• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING UNTUK STRUKTUR PELAT KONVENSIONAL DAN METAL DECK DITINJAU DARI SISI TEKNIS DAN BIAYA PADA PROYEK GEDUNG SENTRA ELEKTRONIK STUDY OF THE USE OF SCAFFOLDING FOR CONVENTIONAL PLATE STRUCTURE AND METAL DECK CONSIDER FROM TECHNICAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING UNTUK STRUKTUR PELAT KONVENSIONAL DAN METAL DECK DITINJAU DARI SISI TEKNIS DAN BIAYA PADA PROYEK GEDUNG SENTRA ELEKTRONIK STUDY OF THE USE OF SCAFFOLDING FOR CONVENTIONAL PLATE STRUCTURE AND METAL DECK CONSIDER FROM TECHNICAL"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KAJIAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING UNTUK STRUKTUR PELAT KONVENSIONAL DAN METAL DECK DITINJAU DARI SISI TEKNIS

DAN BIAYA PADA PROYEK GEDUNG SENTRA ELEKTRONIK

Oleh

INTAN PURTIAWATI

Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus bertranformasi dari teknik konvensional menjadi teknik yang lebih modern. Perancah merupakan salah satu perkerjaan konstruksi yang mengalami pekembangan. Dahulu perancah yang digunakan dalam bidang konstruksi terbuat dari kayu atau bambu, namun untuk pekerjaan kosntruksi saat ini telah banyak yang menggunakan perancah yang terbuat dari pipa baja yang disebut dengan istilah scaffolding.

Scaffolding adalah perancah yang terbuat dari material pipa baja dan merupakan produk pabrikasi yang terdiri dari beberapa komponen utama sehingga pekerjaan perangkaiannya dapat dikerjakan di proyek konstruksi. Proyek pembangunan gedung Sentra Elektronik merupakan salah satu proyek konstruksi di Bandar Lampung yang direncanakan akan menggunakan scaffolding sebagai perancahnya. Permodelan yang dilakukan diambil dari bentang pelat lantai terbesar yaitu 6 x 6 meter dengan desain 4 scaffolding dalam satu bentang balok sehingga menimbulkan beban maksimum sebesar 2923,42 kg. Selain itu, pada proyek ini juga akan meninjau penggunakan multiplek pada bekisting balok, dan penggunakan multiplek atau metal deck sebagai bekisting pada pekerjaan pelat lantainya sehingga dapat diketahui perbandingan harga pekerjaan untuk /m2. Pekerjaan yang menggunakan bekisting multiplek pada pekerjaan pelat lantainya mengabiskan biaya sebesar Rp. 1.611.951,-/m2. Untuk pekerjaan pelat lantai yang menggunakan metal deck membutuhkan biaya sebesar Rp. 1.111.873,-/m2. Biaya tersebut sudah mencakup biaya pembetonan, pembesian, bekisting, dan juga

scaffolding.

(2)

ABSTRACT

STUDY OF THE USE OF SCAFFOLDING FOR CONVENTIONAL PLATE STRUCTURE AND METAL DECK CONSIDER FROM TECHNICAL SIDE

AND COST ON SENTRA ELEKTRONIK BUILDING PROJECT

by

INTAN PURTIAWATI

Technological developments in the field of construction continues to be transformed from a conventional technique into modern techniques. Scaffold is one of the jobs construction which is experiencing developmental. Formerly scaffolding used in the construction field made of wood or bamboo, but for a construction job at this time has use many scaffolds made of steel pipes which are known as scaffolding.

Scaffolding is a scaffold made of steel pipe material and manufactured products which are made up of several major components so that the coupling can be done on construction projects. Sentra Elektronik building project is one of the construction projects in Bandar Lampung which planned to use scaffolding as a scaffold. Modelling conducted on the largest span of floor plate (6 x 6 meters) with 4 scaffolding designs in a single span beam and the result a maximum load of 2923.42 kg. In addition, the project will also review the use of multiplex on beam formwork, and the use of multiplex or metal deck as the floor slab formwork on the job so we can know the price comparison work for per m2. The jobs which is using Formwork multiplex as the floor plate spends cost of Rp. 1.611.951,-/m2. For a job that uses a metal deck floor plate requires a cost of Rp. 1.111.873, -/m2. All of the cost included by the concrete work, reinforcing metal, formwork, and scaffolding.

(3)

KAJIAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING UNTUK STRUKTUR PELAT KONVENSIONAL DAN METAL DECK DITINJAU DARI SISI TEKNIS

DAN BIAYA PADA PROYEK GEDUNG SENTRA ELEKTRONIK

(Skripsi)

Oleh

INTAN PURTIAWATI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KAJIAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING UNTUK STRUKTUR PELAT KONVENSIONAL DAN METAL DECK DITINJAU DARI SISI TEKNIS

DAN BIAYA PADA PROYEK GEDUNG SENTRA ELEKTRONIK

Oleh

INTAN PURTIAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Main Frame ... 9

Gambar 2.2 Cross Brace ... 10

Gambar 2.3 Jack Base ... 10

Gambar 2.4 Joint Pin ... 11

Gambar 2.5 Catwalk atau Deck atau Platform ... 11

Gambar 2.6 U-Head ... 12

Gambar 2.7 Tes Beban untuk Frame TFR-A1217B ... 15

Gambar 2.8 Beban Kerja Aman pada Komponen Jack (Safety Factor = 3,5) 16 Gambar 2.9 Reduksi Kekuatan Berdasarkan Letak Beban Diatas Frame ... 16

Gambar 2.10 Metal Deck ... 21

Gambar 2.11 Horry Beam ... 22

Gambar 2.12 Tampak Perpektif Horry Beam ... 23

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 26

Gambar 4.1 Menentukan Satuan ... 29

Gambar 4.2 Pemilihan Grid Only pada New Model ... 30

Gambar 4.3 Pengeditan Jarak-Jarak Grid ... 31

Gambar 4.4 Menentukan Material Bahan Rencana ... 31

Gambar 4.5 Menentukan Define Load Patterns ... 32

(6)

xvii

Gambar 4.7 Kombinasi Pembebanan 2 ... 33

Gambar 4.8 Menentukan Frame Section Property Type yang Digunakan ... 34

Gambar 4.9 Menentukan Ukuran Penampang untuk Kolom ... 34

Gambar 4.10 Menentukan Ukuran Penampang untuk Balok ... 35

Gambar 4.11 Menentuan Tumpuan Bangunan ... 35

Gambar 4.12 Menentukan Material dan Tebal Pelat ... 36

Gambar 4.13 Menambahkan Beban Tambahan Untuk Daerah Balok ... 36

Gambar 4.14 Menambahkan Beban Multiplek pada Area Pelat ... 37

Gambar 4.15 Menambahkan Beban Floor Deck pada Area Pelat ... 37

Gambar 4.16 Menentukan Mesh Area ... 38

Gambar 4.17 Melakukan Set Analysis Options ... 38

Gambar 4.18 Melakukan Running pada Model Struktur ... 39

Gambar 4.19 Struktur yang Menggunakan Multiplek Setelah Proses Running ... 39

Gambar 4.20 Struktur yang Menggunakan Floor Deck Setelah Proses Running ... 39

Gambar 4.21 Denah Balok yang akan Ditinjau Transfer Pembebanan ... 40

Gambar 4.22 Permodelan Struktur 6 x 6 Meter ... 42

Gambar 4.23 Lendutan yang Terjadi Akibat Pembebanan ... 42

Gambar 4.24 Rencana Peletakan 3 Scaffolding pada Balok ... 43

Gambar 4.25 Rencana Peletakan 4 Scaffolding pada Balok ... 44

Gambar 4.26 Permodelan dengan Menggunakan 3 Tumpuan ... 45

Gambar 4.27 Permodelan dengan Menggunakan 4 Tumpuan ... 46

Gambar 4.28 Permodelan Scaffolding Sebagai Support ... 49

(7)

xviii

(8)

DAFTAR ISI

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 4

C. Pembebanan Scaffolding ... 13

D. Bekisting Konvensional ... 17

E. Metal Floor Deck ... 20

F. Horry Beam ... 22

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Studi Kasus ... 24

B. Pendekatan Penelitian ... 24

C. Cara dan Tahapan Penelitian ... 25

1. Pengumpulan Data ... 25

(9)

xv

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum ... 27

B. Kriteria Desain ... 27

C. Analisis Struktur ... 29

1. Permodelan Struktur Bangunan dan Pembebanan ... 29

2. Memberikan Joint Reaction pada Struktur ... 40

3. Memodelkan Scaffolding sebagai Support ... 48

4. Estimasi Biaya untuk Kebutuhan Scaffolding ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ukuran Perancah Kayu atau Bambu ... 8

Tabel 2.2 Kapasitas Aman Terhadap Daya Dukung Landasan ... 16

Tabel 2.3 LYSAGHT SMARTDEK Section Properties ... 21

Tabel 2.4 SMARTDEK Span Table (Formwork Stage) ... 22

Tabel 4.1 Nilai Lendutan pada Bekisting Multiplek dan Metaldeck dengan 3 Scaffolding ... 46

Tabel 4.2 Nilai Joint Reaction pada Bekisting Multiplek dan Metaldeck dengan 3 Scaffolding ... 47

Tabel 4.3 Nilai Lendutan pada Bekisting Multiplek dan Metaldeck dengan 4 Scaffolding ... 47

Tabel 4.4 Nilai Joint Reaction pada Bekisting Multiplek dan Metaldeck dengan 4 Scaffolding ... 48

Tabel 4.5 Tabel Perhitungan Volume Pembetonan ... 51

Tabel 4.6 Tabel Perhitungan Berat Besi ... 52

Tabel 4.7 Analisa Harga Satuan Upah, Bahan, dan Alat ... 54

(11)

Judul Skripsi : KAJIAN PENGGUNAAN SCAFFOLDING UNTUK STRUKTUR PELAT

KONVENSIONAL DAN METAL DECK DITINJAU DARI SISI TEKNIS DAN BIAYA PADA PROYEK GEDUNG SENTRA

ELEKTRONIK

Nama Mahasiswa : Intan Purtiawati

No. Pokok Mahasiswa : 0815011067 Jurusan : Teknik Sipil Fakultas : Teknik

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Kristianto Usman, S.T., M.T. Bayzoni, S.T., M.T. NIP 19720513 200312 1 002 NIP 19730514 200003 1 001

2. Ketua Jurusan Teknik Sipil

(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Kristianto Usman, S.T., M.T. ……....…...

Sekretaris : Bayzoni, S.T., M.T. .……….....

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Dwi Herianto, M.T. ……….....

2. Dekan Fakultas Teknik

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A NIP 19650510 199303 2 008

(13)

SANWACANA

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Penggunaan scaffolding untuk Struktur Pelat Konvensional dan Metal Deck Ditinjau dari Sisi Teknis dan Biaya pada Proyek Gedung Sentra Elektronik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr.Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. , selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Bapak Kristianto Usman, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, memberikan bimbingan, dan saran selama penyusunan skripsi ini.

(14)

5. Bapak Ir. Dwi Herianto, M.T., selaku Dosen Penguji, yang telah memberikan kritikan dan masukan yang luar biasa untuk menyempurnakan skripsi ini. 6. Bapak Fikri Alami, S.T., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademk (PA),

terima kasih atas masukan, saran, dan kritikannya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa, dan juga untuk Bapak Ir. Priyo Pratomo, M.T. selaku Dosen PA penulis saat ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, terima kasih atas ilmu, nasehat, serta bimbingannya selama ini.

8. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

9. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta. Terima kasih atas doa, pengorbanan, cinta dan kasih sayang, motivasi, serta dukungan yang tidak akan pernah terbayarkan seumur hidupku.

10. Adikku tersayang Dea Muli Leonora dan seluruh keluarga besarku. Terima

kasih atas do’a, dukungan, bantuan, perhatian yang diberikan.

11. Teman, Saudara, dan Keluarga baruku Teknik Sipil angkatan 2008, terima kasih untuk semua kebersamaan, cerita suka dan duka, kekompakan, serta bantuan selama ini. Kalian bisa jadi bukti bagi Penulis bahwa masa kuliah bukanlah masanya untuk menjadi indivualis. Semoga Sipil 2008 tetap bisa kompak dan sukses setelah ini.

12. Kakak tingkat serta Adik tingkat Teknik Sipil 2006 sampai 2012 terima kasih atas motivasi dan segala bantuan selama ini.

(15)

Apabila terdapat kekurangan dalam penulisan maupun pada penyusunan, maka peneliti selalu membuka sumbang saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun dalam menyempurnakan penyajian skripsi ini. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, April 2013 Penulis,

(16)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah:

Nama : Intan Purtiawati NPM : 0815011067 Prodi/ Jurusan : S1/ Teknik Sipil

Fakultas : Teknik Universitas Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, April 2013

(17)

PERSEMBAHAN

Sembah dan syukurku kepada Allah SWT

yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya

padaku.

Sebagai wujud rasa cinta, kasih dan sayang

serta baktiku yang tulus

Kupersembahkan karya ini kepada :

Ayah dan Ibunda tercinta

Yang telah memberikan dukungan

dan do

a serta harapan atas keberhasilanku

Adik dan Keluarga besarku tersayang

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 21 September 1990, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Napoleon dan Ibu Sunaryati. Penulis memiliki satu orang adik perempuan bernama Dea Muli Leonora. Penulis dibesarkan dengan penuh perhatian, pendidikan dan kasih sayang yang sangat berlimpah.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Giriklopomulyo Sekampung pada tahun 2002, di sekolah dasar penulis mengikuti lomba siswa berprestasi bidang Bahasa Indonesia dan mendapatkan juara ketiga tingkat Kecamatan. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Metro dan selesai pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Metro dan selesai pada tahun 2008. Di SMA N 4 Metro penulis menjadi anggota pengurus untuk ektrakurikuler pramuka, marchingband, dan paduan suara.

(19)

pengurus di Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) pada tahun 2010. Di bidang akademik penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Mekanika Fluida pada tahun 2010, dan Manajemen Konstruksi pada tahun 2012. Penulis juga mengikuti les AUTOCAD 2008. Penulis melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Way Kanan Kecamatan Way Tuba Desa Beringin Jaya pada tahun 2012 selama empat puluh hari. Setelah melakukan KKN penulis melaksanakan kerja praktek di Proyek Pembangunan Gedung Showroom,

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang konstruksi merupakan salah satu bidang yang terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Banyak teknologi modern dikembangkan untuk mempermudah pekerjaan konstruksi, dan mulai meninggalkan teknologi konvensional. Perancah merupakan salah satu pekerjaan dalam bidang konstruksi yang mengalami perkembangan dari perancah konvensional menjadi perancah yang lebih modern atau biasa disebut scaffolding. Dengan semakin berkembangnya teknologi konstruksi ini diharapkan dapat tercapai konstruksi yang tepat mutu, tepat guna, tepat waktu pengerjaan, dan dengan biaya seefisien mungkin.

(21)

2

akan mempengaruhi jarak antar scaffolding sebagai penyangganya. Kebutuhan scaffolding untuk pelat lantai yang menggunakan bekisting sebagai cetakan lantainya akan lebih banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan scaffolding untuk pelat lantai yang menggunakan metal deck. Perbedaan ini dapat disebabkan karena material kedua bahan ini berbeda, bekisting terbuat dari triplek dan metal deck terbuat dari baja, dimana kekuatan yang dapat ditahan baja dapat lebih besar bila dibandingkan dengan kekuatan kayu dengan ukuran yang sama. Maka dengan ini penulis akan mengangkat judul penelitian “Kajian Penggunaan Scaffolding untuk Struktur Pelat Konvensional dan Metal Deck ditinjau dari sisi teknis dan biaya pada Proyek Gedung Sentra Elektronik”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Keterbatasan bahan material kayu atau bambu yang saat ini mulai sulit untuk diperoleh, terlebih untuk di daerah perkotaan.

2. Ukuran material yang semakin terbatas jika masih menggunakan material perancah konensional.

3. Efektifitas jumlah scaffolding yang digunakan untuk mendukung konstruksi yang menggunakan bekisting multiplek dan konstruksi yang menggunakan metal deck.

4. Waktu pengerjaan dapat lebih cepat jika menggunakan scaffolding

(22)

3

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas guna lebih memfokuskan dalam proses penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada Proyek Pembangunan Gedung Sentra Elektronik yang akan dibangun di Jalan Sultan Agung, Way Halim, Bandar Lampung.

2. Jumlah scaffolding yang dibutuhkan untuk mendukung konstruksi yang menggunakan bekisting multiplek dan konstruksi yang menggunakan

metal deck.

3. Pola peletakan pemasangan scaffolding pada Proyek Gedung Sentra Elektronik.

4. Perhitungan biaya penggunaan scaffolding untuk konstruksi yang menggunakan bekisting multiplek dan konstruksi yang menggunakan

metal deck.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membandingkan kebutuhan jumlah scaffolding yang digunakan untuk bekisting balok dan pelat lantai konvensional (multiplek) dengan bekisting balok multiplek dan bekisting pelat lantai metal deck.

2. Memperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan untuk kebutuhan

scaffolding.

(23)

4

E. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keefektifan penggunaan scaffolding untuk bekisting multiplek dan metal deck dalam suatu konstruksi.

2. Menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perancah

Perancah merupakan suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi sementara yang memungkinkan pelaksanaan konstruksi permanen setelahnya.

Istilah “perancah” sering disamakan dengan “scaffolding” sejak zaman

Shakespeare ketika mulai menggunakan kuda-kuda pada saat mendirikan pelat. Perancah sudah digunakan selama 5000 tahun, sejak manusia ingin membangun sesuatu yang lebih tinggi daripada yang dapat mereka capai (Robert T. Ratay, 1996).

(25)

6

Pada abad pertengahan, orang menjadi lebih mahir dalam merancang dan menggunakan perangkat mekanis yang lebih kompleks: misalnya mengubah pohon yang masih kasar menjadi tiang yang telah halus yang disatukan dengan pengikat yang lebih tahan lama, yang terbuat dari lilitan atau anyaman dari serat rami. Jauh di daerah timur, penggunaan tiang bambu berongga masih banyak digunakan secara luas. Dimana sambungannya dibuat dengan bilahan kulit bambu yang masih basah dan kemudian diikat, yang nantinya akan menjadi ikatan sambungan yang cukup kaku ketika kering (Robert T. Ratai, 1996). Perancah dari bambu atau kayu ini biasanya digunakan untuk membangun rumah ataupun bangunan yang tidak terlalu tinggi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan pembangunan dan teknologi, pengetahuan tentang kekuatannya dan kepedulian manusia terhadap lingkungan, orang-orang mulai beralih menggunakan perancah yang terbuat dari besi karena lebih praktis, mudah didapat, dapat digunakan untuk berulang kali, dan dapat digunakan untuk bangunan yang lebih tinggi.

Pengertian perancah, menurut Peraturan Menakertrans No.1 Per/Men/1980 tentang Keselamatan Kerja dan Konstruksi Bangunan, perancah (scaffold) adalah bangunan peralatan (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan dan pemeliharaan.

(26)

7

tukang yang membangun gedung, memasang sesuatu, atau mengadakan pekerjaan pemeliharaan.

B. Material Perancah

Perancah merupakan struktur sementara yang penggunaannya dilakukan bersama-sama dengan bekisting untuk menahan balok, pelat lantai, pelat atap dan bagian-bagian bangunan lainnya. Dengan semakin banyak penggunaan perancah dalam suatu pembangunan konstruksi, maka jenis material yang digunakan sebagai perancah itu sendiripun makin berkembang sesuai kebutuhan. Material untuk perancahdapat dibuat menggunakan material alam ataupun buatan pabrik.

1. Material Alam (Bambu atau Kayu)

Bambu atau kayu adalah jenis material perancah yang banyak digunakan pada pekerjaan konstruksi terdahulu dan bahkan masih tetap digunakan hingga kini, akan tetapi lebih terbatas untuk bangunan rumah ataupun bangunan yang tidak terlalu tinggi dan berat. Perancah dari bambu atau

kayu pada bagian pangkalnya haruslah berukuran > Ø 7 cm atau kayu

berukuran 5 x 7 cm agar cukup mampu menahan faktor tekuk yang ditimbulkan. Bambu yang digunakanpun haruslah bambu tua yang biasanya berwarna kuning jernih atau hijau tua, berserat padat, berbintik-bintik putih pada pangkalnya, permukaannya mengkilat, dan pada bagian buku-bukunya tidak boleh pecah.

(27)

8

tidah bergeser. Selain itu, tiang perancah diikat pada setiap batang pegangan dan batang memanjang horizontal untuk lantai kerja perancah sehingga kekuatan perancah lebih terjamin. Papan yang digunakan sebagai lantai kerja perancah harus dipotong sejajar dengan serat kayu agar mampu menahan beban dengan tebal minimal 8 mm. Jarak antara dinding bangunan dengan papan lantai kerja tidak boleh melebihi 30 cm.

Tabel 2.1 Ukuran Perancah Kayu atau Bambu

Jarak antara tiang perancah 1,4 m 1,9 m 2,4 m Sumber : Heinz Frick, 2002

2. Material Pabrik

Perancah yang terbuat dari material pipa baja dan merupakan produk pabrikasi lebih dikenala dengan istilah scaffolding. Scaffolding merupakan dibuat di pabrik tetapi dapat dirangkai di lokasi pembanguan konstruksi karena terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen yang ada dalam satu scaffolding adalah rangka main frame atau walk thru frame,

diagonal bracing atau cross brace, adjustable jack atau jack base, brace locking (pen), joint pin, catwalk atau deck atau platform, dan U-head. a. Main Frame

Main frame adalah bagian dari scaffolding yang berperan sebagai komponen utama yang terdiri dari berbagai macam tipe ukuran. Fungsi

(28)

9

frame belum mencukupi kebutuhan tinggi bangunan, maka dapat ditambahkan main frame lagi di atasnya (arah vertikal), dan jika lebar

main frame belum memenuhi kebutuhan bangunan maka dapat ditambahkan lagi main frame ke sisi sampingnya (arah horizontal).

Gambar 2.1 Main Frame

b. Diagonal bracing atau cross brace

Merupakan bagian dari kelengkapan scaffolding yang berfungsi untuk memberikan jarak horizontal antar main frame sekaligus sebagai pengaku scaffolding agar tidak goyang. Cross brace merupakan 2 pipa yang saling bersilangan yang dihubungkan bagian tengahnya, digunakan sebagai pengikat antara masing-masing main frame sehingga

main frame dapat berdiri tegak. Selain itu, cross brace juga dapat mengurangi faktor tekuk yang terjadi pada standard scaffolding

(29)

10

relative mudah yaitu dengan memasukkan pen yang ada di tiap-tiap

frame ke lubang yang tersedia pada cross brace kemudian dikunci dengan brace locking yang ada di badan main frame.

Gambar 2.2 Cross Brace

c. Adjustable jack atau jack base

Merupakan bagian dari scaffolding yang berfungsi sebagai kaki dari

main frame yang dapat pula diatur ketinggiannya untuk menambah ketinggian scaffolding sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Jack base ini juga berfungsi sebagai bagian yang meratakan ketinggian

scaffolding agar main frame dapat bediri dengan ketinggian yang rata.

(30)

11

d. Brace locking

Terletak di badan main frame yang memiliki fungsi sebagai pengunci antara main frame dan cross brace sehingga kedua bagian tersebut dapat terikat.

e. Joint pin

Berfungsi sebagai penyambung dan pengunci antar suatu main frame

dengan main frame di atasnya.

Gambar 2.4 Joint Pin

f. Catwalk atau deck atau platform

Merupakan bagian dari scaffolding yang berfungsi sebagai tempat berpijak antar main frame yang digunakan untuk akses para pekerja.

Gambar 2.5 Catwalk atau Deck atau Platform

g. U-head

(31)

12

bekisting ke scaffolding) yang juga dapat diatur ketinggiannya sama seperti adjustable jack atau jack base. Bagian ini disebut U-head karena bentuknya yang menyerupai huruf U dan dipasang di bagian atas. Dalam pemasangannya, pipa screw u-head disambungkan ke main frame kemudian dikunci, sedangkan bagian yang berbentuk U dipasangkan balok suri (balok perantara) yang lebarnya sesuai dan pas dengan ukuran u-head yang digunakan yang nantinya akan dipasangkan bekisting di bagian atasnya.

Gambar 2.6 U-Head

Scaffolding ini digunakan bertujuan untuk menyediakan akses sementara atau akomodasi bagi pekerja yang bekerja di atas ketinggian (access), dan juga untuk menyediakan struktur sementara bagi bangunan di atasnya (support).

Syarat yang harus dipenuhi untuk penggunaan scaffolding ialah :

(32)

13

2. Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor secara berurutan, maka lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menambahkan scaffold diperpanjangannya sebaik mungkin. 3. Tempat dari perancah harus dipilih sedemikian rupa sehingga

beban-beban dapat terbagi secara merata. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis

scaffolding yang timbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah.

Perencanaan penggunaan scaffolding haruslah memenuhi dari aspek bisnis dan juga dari aspek teknologi, yang mana harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Ekonomis. 2. Kuat dan kokoh.

3. Tempat berpijak harus kuat. 4. Mudah dipasang dan dibongkar.

5. Hubungan antara scaffolding dan tempat berpijaknya harus sempurna. 6. Sambungan-sambungan yang ada harus sempurna.

C. Pembebanan Scaffolding

Pembebanan pada scaffolding tergantung dari fungsi scaffolding itu sendiri, apakah scaffolding tersebut berfungsi sebagai access atau berfungsi sebagai

temporary support. Jika scaffolding yang akan direncanakan berfungsi sebagai access, maka beban yang perlu diperhitungkan hanya berat sendiri

(33)

14

jika scaffolding yang akan direncanakan berfungsi sebagai temporary support, maka beban yang perlu diperhitungkan adalah seluruh berat struktur di atasnya termasuk cetakan atau bekistingnya.

Secara umum, scaffolding yang didesain pihak produsen penyedia memiliki nilai faktor keamanan minimum 4. Artinya, scaffolding dan komponen-komponennya harus mampu mendukung beban setidaknya 4 kali dari beban maksimum yang dimaksudkan. Terdapat 3 cara untuk memenuhi persyaratan tersebut, yaitu :

1. Dengan mengalikan 4 kali dari beban yang direncanakan.

2. Membuat contoh bangunan atau prototype sesuai dengan perencanaan dan melakukan uji pembebanan dengan menggunakan beban yang 4 kali lebih besar daripada beban yang digunakan.

3. Desain awal untuk data yang akan dilaksanakan harus sama seperti data yang dihasilkan dari konfigurasi scaffolding pada cara dua.

Adapun beban rencana yang dapat diterima oleh platform scaffolding sesuai dengan kriteria dan yang umum digunakan selama bertahun-tahun oleh OSHA dan ANSI adalah sebagai berikut (Robert T. Ratai, 1996):

1. Light duty loading (beban ringan) maksimum yang mampu ditopang sebesar 1200 N/m2 untuk menopang pekerja dan alat-alat (tidak ada peralatan atau persediaan material pada platform).

(34)

15

3. Heavy duty loading (beban berat) maksimum yang mampu ditopang

platform sebesar 3600 N/m2 untuk menyokong pekerja dan persediaan material.

Berdasarkan data teknik yang dikeluarkan oleh pihak produsen TOYO SCAFFOLD, dapat diketahui bahwa frame toyo dibuat dari baja karbon struktural dengan bagian utama penopang beban berdiameter luar 43 mm dan ketebalan 2,5 mm. Beban maksimum yang dapat ditopang per kaki

scaffolding (safety factor = 2) :

1. 2500 kg per kaki untuk tipe frame A1217B, A1215, TFR-A1215L, TFR-A1212L, TFR-A1209L, TFR-1204L.

2. 2250 kg pe kaki untuk tipe frame TFR-A1219. 3. 1800 kg per kaki untuk frame TFR-A0922.

(35)

16

Gambar 2.8 Beban Kerja Aman pada Komponen Jack (Safety Factor = 3,5)

Gambar 2.9 Reduksi Kekuatan Berdasarkan Letak Beban Diatas Frame

Selain pembebanan, jenis landasan untuk menopang scaffolding juga harus diperhatikan, apakah daya dukung landasannya mampu untuk menopang beban keseluruhan scaffolding beserta beban struktur di atasnya. Berikut ini adalah tabel kapasitas aman terhadap daya dukung landasan yang dikutip dari

buku ”Pelatihan dan Sertifikasi Scaffolding Dasar Lembaga Pembinaan

Keterampilan dan Manajemen ALKON”.

Tabel 2.2 Kapasitas Aman Terhadap Daya Dukung Landasan.

Jenis Landasan Kondisi Landasan

Daya Dukung (ton/m2)

Pasir Lunak 10 – 20

Pasir Padat 20 – 40

(36)

17 Tanah liat berpasir Lunak 7,5 Tanah liat berpasir Sedang 7,5 – 15 Tanah liat berpasir Keras 15 – 30

Tanah dan kerikil Sangat lunak /

jelek Maks. 5

Sumber : Lembaga Pembinaan Keterampilan dan Manajemen “ALKON”

Akan tetapi perlu diperhatikan juga bahwa data dari tabel di atas merupakan daya dukung landasan dalam keadaan ideal, yang artinya tidak tercampur dengan air atau bahan-bahan lain seperti sampah bangunan dan lain-lain.

D. Bekisting Konvensional

(37)

18

tidak merusak struktur struktur yang telah dipasang sebelumnya (SNI 03-2847-2002).

Bekisting konvensional ini biasanya terbuat dari triplek atau multiplek yang banyak dijual di toko-toko bahan bangunan. Triplek atau multiplek merupakan lapisan kayu fineer atau kayu-kayu tipis yang dilekatkan dengan arah serat bersilangan satu di atas yang lain dimana jumlah lapisannya selalu ganjil. Triplek terdiri dari 3 buah lapisan fineer sedangkan untuk multiplek terdiri dari minimal 5 buah lapisan finer.

Keuntungan dari penggunaan triplek atau multiplek ini adalah : 1. Mempunyai kekuatan dalam dua arah.

2. Penyusutan dan pengembangannya berkurang.

3. Bagian permukaan luarnya bagus dan kuat, sedangkan bagian dalamnya merupakan jenis kayu yang murah.

4. Ringan, lebar, dan tipis.

5. Dapat dibentuk menjadi cetakan yang melengkung.

Kerugian dari penggunaan triplek atau multiplek adalah: 1. Sudut tepi bagian triplek atau multiplek mudah rusak.

2. Permukaan dari pelat triplek atau multiplek ini harus ditangani dengan baik.

(38)

19

merusak beton ketika bekisting akan dilepas dan juga untuk mempermudah proses pembongkaran bekisting dari beton. Selain itu juga pemberian pelumas ini dapat memberikan keuntungan lain, yaitu bekisting ini dapat digunakan untuk berulang kali. Pelapisan pelumas ini dapat dilakukan dengan menggunakan kuas seperti mengecat atau bisa juga menggunakan sprayer

atau alat penyemprot.

Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bekisting konvensional ini, yaitu :

1. Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan permukaan beton yang baik.

2. Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah selain beban-beban lain saat pengecoran berlangsung, agar tidak terjadi lendutan atau lenturan ketika beton cair dituang.

3. Sedikit pembuangan agar dapat dipakai untuk keperluan pembekistingan lainnya.

4. Dapat dipasang dengan mudah dan cepat.

5. Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada struktur beton saat pembongkaran bekisting dilakukan.

(39)

20

E. Metal Floor Deck

Merupakan salah satu dari material konstruksi yang saat ini cukup banyak dipergunakan dalam pekerjaan-pekerjaan pembangunan terutama bangunan-bangunan tinggi. Metal floor deck adalah pelat baja yang dilapisi galvanis yang memiliki struktur kokoh untuk aplikasi pelat lantai. Penggunaan metal floor deck ini banyak memberikan keuntungan yaitu sebagai bekisting tetap yang tidak perlu dilepas dan juga sebagai penulangan positif satu arah. Sehingga tidak perlu menunggu hingga 28 hari sampai masa pemeliharaan beton selesai untuk melepaskan bekisting konvensional dan juga dapat menghemat penggunaan scaffolding sebagai penyokongnya sehingga beberapa pekerjaan konstruksi dibagian bawah pelat lantai tersebut masih dapat tetap dikerjakan oleh para pekerja. Selain itu juga penggunaan metal floor deck ini juga merupakan pengganti dari tulangan positif (tulangan tarik) pada pelat lantai, sehingga hanya perlu memasang satu lapis lagi anyaman tulangan atau dapat juga menggunakan wiremesh sebagai tulangan tekan pada pelat lantai.

Metal floor deck yang penulis gunakan pada permodelan struktur bangunan

menggunakan spesifikasi LYSAGHT SMARTDEK™. Produk metal floor

(40)

21

yang berfungsi untuk memperkuat daya lekat beton ke pelat terhadap gaya geser dan konstruksi dak nantinya, dan juga untuk memperkecil kemungkinan retak pada saat pengecoran.

Tabel 2.3 LYSAGHT SMARTDEK Section Properties

Sumber : SMARTDEK manual book

(41)

22

Tabel 2.4 SMARTDEK Span Table (Formwork Stage)

Sumber : SMARTDEK Brochure

F. Horry Beam

Horry beam adalah perancah horizontal yang biasanya digunakan untuk mendukung acuan perancah pelat lantai dimana tumpuan pembebanannya terletak pada balok (Sumargo, 2006). Bentuk horry beam hampir menyerupai dari bentuk rangka jembatan yang berfungsi untuk menyediakan kekuatan dan daya dukung yang kuat untuk menopang dan mentransfer beban dari pelat lantai. Horry beam ini memiliki panjang bentang minimum 2200mm dan maksimum 3800mm, tinggi 250mm, dan jarak antar horry beam 400mm.

(42)
(43)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Studi Kasus

Studi kasus ini akan dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Sentra Elektronik yang akan di bangun di lahan seluas 80 m x 30 m di Jalan Sultan Agung, Way Halim, Bandar Lampung. Saat ini Proyek Pembangunan Gedung Sentra Elektronik sedang dalam tahap perencanaan. Maka dari itu penulis melakukan studi kasus di proyek ini guna menjadi pertimbangan lain mengenai penggunaan scaffolding dalam proyek ini.

B. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dengan menggunakan

software analysis guna membantu dalam proses perhitungan lendutan yang terjadi pada konstruksi beton balok dan pelat lantai. Data untuk design

(44)

25

C. Cara dan Tahapan Penelitian

1. Pengumpulan Data

Pada dasarnya data yang dikumpulkan dan dipergunakan dalam studi kasus ini adalah data sekunder dimana semua data telah ada, baik itu data sruktur yang didapatkan dari pihak konsultan, ataupun data scaffolding dan metal deck yang pada umumnya telah disediakan oleh pihak produsen material tersebut.

2. Analisa Data

Analisis data yang akan dilakukan untuk mengetahui jumlah dan jarak antar

scaffolding yang akan digunakan pada Proyek Pembangunan Gedung Sentra Elektronik adalah :

a. Melakukan permodelan dengan menggunakan bantuan software analysis untuk mengetahui nilai lendutan bangunan yang terjadi akibat beban yang terjadi, yaitu beban beton tak tetap atau beton cair dan juga beban hidupnya.

(45)

26

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

MULAI

SELESAI

Identifikasi

Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data, berupa :

-

Data struktur bangunan

-

Data scaffolding

-

Data bekisting yang akan dibandingkan

Kesimpulan dan Saran

Analisis Data

- Menghitung lendutan yang terjadi pada struktur bangunan dengan menggunakan bantuan software analysis

(46)

60

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis pembebanan dan estimasi biaya yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan scaffolding untuk pekerjaan balok diperoleh jumlah yang sama karena pada perencanaannya bekisting balok sama-sama menggunakan multiplek baik itu untuk pelat konvensional maupun untuk pelat metal deck. Perbedaan cukup signifikan terjadi pada support yang digunakan untuk menopang pelat lantai dengan bekisting konvensional (multiplek) dan pelat lantai yang mengunakan metal deck. Support yang digunakan untuk menopang pelat lantai multiplek adalah dengan horry beam yang membutuhkan biaya pembuatan yang cukup besar karena terbuat dari kayu kasau 5/7. Sedangkan support yang digunakan untuk menopang pelat lantai metal deck lebih mudah dan juga murah karena menggunakan pipa support yang dapat disewa dari penyewaan scaffolding

serta penggunaan balok kayu yang cukup relatif lebih kecil.

2. Total biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan struktur bangunan dengan bekisting pelat lantai multiplek adalah sebesar Rp. 1,611,951,-/m2 sedangkan biaya untuk struktur bangunan dengan pelat lantai metal deck

(47)

61

500.078,-/m2 atau sebesar 31,02 % dari penggunaan kedua bahan tersebut. Estimasi biaya tersebut telah meliputi pekerjaan pembetonan, pembesian, pekerjaan bekisting, serta support yang digunakan.

3. Penggunaan scaffolding dapat lebih efektif bila digunakan untuk menyangga pelat lantai yang menggunakan metal deck, karena penggunaannya akan lebih efektif terutama di daerah pelat akibat kemampuan metal deck itu sendiri untuk menopang beban. Selain itu juga, penggunaan metal deck dapat mereduksi jumlah beton serta tulangan yang dibutuhkan karena bentuk profil metal deck yang bergelombang.

B. Saran

1. Perancah yang digunakan dalam konstruksi struktur sebaiknya menggunakan scaffolding karena sudah cukup mudah didapat saat ini daripada menggunakan kayu atau bambu sebagai perancahnya yang saat ini lebih sulit diperoleh terutama untuk di wilayah perkotaan.

2. Untuk praktisi lapangan, perlu dilakukannya analisis pembebanan struktur agar jumlah scaffolding yang digunakan di lapangan dapat lebih efektif sehingga biaya yang dikeluarkan lebih efisien.

3. Penelitian jumlah scaffolding optimum yang dibutuhkan untuk menopang

metal deck dengan menggunakan program software Megafloor™ milik

Lysaght mungkin dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya.

(48)

62

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (Beta Version). Bandung.

Anonim. 2004. LYSAGHT® SMARTDEK™ Design and Construction Manual. Blue Scope Steel Limited. Australia.

Anonim. 2008. SNI 7394:2008 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. Badan Standardisasi Nasional. Bandung.

Anonim. 2009. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER.01/MEN/1980. 10 Oktober 2012. http://kartu-kuning.blogspot.com. Anonim. Desember 2010. Scaffolding. 5 September 2012.

http://en.wikipedia.org/wiki/Scaffolding.

Anonim. 2012. Canyon Metal Scaffolding Engineering Limited. Hong Kong. Anonim. 2012. Harga Satuan Upah, Bahan, dan Sewa Peralatan (Semester I)

Pekerjaan Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan Tahun 2012. Bandar Lampung.

Anonim. Pelatihan dan Sertifikasi Scaffolding Dasar : Lembaga Pembinaan Keterampilan dan Manajemen ALKON. Surabaya.

Frick, Heinz and Pujo L Setiawan. 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan Cara Perlengkapan Gedung Ilmu Konstruksi Bangunan 2 Seri Konstruksi Arsitektur 5. Kanisius. Yogyakarta.

Haryawan, Bernadi. 2003. Analisis Faktor-Faktor Dominan Terhadap Kinerja Waktu Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Bertingkat Menengah di Jabotabek yang Mempergunakan Steel Scaffolding Frames. (Tesis). Universitas Indonesia. Jakarta.

Mario Stefano. 2013. Harga Sewa Rioli Scaffolding. Bandar Lampung

(50)

Gambar

Gambar 2.1 Main Frame
Gambar 2.2 Cross Brace
Gambar 2.5 Catwalk atau Deck atau Platform
Gambar 2.6 U-Head
+7

Referensi

Dokumen terkait