padahal tidak hanya tes. Dengan teknik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan melakukan pengamatan secara sistematis, melakukan wawancara, menyebarkan angket dan memeriksa atau meneliti dokumen–dokumen. Teknik non tes memegang peranan penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup dan ranah keterampilan.

Selain masalah dari penggunaan instrumen pembelajaran yang belum optimal dalam penelitian ini, masalah dari siswa itu sendiri juga ada seperti kurang memilikinya keterampilan sosial pada diri siswa. Keterampilan sosial yang masih kurang dapat dilihat dari beberapa dimensi keterampilan sosial yang belum mencapai kriteria baik, seperti manajemen diri pada saat pembelajaran, hubungan dengan teman sebaya yang belum baik, bertanggungjawab pada tugas dan perilaku asertif yang belum begitu baik.

(32)

14

menggunakan instrumen evaluasi pembelajaran karena dianggap menghabiskan waktu. Dengan demikian penulis berkeinginan mengembangkan instrumen evaluasi pembelajaran yang sesuai untuk mengukur keterampilan sosial siswa di kelas yaitu dengan memilih teknik observasi dan sosiometri sebagai instrumen evaluasi pembelajaran.

Instrumen evaluasi pembelajaran dengan teknik observasi dianggap sesuai untuk mengukur keterampilan sosial, karena teknik observasi ini memiliki enam ciri menurut Good dalam Arifin (2009: 154) yaitu.

1. Observasi mempunyai arah yang khusus, bukan secara tidak teratur melihat sekeliling untuk mencari kesan–kesan umum.

2. Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis bukan secara sesuka hati dan untung–untungan mendekati situasi.

3. Observasi bersifat kuantitatif, mencatat jumlah peristiwa tentang tipe– tipe tingkah laku tertentu.

4. Observasi mengadakan pencatatan dengan segera, pencatatan dilakukan secepat–cepatnya, bukan menyandarkan diri pada ingatan.

5. Observasi meminta keahlian, dilakukan oleh seseorang yang memang telah terlatih untuk melakukanya.

6. Hasil–hasil observasi dapat di cek dan dibuktikan untuk menjamin keadaan dan kesahihan.

(33)
(34)

16

Indikator keterampilan sosial yang paling dominan mendapatkan hasil yang baik adalah kerjasama secara sosial dan tanggung jawab akademis pada dimensi kemampuan akademis. Dalam pembelajaran kerjasama secara sosial terbentuk secara baik tanpa dibuat-buat atau rekayasa. Selain itu tanggung jawab akademis dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan hasil bacaan materi pelajaran IPS dalam waktu seminggu secara kreatif. Indikator keterampilan sosial yang tidak begitu dominan mendapatkan hasil yang baik dan masih perlu adanya bimbingan guru dan orang tua adalah dimensi manejemen diri pada indikator kontrol diri saat kegiatan belajar berlangsung. Indikator ini sebenarnya sudah mendapatkan hasil yang cukup baik namun masih perlu adanya pengawasan dari guru untuk bisa mengontrol diri tidak melakukan kegiatan lain, selain belajar pada saat kegiatan belajar berlangsung.

(35)

Instrumen keterampilan sosial yang ada adalah berbentuk lembar observasi biasa dan berdasarkan kajian peneliti pada penelitian mahasiswa UNESA instrumen untuk keterampilan sosial berbentuk lembar observasi biasa dan berbentuk angket penilaian diri.

Berdasarkan penjelasan yang ada sudah jelas bahwa instrumen keterampilan sosial yang ada adalah lembar observasi biasa. Lembar observasi yang digunakan masih mempunyai suatu kelemahan yang harus dicari solusinya, berdasarkan hal tersebut membuat peneliti ingin mencari solusi untuk kelemahan dari lembar observasi yaitu dengan cara memperhatikan indikator dari penilaian, membatasi aspek penilaian yang akan diukur agar sesuai dengan kebutuhan peneliti maupun peserta didik agar tidak memakan waktu yang lama dan membuat lembar observasi isian tertulis mengenai masalah pribadi yang sedang dialami dan membuat penilaian sosiometri antar teman sebaya agar masalah pribadi antar siswa di dalam kelas dapat diketahui oleh guru bidang studi.

(36)

18

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Keterampilan sosial masih tergolong rendah

2. Bentuk, isi instrumen (alat) evaluasi pembelajaran yang tidak menarik atau belum sepenuhnya di buat sesuai kebutuhan siswa.

3. Pembelajaran hanya menekankan pada pembelajaran yang bersifat kognitif.

1.3 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya masalah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Pengembangan Instrumen Keterampilan Sosial Berbasis Observasi dan Sosiometri dalam Pembelajaran IPS.

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengembangan instrumen keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS?

(37)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah

1. Mengembangkan instrumen keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS.

2. Menganalisis validitas konten, reliabilitas dan efektivitas penggunaan instrumen keterampilan sosial dalam penilaian afektif pada mata pelajaran IPS di kelas VIII.

1.6 Kegunaan Penelitian.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menemukan instrumen keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS. 2. Untuk memperbaiki instrumen keterampilan sosial sebelumnya yaitu

lembar observasi.

1.7 Ruang Lingkup Penellitian.

1.7.1 Waktu dan Tempat Penelitian 1.7.1.1 Objek Penelitian.

Objek Penelitian ini adalah instrumen keterampilan sosial 1.7.1.2 Subjek Penelitian.

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester ganjil. 1.7.1.3 Tempat Penelitian.

(38)

20

1.7.1.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.

1.7.2 Ruang Lingkup Penellitian ini adalah.

1.7 2.1 Pengembangan instrumen keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS.

1.7.2.2 Validitas konten, reliabilitas dan efektivitas penggunaan instrumen keterampilan sosial dalam mengukur keterampilan sosial pada mata pelajaran IPS di kelas VIII.

1.7.3 Ruang Lingkup Ilmu

1.7.3.1 IPS sebagai pendidikan ilmu–ilmu sosial 1.7.3.2 IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang 1.7.3.3 IPS sebagai pendidikan reflektif

Ruang lingkup ilmu ada keterkaitanya dengan mata pelajaran IPS di sekolah yaitu IPS sebagai pendidikan ilmu–ilmu sosial, sebagai pengembangan pribadi seseorang, dan IPS sebagai pendidikan reflektif.

(39)

terdapat 8 disiplin ilmu sosial yang mendukung untuk pengembangan program social studies yaitu: antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi dan sosiologi.

Pendapat lain mengenai tradisi IPS juga dikemukakan oleh Barr, Bart, & Shermis (1978: 17-19) dalam Supardan (2015: 10) social studies telah dikembangkan ke dalam tiga tradisi, yakni: (1) social studies taught as citizenship transmission, (2) social studies taught as social science, (3)

social studies taught as reflective inquiry.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa pengembangan dari lima tradisi IPS menjadi tiga tradisi IPS berkaitan dengan tujuan IPS dan berkaitan dengan keterampilan yang diharapkan dalam pembelajaran IPS. Tujuan IPS yang berkaitan dengan tradisi IPS untuk mencapai keterampilan yang diharapkan dikemukakan oleh Supardan (2015: 11), bahwa tujuan IPS ditegaskan sebagai berikut.

1. IPS (social studies) merupakan mata pelajaran dasar di seluruh jenjang pendidikan di persekolahan;

2. Tujuan utama mata pelajaran tersebut adalah membantu mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam mewujudkan kehidupan yang demokrasi;

3. Isi pelajaran diambil dan diseleksi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora maupun sains;

4. Pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran pribadi kemasyarakatan, pengalaman budaya serta perkembangan pribadi siswa.

(40)

22

mencapai tujuan dari ilmu–ilmu sosial. Salah satu tujuan dari ilmu–ilmu sosial adalah tercapainya social skill. Selain itu sebagai pengembangan pribadi individu. Dalam instrumen keterampilan sosial yang berbasis observasi dan sosiometri ini siswa yang tadinya dikucilkan atau memiliki keterampilan sosial yang kurang akan digabungkan dengan siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik dan disenangi oleh teman-temanya. Tujuan penggabungan siswa yang memiliki keterampilan sosial yang kurang dengan siswa yang memiliki keterampilan sosial yang sudah baik adalah mengembangkan pribadi individu, dengan cara saling memberi pengaruh yang positif antara siswa yang baik dengan yang masih kurang dan tidak hanya dapat bergaul dengan teman dekat saja, melainkan dengan semuanya. Selain itu instrumen keterampilan sosial yang dikembangkan mempunyai kelebihan yaitu untuk dapat mewujudkan tujuan IPS seperti yang dikemukakan oleh Supardan (2015: 11) diantaranya adalah membantu mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai untuk berperan serta dalam mewujudkan kehidupan yang demokrasi, selain itu mencerminkan perkembangan pribadi siswa. Berdasarkan hal tersebut pengembangan pribadi individu dan tujuan IPS dapat tercapai dan masalah-masalah sosial yang selama ini masih ada dapat terminimalisir dan teratasi dengan baik.

(41)

Manajemen diri (Self-management), (3) Kemampuan akademis (Academic),

(4) Kepatuhan (Compliance), (5) Perilaku assertive (Assertion). Keterkaitan ini bisa dilihat dari tujuan penilaian bahwa guru IPS sebaiknya lebih dapat mengamati siswa yang dapat memanajemen diri, selain itu guru IPS dapat menekankan arti pentingnya hubungan dengan teman sebaya yang baik. Karena dengan memiliki hubungan dengan teman sebaya yang baik semua yang terjadi dapat terimbangi dengan baik, khususnya dengan masalah kepribadian. Dimensi kemampuan akademis dalam pembelajaran IPS dapat lebih ditekankan pada pembelajaran berkelompok, karena dalam dimensi ini indikator yang harus ditekankan adalah kerjasama secara sosial dan tanggung jawab akademis. Hal ini membuat siswa lebih terlatih untuk kerjasama dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Selain itu dimensi kepatuhan dalam pembelajaran IPS harus selalu ditekankan karena melatih siswa untuk selalu patuh terhadap peraturan dan menjadi warga negara yang baik. Dimensi yang terakhir adalah perilaku asertif adalah kemampuan untuk selalu bersikap sosial terhadap sesama. Hal ini merupakan sikap yang harus diwujudkan dalam pembelajaran IPS.

1.8 Spesifikasi Produk

(42)

24

(43)

Berdasarkan penjelasan tersebut menggambarkan bahwa kedua instrumen observasi dan sosiometri saling berkaitan. Keterkaitan kedua instrumen dapat dilihat pada gambaran produk yang akan disajikan pada halaman selanjutnya. Secara lengkap instrumen keterampilan sosial dapat dilihat pada lampiran 11. Berikut gambaran instrumen keterampilan sosial yang dikembangkan dari tahap 1 menemukan masalah pribadi antar siswa sampai tahap mendapatkan hasil keterampilan sosial siswa.

LEMBAR OBSERVASI

Pengembangan instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri ini memiliki langkah-langkah yang telah di rancang oleh peneliti sebagai berikut:

KEGIATAN UNTUK SISWA 1. Semua siswa memakai atribut nama

2. Pada awal pembelajaran guru menyampaikan indikator-indikator yang ingin dicapai pada materi IPS

3. Guru menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

4. Guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dalam tiap kelompok 5. Guru membagikan kartu dengan warna yang berbeda, isi dari kartu tersebut

adalah pertanyaan dan jawaban

6. Guru memberi waktu siswa dalam tiap kelompok untuk mendiskusikan materi sesuai indikator materi yang telah disampaikan

7. Guru memberi aba-aba untuk memulai diskusinya

8. Aturan diskusinya: siswa harus menemukan dan mencocokan antara jawaban dengan soal. Kelompok yang telah selesai lebih awal diminta untuk maju kedepan kelas.

LANGKAH-LANGKAH PENGGUNAAN INSTRUMENKETERAMPILAN SOSIAL

(44)

26

KEGIATAN GURU

1. Guru menuliskan nama siswa di kolom setiap kelompok

2. Pada saat siswa sedang melakukan diskusi dan kegiatan lain, guru menilai siswa dengan mengisikan tanda chek list pada skor 1-4

3. Guru mengamati siswa selama awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran 4. Guru mengisi kolom keterangan saat menemukan kejadian-kejadian yang

muncul diluar aspek penilaian yang dianggap bermakna

ANGKET SOSIOMETRI

Pengembangan instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri ini memiliki langkah-langkah yang telah di rancang oleh peneliti sebagai berikut:

KEGIATAN UNTUK GURU

1. Guru membagikan angket sosiometri ke semua siswa

2. Guru menjelaskan petunjuk pengisian sesuai dengan petunjuk yang ada didalam angket

3. Guru meminta siswa untuk mengisikan angket sosiometri secara urut yaitu dari mengisikan nama, umur, jenis kelamin, dan kelas

4. Guru meminta siswa untuk membaca pernyataan secara cermat, yaitu dengan mengurutkan pilihan dari pilihan 1-3

5. Guru meminta siswa untuk mengisikan angket sosiometri dengan jujur, tanpa ragu dan rasa takut

6. Guru menjelaskan dan meyakinkan kepada siswa bahwa sifat dari angket itu adalah rahasia dan dijamin kerahasiaannya.

7. Guru meminta siswa untuk mengembalikan angket yang telah diisi

KEGIATAN UNTUK SISWA

1. Siswa membaca petunjuk pengisian dalam angket sosiometri 2. Siswa mendengarkan petunjuk dari guru

(45)

5. Siswa mengisi angket sosiometri dengan cara mengurutkan jawaban dari pilihan 1-3

6. Siswa mengumpulkan angket sosiometri kepada guru

A.Petunjuk Pengisian

1. Isilah nama, umur, jenis kelamin dan kelas 2. Isilah angket dengan sejujurnya

3. Urutkanlah pilihanmu dari yang terbaik hingga yang kurang baik dan sama hal nya dengan pilihanmu untuk teman yang tidak disenangi yaitu dari pilihan paling tidak disukai hingga kurang di sukai

Nama : L/ P :

Umur : Kelas :

1. Tuliskan 3 (tiga) orang temanmu dalam kelas, yang disenangi untuk ikut dalam kegiatan belajar bersama:

a.………, alasanya………

b. ..., alasanya………...

c. ..., alasanya………

2. Tuliskan 3 (tiga) orang temanmu yang paling di senangi untuk menjadi ketua kelompok belajar:

a. ..., alasanya………

b. ………, alasanya………...

c. ………, alasanya……….. 1 Hubungan dengan Teman Sebaya (Penilaian Antar Teman

dengan angket sosiometri)

KOMPONEN INSTRUMEN KETERAMPILAN SOSIAL BERBASIS OBSERVASI DAN

(46)

28

Gambar menunjukan hubungan antar teman sebaya di kelas VIII. Arah tanda panah lebih banyak mengarah pada angka 19, 32 dan seterusnya. Tahap selanjutnya kita lihat keterampilan sosialnya dengan lembar observasi, ada keterkaitan atau tidak antar satu dimensi/indikator dengan dimensi yang lain. Gambar diatas merupakan hasil penilaian pada 1 kategori yaitu teman yang kurang disenangi. Berikut lembar observasi dari satu indikator keterampilan sosial.

(47)

A.Petunjuk Pengisian

Berilah tanda check List(√) pada kolom yang Bapak/ Ibu anggap sesuai

dengan aspek penilaian yang ada

B.Kriteria penilaian

Deskripsi Mampu menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan lain selain belajar, saat kegiatan belajar berlangsung.

1 = Tidak mampu menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan lain, selain belajar saat kegiatan belajar berlangsung (4x melakukan)

2 = Pernah menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan lain, selain belajar saat kegiatan belajar berlangsung (3x melakukan)

3 = Sering menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan lain, selain belajar saat kegiatan belajar berlangsung (2x melakukan)

4 = Mampu menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan lain, selain belajar saat kegiatan belajar berlangsung.

C.Keterangan

Kolom keterangan diisi dengan menuliskan kejadian–kejadian yang muncul saat observasi di lakukan, yang dianggap bermakna sebagai data tambahan

(48)

II. KAJIAN TEORI

2.1 Teori Pembelajaran.

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seorang siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto (2010: 2). Robbins dalam Trianto (2009: 15) juga mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.

Pengertian Belajar juga didefinisikan menurut Baharuddin (2007: 13) adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian, dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki sesuatu. Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga memperbaiki perilaku, misalnya pemuasaan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap Hamalik (2004: 45).

(49)

hubungan-hubungan dalam sistem saraf yang dibawa sejak lahir. Belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman Darsono (2000: 4). Dengan memperhatikan beberapa pandangan pada paragraf sebelumnya dapat diketahui bahwa pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada seseorang baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, bertahan lama atau tidak, kearah positif atau negatif semuanya karena pengalaman.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu baik faktor fisiologis maupun faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal. adalah faktor yang berasal dari luar diri individu bisa berupa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat yang mempengaruhi belajar. Pada proses belajar ada tiga teori utama menurut ahli yaitu teori belajar behaviorisme, kognitivisme

dan konstruktivisme.

2.1.2 Teori Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar Soemanto (2006: 122) yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar

(50)

32

sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun ide-ide baru atau konsep. Berikut akan dijelaskan lebih jelas mengenai teori belajar yang lebih berkaitan dengan instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri yaitu teori belajarkonstruktivisme, Vygotsky, dan Bandura.

1. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat Soemanto (2006: 137).

Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.

Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya mengenai teori

(51)

tidak akan ada keterampilan sosial tanpa melalui belajar baik secara langsung maupun tidak langsung. Instrumen keterampilan sosial yang dikembangkan memiliki beberapa indikator yang terkait dengan keterampilan sosial dan mempunyai tujuan yaitu siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru akademis, contohnya dalam indikator tanggung jawab akademis dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih kreatif dalam membuat resume hasil bacaan buku mata pelajaran IPS. Selain itu instrumen evaluasi pembelajaran tidak akan begitu berguna jika tidak digunakan pada saat proses belajar, karena instrumen keterampilan dalam hal ini digunakan untuk mengukur ketercapaian dari proses pembelajaran di kelas. Selain ketiga teori belajar tersebut, ada teori belajar Vygotsky dan Bandura. Berikut teorinya.

2.1.3 Teori–teori Belajar Kognitif 2.1.3.1 Teori Belajar Vygotsky

(52)

34

Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu tersebut dengan orang lain merupakan faktor terpenting yang dapat memicu perkembangan kognitif seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa proses belajar akan terjadi secara efisien dan efektif apabila anak belajar secara kooperatif dengan anak-anak lain dalam suasana dan lingkungan yang mendukung (supportive), dalam bimbingan seseorang yang lebih mampu, guru atau orang dewasa. Dengan hadirnya teori konstruktivisme Vygotsky ini, banyak pemerhati pendidikan yang megembangkan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran peer interaction, model pembelajaran kelompok, dan model pembelajaran problem poshing.

(53)

Teori Vigotsky pada paragraf sebelumnya memiliki arti yang sama dengan pendapat Vigotsky (1978: 4) Vygotsky stresses that cognitive development is a social activity. “Every function

in the child’s cultural development appears twice: first, on the

social level, and later, on the individual level; first, between

people (interpsychological) and then inside the child

(intrapsychological).” (1978: 4). Adolescents develop their

own thoughts and attitudes through social interaction and

communication with peers and other members of society.

(54)

36

Berkaitan dengan pembelajaran, Vygotsky mengemukakan empat prinsip seperti yang dikutip oleh Slavin (2000: 256) yaitu:

(1) Pembelajaran sosial (social leaning). Pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai adalah pembelajaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar melalui interaksi bersama dengan orang dewasa atau teman yang lebih cakap;

(2) ZPD (zone of proximal development). Bahwa siswa akan dapat mempelajari konsep-konsep dengan baik jika berada dalam ZPD. Siswa bekerja dalam ZPD jika siswa tidak dapat memecahkan masalah sendiri, tetapi dapat memecahkan masalah itu setelah mendapat bantuan orang dewasa atau temannya (peer); Bantuan atau support dimaksud agar si anak mampu untuk mengerjakan tugas-tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya dari pada tingkat perkembangan kognitif si anak;

(3) Masa magang kognitif (cognitif apprenticeship). Suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit memperoleh kecakapan intelektual melalui interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewasa, atau teman yang lebih pandai;

(4) Pembelajaran termediasi (mediated learning). Vygostky menekankan pada scaffolding. Siswa diberi masalah yang kompleks, sulit, dan realistik, dan kemudian diberi bantuan secukupnya dalam memecahkan masalah siswa. Inti teori Vigotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.

(55)

kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of proximal developmentmereka.

Berdasarkan pendeskripsian pada paragraf sebelumnya, pendapat Vygotsky mengenai pembelajaran kognitif lebih menekankan kepada interaksi sosial, budaya, dan pengalaman pada lingkungan sekitar. Hal ini berkaitan dengan keterampilan sosial, karena faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial diantaranya adalah keluarga, lingkungan, kepribadian, dan meningkatkan kemampuan penyesuaian diri. Selain itu teori Vygotsky berkaitan juga dengan ciri–ciri keterampilan sosial, bahwa seseorang yang memiliki keterampilan sosial dalam diri seseorang tersebut akan memiliki keterampilan berkomunikasi dan perilaku interpersonal. Budaya juga dapat berpengaruh terhadap keterampilan sosial, karena dari budaya dapat membentuk sikap kepribadian sesorang.

(56)

38

orang lain, memecahkan masalah belum begitu nampak. Penyebab dari hal tersebut diantaranya adalah sikap menyendiri atau tertutup, dan lain-lain. Hal ini merupakan faktor lain dari keterampilan sosial siswa yang belum baik, sehingga guru dapat mencarikan solusinya dengan mengetahui siswa-siswa yang bermasalah dan mencoba untuk menggabungkan dengan yang keterampilan sosialnya sudah cukup baik. Keterampilan sosial yang dimiliki individu yang satu dengan yang lain dapat ditularkan dari komunikasi, hubungan yang baik antar individu dan kemampuan memecahkan masalah. Selain pendapat Vigotsky pendapat yang lain juga di kemukakan oleh Albert Bandura.

2.1.3.2 Teori belajar Albert Bandura

Teori sell- efficacy merupakan cabang dari social cognitive

(57)

Beberapa asumsi awal dan mendasar dari teori kognitif sosial bandura adalah learning theory (teori pembelajaran) yang berasumsi bahwa manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik pembelajaran terbaik dari itu semua adalah adanya pengalaman–pengalaman tidak terduga (vicarious experinces). Teori kognitif sosial Bandura juga mengambil sudut pandang manusia sebagian agen terhadap dirinya sendiri, artinya bahwa manusia memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya.

Bandura (1963: 4) yakin bahwa manusia (human agency) adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif dan mengorganisasikan dirinya. Selain itu, manusia juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Oleh sebab itu, Bandura memperkenalkan konsep sell-efficacy. Bandura (1963: 4) mendefinisikan sell-efficacy sebagai keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian–kejadian di lingkungannya.

(58)

40

man’s action are under external control, though amply

documented was not enthusiastically received for a variety of

reasons. To most people it unfortunately implied one–way

influence process that reduced man to helpless reactor to the

vagaries of external rewards and punishments.

(59)

2.1.4 Pembelajaran IPS

Pembelajaran IPS merupakan suatu program pembelajaran yang terpadu dengan berbagai disiplin ilmu yang bahannya bukan saja ilmu melainkan juga segala gerak kegiatan dasar dari manusia, lingkungan alam dan sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. IPS dikenal dengan berbagai istilah misalnya social secience education, social studies, dan social education Somantri (2001: 71).

IPS suatu program pendidikan yang merupakan satu keseluruhan, yang pokok persoalanya mengenai manusia dan lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai sumber ilmu–ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, antropologi, geografi, sosial politik dan psikologi. Pendidikan IPS digambarkan sebagai program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humanities yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologi untuk tujuan pendidikan.

Somantri (2001: 191), pendidikan IPS adalah seleksi dan rekontruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu sosial dan humaniora yang diorganisir dan disajikan secara psikologi dan alamiah untuk tujuan pendidikan.

(60)

42

Berdasarkan inti dari definisi di atas bahwa IPS adalah kajian yang terintegrasi dari ilmu-ilmu sosial dan ilmu kemanusiaan untuk meningkatkan rasa kewarganegaraan, yang dikaji secara sistematis dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, ekonomi, antropologi, geografi, sosial politik, dan psikologi serta sesuai dengan isi ilmu kemanusian, matematika, dan ilmu alam. Dari berbagai pendapat di atas bahwa pendidikan IPS selalu berkaitan dengan kehidupan manusia dalam masyarakat secara nyata yang dialami dan dilakukan dalam memenuhi kebutuhan, dalam mengatasi masalah untuk meningkatkan taraf hidup.

(61)

2.1.5 Pembelajaran IPS di SMP

Ruang lingkup mata pelajaran IPS SMP berdasarkan kurikulum KTSP (2006: 97) meliputi aspek–aspek sebagai berikut: (a) manusia, tempat, dan lingkungan, (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, (d) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan ruang lingkup diatas bahwa pembelajaran IPS di SMP mencakup mengenai konsep manusia, tempat, perilaku/ budaya, waktu dan suatu perubahan yang merupakan satu kesatuan sebagai sumber ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan pendidikan, proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses pembelajaran tentunya melibatkan perbuatan pendidik dengan peserta didik secara timbal balik yang berlangsung dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

(62)

44

Menurut Zevin Almuhtar dalam Sapriya (2009: 50) mengemukakan adanya tiga peran guru dalam pembelajaran IPS yaitu:

a. Peran dedaktik (dedectif roles) menempatkan peran guru sebagai sumber pengetahuan.

b. Peran reflektif (reflective roles) Pembelajaran konstektual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan kehidupan mereka, yang menempatkan sentralisasi peran guru sebagai pengembang konsep siswa.

c. Peran afektif (affective roles) yang menempatkan sentralisasi peran guru sebagai pengembang ketrampilan siswa pengambil keputusan yang tepat dan berbagai isu, nilai-nilai kepercayaan yang sering kali kontroversial.

Kemampuan (skill) merupakan salah satu yang harus dikembangkan dalam mata pelajaran IPS. Kemampuan dalam IPS antara lain meliputi: 1) kemampuan berpikir, 2) keterampilan peta dan globe, 3) keterampilan waktu dan kronologi, dan 4) keterampilan sosial.

(63)

indikator sebagai tolak ukur kemampuan siswa dalam keterampilan sosial.

Pengembangan instrumen keterampilan sosial berbasis observasi dan sosiometri ini diharapkan peserta didik dapat mempunyai keterampilan sosial yang baik sesuai dengan yang diharapkan, karena dengan instrumen keterampilan sosial ini siswa yang keterampilan sosialnya belum begitu baik akan dapat mudah diketahui oleh guru dan dapat mencari solusinya. Selain itu, keterampilan sosial antar individu yang belum terbentuk dengan baik akan dapat terbentuk dengan baik. Instrumen keterampilan sosial ini tidak hanya mengukur keterampilan sosial pada setiap individu melainkan pada kelompok terutama pada hubungan dengan teman sebaya.

Keterampilan sosial diukur berdasarkan pada indikator-indikator keterampilan sosial yang telah ditetapkan peneliti sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan. Indikator-indikator keterampilan sosial yang digunakan adalah indikator keterampilan sosial yang diambil dari dimensi keterampilan sosial menurut Caldarella & Merrell (1997: 70), yaitu (1) Hubungan dengan teman sebaya (Peer relation), (2) Manajemen diri (Self-management), (3) Kemampuan akademis

(64)

46

2.1.6 Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain Merrell & Gimpel (1998: 69).

Keterampilan sosial membawa remaja untuk lebih berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi dan sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, sehingga mereka tidak mencari pelarian ke hal-hal lain yang justru dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Keterampilan sosial merupakan tiga kelompok tujuan yang akan dicapai oleh pembelajaran IPS. Keterampilan sosial merupakan tujuan yang harus dicapai oleh pembelajaran IPS yaitu menurut Banks dalam Supardan (2015: 13) bahwa IPS membantu anak didik agar kelak mampu mengambil keputusan yang rasional dan melahirkan tindakan-tindakan dalam menghadapi berbagai masalah dalam masyarakat. Bank berangkat dari beberapa premis berikut.

1. Bahwa manusia sepanjang hayatnya akan dihadapkan pada pemilihan dan penentuan keputusan dalam menghadapi persoalan hidup.

(65)

3. Bahwa program IPS atau social studies di sekolah-sekolah harus dirancang untuk membantu anak didik untuk memperoleh kecakapan/ keterampilan untuk mengenal dan memecahkan masalah melalui pengambilan keputusan yang tepat dan rasional.

Libet dan Lewinsohn (1995: 15) mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan perilaku yang baik dinilai secara positif atau negatif oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak baik akan diberikan punishment oleh lingkungan.

Selain pendapat dari Libert dan Lewinsohn mengenai keterampilan sosial, ada pendapat lain mengenai keterampilan sosial yaitu: Cartledge dan Milburn (1992: 143-149) menyatakan bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negatif.

Keterampilan sosial merupakan kompetensi yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap orang termasuk didalamnya peserta didik, agar dapat memelihara hubungan positif dengan keluarga, teman sebaya, masyarakat dan pergaulan di lingkungan yang lebih luas, dan masalah– masalah sosial seperti tawuran antar pelajar, narkoba dan lain–lain dapat terminimalisir.

Mu’tadin (2006) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja awal dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial

(66)

48

sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka siswa akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

Hal ini berarti siswa tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23250/2/Chapter%20II .pdf unduh 15 juni, pukul 15.00 WIB)

Berdasarkan uraian tersebut bahwa keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk berani berbicara, mengungkapkan setiap perasaan atau permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, dapat memecahkan masalah, mampu membuat keputusan, mandiri, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan.

Pendapat lain mengenai keterampilan sosial juga ada menurut National Association of School Psychologists Center (2002: 70) yang menyatakan bahwa noted that good social skills are critical to successful functioning in life. These skills enable to know what to say,

how to make good choices, and how to behave in diverse situations.

(67)

Arti Penting Keterampilan sosial

Johnson (2002: 60) mengemukakan 6 hasil penting dari memiliki keterampilan sosial, yaitu: (1) Perkembangan Kepribadian dan Identitas, (2) Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir, (3) Meningkatkan Kualitas Hidup, (4) Meningkatkan Kesehatan Fisik, (5) Meningkatkan Kesehatan Psikologis,

(6) Kemampuan Mengatasi Stres.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23250/2/Chapter%20II .pdf unduh 15 juni, pukul 15.00 WIB)

Pendapat Johnson (2002: 60) pada paragraf sebelumnya ada 6 Arti penting dari memiliki keterampilan sosial, siswa yang memiliki keterampilan sosial akan mempunyai nilai tambah pada dirinya karena hal–hal yang belum terlihat pada diri siswa akan terlihat dan akan lebih menonjol di bandingkan dengan yang tidak memiliki keterampilan sosial. Berikut akan di jelaskan lebih jelas mengenai arti penting keterampilan sosial.

Gambar

Tabel 1 merupakan hasil wawancara dengan menggunakan daftar check List.
Gambar menunjukan hubungan antar teman sebaya di kelas VIII. Arah
Tabel 2. Dimensi Umum Keterampilan Sosial
Gambar 1. Program pembelajaran IPS untuk mengembangkan keterampilan sosial Sumber Maryani (2011: 26)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penilaian psikomotor yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan siswa SMK pada pembelajaran praktikum

Pada tahap ini instrumen tes kognitif prototipe pertama yang telah direvisi dan menjadi prototipe kedua kemudian diujikan untuk mengukur validitas dan reliabilitas

isi instrumen yang telah terbentuk dengan melibatkan pakar, serta validitas butir dan uji reliabilitas intrumen yang telah terbentuk dengan melibatkan semua mahasiswa yang

Berdasarkan pengembangan dan uji coba yang telah dilakukan, diperolah kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil penelitian yang diperoleh yakni nilai validitas perangkat

Reliabilitas termasuk kategori tinggi (dapat menggambarkan keajeg- an kemampuan siswa); Validitas bu- tir soal instrumen asesmen dominan memiliki validitas soal kategori

Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan karakteristik instrumen tes berbasis APOS pada materi Termodinamika, menguji validitas dan reliabilitas instrumen

Reliabilitas termasuk kategori tinggi (dapat menggambarkan keajeg- an kemampuan siswa); Validitas bu- tir soal instrumen asesmen dominan memiliki validitas soal

Tes sosiometri yang pertama ternyata paling sering digunakan di institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok, sedangkan jenis yang kedua