• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA ETNIS TIONGHOA DI TELUK DALAM, NIAS SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAHASA ETNIS TIONGHOA DI TELUK DALAM, NIAS SELATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA ETNIS TIONGHOA DI TELUK DALAM, NIAS SELATAN

Rebecca Evelyn Laiya

Dosen STKIP Nias Selatan Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris dan mahasiswa pascasarjana S3 Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Jakarta, T.A. 2012

harumiharazaki@gmail.com

Abstrak

Nias adalah pulau yang berada di bagian utara Sumatera. Pulau ini memiliki beberapa ragam bahasa. Selain ragam bahasa Nias sendiri, ia juga memiliki bahasa lain yaitu bahasa yang dipakai oleh etnis Tionghoa. Penulis membatasi diri untuk meneliti bahasa yang dipergunakan oleh penduduk etnis Tionghoa yang berada kabupaten Nias Selatan terutama di kecamatan Telukdalam. Ide awal penelitian ini karena ketertarikan peneliti terhadap bahasa yang dipergunakan kalangan etnis Tionghoa di Teluk Dalam, Nias Selatan.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk (1) mendeskripsikan latar belakang munculnya bahasa etnis Tionghoa di Telukdalam kabupaten Nias Selatan (2) mendeskripsikan ranah penggunaan bahasa tersebut dipergunakan oleh kalangan etnis Tionghoa di Teluk Dalam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil observasi terlibat dan wawancara semi terstruktur didapatkan hasil bahwa munculnya bahasa kalangan etnis keturunan Tionghoa di Teluk Dalam di latar belakangi datangnya saudagar kaya yang berasal dari Tiongkok, ke pulau Nias yaitu di Telukdalam. Kemudian mendiami Telukdalam dan membuka usahanya, sehingga akhirnya muncullah bahasa tersebut. Bahasa tersebut adalah peleburan dari berbagai bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa, bahasa Padang Nias, dan juga bahasa Tionghoa (Hokkien) atau dapat disebut dengan bahasa hibrida. Bahasa ini pada umumnya dipergunakan dalam ranah keluarga, ranah persahabatan dan ranah pekerjaan. Bahasa ini juga dipergunakan oleh semua generasi baik tua maupun muda dalam topik-topik pembicaraan yang informal. Jadi dapat disimpulkan bahwa meskipun pulau Nias adalah pulau yang kecil tetapi kaya akan keanekaragaman bahasa termasuk bahasa yang dipergunakan oleh etnis Tionghoa di Telukdalam Nias Selatan, hal ini merupakan sebuah kekayaan pulau Nias yang patut dibanggakan dan dilestarikan sebagai kekuatan bangsa.

Kata Kunci: bahasa etnis keturunan Tionghoa, Telukdalam, Nias Selatan, deskriptif kualitatif

LATAR BELAKANG

(2)

mereka yang berasal dari Tiongkok sehingga muncullah apa yang disebut dengan bahasa hibrida yang mereka pergunakan di kalangan mereka (Karsono dan Perdanawati).

Orang-orang dari Tiongkok tersebut berasal dari berbagai suku dan daerah yang tidak sama. Mereka juga masih mempertahankan kebudayaan dari leluhur mereka. Hanya saja kebudayaan yang mereka pertahankan adalah kebudayaan yang tidak menghambat kelangsungan hidup mereka. Salah satu budaya yang mereka yang mulai hilang adalah bahasa yang mereka miliki. Mereka kemudian mempelajari bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Meskipun demikian karena pengaruh budaya begitu kental, maka dalam bahasa daerah atau bahasa Indonesia yang mereka pelajari muncullah banyak kata-kata serapan yang berasal bukan dari bahasa Tiongkok baku tetapi dari dialek-dialek daerah yang ada di Tiongkok seperti dialek-dialek suku Fujian (Hokkien) dan dialek suku Guangdong (Kanton), sehingga terbentuklah apa yang disebut bahasa hibrida (Noordjanah 2004:38). Bahasa hibrida adalah bahasa yang berasal dari peleburan dari berbagai bahasa.

Etnis Tionghoa juga terdapat di Nias. Nias sekarang ini terdiri dari 4 kabupaten yaitu Nias, Nias Utara, Nias Barat, Nias Selatan dan 1 Kotamadya yaitu Gunung Sitoli. Peneliti membatasi diri untuk meneliti etnis Tionghoa yang berada di kabupaten Nias Selatan kecamatan Telukdalam. Etnis Tionghoa di Telukdalam juga terbentuk hasil pernikahan lintas etnis, sehingga muncullah bahasa hibrida tersebut. Bahasa hibrida yang dipakai oleh etnis Tionghoa di Telukdalam Nias Selatan adalah percampuran bahasa Indonesia, bahasa Nias, bahasa Padang dan dialek Tionghoa dari suku Fujian (Hokkien). Bahasa tersebut sampai sekarang masih dipergunakan oleh kalangan etnis Tionghoa di Telukdalam. Bahasa tersebut biasanya dipergunakan dalam ragam bahasa yang informal dan dalam ranah pemakaian yang informal juga. Maka timbullah ketertarikan penulis untuk meneliti masalah ini lebih dalam lagi.

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah (1) mendeskripsikan latar belakang munculnya bahasa etnis Tionghoa di Telukdalam kabupaten Nias Selatan (2) mendeskripsikan ranah pemakaian bahasa tersebut dipergunakan oleh kalangan etnis Tionghoa di Teluk Dalam.

KAJIAN TEORI

Tiongkok Totok dan Peranakan

(3)

peranakan maksudnya mereka yang sudah berasimilasi dengan penduduk setempat. Pengaruh produk budaya peranakan Tionghoa ternyata mencakup aspek yang cukup luas. Tidak hanya bahasa tetapi juga arsitektur, batik, adat istiadat, kuliner, medis, media dan masih banyak lagi. Jadi terjadi akultrasi dan hibrida terjadi secara alamiah antara budaya Tiongkok dan budaya Indonesia, produk budaya yang utama dihasilkan pada proses tersebut adalah bahasa yaitu bahasa hibrida kemudian disusul dengan makanan contohnya bakpao, siomay, mie dan lainnya lalu produk budaya lainnya (http://baltyra.com/2011/11/07/asosiasi-peranakan-tionghoa-Indonesia)

Bahasa Hibrida

Ada banyak definisi dari bahasa, salah satunya adalah “sistem lambang bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”(Ahmad H.P dan Abdullah, 2009:3). Jadi melalui bahasa kelompok sosial dapat bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

Pada dasarnya bahasa hibrida adalah bahasa yang terbentuk dari serapan berbagai bahasa dan di dalamnya terdapat unsur bahasa Indonesia (termasuk bahasa daerah) dan unsur bahasa asing (Anton M. Moeliono dalam Rubrik Bahasa, 2009). Pada bahasa hibrida yang dipakai oleh etnis Tionghoa di Telukdalam Nias Selatan terdapat kosakata yang sesungguhnya berasal dari budaya yang berbeda misalnya dalam dialog di bawah ini

A: Selamat Ulta Eni

B: Makasih Ai..Pulang jangan lupa ole-ole ya hehehehe A: Lau nogu….Termasuk nafokukong ya hehehe B: Gilonafo kukong….b r howu-howu weӧ ӧ itu

Pada dialog diatas terdapat kalimat yang berasal dari bahasa Indonesia, bahasa Nias, bahasa Padang, bahasa Hokkien

Bahasa Indonesia Bahasa Nias Bahasa Padang Dialek Hokkien 1. Selamat ulta Eni

2. Makasih

3. Jangan lupa ole-ole ya

4. Termasuk

1.Lau nogu (baiklah nak)

2.Nafo (sirih)

3.B r howu howu weӧ ӧ itu (karena itu berkat ya)

1. Gilo (gila) 1. Ai (tante) 2. Kukong (kakek)

(4)

bentuk bahasa hibrida yang dimiliki oleh etnis Tionghoa di Telukdalam kabupaten Nias Selatan.

Ragam Bahasa

Nababan (1984:22) menyatakan bahwa setiap bahasa banyak ragamnya, apabila bahasa dipergunakan tentunya harus berdasarkan keadaan dan keperluan maupun tujuannya oleh karena itu bahasa memiliki banyak ragam. Nababan menambahkan ragam-ragam bahasa tersebut memiliki perbedaan struktural dalam unsur-unsurnya. Perbedaan-perbedaan bahasa tersebut menghasilkan ragam-ragam bahasa yang memiliki istilah yang berbeda-beda yaitu (1) Dialek, yaitu ragam bahasa yang sehubungan dengan daerah atau lokasi geografis (2) Sosiolek, ragam bahasa yang sehubungan dengan kelompok sosial (3) Fungsiolek, ragam bahasa yang sehubungan dengan situasi berbahasa dan/atau tingkat formalitas (Nababan, 1984:14).

Martin Joos dalam Nababan (1984:22-23) membagi fungsiolek bahasa Inggris berdasarkan tingkat formalitas, tingkatan tersebut terbagi atas lima tingkat yang disebut dengan gaya bahasa (style). Hal ini tentunya dapat diterapkan untuk semua bahasa. Adapun kelima tingkatan tersebut terdiri dari:

1. Ragam beku (frozen): ialah ragam bahasa yang paling resmi. Ragam bahasa ini dipergunakan dalam situasi-situasi yang khidmat dan upacara-upacara resmi. Ragam bahasa ini juga terdapat dalam tulisan-tulisan yang terdapat dalam dokumen bersejarah misalnya undang-undang dasar dan dokumen penting yang lain.

2. Ragam resmi (formal): ialah ragam bahasa yang dipergunakan dalam pidato-pidato resmi, rapat, dinas, atau rapat resmi pimpinan suatu badan.

3. Ragam usaha (consultative): ialah ragam bahasa yang pada umumnya dipergunakan dalam pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat usaha yang berorientasi kepada hasil atau produk.

4. Ragam santai (casual): ialah ragam bahasa santai atau informal antarteman dalam berbicang-bincang, rekreasi, berolah-raga dan sebagainya.

(5)

Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat dalam ragam bahasa apakah bahasa hibrida yang dimiliki oleh etnis Tionghoa di Telukdalam Nias Selatan berdasarkan tingkatan fungsiolek yang diperkenalkan oleh Martin Joos.

Ranah Pemakaian Bahasa

Dalam bukunya Fishman (1966:73) menjelaskan bahwa dalam menggunakan bahasa terdapat konteks sosial yang melembaga (institutional context) berdasarkan tempat, topik dan peserta atau yang disebut dengan ranah. Menurutnya satu ranah merupakan sebuah kelompok dari situasi tutur. Dalam penelitian Fishman, Cooper dan Ma di Puerto Rico tentang masyarakat di kota New York. Mereka menginventariskan ada lima ranah yang diindentifikasi dalam banyak komunitas yaitu keluarga, persahabatan, agama, pendidikan, pekerjaan. Lima ranah tersebut berkaitan dengan lawan bicara, tempat dan topik pembicaraan (Romaine,1994:44-46). Seperti yang tergambar pada tabel ini:

Ranah Lawan bicara Tempat Topik Pembicaraan

Keluarga Persahabatan Agama Pendidikan Pekerjaan

Orangtua Teman Pendeta Guru Pekerja

Rumah Pantai Gereja Sekolah Tempat bekerja

Merencanakan pesta Bagaimana bermain volli Memilih liturgi

Menyelesaikan masalah pelajaran matematika Permohonan promosi

Sumber: Holmes, 1994:24

Jadi berdasarkan ranah pemakaian bahasa yang diperkenalkan oleh Fishman, peneliti ingin menjelaskan ranah pemakaian bahasa hibrida yang dipergunakan oleh etnis Tionghoa yang berada di kecamatan Telukdalam Kabupaten Nias Selatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, artinya penelitian ini bersifat natural tidak dilakukan dengan eksperimen. Metode yang dipergunakan oleh peneliti adalah metode deskriptif. Peneliti menjelaskan hasil penelitian bukan menggunakan angka-angka melainkan dengan kata-kata (Moleong, 2007:4). Peneliti bertindak sebagai instrumen dengan menggunakan tehnik pengumpulan data participant observation

(6)

bahasa hibrida. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara mendalam dengan para informan.

HASIL ANALISIS

1. Deskripsi latar belakang munculnya bahasa etnis Tionghoa di Telukdalam

Munculnya bahasa yang dipergunakan oleh etnis Tionghoa di Telukdalam, dilatarbelakangi oleh datangnya rombongan dari Tiongkok ke Telukdalam. Meskipun berkelompok mereka memiliki seorang pemimpin ia bernama Choa Chu Ki. Choa Chu Ki ini adalah saudagar kaya yang telah menikah dengan perempuan yang berasal dari Padang (Minang), karena ia tidak memiliki anak. Maka tanpa menceraikan istri pertamanya, ia pun menikah kembali dengan seorang perempuan yang berasal dari Nias, tepatnya dari daerah Balaekha. Desa Balaekha adalah desa yang terletak kecamatan Lahusa Kabupaten Nias Selatan.

Cho Chu Ki dan kedua istrinya tinggal di Telukdalam dan membuka usaha di Telukdalam, karena sejak dahulu Telukdalam adalah daerah kawasan bisnis. Semua penduduk Nias bagian selatan selalu datang ke Telukdalam guna membeli segala kebutuhan mereka, karena disanalah terdapat berbagai toko yang menjual segala kebutuhan mereka. Telukdalam juga dinamakan fasa oleh para penduduk Nias Selatan, Fasa artinya pasar. Telukdalam tentunya dipenuhi oleh orang-orang yang berasal dari berbagai daerah di Nias yang ingin berbelanja kebutuhan mereka. Untuk melayani pembeli, Cho Chu Ki dan keluarganya harus mampu beradaptasi dengan para pembeli agar tercipta komunikasi yang baik. Sehingga terciptalah bahasa hibrida etnis Tionghoa di Telukdalam yang sampai sekarang. Bahasa hibrida yang mereka miliki terdiri dari bahasa Indonesia, bahasa Nias, bahasa Padang dan dialek Hokkien.

Dalam bahasa hibrida tersebut ada fenomena yang menarik, yaitu ada kosakata yang dipakai sepertinya bukan dari bahasa Indonesia tetapi kosakata tersebut berasal dari bahasa Indonesia yaitu kata pigi, pigi artinya pergi. Orang-orang Etnis Tionghoa Telukdalam sering menggunakan kata pigi untuk kata pergi. Selain itu juga ada kosakata yang kelihatannya seperti bahasa Padang, tetapi artinya tidak sama dengan bahasa Padang yaitu kata ambek. Kata ambek dalam bahasa Padang artinya cegat atau hambat. Tetapi arti dari ambek dalam dialog etnis Tionghoa di Telukdalam adalah ambil.

2. Deskripsi ranah pemakaian bahasa tersebut dipergunakan oleh kalangan etnis Tionghoa di Teluk Dalam.

(7)

dan pekerjaan. Selain itu ragam bahasa tersebut termasuk dalam ragam ragam akrab (intimate), karena bahasa ini dipergunakan antar anggota keluarga atau teman-teman yang sudah sangat akrab. Juga termasuk dalam ragam santai (casual) disebabkan karena bahasa hibrida yang mereka miliki dipergunakan dalam situasi santai antar teman dalam berbincang-bincang. Dan termasuk juga dalam ragam usaha (consultative) karena bahasa tersebut dipergunakan dalam situasi jual-beli di toko

Bahasa hibrida paling sering dipergunakan dalam ranah keluarga dan persahabatan, sedangkan pada ranah pekerjaan hanya dipergunakan bagi sesama etnis Tionghoa yang mengerti bahasa tersebut.

Dialog 1

Konteks: Dialog antara ibu dan anak

A: Tin, pigi mandi, apa lagi yang lu tunggu-tunggu beko malam sekali. B: Lau mak, sebentar ini Tin ma ambek ae handuk tin.

Bahasa Indonesia Bahasa Nias Bahasa Padang Dialek Hokkien

Tin, pigi (pergi) mandi, apa lagi yang, tunggu-tunggu, malam sekali

Lau : baiklah Ae: partikel yang tidak ada artinya, fungsinya sebagai penekanan kata sebelumnya

Beko (nanti) Mak (ibu)

Ambek (ambil)

Lu (kamu)

Ranah Lawan Bicara Tempat Topik Ragam Bahasa

Keluarga Ibu Rumah Suruhan untuk

mandi

Ragam Akrab

(Intimate)

Dialog 2

Konteks: Dialog antar teman

A: Se gimana kabar lu? B: Baik Tin

A: Aee sudah lama sekali indak gua tengok lu kangen gua B: Iya we tin, sama gua juga

A: berapa lama libur lu? B: Cuma 2 minggu we tin A: Bah..sudah bajalan kita bale

B: Lau, lu, jemput gua di rumah ee? Karna honda gua dipake koko guawe

A: Lau Mande

Bahasa Indonesia Bahasa Nias Bahasa Padang Dialek Hokkien

Se gimana kabar Baik Tin

Sudah lama sekali, tengok, kangen

Iya, sama

Berapa lama, libur Cuma, 2 minggu Sudah

Jemput, di rumah, honda

we, bale: partikel tambahan yang tidak punya arti, fungsinya untuk penekanan kata sebelumnya. Lau: baiklah Indak (tidak) Bajalan (jalan-jalan) Mande (ibu) Lu (kamu) Gua (saya)

(8)

Ranah Lawan Bicara Tempat Topik Ragam Bahasa

Persahabatan Teman Dialog dalam Blackberry Massenger

Janji jalan-jalan Ragam Santai (casual)

Dialog 3

Konteks: Dialog antar pembeli dan penjual A: Akhu mau beli apa?

B: Gua mau beli blender.. yang mana yang bagus?

A: Kalo akhuambek yang mahal paling menang di merek aja..Akhu liek aja yang sesuai mata akhu.

B: Lau Bale…

Bahasa Indonesia Bahasa Nias Bahasa Padang Dialek Hokkien

Mau beli apa? mau beli blender

kalo yang mahal paling menang di merek aja

yang sesuai mata

Lau bale (baiklah) Ambek (ambil) Liek (lihat)

Akhu (saudara mama laki-laki)

Gua (saya)

Ranah Lawan Bicara Tempat Topik Ragam Bahasa

Pekerjaan Pembeli Toko Membeli blender Ragam usaha (consultative)

KESIMPULAN

Kekayaan bahasa yang dimiliki oleh pulau Nias sungguh banyak salah satunya bahasa hibrida yang dipakai oleh etnis Tionghoa di Telukdalam kabupaten Nias Selatan. Bahasa hibrida sungguh menarik untuk diteliti baik dari latar belakangnya maupun dari penggunaan bahasa tersebut. Muncullnya bahasa hibrida tersebut dilatarbelakangi oleh pernikahan lintas etnis yang membuat bahasa hibrida etnis Tionghoa di Telukdalam terdiri dari bahasa Indonesia, bahasa Nias, bahasa Padang, dan dialek Hokkien. Bahasa ini dipergunakan hanya dalam tiga ranah yaitu ranah keluarga, ranah persahabatan dan ranah pekerjaan. Bahasa hibrida yang mereka miliki termasuk ragam akrab (intimate), ragam santai (casual) dan ragam usaha (consultative). Jadi bahasa hibrida oleh kalangan etnis Tionghoa di Telukdalam hanya dipergunakan dalam situasi informal

Daftar Pustaka

Chen, Josh, Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia

http://baltyra.com/2011/11/07/asosiasi-peranakan-tionghoa-Indonesia (diakses 18 Agustus 2014).

Djie, Liem Twan, Perdagangan Perantara Distribusi Orang-Orang Cina di Jawa, Jakarta:Gramedia, 1995.

(9)

Karsono, Ong Mia Farao dan Rendy Perdanawati, Penggunaan Bahasa oleh Anak dalam Keluarga Pernikahan antar Etnis Tionghoa dan Suku Jawa

repository.petra.ac.id/15930/1/Publikasi1_06003_582.pdf (diakses 30 Juli 2014). Moeliono, Anton M, Serapan bahasa Asing dalam Bahasa Indonesia

http://rubrikbahasa.wordpress.com/2009/12/30/serapan-asing-dalam-bahasa-indonesia/ (diakses 27 Juli 2014).

Nababan, P.W.J, Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta:PT Gramedia, 1984.

Noordjanah, A, Komunitas Tionghoa di Surabaya(1910-1946). Semarang: Mesiass, 2004.

Rochmawati, “Pembauran yang Tak Pernah Selesai” dalam Masyarakat dan Budaya 6 (2): 105-118, Jakarta:PMB, 2004.

Romaine, Suzanne, Language in Society. New York: Oxford University Press, 1994. Suryadinata, The Chinese Minority in Indonesia: Seven papers. Singapore: Chopmen

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengukuran zona hambat terhadap ke-tiga bakteri uji Vibrio harveyi, Vibrio parahaemolyticus dan Vibrio cholera , semua isolat probiotik B, C, G, dan

PENERAPAN MODIFIKASI PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA VOLI TERHADAP PENINGKATAN BERMAIN DAN PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran CT-Scan kepala penderita dengan klinis neoplasma intrakranial di Bagian Radiologi FK Unsrat /SMF Radiologi RSUP Prof..

Selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan sebagai berikut: (a) melaksanakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman dan penalaran matematis sebelum diberikan

program KB di tingkat kecamatan dan desa yang dilaksanakan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan Pengendalian Program Lapangan Keluarga Berencana (PPLKB)

Dengan demikian, kepuasan memang menjadi variabel yang sangat penting untuk mengukur pemasaran pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan hasil akhir dari pelayanan yang

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya, Diana Fitriana menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS PRODUK, KEWAJARAN HARGA DAN KEPUASAN

Antarmuka halaman utama adalah antarmuka yang berisi semua fitur aplikasi yaitu fitur untuk melakukan prediksi lokasi pengguna saat ini yang ditunjukan dengan