Nomor Soal : 804 / TA / FT-USD / TM / Agustus / 2007
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh :
Chandra Treliawan Witanto
015214034
Kepada
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirments To Obtain the Sarjana Teknik Degree
in Mechanical Engineering
By
Chandra Treliawan Witanto Student Number : 015214034
to
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2008
Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Chandra Treliawan Witanto NIM : 015214034
Yogyakarta, 25 Agustus 2008 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Dosen Pembimbing
Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Chandra Treliawan Witanto NIM : 015214034
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 25 Agustus 2008
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
1. Ketua : Ir. YB. Lukiyanto, M.T.
2. Anggota : Ir. PK. Purwadi, M.T
3. Anggota : Yosef Agung Cahyanta, S.T.,M.T.
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Yogyakarta, 25 Agustus 2008 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Dekan
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Chandra Treliawan Witanto
Nomor Mahasiswa : 015214034
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
MOTOR BENSIN 125 cc DENGAN INJEKSI BAHAN BAKAR
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolamya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis dengan ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama teta mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 4 Agustus 2008
Yang menyatakan
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 25 Agustus 2008
(Chandra Treliawan Witanto)
iv
♦
Tuhan tidak akan membawa aku sejauh ini hanya
untuk meninggalkan aku
♦
Seuntai harapanku mungkin takkan mampu
mewakili diriku, namun seuntai puisi aku harapkan
mampu mengisyaratkan untaian pertemanan kita
yang tiada pernah terputus
♦
Sahabat ibarat satu janji, tak dapat ditulis, tak
dapat dibaca, namun takkan terpisah oleh jarak ,
takkan berubah oleh waktu, dan takkan sirna oleh
jaman
v
I
simply t o:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi
kasih, kekuatan, dan membentuk hidupku
menjadi lebih indah. Ajarilah aku untuk selalu
bersyukur atas semua itu.
Gunawan dan Suparnik, terima kasih untuk
doa, dukungan dan kasih sayang serta
perhatian Bapak dan Ibu.
Kakakku yang juga saudara kembarku (Indra)
dan adikku (David) terima kasih atas semua
sayang yang telah mewarnai hari-hari di rumah.
Semua teman-teman seperjuangan disaat-saat
terakhir kita, terima kasih banyak tanpa kalian
mungkin aku tidak akan seperti sekarang ini.
Kalian terbaik buat aku.
vi
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Motor bensin 125 cc dengan injeksi bahan bakar ”
Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih secara khusus kepada:
1. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Ir. Greg. Heliarko, SJ., SS., B.ST., MA., M.SC yang telah mendukung pembuatan Tugas Akhir ini dan membimbing saya hingga dapat menyelesaikan studi. 2. I Gusti Ketut Puja, S.T.,M.T. yang telah bersedia menjadi pembimbing
akademik saya selama ini.
3. Dosen pembimbing pertama Tugas Akhir, Yosef Agung Cahyanta S.T., M.T. yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
4. Dosen pembimbing Tugas Akhir, Ir. FX. Agus Unggul Santoso yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan perbaikan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
vii
7. Bapak dan Ibu, doa dan dukungan bapak dan ibu selau menyertai setiap langkah hidup saya.
8. Semua teman-temanku yang tak dapat kusebut namanya dan juga seluruh teman-teman Teknik Mesin angkatan 2000-2002.
Penulis merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
viii
Motor bensin adalah mesin yang banyak digunakan dalam kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi saat ini. Pada perkembangannya mesin bensin telah menggunakan berbagai macam teknologi untuk memaksimalkan kinerja mesin. Salah satunya motor bensin dengan menggunakan sistem injeksi bahan bakar. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui besarnya konsumsi bahan bakar tiap jam, perhitungan elemen-elemen mesin untuk motor bensin 125cc dengan injeksi bahan bakar.
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iii
HALAMAN MOTTO………... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v
KATA PENGANTAR………. vi
INTISARI……….. viii
DAFTAR ISI………. ix
DAFTAR GAMBAR ……… xi
DAFTAR TABEL………. xi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah………... 1
1.2 Batasan masalah ……… 2
1.3 Tujuan perancangan ……… 2
BAB II DASAR TEORI……….. 3
2.1 Uraian………... 3
2.2 Klasifikasi mesin bensin………... 5
2.2.1 Susunan dan jumlah silinder…………... 5
2.2.2 Sistem pendinginan... 6
2.2.3 Sistem penyalaan... 7
2.2.3.1 Pembakaran... 8
2.2.4 Letak katup... 11
2.2.5 Letak poros nok... 16
2.2.6 Jumlah langkah tiap proses... 17
2.3 Motor otto empat langkah... 18
x
2.3.3 Siklus sebenarnya motor empat langkah... 30
2.4 Sistem pembukaan katup...………. 32
2.4.1 Sistem pengisian dan pembuangan... 33
2.5 Injeksi...………... 36
2.5.1 Kelebihan dan kekurangan injeksi... 39
2.6 Silinder dan kepala silinder... 40
2.6.1 Tebal dinding silinder... 40
2.6.2 Piston dan bahan piston... 41
BAB III PERANCANGAN... 49
3.1 Data awal perancangan...………... 49
3.2 Perhitungan...……….. 49
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...……...……. 83
4.1 Kesimpulan...……….... 83
4.2 Saran... 85
xi
Gambar 2.1 Torak dari mekanisme engkol ………. 3
Gambar 2.2 Pendinginan motor...……….. 7
Gambar 2.3 Perjalanan pembakaran dalam silinder...………... 10
Gambar 2.4 Macam–macam susunan katup...………... 15
Gambar 2.5 Letak poros nok pada blok silinder... 17
Gambar 2.6 Letak poros nok overhead cam... 17
Gambar 2.7 Diagram P vs V siklus volume konstan... 19
Gambar 2.8 Prinsip kerja mesin empat langkah... 20
Gambar 2.9 Isi diatas torak pada TMB dan TMA... 24
Gambar 2.10 Diagram PV untuk motor empat langkah... 32
Gambar 2.11 Mekanisme pembukaan katup... 33
Gambar 2.12 Sensor unit dan Thottle Body……….. 38
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Saat pembukaan dan penutupan katup………... 33Tabel 3.1 Sifat-sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer... 51
Tabel 3.2 Komposisi Elementari dan Karakteristik Bahan Bakar... 55
Tabel 3.3 Kapasitas Panas Jenis Molar Gas... 57
Tabel 3.4 Energi Internal Hasil Pembakaran... 59
Tabel 3.5 Faktor Rugi-Rugi Mekanis... 62
Tabel 3.6 Konstanta ... 80
1
1.1. Latar Belakang
Motor bensin adalah salah satu jenis motor pembakaran dalam yang banyak digunakan untuk menggerakkan atau sebagai sumber tenaga dari kendaraan darat. Motor bensin menghasilkan tenaga dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder, dimana dengan pembakaran campuran udara dan bahan bakar ini akan menghasilkan panas yang sekaligus akan mempengaruhi gas yang ada di dalam silinder untuk mengembang. Karena gas tersebut dibatasi oleh dinding silinder dan kepala silinder, maka tekanan di dalam silinder akan naik. Tekanan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga yang akhirnya dapat menggerakkan kendaraan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, banyak terjadi penyempurnaan dan pengembangan baik dengan cara memodifikasi maupun dengan cara penambahan komponen-komponen pendukung pada motor bensin untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimum dari motor bensin yang sudah ada sebelumnya. Dewasa ini sudah banyak kendaraan yang menggunakan sistem injeksi bahan bakar sebagai pengganti karburator dengan pertimbangan sebagai berikut :
- Uap bahan bakar akan mengalami kesulitan ketika mengalir melalui belokan dan sudut-sudut tajam dari saluran isap. Dengan sistem injeksi, bahan bakar yang dikabutkan langsung masuk ke dalam saluran isap, karena posisi injeksi lebih dekat dengan katup isap.
- Dengan sistem injeksi bahan bakar yang dikabutkan akan lebih presisi pengaturnya, karena dalam prosesnya sistem ini langsung diatur oleh sensor-sensor sebagai fungsi dari operasi mesin.
1.2. Batasan Masalah
Agar penulisan tidak menyimpang, maka dibuat batasan seperlunya untuk mempermudah analisa masalah, penulis membatasi permasalahan yang dibahas adalah perancangan :
• Mesin yang menggunakan injeksi bahan bakar.
• Perancangan dihitung pada putaran mesin pada daya maksimal, sekitar 7500 rpm.
1.3. Tujuan perancangan
Tujuan dari penulisan / perancangan ini adalah untuk menentukan :
• Menentukan dimensi elemen-elemen mesin.
• Menghitung hasil unjuk kerja mesin pada 7500 rpm.
• Menghitung konsumsi bahan bakar per jam.
2.1. Uraian
Motor atau mesin adalah bagian utama dari suatu alat atau kendaraan yang
menggunakan mesin penggerak. Motor tersebut merubah suatu jenis tenaga
menjadi tenaga mekanik. Karena tenaga yang dihasilkan inilah alat atau kendaraan
dapat bergerak serta dapat mengatasi keadaan, jalan, udara dan sebagainya.
Motor bensin bekerja karena adanya energi panas yang diperoleh dari
pembakaran campuran udara dan bensin. Energi panas tersebut diperoleh dengan
cara sebagai berikut :
Gambar 2-1. Torak dari mekanisme engkol.
Silinder
Torak
Batang torak
Poros engkol
Pada saat torak bergerak keatas, campuran tersebut dikompresikan,
akibatnya terjadilah tekanan dan temperatur yang tinggi. Selanjutnya api dari busi
dipercikkan sehingga mengakibatkan timbulnya energi panas, akibatnya
terdoronglah torak kebawah, menekan batang torak dan menggerakkan poros
engkol. Gerakan turun-naik (bolak-balik) dari torak diubah menjadi gerak putar
oleh poros engkol. Poros engkol dihubungkan dengan roda belakang melalui
sistem pemindah daya, sehingga pada saat poros engkol berputar, roda belakang
juga berputar dan kendaraan bergerak. Perhitungan tenaga yang terjadi dapat
dihitung dengan persamaan : (sumber; Maleev Internal Combustion Engine, hal
553)
n
Δe x ihp x 33000
ΔE= ...(2.1)
Dengan
ihp : gaya indikasi = daya yang diindikasikan (Ni/eff.mekanis)
Ni : 120,5 HP, eff.mekanis mesin = 0,7
ihp : 120,5/ (0,7) = 172,1
n : putaran motor rata-rata = 3000 rpm
Δe : konstanta kelebihan tenaga = 0,03-0,04 (tipe of engine single acting,
vertikal 180o dan 90o) dipilih 0.035
Karena adanya fluktuasi kecepatan, maka perubahan tenaga piston sebesar:
m 2935 / ) n . k . (w
ΔE= 2 2
Dengan
w : berat roda gila
n : putaran motor
m : koefisien kestabilan = 100 (automobile engine–normal speed)
ft lb 16 , 2
500 2
66,25 x 100 x 2935 w.k
2 2
− =
=
Jika diameter roda gila yang direncanakan (drg) = 15 in., maka
2 3125 , 0
2,16 w
maka , 4 drg k
= =
Jika berat jenis bahan = 450 lb/ft3 (sumber ; J. Alferd, Applied Strength Of
Materials, hal 305), maka tebal roda gila.
ρ
. A
w t =
2.2. Klasifikasi Motor Bensin
Motor bakar diklasifikasikan berdasarkan susunan dan jumlah silinder,
sistem pendinginan, sistem penyalaan, letak katup, letak poros nok dan jumlah
langkah per proses.
2.2.1. Susunan dan Jumlah Silinder
Pada umumnya motor penggerak yang digunakan pada kendaraan (sepeda
motor) mempunyai satu silinder tetapi ada pula yang lebih dari satu, misalnya 2,
3, 4 dan 5. Semakin banyak silinder yang dipakai maka getaran yang ditimbulkan
motor akan lebih kecil dibandingkan dengan yang bersilinder sedikit. Hal ini
disebabkan karena motor yang bersilinder banyak pembagian tenaganya lebih
Untuk motor dengan jumlah silinder lebih dari satu, silinder-silinder dari
motor tersebut diatur dengan bermacam posisi atau bentuk, yang pada umumnya
terdiri dari tiga susunan, yaitu :
1. Motor dengan susunan silinder segaris atau sering disebut dengan inline
engine.
2. Motor dengan susunan silinder berbentuk V.
3. Motor dengan susunan silinder berlawanan/horisontal yang sering disebut
pancake engine atau boxer.
Susunan silinder motor segaris membentuk garis lurus satu arah dan sejajar
dengan poros engkol. Motor dengan susunan silinder V, susunan silindernya
membentuk huruf V yang merupakan dua barisan silinder di sisi kiri dan kanan,
dari poros engkol membentuk sudut dari 60 derajat sampai 90 derajat.
Jenis yang ketiga adalah motor dengan susunan silinder berlawanan arah
(pancake) adalah motor dimana susunan silindernya saling belawanan arah satu
sama lain. Motor jenis ini dibuat apabila ruangan vertikal yang ada sempit.
2.2.2. Sistem Pendinginan
Ada dua macam motor dengan klasifikasi sistem pendinginan ini yaitu
pendinginan dengan cairan (Gambar 2.2A) dan pendinginan dengan udara
(Gambar 2.2B). Sistem pendinginan dengan cairan terutama air, pendinginannya
lebih baik dari pada pendinginan dengan udara.
Pendinginan dengan cairan, bagian-bagian yang didinginkan dikelilingi
cairan pendingin. Cairan pendingin ini kemudian menyerap sebagian panas akibat
Untuk motor berpendingin udara, bagian-bagian yang didinginkan hanya
dilewati udara dan udara ini akan akan mengambil sebagian panas. Bagian-bagian
yang didinginkan biasa dilengkapi dengan sirip-sirip untuk memperluas
penampang yang bersinggungan dengan udara sehingga memperbaiki proses
pendinginan.
Gambar 2.2 Pendinginan motor
Sumber : Drs. Wardan Suyanto MA. Teori Motor Bensin, 1989. Halaman 12
2.2.3. Sistem Penyalaan
Ada dua sistem penyalaan yang digunakan untuk menyalakan bahan bakar
didalam silinder (ruang bakar) yaitu dengan bunga api dan dengan udara panas
(udara yang dikompresikan). Motor dengan penyalaan bunga api menggunakan
loncatan bunga api yang dihasilkan oleh busi untuk membakar bahan bakar yang
ada dalam ruang bakar. Motor dengan penyalaan udara panas memanfaatkan
panas udara yang dimampatkan oleh piston pada saat kompresi, udara yang
dimampatkan didalam silinder cukup panas untuk memulai pembakaran bahan
bakar sehingga tidak perlu lagi peralatan pembantu untuk menyalakan bahan
2.2.3.1. Pembakaran
Pembakaran diawali dengan loncatan api busi pada akhir pemampatan.
Pada keadaan biasa kita mendapatkan pembakaran teratur dimana selalu terdapat
dua tahapan ialah bagian yang tidak terbakar dan bagian yang terbakar, keduanya
dibatasi oleh api pembakaran (front api). Suhu pembakarannya berkisar antara
2100 K sampai 2500 K.
Pada pembakaran teratur yang lamanya kira-kira tiga milidetik (0,003 s),
terjadi juga perjalanan tekanan teratur diatas piston dan dalam beberapa kasus,
suhu dari gas yang belum terbakar menjadi terlalu tinggi sehingga dapat
menyebabkan pembakaran sendiri dimana sebagian dari isi silinder terbakar dalam
waktu yang sangat singkat seperti ditunjukkan pada (Gambar 2.3) disebabkan oleh
singkatnya pembakaran, tekanan dalam seluruh ruang bakar tidak sama sehingga
terjadi gangguan keseimbangan, dengan tekanan tinggi setempat.
Pembakaran yang tidak teratur mengakibatkan pembebanan terlalu berat
dari mekanismenya. Gerakan dari gas terhadap logamnya memberi suara seperti
pukulan yang disebut detonasi. Penyebab utama detonasi adalah suhu yang terlalu
tinggi dari gas yang dimanfaatkan atau ruang bakar tidak memenuhi syarat.
Detonasi yang berulang-ulang dalam waktu yang lama dapat merusak
bagian ruang bakar, terutama bagian tepi kepala torak tempat detonasi terjadi. Di
samping itu detonasi mengakibatkan bagian ruang bakar (misalnya busi atau kerak
yang ada) sangat tinggi temperaturnya, atau pijar, sehingga dapat menyalakan
ini dapat mengurangi daya dan efisiensi mesin, sedangkan tekanan maksimum gas
pembakaran juga akan bertambah tinggi.
Detonasi dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu :
•Mengurangi tekanan dan temperatur bahan bakar dan udara yang masuk ke
ruang bakar.
•Mengurangi perbandingan kompresi.
•Memperlambat saat penyalaan.
•Mempertinggi angka oktan bensin.
•Pendinginan gas yang belum terbakar.
•Membuat konstruksi ruang bakar yang sedemikian rupa sehingga bagian
yang terjauh dari busi mendapat pendinginan yang lebih baik.
•Menaikkan kecepatan torak atau putaran poros engkol untuk memperoleh
arus turbulen pada campuran di dalam silinder yang mempercepat rambatan
Gambar 2.3 Perjalanan pembakaran normal (a-d) dan selama pembakaran terjadi pembakaran sendiri (e-h)
Sumber : H. Berenschot. Hal. 60
Proses pembakaran dikatakan normal apabila pembakaran didalam silinder
terjadi karena nyala api ditimbulkan oleh percikan bunga-bunga api oleh busi,
dengan bunga api ini proses terbakarnya bahan bakar berlangsung hingga seluruh
bahan bakar yang ada di dalam silinder terbakar habis dengan kecepatan yang
relatif konstan. Proses pembakaran tidak akan terjadi bila tidak ada oksigen di
dalam silinder. Baik buruknya proses pembakaran ditentukan juga oleh banyak
sedikitnya jumlah oksigen yang ada di dalam silinder. Apabila campuran bahan
bakar dan udara yang masuk ke dalam silinder sesuai antara jumlah hidrokarbon
dengan jumlah oksigen (campurannya homogen) maka dimungkinkan terjadinya
2.2.4. Letak Katup
Ada beberapa jenis letak katup atau susunan katup yang dipakai untuk
mengklasifikasikan motor bakar, yaitu : jenis F, I, L, T dan Over Head Cam.
Kecepatan aliran gas buang melalui katup buang dihitung dengan persamaan
(Sumber : N.Petrosvky, Marine Internal Combustion Engines, hal.414).
Wmo =
2 max
a A
Cm×
...(2.2)
Dengan:
Wmo = Kecepatan aliran gas buang
Cm = Kecepatan piston pada putaran maksimum
= 2 . S . n / 60
S = Panjang langkah
n = Putaran maksimum mesin
A = Luasan lubang silinder atau luasan piston
amax2 = Luasan lewat katup buang maksimum untuk 1 buah katup
= π×dthr×hmax×cosα
hmax = Tinggi angkat maksimum katup
=
(
4×cosα)
thr
d
α = Sudut dudukan katup = 45o
dthr = Diameter throat katup buang = 22 mm
) cos cos
4 (
60 /
2 2
α α
π
π
× ×
×
× =
thr thr
mo
d d
r n
) 4 (
60 /
2 2
thr thr mo
d d
r n
S W
× × =
π
π
Untuk referensi perhitungan ukuran katup menggunakan diameter throat katup
yang terbesar.
• Diameter throat katup hisap (dthi) = 24 mm
• Diameter throat katup buang (dthr) = 22 mm
Diameter kepala maksimum dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
th 2 (1,06 1,16)d
d = − ...(2.3)
Jenis F adalah susunan katup mirip dengan bentuk huruf F, dimana satu katup
terletak dibawah dan satu katup yang lain terletak diatas. Jenis I kedua katupnya
berada diatas silinder. Jenis ini biasa dipakai untuk motor dengan kompresi yang
tinggi dan digerakkan dengan satu poros nok. Jenis L di antara ruang bakar
dengan silinder membentuk huruf L dengan susunan katup masuk dan keluar
saling berdampingan pada blok silinder dan hanya pada satu sisi silinder.
Konstruksi ini sangat sederhana namun tidak bisa dipakai pada motor dengan
kompresi yang tinggi. Jenis T adalah mirip dengan jenis L, tetapi katupnya berada
di dua sisi silinder. Luasan lewat katup dihitung dengan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 90)
32 10
. 2 , 7 10 . 24 14 ,
3 3 3 Cos
Ais = × − × − × ...(2.4)
Kecepatan masuk udara melalui katup hisap dihitung dengan persamaan (Sumber
: Petrosvky, hal.414)
Wmi =
max
a A
Cm×
...(2.5)
Dengan:
Wmi = Kecepatan aliran masuk katup hisap
Cm = Kecepatan piston pada putaran maksimum
= 2 . S . n / 60
S = Panjang langkah
n = Putaran maksimum mesin
A = Luasan lubang silinder atau luasan piston
amax = Luasan lewat katup isap maksimum untuk 1 buah katup
= π×dthi×hmax×cosα
hmax = Tinggi angkat maksimum katup
=
(
)
α
cos 4×
thi
d
α = Sudut dudukan katup = 45o
dthi = Diameter throat katup hisap = 24 mm
) cos cos
4 (
2
60 /
2 2
α α
π
π
× ×
× ×
× =
thi thi
mi
d d
r n
S W
) 4 (
2
60 /
2 2
thi thi mi
d d
r n
S W
× ×
× =
π
)
Jenis yang paling banyak digunakan adalah jenis overhead cam dimana
mekanisme penggerak katupnya lebih ringkas dan ketepatan pembukaan dan
penutupannya menjadi relatif lebih tepat karena antara poros nok langsung
menyinggung katup. Poros nok pada overhead cam berada pada kepala silinder.
Diameter kepala minimum dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
th 1 (0,95 1,0)d
d = − ...(2.6)
Lebar dudukan katup dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
(
0,10 0,12dthb= − ...(2.7)
Tinggi bahu kepala dapat dihitung menggunakan persamaan(Sumber : M.Kovakh,
hal 523)
th 1 (0,025 0,045)d
h = − ...(2.8)
Tinggi total kepala dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovakh,
hal 523)
th 2 (0,10 0,13)d
h = − ...(2.9)
Diameter tangkai katup hisap dapat dihitung menggunakan persamaan
thi in (0,18-0,23)d
ds = ...(2.10)
Diameter tangkai katup buang dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
thr ex (0,22-0,28)d
Tinggi dudukan katup dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
th s (0,18 0,25)d
h = − ...(2.12)
Diameter dudukan katup dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
th )d 1,26 -1,2 (
d= ...(2.13)
Gambar 2.4 Macam-macam susunan katup
Sumber : Drs. Wardan Suyanto MA. Teori Motor Bensin, 1989. Halaman 16
Tinggi angkat maksimum katup dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber
: M.Kovakh, hal 89)
α
cos 4
dth h
45
α
i maks(i)
o
= =
...(2.14)
Diameter lingkar pegas dihitung menggunakan persamaan (Sumber : Petrovsky,
hal 414)
r i
dth x 0,7 Dpr
dth x 0,7 Dpi
dth 0,7) (0,6 Dp
= =
− =
2.2.5. Letak Poros Nok
Klasifikasi motor berdasarkan susunan atau letak poros nok (poros kem)
sangat erat hubungannya dengan letak katup. Klasifikasi motor bakar dengan letak
poros nok ini ada dua macam yakni poros nok berada pada blok silinder dan poros
nok yang berada pada kepala silinder (overhead cam). Diameter poros Camshaft
dihitung menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovakh, hal 518)
0,35)D (0,28
dcs
93mm
D
− =
=
...(2.16)
Diameter bubungan dihitung dengan persamaan (Sumber : Petrovsky, Marine
Internal Combustion Engine, hal 415)
2)dcs -(1,3
d1= i………...……….………...…(2.17)
Jenis yang pertama, antara poros nok dan katup diperlukan alat bantu yang
berupa tapet, batang penumbuk, dan pelatuk (disebut overhead valve). Dengan
adanya pengantar ini maka akan dapat mempengaruhi ketepatan pembukaan dan
penutupan katup terutama pada putaran tinggi. Diameter kawat pegas dihitung
menggunakan persamaan (Sumber : Petrovsky, hal 414)
Dp 7 1 dp
7dp Dp
10)dp (4
Dp
= =
− =
...(2.18)
Sedangkan pada jenis yang kedua antara poros nok dan katup-katupnya
berhubungan langsung tidak perlu batang penumbuk (disebut overhead cam),
sehingga dapat mengatasi kelemahan pada jenis pertama. Overhead cam biasa
digunakan yaitu Single Overhead Cam (SOHC) dan Double Overhead Cam
(DOHC).
Gambar 2.5 Letak poros nok pada blok silinder
Sumber : Drs. Wardan Suyanto MA. Teori Motor Bensin, 1989. Halaman 18
Gambar 2.6 Letak poros nok overhead cam
Sumber : Drs. Wardan Suyanto MA. Teori Motor Bensin, 1989. Halaman 18
2.2.6. Jumlah Langkah Tiap Proses
Jumlah langkah per proses motor bakar diklasifikasikan menjadi dua yaitu
motor dua langkah (motor dua tak) dan motor empat langkah (motor empat tak).
Pada motor dua langkah untuk menghasilkan satu kali tenaga atau langkah tenaga
diperlukan dua langkah kerja atau dengan kata lain setiap dua langkah dari torak
motor ini menghasilkan satu kali tenaga. Sedangkan pada motor empat langkah
keseluruhan motor empat langkah lebih ekonomis dalam penggunaan bahan bakar
dibanding motor dua langkah, sehingga motor empat langkah lebih banyak
digunakan.
2.3. Motor Otto Empat Langkah
2.3.1. Siklus Ideal Motor Otto Empat Langkah
Proses termodinamika yang terjadi di dalam motor bakar sangat kompleks
untuk di analisis menurut teori. Untuk memudahkan teori tersebut di asumsikan
suatu keadaan yang ideal. Tetapi semakin ideal suatu keadaan, maka akan
semakin jauh menyimpang dari keadaan sebenarnya. Pada umumnya untuk
menganalisis motor bakar digunakan siklus udara sebagai siklus yang ideal. Siklus
udara menggunakan beberapa keadaan yang sama dengan siklus sebenarnya,
misalnya mengenai :
• Urutan proses,
• Perbandingan kompresi,
• Pemilihan temperatur dan tekanan pada suatu keadaan dan,
• Penambahan kalor yang sama per satuan berat udara.
Pada mesin yang ideal proses pembakaran yang dapat menghasilkan gas
bertekanan dan bertemperatur tinggi itu dimisalkan sebagai proses pemasukan
panas ke dalam fluida kerja di dalam silinder.
Siklus udara volume konstan (siklus Otto) dapat digambarkan dengan Grafik
Gambar 2.7 Diagram P vs. V siklus volume konstan
Sumber : Wiranto Arismunandar, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 15
Keterangan :
P = Tekanan fluida kerja (kg/cm2) VL = Volume langkah torak (m3atau cm3)
v = volume spesifik (m3/kg) Vs = Volume sisa (m3atau cm3)
m
q = Jumlah kalor masuk (kcal/kg) TMA = Titik Mati Atas
k
q = Jumlah kalor keluar (kcal/kg) TMB = Titik Mati Bawah
Sifat ideal yang digunakan serta keterangan mengenai proses siklusnya
adalah sebagai berikut :
1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang konstan.
2. Langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan
3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropik
4. Proses pembakaran pada volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses
pemasukan kalor pada volume konstan.
6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada
volume konstan.
7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan.
8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan fluida kerja
yang sama.
2.3.2. Prinsip Kerja Motor Empat Langkah
Motor Otto empat langkah atau motor bensin menghisap campuran udara
dan bensin sebagai bahan bakar pada saat terjadi langkah isap. Terjadi perubahan
tekanan pada proses kerja di dalam ruang di atas piston. Bila piston berada di
TMB, volume ruang ini adalah yang terbesar yaitu VL +Vs dengan :
L
V = Volume langkah
s
V = Volume ruang sisa
Bila piston berada di TMA, volume ruang di atas piston adalah yang terkecil
yaitu . Mesin bensin empat langkah menjalani satu siklus yang tersusun atas
empat tahap/ langkah seperti Gambar 2.8 berikut: s
V
Gambar 2.8 Prinsip kerja mesin 4 langkah
Keterangan :
KI = Katup Hisap TMA = Titik Mati Atas
KB = Katup Buang TMB = Titik Mati Bawah
a) Langkah hisap
Campuran udara dan bahan bakar dihisap ke dalam ruang bakar. Piston
bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB). Katup isap
terbuka dan katup buang tertutup. Di dalam silinder terjadi kehampaan akibat
gerakan piston ke bawah tersebut. Tekanan akhir langkah hisap dihitung dengan
persamaan (Sumber:M.Kovach,, hal 88)
Persamaan Bernaulli:
a 2
is is 2
is 2 a
a in 2
in
in in
g.H 2
) (V
ξ
2
) (V
β
ρ
P g.H 2
) (V
ρ
P = + = + + +
Dengan
a in dan ρ
ρ : kerapatan muatan pada saluran isap dan di dalam silinder.
Vin : kecepatan udara pada saluran masuk (m/s)
Vis : kecepatan rata–rata udara selama proses isap pada katup isap (m/s)
Hin dan Ha : permukaan referensi ( nol ) dari sumbu saluran isap dan sumbu
katup isap
β :
Vis Vcyl
Vcyl adalah kecepatan udara didalam silinder pada potongan
melintang berdasar pertimbangan.
Diasumsikan Vin = 0, ketinggian Hin = Ha, dan rapat muatan segar ketika
melewati saluran hisap diabaikan
(
ρin =ρa)
, maka persamaan diatas menjadi: (Sumber : Kovakh hal 88)(
+)
×⎜⎜⎝⎛ ⎟⎟⎠⎞+ =
2 V 2
a a
in
in 2
is
ρ
P
ρ
P
is ξ β
Persamaan kontinuitas untuk potongan melintang dari saluran isap dan bagian
silinderpersamaan (Sumber : Kovakh hal 89)
Vis . Ais = Vpmax . Ap
Dengan
Ais : luasan lewat katup (m2)
Vpmax : kecepatan piston maksimum (m/s)
Ap : luasan piston (m2)
Temperatur campuran muatan segar dan gas-gas residu (Ta) pada akhir proses isap
lebih tinggi dibanding temperatur pada saluran isap (Tin), tetapi lebih rendah
dibanding temperatur gas-gas residu (Tres). Temperatur akhir dapat dihitung
dengan persamaan (Sumber : Kovakh hal 93)
Ta =
res res res in
γ
1
T
ΔT T
+ +
+ ϕγ
(K)...(2.19)
res a
res
res o res
P P
P T
T T
− × Δ + =
ε γ
(
)
ores P
P = 1,1−1,25
Dengan
Tin : temperatur saluran isap
ϕ : koefisien kapasitas gas panas residu = 1
ε : perbandingan kompresi = 9:1
Tres : koefisien kapasitas residu = (750 → 1000) K...(Kovakh hal 92)
res
γ : Koefisien gas buang (0,06→0,10)...(Kovakh hal 91)
Ta : (310 → 350) K...(Kovakh hal 94)
Pada mesin tanpa supercharger, P0 dan T0 menyatakan tekanan dan suhu udara
luar, efisiensi pengisian untuk langkah hisap (ηv) dapat dihitung dengan
persamaan (Sumber : Kovakh hal 96)
)
γ
(1 T
T . P P . 1
ε ε η
res a
in
in a 1
v =ϕ − + ...(2.20)
Tekanan akhir proses pengisapan untuk mesin 4-langkah tanpa supercharging,
dan
o
in P
P = ρin =ρo. dihitung dengan menggunakan persamaan (Sumber :
Kovakh hal 90)
1. Pin =Po =0,1013Mpa
2. ρin =ρo udara pada To= 32 oC = 305 K
3 159
,
1 kg m
o =
ρ
3.
(
2 +)
=2,5−4is ξ
β
(
)
62 2
10 2
−
× × +
−
= is is o o
a
V P
P β ξ ρ ...(2.21)
Drop pressure yang terjadi (ΔPa):
a in
a P P
P = −
b) Langkah kompresi
Kedua katup tertutup, piston bergerak menuju TMA. Sesaat sebelum piston
mencapai TMA, bunga api dipercikan oleh busi dan bahan bakar mulai terbakar.
Pembakaran terjadi pada volume hampir tetap (dianggap tetap) sampai tekanan
maksimum. Pembakaran didalam silinder ini sering disebut spark ignition engine.
Bunga api dipercikan dalam ruang bakar sebelum torak mencapai titik mati atas
(TMA), sehingga terjadi pembakaran yang diikuti oleh naiknya energi kalor gas
dalam ruang bakar. Makin kecil ruang terhadap ruang akan semakin besar
pemampatannya, hal ini sangat tergantung pada perbandingan pemampatan
(perbandingan kompresi).
s
V VL
Pebandingan pemampatan adalah perbandingan antara dua macam volume,
yaitu :
• Volume di atas piston pada kedudukan TMB
• Volume di atas piston pada kedudukan TMA (Gambar 2.9)
Gambar 2.9 Isi diatas torak; torak pada TMB, torak pada TMA Sumber : BPM. Arends, H. Berenschot. Motor Bensin. Halaman 8
Perbandingan pemampatan dinyatakan dengan simbol r, dalam persamaan
s s L
V V V r = +
Tekanan akhir langkah kompresi dihitung dengan menggunakan persamaan:
(Sumber : Kovakh hal 111)
1
n a
com P
P = ×ε (Mpa)...(2.23)
Temperatur akhir langkah kompresi (Tcom) dapat dihitung dengan persamaan
(Sumber : Kovakh hal 111)
1 1−
× = n
a
com T
T ε ...(2.24)
c) Langkah usaha
Setelah mencapai TMA, piston akan didorong oleh gas bertekanan tinggi
menuju TMB. Tekanan mekanis ini diteruskan ke poros engkol. Penghentian
pembakaran gas terjadi pada TMA atau sedikit sesudahnya. Ini disebabkan oleh
pengembangan gas terbesar akibat suhu tertinggi terjadi pada volume terkecil
( ) sehingga piston mendapatkan tekanan terbesar. Sesaat sebelum mencapai
TMB, katup terbuka, gas hasil pembakaran mengalir keluar dan tekanan dalam
ruang bakar turun dengan cepat. c
V
Kebutuhan udara untuk membakar 1 kg bahan bakar dalam massa secara teoritis
dapat dihitung dengan persamaan : (Sumber : Kovakh hal 51)
⎟ ⎠ ⎞ ⎜
⎝
⎛ + −
= o f
th C H O
a 8
3 8 23 , 0
1
………...………...…..(2.25)
Kebutuhan udara untuk membakar 1 kg bahan bakar dalam mol secara teoritis
dapat dihitung dengan persamaan : (Sumber : Kovakh hal 51)
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− + =
32 4 12 209 , 0
1 f
th
O H C
Jumlah udara aktual didalam pembakaran dari 1 kg bahan bakar, dapat dihitung
dengan persamaan (α =1−1.3) : (Sumber : Kovakh hal 52)
th a a = α ………..……….…...…..……….(2.27) th A A = α
Koefisien teoritis dari perubahan molekul (μth) dapat dihitung dengan persamaan
: (Sumber : Kovakh hal 595)
2 1 M M th = μ …...………..………….….(2.28)
Koefisien molar aktual (μ) dihitung dengan persamaan : (Sumber : Kovakh hal
596) res res th γ γ μ μ + + = 1 ………...……….……...……(2.29)
Diasumsikan panas terendah dari hasil pembakaran (Hl) = 44 MJ kg.
Jumlah panas yang tidak berkembang dapat dihitung dengan persamaan : (Sumber
: Kovakh hal 596)
(
ΔHl)
chem =114×10(
1−α)
Ath6
Energi yang dikandung 1 kmol hasil pembakaran pada temperatur maksimum
yang tercapai ( ) dapat dihitung dengan persamaan : (Sumber : Kovakh hal
596) " Z U
(
)
[
]
Energi internal dari 1 mol campuran segar pada langkah akhir kompresi dapat
dihitung dengan persamaan : (Sumber : Kovakh hal 597)
( )
V com comcom c t
U = μ ………...…...(2.31)
Energi internal dari 1 mol hasil pembakaran pada akhir langkah kompresi dihitung
dengan persamaan : (Sumber : Kovakh hal 597)
(
V)
com comcom c t
U" = μ " ...(2.32)
Dengan:
"
V
c
μ = adalah panas jenis dari hasil pembakaran pada akhir langkah kompresi.
Panas jenis campuran adalah jumlah dari hasil pembakaran komponen individual
dibagi dengan jumlah total hasil pembakaran. Untuk komposisi dasar dari bahan
bakar telah diasumsikan diatas untuk α =1 maka
2
M M
r i
i = dapat dihitung :
(Sumber : Kovakh hal 597)
2
M M
ri = i ………...……….…...…….(2.33)
Dengan menggunakan data dari tabel 3.3 untuk tcom =300 oC maka energi dari
setiap 1 mol pembakaran dapat dihitung (Sumber : Kovakh hal 597)
2 2
2 2 2
2 2 2 " N r O H r H r C r C r c N O H H O CO O CO V × + × + × + × + × = μ ………..………..………….…………(2.34)
Energi yang dikandung 1 kmol hasil pembakaran pada temperatur maksimum
yang tercapai (UZ") dihitung (Sumber : Kovakh hal 597)
Tekanan akhir pada akhir langkah pembakaran dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (Sumber : Kovakh hal 598)
com com
Z
Z P
T T
P =μ ………...………(2.36)
Rasio penambahan tekanan dapat dihitung (Sumber : Kovakh hal 598)
com Z
P P
=
λ ………..………...…..………(2.37)
Tekanan maksimum pada akhir langkah pembakaran dapat dihitung (Sumber :
Kovakh hal 598)
Z
Z P
P '=0,85× ………..………...………….(2.38)
d) Langkah buang
Piston bergerak dari TMB menuju TMA serta mendorong gas di dalam
silinder ke saluran buang lewat katup buang, tetapi tidak semua gas bekas dapat
dikeluarkan. Ruang bakar yang kecil ( ) atau perbandingan pemampatan yang
besar akan memperbaiki keadaan tersebut. Di samping itu periode overlapping
mempunyai peranan penting. Periode overlapping adalah periode dimana katup
isap dan katup buang terbuka secara bersamaan yang dikarenakan perpanjangan
pembukaan katup selama proses pengisapan dan pembuangan. c
V
Tekanan akhir langkah ekspansi dapat dihitung (Sumber : Kovakh hal 598)
2
n Z b
P P
ε
= ……….…………..(2.39)
Temperatur akhir langkah ekspansi dapat dihitung (Sumber : Kovakh hal 598)
1 2−
= nZ b
T T
Tekanan rata-rata dapat dihitung (Sumber : Kovakh hal 598)
( )
⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − − = − − 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 n n
n a id i n n P P ε ε λ ε ε ………….…………..(2.41)
Tekanan indikasi rata-rata aktual dapat dihitung untuk ϕi =
(
0,92−0,97)
(Sumber: Kovakh hal 164)
id i
i P
P =ϕ × ………..……(2.42)
Tenaga yang dihasilkan dapat dihitung (Sumber : Kovakh hal 165)
h i
t P V
W = × ………...………...…..(2.43)
Untuk mesin 4-langkah, daya yang dihasilkan dapat dihitung (Sumber : Kovakh
hal 166)
120
n V i P
Ni = i h ...(2.44)
Pemakaian bahan bakar spesifik dihitung (Sumber : Kovakh hal 599)
th i o V i a P g α ρ η ×
=3600 ...(2.45)
Konsumsi bahan bakar efektif pengereman dihitung (Sumber : Kovakh hal 599)
mech i b g g η = ...(2.46)
Efisiensi indikator dihitung (Sumber : Kovakh hal 599)
l i i H g 3600 = η ...(2.47)
Efesiensi thermal efektif dihitung (Sumber : Kovakh hal 599)
mech i
b η η
η = × ...(2.48)
i i
f g N
g = × ...(2.49)
2.3.3. Siklus Sebenarnya Motor Otto Empat Langkah
Dalam kenyataannya terjadi penyimpangan dari siklus udara (ideal) karena
terjadi kerugian antara lain disebabkan oleh hal berikut :
1. Kebocoran fluida kerja karena penyekatan oleh cincin torak dan katup tidak
sempurna.
2. Pembukaan dan penutupan katup tidak tepat di TMA dan TMB karena
pertimbangan dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja.
Kerugian tersebut dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup
disesuaikan dengan besarnya beban dan kecepatan torak.
3. Fluida kerja bukanlah udara yang dianggap sebagai gas ideal dengan kalor
spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung.
4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di TMA,
tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara, kenaikan
tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran bahan
bakar dan udara di dalam silinder.
5. Proses pembakaran memerlukan waktu (tidak berlangsung sekaligus). Hal ini
mengakibatkan proses pembakaran berlangsung pada volume ruang bakar
yang berubah-ubah karena gerakan torak. Dengan demikian proses
pembakaran harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak
mencapai TMA dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak
bergerak kembali ke TMB. Jadi proses pembakaran tidak berlangsung pada
pembakaran sempurna, sehingga daya dan efisiensinya sangat tergantung pada
perbandingan campuran bahan bakar dan udara, kesempurnaan bahan bakar
dan udara tersebut bercampur dan timing penyalaan.
6. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari fluida
kerja ke fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi, ekspansi dan pada
waktu gas buang meninggalkan silinder, fluida pendingin diperlukan untuk
mendinginkan bagian-bagian mesin yang menjadi panas akibat proses
pembakaran, untuk mencegah kerusakan pada bagian-bagian mesin tersebut.
7. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam
silinder ke udara luar. Energi tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk
melakukan kerja mekanik.
8. Terdapat kerugian karena gesekan antara fluida kerja dengan dinding
salurannya.
Berdasarkan hal-hal diatas, bentuk Diagram PV dari siklus sebenarnya tidak
sama dengan bentuk diagram siklus ideal. Siklus yang sebenarnya tidak pernah
merupakan siklus volume konstan (untuk motor bensin). Gambar 2.10
Menunjukkan bentuk diagram PV dari sebuah motor torak 4 langkah yang
Gambar 2.10 Hubungan antara diagram pengatur katup dengan grafik tekanan vs volume untuk motor empat langkah.
Sumber : Wiranto Arismunandar. Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 31
2.4. Sistem Pembukaan Katup
Sudah dijelaskan diatas bahwa pada motor bakar torak yang sebenarnya,
katup tidak dibuka dan ditutup sekaligus pada titik matinya. Dengan
menggunakan poros cam, katup itu dibuka dan ditutup secara berangsur-angsur
(Gambar 2.11) tanpa menimbulkan kerugian yang terlalu besar sehingga dapat
menghasilkan kerja per siklus yang maksimum. Hal ini bisa dicapai berdasarkan
eksperimen tetapi pada dasarnya hal itu ditentukan oleh tekanan isap dan tekanan
buang, konstruksi katup dan kecepatan rata-rata torak.
Semua gas pembakaran yang sudah tidak terpakai lagi diusahakan dapat
dikeluarkan selama langkah buang, sedangkan campuran udara dan bahan bakar
diusahakan dapat dimasukkan sebanyak-banyaknya selama langkah isap. Jadi,
bagi setiap mesin itu ditetapkan saat yang tepat kapan katup itu membuka atau
menutup. Tabel 2.1 menunjukkan saat katup isap dan katup buang menutup dan
Gambar 2.11 Mekanisme pembukaan katup
Sumber : Wiranto Arismunandar. Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 12
Tabel 2.1 Saat pembukaan dan penutupan katup isap dan katup buang Sumber : Wiranto Arismunandar. Penggerak Mula Motor Bakar Torak, Halaman 35
2.4.1. Sistem Pengisian dan Pembuangan
• Sistem Pengisian
Sistem pengisian adalah sistem yang berfungsi untuk memungkinkan
mengalirnya campuran udara dan bahan bakar ke dalam silinder, dengan jumlah
mungkin. Panjang bush hisap dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
s(in) bui (8 10)d
l = − , dipilih 9ds(in) ...(2.50)
Diameter luar bush hisap dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
s(in) b(ui) (1,4-1,6)d
d = , dipilih 1,5ds(in) ...(2.51)
Bagian-bagian dari sistem pengisian ini adalah penyaring udara, sistem
pengontrol udara, dan saluran pemasukan atau sering disebut dengan intake
manifold.
Diameter alur tempat kunci hisap dapat dihitung menggunakan persamaan
(Sumber : M.Kovakh, hal 523)
s(in) kki 0,7d
d = ...(2.52)
Tebal piringan katup hisap dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
Petrovsky, hal 414)
maksimum) diambil
(dth
σ
P dth x 5 , 0
δ
b z
i= ...(2.53)
Sistem pemasukan bahan bakar ke dalam silinder ada dua macam yaitu
dengan menggunakan karburator atau dengan injeksi pada venturi, dan sistem
injeksi bahan bakar yang menyemprotkan bahan bakar dilakukan pada daerah
• Sistem Pembuangan
Sistem pembuangan adalah sistem untuk mengalirkan gas bekas pembakaran
dari dalam silinder ke udara luar dengan tanpa mengurangi tenaga yang dihasilkan
motor dan tidak mengganggu lingkungan baik yang berupa polusi suara maupun
polusi udara.
Panjang bush buang dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
s(ex) bur 9d
l = ...(2.54)
Diameter luar bush buang dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovakh, hal 523)
s(ex) b(ur) 1,5d
d = ...(2.55)
Agar sistem pembuangan tidak mempengaruhi daya motor, maka
diusahakan tidak ada tekanan balik yang akan menghambat keluarnya gas bekas
dari dalam silinder. Karena jika gas bekas tersebut terhambat dan tidak terbuang
seluruhnya maka akan mengurangi ruangan untuk gas baru yang masuk ke dalam
silinder, dengan demikian berarti akan mengurangi efisiensi volumetrik motor.
Jika efisiensi volumetrik menurun maka daya motor juga akan menurun.
Gas buang yang akan dikeluarkan dari silinder mempunyai tekanan dan
temperatur tinggi sehingga apabila langsung dibuang ke udara bebas terdapat
banyak hal yang merugikan. Diantaranya akan menimbulkan suara ledakan yang
keras disebabkan gas buang yang masih panas mengalami ekspansi mendadak
Jumlah udara yang digunakan mesin akan bertambah besar, mengecil atau
bahkan setimbang terhadap perhitungan teoritisnya, tergantung pada tipe tiap
susunan campuran bahan bakar dan udara. Perbandingan jumlah udara yang ikut
terbakar bersama bahan bakar terhadap perhitungan teoritisnya disebut koefisien
kelebihan udara (α)
α = 1 disebut campuran setimbang (Stoikiometris).
α < 1 disebut campuran kaya
α > 1 disebut campuran miskin
Dalam perhitungan dan , diasumsikan bahwa udara mengandung
20,9 % O2 dari basis volum dan 23 % dari basis massa.
th
a Ath
2.5. Injeksi
Injeksi adalah sistem suplai bahan bakar dengan menggunakan teknologi
kontrol secara elektronik (Electronic Control Module atau ECM) yang mampu
memasok campuran bahan bakar dan udara secara optimum yang dibutuhkan
mesin dalam setiap keadaan (kondisi) secara terprogram. Sistem injeksi terdiri
atas komponen seperti pompa bahan bakar (Fuel Pump Module), penyaring bahan
bakar (Fuel Suction Filter), pengatur tekanan (Pressure Regulator), injektor,
modul kontrol mesin (Engine Control Module), dan Thorttle Body.
Cara kerja sistem ini adalah dengan memberikan tekanan bahan bakar yang
ada di dalam tangki bahan bakar yang kemudian yang diatur oleh pengatur
tekanan yang kemudian dipompa dan dialirkan ke dalam injektor oleh fuel pump.
Sedang fuel injector sendiri berfungsi menyemprotkan bahan bakar ke throttle
dikirim oleh sensor-sensor dari sistem kontrol unit (ECM). ECM sendiri berfungsi
mengatur keluarnya bahan bakar di injektor Kerja ECM ini dikontrol oleh
Malfunction Indicator Lamp (MIL) yang berfungsi sebagai indikator saat terjadi
kerusakan pada sistem injeksi. Throttle body terintegrasi dengan sensor unit
mesin, seperti :
• Sensor MAP (Manifold Absolute Pressure), yang berfungsi untuk
mendeteksi tekanan pipa saluran masuk (inlet pipe intake).
• Sensor TP (Throttle Position), yang berfungsi untuk mendeteksi sudut
bukaan katup throttle.
• Sensor IAT (Intake Air Temperature), yang berfungsi untuk mendeteksi
temperatur pada pipa saluran masuk.
• Sensor BAS (Bank Angle Sensor), yang berfungsi untuk mendeteksi sudut
kemiringan sepeda motor (untuk safety).
• Sensor EOT (Engine Oil Temperature), yang berfungsi untuk mendeteksi
suhu oli mesin.
Sensor-sensor ini dapat dilihat seperti pada gambar dibawah :
Gambar 2.12 Sensor unit dan Thottle Body
Ada dua jenis sistem injeksi bahan bakar untuk motor bensin berdasarkan
posisi injektornya, yaitu :
1. Multipoint fuel injection atau Port fuel-injection (PFI), dimana injektor
terletak di atas lubang isap (intake port) pada setiap silindernya.
2. Single point fuel injection atau disebut juga Throttle body fuel injection
(TBI), dimana injektor dipasang sebelum saluran isap yaitu di atas katup
throttle.
Kelebihan PFI dibandingkan dengan TBI adalah distribusi campuran udara
dan bahan bakar yang lebih seragam untuk masing-masing silinder, respon
terhadap perubahan posisi throttle lebih cepat, dan lebih akurat dalam mengatur
jumlah bahan bakar yang diinjeksikan sesuai dengan kondisi operasi. Dengan
demikian prestasi mesin menjadi lebih baik, emisi berkurang, dan pemakaian
bahan bakar lebih irit. Sebaliknya TBI hanya memerlukan lebih sedikit injektor
dan sistemnya lebih sederhana. Dalam sistem ini, distribusi campuran udara dan
bahan bakar sangat dipengaruhi oleh desain saluran isap.
Selain itu berdasarkan metode penyaluran bahan bakar, dikenal juga sistem
sebagai berikut :
- Injeksi kontinyu atau Continuous Injection System (CIS), dimana bahan
bakar diinjeksikan secara kontinyu dengan laju aliran massa yang
terkontrol.
- Injeksi tak kontinyu, dimana bahan bakar diinjeksikan selama selang
Pada umumnya sistem injeksi bahan bakar dikontrol secara elektronik atau
yang kita kenal dengan Electronic Fuel Injection (EFI). Sistem ini dikontrol oleh
Electronic Control Module (ECM) atau disebut juga Electronic Control Unit
(ECU), yaitu berupa chips yang terdiri dari microprosessor dan memory yang
dipasang “on board” pada mobil. ECU ini menerima input berupa sinyal-sinyal
elektronik dari semua sensor dan memprosesnya untuk menentukan jumlah bahan
bakar yang diperlukan dengan mengatur bukaan katup pada injektor. Tujuan
penggunaan dan pengembangan EFI sampai saat ini adalah untuk memperbaiki
prestasi motor bakar dan mengurangi emisi gas buang.
2.5.1. Kelebihan dan kekurangan injeksi
• Kelebihan :
1. Injeksi dapat lebih presisi dalam mengatur jumlah bahan bakar
yang dikabutkan karena cara kerja sistem injeksi ini diatur oleh
sensor-sensor.
2. Dengan menggunakan sistem injeksi, proses pengkabutan bahan
bakar dapat lebih maksimal, karena menggunakan nozzle dan
posisi injektor yang berada dekat dengan katup hisap, sehingga
bahan bakar akan lebih cepat diproses.
3. Dengan sistem injeksi, tingkat efisiensi bahan bakar dapat
diperoleh secara sempurna.
4. Dengan sistem injeksi, prose pencampuran bahan bakar dan udara
yang terjadi di ruang bakar jauh lebih baik, karena besar pasokan
5. Konsumsi bahan bakar lebih baik dan ekonomis daripada model
karburator.
6. Mengurangi emisi gas buang.
• Kekurangan :
1. Saat terjadi kerusakan dari sistem injeksi tersebut, biaya yang
dikeluarkan untuk memperbaiki akan lebih mahal dari sistem
karburator.
2. Secara ekonomis biaya pembuatan kendaraan menjadi lebih mahal.
2.6. Silinder dan Kepala Silinder
Silinder adalah bagian dari motor bakar yang berfungsi sebagai rumah
piston dan merupakan tempat piston bergerak lurus bolak balik. Seluruh proses
siklus motor bakar berlangsung di dalam ruang antara silinder dan kepala silinder.
Silinder dibuat dari besi tuang yang dicetak bersusun sederet segaris
(inline). Konstruksi silinder terdiri dari silinder liner dan rongga air pendingin
(water jacket) yang dicetak menjadi satu kesatuan untuk keempat silinder yang
berjajar segaris dan disebut silinder blok.
2.6.1. Tebal dinding silinder
Tebal dinding silinder dihitung dengan persamaan (Sumber : V.L.Maleev,
hal 411)
16 1 045 ,
0 +
= D
b ...(2.56)
Sedangkan tebal mantel air pendingin dihitung menggunakan persamaan (Sumber
14 1 032 ,
0 +
= D
b ...(2.47)
kemudian kita dapat menentukan tebal rongga antara silinder liner dengan dinding
mantel air dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : V.L.Maleev, hal
411)
4 1 08 ,
0 +
= D
c ...(2.58)
Untuk menentukan tebal kepala silinder dapat dihitung menggunakan persamaan
(Sumber : M.Kovach, hal 419)
D
th =0,09× ...(2.59)
Tebal dinding silinder yang berbatasan dengan mantel air dapat dihitung
menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovach, hal 419)
(
Dtwj =2,2+ 0,03×
)
...(2.60)2.6.2. Piston dan bahan piston
Piston merupakan elemen motor bakar yang sangat penting, sesuai dengan
fungsinya:
1. Penghisap campuran bahan bakar dan udara.
2. Memampatkan campuran tersebut yang akhirnya dibakar oleh kompresi.
3. Mendorong sisa hasil pembakaran ke saluran buang.
Kecepatan piston maksimum dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
N.Petrosvky, hal 371)
Vp =
30
n S
Melihat fungsi ini, maka piston haruslah dirancang secara khusus. Untuk
menentukan diameter kepala piston dapat dihitung menggunakan persamaan
(Sumber : N.Petrosvky, hal 371)
D
D1 =(1−0,01) ...(2.62)
Bahan piston harus tahan terhadap perubahan suhu dan tekanan yang
bervariasi dan piston harus ringan. Setelah itu kita dapat menentukan diameter
badan piston dengan menggunakan persamaan (Sumber N.Petrosvky, hal 371)
D
D2 =(1−0,0018) ...(2.63)
Karena tugasnya yang berat maka piston dilengkapi dengan cincin piston
yang fungsi utamanya adalah menahan kebocoran karena perbedaan tekanan yang
tinggi antara ruang bakar dan ruang engkol sesaat setelah mesin melakukan
langkah pembakaran. Tebal kepala piston dapat dihitung menggunakan
persamaan (Sumber : Lichty, hal 539)
l
Pz D
t1 = 0,1 /σ ...(2.64)
Kepala piston harus tahan terhadap tegangan yang timbul karena tekanan
gas dan perbedaan temperatur yang cukup tinggi. Tebal sirip-sirip di dalam torak
dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : V.L.Maleev, hal 499)
1 2
2 1 3 1
t
t ⎟
⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ −
= , dipilih (1/3)t1...(2.65)
Piston dibuat dengan menggunakan bahan Alumunium dengan tegangan
tarik maksimum σt = 20000 psi, tegangan lengkung yang diizinkan σl = 5500 psi,
)
)
)
10-6 /oF. Perbedaan suhu puncak tengah piston (T1 = 400 oC). Suhu pinggir piston
(T2 = 250 oC). Maka ΔT = 150 oC = 212,4 oF. Modulus elastisitas E = 6 x 106 psi.
Tebal dinding beralur untuk cincin piston dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (Sumber : V.L.Maleev, hal 501)
b D
t3=0,18+(0,03 )+ ...(2.66)
Dengan
b : kedalaman alur cincin piston = 1/64 + tebal cincin
Tebal dinding bagian badan piston dapat dihitung menggunakan persamaan
(Sumber : V.L.Maleev, hal 501)
(
3 4 0,25 0,3tt = − , dipilih 0,3t3...(2.67)
Karena piston mempunyai jarak tertentu agar piston tidak terlalu berat maka
kita harus mengetahui tinggi piston yang diperlukan dengan menggunakan
persamaan (Sumber : M.Kovach, hal 439)
(
DH = 0,7−1,3 , dipilih 0,95 D...(2.68)
Sedangkan jarak sumbu pena piston dengan alas piston dapat dihitung
menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovach, hal 439)
(
HH1= 0,41−0,61 , dipilih 0,55 H
Lalu kita dapat menentukan luasan piston dengan menggunakan persamaan
(Sumber : Kovakh hal 89)
...(2.69) 2
r
Ap =π
Tinggi badan torak dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovach,
)
)
)
(
HH2 = 0,68−0,74 , dipilih 0,73 H...(2.70)
Tinggi land teratas dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovach,
hal 439)
(
Dh= 0,06−0,09 , dipilih 0,08 D...(2.71)
Jarak cincin yang satu dengan lainnya dapat dihitung menggunakan persamaan
(Sumber : M.Kovach, hal 439)
(
Dh1= 0,03−0,05 , dipilih 0,035 D...(2.72)
Lebar cincin piston dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
V.L.Maleev, hal 506)
1/2 b w / S ) P . 3 ( D b=
Dengan
Pw : Tekanan antara cincin piston dan dinding silinder
: 3,5 – 6 Psi, diambil 5 Psi
Sb : Tegangan lentur bahan cincin piston
Tebal cincin Piston dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
V.L.Maleev, hal 506)
b 0,7 h = ×
Jarak sela cincin piston pada saat belum terpasang dapat dihitung menggunakan
persamaan (Sumber : V.L.Maleev, hal 506)
b 4
i = × ...(2.73)
Jarak sela cincin piston pada saat terpasang dapat dihitung menggunakan
persamaan (Sumber : V.L.Maleev, hal 506)
D 0,002
Diameter luar pena dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovach,
hal 459)
D 0,26
do= × ...(2.75)
Perbandingan diameter luar dan diameter dalam pena dapat dihitung
menggunakan persamaan (Sumber : M.Kovach, hal 459)
0,68 d
d R
o i
d= =
Panjang pena piston dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
M.Kovach, hal 459)
D 0,8
lpp = × ...(2.76)
Diameter pena engkol dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
V.L.Maleev, hal 541)
3 1 2
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛ =
Ss PL D a
dcp in ...(2.77)
Dengan:
P = Tekanan akhir pembakaran = 7,320 Mpa = 1061,676Psi
S = panjang langkah = 57,9 mm = 2,279 in
D = diameter silinder = 52,4 mm
a = koefisien pena = 1,35
Ss = tegangan yang diijinkan untuk baja paduan = 18000 psi
Panjang batang piston dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : V.L.
Maleev, hal 517)
R
⎟ ⎠ ⎞ ⎜
⎝ ⎛ × × = =
gkah Panjanglan R
L
2 1 4 4
Diameter lubang engkol dari hasil perhitungan:
Diameter luar pena piston (do) = 0,787 inci = 20 mm
Diameter lubang besar (dcp) = 1,27 in = 32,258 mm
Pz = 7,320 Mpa = 1061,676 psi
Panjang pena engkol besar dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber :
V.L.Maleev, hal 517)
cp
cp d
l =(1,25−1,5) , dipilih 1,5dcp ...(2.79)
Untuk memudahkan dalam perhitungan awal maka diandaikan poros engkol
sebagai poros yang lurus. Telah didapatkan dari perhitungan di depan.
1. Diameter pena engkol (dcp) = 32,258 mm
2. Panjang pena engkol (lcp) = 48,387 mm
3. Jari-jari engkol (R) = 42,35 mm
Tebal pipi dan lebar pipi dapat dihitung menggunakan persamaan (Sumber : V.L.
Maleev, hal 543)
3 2
0,4d .w
t = ...(2.80)
t 0,4d w
0,4d .w t
2 3 3 2
= =
3 3
6
3 2
2 3
d t 0,4d
d t
0,4d t
= ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
= ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
0,4 d t3 = 3×
2 3
t d w=
Panjang poros dudukan poros duduk (l) sama dengan panjang pena engkol dapat
dihitung menggunakan persamaan (Sumber : V.L.Maleev, hal 543)
t
2 l l L
l l
cp cp
+ + = =
PERANCANGAN
3.1Data Awal Perancangan
Jenis kendaraan : Sepeda Motor
Tipe mesin : Mesin Bensin 4 Langkah
Jumlah silinder : 1 Silinder
Volume sillinder : 124,8 cc
Diameter silinder : 52,4 mm
Panjang langkah : 57,9 mm
Perbandingan kompresi : 9,0 : 1
Diameter Throat katup isap : 24 mm
Diameter Throat katup buang : 22 mm
Tinggi angkat katup : 7,2 mm
3.2 Perhitungan
Luasan lewat katup
Luasan lewat katup dihitung dengan persamaan 2.4
32 10
. 2 , 7 10 . 24 14 ,
3 3 3 Cos
Ais = × − × − ×
= 4,601.10-4 (m2)
Luasan piston (Ap)
Luasan piston dihitung dengan persamaan 2.69
2
r
Ap =π
= 3,14 x (26,2.10 )−3 2
Kecepatan piston maksimum
itung dengan menggunakan persamaan 2.61
p
Kecepatan piston maksimum dih
V = 30
n S
=
30 7500 10
. 9 ,
57 −3×
= 14,475 (m/s)
a udara selama proses isap pada katup isap.
ung dengan Kecepatan rata – rat
Kecepatan rata – rata udara selama proses isap pada katup isap dihit
persamaan :
is p p is
A A
× =V V
= 14,475 4
-3
10 . 601 , 4
2,1565.10 −
×
= 67,844 (m/s)
s m
Tabel 3.1 Sifat-sifat Udara Pada Tekanan Atmosfer
(Sumber: JP.Hollman, Perpindahan Kalor hal 589)
Tekanan akhir proses pengisapan
itung dengan menggunakan persamaan 2.21 Tekanan akhir proses pengisapan dih
(
)
62 2 +
V
ξ β
10 2
−
× × −
= is is o o