• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEK 1000907 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEK 1000907 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan telah terjadi sejak negara tersebut menyatakan kemerdekaan dari India, masalah pengungsi yang terjadi usai perang sampai pada campur tangan militer dalam politik. Sistem politik yang belum stabil dianggap sebagai alasan utama pergantian kekuasaan yang terus terjadi di Pakistan.

Pergantian kekuasaan yang terjadi di Pakistan tidak selalu berjalan dengan demokratis seperti melalui pemilihan umum, tetapi juga dilakukan dengan cara coup d’etat (kudeta) oleh pihak militer. Pemerintahan militer sudah ada sejak tahun 1956 dibawah pimpinan Jenderal Ayub Khan, yang dilanjutkan oleh kudeta militer kedua yang dilakukan oleh Jenderal Yahya Khan. Kekuasaan militer berakhir setelah rakyat Pakistan menginginkan pemerintahan yang baru, era baru di bawah pimpinan politisi sipil dimulai dengan naiknya Zulfikar Ali Bhutto menjadi Presiden menggantikan Jenderal Yahya Khan.

(2)

Pemerintahan sipil pimpinan Bhutto hanya bertahan lima setengah tahun, dan kekuatan militer di Pakistan kembali mengambil alih pemerintahan. Hal tersebut diungkapkan Burki (1991, hlm. 61-65) yang menyatakan bahwa:

Pada tanggal 5 Juli 1977, Bhutto disingkirkan oleh militer, yang mengambil kontrol sekali lagi tidak keluar dari ambisi politik, tetapi karena adanya ketegangan-ketegangan akibat perlakuan Bhutto terhadap para pemimpin politik lainnya, partai-partai mereka, dan program-program mereka.

Kudeta tersebut mendapat dukungan dari partai-partai Islam yang menentang kebijakan Bhutto beraliran sosialisme dan keluar dari nilai-nilai Islam sebagai jati diri negara Pakistan. Sehingga mereka membentuk sebuah Aliansi Nasional yang mendapat dukungan militer, khususnya Zia ul-Haq yang menjanjikan akan mengakomodasi kepentingan mereka dan Islam.

Pengambilalihan kekuasaan oleh militer tersebut mendapatkan sambutan yang beragam di tengah kekacauan yang terjadi di Pakistan. Kalangan pendukung Bhutto tidak menghendaki kembalinya militer berkuasa di Pakistan, gerakan-gerakan dilakukan selama kekuasaan militer di bawah pimpinan Jenderal Zia ul-Haq. Gerakan-gerakan tersebut membuat sebuah kekuatan oposisi baru terhadap pemerintah, dilakukan tidak hanya oleh para politisi laki-laki melainkan juga oleh para politisi perempuan.

(3)

Perjuangan dalam menegakkan kembali demokrasi di negerinya diwujudkan dengan langkah demokrasi pula, yaitu dengan cara menjadi pemimpin partai politik Pakistan People’s Party (PPP) yang dahulu dipimpin oleh ayahnya. Gerakan Benazir menggulingkan pemerintahan yang dipegang oleh Zia ul-Haq yang telah mengkudeta ayahnya ketika menjabat sebagai perdana menteri menjadi alasan utama, selain itu juga untuk menghapuskan kediktatoran dan mengembalikan demokrasi di Pakistan. Alasan inilah yang membuat PPP membuat sebuah gerakan, seperti menurut Riaz (2000, hlm. 37-38) “It was suggested that a Movement for Restoration of Democracy (MRD), in February 1981 the MRD was formally formed”. (PPP telah mengusulkan sebuah Gerakan Pemulihan Demokrasi (GPD), gerakan tersebut secara resmi terbentuk pada Februari 1981).

Langkahnya menjadi seorang pemimpin partai politik tidaklah mudah, karena banyak pro-kontra mengenai masalah gender. Sebuah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akan memilih seorang pemimpin laki-laki daripada perempuan. Benazir yang mendapat tantangan tersebut memulai safari politiknya dari kota ke kota di Pakistan, untuk menunjukkan tekadnya

“Menegakkan keadilan dan menggulingkan pemerintahan Zia yang dianggapnya merupakan pemerintahan diktatorial” (Munif, 2009, hlm. 16).

(4)

Kedua, Aliansi Nasional penentang sosialisme Zulfikar Ali Bhutto yang sebelumnya mendukung kudeta militer Zia ul-Haq berbalik menentang beberapa kebijakan Zia yang tidak lagi mengakomodasi kepentingan Islam. Kekuasaan militer dianggap tidaklah Islami dan dibutuhkan sebuah perubahan, maka negara dituntut untuk mengakomodasi hal tersebut, akan tetapi ditentang oleh Zia ul-Haq. Kemudian “Muncul ‘Gerakan Pemulihan Demokrasi’ yang pendukungnya tidak hanya terdiri dari partai-partai sekularis seperti PPP, tetapi juga partai-partai anggota Aliansi Nasional yang dikecewakan oleh Zia ul-Haq” (Sjadzali, 1990, hlm. 231). Tekanan terhadap pemerintahan militer Zia ul-Haq tidak sia-siakan oleh putri Zulfikar Ali Bhutto yaitu Benazir Bhutto, untuk mencari dukungan para ulama yang sebelumnya menentang kebijakan ayahnya dan berbalik mendukung dirinya dalam menggulingkan pemerintahan militer Zia ul-Haq.

Ketiga, kesenjangan yang terjadi ketika sosok seorang perempuan seperti Benazir Bhutto datang menawarkan sebuah konsep negara Islam dengan demokrasi modern dapat diterima oleh para ulama yang sebelumnya begitu konservatif. Sosok Benazir banyak mendapatkan dukungan dari rakyat yang pada awalnya menentang perempuan sebagai seorang pemimpin, bahkan sebagian dari pendukung pemerintahan Zia ul-Haq memilih dirinya sebagai Perdana Menteri perempuan pertama di Pakistan. Selain itu meskipun dirinya diturunkan menjadi Perdana Menteri dengan tuduhan kasus korupsi, dirinya dapat terpilih kembali sebagai Perdana Menteri kedua kalinya. Sosok Benazir untuk kedua kalinya harus dilengserkan dengan tuduhan yang hampir sama dan harus diasingkan ke luar negeri selama bertahun-tahun, namun berkat gerakan-gerakan politik yang dilakukannya dalam pengasingan, dirinya mampu mendapatkan simpati dari rakyat Pakistan untuk mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri untuk ketiga kalinya sampai terjadi tragedi bom mobil pada tahun 2007 yang menewaskan dirinya.

(5)

masih kurangnya kajian historis mengenai Benazir Bhutto atau pun Pakistan yang

dibahas dalam sebuah skripsi, sehingga peneliti memilih judul “Peranan Benazir Bhutto dalam Memperjuangkan Demokrasi di Pakistan Tahun 1977-2007”.

Pemilihan tahun 1977 sebagai awal kajian, yaitu ketika terjadi kudeta yang dilakukan oleh Zia ul-Haq terhadap pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto dan ketika itu pula Benazir dipenjara karena memprotes penahanan ayahnya. Sejak saat itu pula Benazir keluar-masuk penjara, tahanan rumah sampai pengasingan ke luar negeri yang dilakukan oleh Pemerintahan Zia. Pada tahun 1986, PM Pakistan saat itu Muhammad Khan Junejo mencabut UU Darurat Perang setelah delapan tahun diberlakukan, kesempatan itu pula tidak disia-siakan oleh Benazir dan ibunya Begum Nusrat Bhutto memimpin PPP untuk menjadi partai oposisi menolak pemerintahan Zia.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan utama dalam skripsi ini adalah “Bagaimana proses gerakan Benazir Bhutto dalam memperjuangkan demokrasi di Pakistan tahun 1977-2007?”, untuk memfokuskan kajian penelitian ini, rumusan masalah tersebut disusun dalam beberapa batasan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana keadaan sosial-politik Pakistan pada masa pemerintahan Jenderal Zia ul-Haq?

2. Bagaimana Benazir Bhutto dapat menjadi seorang pemimpin perempuan di negara yang mempunyai penduduk mayoritas beragama Islam?

3. Bagaimana upaya Benazir Bhutto dalam melakukan gerakan demokrasi di Pakistan?

4. Bagaimana dampak dari gerakan demokrasi yang dilakukan Benazir Bhutto terhadap kehidupan sosial dan politik Pakistan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan keadaan sosial-politik Pakistan pada masa pemerintahan Jenderal Zia ul-Haq.

2. Menganalisis faktor-faktor Benazir Bhutto dapat menjadi seorang Kepala Pemerintahan di negara yang mempunyai penduduk mayoritas Muslim. 3. Menjelaskan upaya Benazir Bhutto dalam melakukan gerakan demokrasi di

Pakistan.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari karya skripsi ini, diantaranya:

1. Bagi Dunia Pendidikan, diharapkan menambah pengetahuan tentang sejarah kawasan, khususnya kondisi sosial, budaya dan politik di Pakistan serta biografi Benazir Bhutto dalam penegakan demokrasi di Republik Islam Pakistan.

2. Sebagai perluasan materi di kelas XII jurusan IPS dengan Standar Kompetensi “Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia sejak Perang Dunia

II sampai Perkembangan Mutakhir” serta Kompetensi Dasar “Menganalisis

Perkembangan Sejarah Dunia dan Posisi Indonesia di Tengah Perubahan Politik dan Ekonomi Internasional setelah Perang Dunia II sampai

berakhirnya Perang Dingin.” Pada masa tersebut mulai dikenal ideologi -ideologi yang mempengaruhi dunia termasuk negara Islam Pakistan, sehingga penelitian sejarah kawasan yang dilakukan oleh peneliti dapat mencakup dalam pembahasan materi dalam SK/KD tersebut.

3. Pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu sejarah dan ilmu politik mengenai kepemimpinan di negara-negara berkembang seperti Republik Islam Pakistan.

1.5 Metode Penelitian

(8)

Menurut Ismaun (2005, hlm. 23), “Metode historis memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses menguji dan menganalisis fakta dapat tercapai.” Adapun dalam penelitian sejarah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Tahapan ini merupakan langkah awal dalam mengumpulkan berbagai sumber. Sumber-sumber yang dikumpulkan mencakup berbagai buku dan jurnal yang berkaitan dengan Benazir Bhutto dan kehidupan masyarakat Pakistan.

2. Kritik

Dalam tahapan ini dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan seperti yang disebutkan pada tahapan Heuristik maka dilakukan kritik. Kritik yang dilakukan mencakup kritik ekstern yaitu mencakup fisik sumber dan kritik intern mencakup keaslian (keotentikan) sumber. Sumber-sumber di atas merupakan buku-buku yang pengarangnya juga telah diakui dan dapat dipertanggungjawabkan isinya.

3. Interpretasi

Setelah melalui tahapan kritik, maka berbagai sumber tersebut diberikan komentar dan tanggapan dalam rangka menyususn interpretasi yang disesuaikan dengan tujuan penulisan.

4. Historiografi

(9)

Teknik penulisan skripsi ini akan menggunakan teknik studi literatur. Penggunaan teknik ini penulisan dilakukan dengan menelaah berbagai sumber referensi seperti yang telah disebutkan di atas. Diharapkan dengan teknik studi literatur ini akan diperoleh objektivitas dan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, dalam bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai peran Benazir Bhutto sebagai pemimpin perempuan dalam memperjuangkan penegakan demokrasi di Pakistan tahun 1977-2007. Di dalamnya terdapat penjelasan ketertarikan peneliti untuk memulai tema atau judul tersebut. Agar permasalahan yang dikaji tidak melebar, maka peneliti memfokuskannya ke dalam beberapa rumusan masalah. Selain itu terdapat sub bab manfaat dan metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian, lalu di bagian akhirnya terdapat struktur organisasi skripsi yang menjadi kerangka atau pedoman penulisan dalam skripsi ini.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka mengenai buku-buku atau sumber penelitian lainnya yang berkaitan dengan sosok Benazir Bhutto dan Pakistan sekitar tahun 1977-2007. Selain itu terdapat landasan berpikir penelitian berupa konsep-konsep atau teori-teori yang relevan dengan tema yang diangkat. Kemudian terdapat pemaparan penelitian terdahulu yang berisi sumber-sumber penelitian yang terdiri dari jurnal, skripsi maupun buku.

(10)

menunjang penelitiannya. Proses penelitian disesuaikan dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI dan berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Bab IV Perjuangan Benazir Bhutto dalam Menegakkan Demokrasi di Pakistan Tahun 1977-2007, dalam bab ini peneliti akan menguraikan seluruh hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan pada data dan fakta yang diperoleh. Kemudian, peneliti akan melakukan proses penulisan terhadap data dan fakta yang didapat selama penelitian. Selain itu peneliti juga akan melakukan analisis terhadap data dan fakta yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini terdiri atas lima bab, bab pertama yaitu pendahuluan berisi subbab tentang latar belakang yang mengemukakan alasan mendasar diadakannya penelitian, kemudian rumusan

Kerja sama adalah kumpulan/kelompok yang terdiri dari beberapa orang anggota yang saling membantu dan saling tergantung satu sama lain dalam melakukan suatu kegiatan

Kelompok sosial baik itu formal maupun non formal baik dalam bentuk apapun kelompok sosial terdiri dari individu yang menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari anggota