PENINGKATAN KUALITAS PENYUSUNAN
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN
APBD TA 2017
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Disampaikan Oleh :
Dr. Sumule Tumbo, SE., MM
UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004 UU 25/2004 UU 33/2004 PP PP PP UU 23/2014 ttg Pemerintahan Daerah PERMENDAGRI 13/06
misal: SAP, dstnya
PP 58/2005 (Omnibus Regulation) PERMENDAGRI 59/07 PP 18/016 PP 38/07 PERMENDAGRI 21/11 PERMENDAGRI 32/11 , 39/12, 14/16 PERMENDAGRI 64/13 PP 71/10 PP 24/05 PP 2/12 LANDASAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
UU 32/2004
ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
1. Taat pada peraturan perundang-undangan;
2. Efisien;
3. Ekonomis;
4. Efektif;
5. Transparan; dan
6. Bertanggungjawab;
7. Berkeadilan;
4
Asas Umum Pelaksanaan APBD
•
SKPD
dilarang
melakukan
pengeluaran
atas
beban
anggaran belanja daerah untuk tujuan yang tidak tersedia
anggarannya,
dan/atau
yang
tidak
cukup
tersedia
anggarannya dalam APBD.
•
Pelaksanaan belanja daerah harus didasarkan pada prinsip
hemat, tidak mewah, efektif, efisien dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
•
Setiap pengeluaran harus didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak
yang menagih;
INDIKATOR KUALITAS PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH
1.Ketepatan Waktu Penetapan Perda APBD;
2.Kualitas Pendapatan APBD
(Porsi PAD Terhadap Total Pendapatan);
3.Kualitas Belanja APBD (Postur APBD);
PRINSIP PENYUSUNAN LAPORAN
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
AKUNTABILITAS
•
Merupakan
perwujudan
kewajiban
seseorang
untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan
kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan
TRANSPARAN
•
Merupakan
prinsip
keterbukaan
yang
memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses
informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah
Perencanaan Pelaksanaan
Penatausahaan
Pertgjwban Pemeriksaan
RPJMD RKPD KUA PPAS Nota Kesepakatan Pedoman Penyusunan RKA-SKPD o/ KDH RKA-SKPD RAPBD Evaluasi Raperda APBD oleh Gubernur/ Mendagri Rancangan DPA-SKPD DPA-SKPD Verifikasi Laporan Realisasi Semester Pertama R P-APBD Penatausahaan Belanja • Penerbitan UP, SPM-GU, SPM-TU dan SPM-LS oleh Kepala SKPD • Penerbitan SP2D oleh PPKD Penatausahaan Pendapatan Kekayaan dan Kewajiban daerah • Kas Umum • Piutang • Investasi • Barang • Dana Cadangan • Utang Akuntansi Keuangan Daerah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah • LRA; LP-SAL • Neraca; LPE; • LO• Lap. Arus Kas
• CaLK Laporan Keuangan diperiksa oleh BPK Raperda PJ Pel APBD Perda APBD • Bendahara penerimaan wajib menyetor penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya 1 hari kerja
Penatausahaan Pembiayaan • Dilakukan oleh PPKD Pelaksanaan APBD Pendapatan Belanja Pembiayaan Disusun dan disajikan Sesuai SAP Persetujuan Bersama (KDH + DPRD) Evaluasi o/ Gubernur/MD N 15 hari 7 hari penyesuaian o/ Pemda Perda PJ Pel APBD Evaluasi R P-APBD Oleh Gbrnr/MDN Perda P-APBD setelah 3 hari PEDUM APBD o/ MDN REVIEW Laporan Keuangan
Siapa yang menyusun Laporan Keuangan?
(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pengguna Anggaran
menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan dan
menyampaikannya kepada gubernur/ bupati/ walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.
(2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah menyusun Laporan Keuangan sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan menyampaikannya kepada
gubernur/bupati/walikota.
(3) Laporan Keuangan disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
1. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun Laporan
Keuangan
pemerintah
daerah
disampaikan
kepada
gubernur/bupati/walikota
untuk
memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
2. Laporan Keuangan pemerintah daerah disusun berdasarkan
Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah serta
laporan pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan
daerah.
3. Laporan
Keuangan
disampaikan
oleh
gubernur/bupati/walikota
kepada
Badan
Pemeriksa
Keuangan selambatlambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
APBD telah diselenggarakan berdasarkan:
1. Sistem pengendalian intern yg memadai 2. Diselenggarakan sesuai dengan SAP
Kepala Entitas Pelaporan Kepala Entitas Akuntansi
TANGGUNG JAWAB PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
Tanggung Jawab
Penyusunan LKPD
Kepala Entitas
Pernyataan
Tanggung Jawab
Kar
akt
eri
stik
K
ualitatif
Lapor
an
K
euang
an
• Manfaat Umpan Balik • Manfaat Prediktif • Tepat Waktu • Lengkap
Relevan
• Jujur • Dapat Diverifikasi • NetralAndal
Dapat Dibandingkan Dapat DipahamiTARGET CAPAIAN PENETAPAN PERDA
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
• Permendagri No. 54 Tahun 2015 ttg Rencana Strategis Kemendagri Tahun 2015-2019
Jumlah daerah yang menetapkan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara tepat waktu(Provinsi/Kabupaten/Kota)
ASISTENSI PENYUSUNAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD AMANAT
Jumlah Provinsi yang menetapkan perda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD TA 2017 secara tepat waktu
30 Daerah
Jumlah Kabupaten/Kota yang menetapkan perda pertanggungjawaban pelaksanaan APBD TA 2017 secara tepat waktu
KETEPATAN WAKTU TAHAPAN PENYUSUNAN
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
Jan Feb Penyusunan LK SKPD
paling lambat 2 bln stlh TA berakhir
Pasal 295 ayat (1) Permendagri No. 13/2006
Mar
1. Konsolidasi LK SKPD
paling lambat 3 bln stlh TA berakhir
Pasal 296 ayat (1) Permendagri No. 13/2006
2. Penyampaian LKPD kpd BPK
paling lambat 3 bln stlh TA berakhir Pasal 297 ayat (1) Permendagri No. 13/2006
Penyampaian ranperda ttg pertanggungjawaban APBD kpd DPRD
paling lambat 6 bln stlh TA berakhir
Pasal 320 ayat (1) UU No. 23/2014
KETEPATAN WAKTU TAHAPAN PENYUSUNAN
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
Apr Mei Pemeriksaan BPK
batas waktu pemeriksaan 2 bln
Pasal 299 ayat (1) Permendagri No. 13/2006
Jun
Jul
Persetujuan Bersama ranperda ttg pertanggungjawaban APBD antara kepala Daerah & DPRD
paling lambat 7 bln stlh TA berakhir
1. Penyampaian ranperda ttg pertanggungjawaban APBD kpd Mendagri/Gub utk dievaluasi paling lambat 3 hari stlh mendapat persetujuan bersama
Pasal 303 ayat (1) & Pasal 305 ayat (1) Permendagri No. 13/2006
2. Evaluasi ranperda ttg pertanggungjawaban oleh Mendagri/Gub paling lama 15 hari kerja sejak diterima lengkap
Pasal 303 ayat (2) & Pasal 305 ayat (2) Permendagri No. 13/2006
3. Penyempurnaan ranperda ttg pertanggungjawaban paling lama 7 hari kerja sejak diterima hasil evaluasi
Pasal 303 ayat (1) & Pasal 306 ayat (1) Permendagri No. 13/2006
KETEPATAN WAKTU TAHAPAN PENYUSUNAN
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
1. Penyampaian ranperda ttg pertanggungjawaban kpd Mendagri/Gub utk mendapat nomor registrasi
paling lama 3 hari kerja
Pasal 100 Permendagri No. 80/2015
2. Pemberian nomor registrasi oleh Mendagri/Gub
paling lama 7 hari kerja
Pasal 102 ayat (1) & ayat (2) Permendagri No. 80/2015
3. Penetapan perda ttg pertanggungjawaban APBD
paling lambat 30 September
Pasal 317 ayat (4) UU No. 23/2014 & Pasal 172 ayat (5) Permendagri No. 13/2006
KETEPATAN WAKTU TAHAPAN PENYUSUNAN
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-TEMUAN KELEMAHAN SPI LKPD TA 2016
NO KELOMPOK TEMUAN JUMLAH
KASUS PROSENTASE
1. Kelemahan Sistem Pengendalian Akuntansi Dan Pelaporan 2.156 36% 2. Kelemahan Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja 2.657
44%
3. Kelemahan Struktur Pengendalian Intern 1.240 20%
Jumlah 6.053 100%
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-TEMUAN KELEMAHAN SISTEM AKUNTANSI & PELAPORAN TA 2016
NO KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS
1. Pencatatan belum dilakukan atau tidak akurat 813 2. Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan 941 3. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai 351
4. Kelemahan Sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan lainnya 51
JUMLAH 2.156
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-TEMUAN KELEMAHAN SISTEM PENGENDALIAN PELAKSANAAN APBD
NO KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS
1. Perencanaan kegiatan tidak memadai 694
2. Mekanisme pengelolaan penerimaan daerah tidak sesuai dengan ketentuan 274 3. Penyimpangan terhadap peraturan tentang pendapatan dan belanja 744 4. Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBD 21
5. Pelaksanaan kebijakan mengakibatkan hilangnya potensi penerimaan 409 6. Pelaksanaan kebijakan mengakibatkan peningkatan belanja 393
7. Lain-lain 122
JUMLAH 2.657
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-KELEMAHAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN
NO KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS
1. SOP belum disusun 539
2. SOP belum berjalan secara optimal 446
3. Entitas tidak memiliki satuan pengawas intern 2
4. Satuan pengawas intern tidak optimal 243
5. Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai 9
6. Lain-Lain 1
JUMLAH 1.240
PENYEBAB PERMASALAHAN KELEMAHAN SPI
Permasalahan SPI daerah pada umumnya terjadi karena:
Pejabat yang bertanggung jawab belum optimal dalam melakukan pembinaan pemahaman akuntansi dan pelaporan kepada pelaksana tugas, serta belum optimal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian;
Petugas pelaksana tidak cermat/tidak tertib dalam melaksanakan tugas;
Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kurang cermat dalam menelaah Rencana Kerja dan Anggaran SKPD terkait dengan penganggaran pendapatan dan belanja BOS;
Pejabat yang bertanggungjawab belum sepenuhnya mempedomani ketentuan peraturan terkait dengan pendapatan dan belanja; serta
TPKD kurang optimal dalam melaksanakan penyelesaian kerugian daerah.
REKOMENDASI TERKAIT SPI
Sumber: BPK RI – data diolah
Memerintahkan pejabat yang bertanggungjawab agar membuat laporan keuangan sesuai dengan peraturan, memberikan pelatihan dan pembinaan pemahaman akuntansi dan pelaporan keuangan;
Menyusun kebijakan/ SOP sebagai pedoman melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Menginstruksikan kepala dinas pendidikan dan TAPD untuk segera menganggarkan pendapatan dan belanja BOS pada APBD perubahan;
Memberikan sanksi kepada pejabat/pegawai yang lalai dan tidak cermat dalam menaati ketentuan yang berlaku;
Memerintahkan TPKD untuk memproses ganti kerugian daerah sesuai dengan peraturan;
Segera menindaklanjuti rekomendasi hasil pemeriksaan BPK tahun sebelumnya.
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-KERUGIAN DAERAH BERDASARKAN PERMASALAHAN LKPD TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
N O KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS NILAI Rp. Milyar
1. Kekurangan Volume Pekerjaan dan/atau Barang 693 416,93 2. Belanja tidak sesuai atau melebihi ketentuan 612 181,30 3. Kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan
dan/atau barang 360 127,25
4. Biaya perjalanan dinas ganda dan atau melebihi standar
yang ditetapkan 231 52,91
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-TEMUAN KETIDAKPATUHAN TERHADAP PER-UU-AN LKPD TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
N O
KELOMPOK
TEMUAN JUMLAH KASUS Jumlah Pemda
NILAI Rp. Milyar 1. Kerugian Daerah 2.525 512 1.130,17 2. Potensi Kerugian Daerah 413 279 419,60 3. Kekurangan Penerimaan 846 410 537,72 4. Penyimpanganadministrasi 2.331 517 -JUMLAH 6.115 2.087.49
PENYEBAB PERMASALAHAN KERUGIAN DAERAH
Sumber: BPK RI – data diolah
Permasalahan kerugian daerah pada umumnya terjadi karena:
Pejabat/pegawai yang bertanggung jawab lalai dan tidak cermat dalam
menaati dan memahami ketentuan yang berlaku;
Belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab;
Lemah dalam melakukan pengawasan dan pengendalian; serta
REKOMENDASI TERKAIT KERUGIAN DAERAH
Sumber: BPK RI – data diolah
Memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat/
pegawai yang belum optimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab;
Memerintahkan pejabat/pegawai yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan pengawasan dan pengendalian;
Memerintahkan pejabat/ pegawai dan pihak lain yang bertanggung
jawab
untuk mempertanggungjawabkan kerugian daerah dengan
menyetor ke kas daerah.
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-POTENSI KERUGIAN DAERAH BERDASARKAN PERMASALAHAN LKPD TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
N O KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS NILAI Rp. Milyar
1. Kelebihan pembayaran pekerjaan namun belum dilakukan
pelunasan pembayaran kepada rekanan 246 230,50
2. Aset dikuasai pihak lain 71 68,95
3. Aset tidak diketahui keberadaannya 33 87,27 4. Piutang berpotensi tidak tertagih 23 18,55
PENYEBAB PERMASALAHAN POTENSI KERUGIAN DAERAH
Sumber: BPK RI – data diolah
Permasalahan potensi kerugian daerah pada umumnya terjadi karena:
Pejabat/pegawai yang bertanggung jawab belum memadai dalam menatausahakan, mengamanankan, mengawasi, dan mengendalikan aset tetap;
Kurang optimal dalam melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi BMD;
Kurang melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pengadaan dan perjanjian kerja sama dengan pihak swasta;
Kurang optimal dalam melakukan upaya penagihan pinjaman dana bergulir dan penelusuran dana bergulir pelimpahan dari pemda induk;
Selain itu, penyedia barang/ jasa tidak mematuhi kesepakatan kontrak dalam melaksanakan pekerjaan.
REKOMENDASI TERKAIT POTENSI KERUGIAN DAERAH
Sumber: BPK RI – data diolah
Memerintahkan pejabat/ pegawai yang bertanggung jawab untuk berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka meningkatkan penatausahaan aset, melakukan pengamanan secara administrasi, fisik, dan legalitas aset yang dikuasai oleh pihak lain, memproses status kepemilikan aset, meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengadaan, menarik aset tetap yang dikuasai oleh pihak yang tidak berhak, melakukan penagihan atas pinjaman dana bergulir, serta menelusuri pelimpahan dana bergulir dari pemda induk;
Memerintahkan pejabat/ pegawai dan pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mempertanggungjawabkan kasus potensi kerugian daerah dan apabila tidak dapat mempertanggungjawabkan agar menyetor ke kas daerah.
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-KERUGIAN DAERAH BERDASARKAN KEKURANGAN PENERIMAAN LKPD TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
N O KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS NILAI Rp. Milyar
1. Denda keterlambatan pekerjaan belum dipungut/diterima 343 263,56
2. Penerimaan selain denda keterlambatan belum
dipungut/diterima 459 267,01
3. Kekurangan penerimaan lainnya 44 7,15
PENYEBAB PERMASALAHAN KEKURANGAN PENERIMAAN DAERAH
Sumber: BPK RI – data diolah
Permasalahan kekurangan penerimaan umumnya terjadi karena:
Pejabat yang bertanggungjawab kurang memahami tugas pokok dan
fungsinya dengan tidak mempedomani ketentuan yang belaku;
Tidak tegas dalam melakukan upaya penagihan kepada wajib pajak,
Belum optimal dalam melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait;
serta
REKOMENDASI TERKAIT KEKURANGAN PENERIMAANDAERAH
Sumber: BPK RI – data diolah
Memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada pejabat/pegawai yang lalai dan belum optimal dalam melaksanakan tugas;
Memerintahkan pejabat yang bertanggung jawab untuk meningkatkan pengawasan, pengendalian dan rekonsiliasi;
Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait;
Memerintahkan pejabat/ pegawai yang bertanggung jawab untuk menagih dan menyetorkan kekurangan penerimaan ke kas negara/ daerah sesuai dengan ketentuan;
Memproses denda keterlambatan dan kekurangan penerimaanlainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menyetorkannya ke kas daerah.
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
-PENYIMPANGAN ADMINISTRASI LKPD TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
NO KELOMPOK TEMUAN JUMLAH KASUS
JUMLA H PEMDA
1. Bukti pertanggungjawaban tidak lengkap/ valid 572 322 2. Penyimpangan peraturan bidang pengelolaan perlengkapan atau BMD 489 348 3. Penyimpangan peraturan bidang tertentu 488 318 4. Penyetoran penerimaan negara/ daerah terlambat 175 148 5. Kepemilikan aset belum didukung bukti yang sah 260 247 6. Penyimpangan administrasi lainnya 347 239
PENYEBAB PENYIMPANGAN ADMINISTRASI
Sumber: BPK RI – data diolah
Penyimpangan administrasi pada umumnya terjadi karena:
Pejabat/ pegawai yang bertanggung jawab lalai, tidak tertib dan tidak
cermat dalam menaati dan memahami ketentuan yang berlaku;
Belum optimal dalam mengelola BMD;
Kurang proaktif dalam meminta laporan pertanggungjawaban; serta
REKOMENDASI PENYIMPANGAN ADMINISTRASI
Sumber: BPK RI – data diolah
Memberikan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada pejabat yang lalai, tidak cermat dan tidak tertib dalam menaati dan memahami ketentuan yang berlaku, dan belum optimal dalam melaksanakan tugasnya;
Memerintahkan pejabat/ pegawai yang bertanggung jawab untuk lebih optimal dalam mengelola BMD;
Memerintahkan dan menegur pejabat/ pegawai yang bertanggung jawab untuk meminta laporan pertanggungjawaban penggunaan dana; serta
OPINI BPK ATAS LKPD PROVINSI
SE-INDONESIA TA 2010 S.D. TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
0 5 10 15 20 25 30 35 TA 2010 TA 2011 TA 2012 TA 2013 TA 2014 TA 2015 TA 2016 WTP 6 10 17 16 26 29 31 WDP 22 19 11 15 7 5 3 TMP 5 4 5 2 1 0 0 TW 0 0 0 0 0 0 0 Ju m la h TOT 33 33 33 33 34 34 34
OPINI BPK ATAS LKPD KABUPATEN/KOTA
SE-INDONESIA TA 2010 S.D. TA 2016
Sumber: BPK RI – data diolah
PEMERINTAH DAERAH
YANG MENGALAMI PENURUNAN OPINI TAHUN 2016
Sumber: IHPS BPK RI 2017– data diolah
OPINI WTP MENJADI WDP
PEMKAB BENGKULU TENGAH PEMKAB JEMBER PEMKAB BANGGAI KEPULAUAN PEMKAB KEPAHIANG PEMKAB NGANJUK PEMKAB DONGGALA
PEMKAB TENGGAMUS PEMKAB TULUNGAGUNG PEMKAB BOALEMO PEMKAB KEPULAUAN ANAMBAS PEMKOT MADIUN PEMKAB GORONTALO UTARA
PEMKAB KEBUMEN PEMKAB BERAU PEMKAB MAMUJU PEMKAB KLATEN PEMKOT MANADO PEMKOT SORONG
OPINI WDP MENJADI TMP
PEMKAB KARO PEMKAB BOLAANG MONGONDOW PEMKAB NDUGA PEMKAB NIAS BARAT PEMKAB JENEPONTO
UPAYA-UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LKPD
1
• Komitmen pengelolaan keuangan daerah yang profesional dari seluruh pimpinan
dgn menerapkan asas umum pengelolaan keuangan daerah
2 • Peningkatan sistem pengendalian intern oleh seluruh pegawai & pejabat
3 • Pembinaan secara berkesinambungan dari PPKD kepada SKPD
4
• Pengembangan kapasitas SDM pengelola keuangan daerah yang berkesinambungan
melalui Pendidikan & Pelatihan.
5 • Dukungan audit internal oleh inspektorat daerah yang profesional
6
• Peningkatan kajian aspek legalitas dalam seluruh proses pengelolaan