• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS

ACHIVEMENT DIVISION PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRINGSEWU BARAT KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh SUDARWATI

Pendidikan dasar harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk mengembangkan berbagai kemampuannya secara optimal, seperti kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen demikian juga mampu untuk bertanya dan berpendapat.

Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : ”Bagaimana peningkatan aktivitas dan prestasi belajar Matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas V SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu?”.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan prestasi belajar Matematika melaui pembelajaran cooperative tipe student teams achivement division dengan standar kompetensi “standar kompetensi “memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun” dan kompetensi dasarnya adalah “mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar” dan “menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana”.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Data penelitian diperoleh melalui lembar observasi dan tes prestasi belajar. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa presentase aktivitas siswa siklus I sebesar 62,60% meningkat menjadi 78,60% pada siklus II. Sedangkan rata-rata prestasi belajar pada siklus I sebesar 66 meningkat menjadi 79 pada siklus II sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanyak 29 siswa (100%).

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dasar harus dapat memberikan peluang kepada anak untuk

mengembangkan berbagai kemampuannya secara optimal, seperti

kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen demikian juga

mampu untuk bertanya dan berpendapat. Proses belajar yang tidak

mengakomodasi kebutuhan berbagai aspek perkembangan kemampuan

anak, memberikan pengalaman belajar yang kurang bermakna akibatnya

anak menjadi tidak kreatif, kurang inisiatif, dan tidak termotivasi untuk

belajar aktif.

Proses pembelajaran dikatakan baik jika siswa aktif melibatkkan diri dalam

keseluruhan proses, baik secara mental maupun fisik. Menurut Buchori

(2001:5) bahwa Pendidikan Matematika adalah pendidikan yang bersifat

antis matematikatoris yaitu para siswa harus dapat dipersiapkan untuk

menghadapi tiga tugas kehidupan yaitu pertama untuk dapat hidup kedua

untuk mengembangkan kehidupan bermakna, dan ketiga untuk memuliakan

kehidupan.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pada pembelajaran

(3)

tetapi harus mencakup ranah afektif dan psikomotorik yang bertujuan

membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat

diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Melihat pentingnya

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia perlu dilakukan penataan

pendidikan yang menyangkut inovasi pembelajaran dan penerapan metode

pembelajaran di kelas, yang mampu meningkatkan mutu proses dan hasil

belajar siswa.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar merupakan proses pendidikan

yang berhubungan dengan keseharian siswa sehingga siswa mampu

mengerti dan memahami kehidupan dirinya sebagai makhluk sosial dan

tampil hidup di lingkungannya. Pelajaran Matematika berkaitan erat dengan

kehidupan anak baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Untuk

mencapai tujuan tesebut, model pembelajaran kooperatif tipeStudent Teams

Achievement Division (STAD) sangat membantu agar proses pembelajaran

berjalan lebih bermakna. Strategi pembelajaran ini tidak mengharuskan

siswa menghafal, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa untuk

menemukan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Berdasarkan hasil dari dokumentasi diketahui bahwa siswa kelas V yang

memperoleh nilai kurang dari 55 sebanyak 19 orang siswa (70,37%)

sedangkan siswa yang memperoleh nilai lebih dari 55 sebanyak 8 orang

siswa (29,63%). Nilai Matematika yang diharapkan mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 % siswa telah mencapai nilai 55 atau

(4)

Berdasarkan pembelajaran yang digunakan dalam pelajaran kelas V SD

Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu adalah kurang menarik,

sehingga prestasi belajar yang diperoleh belum maksimal, karena metode

pembelajaran tersebut belum menciptakan suasana yang dapat merangsang

keinginan siswa untuk belajar secara optimal dan siswa kurang antusias

dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan masalah tersebut di atas maka di perlukan suatu model

pembelajaran yang mampu menciptakan keaktifan siswa saat proses

pembelajaran. Salah satu upaya menciptakan keaktifan siswa yaitu dengan

penerapan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini

menempatan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama, sehingga

dengan bekerja secara bersama-sama diantara anggota kelompok akan

meningkatkan prestasi belajar. Melalui kerja kelompok, maka siswa banyak

terlibat dalam pembelajaran dan memiliki banyak pengalaman yang dapat

berimbas pada meningkatkan prestasi belajar. Salah satu model

pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran

koopertif tipe Student Teams Achivement Division (STAD), merupakan

salah satu tipe pembelajaran koolperatif yang paling sederhana, dimana

siswa akan lebih mudah dalam menemukan dan menangani konsep-konsep

yang sulit jika mereka mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing

oleh temannya yang memiliki wawasan yang lebih tinggi, sedangkan siswa

yang lebih tinggi kemampuannya mempunyai kesempatan untuk menjadi

(5)

Berdasarkan uraian di atas maka agar prestasi belajar Matematika kelas V

SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu meningkat, perlu

kiranya untuk dilakukan penelitian dengan judul tentang: Meningkatkan

Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division pada Siswa Kelas V

.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagian besar 19 siswa (70,37%) prestasi belajar Matematika masih di

bawah KKM yaitu 55

2. Sebagian besar siswa masih kurang aktif belajar.

3. Pembelajaran Matematika kurang menarik, karena sering menggunakan

metode ceramah.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Bagaimana

peningkatan aktivitas dan prestasi belajar Matematika melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada kelas V SD Negeri 5 Pringsewu

Barat Kabupaten Pringsewu?

D. Tujuan Penelitian

(6)

1. Peningkatan aktivitas belajar Matematika melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) pada siswa

kelas V SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu.

2. Peningkatan prestasi belajar Matematika melalui model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achivement Division (STAD) pada siswa

kelas V SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tindakan kelas ini diperuntukan:

1. Bagi Siswa, diharapkan menjadi motivasi untuk meningkatkan prestasi

dan aktivitas belajar pada Mata Pelajaran Matematika.

2. Bagi Guru, diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi guru dalam

memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi Sekolah, menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah aktivitas dan prestasi

belajar siswa akan meningkat dengan signifikan apabila menggunakan

pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achivement

(7)
(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah

satunya pengertian belajar menurut Syah (2007: 92). Belajar adalah tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif. Sedangkan pengertian belajar menurut Hamalik (2004:27) adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is

defined as the modification or strengthening of behavior through

experiencing) artinya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan

bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi

lebih luas dari itu, yaitu mengalami.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas perolehan belajar atau hasil belajar

merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan

berdasarkan ciri-ciri atau variabel-variabel bawaannya melalui perlakuan

pembelajaran tertentu. Hasil belajar merupakan hasil kegiatan dari belajar

dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran

yang dilakukan siswa dengan kata lain belajar merupakan apa yang diperoleh

dari proses belajar.

(9)

Dalam proses pembelajaran aktivitas belajar siswa sangat diutamakan.

Menurut Sardiman (1994: 95) bahwa di dalam belajar diperlukan aktivitas,

sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah

tingkah laku. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya

aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi

belajar mengajar. Sedangkan Hamalik (2004: 99) juga menyatakan bahwa

aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang

meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum

jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang

dilakukan, yang dapat menunjang prestasi belajar.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, keberhasilan kegiatan pembelajaran

ditentukan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Semakin banyak aktivitas

belajar yang dilakukan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin

ingat anak akan pentingnya pembelajaran itu, dan tujuan pembelajaran akan

lebih cepat tercapai.

Selanjutnya Hamalik (2004: 175-176) mengungkapkan bahwa penggunaan

asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran pada siswa karena:

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral

3. Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa

4. Siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri

5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

(10)

6. Mempererat hubungan sekolah, masyarakat dan orang tua dengan guru

7. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga

mengembangkan

8. pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan verbalitas

9. Pengajaran di sekolah menjadi lebih hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan masyarakat

Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam

pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran.

Berkenaan dengan hal tersebut, Diedrich (dalam Sardiman, 1994: 100)

membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

digolongkan kedalam 8 kelompok, yaitu

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan, wawancara, diskusi, interupsi

3. Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan laporan,

angket, menyalin

5. Drawing activities, misal: menggambar, membuat grafik, peta, diagram

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

(11)

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup

Dari beberapa jenis aktivitas yang dijelaskan tersebut, aktivitas yang diamati

selama kegiatan pembelajaran lebih spesifik adalah memperhatikan

penjelasan guru, berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru, berdiskusi

dalam kelompok/mengerjakan LKS, mempresentasikan/memperhatikan hasil

diskusi, memberikan tanggapan terhadap presentasi dan menyimpulkan

materi pelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran sehingga menimbulkan

perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu.

C. Pengertian Prestasi Belajar

Setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan proses pembelajar akan

memiliki prestasi belajar. Menurut Asmawi (1997:4) prestasi belajar adalah

taraf kapabilitas atau kemampuan untuk menguasai sejumlah kemampuan

tertentu. Pengertian tersebut mengandung maksud bahwa prestasi belajar

adalah kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam suatu proses belajar.

Kemampuan tersebut ditunjukkan oleh nilai-nilai hasil tes dalam materi

pelajaran tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamrah (1994:49)

(12)

segala hal yang dipelajari disekolah yang dapat mencakup pengetahuan atau

kecakapan atau keterampilan yang dinyatakan sesudah dilakukan penilaian.

Sedangkan menurut Sudjana (2001:22) prestasi belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, seorang guru dapat menentukan

kedudukannya dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk kedalam kategori

siswa yang pandai, sedang atau kurang.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah penguasaan kompetensi seorang siswa yang merupakan perpaduan

dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang memiliki kompetensi dalam

bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami, serta

menghayati bidang tersebut yang dicerminkan dalam perilaku sehari-hari.

D. Konsep Pembelajaran Kooperatif

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan satu sama

lain, oleh karena itu siswa dituntut untuk tidak menghafal konsep saja, tetapi

hendaknya memperhatikan hubungan antara suatu konsep dengan konsep

yang lainnya. Menurut Dahar (1998:96) konsep adalah suatu abstraksi yang

memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, hubungan-hubungan

yang mempunyai atribut yang sama. Manusia merupakan individu yang

berbeda satu sama lain yang memiliki derajat potensi, latar belakang historis,

serta harapan masa depan yang berbeda. Karena adanya pebedaan tersebut,

(13)

menjadi makhluk sosial yang berinteraksi dengan sesama. Masyarakat

Indonesia sangat mengutamakan azas gotong royong dalam kehidupan

sehari-hari. Salah satu konsep pembelajaran yang menggunakan prinsip

kegotongroyongan adalah pembelajaran kooperatif. Banyak ahli yang telah

mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif.

Panen Mustafa dan Sekarwinahyu (2001:69) mengemukakan bahwa, model

pembelajaran kooperatif kolaboratif merupakan proses kontruktivisme sosial

yang menjadi salah satu proses kontruksi pengetahuan yang relatif dominan

dalam diri individu sebagai makluk sosial. Sedangkan menurut Lie (2007:12)

model pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah

sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

berbaik dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur dimana dalam sistem ini

guru bertindak sebagai fasilitator. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim

dkk (2000:9) mengungkapkan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling

mencerdaskan, saling menyayangi, dan saling tenggang rasa antar sesama

siswa sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata, sehingga sumber

belajar bukan hanya dari guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan model pembelajaran

kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang yang

heterogen untuk saling berbaik, saling membantu diantara anggota kelompok

untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini

(14)

keterampilan dalam suasana belajar kelompok yang nantinya dapat mencapai

potensi yang optimal.

Model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi siswa untuk menjadi

aktif dalam pembelajaran. Dengan kelompok belajar akan terjadi saling tukar

pikiran, tidak ada lagi kesenjangan antar siswa karena semuanya saling

berinteraksi satu sama lainnya. Karena anggotanya bersifat heterogen maka

siswa yang pandai dapat memberikan masukan bagi teman yang

berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan rendah memperoleh

banyak keuntungan belajar dengan rekannya yang pandai.

Menurut Lungdren (dalam Ibrahim 2000:18), manfaat dari belajar kooperatif

bagi siswa yang berprestasi rendah adalah :

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas

2. Rasa harga diri lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah

4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

6. Perselisihan antar pribadi kurang

7. Sikap apatis kurang

8. Pemahaman lebih mendalam

9. Motivasi lebih mendalam

10. Hasil belajar lebih baik

Menurut Ibrahim dkk (2000:6) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri

(15)

1. Siswa berbaik dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

Pembelajaran kooperatif terdiri dari enam bentuk, yaitu : Student teams

Achievement division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jingsaw II,

Group Investigation (GI), Team Accelerated Instruction (TAI), dan

Cooperative Integrated Reading Compotition(CIRC).

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Eggen dan Kauchak (dalamWardhani, 2005:32) menjelaskan bahwa

model pembelajaran merupakan pedoman berupa program atau petunjuk

strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran.

Pedoman tersebut memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan menurut

Setiawan (2005:54) salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran

adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar, dengan

pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran yang

diharapkan adanya perubahan dari menghafal kearah berfikir dan

(16)

Menurut Ibrahim dkk. (2000:10) salah satu tipe pembelajaran kooperatif

adalah Tipe Student Teams Achivement Division (STAD). Model

pembelajaran kooperatif STAD dikembangkan oleh Robert Slavim dan

teman-temannya di Universitas John Hofkeus, dan merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana diterapkan dimana siswa

dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam

orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan STAD mengacu

kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada

siswa menggunakan presentasi verbal atau teks

Menurut Kunandar (2007: 364), dalam model pembelajaran kooperatif tipe

STAD para siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri

dari 4-6 anggota secara heterogen, tiap kelompok menggunakan lembar kerja

akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui

tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Secara

individu/kelompok tiap minggu atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh

guru untuk mengetahui penguasaan konsep siswa. Tiap siswa dan tiap

kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada

siswa secara individu atau kelompok yang meraih prestasi tinggi akan diberi

penghargaan.

Student Teams Achivement Division (STAD) merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok kecil. Menurut Ibrahim

(2000:145) adapun Langkah-langkah pembelajaran model Student Teams

(17)

1. Peserta didik dibagi kedalam kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen

menurut prestasi, jenis kelamin, ras, atau suku.

2. Peserta didik menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

3. Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekerja dalam tim.

4. Guru membimbingkan kelompok peserta didik

5. Peserta didik diberi tes tentang materi yang telah diajarkan

6. Memberikan penghargaan.

F. Pembelajaran Matematika SD

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan

matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa

depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analisis, sistematik, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerja

sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki

kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk

bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar Matematika disusun sebagai

(18)

Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggnakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan

ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media

lain.

Dalam penyampaian pelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan

pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan

mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing

untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan

pembelajaran,, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan

komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Mata pelajaran Matematika memiliki tujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

(19)

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten

Pringsewu, dengan waktu penelitian mulai bulan Maret sampai dengan bulan

Mei 2012.

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti, Subjek

penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 5 Pringsewu

Barat Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 27

siswa. terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi catatan lapangan, dan tes.

1. Observasi, dilakukan untuk mengamati kegiatan pengajar dan aktivitas

siswa selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian

perencanaan tindakan dengan tindakan. Data diperoleh dengan

(21)

siswa yang meliputi:

a. Memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa bertanya dan menjawab pertannyaan dari guru.

c. Mengerjakan LKS atau tugas

d. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok

e. Mempresentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

2. Tes, diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. Tes awal

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap

konsep yang telah dikuasai oleh siswa. Hasilnya akan digunakan untuk

menentukan keanggotaan kelompok. Tes tiap akhir siklus dilakukaan

untuk menentukan poin peningkatan individu yang menentukan status

suatu kelompok dalam pemberian penghargaan. Tes ini juga dimaksudkan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.

D. Prosedur Penelitian

Menurut Wardhani (2007: 1.4) bahwa penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui

refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Sesuai dengan metode

Penelitian Tindakan Kelas (PTK), prosedur penelitian yang akan dilakukan

adalah suatu bentuk proses pengkajian berdaur siklus yang terdiri dari 4

tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu (1)

perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan

(22)

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis

dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data

dilakukan oleh peneliti sejak awal pada setiap aspek penelitian. Data yang

dianalisis adalah data aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk menganalisis

data siswa yang aktif setiap pertemuan dilakukan perhitungan sebagai berikut:

1. Menentukan siswa aktif dilakukan dengan mendata melalui lembar

observasi aktivitas pada setiap pertemuan.

2. Menghitung presentase siswa aktif dengan rumus :

Keterangan :

A = Presentase aktivitas siswa Na = Jumlah siswa yang aktif N = Jumlah siswa hadir

3. Menghitung presentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan

rumus :

Keterangan :

Yj = Presentase ketuntasan belajar pada siklus ke-j

Pj = -j

N = Jumlah seluruh siswa (Nono, dkk. 2005:57).

a. Pelaksanaan Tindakan

1. Tahap Pratindakan

(23)

a) Menentukan tes awal atau pendahuluan yang skornya digunakan sebagai

skor dasar (skor awal). Nilai tes awal diambil dari nilai semester ganjil

tahun pelajaran 2011/2012.

b) Skor tes awal kemudian diurutkan dari skor tertinggi ke skor terendah,

setelah itu dilakukan pembentukan kelompok yang beranggotakan 4-6

orang dengan beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok yang

heterogen baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin.

c) Mengumpulkan seluruh siswa dan menjelaskan maksud serta

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus

diperhatikan oleh siswa dalam suatu kelompok.

Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah :

a) Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk

lingkaran dan saling berhadap-hadapan sesuai dengan kelompoknya.

Setiap kelompok berjumlah 4-6 siswa.

b) Pada proses pembelajaran, setiap anggota kelompok saling berdiskusi

tentang materi yang diberikan dalam proses pembelajaran dengan

berpedoman pada lembar kerja yang telah disediakan. Anggota

kelompok yang memiliki kemampuan lebih akan menjadi tutor dalam

kelompoknya.

c) Hasil kerja kelompok dicatat dan hasil tersebut dikomunikasikan pada

kelompoknya baik secara lisan maupun tulisan.

d) Setiap anggota kelompok harus berani menyampaikan pendapat,

gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan

(24)

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun

-sifat

mengidentifikasi sifat- -jaring

yang terdapat dalam skenario pembelajaran.

Adapun urutan kegiatan secara garis besar dapat dilihat pada skema berikut :

ANALISIS & REFLEKS

I

RENCANA TINDAKAN

PELAKSANAAN TINDAKAN OBSERVASI

PERBAIKAN RENCANA TINDAKAN ANALISIS &

REFLEKS I

(25)

Gambar 3.1. Skema Tahap Pelaksanaan Tindakan (Dimyati dan Mulyono, 2002:124).

a. Tahap perencanaan, menyusun rancangan pembelajaran dan

menyusun lembar kegiatan yang akan diberikan kepada siswa saat

belajar kelompok, mempersiapkan model, merancang alat penelitian

yang akan diterapkan dengan mempersiapkan RPP, mesia pembelajaran

LKS dan lain sebagainya.

b. Tahap pelaksanaan, kegiatan ini berupa penerapan kegiatan

pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan dengan standar

-Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario

pembelajaran.

Adapun Langkah-langkah pembelajaran model Student Teams

(26)

1) Peserta didik dibagi kedalam kelompok kecil 4-5 orang secara

heterogen menurut prestasi, jenis kelamin, ras, atau suku.

2) Peserta didik menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

3) Guru menyajikan bahan pelajaran dan peserta didik bekerja dalam

tim.

4) Guru membimbingkan kelompok peserta didik

5) Peserta didik diberi tes tentang materi yang telah diajarkan

6) Memberikan penghargaan.

3. Observasi/Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa, yang meliputi kegiatan yang

dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung di antaranya

dengan mempergunakan lembaran observasi dan soal tes formatif.

4. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat

kesimpulan setelah proses belajar-mengajar berlangsung. Refleksi

dilakukan dengan menganalisis prestasi belajar dan pengamatan, serta

menentukan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar

perbaikan selanjutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum yaitu :

(27)

2. Presentase jumlah siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas V

SD Negeri 5 Pringsewu Barat Kabupaten Pringsewu dapat disimpulkan

bahwa :

1. Hasil aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Matematika

dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Student Teams Achivment

Division dapat berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil

observasi aktivitas siswa pada siklus I rata-rata 62,20%, sedangkan pada

siklus II rata-rata 78,60% dari jumlah siwa yang ada.

2. Prestasi belajar siswa dalam pelajaran Matematika dengan model

pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivment Division pada

setiap siklusnya ada peningkatan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat

bahwa rata-rata prestasi belajar pada siklus I sebesar 66 dan pada siklus II

rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 79.

B. Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa membudayakan belajar berhitung, guna

memperkaya ilmu pengetahuan dan memperoleh hasil belajar yang lebih

(29)

2. Kepada Orang tua, untuk selalu membimbing dan memotivasi

putra-putrinya agar rajin belajar dan kelak menjadi anak yang berguna bagi

orang tua, bangsa dan negara.

3. Kepada guru, untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Teams Achivment Division dalam setiap proses

pembelajaran, karena dengan adanya model pembelajaran, siswa-siswa

lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Kepada Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang masih

belum ada agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik

sehingga prestasi belajar dapat meningkat.

5. Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), dapat lebih

memahami tugas seorang guru sekolah dasar dalam upaya meningkatkan

mutu pendidikan dasar dan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan

yang muncul di sekolah, sehingga dapat menjadi acuan sebagai calon guru

(30)

xi

Halaman

Halaman Sampul ... i

Abstrak ... ii

Persetujuan ... iii

Lembar Pengesahan ... iv

Pernyataan ... v

Riwayat Hidup ... vi

Persembahan ... vii

Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Hipotesis Tindakan ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar ... 7

B. Pengertian Aktivitas Belajar ... 8

C. Pengertian Prestasi Belajar ... 10

D. Konsep Pembelajaran Kooperatif ... 11

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 14

F. Pembelajaran Matematika SD ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

B. Subjek Penelitian ... 19

C. Teknik Pengumpulan Data ... 19

D. Prosedur Penelitian ... 20

E. Teknik Analisis Data ... 21

F. Indikator Keberhasilan ... 26

(31)

xii

A. Kesimpulan ... 34 B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA

(32)

Adjie, Nahrowi. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. Universitas Pendidikan Indonesia

( UPI ). Jakarta.

Ainy, Chusnul. 2000.Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar. Tesis Pada PPS UNESA Surabaya.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar dasar evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara.

... 2001. Dasar Dasar evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi ). PT. Bina Aksara. Jakarta.

Asma, Nur. 2006.Model Pembelajaran Kooperatif. Dirjen Dikti. Jakarta.

Azwar, Saifuddin. (2006). Tes Prestasi Fungsi Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Kasbolah, Kasihani, 1999.Penelitian Tindakan Kelas. Depdiknas. Malang

Larasati, Riska. 2005. Analisis metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD dan pengaruhnya terhadap upaya peningkatan hasil belajar Akutansi pada pokok bahasan pencatatan transaksi perusahaan dagang mata pelajaran Akutansi pada siswa kelas II semester I SMU Negeri 7 Purworejo, Universitas Negeri Semarang. Semarang

Muncarno, 2007. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Mahasiswa S-1 PGSD FKIP UNILA UPP METRO Semester IIB pada Pokok Bahasan Koofisien Korelasi dan Regresi Linear Sederhana. Laporan Hibah Pembelajaran. Unila.

Sardiman, AM. (1994). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo. Bandung

Suharjana, Agus. 2008. Pengenalan Bangun Ruang dan Sifat-Sifatnya.Depdiknas : Jakarta

(33)

Suwangsih, Erna. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Unila. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Wardhani, IGAK. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta

(34)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program S1 PGSD Universitas

Lampung

4. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., selaku pembimbing dengan sabar

memberikan bimbingannya serta arahan kepada penulis

5. Bapak Drs. Sugiyanto, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan

sumbangan pemikiran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menyelesaikan studi

7. Ibu Hj. Jumrochani, selaku Kepala SD Negeri 5 Pringsewu Barat, Kab.

Pringsewu yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian

8. Bapak Ibu Dewan guru SD Negeri 5 Pringsewu Barat yang telah memberikan

sarana dan prasarana kepada penulis selama melakukan penelitian

9. Teman-teman program S1 PGSD dalam jabatan yang telah memberikan

(35)

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.

Pringsewu, Mei 2012 Peneliti

(36)

Penulis dilahirkan di Podomoro, Pringsewu pada tanggal 14 Desember 1979

sebagai anak ke lima dari lima bersaudara dari pasangan (Alm) Bapak Sabariyadi

dan Ibu R. Nganten Suharti.

Penulis mulai mengenyam pendidikan formal di SD Negeri 5 Podomoro, yang

diselesaikan tahun 1991, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2

Pringsewu yang selesai tahun 1994. selanjutnya penulis melanjutkan

pendidikannya di STM YPT Pringsewu Jurusan Elektronika Komunikasi yang

selesai tahun 1997.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya pada program DII PGSD

Universitas Terbuka. Lalu pada tahun 2010 penulis mengikuti Program

Pendidikan S1 PGSD dalam jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(37)

Kebahagian bukan terletak pada hasil yang telah dicapai dalam hidup, tetapi

bagaimana kita mensyukuri segala yang dimiliki dalam hidup

(38)

Kupersembahkan karya ini kepada

1. Kedua orang tuaku, yang saya banggakan dan selalu memberi dukungan

Referensi

Dokumen terkait

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

difasilitasi oleh dua orang instruktur yang memiliki Nomor Induk Asesor yang relevan, termasuk pada saat ujian. Rayon LPTK merancang strategi pelaksanaan PLPG, materi

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau

Dari uraian diatas, maka penulis bermaksud untuk membuat suatu Sistem Informasi Wisma dan Reservasi Kamar berbasis web yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan

dan Taufik-Nya kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “ Redesain Pasar Tradisional Siwa Dengan Pendekatan Arsitektur Modern Di Kabupaten Wajo ” ini dapat

Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana kebijakan Dinas Kehutanan dalam menanggulangi upaya menanggulangi pembalakan hutan di wilayah KPH Malang.Ingin

BorderStyle An enum erated data type describing the style of the border surrounding the control.. Legal values are:

Hal ini mengindikasikan kontribusi dari personal adjustment dan dukungan keluarga sebesar 52,5% sedangkan sisanya 47,5% menyangkut sumbangan dari variabel atau