• Tidak ada hasil yang ditemukan

TREND SELFIE (SELF PORTRAIT) DI JEJARING SOSIAL (Studi Tentang Faktor Pendorong, Perubahan Gaya Hidup, dan Dampak Foto Selfie Di Jejaring Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TREND SELFIE (SELF PORTRAIT) DI JEJARING SOSIAL (Studi Tentang Faktor Pendorong, Perubahan Gaya Hidup, dan Dampak Foto Selfie Di Jejaring Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

TRENDSELFIE(SELF PORTRAIT)DI JEJARING SOSIAL

(Studi Tentang Faktor Pendorong, Perubahan Gaya Hidup, dan Dampak Foto Selfie Di Jejaring Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik Universitas Lampung)

Oleh

ANGGA HADI PUTRA

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang faktor pendorong, perubahan gaya hidup, dan dampak foto selfie di jejaring sosial pada mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung, serta pemahaman mendalam mengenai trendselfiedi jejaring sosial. Mahasiswa dan mahasiswi jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung merupakan remaja-remaja yang aktif dalam melakukan selfie dan kemudian mengunggahnya ke media jejaring sosial. Mereka sering sekali melakukan kegiatan ini saat perkuliahan tengah berlangsung atau saat pergantian mata kuliah. Selain itu juga, selfie sendiri merupakan sebuah kegiatan atau fenomena baru yang tengah terjadi di masyarakat. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan mengunakan pendekatan “verstehen” yang berarti memahami atau pemahaman. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori difusi inovasi (Diffusion of Innovations). Penentuan informan ditentukan secara snowball sampling pada mahasiswa dan mahasiswi jurusan Sosiologi Universitas Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi dan juga dokumentasi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa; (1) Faktor pendorong: membagikan sebuah moment, eksistensi diri, pujian yang didapat, dan pengaruh inovasi teknologi. (2) Perubahan gaya hidup: selfie menjadi kegiatan wajib dalam sehari-hari, selfie menjadikan trendy, dan boros pulsa. (3). Dampak; dampak positif: menyalurkan hobi, lebih percaya diri, dan banyak teman dan menjadi hiburan bagi orang lain yang melihatnya. Dampak negatif: korban keisengan orang lain, buang-buang waktu, kritikan negatif, dan menggangu orang lain.

(2)

Selfie In Social Network Of Sociology Student In The Faculty Of Social And Political Lampung University)

By

ANGGA HADI PUTRA

This study aims to assess about motivation factor, the life style changes, and the impact of a selfie in social networking at the departement student of sociology the social and political faculty of lampung university as well as the awareness about deep understand the trend of selfie in soci al networking. Students of sociology in the social and political faculty of lampung university are teenagers who active in doing selfie and then upload it to the social media. They are often once doing these activities during the ongoing lecture or changing subyek. In addition also, selfie itself is an activity or new phenomenon that were occurring in society. This research use the qualitative method using “verstehen” approach which means understand or understanding. A theory that used in this research was the theory of diffusion of innovations. The determination of informants determined on deliberately on students of sociology in lampung university. Data collection is done by means of in-depth interviews, observation and also documentation. The results of this research prove that; 1. the motivation factor: share a moment , self existence , praise obtained , and the influence of technology innovation .2. the life style changes: Selfie become compulsory event daily , make trendy , and wasteful pulse .3. The impact of; positive impact: distributing a hobby , more confident , and many friends .The negative impact: victims of crime from others , selfie waste of time , negative criticisms , and selfie interfere another.

(3)

Di Jejaring Sosial Pada Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung)

Oleh

ANGGA HADI PUTRA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis bernama Angga Hadi Putra dilahirkan pada tanggal 10 Mei 1992 di Desa Srimenanti Kecamatan Bandar Sribhawono Lampung Timur. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Eko Purwanto dan Ibu Sri Udiningsih, memiliki seorang kakak perempuan bernama Ika Apriyani.

Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis :

1. Taman Kanak-kanak (TK) Aisiyah Muhammadiyah yang diselesaikan pada tahun 1998.

2. Sekolah Dasar Negeri II Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2004.

3. SMP Negeri I Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2007. 4. SMA Negeri I Bandar Sribhawono yang diselesaikan pada tahun 2010.

(8)

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat yang tak henti-hentinya kepada umat-Nya. Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya kelak. Ku persembahkan skripsi sederhana ini kepada:

 Sang Pencipta Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

 Bapak dan Ibu tersayang, terimakasih atas segala doa dan kasih sayang beserta semangat yang kalian berikan. Anakmu selalu berdoa agar Allah SWT memberikan kalian tempat terindah dan bahagia di sisi-Nya.

 Kakak ku tersayang, terimakasih atas segala dukungan dan semangat yang tiada henti dan doa setulus hati.

 Seluruh keluarga besar S.Hadi Wardoyo dan Suyahmi serta seluruh keluarga besar Kosim dan Sumirah, atas nasehat-nasehatnya dan juga doa beserta dukungan demi kelancaran skripsi ini. Terimakasih yang tiada tara penulis ucapkan.

(9)

“Hidup adalah sebuah perjuangan, dan setiap perjuangan takkan pernah berakhir sia-sia”

(Angga HP)

“Nothing to help you, but your head and your own head” (Alexander Supertamb)

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang

yang sabar.” (Al-Baqaroh: 153)

“Karena sejauh apapun jaraknya, do’a pasti akan sampai” (Luiigy)

“Kemampuan terbesar kita bukan terletak pada tidak pernah gagalnya Kita, tetap pada kemampuan kita untuk bangkit lebih tinggi lagi

(10)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang merupakan syarat mencapai gelar sarjana Sosiologi. Tak lupa Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Trend Selfie di Jejaring Sosial” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosiologi di Universitas Lampung. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak lepas dari peran, bantuan, bimbingan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan keyakinan bahwa Allah SWT yang bisa membalasnya, penulis mengucapkan terimaksih yang setulusnya kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs. Effendi, M.M. selaku Pembantu Dekan I FISIP Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP Universitas

Lampung.

(11)

yang telah ibu berikan kepada saya. Terimakasih juga untuk ilmunya yang telah dibagikan kepada saya bu, sangat bermanfaat sekali, semoga menjadi bekal hidup saya kelak.

6. Bapak Drs. Abdulsyani, M.IP. selaku Dosen Pembahas, terimakasih pak untuk semua saran dan kritiknya. Terimakasih juga untuk semua kelancaranya.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dengan segala ketulusan.

8. Seluruh staf bagian akademik dan kemahasiswaan FISIP Universitas Lampung, terimakasih atas semua bantuannya.

9. Kedua orang tuaku, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan padaku. Apapun yang kulakukan tidak akan mungkin bisa menggantikan seluruh doa serta pengorbanan kalian. Semoga Allah SWT memberikan tempat terindah pada kalian di sisi-Nya.

10. Kakaku tercinta Ika Apriyani dan Kastari, terimakasih atas segala doa dan semangat yang diberikan.

11. Sahabat terkasih Anggun Permatasari, Diar Nurmala Dewi, Dyah Ayu Ambarwati dan Cahyawati Ayuningtyas, terimakasih untuk semangat yang tiada henti dan tempat berbagi keluh kesah.

(12)

13. Terimakasih untuk semua sahabat dari SD, SMP, SMA, yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

14. Abang-abangku Febri Lasendo, Ellyson, Arif, terimakasih untuk semua semangat dan doanya.

15. Sahabat di Sosiologi, Hafiz, Gede, Moran, Nora, Jeje, Ratna, Will, Fetia, Ayak, Faxy, Deni, Nanda, terimakasih untuk semuanya. Suatu anugrah terindah bisa mengenal dan belajar bersama kalian. Terimakasih telah berbagi kebersamaan dan canda tawa selama masa kuliah. Tetap semangat untuk semuanya. Ok genks!!! 16. Rekan seperjaungan Fahri, Fahru, Andre, Tomi, Agus, Yudi, Meiga, Siti, Alpek,

Boing, Siska, Citra, Yosi, Nisa, Eri, Kiki terimakasih untuk obrolan serunya. Semangat kawan!!

17. Semua sahabat seperjuangan di Sosiologi 2011 kalian istimewa dan luar biasa. 18. Semua kakak-kakak tingkat dari Sosiologi Universitas Lampung, terimakasih atas

bantuan dan semangatnya.

19. Para Kance KKN Srigading, Anggun Komalasari, Ahmad Yonanda, Andika, Andi Marino, Alfian, Anastasia, Alisa, Amin. Tetap semangat!!

20. Genk Seribu yang luar biasa mbak Yuyun, Mbak Janah, Abang Agus. Terimakasih doa dan dukunganya.

(13)

23. Om dan Tante dari Keluarga besar Kosim – Sumirah, terimakasih untuk semua semangat, doa, dan dukungannya.

24. Adik-adikku tercinta, Dhiya, Naufal (kanang), Rafa Fauzan, Hana, Naufal (bocil) terimakasih doanya.

25. Terimaksih untuk seluruh informan dalam pennelitian ini atas kerja sama kalian. Dan seluruh yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini terimaksih.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah membalas semua kebaikan kalian dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 24 April 2015 Penulis

(14)

Gambar 1. Anastasia Nikoleavna ... 12

Gambar 2. Robert Cornelius... 12

Gambar 3. Sesosok anak lelaki dari Skotlandia ... 13

Gambar 4. Contohselfieyang di unggah ke akun jejaring sosial ... 15

Gambar 5. Fotoselfiemeninkatkan kepercayaan diri seseorang ... 34

Gambar 6. Fotoselfiememberikan pesan positif ... 35

Gambar 7. Selfiemenuai berbagai kritikan ... 37

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

JUDUL ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN... ix

SANWANCANA ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

(16)

A. Trend Selfie di Jejaring Sosial

1. Sejarah Selfie... 11

1.1 Anastasia Nikoleavna ... 12

1.2 Robert Cornelius ... 12

1.3 Sesosok Anak Laki-laki dari Skotlandia ... 13

2. Fenomena Selfie di Indonesia ... 14

3. Konsep dan Pengertian Selfie... 18

4. Selfie dan Narsis, Serupa tapi tak sama ... 20

5. Alat-alat Pendukung Selfie... 21

5.1 Tongsis ... 21

5.2 Iphone Stand... 21

5.3 Lampu Meja ... 22

5.4 Shutter Remote ... 22

5.5 Aplikasi Edting Foto ... 22

5.6 Conclear ... 22

5.7 Cermin ………. 22

6. Selfie di Jejaring Sosial ... 23

7. Pengertian Jejaring Sosial dan Macam-macamnya... 24

7.1 Facebook ... 25

7.2 Twitter ... 25

7.3 Instgram ... 25

7.4 Path ... 25

7.5 Flickr ... 26

(17)

8.1 Adanya teknologi pendukung untuk melakukan selfie ... 29

8.2 Adanya Supply dan Demand ... 29

8.3 Merekam sebuah moment dan membagikan pada orang lain . 29

9. Perubahan Gaya Hidup Pelaku Selfie ... 30

10. Dampak Positif dan Negatif Selfie yang di Unggah ke Jejaring Sosial 32 10.1 Dampak positif selfie yang di unggah ke jejaring sosial... 33

1. Dapat membuat hidup lebih bersemangat dan mempengaruhi Penikmatnya ... 33

2. Bisa meningkatkan kepercayaan diri baik pada pelaku selfie Maupun pada orang lain yang melihat ... 33

3. Menyebarkan pesan positif pada orang lain ... 34

10.2 Dampak negatif foto selfie yang di unggah ke jejaring sosial ... 35

1. Mengganggu orang lain... 35

2. Menimbulkan fitnah dan ejekan terhadap diri... 36

3. Memengaruhi aksi pornografi di jejaring sosial ... 37

4. Obsesi oprasi plastik... 37

5. Dapat mengundang kejahatan ... 38

6. Foto selfie yang di unggah ke media sosial dapat merugikan orang lain ... 39

B. LANDASAN TEORI ... 40

1. Teori Difusi Inovasi ... 40

2. Teoro Interaksi Simbolik... 43

(18)

A. Tipe Penelitian ... 49

B. Fokus Penelitian ... 50

C. Lokasi Penelitian... 51

D. Jenis dan Sumber Data ... 51

E. Penentuan Informan ... 52

F. Teknik Pengumpulan Data... 53

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik ... 57

B. Filosofi ... 60

C. Visi, Misi, Tujuan FISIP ... 64

D. Program Kerja ... 67

E. Sejarah Singkat Berdirinya Jurusan Sosiologi FISIP Unila... 68

F. Visi, Misi, dan Tujuan Jurusan Sosiologi FISIP Unila ... 71

G. Sasaran Pengembangan Jurusan Sosiologi ... 73

H. Fasilitas Jurusan Sosiologi FISIP Unila... 73

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden 1. Profil Informan 1... 77

2. Profil Informan 2... 77

3. Profil Informan 3... 77

(19)

6. Profil Informan 6 ... 79

7. Profil Informan 7 ... 79

B. Faktor Pendorong Seseorang Melakukan Selfie dan Mengunggahnya ke Jejaring Sosial 1. Mengabadikan dan membagikan sebuah moment ... 80

2. Eksistensi diri ... 82

3. Reward (berupa like dan pujian atau komentar positif) ... 84

4. Pengaruh inovasi teknologi ... 87

C. Perubahan Gaya Hidup Pelaku Selfie 1. Selfie menjadi kegiatan wajib dalam sehari-hari ... 90

2. Aku selfie, aku ada, aku trendy ... 92

3. Lebih boros kuota dan pulsa... 94

D. Dampak Foto Selfie D.1 Dampak Positif 1. Menyalurkan hobi ... 98

2. Meningkatkan kepercayaan diri ... 99

3. Teman di jejaring sosial bertambah ... 101

4. Selfie menjadi hiburan bagi orang lain yang melihatnya ... 103

D.2 Dampak Negatif 1. Korban keisengan orang lain... 106

2. Selfie buang-buang waktu ... 107

3. Mendapat kritikan negatif ... 109

(20)

1. Teori Difusi Inovasi ... 115

2. Teori Interaksi Simbolik... 117

3. Fenomenologi ditinjau dari teori fenomenologi Alfred Schutz ... 120

4. Teori Individualisme ... 121

5. Teori Kepribadian ... 122

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan Rekomendasi... 126

B. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA

(21)

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menegah kebawah dan golongan menengah keatas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun pembangunan kelompok. Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi komunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecangihannya (Putri dalam, Zikri 2012:1).

(22)

Penyempurnaan dari penemuan sebelumnya juga menjadi dasar utama pemikiran para ahli dalam menciptkan suatu alat trend terbaru di era abad 21 ini. Beberapa bahkan ada yang kita anggap tidak mungkin bisa menjadi mungkin di pemikiran para ahli teknologi tersebut. Mereka bekerja siang dan malam untuk menciptakan suatu bentuk alat atau inovasi baru dalam dunia teknologi yang saat ini benar-benar berkembang dengan semakin pesatnya, karena disadari atau tidak, ada semacam persaingan di antara mereka dalam menciptakan hasil inovasi teknologi terbaru. Hasil temuan dan inovasi mereka ini tentu sangat menjanjikan bagi kehidupan mereka sendiri dan orang banyak.

Teknologi juga diciptakan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia, salah satunya adalah eksistensi diri. Salah satu bentuk untuk menunjukkan eksistensi diri ini adalah dengan cara mengabadikan gambar atau foto diri dengan teknologi tersebut. Mereka menganggap bahwa dengan mengabadikan gambar maka mereka dapat merekam suatu moment yang nantinya dapat di tunjukkan atau dibagikan kepada orang lain. Terlebih lagi jika foto diri yang di unggah ke jejaring sosial tersebut mendapat pujian atau komentar yang baik. Saat ini kegiatan berbagai gambar yang terjadi di media sosial seperti ini lebih di kenal dengan istiahselfie.

Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Santoso (2013) dalam harian online Merdeka.com sebagai berikut:

(23)

tersebut, maka orang yang bersangkutan ingin terlihat 'bernilai' lebih-lebih apabila ada yang berkomentar bagus tentang foto tersebut. (http://m.merdeka.com/teknologi/selfie-adalah-tanda-orang-narsis-dan-kurang-percaya-diri.html, di unduh pada 21 September 2014)

Dulu masyarakat sangat dekat sekali dengan kamera. Mereka menggunakannya untuk mengabadikan suatu moment dan bentuk eksistensi diri atau berfoto dengan menggunakan kamera yang sederhana. Selain kamera, webcame juga digunakan untuk mengabadikan suatu gambar. Kini setelah perkembangan zaman terjadi begitu cepat dan juga pesat penggunaan kamera dengan roll film dan webcame mulai di tinggalkan. Kini mereka menggunakan gadget, ponsel atau smartphone sebagai media untuk melakukanselfie.

Kemunculan ponsel atau yang sering kita kenal dengan istilah smartphone memberikan dampak perubahan yang sangat besar di kehidupan masyarakat. Kini saat melakukan foto diri atau selfie masyarakat tidak perlu terpaku dengan menggunkana kamera, namun cukup dengan menggunakan ponsel yang sudah ada fitur kameranya. Selain ponsel beberapagadgetsepertiipad, tablet, dan tab juga bisa membantu dan mempermudah untuk melakukan selfie. Ini memang sangat mempermudah bagi pelaku selfie karena lebih praktis dan dapat digunakan dimana saja dengan mudah.

(24)

bantuan tangan sendiri. Pemahamanya adalah selfie itu dilakukan oleh si pelaku itu sendiri. Beberapa orang yang melakukan selfie akan mengunggahnya di jejaring sosial miliknya dan ada juga yang menyimpanya sebagai koleksi pribadi saja.

Hal ini seperti dijelaskan Santoso dalam harian online Merdeka.com (2013) sebagai berikut:

“Kini, di era teknologi serba maju, perangkat hi-tech beredar di mana-mana sekaligusportable devicedengan fitur kamera seperti smartphone, phablet dan tablet menjadi satu hal yang umum, aksi selfie ini amat sering dijumpai. Bahkan ketika internet dan jejaring sosial meraih popularitasnya dalam beberapa tahun terakhir ini, foto-foto selfie juga sering beredar luas serta dijadikan cover atau profile picture seseorang dalam account jejaring sosial mereka.” (http://m.merdeka.com/ teknologi/selfie-adalah-tanda-orang-narsis-dankurang-percaya-diri.html, di unduh pada 21 September 2014)

Saat menggunakan smartphone dalam berselfie maka akan didapati kemudahan dan kepraktisan bagi si pelaku selfie tersebut. Mereka akan dengan mudah mengambil foto selfie karena ukuran smartphone yang lebih mudah digenggam dibandingkan dengan kamera atau webcame, kemudian mereka juga bisa mengedit foto mereka dengan aplikasi yang ada pada smartphonedan langsung mengungganhya ke jejaring sosial mereka. Tentu akan sangat mudah dan praktis jika dibandingkan dengan menggunakan kamera danwebcame.

(25)

melakukan selfie atau berfoto dimanapun dan kapanpun dengan siapapun, kemudian mereka secara cepat dapat mengunggahnya di jejaring sosial yang mereka miliki.

Seperti pendapat Seladipura (2013) sebagai berikut:

“Kemunculan Selfie mania ini juga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi. Bisa anda bayangkan repotnya berfoto Selfie bila tidak ada kamera depan di smartphone? Bisa diakali pakai cermin, atau nekat memotret dengan kamera belakang, tapi dengan kamera depan, jauh lebih praktis dan mudah.” (http://ginseladipura.com /2013/12/26/selfie-mewarnai-2013/, di unduh pada 21 September 2014)

Ditambah dengan adanya banyak aplikasi yang mampu mengedit foto mereka sehingga terlihat lebih menarik dan lebih indah. Beberapa aplikasi untuk membuat sebuah foto menjadi lebih indah adalah antara lain photoshop, camera360, pictart, photogrid, camera365, dan masih banyak lagi aplikasi yang dapat di unduh dengan gratis. Aplikasi pengubah foto tersebut memiliki kemampuan dapat membuat sebuah foto terlihat lebih indah dan menarik dengan sangat baik layaknya sebuah foto hasil bidikan dari photographer profesional. Selain itu juga aplikasi ini memiliki pilihan jenis menu untuk membuat foto semakin lebih indah dan menarik, sehingga banyak dilakukan untuk berselfieoleh kebanyakan orang.

(26)

aplikasi tersebut juga mudah dan praktis dalam gadget yang mereka miliki. Jadi mereka bisa mengedit kemudian mengunggahnya di jejaring sosial dimana saja dan kapan saja.

Selfie sebagai sesuatu yang tidak asing lagi bagi kita saat ini merupakan sebuah fenomena yang sedang booming khususnya di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan foto selfie yang diunggah ke media sosial seperti Instagram dapat memenuhi kebutuhan ke arah aktualisasi para remaja tersebut. Sehingga, mereka merasa selfie sebagai media yang dapat menyalurkan kebutuhan mereka. Selfie pada awal kemunculannya bertujuan untuk menginformasikan kepada orang lain. Namun, sekarang ini tujuan orang melakukanselfiemulai bergeser (Simatupang, 2014:2).

Pendapat lain mengatakan bahwa Selfie secara harafiah seringkali diartikan sebagai aktivitas memotret diri sendiri. Jika ditelusuri lebih dalam pengertian Selfiemenurut referensi pustakawan Britania adalah “sebuah pengambilan foto diri sendiri melalui

smartphone atau webcam yang kemudian diungguh ke situs web media sosial.” Sedikit banyak, layanan berbagi foto (gambar)Instagramcukup berperan besar dalam mempromosikan istilah selfie sebagai kata kerja. Padahal menurut penelitian tim Oxford, frase itu mulai digaungkan di dunia online pada awal 2002 lalu dalam sebuah

forumMySpace danFlickr(http://www.definisikata.com/selfie.html diunduh pada 04 September 2014)

(27)

selfie, ada yang di bus, di jalan bahkan di dalam toilet mereka bisa melakukan foto

diri sendiri dan mengunggahnya ke jejaring sosial miliknya. Inilah yang sangat menggambarkan bahwa berselfie dan mengunggahnya ke jejaring sosial merupakan suatu trend yang sedang digandrungi oleh masyarakat khususnya remaja.

Selain digunakan untuk menghibur diri, selfie juga berguna untuk mengisi waktu luang seseorang ketika sedang tidak ada kegiatan. Melakukan selfie membuat pelakunya merasa puas dengan apa yang dilakukannya, entah karena foto yang di-posting ke media sosial mendapat respon positif atau memang ada kesenangan tersendiri saat melakukannya. Namun kini foto selfie sudah banyak tersebar luas di media sosial sehingga banyak yang menirunya, mulai dari selebriti hingga masyarakat umum (Syahbana, 2014:5).

Selfie memang awalnya hanya dilakukan untuk mengisi waktu luang dan menghibur diri saja. Sebelumnya selfie dilakukan dengan cara yang biasa saja seperti pada umumnya. Namun kini selfie sedikit banyak mengubah seseorang menjadi rela melakukan sesuatu atau berdandan untuk berselfiedan kemudian mengunggahnya ke jejaring sosial miliknya. Mereka cenderung menjadi mahluk konsumerisme karena sebuah foto selfie yang di unggah ke jejaring sosialnya. Ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan pujian atau komentar positif bagi siapa saja yang melihat foto dirinya yang ada di jejaring sosial miliknya tersebut. Seperti dikutip dari pernyataan Dr. Rutledge sebagai berikut:

(28)

we want to be seen. Sebagaimana kita sering menemukan seseorang yang gemar berfotoSelfie, sekali foto bisa puluhan, tapi tidak semuanya di publish, hanya beberapa foto yang ia sukai saja. Sehingga tak jarang pula yang menuduh kaum Selfie sebagai ‘haus perhatian’. (http://ginseladipura.com/2013/12/26/selfie-mewarnai-2013/, di unduh pada 21 September 2014)

Namun kenyataanya selfie yang di unggah ke jejaring sosial saat ini banyak disalah gunakan untuk kepentingan atau hal-hal yang sifatnya negatif bahkan banyak orang yang jadi terobsesi karena sebuah fotoselfieyang di unggah ke jejaring sosial. Seperti beberapa kejahatan yang bisa terjadi akibat sebuah foto selfie yang di unggah ke jejaring sosial dan juga aksi pornografi yang menyebar luas melalui foto selfie tersebut.

Hal ini seperti yang di ungkapkan oleh Seladipura (2013) sebagai berikut:

“Tidak ada yang salah dengan Selfie. Orang bebas melakukan apapun yang ia suka, selama tidak melanggar hak orang lain. Namun demikian, tetap ada masalah yang mungkin timbul. Beberapa hal yang harus disadari terkaitSelfieadalah: internet merupakan dunia maya yang terus menerus berkembang. Perilaku penggunanya belum bisa ditebak dengan jitu. Banyak orang jahil di dalamnya. Sekali anda mengupload foto ke Internet, sebaiknya anda relakan ketika ada yang mengambilnya, menyimpannya, bahkan mengeditnya seenak jidat, untuk dipublish lagi. Keisengan masyarakat maya sesungguhnya sulit dikontrol.” (http://ginseladipura.com/2013/12/26/selfie-mewarnai-2013/, di unduh pada 21 September 2014)

(29)

dampak apa sajakah yang ditimbulkan dari selfie yang di unggah ke jejaring sosial tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi pokok penelitiaan ini adalah;

1. Faktor-faktor apa yang menjadi pendorong seseorang melakukan selfie dan mengunggahnya di jejaring sosial?

2. Bagaimanakah perubahan gaya hidup seseorang yang melakukan selfie di jejaring sosial?

3. Apa saja dampak positif dan negatif melakukanselfiedi jejaring sosial?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji tentang apa yang mendorong remaja melakuakan foto selfie dan mengunggahnya ke jejaring sosial

2. Menganalisis perubahan gaya hidup remaja yang telah atau sering melakukan fotoselfiedi jejaring sosial

(30)

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial atau sosiologi, khususnya sosiologi post modern dan juga sosiologi budaya. Selain juga dapat diharapkan dapat meperdalam kajian menegenai penerimaan budaya-budaya baru dan apa yang sedang berlangsung di masyarakat.

(31)

A. TrendSelfiedi Jejaring Sosial

1. SejarahSelfie

Menurut Ahmad (2013), selfie merupakan istilah untuk memotret diri sendiri. Berdasarkan info yang diperoleh dari BBC, selfie kemungkinan pertama kali dilakukan pada awal tahun 1800-an dengan menggunakan cermin atau self-timer. Namun, kala itu selfie tidak melibatkan objek tunggal seperti sekarang ini, tetapi dalam kelompok besar seperti berfoto dengan teman atau keluarga. Dalam dunia modern, istilah selfie diperkenalkan pertama kali oleh seorang photografer bernama Jim Krause pada tahun 2005, sehingga kemudian menjadi genre baru dalam dunia fotografi.(http://alltutorial.net/sejarah-selfie-serta-efek-positif-dan-negatifnya/diakses pada 03 September 2014).

(32)

1.1 Anastasia Nikolaevna

[image:32.612.115.224.269.401.2]

Salah satu remaja yang pertama kali mengambil fotonya sendiri melalui cermin menggunakan Kodak Brownie pada tahun 1914. Putri kekaisaran Rusia ini mengambil fotonya sendiri melalaui cermin untuk dikirim kepada temannya pada tahun 1914.

Gambar 1. Anastasia Nikoleavna

(http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2514069/Russian-Grand-Duchess-Anastasia-seen-capturing-reflection-1913-Russia.html, di unduh pada 13 Desember 2014)

1.2 Robert Cornelius

(33)
[image:33.612.113.198.107.209.2]

Gambar 2. Robert Cornelius

( https://vanessataaffe.wordpress.com/tag/robert-cornelius/, di unduh pada 13 December 2014 Desember 2014)

1.3 Sesosok Anak Lelaki dari Skotlandia

Ditemukan dua buah foto kuno yang diambil di Skotlandia pada sekitar tahun 1900-an d1900-an 1950-1900-an menunjukk1900-an bahwa kegiat1900-an ini telah lama dilakuk1900-an. Kedua foto tersebut menggunakan cermin untuk memotret dirinya sendiri.

Gambar 3. Anak Lelaki dari Skotlandia

(http://www.indogamers.com/read/28/11/2014/10255/inilah_foto_selfie_pertama_di_ dunia/, di unduh pada 13 Desember 2014)

[image:33.612.114.397.447.546.2]
(34)

tahun belakangan inilah foto diri ini yang kemudian di unggah ke media jejaring sosial dan lebih dikenal dengan istilahselfie.

2. FenomenaSelfiedi Indonesia

Selfie atau foto diri yang di unggah ke jejaring sosial mulai masuk ke Indonesia dimulai sejak maraknya penggunaan akun jejaring sosial, lebih tepatnya pada akhir tahun 2013 dan mulai banyak digunakan sampai sekarang. Sejak saat itulah masyarakat khususnya remaja di Indonesia mulai kenal dengan istilah selfie dan mengunggahnya ke jejaring sosial. Sebelumnya memang kegiatan memfoto diri dan mengunggahnya ke jejaring sosial sudah ada, namun hal ini di anggap sebagai perilaku‘narsis’oleh sebagian orang.

Menurut pendapat Seladipura (2013), mengatakan bahwa selfie bukanlah hal yang baru. Di Indonesia sendiri kita telah sering melihat foto-foto selfie sejak facebook mulai banyak dipakai. Tentu anda juga sering melihatnya, foto diti orang berpose “duckface” alias memonyong-monyongkan bibir agar terlihat lebih seksi. (http://ginseladipura.com/2013/12/26/selfie-mewarnai-2013/, di unduh pada 21 September 2014).

(35)
[image:35.612.115.515.187.355.2]

tersebut. Berikut adalah beberapa foto selfie yang saat ini tengah banyak dilakukan oleh masyarakat khususnya para remaja yang ada di indonesia.

Gambar 4. Contohselfieyang di unggah ke akun jejaring sosial

(http//www.google/foto-selfie-remaja-indonesia/, di unduh pada 20 Januari 2015).

Para remaja ini umunya memiliki gaya yang sama saat mereka melakukan selfie. Menurut Simatupang, (2014:89) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pose andalan saat melakuaknselfie adalah ekspresi wajah bebek atau lebih dikenal dengan istilah duck face, yakni memanyunkan bibir dan menyipitkan mata agar terlihat menggemaskan dan imut.

(36)

berikut:

“Um, drunk at a mates 21st, I tripped ofer [sic] and landed lip first (with front teeth coming a very close second) on a set of steps. I had a hole about 1cm long right through my bottom lip. And sorry about the focus, it was a selfie.” (http://blog.oxforddictionaries.com/2013/11/word-of-the-year-2013-winner/ di unduh pada 21 September 2014)

Dari postingan kalimat tersebut maka disinyalir bahwa itu merupakan pertama kalinya kata selfiedituliskan dan mejadiboomingpada pertengan tahun 2013 sampai sekarang. Kita akan benar-benar menjumpai kata tersebut terutama di jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, Path, Twitter dan jejaring sosial yang lainnya. Bahkan jika anda menuliskan kalimat tersebut pada mesin pencari Googlemaka akan banyak sekali hasil yang ditemukan melalui kata kunci tersebut

Dengan mengunggah foto dirinya ke akun jejaring sosial mereka, maka mereka mengharapkan adanya penilaian dari orang lain terhadap foto diri mereka yang di unggah tersebut. Semakin banyak komentar positif dan pujian maka semakin banyak selfieyang nantinya mereka unggah ke akun tersebut.

Hal ini didukung dengan adanya pernyataan dari Meisha (2014) tentang adannya evolusi trendselfiemelalui perkembangan media sosial yang ada :

“Evolusi fotografiselfiemodern dapat dikatakan terjadi ketika sosial media MySpace digandrungi oleh banyak anak muda secara global. Sejak tahun 2005 hingga 2008, MySpace adalah media sosial terbesar di dunia dan melahirkan fitur MySpace pic yang diadopsi oleh banyak sosial media lain yang lahir setelah mereka.” (http://www.nilni.com/2014/10/selamat-datang-di-perabadan-selfie.html, di unduh pada 04 September 2014).

(37)

menjadi kata paling banyak digunakan pada tahun 2013 dan sampai sekarang. Bahkan sampai-sampai kamus bahasa inggris oxford pada tahun 2013 mencantumkan kata selfie kedalam perbendaharaan kata-katanya. Dalam pernyataannya dituliskan bahwa,“Definition of selfie in English: A photograph that one has taken of oneself, typically one taken with a smartphone or webcam

and shared via sosial media” (http://blog.oxforddictionaries.com/2013/11/word-of-the-year-2013-winner/ di unduh pada 21 September 2014).

Kemudian pendapat lain oleh Yulistara (2014) Kepopuleran selfie juga tidak lepas dari para selebriti yang hobi memamerkan foto diri mereka di jejaring sosial seperti Instagram dan Twitter. Sebelum trend selfie booming, beberapa orang yang suka memfoto diri sendiri atau memamerkan barang-barangnya ke jejaring sosial disebut narsis. (http://wolipop.detik.com/read/2014/02/ 07090434/2489927/852/selfie-dan-narsis-serupa-tapi-tak-sama)

(38)

3. Konsep dan PengertianSelfie

Beberapa orang mugkin masih bingung dengan arti atau konsep dari selfie itu sebenarnya apa. Untuk lebih jelasnya, beberapa pendapat dari ahli dapat membantu kita memahami dengan jelas pengertian atau konsep dariselfieyang banyak dijadikan acuan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut.

Siapa yang tidak mengenal selfie, semua orang terutama pengguna handphone berkamera jenis apapun itu pasti mengetahui apa itu selfie. Rata-rata penguna handphonetersebut pasti pernah melakukan selfie.Definisiselfieitu sendiri adalah a photograph that one has taken of one self, typically one taken with a smarthphone or

webcam and upload to a media soial website atau dengan kata lain yaitu memotret diri sendiri atau lebih yang diambil melalui kamera handphone dan kemudian di unggah ke media sosial (Syahbana, 2014:9).

(39)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwaselfie adalah sebuah foto diri baik itu wajah, kaki, kepala atau apapun asal itu bagian dari diri kita yang di ambil oleh diri kita sendiri menggunakan kamera, baik itu kamera yang ada pada smartphone atau kamera biasa dan juga webcame kemudian di unggah ke akun media jejaring sosial yang dimiliki.

Selain dari selfie, masyarakat juga kini tenggah dikenalkan dengan istilah baru yakni Groufie. Kata groufie ini merupakan kepanjangan dari group selfie, bedanya dengan selfie adalah groufie merupakan memotret bersama group atau teman sekelompok. Jadi groufie tidak dilakukan seorang diri, tetapi bersamaan dengan orang lain. Sedangkan selfie dilkukan sendiri. Terkadang memang orang masih banyak yang salah menafsirkan perbedaan antara selfiedan jugagroufie. (http://malratuindah.co.id /selfie-groufie-dan-dronie/, di unduh pada 25 April 2015).

(40)

4. SelfiedanNarsisSerupa Tapi Tak Sama

Sebagian orang akan mengatakan bahwa selfie adalah perilaku narsis. Hal ini terjadi karena memang sebelumnya pemahaman menganai selfie masih sangat tidak jelas. Orang-orang menyamakan bahwa selfie adalah kegiatan narsis dari seseorang. Sejatinyaselfieitu berbeda dengan narsis.

Menurut Yulistara (2014) mengatakan bahwa Selfie sering sekali disamakan dengan istilah narsisme, padahal selfie dan narsisme adalah dua hal yang sangat berbeda. Umumnya kebanyakan orang hanya tahu apabila seseorang melakukan selfie maka orang tersebut juga narsis. Pada dasarnyaselfieadalah sebuah foto dan narsis adalah bentuk dari suatu kelainan jiwa atau psikis seseorang. Menurut psikolog Kasandra Putranto (dalam Yuliastara, 2014), selfie merupakan bagian dari narsis. Sedangkan narsis atau narsistik adalah prilaku mencintai diri sendiri yang berlebihan. Narsis tidak hanya pamer di jejaring sosial tapi juga ingin selalu menang sendiri, baik dengan orang lain maupun pasangannya.

(http://wolipop.detik.com/read/2014/02/07/090434/2489927/852/selfie-dan-narsis serupa-tapi-tak-sama, diakses pada 21 September 2014).

(41)

tersebut melakukan selfie hanya untuk kesenangan sesaat bukan untuk narsisme. Tentu saja orang yang melakukan foto selfie bukan merupakan mengalami ganguan jiwa atau kepribadian. Umumnya mereka hanya ingin berekspresi melalui selfie tersebut.

5. Alat-alat PendukungSelfie

Karena kegiatan mengambil foto sendiri ini begitu populer, maka banyak sekali berbagai macam alat-alat pendukung selfie. Semua ini diciptakan guna mempermudah para pelaku selfie dalam mengambil foto. Menurut Syahbana (2014:91) menjelaskan tentang beberapa alat-alat pendukung selfie yang dapat membuat foto diri ini tampak lebih sempurna dan cantik. Beberapa diantaranya adalah:

5.1 Tongsis (TongkatNarsis)

Kegunaanya adalah agar anda dapat mendapatkan sudut pandang selfie yang lebih baik tanpa harus memaksakan tangan anda.

5.2 Iphone Stand

(42)

5.3 Lampu Meja

Pada malam hari akan sulit mendpatkan cahaya yang cukup untuk selfie yang sempurna. Lampu meja dapat membantu anda untuk mengatur cahaya pada saatselfie.

5.4 Shutter Remote

Fungsinya adalah untuk menekan shutter camera dengan bantuan semacam remote, sehingga anda tidak perlu memegangsmartphoneanda saat berselfie. 5.5 Aplikasi Editing Foto

Hasil selfie dapat disempurnakan dengan sedikit sentuhan editing. Beragam aplikasi untuk editing foto telah banyak beredar dan dapat digunakan dengan mudah dismartphoneanda.

5.6 Concealer

Concealeradalah senjata rahasia wanita agar wajahnya tampak sempurna saat selfie.Concealerdapat menyamarkan noda hitam wajah hingga kantung mata. 5.7 Cermin

Dengan bantuan cermin, anda dapat melihat dengan jelas penampilan anda saat selfie, andapun dapat mengatur apa saja yang akan tampak pada foto dengan mudah.

(43)

6. SelfieDi Jejaring Sosial

Selfie yang di unggah ke jejaring sosial tentunya memiliki latar belakang atau alasan kenapa foto diri tersebut di unggah ke akun jejaring sosial. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagi alasan yang di ungkap oleh beberapa ahli sebagai berikut;

Menurut Psikolog Dr. Pamela Rutledge (2013), mengatkan bahwa keinginan memotret kemudian memposting dan mendapatkan “likes” dari situs jejaring sosial

merupakan hal yang wajar dari setiap orang. Keinginan ini dipengaruhi rasa kita pada hubungan sosial. Hal ini sebetulnya sama dengan saat orang mengatakan betapa bagus baju yang kita kenakan. (http://health.kompas.com/read/2013/12/18/1151301 /Apa.Kata.Psikolog.soal.Foto.Narsis.di.Jejaring.Sosial. di unduh pada, 21 September 2014).

Kemudian menurut Psikolog Diana Parkisan (dalam Syahbana, 2014:87) menyatakan bahwa, selfie kini menjadi sebuah cara baru untuk berkomunikasi yang bisa diterima secara luas. Selfie merupakan bentuk modern dari trik menarik perhatian karena sekarang ini sebagian besar orang bertemu dan berkomunikasi secara online, dengan begitu merupakan salah satu cara untuk menggambarkan dan menempatkan diri kita .

(44)

7. Pengertian Jejaring Sosial dan Macam-macamnya

Situs jejaring sosial adalah struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh Profesor J.A. Banes pada 1954 (Irfano dalam Jiwandono, 2014:12)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jejaring sosial adalah suatu tempat untuk bertukar informasi baik gambar (foto), suara, video, ataupun tulisan melalui jaringan internet kesesama pengguna jejaring sosial lain di seluruh dunia tanpa mengenal jarak, ruang dan waktu. Dengan demikian mereka akan tetap terhubung dan saling mengetahui satu sama lain tanpa harus bertatap muka.

Sekarang ini banyak sekali jenis dan macam jejaring sosial. Bukan hanya sekedar berbagi informasi namun mereka juga dapat berbagi gambar, video, tulisan dan juga pesan suara. Beberapa diantara media jejaring sosial adalah; Facebook, Twitter, MySpace, Path, Instagram, dan masih banyak lagi. Mugkin rasanya akan menjadi

orang yang “ketinggalan zaman” jika saat ini tidak memiliki salah satu atau beberapa

jejaring sosial tersebut. Dengan adanya jejaring sosial tersebutlah istilahselfiedikenal dan disebarkan ke seluruh belahan dunia ini kemudian juga mereka membagi foto selfiemereka kepada seluruh penduduk di dunia ini.

(45)

(Ibnu Aziz dalam Jiwandono 2014: 12). Beberapa situs jejaring sosial ini merupakan media pendukung istilahselfiemenjadi trend saat ini:

7.1Facebook

Jejaring sosial ini memiliki 1 miliar pengguna. Terbesar di jagad raya ini untuk urusan pengguna. Facebook bukan hanya jejaring sosial, Mark Zukerberg menyuntikkan beberapaplafonlain di situs ini.

7.2Twitter

Microblogging ini memiliki setengah miliar pengguna atau hampir setengah pengguna facebook. Didirikan pada tahun 2006. Twitter cepat mendapat hati di kalangan netizen khusunya penggunamobile.

7.3 Instagram

Jejaring sosial ini memiliki harga fantastis, 1 miliar dolar. Tak hanya sebauh jejaring sosial, Instagram juga sebgai aplikasi pengolah gambar. Saat ini memiliki 100 juta pengguna.

7.4Path

(46)

7.5Flickr

Situs berbagi foto ini kini memiliki 75 juta pengguna. Flickr masih digunakan di kalangan pencinta fotografi.

7.6MySpace

MySpace masih memiliki gaung dengan 25 juta pengguna. Kini mereka lebih fokus ke ranahsosial music.

Beberapa media sosial ditersebut digunakan sebagai sarana pendukung seseorang melakukan selfie, namun selfie sendiri lebih banyak di unggah pada akun jejaring sosialInstagram. Oleh karena ituinstagramdijuluki sebagai rumahnyaselfie. Seperti dikuti dalam pernyatan berikut.

Fadila (2015) “Instagram Menjadi Rumahnya ‘Selfie’. Saat ini, Instagram

menjadi layanan favorit buat berbagi foto selfie. Aplikasi ini jadi sangat populer karena mengizinkan penngunanya untuk mengedit, memberi filter, dan mengunggah foto secara praktis. Sejak Januari 2013 foto bertagar #selfie digunakan sekitar 34 juta kali ke aplikasi ini. Untuk kebutuhan impulsifselfie kamu, Instagram adalah pilihan yang paling tepat” (http://www.hipwee.com /hiburan/momen-momen-krusial-dalam-sejarah-selfie/, di unduh pada 14 Februari 2015).

(47)

foto selfie dengan berbagai macam pose dan gaya dari orang-orang bahkan seluruh dunia.

Dari berbagai media jejaring sosial di atas memanglah sangat membantu kita dalam mengunggah selfie dan dari sanalah kita mengenal selfie. Dalam hal ini selfie biasanya di unggah tidak hanya pada satu akun jejaring sosial saja, tetapi ke berbagai media jejaring sosial yang dimiliki oleh si pelaku selfie tersebut. Sudah dapat dipastikan remaja di era tahun ini pasti memiliki paling tidak satu jenis media jejaring sosial seperti yang disebutkan di atas.

8. Faktor PendorongSelfiedan Mengunggahnya di Jejaring Sosial

Saat seseorang melakukan selfie dan mengunggahnya ke media jejaring sosial pastinya orang tersebut memiliki faktor yang mendorongnya untuk melakukanya. Berikut tentang berbagai fenomena dan alasan selfie yang terjadi di kalangan masyarakat yang dipeoleh dari media online:

(48)

Psikolog Kasandra Putranto melihat fenomena selfie ini terjadi tak lain karena semakin canggihnya teknologi. Jika dulu foto diri sendiri tidak memungkinkan karena tidak adanya teknologi yang mendukung, sekarang ada banyak gadget penunjang untukselfie.

"Dulu mau foto sendiri gimana caranya, ya harus ke tukang foto. Sekarang orang punya gadget, kamera, self timer, itu teknologi yang memungkinkan," kata psikolog lulusan Universitas Indonesia itu saat berbincang dengan Wolipop di kantornya di kawasan Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa(4/2/2014).

Dilihat dari sisi psikologi, Kasandra menilai fenomena selfie merupakan salah satu bentuk psikologi konsumen karena ada supply dan demand. Demand terjadi ketika orang-orang berkeinginan memotret dirinya sendiri dan kemudian didukung (supply) dengan hadirnya berbagaigadgetcanggih. "Supply dan demand naik, munculah Facebook dan Instagram. Lalu foto (selfie) itu disebarin, ditunjukin ini lho saya lagi ngapain," ucap Kasandra. Pandangan lain mengenai penyebab orang menyukai selfie datang dari profesor di Massachusetts Institute of Technology, Sherry Turkle. Dalam tulisannya di New York Times, Sherry mengatakanselfie, seperti foto pada umumnya, merupakan cara seseorang untuk merekam sebuah momen yang kemudian diperlihatkan ke orang lain.

Berdasarkan pengalamannya selama 15 tahun mempelajari hubungan antara manusia dan mobile techology, dia melihat sekarang ini bagi banyak orang sharing atau berbagi apapun dalam kehidupanlah yang penting dilakukan. "Orang-orang tidak lagi merasa menjadi dirinya sendiri kecuali mereka berbagi sebuah pemikiran atau perasaan, meskipun sebenarnya pemikiran atau perasaan itu juga belum jelas untuk mereka," tulis Sherry.

Profesor yang juga penulis buku Alone Together: Why We Expect More From Technology and Less From Each Other itu menulis lagi, jika dulu seorang filsuf Prancis ternama Descartes mengatakan'I think, threfore I am', orang zaman sekarang karena begitu hobinya berbagi apapun di situs jejaring sosial dan internet, mengubah ungkapan tersebut menjadi 'I share, therefore I am.'

(49)

Dari kutipan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai alasan seseorang melakukan selfie dan mengunggahnya di jejaring sosial, diantaranya adalah sebagai berikut:

8.1 Adanya teknologi pendukung untuk melakukanselfie

Hal ini menjadi salah satu alasan seseorang melakukan foto selfie dan mengunggahnya di jejaring sosial. Kemajuan teknologi memang sangat berperan dalam melatar belakangi tindakan ini. Zaman dulu untuk melakukan foto diri seseorang harus ke tukang foto, tapi sekarang bisa dilakukan sendiri.

8.2 Adanyasupplydandemand

Hal ini terjadi ketika orang-orang memiliki keinginan akan memotret dirinya sendiri (demand) kemudian di dukung (supply) dengan adanya berbagai alat penunjangnya. Dari situlah menjadi faktor pendorong seseorang melakukan selfie dan mengunggahnya ke jejaring sosial.

8.3 Merekam sebuah moment dan membagikan pada orang lain

(50)

9. Perubahan Gaya Hidup PelakuSelfie

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di

dunia. Menurut Assael (1984:252), gaya hidup adalah “A made of living that is

identified by how people spend their time (activity), and what they think of themselves

and the world around them (opinions)”. Secara singkat dapat diartikan bahwa gaya hidup terjadi di masyarakat yang mempengaruhi mereka dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari, yakni tentang cara mereka berpikir, menghabiskan waktu dan juga tentang pendapat atau opini mereka terhadap suatu hal.

Kemudian menurut Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya (https://sosiologibudaya.wordpress.com/ 2011/05/18/gaya-hidup/, di unduh pada 15 Februari 2015).

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah suatu cara bagaimana seseorang dalam mempresentasikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Serta bagaimana mereka menyikapi beberapa hal yang terjadi dalam kehidupan mereka.

(51)

Menurut Supriya (2014), mengatakan bahwaselfiesudah menjadi gaya hidup, bahkan kebutuhan untuk semua kalangan dari anak-anak sampai orang dewasa, sehingga menurutnya orang yang tidak mengikuti trend selfieini akan merasa tidak gaul, tidak keren atau ketinggalan zaman (http://balipost.com/read/headline/2014/11/14/25249/ selfie-jadi-gaya-hidup.html, di unduh pada 15 Februari 2015)

Kemudian menurut Siregar (2015:2) mengatakan bahwa selfie sudah menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan hidup anak muda, selain itu selfie juga menjadi fenomena sosial yang tidak asing lagi, karena dapat mempengaruhi masyarakat bahkan mempengaruhi dunia dengan cepat.

Menurut Bawantara (2014) yang pendapatnya merujuk pada beberapa pengamat sosial, mengatakan bahwa aktivitas selfie merupakan satu cara untuk mendapatkan perhatian dari sebanyak mungkin orang. Menurutnya ini adalah cara tercepat dan termudah bagi seseorang untuk mendapat pujian guna meningkatkan kebanggaan dirinya. Juga merupakan cara tergampang untuk memamerkan prestasi diri pada dunia, sekalipun prestasi tersebut kelas kacangan belaka (http://www.nefosnews.com/ post/opini/selfie-narsisme-dan-wajah-kita, di unduh pada 3 September 2014)

(52)

Perubahan gaya hidup pelakuselfiesaat ini yaitu:

a. Saat ini mereka menjadikan selfie sebagai suatu kebutuhan. Hal ini sangat jelas berbeda di bandingkan dengan waktu sebelum munculnya trend selfie yang di unggah ke media jejaring sosial dimana foto diri hanya dilakukan sesekali dan biasa saja.

b. Orang-orang cenderung aktif dalam jejaring sosial dan juga dalam mengikuti perubahan dan perkemabangan zaman di bandingkan dengan dulu yang masih sedikit pengetahuan akan adanya inovasi teknologi. Sehingga mereka mengikuti trend yang sedang terjadi dengan seksama secara lebih antusias di bandingkan dulu.

c. Lebih ingin menunjukan kepada orang tentang apa yang terjadi pada dirinya (eksistensi dan aktualisasi) serta cenderung ingin mendapat pujian (reward) dari foto diri yang di unggah ke jejaring sosial dengan mudah dan cepat. Sebelumya seseorang harus memiliki sebuah prestasi yang membangakan untuk mendapat pujian dari orang lain.

(53)

memiliki dampak positif dan negatifnya. Menurut Syahbana (2014:43) ada banyak dampak positif dan negatif dari melakukanselfie,ialah sebagai berikut:

10.1 Dampak positif fotoselfieyang di unggah ke jejaring sosial

Beberapa dampak positif dari selfie dan mengunggahnya ke media jejaring sosial adalah sebagai berikut:

1. Dapat membuat hidup lebih bersemangat atau memengaruhi penikmatnya

Ada efek senang yang didapat dari mengunggah foto di dunia maya. Dengan berfoto selfiedan jika mengambilnya dengan wajah ceria maka itu akan membentuk karakter kita yang ceria. Jika dikemas dengan baik berselfie anda akan menemukan hal-hal indah dan menyenangkan. Saat foto tersebut di unggah ke jejaring sosial dan banyak orang yang akan melihatnya, maka foto tersebut tentu akan membuat penikmatnya menjadi lebih bersemangat karena ekspresi wajahnya memberikan aura positif.

Sebagai contoh adalah sebuah foto selfie seseorang yang sedang tersenyum manis seolah-olah memberikan senyuman bagi siapa saja yang melihat fotonya tersebut, tentu akan membuat siapa saja yang melihatnya juga ikut tersenyum dan merasa senang.

2. Bisa meningkatkan kepercayaan diri baik pada pelaku selfie maupun pada orang lain yang melihatnya

(54)
[image:54.612.114.303.260.347.2]

keseluruhan, bagaimana kita mengkonsepsikan diri kita secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena selfie yang di unggah di jejaring sosial akan menimbulkan berbagai komentar dari orang lain yang melihatnya. Jika memang banyak orang yang suka atau tertarik dengan foto tersebut maka akan menjadikan kepercayaan diri seseorang semakin baik.

Gambar 5. Fotoselfiemeningkatkan kepercayaan diri seseorang

(https://biodatafoto.wordpress.com/tag/foto/page/55/, di unduh pada 20 Januari 2015)

3. Menyebarkan pesan positif pada orang lain

(55)

wolipop.detik.com (2014) - Selain toilet, gym merupakan salah satu tempat yang paling disukai untuk fotoselfie. Memotret diri sendiri saat beraktivitas di gym ini biasa disebut Healthselfie, yaitu foto selfie yang diambil ketika

seseorang sedang berolahraga atau fitnes di gym.” (http://palingaktual.com/

[image:55.612.114.288.202.305.2]

895177/foto-selfie-saat-fitnes-jadi-kebiasaan-paling-menyebalkan-di-gym/, di unduh pada 20 Januari 2015)

Gambar 6. Fotoselfiememberikan pesan positif

(http://palingaktual.com/topic/fenomena-foto-selfie/page/22/, di unduh pada 20 Januari 2015

10.2 Dampak negatif fotoselfieyang di unggah ke jejaring sosial

Meski selfie yang di unggah ke jejaring sosial memiliki efek positif, namun ternyata juga memiliki efek negatif yang banyak. Berikut diantaranya:

1. Mengganggu orang lain

(56)

2. Menimbulkan fitnah dan ejekan terhadap diri

Sebuah foto yang menghangatkan dunia maya terjadi dalam upacara pemakaman Nelson Mandela di Afrika Selatan pada Desember 2013 lalu. Sinar kecerian yang ada di tengah-tengah suasana duka menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat yang ada. Presiden AS Barrack Obama, P.M Inggris David Cameron, dan P.M Denmark Helle Thorning justru sibuk melakuakn foto selfie dalam susana berduka tersebut. Sontak saja kejadian ini menjadi perhatian masyarakat dunia dan mendapat ejekan serta kritikan yang tajam dari masyarakat. Pernyataan tersebut seperti yang dikutip dari harian tempo.co berikut:

TEMPO.CO, Johannesburg (2013) – Upacara mengenang Mandela yang digelar di Stadion Soweto berlangsung khidmat. Sejumlah pemimpin dunia hadir dan menyampaikan pidato penghormatan terakhirnya. Namun, apa yang dilakukan Presiden AS Barrack Obama justru membuat dirinya dihujani banyak kritik. Akibat bernarsis dengan melakukan fotoselfiebersama Perdana Menteri Denmark Helle Thorning-Shcmidt dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, Obama langsung mendapat kritikan tajam dari sejumlah orang. (http://www.tempo.co/read/news/2013/12/11/119536492/Selfie-di-Pemakaman-Mandela-Obama-Dikritik-Tajam, di unduh pada 21 Januari 2015)

(57)
[image:57.612.116.383.109.193.2]

Gambar 7.Selfiemenuai berbagai kritikan

(http://news.detik.com/read/2013/12/12/104513/2439715/1148/fotografer-beberkan-kisah-di-balik-heboh-foto-selfie-obama?nd771104bcj, di unduh pada 21 Januari 2015)

3. Memengaruhi aksi pornografi di media jejaring sosial

Beberapa foto selfie yang di unggah ke media jejaring sosial dapat berakibat sebagai penyebaran pornografi. Kasus ini berawal dari foto-foto selfie yang di posting di Twitter. Masalahnya adalah foto diri yang di posting remaja 16 tahun ini adalah foto

telanjang tanpa busana. Atas kelakuannya itu, remaja ini dituduh telah mendistribusi foto pornografi anak. Seseorang tentu saja diperbolehkan mengunggah foto selfie dirinya di jejaring sosialnya, namun perlu diingat apabila foto tersebut mengandung SARA maka sudah tentu berdampak negatif bagi siapa saja yang melihatnya.

4. Obsesi oprasi plastik

(58)

plastik. Hal ini tentu saja karena banyak orang yang ingin tampak sempurna saat melakukan self portrait dan saat foto di unggah ke media sosial. Pernyataan ini seperti dikutip dalam harian online kompas.com berikut:

Setyani, Kompas.com(2014) - Obsesi untuk tampil cantik dan tampan di fotoselfiebukan hanya membuat banyak orang mengedit fotonya secara berlebihan. Yang lebih parah, di Amerika trenselfieini ditengarai ikut memicu kenaikan permintaan akan operasi plastik. The American Academy of Facial Plastic and Reconstructive Surgery (AAFPRS) mengungkapkan bahwa sepertiga dari 2.700 dokter anggotanya melihat peningkatan

permintaan operasi plastik pada tahun lalu. Hal ini tentu saja karena banyak orang ingin tampak sempurna saat melakukanselfiedan saat foto diunggah ke media sosial.”(http://female.kompas.com/read/2014/03/14/1127270/

Tren.Selfie.Picu.Peningkatan.Operasi.Plastik, di unduh pada 21 Januari 2015)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwaselfiebenar-benar memicu kenaikan oprasi plastik. Kegiatan ini dilakukan guna tampil sempurna saat melakukan selfiedi depan kamera dan kemudian mengunggahnya ke jejaring sosial. Selebihnya mereka akan semakin percaya diri dalam menjalankan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

5. Dapat mengundang kejahatan

Foto selfie yang disebarkan ke jejaring sosial dapat mengundang kejahatan. Tidak sedikit wanita yang berselfiedengan pakaian seksi sehingga memengaruhi orang lain untuk memanfaatkan peluang itu. Ini perlu diperhatikan terutama untuk orang yang tidak memiliki pekerjaan. Seperti penjelasan psikolog Kasandra melalui walipop.detik.com berikut:

(59)

fokus melakukan selfie. Itu sangat mudah dimanfaatkan untuk kejahatan, karena dia hanya fokus kepada satu yaitu dandan dan selfie," tutur Kasandra (http://wolipop.detik.com/read/2014/02/07/130826/2490218/852/hati-hati-5-dampak-buruk-yang-bisa-terjadi-karena-pamer-foto-selfie, di unduh pada 21 Januari 2015).

Sebaiknya kita lebih bijak dan berhati-hati saat melakukan selfie agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan diri kita sendiri. Kejahatan melalui selfieini memang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

6. Fotoselfieyang di unggah ke media sosial dapat merugikan orang lain

Maksudnya adalah, jika seseorang menyebarkan foto selfie ke akun media sosial pribadinya dan foto tersebut kini bisa berkembang menjadi Picture Exchange Affair. Tidak menutup kemungkinan bahwa foto tersebut digunakan untuk merugikan orang lain. Biasanya sepasang kekasih akan lebih sering bertukar foto dan bisa jadi foto tanpa busana pun ikut menjadi hal yang saling ditukarkan. Bisa saja setelah mereka tidak menjalin hubungan lagi maka foto tersebut akan di unggah ke jejaring sosial dan merugikan pelaku dalam foto tersebut.

(60)

B. Landasan Teori 1. Teori Diffusi Inovasi

Landasan Teori (Graunded theory) ini di presentasikan pertama kali oleh Gleser dan Strauss dalam bukunya yang berjudul The Discovery of Graunden Theory (1967). Para peneliti dalam lapangan-lapangan praktisi seperti pendidikan, kerja sosial, dan perawatan telah semakin menggunakan prosedur grounded theory ini sendiri atau dalam hubungannya dengan metodologi-metodologi yang lain (Denzin & Lincoln, dalam Jiwandono 2014:31).

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian tentang “Trend Selfie di Jejaring

Sosial” ini adalah teori difusi inovasi (Diffusion of Innovations) oleh Everett M

Rogers. Dalam teori ini menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers, yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system” atau dalam bahasa

indonesianya adalah ”proses sosial yang mengomunikasikan informasi tentang ide

baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian

perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.” Lebih jauh dijelaskan

bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers

(61)

creation to its ultimate users or adopters.” (https://wsmulyana.wordpress.com/ tag/everett-m-rogers/, di unduh pada 23 Maret 2015).

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orangitu. Konsep “baru”dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

2. Saluran komunikasi; “alat” untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber

kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

(62)

awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem

sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents). (https://wsmulyana.wordpress.com/tag/everett-m-rogers/, di unduh pada 23 Maret 2015).

(63)

2. Teori Interaksi simbolik

Dalam konteks komuniksi interpersonal, interaksi simbolik menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Selain itu, seseorang akan menjadi manusiawi hanya melalui interaksi dengan sesamanya. Interaksi yang terjadi antara manusia akan membentuk masyarakat. Manusia secara aktif membentuk perilakunya sendiri. (Kuswarno, 2009).

Ketika membahas mengenai teori interaksi simbolik, kita juga tidak bisa lepas dari membahas mengenai konsep diri. Konsep diri merupakan pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sebagai hasil dari hubungan dengan orang lain. Persepsi ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis (Rakhmat, 2005).

Mead menjelaskan tiga konsep dasar teori interaksi simbolik, yaitu:

1. Pikiran (Mind)

(64)

pengalaman dan membayangkannya dari perspektif orang lain (West-Turner, 2009).

2. Diri (Self)

Mead mendefenisikan diri (self) sebagai kemampuan untuk mereflekasikan diri kita sendiri dari perspektif orang lain. Diri berkembang dari cara seseorang membayangkan dirinya dilihat oleh orang lain atau kita melihat diri kita sendiri dalam pantulan dari pandangan orang lain. Hal ini sebagai cermin diri (looking glass self), yang merupakan hasil pemikiran dari Charles Horton Cooley (West-Turner, 2009).

Menurut Mead, melalui bahasa orang mempunyai kemampuan untuk menjadi

subjek dan objek bagi dirinya sendiri. Sebagai subjek (“I” atau “Aku”) kita

bertindak, bersifat spontan, impulsif, serta kreatif; dan sebagai objek

(“Me” atau Daku), kita mengamati diri kita sendiri bertindak, bersifat

reflektif dan lebih peka secara sosial (West-Turner, 2009). 3. Masyarakat (Society)

(65)

Pemikiran interaksi simbolik ini menjadi dasar untuk menjelaskan bagaimana makna atas simbol-simbol yang pelaku selfie pahami dan pikirkan dalam menentukan tindakan yang pelakuselfie lakukan. Makna atas simbol yang pelakuselfiepahami akan semakin sempurna karena adanya interaksi di antara sesama remaja pelaku selfie. Simbol-simbol yang pelaku selfie ciptakan, pikirkan dan pahami merupakan bahasa yang mengikat aktivitas di antara pelaku selfie dan dengan kelompok di luar kelompok pelaku selfie. Pandangan interaksi simbolik membantu menjelaskan bagaimana pelaku selfie memandang dirinya sendiri maupun pandangan orang lain terhadap dirinya dalam memahami ataupun menilai dirinya sendiri.

C. Kerangka Berpikir

Masyarakat selalu dekat dengan konsep globalisasi dan kemajaun zaman. Di era abad ke 21 ini manusia semakin tumbuh dengan baik dan berkompeten. Pemikiran-pemikiran dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki semakin berkembang dengan baik. Berbagai penemuan-penemuan baru yang semakin mempermudah masyarakat dalam melakukan aktivitasnya semakin berkembang.

(66)

Munculnya aneka inovasi baru ini memberikan kemudahan dan juga kepraktisn tersendiri bagi masyarakat selaku penikmat inovasi tersebu.

Kemunculan berbgai inovasi dari penemuan para ahli ini juga memberikan beberapa efek yang kini menjadi suatu hal yang sangat fenomena di masyarakat dunia. Tentu saja hal ini di ikuti juga dengan munculnya media jejaring sosial di dunia maya yang begitu banyak dan mencuat kepermukan. Selfie, sebuah kata baru yang diartikan sebagai kegiatan memfoto diri sendiri yang umumnya banyak dilakukan melalui kamerasmartphonekemudian di unggah kejejaring sosial atau media sosial. Memang selfie tidak hanya dilakukan melalui telepon pintar saja, kamera dan webcame juga dapat membantu, namun kebanyakan orang lebih menggunakan kamera yang ada pada telepon pintar ataugadgetmereka sepertiipad,tablet dan tabkarena dirasa lebih mudah dan praktis. Kegiatan ini menjadi trend baru ditengah masyarakat yang semakin berkembang. Setiap orang disinyalir pernah melakukan sebuahselfiebaik itu di unggah maupun tidak di jejaring sosialnya.

(67)

Perubahan gaya hidup seseorang bisa terjadi karena mereka menggilai selfie secara keseluruhan dan melakukan kegiatan ini dimana saja tanpa merasa aneh dan juga malu. Masyarakat dituntut menjadi lebih konsumtif dari sebuah foto selfie demi sebuah pujian yang akan mereka peroleh nantinya. Berbagai hal yang sifatnya kekinian menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka para penggilaselfiesendiri.

Segala sesuatu hal di dunia ini tentunya memiliki berbagai dampak yang ada di dalamnya, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Selfie juga memiliki dampak positif dan juga negatif. Sejatinya memang tidak ada yang salah dalam melakukan sebuah selfie, namun karena manusia terlalu aktif dan kreatif keg

Gambar

Gambar 1. Anastasia Nikoleavna
Gambar 2. Robert Cornelius
Gambar 4. Contoh selfie yang di unggah ke akun jejaring sosial
Gambar 5. Foto selfie meningkatkan kepercayaan diri seseorang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari sisi impor, hubungan antara variabel net eksport dengan FDI tidak mempengaruhi, hal ini mungkin disebabkan karena aliran barang yang ada dalam

Kolam renang pintar merupakan kolam renang yang dapat mendeteksi nilai kekeruhan dan nilai ketinggian dari air kolam renang serta dilengkapi dengan sistem monitoring kekeruhan

Membaca merupakan kegiatan menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran

Berdasarkan data hasil uji coba lapangan, kemudian modul matematika diskrit berbantuan software wxMaxima ( prototipe III) direvisi menjadi prototipe IV (prototipe final)

Hal ini membuktikan hipotesis yang menyatakan dengan motivasi karir yang tinggi atau wawasan karir, identitas karir, dan ketahanan karir yang dipersepsikan tinggi

Strategi yang dilakukan tutor dalam menyiasati banyaknya modul untuk tiap jumlah SKS matakuliah 2 SKS (6 modul), 3 SKS (9 modul), dan 4 SKS (12 modul) adalah dengan

Mata kuliah IDIK4010 Komputer dan Media Pembelajaran, adalah salah satu mata kuliah wajib yang harus diambil oleh mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Menurut Diharjo (2012), yang melakukan analisis pemilihan jenis partikel terbaik untuk pembuatan komposit partikel yang memiliki ketahanan api dan kekuatan mekanis