• Tidak ada hasil yang ditemukan

M)) Kabupaten O Oggaann KKoom meerriinngg Ulu TTiim muurr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "M)) Kabupaten O Oggaann KKoom meerriinngg Ulu TTiim muurr"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

B

BA

AB

B V

VIIIIII

A

AS

SP

PE

EK

K L

LIIN

NG

GK

KU

UN

NG

GA

AN

N D

DA

AN

N S

SO

OS

SIIA

AL

L

RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan

dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang

Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaa n maupun di

perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan

perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta

pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang

dibutuhkan.

Aspek Lingkungan 5.1

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan

RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi

prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat

perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS), Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

(SPPLH)”

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu

penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara

konsisten di segala bidang”

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

(2)

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah

perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di

perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan

peningkatan daya dukung da n daya tampung lingkungan; peningkatan

kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan

Hidup Strategis:

Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan

untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau

program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan

dapat diminimalkan

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin ling kungan maka perlu disusun

dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan

Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi

kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerinta h provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

Pemerintah Pusat

 

Menetapkan kebijakan nasional. o

Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria. o

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS. o

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-o

UPL.

Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan o

lingkungan hidup

(3)

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan o

kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup o

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. o

Menetapkan standar pelayanan minimal o

Pemerintah Provinsi

 

Menetapkan kebijakan tingkat provinsi. o

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi. o

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai am dal dan UKL-o

UPL.

Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan o

kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah

kabupaten/kota.

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup o

Melakukan pembinaan bantuan teknis dan pengawasan kepa da o

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

Melaksanakan standar pelayanan minimal o

Pemerintah Kabupaten/Kota

 

Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota. o

Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota. o

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-o

UPL

Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. o

Melaksanakan standar pelayanan minimal o

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) 5.1.1

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Kajian Lingk ungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah

rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan

bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi

(4)

KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan o

pembangunan infrastruktur.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM ad alah o

karena RPI2-JM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program dalam hal

ini KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan,

rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan

pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap

lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh

Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait

langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di

kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat

mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya

pembangunan berkelanjutan.

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program

dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)

perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana

banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan

mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan

dan/atau lahan, (6) peningkatan jumla h penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria

apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulka n resiko atau

(5)

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 5.1

No. Kriteria Penapisan

Penilaian

1. Perubahan Iklim Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan

permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan

permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaranhutan dan

lahan,

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan

permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

4. Penurunan mutu dan kelimpahan

sumber daya alam

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan

hutan dan/atau lahan,

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan

permukiman berdampak terhadap lingkungan

Signifikan untuk di-KLHS-kan

7. Peningkatan risiko terhadap

kesehatan dan

keselamatan manusia

Sektor Pengembangan Permukiman, Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sektor Pengembangan Air Minum, Sektor

Pengembangan Penyehatan lingkungan

permukiman berdampak terhadap lingkungan

(6)

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan

di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak

berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen

Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPI2-JM

Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak p erlu

dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan

persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM

Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh

terhadap kriteria penapisan di atas maka disusun KLHS dengan tahapan sebagai

berikut :

Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah 1

Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya a.

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:

Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam o

pelaksanaan KLHS;

Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. o

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkun gan

Hidup;

Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana o

dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh

publik;

Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses o

untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pe rtimbangan

tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses

(7)

Tabel 5.2

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan

KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Contoh Lembaga

Pembuat keputusan a. Bupati

b. DPRD

Penyusun kebijakan, rencana dan/atau program Dinas PU-Cipta Karya

Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya

b. BLH c. PDAM

d. Bappeda dan PM e. Dinas Kebersihan dan PP

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau

keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

Perguruan tinggi atau lembaga penelitian a.

Asosiasi profesi b.

Forum-forum Pembangunan Berkelanjutan dan c.

Lingkungan Hidup

LSM/ Pemerhati Lingkungan hidup d.

Perorangan/ tokoh e.

Kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan f.

dengan SDA

Masyarakat Terkena Dampak a. Lembaga Adat

b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat d. Organisasi masyarakat

e. Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani dll)

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan b.

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi o

aspeksosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar

ketigaaspek tersebut;

pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan o

(8)

Tabel 5.3

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Penjelasan Singkat*

Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: Kecukupan air baku untuk air minum Kekeringan, menurunnya kualitas air

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

Pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, Pencemaran badan air oleh air limbah permukiman

Isu 3: Dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas

lingkungan

Ekonomi

Isu 4: Kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

Sosial

Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit

Menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP) c.

Tabel 5.4

Tabel Identifikasi KRP

No Komponen Kebijakan,

Rencana / Program Kegiatan

Lokasi (Kelurahan)

1 Pengembangan Permukiman Pengembangan kawasan 1)

permukiman perkotaan Pembinaan Teknis 2)

Peningkatan jalan lingkungan dan 

saluran

Peningkatan sarana dan prasarana 

kawasan agropolitan DED Minapolitan 

(9)

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pembinaan Teknis 1)

bangunan gedung Penataan Lingkungan 2)

Permukiman

Peningkatan Pencegahan 3)

Dukungan PSD RTH 

3 Pengembangan Air Minum 1) Pembangunan SPAM IKK 2) Peningkatan SPAM IKK

Pembangunan SPAM IKK Kap.50 

L/det

4 Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman Pengelolaan Air Limbah

Pembangunan/Rehabilitasi Saluran 

Drainase

Penyusunan Masterplan Drainase 

Perawatan dan Pemeliharaan 

Outline Plan dan DED Drainase 

Penambahan landasan kontainer 

Penambahan transfer depo 

Pengadaan Excavator 

Penambahan Tong TPS 

Penambahan Gerobak Sampah 

Pengadaan kendaraan dinas roda 4 

DED TPA 

Pembangunan TPA 3R 

Pengadaan kendaraan dinas roda 2 

Bimtek Persampahan 

Sosialisasi kebijakan persampahan 

Monev dan Pelaporan 

Fasilitas sarana dan prasarana 

persampahan

Penambahan Dump truck 

Penambahan truk sampah 

Pengadaan kontainer 

Pengadaan Motor Sampah 

Outline Plan dan DED Persampahan 

Pembangunan fasilitas instalasi 

DED Pembangunan MCK 

Komunal 

Penambahan truk tinja 

Pembangunan MCK 

Komunal/Sanimas DED IPAL Kawasan 

DAK Sanitasi 

Outline Plan dan DED Air Limbah 

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu d.

(10)

Tabel 5.5

Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

No

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan**

Bobot Lingkungan Hidup

Permukiman Bobot Sosial Bobot Ekonomi

Total

kecukupan air 

baku untuk air minum yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran penyakit diare di pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

2 Penataan Bangunan dan

Lingkungan Pembinaan 1)

(11)

*) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya

**) ditentukan melalui argumen/logika sederhana melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.

***) pembobotan ditentukan dari nilai -3 sd. +3, yang menunjukkan besaran pengaruh keterkaitan yang merugikan (-) maupun menguntungkan atau bernilai positif (+). Bobot dengan nilai negatif

merupakan prioritas untuk ditentukan alternatif penyempurnaan KRPnya

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP 2.

Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau

program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan

kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan

berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan,

rencana dan/atau program yang

dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan

berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk

menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau

program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau

mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan

mempertimbangkan antara lain :

Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, a.

rencana, dan/atau program yang diperkirak an akan menimbulkan

dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan

berkelanjutan.

Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, b.

dan/atau program.

Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan c.

kebijakan, rencana, dan/atau program.

Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program d.

Tabel 5.6

Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP

No Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Alternatif Penyempurnaan KRP

1 Pengembangan Permukiman

Pengembangan kawasan permukiman 1)

perkotaan

Pembinaan Teknis 2)

Pengembangan permukiman harus diikuti dengan 

pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap kelestarian kuantitas dan kualitas air baku

Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak 

mengakibatkan timbulnya slum area

Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus 

(12)

Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran (air)

Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang 

sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat berkembang biaknya vektor penyakit

Pengembangan permukiman harus dilakukan secara 

merata sehingga tidak menimbulkan disparitas ekonomi (maupun sosial)

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Pembinaan teknis bangunan gedung 1)

Penataan lingkungan permukiman 2)

Peningkatan pencegahan bahaya 3)

kebakaran

Pengembangan permukiman harus diikuti dengan 

pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap kelestarian kuantitas dan kualitas air baku

Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak 

mengakibatkan timbulnya slum area

Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus 

baik sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan

Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar 

tidak menimbulkan pencemaran (air)

Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang 

sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat berkembang biaknya vektor penyakit

Pengembangan permukiman harus dilakukan secara 

merata sehingga tidak menimbulkan disparitas ekonomi (maupun sosial)

3 Pengembangan Air Minum 1) Pembangunan SPAM IKK 2) Peningkatan SPAM IKK

Pengembangan permukiman harus diikuti dengan 

pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap kelestarian kuantitas dan kualitas air baku

Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak 

mengakibatkan timbulnya slum area

Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus 

baik sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan

Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar 

tidak menimbulkan pencemaran (air)

Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang 

sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat berkembang biaknya vektor penyakit

Pengembangan permukiman harus dilakukan secara 

(13)

4 Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

Pengembangan Drainase 1)

Pengembangan Pengelolaan 2)

Persampahan

Pengembangan Pengelolaan Air 3)

Limbah

Pengembangan permukiman harus diikuti dengan 

pengelolaan yang baik yang berorientasi terhadap kelestarian kuantitas dan kualitas air baku

Harus ditata sedemikian rupa sehingga tidak 

mengakibatkan timbulnya slum area

Kualitas infrastruktur permukiman yang dibangun harus 

baik sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan

Limbah permukiman harus dikelola dengan baik agar 

tidak menimbulkan pencemaran (air)

Penataan permukiman harus dilakukan dengan matang 

sehingga tidak meninggalkan tempat-tempat berkembang biaknya vektor penyakit

Pengembangan permukiman harus dilakukan secara 

merata sehingga tidak menimbulkan disparitas ekonomi (maupun sosial)

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS 3.

Tabel 5.7

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

No

Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau

Program

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

1 Pengembangan Permukiman

Pemetaan bagi kawasan rawa yang masih dapat 

direklamasi dan kawasan rawa yang sudah tidak dapat direklamasi

Pengembangan kawasan budidaya diarahkan pada lahan-

lahan yang tidak dipengaruhi ban jir atau genangan atau lahan-lahan yang secara ekonomis masih dapat

direklamasi/dikeringkan

Pengembangan kegiatan Pe rkotaan menghindari alih 

fungsi lahan pertanian produktif

Pengembangan kawasan perkotaan harus sudah 

menetapkan lahan hutan dan pertanian yang akan dipertahankan (konservasi) melalui deliniasi kawasan dan sosialisasi

Pembuatan aturan pengendalian pemanfaat an ruang 

disertai dengan ketentuan insentif-disinsentif dan sanksi secara tegas

2 Penataan Bangunan dan

Lingkungan

Memperketat pengendalian pemanfaatan ruang di 

sepanjang rencana jaringan jalan

Menegaskan pola pengelolaan pada kawasan hutan dan 

kawasan pertanian

Menyusun aturan Pengendalian pemanfaatan ruang dan 

(14)

Meningkatkan regulasi untuk pengendalian konversi lahan terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau

3 Pengembangan Air minum

Melakukan penyusunan master plan pengembangan 

kawasan agropolitan

Menyusun rencana dukungan prasarana dan sarana 

Pelibatan masyarakat setempat 

Pengembangan agropolitan difasilitasi dengan kebijakan 

strategis

4 Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman

Pembuatan master plan tentang studi terkait 

pengembangan industri terpadu

Perketat regulasi terhadap pencemaran lingkungan 

dikarenakan limbah industri

Meningkatkan regulasi untuk pengendalian konversi lahan 

terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau Perketat regulasi terkait sumberdaya air yang digunakan. 

Perketat regulasi terkait batas wilayah perairan dan 

sosialisasi kepada stakeholder terkait

Meningkatkan regulasi pertanahan untuk melindungi 

penetapan kawasan pertanian

Mengembangkan instrumen pengendalian konversi tanah 

Upaya perlindungan tanah pertanian produktif 

Program-program pembinaan dan pelatihan intensif bagi 

masyarakat

Mengakomodasi usulan perubahan kawasan hutan 

tersebut untuk dimasukkan dalam rencana pola ruang RTRW harus memas ukkan pengendallian sungai dala m 

ketentuan pengendalian SDA

Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS

RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat

dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan.

KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-

program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang

lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 6.8

(15)
(16)
(17)

a)Rujukan Peraturan Perundangan

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL

iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

b)Pengertian Umum

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan;.

bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat

menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup c)Kewajiban

pelaksanaan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta) d)Keterkaitan

studi lingkungan dengan:

i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPIM

ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

e)Mekanisme pelaksanaan

i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;

ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan

iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL

ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis. iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi

(18)

iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan f) Muatan Studi

Lingkungan

i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan

isu-isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan iii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program

i. Kerangka acuan; ii. Andal; dan iii. RKL-RPL.

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. g)Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program

pembangunan dalam suatu wilayah.

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

h)Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah

melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi.

i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan

ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang

tercantum dalam RKL RPL.

i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL)

didanai oleh pemrakarsa,

ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan

sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi

AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada

(19)

j) Partisipasi Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak;

ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL

k)Atribut Lainnya: a.Posisi

Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

b.Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif

c. Fokus analisis

Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

d.Dampak kumulatif

Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

e.Titik berat telaahan

Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya

g.Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

h.Deskripsi proses

Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir

i. Fokus pengendali an dampak

Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

j. Institusi Penilai

Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

(20)

Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH 5.1.2

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana

usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 10 Tahun 2008 Tentang Pen etapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan

Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu :

Proyek wajib AMDAL 1.

Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 2.

Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH 3.

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi

dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :

Tabel 5.9

Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total

b. TPA di daerah pasang surut: - luas landfill, atau

- Kapasitas Total

c. Pembangunan transfer station: - Kapasitas

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:

- Kapasitas

e. Pengolahan dengan insinerator: - Kapasitas

f. Composting Plant: - Kapasitas

g. Transportasi sampah dengan kereta api: - Kapasitas

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistem Control landfill/sanitary landfill:

(21)

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kota metropolitan, luas b. Kota besar, luas

c. Kota sedang dan kecil, luas d. keperluan settlement transmigrasi C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: - Luas, atau

- Kapasitasnya

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

- Luas, atau - Kapasitasnya

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah: - Luas layanan, atau

- Debit air limbah

D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: b. Kota sedang, panjang:

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi - Luas layanan

b. Pembangunan jaringan transmisi - panjang

E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib

dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL

tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta

karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin

(22)

Tabel 5.10

Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

Luas kawasan, atau < 10 Ha Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut

Luas landfill, atau < 5 Ha Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu Kapasitas < 500 ton

v. Pembangunan Incenerator Kapasitas < 500 ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air Limbah

Domestik/ Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

Luas < 2 ha

Atau kapasitas < 11 m /hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Luas < 3 ha

Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

Luas < 500 ha

Atau debit air limbah < 16.000 m /hari

c. Drainase Permukaan Perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman

Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum

i. Pembangunan jaringan distribusi: luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi

(23)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km Pedesaan, Panjang :

-iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)

Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan: Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5

lps - < 50 lps

Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps e. Pembangunan

Gedung

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

(24)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2 4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi

pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

(25)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)

Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan

Kualitas Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

Luas kawasan: < 5 ha

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-

UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelola an

(26)

Tabel 5.11

Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan

pada Program Cipta Karya

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH 1. Pengembangan

Permukiman 1).

2). Dst

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). 2). Dst

3. Pengembangan Air minum

1). 2).

4. Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman

-*Dalam Proses Pendataan

Aspek Sosial 5.2

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta

Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai

dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta

(27)

penduduk dan pemberian kompensasi, maupun p ermukiman kembali. Kemudian

pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan

infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf

hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar per aturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan

aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga

dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok

masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan

masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di

tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan

bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

 Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan

menyediakantanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap

menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program

pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesemp atan

kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan

percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan

partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan

Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat

(28)

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,

serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarus utamaan

gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional

yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta

kewenangan masing-masing

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah :

Pemerintah Pusat: 1.

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat o

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat o

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, o

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat

pusat.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya o

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,

khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Pemerintah Provinsi: 2.

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat o

regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang o

bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, o

(29)

provinsi.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna te rselenggaranya o

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif

gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya

Pemerintah Kabupaten/Kota: 3.

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. o

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di o

kabupaten/kota.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, o

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta

program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat

kabupaten/kota.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya o

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas

kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota

berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya

5.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan

mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Sal ah satu aspek yang

perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan

pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin,

mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan

(30)

Tabel 5.12

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Ogan Komering Ulu

Timur

No. Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasal ahan secara umum: … Kondisi lingkungan:

*Dalam Proses Pendataan

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dip ergunakan untuk menentukan

keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 1.

Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 2.

Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia /kayu berkualitas rendah/tembok 3.

tanpa diplester.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga 4.

lain.

Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik. 5.

Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 6.

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 7.

Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 8.

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 9.

(31)

Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 12.

m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan

lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya 13.

SD.

Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 14.

500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor,

atau barang modal lainnya

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai

rumah tangga miskin.

Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan

pembangunan bidang Cipta Karya terhada p gender. Saat ini telah kegiatan

responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Neighborhood Upgrading and Shelter Sector

Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PI SEW),

Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to

PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdaya an

Masyarakat bidang Cipta Karya Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu

pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing

kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebagai pembelajaran di masa

(32)

Tabel 5.13

Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi

Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur

No. Program / Kegiatan

1 Pemberdayaan Masyarakat

a PNPM

2 Non Pemberdayaan Masyarakat

a Penyusuna

*Dalam Proses Pendataan

5.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan,

dan durasi berdampak terhadap masyarakat Untuk meminimalisir terjadinya konflik

dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dila kukan beberapa langkah

(33)

Konsultasi masyarakat 1.

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada

masyarakat, terut ama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak

akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting

untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran

untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Kon sultasi masyarakat

perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan

AMDAL dan pembebasan lahan

Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan 2.

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tana h

dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di

atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh

swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan

tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk

meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga

yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

Permukiman kembali penduduk (resettlement) 3.

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus m empertimbangkan

adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.

Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman

kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang

terpindahkan mendapat peluang i kut menikmati manfaat proyek. Hal ini

termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan

dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang

baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi

(34)

Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta 5.2.3

Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat

bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minim al dapat terlihat secara kasat

mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi

pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga

pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan

akses pelayanan tersebut.

Tabel 5.14

Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan

Pembangunan Bidang Cipta Karya

No. Sektor Program/

Kegiatan

Lokasi Tahun Pelaksanaan

Jumlah Penduduk

yang memanfaatkan

Keterangan

1. Pengembangan Permukiman 1. Pengembangan 1. Pengembangan

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

2. Penataan

2. Penataan

3. Pengembangan Air Minum

3. Pengembangan

3. Pengembangan

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

4. Pengembangan

4. Pengembangan Penyehatan

Gambar

Tabel Identifikasi KRP
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Penyediaan air baku air minum dengan kualitas yang layak masih minim di Kecamatan Kedungjati. Kualitas dan kuantitas air baku air minum yang menurun. Manajemen

Penentuan unit pengolahan air minum berdasarkan kualitas air baku dibandingkan dengan baku mutu air minum sehingga dapat ditentukan

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, pelayananan dasar yang diutamakan adalah air minum, kawasan kumuh, dan sanitasi.

Sedangkan parameter lainnya sudah memenuhi persyaratan konsentrasi maksimum kualitas air minum (air baku yang digunakan sudah memenuhi persyaratan kualitas air

Sungai terletak pada Kawasan Lindung, dikatagorikan Kelas I dengan peruntukan air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum dan atau diperuntukan lain yang

Tebing Tinggi dalam mengejar 100% akses air minum dengan terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, 0% luas kawasan kumuh

Program Pembanguna n dan ++ (namun dapat bernilai Menurunnya kualitas air dan tanah, Terpicunya pembangunan, pengembangan Teratasinya permasalahan kawasan kumuh,

4.b SPAM di Kawasan Kumuh/Nelayah Pembangunan SPAM di Kawasan Kumuh/Nelayan Pembangunan sarana air bersih di Kawasan Kumuh/Nelayan Optimalisasi sarana air minum di Kawasan