• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN RENDAHNYA PARTISIPASI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) SEBAGAI AKSEPTOR KB DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN RENDAHNYA PARTISIPASI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) SEBAGAI AKSEPTOR KB DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KAJIAN RENDAHNYA PARTISIPASI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) SEBAGAI AKSEPTOR KB DI DESA TANJUNG SARI

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

Oleh

AGUNG DWI TAMTOMO

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengatur dan membatasi kelahiran. Program keluarga berencana ini mempunyai sasaran yakni pasangan usia subur (PUS). Namun, selama ini PUS yang berpartisipasi sebagai akseptor KB masih didominasi oleh istri saja, berbeda dengan suami PUS yang partisipasinya masih kurang untuk menjadi akseptor KB. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 37 responden, yang semuanya adalah suami PUS yang mempunyai anak minimal 1 orang. Pengumpulan data dengan teknik wawancara terstuktur dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel persentase satu arah dan tabel silang (Cross Tab).

Hasil penelitian menunjukkan penyebab masih rendahnya partisipasi suami pasangan usia subur (PUS) sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari adalah: (1) kurangnya pengetahuan suami PUS tentang KB, (2) rendahnya pendapatan suami PUS, (3) persepsi positif yang dimiliki suami PUS terhadap nilai anak, dan (4) sikap negatif yang dimiliki suami PUS terhadap alat kontrasepsi.

(2)

KAJIAN RENDAHNYA PARTISIPASI SUAMI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) SEBAGAI AKSEPTOR KB DI DESA TANJUNG SARI

KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

Oleh

AGUNG DWI TAMTOMO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRACT

STUDY OF LOW PARTICIPATION HUSBAND COUPLES OF CHILDBEARING AGE (EFA) AS AN ACCEPTOR FAMILY PLANNING

SUB IN VILLAGE TANJUNG SARI NATAR DISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY YEAR 2014

By

AGUNG DWI TAMTOMO

Family planning is an attempt to regulate and restrict the birth. The family planning program has the goal of fertile couples (EFA). However, during this EFA participating as acceptors is still dominated by the wife alone in contrast to the EFA husband whose participation is still less to be acceptors. This study aims to determine the causes of the low participation of EFA husband as acceptors in Tanjung Sari Natar District of South Lampung. This study used a descriptive method. Population and sample in this study were 37 respondents, all of whom are EFA husband having children at least one person. Collecting data with structured interview techniques and documentation. Data analysis was performed using one way table percentages and cross tables (Cross Tab).

The results showed the cause of the low participation of fertile couples husband as acceptors in the village of Tanjung Sari is, (1) the husband couples of childbearing age have less knowledge about family planning (2) husband couples of childbearing age have a low income (3) husband couples of childbearing age have a positive perception of the value of the child (4) and husband couples of childbearing age have a negative attitude towards contraception.

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat, pada tanggal 22 Mei 1992. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Tukijan dan Ibu Wagiem.

Pendidikan yang pernah ditempuh yaitu SD Negeri 1 Suka Jaya (1998-2004), SMP Negeri 1 Way Tenong (2004-2007), dan SMA Negeri 1 Way Tenong (2007-2010). Pada tahun 2010 diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut Asma Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segenap cinta, kasih dan sayang teriring rasa syukur dan kerendahan hati

kupersembahkan karya sederhana ku ini teruntuk orang–orang yang teramat berarti dalam hidupku.

Bapak (Tukijan) tercinta yang telah dan akan tetap mencintaiku seperti matahari mencintai titah Tuhannya yang tak pernah lelah membagi cerah cahaya dan tak pernah lelah menghangatkan jiwa yang mengajarkan akan ketegaran dan kekuatan

hidup serta pewaris semangat.

Ibu (Wagiem) tercinta yang telah dan akan tetap mencintaiku seperti bumi dan air mencintai titah Tuhannya yang tak pernah lelah menghisap luka dan tak pernah lelah menyejukkan dahaga, yang mengajarkanku akan arti hidup, kesabaran dan

keikhlasan yang mengalungkan bulir-bulir doa tiada tara di dadaku.

(9)

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

kamu telah selesai (dari segala urusan) kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah

hendaknya kamu berharap.

(QS. Al

Insyirah : 6 - 8)

Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak

pernah mencoba hal baru.

(Albert Einstein)

Terkadang untuk meraih kesuksesan,keberanianmu harus lebih besar

dari pada ketakutanmu.

(10)

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahhirobbil’alamin, segala puji syukur tak terukur terhatur pada Sang

Maha Pengatur Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya yang tiada pernah habis untuk disyukuri sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kajian Rendahnya Partisipasi Suami Pasangan Usia Subur (PUS) Sebagai Akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014”. Sholawat serta salam selalu tercurah pada pewaris tauladan terbaik, pada junjungan kita Rosullulloh SAW, keluarga dan para sahabatnya semoga kita termasuk

orang-orang yang mendapat safa’at dari Beliau, amin.

Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Lampung.

(11)

selama kuliah dan proses bimbingan menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Disamping itu, dengan rasa hormat dan kerendahan hati, ucapan terima kasih yang mendalam penulis haturkan kepada:

Disadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih yang tulus iklas kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

(12)

7. Bapak Suwandi, S.H., selaku Kepala PLKB Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan atas izin dan bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian

8. Bapak Prayitno selaku Kepala Desa Tanjung Sari telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Eti Nurfikoh selaku Sekestaris Desa Tanjung Sari dan aparat desa yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

10.Kedua orang tua tercinta (Tukijan dan Wagiem) yang tak henti

menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat, serta senantiasa

menantikan kesuksesanku.

11.Kakak (Wiwin Wardoyo), Teteh (Hartati Ningsih) dan Adikku (Novi) serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya padaku.

12.Teman-teman seperjuangan Geografi 2010 yang selalu menjadi semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per-satu.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, 2015 Penulis

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Setiap dusun di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2013 ... 5

2. Jumlah akseptor KB pria menurut alat kontrasepsi di Desa Tanjung Sari Kecamtan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 6

3. Penelitian Yang Relevan ... 29

4. Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 2003-2013 ... 46

5. Zona Iklim Berdasarkan Schmidth dan Ferguson ... 48

6. Persebaran Penduduk Per Dusun di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 51

7. Pengelompokan Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin di Desa Tanjung Sari Kecamtan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 53

8. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Sari Kecamtan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 56

9. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencarian di Desa Tanjung Sari Kecamtan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 57

10.Komposisi Umur Suami PUS di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 58

11.Jenis Pekerjaan Pokok Suami PUS di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 59

(14)

13.Pendidikan dan Jumlah Anak Lahir Hidup Pasangan Usia

Subur (PUS) ... 61

14.Suku Suami PUS di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 62 15.Jumlah Anak Yang Dimiliki Suami PUS di Desa Tanjung Sari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahunn 2014 ... 63

16.Pengetahuan Suami PUS Tentang KB di Desa Tanjung Sari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 65 17.Tingkat Pengetahuan Tentang KB dan Jumlah Anak Lahir Hidup

Pasangan Usia Subur (PUS) ... 67 18.Pendapatan Suami PUS di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 69 19.Pendapatan Suami PUS dan Jumlah Anak Lahir Hidup Pasangan

Usia Subur (PUS) ... 70 20.Persepsi Suami PUS Terhadap Nilai Anak di Desa Tanjung Sari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 70 21.Persepsi Suami PUS Terhadap Nilai Anak dan Jumlah Anak Lahir

Hidup Pasangan Usia Subur (PUS) ... 72 22.Sikap Suami PUS Terhadap Alat Kontrasepsi di Desa Tanjung Sari

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 73 23.Sikap Suami PUS Terhadap Alat Kontrasepsi dan Jumlah Anak

Lahir Hidup Pasangan Usia Subur (PUS) ... 76 24. Jarak Tempat Pelayanan KB di Desa Tanjung Sari

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pikir ... 32 2. Peta administrasi Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner. ... 98

2. Indentitas Responden. ... 103

3. Pengetahuan Suami PUS tentang KB. ... 104

4. Tingkat Pendapatan Suami PUS. ... 105

5. Persepsi Suami PUS terhadap Nilai Anak. ... 107

6. Sikap Suami PUS terhadap Nilai Anak. ... 108

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah penduduk Indonesia ialah 237.556.363 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun, idealnya pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,1 persen per tahun (Ari Sulistyawati, 2010: ii). Masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi ini mempunyai implikasi yang luas terhadap pembangunan nasional, mulai dari pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, sandang, pangan dan papan hingga keamanan.

(18)

Untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk pemerintah telah menyusun suatu kebijaksanaan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Pengendalian penduduk ini merupakan kegiatan membatasi pertumbuhan penduduk, umumnya dengan mengurangi jumlah kelahiran. Kebijaksanaan kependudukan ini dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB).

Program keluarga berencana ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuklah Badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kelahiran menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (Ari Sulistyawati, 2010: 9).

Sejak pelita V, program keluarga berencana nasional berubah nama menjadi Gerakan Keluarga Nasional. Gerakan keluarga berencana nasional adalah gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudidayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia (Ari Sulistyawati, 2010: 10).

(19)

Gerakan keluarga berencana mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya menurunkan angka kelahiran yang setiap tahunnya meningkat, pasangan usia subur (PUS) hendaknya mampu menjarangkan dan mengatur jarak kelahiran. Oleh karena itu, PUS baik istri maupun suami hendaknya dapat ikut berpartisipasi dalam gerakan keluarga berencana dalam membentuk keluarga kecil yang bahagia sejahtera dan dapat ikut berperan dalam pembangunan nasional.

Gerakan keluarga yang telah dilaksanakan selama empat dasawarsa telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya angka kelahiran total di Indonesia, dari 5,6 per wanita usia subur pada awal 70-an menjadi 2,6 pada tahun 2012 (SDKI, 2012). Keberhasilan keluarga berencana selama ini akibat baiknya partisipasi istri untuk ikut menjadi akseptor KB, berbeda dengan suami yang partisipasinya masih kurang untuk menjadi akseptor KB. Keluarga berencana merupakan tanggung jawab suami dan istri sehingga selain istri suami juga diharapkan partisipasinya untuk menjadi akseptor KB.

(20)

Partisipasi suami dalam keluarga berencana ini meliputi tanggung jawab sebagai peserta KB, berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau keluarganya. Keterlibatan pria dalam program KB dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Penggunaan metode kontrasepsi merupakan satu bentuk partisipasi suami secara langsung, sedangkan keterlibatan suami secara tidak langsung misalnya suami memiliki sikap yang lebih positif dan membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dalam Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana, bahwa partisipasi pria dalam ber-KB secara nasional hanya mencapai 2,7% di antaranya 2,4% akseptor kondom dan 0,3% akseptor vasektomi. Hal ini mencerminkan bahwa partisipasi pria dalam ber-KB masih rendah jika dibandingkan dengan sasaran nasional pada tahun RPJMN 2009-2014 yaitu 5%.

Menurut BKKBN (2005), masih rendahnya partisipasi suami dalam pelaksanaan gerakan keluarga berencana ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan.

2) Pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga dalam ber KB rendah. 3) Keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas (keterjangkauan) pelayanan

kontrasepsi pria.

4) Adanya anggapan, kebiasaan serta persepsi dan pemikiran yang salah yang masih cenderung menyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada para istri atau perempuan.

(21)

Natar Kabupaten Lampung Selatan. Desa Tanjung Sari memiliki luas wilayah 11,00 Km² dengan jumlah penduduk 9.525 jiwa dengan jumlah PUS sebanyak 925 KK pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Setiap Dusun di Desa

Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013.

No Dusun Akseptor Non Akseptor PUS Persentase (%)

F % F %

1 Tanjung Sari I 262 30,01 25 27,17 277 29,94 2 Tanjung Sari II 237 27,14 23 25 246 26,59 3 Tanjung Sari III 157 17,98 17 18,47 169 18,27 4 Tanjung Sari IV 85 9,73 11 11,95 94 10,16 5 Tanjung Sari V 132 15,12 16 17,39 139 15,02 Jumlah 873 100,0 92 100,0 925 100,0 Sumber: Data sekunder PLKB Natar Tahun 2013.

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah PUS yang terdapat di Desa Tanjung Sari adalah sebanyak 925 yang terdiri dari 873 PUS sebagai akseptor KB dan 92 PUS non akseptor KB.

(22)

Tabel 2. Jumlah Akseptor KB Pria Menurut Alat Kontrasepsi di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013.

No Alat Kontasepsi Jumlah Persentase (%)

1 MOP 16 1,2

2 Kondom 7 0,5

Jumlah 23 1,7

Sumber: Data sekunder PLKB Natar Tahun 2013

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hanya 23 suami atau 1,7 persen suami PUS yang telah ikut berpartisipasi sebagai akseptor KB dengan menggunakan alat kontrasepsi yang diantaranya 0,5 persen akseptor kondom dan 1,2 persen akseptor vasektomi. Hal ini mencerminkan bahwa masih banyak suami PUS di Desa Tanjung Sari yang belum ikut serta dalam ber-KB dan menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi suami PUS di Desa Tanjung Sari sebagai akseptor KB masih rendah.

(23)

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diindentifikasi beberapa hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Rendahnya tingkat pendidikan suami PUS

2) Rendahnya tingkat pengetahuan suami PUS tentang KB 3) Rendahnya tingkat pendapatan suami PUS

4) Positifnya persepsi suami PUS terhadap nilai anak 5) Negatifnya sikap suami PUS terhadap alat kontrasepsi 6) Jauhnya jarak tempat pelayanan KB

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang ada, dan keterbatasan penulis maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan suami PUS tentang KB 2) Tingkat pendapatan suami PUS

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1) Apakah rendahnya tingkat pengetahuan tentang KB menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014?

2) Apakah rendahnya tingkat pendapatan menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014?

3) Apakah persepsi yang positif terhadap nilai anak menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014?

4) Apakah sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014?

5) Apakah jauhnya jarak tempat pelayanan KB menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014?

E. Tujuan Penelitian

(25)

2) Untuk mendapatkan informasi bahwa rendahnya tingkat pendapatan menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014. 3) Untuk mendapatkan informasi bahwa persepsi yang positif terhadap nilai

anak menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

4) Untuk mendapatkan informasi bahwa sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

5) Untuk mendapatkan informasi bahwa jauhnya jarak tempat pelayanan KB menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014. F. Kegunaan Penelitian

1) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2) Sebagai aplikasi Ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama di perguruan tinggi dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

(26)

4) Sebagai suplemen materi pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya mata pelajaran Geografi pada kurikulum SMP kelas VII IPS Terpadu Semester ganjil pokok bahasan tentang permasalahan kependudukan di Indonesia.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1) Ruang lingkup obyek penelitian adalah rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

2) Ruang lingkup subyek penelitian adalah suami PUS non akseptor KB dan minimal punya anak 1 di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

3) Ruang lingkup tempat penelitian adalah di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung.

4) Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun 2014. 5) Ruang lingkup ilmu yaitu Demografi.

Demografi mempelajari jumlah, persebaran, teritorial dan komposisi penduduk serta perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahan status) hal ini diungkapkan oleh Philip M. Hauser dan Duddley Duncan (1959) (dalam Ida Bagoes Mantra, 2003: 2).

(27)

DAFTAR ISI II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka ... 11 5. Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana. ... 21 6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Partisipasi Pria Dalam Ber-KB.... 22

(28)

6.4 Sikap Pria Terhadap Alat Kontrasepsi. ... 26 D. Defenisi Operasional Variabel ... 36 1. Tingkat pengetahuan Suami PUS Tentang KB ... 36 2. Tingkat Pendapatan Suami PUS ... 37 3. Persepsi Suami PUS Terhadap Nilai Anak ... 38 4. Sikap Suami PUS Terhadap Alat Kontrasepsi. ... 38 5. Jarak Pelayanan KB. ... 39

(29)

1.6 Jumlah Anak . ... 63 2. Pengetahuan Suami PUS Tentang KB ... 64 3. Pendapatan Suami PUS ... 68 4. Persepsi Suami PUS Terhadap Nilai Anak. ... 70 5. Sikap Suami PUS Terhadap Alat Kontrasepsi. ... 73 6. Jarak Pelayanan KB. ... 77 C. Pembahasan. ... 78 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan. ... 91 B. Saran. ... 92 DAFTAR PUSTAKA

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A.Tinjauan Pustaka

1. Keluarga Berencana

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Ari Sulistiawati 2010: 13).

Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 52 tahun 2009 pasal 1 ayat 8 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) dijelaskan bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

1.1 Tujuan Keluarga Berencana

(31)

yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

1.2 Sasaran Program Keluarga Berencana

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 25) gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki sasaran meliputi:

a. Sasaran Langsung

Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun, dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari, sehingga memberikan efek langsung pada penurunan fertilitas. b. Sasaran Tidak Langsung

Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.

1.3 Macam-Macam Metode Keluarga Berencana

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 42) macam-macam metode KB meliputi: a. Metode sederhana

(32)

- Dengan alat yaitu mekanis (Berrier). Metode ini meliputi: kondom pria, diafragma, kap serviks, spons, kondom wanita, dan kimiawi.

b. Metode modern

- Kontrasepsi hormoral meliputi pil oral kombinasi, mini pil, suntikan, implan, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBR).

- Intra uterie devices (IUD,AKDR)

- Kontrasepsi mantap meliputi: pada wanita (Tubektomi), dan pada pria (Vasektomi).

2. Akseptor Keluarga Berencana

Menurut BKKBN 2007 dalam Andria (2010: 3) Akseptor KB adalah pasangan Usia Subur yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti dan melaksanakan program keluarga berencana.

3. Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Sarwono Prawirohardjo, 2002: 903).

(33)

Sedangkan menurut Hanafi Hartanto (2004: 30) Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS, dan penurunan angka kelahiran yang bermakna.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrasepsi adalah alat yang digunakan oleh pasangan suami istri yang tujuannya untuk menghambat terjadinya kelahiran agar tercipta suatu kondisi keluarga yang bahagia dan sejahtera.

3.1 Jenis Alat Kontrasepsi

Saat ini jenis alat kontrasepsi yang dapat digunakan oleh pria/suami, diantaranya:

a. Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang tipis yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produk hewani) berwarna atau tidak berwarna yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermicide) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas, rasa, ketebalan, dan bahan (Hanafi Hartanto, 2004: 60).

(1) Keuntungan

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 60) adapun keuntungan menggunakan kondom, yaitu:

(34)

2) Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS).

3) Dapat diandalkan 4) Relatif murah

5) Sederhana, ringan, disposable

6) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up. 7) Reversibel

8) Pria ikut secara aktif dalam program KB.

(2) Kerugian

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 60) adapun kerugian menggunakan kondom, yaitu:

1) Angka kegagalan relatif tinggi

2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom

3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama.

Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh kalau kondom dipakai secara benar dan konsisten pada setiap senggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten, tidak teratur atau tidak hati-hati.

b. Vasektomi (MOP)

(35)

(1) Keuntungan Vasektomi

Hanafi Hartanto (2004: 307) adapun keuntungan metode kontrasepsi vasektomi yaitu:

1) Efektif

2) Aman,morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas 3) Sederhana

4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5 – 10 menit

5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja 6) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita

merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.

(2) Kerugian Vasektomi

Hanafi Hartanto (2004: 37) adapun kerugian mengunakan metode kontrasepsi vaektomi yakni:

1) Diperlukan suatu tindakan operatif

2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi

3) Vasektomi belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat okulasivas deferens, dikeluarkan

4) Problem psikologis yang berhubungan perilaku seksualmungkin bertambah parah setelah tindakan tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.

c. Metode Senggama Terputus

(36)

(1) Keuntungan

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 58) adapun keuntungan metode sanggama terputus seperti:

1) Tidak memerlukan alat/murah 2) Tidak mengunakan zat-zat kimiawi 3) Selalu tersedia setiap saat

4) Tidak mempunyai efek samping.

(2) Kerugian

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 58) adapun kerungian metode sanggama terputus seperti:

1) Angka kegagalan tinggi

a. 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun

b. - yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi adalah:

- Adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam kelenjar prostat, uretra, kelenjar cowper), yang dapat keluar setiap saat, dan setiap tetes sudah dapat mengandung berjuta-juta spermatozoa.

- Kurangnya kontrol diri pria, yang pada metode ini justru penting.

2) Dapat mempengaruhi kehidupan perkawinan.

d. Metode Pantang Berkala

Pantang berkala adalah metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh suami istri dengan tidak melakukan senggama pada masa subur (Ari Sulistyawati, 2010: 50).

(1) Keuntungan

Ari Sulistyawati (2010: 50) adapun keuntungan metode pantang berkala seperti berikut:

(37)

2) Tidak memerlukan biaya

3) Tidak memerlukan tempat pelayan KB 4) Tidak mengunakan alat kontrasepsi terpasang

(2) Kerugian

Ari Sulistyawati (2010: 50) adapun kerugian metode pantang berkala seperti berikut:

1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami dan istri

2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya 3) Pasangan suami istri harus tau masa subur dan tidak suburnya 4) Lebih efektif bila dikombinasiakan dengan alat kontrasepsi lainnya.

4. Teori perilaku

4.1 Pengertian perilaku

Menurut Ensiklopedia Amerika dalam Soekidjo Notoatmodjo (2011: 141) perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berati bahwa perilaku baru terjadi apabila apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Robert Kwikck dalam Soekidjo Notoatmodjo (2011: 141) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

Soekidjo Notoatmodjo (2011: 139) menyatakan bahwa:

(38)

Soekidjo Notoatmodjo (2011: 142) menyatakan bahwa:

faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor interen dan eksteren. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, dan motivasi. Sedangkan faktor eksteren meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti, iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.

4.2 Perubahan Perilaku

Menurut teori Kurt Lewin (1970) dalam Soekidjo Notoatmodjo (2011: 158) terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu ada 3 kemungkinan, diantaranya:

1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang belum ikut KB (ada keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya dengan mengikuti KB kalau kekuatan pendorong, yakni pentingnya ber-KB, dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha lain.

Kekuatan Pendorong---Meningkat Perilaku Semula

Kekuatan Penahan

Perilaku

(39)

pada contoh tersebut di atas. Dengan pemberian pengertian kepada orang tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki adalah kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut.

Kekuatan pendorong ----Meningkat Perilaku Semula

Penahan --- Menurun

Perilaku Baru 3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan

keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti pada contoh di atas juga, penyuluhan KB yang memberikan pengertian terhadap orang tersebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkatkan kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

Pendorong -- Meningkat---Meningkat Perilaku Semula

Penahan -- Menurun

(40)

5. Partisipasi dalam Keluarga Berencana

Partisipasi merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keterlibatan warga komunitas dalam lingkungannya. Menurut Davis dan Newtorm (1993) dalam Remiswal (2013: 30) bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab untuk mencapainya.

Sedangkan menurut Taliziduhu (1990) dalam Remiswal (2013: 30) menganggap partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu keberhasilannya setiap program dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan diri sendiri. Dengan demikian partisipasi ini merupakan keterlibatan/keikutsrertaan seseorang dalam suatu program tanpa adanya paksaan. Partisipasi pria/suami dalam keluarga berencana adalah tanggung jawab pria dalam bentuk partisipasinya untuk ber-KB serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan keluarga (Evi Selviani, 2010: 9).

Menurut BKKBN (2005) dalam Elita Vasra (2009: 2) masih rendahnya partisipasi suami dalam pelaksanaan gerakan keluarga berencana ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

1) Kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan.

2) Pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga dalam ber KB rendah. 3) Keterbatasan penerimaan dan aksesibilitas (keterjangkauan) pelayanan

kontrasepsi pria.

(41)

6. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Partisipasi Pria Dalam Ber-KB

6.1 Pengetahuan Pria tentang KB

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Soekidjo Notoatmodjo, 2011: 147).

Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak inovasi. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, dalam diri seseorang tersebut akan terjadi proses berurutan (Roger dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2011: 147) yaitu:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) .

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(42)

Berkenaan dengan gerakan keluarga berencana Soekidjo Notoatmodjo (2011: 148) menyatakan bahwa suami istri yang diperintahkan untuk ikut sebagai peserta KB oleh lurah atau ketua RT, tanpa suami istri mengetahui makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah tersebut diterima.

Berkenaan dengan pengetahuan tentang alat kontrasepsi menurut penelitian yang dilakukan oleh BKKBN di Jakarta (2010: 3) bahwa pengetahuan pria tentang jenis kontrasepsi secara umum, ternyata masih sangat terbatas. Pada umumnya pria hanya bisa mengetahui kontrasepsi suntik, pil, dan spiral. Akan tetapi terdapat diantaranya yang belum pernah mendengar dan mengetahui alat kontrasepsi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN di Jakarta (2010: 9) juga menyatakan pada umumnya pria/suami belum mengetahui tentang KB dikarenakan minimnya informasi mengenai kontrasepsi pria, kebanyakan alat kontrasepsi diperuntukan bagi perempuan.

(43)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apabila pria memiliki pengetahuan tentang KB yang rendah akan mempengaruhi kemampuan berfikirnya, mereka kesulitan dalam menerima informasi yang ada sehingga akan mengakibatkan semakin sulitnya pria untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

6.2 Pendapatan

Menurut Kaslan A. Tohir (1997: 75), menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil yang diterima oleh seseorang baik berupa uang atau barang maupun gaji yang diperoleh penduduk dalam suatu periode tertentu. Pendapatan merupakan hal pokok dalam kehidupan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Besar kecilnya pendapatan keluarga akan menentukan tingkat kemakmuran keluarga tersebut.

Besar kecilnya pendapatan itu sendiri akan membawa pengaruh pada pemenuhan kebutuhan pokok penduduk yang bersangkutan. Sesuai pendapat Emil Salim (1994: 44), bahwa rendahnya pendapatan akan menyebabkan sulit terpenuhinya berbagai kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan.

Untuk mengukur tingkat pendapatan seseorang dapat menggunakan UMK (Upah Minimum Kabupaten). Setiap tahun Pemerintah Daerah di seluruh wilayah Republik Indonesia menyusun UMP dan UMK yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan wilayah masing-masing. Untuk tahun 2014 Kabupaten Lampung Selatan menetapkan UMK sebesar Rp 1.402.500,00.

(44)

kebutuhan pokok seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, dan pendidikan, sehingga pendapatan yang rendah ini akan mengakibatkan semakin sulitnya pria untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB karena untuk mendapatkan alat kontrasepsi memerlukan biaya.

6.3 Persepsi Pria Terhadap Nilai Anak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), persepsi adalah pendapat, pandangan, sedangkan menurut Notoadmojo (2011: 133) persepsi biasa diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Espenshadi (1977) dalam David Lucas (1990: 159) menjelaskan bahwa nilai anak dapat diartikan sebagai koleksi benda-benda bagus yang diperoleh orang tua karena mempunyai anak.

Leinbenstein dalam Sri Moertiningsih (2010: 89) menyatakan bahwa:

anak dapat dilihat dari dua segi ekonomi, yaitu segi kegunaannya (utility) dan biaya (cost) yang harus dikeluarkan untuk membesarkan dan merawat anak. Kegunaan (utility) anak adalah dalam memberikan kepuasan kepada orang tua, dapat memberi transfer ekonomi. Anak juga menjadi sumber yang dapat membantu orang tua di masa depan. Sementara itu, pengeluaran dalam membesarkan anak merupakan biaya (cost) dari kepemilikan anak.

(45)

Berdasarkan pendapat di atas maka persepsi terhadap nilai anak adalah pandangan pria dalam menilai nilai anak didasarkan berbagai aspek seperti emosional, ekonomi, sosial, dan budaya. Pria yang memiliki persepsi yang positif terhadap nilai anak maka dapat diasumsikan akan sulit untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

6.4 Sikap Pria Terhadap Alat Kontrasepsi

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya (Soekidjo Notoatmodjo, 2011: 150).

Menurut New Comb dalam Soekidjo Notoatmodjo (2011: 149) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah

merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

(46)

terputus, dan metode pantang berkala. Setiap alat kontrasepsi ini memiliki kelebihan, kekurangan dan efek sampingnya masing-masing.

Menurut Hanafi Hartanto (2004: 38) bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan risiko tertentu pada pemakaiannya, yaitu: resiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian, hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain. Adanya resiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan (inconvenience), misalnya senggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat di atas maka sikap terhadap alat kontrasepsi adalah sikap dalam menilai alat kontrasepsi didasarkan berbagai aspek seperti efek samping dan kekurangan alat kontrasepsi. Pria yang memiliki sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi dapat diasumsikan akan sulit untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

6.5 Jarak Tempat Pelayanan KB

Jarak dapat menjadi penghalang pria untuk menjadi akseptor KB. Maksudnya jarak tempat pelayanan KB terjangkau, tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. Menurut BKKBN 2007 dalam Yunita (2012: 19) keterjangkauan ini dimaksudkan agar pria dapat memperoleh informasi yang memadai dan pelayanan KB yang memuaskan. Keterjangkauan ini dapat meliputi:

(47)

2. Keterjangkauan ekonomi, yaitu dimaksudkan agar biaya pelayanan dapat dijangkau oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien. Biaya klien meliputi : uang, waktu, kegiatan kognitif dan upaya perilaku serta nilai yang akan diperoleh klien.

Berikut pendapat yang berkaitan dengan jarak:

“semakin besar atau kecil jarak antara dua tempat, maka daya tarik akan

bertambah atau berkurang, ini berarti daya tarik antara dua tempat bila jarak antaranya mengecil (artinya lebih mudah dan cepat dicapainya), maka daya tariknya akan lebih besar. Begitu juga sebaliknya bila jarak antara dua tempat membesar (artinya makin mahal dan lama mencapainya)

maka daya tarik akan berkurang” (Daldjoeni, 1992: 231).

Pendapat Hang Kueng dalam Novita Dewi (2014: 15) menyatakan bahwa:

“jarak dikatakan dekat apabila jarak tempuh penduduk dengan berjalan

kaki kurang atau sama dengan 1 km dan jarak dikatakan jauh apabila jarak tempuh penduduk lebih dari 1 km. Waktu tempuh penduduk dengan jalan kaki dikatakan sebentar apabila kurang dari satu atau sama dengan 15 menit. Dan dikatakan lama bila waktu tempuh lebih dari 15 menit. Sedangkan mengunakan kendaraan jarak tempuh penduduk dikatakan dekat apabila kurang dari satu atau sama dengan 2 km dan dikatakan jauh apabila lebih dari 2 km, dan waktu tempuh penduduk dikatakan sebentar apabila kurang dari 2 km, dan waktu tempuh penduduk dikatakan sebentar apabila kurang dari atau sama dengan 15 menit dan dikatakan lama apabila

lebih dari 15 menit”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa jarak yang jauh dari tempat tinggal ke tempat pelayanan KB akan sulit dicapai dan membutuhkan biaya banyak, dengan jarak yang jauh maka untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB-pun menjadi sulit.

B. Penelitian Relevan

(48)
(49)
(50)

C. Kerangka Pikir

Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan permasalahan dibidang kependudukan. Keadaan ini disebabkan oleh banyaknya bayi yang lahir, sedikit kematian dan migrasi, maksudnya jumlah penduduk yang masuk lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang keluar. Dalam upaya menghambat laju pertumbuhan penduduk yang telah terjadi, pemerintah membentuk suatu kebijaksanaan yang tujuannya untuk mengendalikan kelahiran yang dikenal dengan gerakan keluarga berencana. Gerakan ini mempunyai sasaran yaitu PUS agar dapat berpartisipasi dalam gerakan keluarga berencana dengan cara menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan menjadi akseptor KB, sehingga dapat membentuk NKKBS.

(51)

Untuk mempermudah pemahaman dari uraian di atas maka dapat dilihat dari bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir

(Partisipasi Pria Sebagai Akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan).

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi, 2010: 110).

Berdasarkan pendapat tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan tentang KB yang rendah menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB. Semakin rendah pengetahuan tentang KB yang dimiliki maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

2. Tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB. Semakin rendah pendapatan yang dimiliki

Partisipasi sebagai akseptor KB Faktor interen:

- Pengetahuan tentang KB - Persepsi terhadap nilai

anak

- Sikap terhadap alat

kontrasepsi

Faktor eksteren:

- Pendapatan

- Jarak pelayanan KB

(52)

maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

3. Persepsi yang positif terhadap nilai anak menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB. Semakin positif persepsinya terhadap nilai anak maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

4. Sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi menyebabkan suami PUS tidak berpartisipasi sebagai akseptor KB. Semakin negatif sikapnya terhadap alat kontrasepsi maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB.

(53)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.

Sedangkan menurut Moh Nasir (2009: 54) metode deskriptif adalah suatu metode

dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Penelitian deskriptif

memiliki tujuan untuk mengklasifikasikan secara sistematis faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Metode penelitian deskriptif ini digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(54)

PUS yang tidak ber-KB, istri suami PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi dan suami PUS telah memiliki anak lahir hidup minimal 1 yang berjumlah 37 jiwa.

2. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik Purposive Sampling. Menurut Sudjana (2005: 96) teknik Purposive Sampling digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuannya. Berdasarkan penelitian di Desa Tanjung Sari didapati suami PUS yang tidak ber-KB sehingga peneliti bertujuan untuk mengetahui penyebab suami PUS tidak ikut ber KB/akseptor KB di Desa Tanjung Sari. Adapun ciri-ciri sampel tersebut yaitu:

1. Istri masih dalam usia subur

2. Istri tidak menggunakan alat kontrasepsi 3. Istri tidak dalam keadaan hamil

4. Suami PUS telah memiliki anak minimal 1

5. Suami PUS bertempat tinggal di Desa Tanjung Sari.

Atas pertimbangan tersebut maka sampel yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini sebanyak 37 suami PUS di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

C. Variabel Penelitian

(55)

variabel penelitian ini sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Peristiwa yang diteliti dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Variabel atau objek yang dikaji dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan suami PUS tentang KB 2. Tingkat pendapatan suami PUS

3. Persepsi suami PUS terhadap nilai anak 4. Sikap suami PUS terhadap alat kontrasepsi 5. Jarak tempat pelayanan KB.

D. Definisi Oprasional Variabel

Menurut Moh. Nazir (2009: 126), definisi oprasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau kontrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikkan kegiatan, ataupun memberikan oprasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variabel tersebut.

Definisi Oprasional Variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan Suami PUS Tentang KB

(56)

efek samping. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang pengetahuan suami tentang KB menggunakan kuisioner. Terdapat 12 pernyataan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan suami tentang KB dengan menggunakan skala Guttman. Setiap butir pernyataan diberi 2 alternatif jawaban dengan nilai 0-1 dengan kriteria jika jawaban benar di beri nilai 0-1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Sehingga diperoleh nilai terbesar 12 dan terendah 0.

Untuk mencari panjang kelas interval digunakan rumus Sturgess dalam Sudjana (2005: 47) sebagai berikut:

Rentang : Nilai terbesar – nilai terkecil Banyak kelas : 1+3,3 Log n

Panjang kelas interval : �� ��

�� �

Dengan demikian diperoleh kelas interval seperti yang tersaji di bawah berikut:

a. Baik apabila dengan nilai 10 - 12 b. Cukup apabila dengan nilai 7 - 9 c. Kurang apabila dengan nilai 4 – 6 d. Tidak baik apabila dengan nilai 0 - 3

2) Tingkat Pendapatan Suami PUS

(57)

1.402.500 dan pendapatan suami PUS tinggi apabila diatas atau sama dengan UMK Rp. 1.402.500.

3) Persepsi Suami PUS Terhadap Nilai Anak

Persepsi suami PUS terhadap nilai anak adalah persepsi atau pandangan suami PUS untuk memiliki sejumlah anak, yang dilihat dari aspek ekonomi, sosial, dan budaya.

Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang persepsi suami PUS tentang nilai anak yaitu dengan menggunakan kuisioner. Terdapat 9 pernyataan yang digunakan untuk mengukur dengan menggunakan skala Likert. Setiap butir pernyataan diberi 5 alternatif jawaban dengan nilai 1-5 dengan kriteria sebagai berikut; bila jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, netral (N) diberi nilai 3 kurang setuju (KS) diberi nilai 2 dan tidak setuju (TS) diberi nilai 1, sehingga diperoleh nilai tertinggi 45 dan terendah 9. Persepsi suami PUS terhadap nilai anak digolongkan menjadi:

a. Memiliki persepsi negatif jika skor 9-26 b. Memiliki persepsi positif jika skor 27-45

4) Sikap Suami PUS Terhadap Alat Kontrasepsi

Sikap suami PUS terhadap alat kontrasepsi adalah reaksi atau respons suami PUS dalam menilai alat kontrasepsi baik berdasarkan aspek agama, psikologi, dan kesehatan.

(58)

digunakan untuk mengukur dengan menggunakan skala Likert. Setiap butir pernyataan diberi 5 alternatif jawaban dengan nilai 1-5 dengan kriteria sebagai berikut: bila jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, netral (N) diberi nilai 3, kurang setuju (KS) diberi nilai 2 dan tidak setuju (TS) diberi nilai 1, sehingga diperoleh nilai tertinggi 70 dan terendah 14. Sikap suami PUS terhadap alat kontrasepsi digolongkan menjadi:

a. Memiliki sikap positif jika skor 14-41 b. Memiliki sikap negatif jika skor 42-70

5) Jarak Tempat Pelayanan KB

Jarak tempat pelayanan KB adalah jarak yang harus ditempuh oleh suami PUS dari tempat tinggalnya ke tempat pelayanan KB seperti klinik, puskesmas, dan rumah sakit umum (RSU). dalam hal ini digolongkan menjadi:

a. Jauh : Apabila lebih dari 1 km dengan berjalan kaki, dan lebih dari 2 Km dengan menggunakan kendaraan (motor/mobil).

b. Dekat : Apabila berjarak kurang dari atau sama dengan 1 km dengan berjalan kaki, dan kurang dari sama dengan 2 Km dengan menggunakan kendaraan (motor/mobil).

E. Teknik Pengumpulan Data

(59)

1. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik mengumpulkan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang telah diperoleh (Sugiyono, 2010: 194). Dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pernyataan-pernyataan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang digunakan untuk memperolah data mengenai pengetahuan suami PUS tentang KB, pendapatan suami PUS, persepsi suami PUS terhadap nilai anak, sikap suami PUS terhadap alat kontrasepsi, dan jarak tempat pelayanan KB. Pada penelitian ini teknik kuesioner dilakukan dengan cara mengisi pernyataan yang telah tersedia dan diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban dari responden dengan wawancara terstruktur yang dilakukan peneliti kepada responden dengan berpedoman kuesioner.

2. Teknik Dokumentasi

(60)

F. Teknik Analisis Data

(61)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan mengenai Kajian Rendahnya Partisipasi Suami Pasangan Usia Subur (PUS) Sebagai Akseptor KB di Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan tentang KB yang rendah merupakan penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari. Semakin rendah tingkat pengetahuan tentang KB yang dimiliki maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB. Hal ini terlihat dari (56,75%) suami PUS yang memiliki pengetahuan KB yang kurang, hal ini dikarenakan rata-rata suami PUS berpendidikan rendah, dan kurangnya informasi yang diterimanya.

(62)

3. Persepsi yang positif terhadap nilai anak merupakan penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari. Semakin positif persepsinya terhadap nilai anak maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB. Hal ini terlihat dari (86,48%) suami PUS memiliki persepsi yang positif terhadap nilai anak, hal ini dikarenkan anak membawa nilai ekonomi dalam sebuah keluarga.

4. Sikap negatif terhadap alat kontrasepsi merupakan penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari. Semakin negatif sikapnya terhadap alat kontrasepsi maka akan semakin sulit suami PUS untuk berpartisipasi sebagai akseptor KB. Hal ini terlihat dari (91,89%) suami PUS memiliki sikap yang negatif terhadap alat kontrasepsi, hal ini dikarenakan alat kontrasepsi tidak semuanya memberikan manfaat kontrasepsi juga mepunyai kekurangan dan efek samping.

5. Jarak pelayanan KB bukanlah merupakan penyebab rendahnya partisipasi suami PUS sebagai akseptor KB di Desa Tanjung Sari. Hal ini terlihat dari 37 (100%) suami PUS yang memiliki jarak tempat tinggal yang dekat dengan tempat pelayanan KB, hal ini karena mereka merasa tidak memiliki kepentingan untuk mendatanggi tempat tersebut.

B. Saran

(63)

2. Bagi suami PUS yang memiliki pendapatan yang rendah hendaknya memahami pentingnya keluarga berencana sehingga dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membeli alat kontrasepsi.

3. Bagi suami PUS yang memiliki persepsi positif terhadap nilai anak seperti, anak sebagai sumber tenaga, anak dapat membantu perekonomian keluarga, banyak anak banyak rezeki, diharapkan agar dapat mengubah persepsinya tersebut sehingga mereka dapat mengatur jumlah anak yang diinginkan dan dapat menggunakan alat kontrasepsi.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin Yakub. 2011. Pandangan Islam Tentang Keluarga Berencana. (Artikel). Sumatera Barat. (http://www.stikesyarsi.ac.id/ index.php /artikel- islam /102- pandangan- hukum- islam- tentang- keluarga- berencana.html. diakses pada minggu, 16 Februari 2015 pukul, 18:52 WIB).

Ance Gunarsih Kartasaputra. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Andria. 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pasangan Usia Subur (PUS) Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi Di Dusun Ii Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Ari Sulistyawati. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika. Jakarta.

BAPPENAS. 2002. Analisis Gender Dalam Pembagunan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Laporan Pendahuluan. Kerjasama BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan. Measure DHS ICF International. Jakarta.

BKKBN. 2005. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta 2007. Materi KIE Keluarga Berencana. Jakarta.

2008. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Provinsi Lampung.

2010. Laporan Penelitian Kualitatatif Peranan Pria Dalam Pengguanaan Kontrasepsi DKI & DIY. Jakarta.

2013. Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Bintarto. 1977. Geografi sosial. UP SPRING. Yogyakarta.

(65)

Dinas Ketenagakerjaan dan Tranmigrasi. 2014. Besar Nilai UMP dan UMK Provinsi Lampung Tahun 2014. Lampung. (Www. Karir lampung.com /2014/01/inilah-besar-nilai-ump-dan-umk-di-lampung.html. diakses pada minggu, 20 April 2014 pukul, 10:52 WIB).

Elita Vasra. 2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Suami Dengan Keikutsertaan ber-KB di RT 27 dan RT 45 RW 10 Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami (Skripsi). Poltekes Palembang.

Emil salim. 1994. Kebijaksanaan Pemerataan Mengatasi Kemiskinan. Jakarta press. Jakarta.

Evi Silviani. 2010. Diktat PIM III BKKBN Angkatan 1 Tahun 2010. BKKBN. Jakarta.

Novita Dewi. 2014. Faktor-Faktor Penyebab Anak Lulusan SD Tidak Melanjutkan Ke SLTP Di Desa Marga Batin Kecamatan Waway Karya Kabupaten Lampung Timur Tahun 2009-2012 (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hanafi Hartanto. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Ida Bagoes Mantra. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Kaslan A. Tohir. 1997. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.

Kecamatan Natar. 2013. Kumpulan Data Penggunaan Alat Kontrasepsi. Kecamatan Natar. Lampung Selatan.

Kelurahan. 2013. Monografi Desa Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan. Desa Merak Batin. Lampung Selatan. Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Darussalam. Ghalia Indonesia.

Moh. Yasin. 2000. Arti dan tujuan Demografi. Dasar-Dasar Demografi. LDFEUI. Jakarta.

N. Daldjoni. 1992. Geografi Baru. Alumni. Bandung.

Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. DPR, MPR.Jakarta.

(66)

Reno Muhatiah. 2014. Partisipasi Pria Dalam Program Keluarga Berencana (KB) .

(Jurnal Kesehatan). Volume 11, No. 1. Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar.

Ridwan. 2009. Promosi Kesehatan Dalam Rangka Perubahan Perilaku. (Jurnal

Kesehatan).“Metro SaI Wawai” Volume II No. 2 Edisi Desember. Riduwan. 2004. Metode Dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.

2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Putaka. Jakarta.

Sarwono Prawirohardjo. 2002. Kontrasepsi hormoral. Bina pustaka. Jakarta. Soekidjo Notoatmodjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta. Sri Moertiningsih Adioetomo, Sri Harijati Hatmadji, Rani Toersilaningsih, I Dewa

Gede Karma Wisana. 2010. Fertilitas. Dalam Sri Moertiningsih Adioetomo, Omas Bulan Samosir (Editor). Dasar-Dasar Demografi. LDFEUI. Jakarta.

Sri Madya Bhakti Ekarini. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali (Skripsi).Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro.

Subarjo. 2003. Meteorologi dan Klimatologi. Diktat. FKIP Unila. Bandar Lampung. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarasito. Bandung.

Sudarmi. 2005. Geografi Regional Indonesia (Buku Diktat). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Lampung. Lampung.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. .

Sumadi. 2003. Filsafat Geografi. (Buku Ajar). FKIP Unila. Bandar Lampung. Sumadi Suryabrata. 2011. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Yunita. 2012. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi

Pada Pria Di Kecamatan Stm Hulu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Setiap Dusun di Desa
Tabel  2.  Jumlah  Akseptor  KB  Pria  Menurut  Alat  Kontrasepsi  di  Desa  Tanjung  Sari  Kecamatan  Natar  Kabupaten  Lampung  Selatan  Tahun 2013
Tabel 3. Penelitian Relevan.
Gambar 1. Bagan kerangka pikir

Referensi

Dokumen terkait