• Tidak ada hasil yang ditemukan

Timbangan digital berbasis EPROM - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Timbangan digital berbasis EPROM - USD Repository"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

!

!" # !

" $ %&'&&(%&)

*

+

,

-

(2)

/ 0

+ * 0

1 # 1 + 2 !2 3 1

! 4 "

5 5 " " # !"

$

$ "

# 4 $ %&'&&(%&)

0

0

-+

0

0

+ 0

-

+ 0

0

0

-,

--

(3)
(4)
(5)
(6)

&6 # 1 # 5 # # 6

" ! # " 5 1 7 4 1 6

)6 * " # 1 "" 4 # " 5 8 # " ""

4 4 4 " # # # " " " 9

(7)

-

-Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Oktober 2007

Penulis

(8)

Heri Nugraha

Timbangan Digital Berbasis EPROM

(9)

0 Heri Nugraha

Digital Weighing3Machine Base on EPROM

Weight is a value had by an object with certain quantity. Heavy measurement to an

object is frequently to know the value from the object,especially in course of

(10)

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesainya skripsi ini. Skripsi yang berjudul

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknik pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat dukungan, bantuan,

dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada pihak3pihak yang telah mendukung antara lain :

1. Ir Greg. HeliarkoS.J.,S.S.,B.S.T.,M.A.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk menulis

skripsi ini dan menyelesaikan studi di Fakultas Teknik;

2. Ag. Bayu Primawan, S.T. M.Eng, selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro

yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam menyusun skripsi

ini;

3. Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dan membantu penulis

serta memberi kesempatan dan kemudahan dalam menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini;

4. Para dosen Teknik Elektro yang telah membantu dan mendidik penulis;

5. Para laboran Teknik Elektro dan MIPA atas bantuan dan kerjasamanya;

6. Para karyawan dan karyawati sekretariat Fakultas Teknik dan Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis selama ini;

7. Bapak dan Ibu yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan

dukungan materiil maupun spiritual kepada penulis selama ini;

8. Kakakku dan keluarga yang telah memberikan dorongan semangat dalam

menyelesaikan skripsi ini;

9. Semua keluarga besarku dan saudara sepupuku atas bantuannya selama ini;

10. Semua temanku di Teknik Elektro : Tri, Diaz “Dre”, Eling, Rinto Ginting,

Nomo, Frankie, Sulist, Cahyo “Bajuri”, Tyo, Toni, Erik, Hadi, Roy, Freddy,

(11)

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan baik material maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis dengan rendah hati bersedia menerima kritik dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini. Selain itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2007

Penulis,

(12)

+

Halaman

Judul ……… i

………. ii

Persetujuan Pembimbing ……… iii

Pengesahan ………. iv

Persembahan ……….. v

Motto ……….. vi

Pernyataan Keaslian Karya ………. vii

ABSTRAK ……….. viii

……….. ix

Kata Pengantar ………. x

Daftar Isi ……….. xii

Daftar Gambar ………. xiv

Daftar Tabel ………. xv

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Batasan Masalah ………. 3

1.3 Tujuan Penelitian ……… 3

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 3

1.5 Sistematika Penulisan ………. 4

BAB II DASAR TEORI ……… 5

2.1 Potensiometer ……….. 5

2.2 Pengkondisi Sinyal ……….. 6

2.3 ADC ( ) ……… 7

2.4 ……… 10

2.5 EPROM ( ) …………. 11

2.6 Penggerak BCD ke (Dekoder) ……… 13

2.7 Penampil ( ) ……….. 13

BAB III PERANCANGAN ALAT ……… 16

3.1 Alat Ukur ……….. 17

(13)

3.4 ADC ( ) ……… 21

3.5 EPROM ……… 23

3.6 Penggerak BCD ke ………. 26

BAB IV ANALISA ALAT ……… 30

4.1 Pengamatan dengan Potensiometer ………. 30

4.2 Pengamatan ADC ( ) ……….. 31

4.3 PengamatanEPROM ( ) 35 BAB V PENUTUP ……… 37

5.1 Kesimpulan ………. 37

5.2 Saran ……… 37

DAFTAR PUSTAKA ……… 38

LAMPIRAN I ……… 39

(14)

+

Gambar 2.1. Gambar rangkaian potensiometer ………. 6

Gambar 2.2. Gambar diagram blok ADC ………. 8

Gambar 2.3. Gambar isi dari IC 555 ………. 10

Gambar 2.4. Gambar kaki3kaki pada IC 7447 ……….. 13

Gambar 2.5. Gambar sistem identifikasi pada 7 ………. 14

Gambar 2.6. Gambar rangkaian pembacaan pada 7 ……… 14

Gambar 3.1. Gambar bentuk timbangan ……… 16

Gambar 3.2. Gambar blok diagram alat ………. 17

Gambar 3.3. Gambar rangkaian sensor berat ………. 20

Gambar 3.4. Gambar rangkaian ADC 0804 ke EPROM ………... 23

Gambar 3.5. Gambar rangkaian EPROM ke dekoder ……… 26

Gambar 3.6. Gambar IC 7447 ke 7 ……….. 26

Gambar 3.7. Gambar penyandi BCD ke 7 ……… 28

(15)

+

Tabel 3.1. Tabel resistansi dan tegangan keluaran pada sensor ……… 18

Tabel 3.2. Tabel alamat dan data EPROM ……… 24

Tabel 3.3. Tabel yang menyala pada LED ……….. 27

Tabel 4.1. Tabel hasil pengamatan tegangan masukan ADC ……… 31

(16)

&6&

"

Sistem digital sekarang ini merupakan suatu teknologi di bidang elektronika

yang berkembang pesat. Segala sesuatu yang banyak dibutuhkan manusia dalam

berbagai bidang kehidupan sudah menggunakan teknik3teknik digital dalam

penggunaannya. Hal ini disebabkan karena suatu peralatan dengan teknik digital

memiliki berbagai keunggulan, misalnya hasilnya lebih memuaskan, lebih teliti, dan

lebih baik dalam tampilannya. Dari berbagai sarana elektronika yang digunakan oleh

manusia banyak yang menggunakan teknologi digital sehingga teknologi ini akan

terus berkembang dan berinovasi untuk menciptakan alat3alat yang baru yang

bermanfaat dan banyak dibutuhkan manusia dan memperingan pekerjaan manusia.

Sedangkan untuk teknologi yang masih bersifat analog walaupun masih

digunakan dalam kehidupan sehari3hari, apabila dilihat dari segi tampilan dan

ketelitiannya sangat berbeda dengan teknologi yang sudah berbasis teknologi digital.

Sebelum ditemukan suatu alat yang digunakan untuk mengukur berat suatu

benda atau barang, jarang diketahui berapa berat suatu benda karena berat suatu benda

mungkin tidak terlalu penting dalam kehidupan sehari3hari. Seiring dengan

berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dan semakin diperlukannya data dari

suatu benda secara lengkap maka saat ini banyak ditemukan alat3alat yang berguna

untuk mengetahui berat suatu benda dengan bermacam3macam model dan bentuk.

Karena itu penulis mencoba merancang suatu alat yang berbasis pada teknologi digital

(17)

memori berupa EPROM. Alasan pemakaian EPROM supaya data yang didapat saat

melakukan penimbangan dapat disimpan dalam sebuah memori sehingga data tersebut

suatu saat dapat ditampilkan kembali, karena IC EPROM memiliki kemampuan

menyimpan data sampai 10 tahun dengan suhu maksimal mencapai 70oC. Dengan

timbangan digital maka berat benda yang ditimbang dapat langsung diketahui

beratnya karena menggunakan tampilan angka pada suatu layar yang telah dipasang

sebagai bagian dari alat tersebut, sehingga dapat dilihat langsung tanpa harus

melakukan pengamatan dan menentukan skala seperti pada timbangan yang

menggunakan tampilan analog yang biasanya masih menggunakan sebuah jarum

penunjuk untuk mengetahui angka yang tepat.

Kegunaan suatu alat yang disebut timbangan sangat diperlukan dalam

kehidupan sehari3hari. Alat ini biasanya banyak digunakan terutama dalam bidang

perdagangan yang memang sangat memerlukan data suatu benda atau barang untuk

dapat diluhat dari beratnya bukan hanya dilihat dari segi bentuk dan ukurannya saja.

Alat rancangan ini hanya dapat mengukur berat suatu benda hanya bila benda tersebut

diletakkan pada suatu tempat yang berhubungan langsung dengan timbangan tersebut.

&6)

1

1

1. Berat benda yang ditimbang minimal 1 ons dan maksimal 40 ons, karena adanya

keterbatasan pada keakuratan potensiometer yang digunakan sebagai sensor berat

pada rangkaian.

2. Perubahan nilai resistansi yang digunakan adalah setiap perubahan berat sebesar 1

ons.

3. Menggunakan EPROM sebagai penyimpan data !" #

(18)

&6;

1. Membuat suatu alat yang dapat berfungsi sebagai timbangan digital dalam bentuk

yang lain.

2. Menerapkan teknologi digital yang digunakan untuk memicu data yang disimpan

pada suatu memori.

&6(

2

Timbangan sangat bermanfaat terutama di bidang perdagangan. Untuk itu alat

ini dirancang agar diperoleh suatu data yang akurat tentang suatu benda ataupun

barang terutama dilihat dari beratnya, serta memberikan alternatif lain tentang cara

pengukuran berat benda di luar berbagai cara yang sudah biasa digunakan.

Disamping itu perancangan alat ini juga dapat menghasilkan beberapa manfaat antara

lain dapat memberikan hasil yang akurat tentang berat suatu benda.

&6'

1

1

a. BAB I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

b. BAB II : Dasar Teori, berisi teori teori yang mendukung perancangan alat

berdasarkan gambar blok diagram.

c. BAB III : Perancangan Alat, berisi tentang proses3proses perancangan alat serta

data3data yang didapatkan dari percobaan3percobaan yang telah dilakukan

oleh penulis.

d. BAB IV : Analisa Alat, berisi data3data hasil pengamatan dan analisanya.

(19)

Pada bab ini berisi penjelasan umum tentang teori3teori dasar dari perangkat3

perangkat yang mendukung dalam proses perancangan alat, khususnya yang

berhubungan langsung dengan alat yang akan dirancang. Bagian3bagian yang

berhubungan dengan alat ini antara lain penggunaan potensiometer sebagai sensor,

pengkondisi sinyal pada suatu rangkaian digital, ADC yang digunakan dalam

merancang suatu rangkaian digital agar data3data analog dapat diubah kedalam bentuk

data digital, rangkaian untuk melakukan konversi data, memori yang digunakan

sebagai media penyimpan data, serta tampilan akhir yang digunakan pada suatu

rangkaian digital.

)6& !

1 !

Pada alat ini potensiometer berfungsi sebagai sensor untuk mengetahui

perubahan berat beban yang diukur dengan cara mencari nilai resistansi pada

potensiometer yang berubah seiring dengan perubahan berat beban. Potensiometer

adalah suatu komponen yang digunakan untuk mengukur tegangan yang tidak

diketahui dengan cara perbandingan dengan tegangan yang diketahui.

Tegangan yang diketahui dapat disuplai dari sebuah sel standar atau setiap sumber

tegangan referensi yang diketahui. Pengukuran3pengukuran dengan menggunakan

cara pebandingan mampu menghasilkan tingkat ketelitian yang sangat tinggi sebab

hasil yang diperoleh tidak tergantung pada defleksi aktual jarum penunjuk

(20)

ketelitian tegangan standar yang diketahui. Karena potensiometer memanfaatkan

kondisi setimbang atau disebut juga kondisi nol maka bila instrument tersebut dibuat

setimbang menyebabkan tidak ada daya yang diambil dari rangkaian yang

mengandung ggl yang tidak diketahui, akibatnya penentuan tegangan tidak

bergantung dari hambatan sumber. Walaupun potensiometerr mengukur tegangan,

dapat juga digunakan untuk menentukan arus dengan hanya mengukur penurunan

tegangan yang dihasilkan oleh arus tersebut melalui sebuah hambatan yang diketahui.

)6)

" ! # 1

Pengkondisi sinyal adalah rangkaian yang dapat mengubah suatu perubahan

pada masukan dan mengubah keluarannya dalam bentuk yang berbeda, dalam hal ini

dapat berupa tegangan atau arus. Dalam rangkaian pengkondisi sinyal memakai

rangkaian sebuah resistor dan sebuah potensiometer yang dipasang secara seri dengan

sebuah sumber tegangan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1. Rangkaian ini

juga digunakan sebagai rangkaian untuk mengukur setiap kenaikan berat beban. Nilai

tegangan keluaran dari potensiometer pada rangkaian tersebut akan digunakan sebagai

masukan sinyal pada rangkaian ADC.

(21)

Potensiometer pada gambar rangkaian 2.1 tersebut berfungsi sebagai sensor terhadap

perubahan beban, sedangkan Vo adalah tegangan keluaran dari rangkaian atau

tegangan pada potensiometer tersebut.

Dari gambar 2.1 tersebut dapat diperoleh persamaan3persamaan sebagai berikut :

V = V1 + V2

= I x R1 + I x R2

= I (R1 + R2)………...………..(231)

Maka :

V2 = I x R2………..….……….(232)

Nilai tegangan keluaran dari rangkaian tersebut akan masuk pada rangkaian ADC,

selanjutnya ADC mengubah perubahan Vo dalam bentuk biner yang selanjutnya

digunakan sebagai masukan alamat pada EPROM, dan perubahan nilai resistansi (R)

yang berasal dari potensiometer digunakan sebagai data pada EPROM dengan alamat

masukan dari perubahan berat beban.

)6;

0 9

:

(ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang

untuk mengubah sinyal3sinyal analog menjadi sinyal3sinyal digital. IC ADC 0804

dianggap dapat memenuhi kebutuhan dari rangkaian yang akan dibuat. IC jenis ini

bekerja secara cermat dengan menambahkan sedikit komponen sesuai dengan

spesifikasi yang harus diberikan dan dapat mengkonversi secara cepat suatu masukan

tegangan. Hal–hal yang juga perlu diperhatikan dalam penggunaan ADC ini adalah

tegangan maksimum yang dapat dikonversikan oleh ADC dari rangkaian pengkondisi

sinyal, resolusi, pewaktu eksternal ADC, tipe keluaran, ketepatan, dan waktu

(22)

1. Waktu konversi

2. Resolusi

3. Ketidaklinieran

4. Akurasi

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengubah sinyal analog

menjadi sinyal digital yang nilainya proporsional. Jenis ADC yang biasa digunakan

dalam perancangan adalah jenis ! "" $ atau pendekatan

bertingkat yang memiliki waktu konversi jauh lebih singkat dan tidak tergantung pada

nilai masukan analognya atau sinyal yang akan diubah. Dalam Gambar 2.2

memperlihatkan diagram blok ADC tersebut.

Gambar 2.2: Diagram Blok ADC

Secara singkat prinsip kerja dari konverter A/D adalah semua bit3bit diset kemudian

diuji, dan bilamana perlu sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dengan

rangkaian yang paling cepat, konversi akan diselesaikan sesudah 8 , dan

keluaran D/A merupakan nilai analog yang ekivalen dengan nilai SAR.

Apabila konversi telah dilaksanakan, rangkaian kembali mengirim sinyal selesai

konversi yang berlogika rendah. Sisi turun sinyal ini akan menghasilkan data digital

yang ekivalen ke dalam register !%% . Dengan demikian, keluaran digital akan tetap

(23)

masukan diferensial. Masukan analog sebenarnya (Vin) sama dengan selisih antara

tegangan3tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin masukan yaitu Vin= Vin (+)

– Vin (3). Kalau masukan analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini harus

dihubungkan dengan Vin (+), sedangkan Vin (3) di ! kan. Untuk operasi normal,

ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan referensi. Dalam hal ini

jangkauan masukan analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt (skala penuh), karena IC

ini adalah SAC 83bit, resolusinya akan sama dengan :

&! ' ! (

IC ADC 0804 memiliki generator yang harus diaktifkan dengan

menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK ) dan CLK(*serta

sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ! digital. Frekuensi

yang diperoleh di pin CLK ) sama dengan :

………(233)

Untuk sinyal ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan

ke pin CLK (*. ADC 0804 memiliki 8 keluaran digital sehingga dapat langsung

dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Masukan ( ' " , aktif rendah)

digunakan untuk mengaktifkan ADC 0804. Jika berlogika tinggi, ADC 0804 tidak

aktif ( ) dan semua keluaran berada dalam keadaan impedansi tinggi.

Masukan (+ atau ) digunakan untuk memulai proses konversi.

(24)

) menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah ke

logika 1. Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.

)6(

Semua rangkaian analog ke digital menggunakan rangkaian untuk

melakukan konversi data. Tanpa maka pengubah analog ke digital tidak dapat

bekerja walaupun di dalam pengubah analog ke digital sudah tersedia

dari CLK (* dan CLK R, sehingga membutuhkan eksternal agar ADC dapat

mengkonversi isyarat analog menjadi data digital. Beberapa contoh IC yang bisa

digunakan sebagai antara lain IC 555 dan IC 7400.

Gambar 2.3 : Isi dari IC 555

IC 555 berfungsi sebagai sumber . IC ini mempunyai dua buah

pembanding flip3flop RS dan transistor seperti yang ditunjukkan pada gambar . Pada

prinsipnya rangkaian dirancang agar dapat memicu dirinya sendiri secara

berulang3ulang sehingga dapat menghasilkan sinyal osilasi pada keluarannya.

Rangkaian seperti pada gambar 2.3 dan prinsip kerja dari rangkaian

(25)

sampai mencapai tegangan 2/3 Vcc. Setelah tegangan ini tercapai maka komparator A

mulai bekerja mereset flip3flop dan selanjutnya membuat Q1 manjadi *. Pada saat

transistor Q1 * resistor Rb seolah dihubung singkat ke ! sehingga terjadi

pengosongan muatan ( ' ) pada kapasitor C melalui resistor Rb dan pada saat

ini keluaran pada pin 3 manjadi 0 ( ! ). Dan untuk memperjelas dapat dilihat dari

gambar 2.3. Gambar 2.3 menggambarkan isi IC 555 yang digunakan pada rangkaian

.

Pada saat pengosongan muatan maka tegangan pada pin 2 akan terus turun sampai

mencapai 1/3 Vcc. Setelah tegangan ini tercapai maka komparator B yang bekerja dan

kembali memicu transistor Q1 menjadi ,, sehingga menyebabkan keluaran pada

pin 3 kambali menjadi tinggi (Vcc). Demikian seterusnya terjadi berulang3ulang

sehingga akan terbentuk sinyal osilasi pada keluaran pin 3. Sinyal pemicu ( )

dari kedua komparator akan bekerja secara bergantian pada tegangan antara 1/3 Vcc

sampai dengan 2/3 Vcc.

Dari data yang diperoleh pada ' IC timer 555 membutuhkan sumber

tegangan searah sebesar 4,5 V sampai dengan 18 V, sedangkan untuk mengetahui

besarnya frekuensi yang dihasilkan dapat diperoleh dengan rumus :

F ═ 1 / T

= 1,44 / (Ra + 2 Rb) x C………(234)

)6'

9

:

EPROM merupakan ROM yang dapat dihapus dan diprogram kembali, cara

penghapusan pada EPROM dengan menggunakan sinar ultraviolet. EPROM bersifat

dan dapat menerima informasi tersandi biner dan banyak digunakan pada

sistem komputer mikro, sehingga pengguna dapat menghapus data yang telah

(26)

pada EPROM, digunakan sarana yang disebut dengan pengacara EPROM (

). Langkah –langkah melakukan pemrograman EPROm adalah sebagai

berikut :

1. Berikan tegangan sebesar 12 V pada Vpp.

2. Hubungkan kaki OE pada logika 1, sehingga akan men keluaran.

3. Berikan alamat lokasi yang akan deprogram ke dalam masukan3masukan

alamat dari kaki A0 sampai dengan A9.

4. Gunakan masukan data atau pin keluaran (D1/O0 – D1/O7) sebagai masukan,

selanjutnya berikan bit3bit data untuk menentukan bit3bit mana saja yang akan

diprogram sebagai “1” dan “0”.

5. Berikan pulsa kedalam kaki masukan PD/PGM.

6. Ulangi langkah3langkah tersebut untuk lokasi3lokasi yang lain.

Apabila program sudah tersimpan maka “jendela’ yang ada pada EPROM harus

ditutup dengan suatu stiker yang biasa disebut stiker opak untuk melindungi sel

memorinya. IC ini dapat mempertahankan data selama lebih dari 10 tahun dengan

batas maksimal suhu sampai dengan 70o C. Program yang telah tersimpan dapat

dihapus dengan cara menyinari sel memori dengan sinar ultra ungu (ultraviolet)

melalui “jendela” yang ada pada IC EPROM tersebut antara 20 sampai 30 menit.

Setelah proses ini IC tersebut dalam keadaan kosong kembali. Tetapi IC ini

mempunyai beberapa kelemahan antara lain :

1. Keseluruhan isi memori harus dihapus sebelum diprogram ulang, sehingga

penghapusan sebagian isi memori saat terjadi kesalahan dalam melakukan

pemrograman tidak bisa dilakukan.

2. IC ini harus dilepaskan dari rangkaian lebih dahulu apabila akan disinari atau

(27)

)6<

""

0

.

9

!# :

Penggerak BCD ke 7 menggunakan IC 7447. IC ini mempunyai jalan

keluar kolektor terbuka. IC ini mempunyai 4 alamat masukan yaitu A0, A1, A2, A3,

dan 7 alamat keluaran yaitu a, b, c, d, e, f, g, seperti yang ditunjukkan pada gambar

2.4 yang langsung berhubungan dengan 7 . Alamat ini yang akan menjadi

kode biner yang nantinya akan diubah menjadi kode desimal dengan masukan akan

dikenal atau disandi dengan logika rendah atau logika tinggi saja, misalnya 0000

maka keluarannya yaitu 0, jika 0001 maka keluarannya 1 dan seterusnya. IC ini

bekerja pada tegangan 5 volt dan sangat kompatibel dengan IC CMOS, TTL atau

piranti yang lain misalnya 7 atau LED.

Gambar 2.4 : Kaki3kaki pada IC 7447

)6.

9.

:

merupakan cacah segment minimum yang diperlukan untuk

menampilkan angka 0 sampai 9. Tampilan pada 7 mempunyai 2 tipe yaitu

' (LED) dan -! " (LCD). Tipe LCD memerlukan

daya yang lebih kecil tetapi harus memerlukan cahaya yang cukup disekitarnya agar

dapat terlihat tampilannya. Pada perancangan alat ini digunakan tipe LED karena

tampilannya dapat dilihat dalam kegelapan dan mudah didapatkan. Disamping itu tipe

(28)

memerlukan daya yang lebih besar. Karena tampilan yang diharapkan dalam alat ini

maksimalnya 2 digit maka harus menggunakan 7 sebanyak 2 buah sebagai

tampilannya.

Gambar 2.5: Sistem identifikasi pada 7

Untuk memperagakan suatu lambang, penampil ini bekerja dengan cara menyalakan

batang3batang atau ruas3ruas yang berkaitan dengan lambang tertentu. Semua angka

desimal mulai dari 0 sampai dengan 9 dapat ditampilkan oleh 7 . Sebagai

contoh untuk memperagakan angka 0, harus menyalakan ruas a sampai dengan f (lihat

gambar 2.5). LED merupakan suatu sumber cahaya yang biasa digunakan pada proses

pembacaan 7 ruas (7 ) tersebut. Pada 7 memerlukan suatu rangkaian

yang berguna untuk pembacaan seperti pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 : Rangkaian pembacaan pada 7

Secara umum tegangan penyedia mencatu anoda3anoda pada LED tersebut. Apabila

(29)

dan mengemisikan cahaya. Hambatan3hambatan seri merupakan hambatan pembatas

arus yang dibutuhkan untuk mengatur arus3arus yang masuk pada LED agar tidak

terjadi arus yang labih besar daripada batas maksimal arus yang diijinkan.

Arus yang diijinkan pada 7 sekitar 5 mA sampai dengan 10 mA, sehingga

dibutuhkan resistor sebagai pembatas arus. Nilai resistor dapat ditentukan dengan

rumus :

V = I x R………(235)

Sehingga untuk menentukan nilai R dapat dicari dengan rumus :

(30)

0

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang proses3proses perancangan alat

dan bagian3bagian yang mendukung terbentuknya timbangan digital berbasis

EPROM. Sebelum melakukan perancangan alat, penulis terlebih dahulu melakukan

beberapa percobaan kecil antara lain percobaan untuk mengetahui perbandingan

antara perubahan berat beban dengan perubahan hambatan (resistansi) pada

potensiometer yang berfungsi sebagai sensor. Dalam hal ini menggunakan sebuah

timbangan analog yang telah dilakukan sedikit modifikasi dengan menambahkan

sebuah potensiometer yang dipasang pada timbangan tersebut seperti yang

ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 : Bentuk Timbangan

Pada bab ini terdiri dari beberapa bagian yang mendukung proses pembuatan

(31)

perubahan resistansi, sensor yang digunakan agar dapat menghasilkan keluaran

berupa tegangan, rangkaian yang digunakan agar rangkaian digital dapat bekerja

dengan baik, ADC yang digunakan sebagai pengubah sinyal3sinyal analog menjadi

sinyal digital, EPROM sebagai penyimpan data sementara, penggerak BCD ke

agar dapat menghasilkan tampilan akhir seperti yang ditunjukkan pada

gambar 3.2 yaitu gambar blok diagram alat yang akan dirancang. Berikut ini akan

dijelaskan bagian3bagian yang mendukung proses perancangan alat.

Gambar 3.2 : Blok Diagram Alat

;6&

Sebelum melakukan perancangan terlebih dahulu melakukan beberapa kali

percobaan dengan sebuah timbangan analog dengan menambahkan sebuah

potensiometer putar sebesar 5 K ohm dengan menambahkan roda gigi pada timbangan

dan pada potensiometer tersebut. Potensiometer tersebut akan berputar seiring dengan

Beban Sensor (Potensiometer) ADC

(( )

EPROM

Dekoder

(32)

berubah. Timbangan yang digunakan mempunyai skala antara 1 sampai dengan 4 kg.

Bagian dari timbangan ini tidak digunakan seluruhnya tetapi hanya diambil rangkaian

mekanisnya saja. Setelah melakukan percobaan dengan timbangan analog tersebut

dapat diketahui perbandingan antara perubahan berat beban dan perubahan hambatan

(resistansi) pada potensiometer yang dapat dilihat dengan bantuan sebuah multimeter

digital sehingga dapat diketahui hasilnya seperti yang terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 : Tabel resistansi dan tegangan keluaran pada sensor

Berat (ons)

Hambatan Sensor (ohm) Tegangan Sensor (mV) Output ADC

1 2 10 0000 0000

2 2 10 0000 0000

3 2 10 0000 0000

4 2 10 0000 0000

5 2 10 0000 0000

6 11 54 0000 0010

7 13 64 0000 0011

8 14 69 0000 0011

9 14 69 0000 0011

10 14 69 0000 0011

11 38 183 0000 1001

12 48 229 0000 1011

13 64 300 0000 1111

14 75 348 0001 0001

15 92 421 0001 0101

16 186 784 0010 1000

17 208 860 0010 1011

18 290 1124 0011 1001

19 407 1446 0100 1001

20 460 1575 0101 0000

21 500 1666 0101 0101

22 532 1736 0101 1000

23 633 1938 0110 0010

24 634 1940 0110 0010

25 672 2009 0110 0110

26 756 2152 0110 1101

27 775 2183 0110 1111

28 786 2200 0111 0000

29 804 2228 0111 0001

(33)

Tabel 3.1. &! /: Tabel resistansi dan tegangan keluaran pada sensor

Berat (ons)

Hambatan Sensor (ohm) Tegangan Sensor (mV) Output ADC

31 982 2477 0111 1110

32 987 2483 0111 1110

33 988 2484 0111 1110

34 991 2488 0111 1110

35 995 2493 0111 1111

36 996 2494 0111 1111

37 1002 2502 0111 1111

38 1010 2512 1000 0000

39 1012 2514 1000 0000

40 1563 3049 1001 1011

Dari data pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa perubahan kenaikan nilai hambatan

pada potensiometer tidak linear sehingga dalam pembuatan alat menggunakan

bantuan EPROM karena apabila langsung dikonversi ke dalam bentuk digital hasil

yang didapatkan akan mempunyai banyak kesalahan ( ).

;6)

1!

Sensor yang dimaksud pada alat ini adalah sebuah pendeteksi perubahan berat

beban. Sensor yang digunakan adalah sebuah potensiometer putar yang dipasang pada

timbangan dengan menambahkan roda gigi pada ujungnya agar dapat bergesekan

dengan roda gigi yang terpasang pada timbangan sehingga saat timbangan bergerak

turun saat diberi beban maka roda gigi pada timbangan akan berputar dan

menyebabkan potensiometer juga akan berputar sehingga dapat berfungsi untuk

mengubah berat beban ke dalam bentuk yang lain, bisa berupa arus, tegangan, atau

hambatan. Karena dalam perancangan alat ini menggunakan sebuah potensiometar

putar maka berat beban yang berubah akan diubah menjadi tegangan dan arus.

Keluaran dari sensor ini berupa tegangan yang nantinya akan menjadi masukan untuk

(34)

Gambar 3.3 : Rangkaian Sensor Berat

Dari gambar 3.3 di atas dan berdasarkan perubahan nilai resistansi pada

potensiometer R2 seperti pada tabel 3.1 maka nilai V2 yaitu nilai tegangan pada

potensiometer R2 dari rangkaian tersebut dapat dicari dengan cara melakukan

pengukuran langsung pada potensiometer tersebut dengan menggunakan voltmeter

digital atau dengan cara perhitungan secara teori dengan menggunakan prinsip

pembagi tegangan seperti pada rumus 2.1. Sistem sensor yang dipasang pada sistem

mekanik timbangan tersebut bertujuan untuk menghasilkan suatu tegangan dari setiap

beban yang diberikan pada timbangan tersebut.

Dalam hal ini menggunakan rangkaian berupa sebuah resistor dan sebuah

potensiometer yang dipasang secara seri dengan sebuah sumber tegangan. Nilai V2

juga dapat ditentukan dari perubahan hambatan (resistansi) pada potensiometer

seiring dengan perubahan berat beban yang ditimbang.

Untuk menentukan nilai V2 dapat juga dicari dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut :

V = V1 + V2

= I x R1 + I x R2

= I (R1 + R2)

(35)

V2 = V – V1 atau V2 = I x R2

Dengan menentukan nilai dari resistor R1 maka nilai dari V2 atau tegangan pada

potensiometer R2 dapat dicari dengan menggunakan rumus (231) dan rumus (232).

Tetapi dalam perancangan ini data tegangan pada potensiometer yang berfungsi

sebgai sensor didapatkan dengan cara melakukan pengukuran langsung pada

potensiometer tersebut. Data yang akan diambil adalah perubahan tegangan pada

potensiometer R2 terhadap kenaikan berat beban seperti yang ditampilkan pada tabel

3.1.

;6;

Rangkaian sangat penting dalam suatu rangkaian digital terutama

sebagai rangkaian pembangkit pulsa agar IC digital dapat bekerja dengan baik.

Rangkaian juga sangat dibutuhkan oleh IC ADC untuk mengubah data3data

analog ke dalam bentuk data digital walaupun di dalam IC ADC tersebut sudah

terdapat . Rangkaian yang digunakan untuk melakukan konversi

data analog ke dalam bentuk data digital pada ADC 0804 menggunakan rangkaian

yang ada pada ADC 0804 itu sendiri. Untuk menentukan frekuensi

clock dari ADC 0804 dapat dilakukan berdasarkan rumus 233. Pada perancangan alat

ini menggunakan internal yang sudah disediakan oleh ADC 0804 itu sendiri,

yaitu menggunakan sebuah resistor 10 k Ohm dan kapasitor 150 pF.

;6(

0

(ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk

mengubah sinyal3sinyal analog menjadi sinyal3sinyal digital. Sinyal analog yang

(36)

pada rangkaian penguat. Sebagai contoh adalah perubahan berat beban yang diubah

ke dalam bermacam3macam hambatan seperti yang ditunjukkan dalam tabel 3.1.

Berdasarkan tabel 3.1 tersebut nilai dari Vo dari potensiometer yang digunakan

sebagai sensor berfungsi sebagai tegangan masukan pada ADC, sehingga didapatkan

tegangan keluaran dari ADC dalam bentuk biner yang didapatkan berdasarkan

resolusi dari ADC 0804 (19,6 mV) dengan cara membandingkan dengan tegangan

masukan (Vi) dari ADC tersebut seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1 dari data

tegangan yang dihasilkan dari sensor tersebut.

Dalam perancangan alat ini menggunakan jenis IC ADC 0804 sebagai

pengubah tegangan analog menjadi bentuk digital. IC ADC 0804 mempunyai dua

masukan analog yaitu pada kaki Vin (+) dan Vin(3) dengan tegangan masukan yang

diinginkan berkisar antara 0 V sampai dengan 5 V dan setiap perubahan pada

tegangan masukan analog akan dibaca dan dikonversi ke dalam bentuk digital.

Pada kaki CLK R dan CLK (* menggunakan sebuah resistor 10 k ohm dan sebuah

kapasitor 150 pF yang berfungsi sebagai pada ADC 0804, sedangkan

kaki CS dan RD dihubungkan ke ! karena tidak dihubungkan dengan sistem

mikroprosessor atau IC mikrokontroler.

Karena dalam perancangan ini menggunakan IC EPROM maka kaki CS dan RD

dihubungkan ke ! karena pada saat konversi data harus selalu dalam keadaan

0 1atau nol.

Pada bagian "!, kaki masukan Vref/2 dihubungkan ke sumber tegangan 2,5 volt

karena menggunakan tegangan referensi sebesar 5 volt. Tegangan referensi berfungsi

untuk mengurangi kesalahan saat konversi data analog ke dalam bentuk data digital.

Keluaran dari ADC 0804 ini selanjutnya akan berfungsi sebagai masukan pada IC

(37)

Gambar 3.4 : Rangkaian ADC 0804 ke EPROM

Masukan pada EPROM berasal dari semua kaki3kaki keluaran yaitu kaki DB0 sampai

dengan DB7 yang berupa data biner atau desimal. Karena IC ADC 0804 ini memiliki

keluaran data 8 bit maka banyaknya data yang dihasilkan oleh ADC 0804 ini

sebanyak 255 data (2^831=255), tetapi pada perancangan alat ini keluaran data yang

dibutuhkan hanya sebesar 6 bit sehingga dapat menghasilkan sebanyak 63 data (2^63

1=63 data) karena data yang akan diproses sebanyak 40 data.

;6'

EPROM adalah sebuah ROM yang dapat dihapus dan diprogram kembali.

EPROM bersifat 2 (tak sumirna) dan dapat menerima informasi tersandi

biner serta banyak digunakan pada sistem komputer mikro. Untuk menyimpan data

kedalam EPROM menggunakan suatu alat yang disebut pengacara EPROM (EPROM

) dan data tersebut dapat bertahan selama 10 tahun pada suhu maksimal

(38)

pada bagian atas EPROM harus disinari dengan sinar ultraviolet sehingga EPROM

dapat diprogram ulang. EPROM yang akan digunakan dalam perancangan alat ini

adalah jenis EPROM 27256 yang mempunyai 256 Kbit data (32 K x 8) serta

mempunyai 15 masukan data (A0 ampai A14) dengan 8 kaki keluaran (O0 sampai

O7). Dari 15 masukan tersebut hanya digunakan sebanyak 8 masukan (A0 sampai A7)

dan menggunakan 8 keluaran data seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6. Setelah

EPROM mengalami penghapusan data, maka semau bit berada pada logika 1 (3(43)

dan data awal pada saat pemrograman berubah menjadi 0 (0 1). EPROM 27256

berada pada mode pemrograman saat tegangan input pada Vpp sebesar 12,5 volt dan

kaki E pada TTL berada pada kondisi 0 1. Setelah proses penghapusan dan

pemrograman tersebut maka “jendela” yang berada pada bagian atas EPROM harus

ditutup dengan sebuah stiker gelap yang berfungsi untuk melindungi EPROM dari

sinar ultraviolet dan matahari, seperti yang terlihat pada gambar 3.6 yaitu gambar

rangkaian EPROM.

Keluaran dari ADC merupakan alamat masukan bagi EPROM dan data dari

perubahan nilai resistansi pada potensiometer merupakan data EPROM sehingga

tampilan akhir adalah data pada EPROM seperti yang terlihat di tabel 3.2.

Tabel 3.2 : Alamat dan Data EPROM

Alamat Berat (ons)

A7A6A5A4A3A2A1A0

Data EPROM

1 0000 0000 0000 0000

2 0000 0000 0000 0001

3 0000 0000 0000 0011

4 0000 0000 0000 0100

5 0000 0000 0000 0101

6 0000 0010 0000 0110

7 0000 0011 0000 0111

8 0000 0011 0000 1000

9 0000 0011 0000 1001

(39)

Tabel 3.2 ( &! ): Alamat dan Data EPROM

Alamat Berat (ons)

A7A6A5A4A3A2A1A0

Data EPROM

11 0000 1001 0001 0001

12 0000 1011 0001 0010

13 0000 1111 0001 0011

14 0001 0001 0001 0100

15 0001 0101 0001 0101

16 0010 1000 0001 0110

17 0010 1011 0001 0111

18 0011 1001 0001 1000

19 0100 1001 0001 1001

20 0101 0000 0010 0000

21 0101 0101 0010 0001

22 0101 1000 0010 0010

23 0110 0010 0010 0011

24 0110 0010 0010 0100

25 0110 0110 0010 0101

26 0110 1101 0010 0110

27 0110 1111 0010 0111

28 0111 0000 0010 1000

29 0111 0001 0010 1001

30 0111 0111 0011 0000

31 0111 1110 0011 0001

32 0111 1110 0011 0010

33 0111 1110 0011 0011

34 0111 1110 0011 0100

35 0111 1111 0011 0101

36 0111 1111 0011 0110

37 0111 1111 0011 0111

38 1000 0000 0011 1000

39 1000 0000 0011 1001

40 1001 1011 0100 0000

Data masukan untuk EPROM berasal dari data keluaran ADC dan data dari

perubahan nilai resistansi pada potensiometer, sehingga tampilan akhir adalah data

dari EPROM tersebut.

Pada penggerak BCD ke mengharuskan masukan berupa sandi

BCD agar dapat ditampilkan pada , karena itu data pada EPROM berupa

(40)

rangkaian penyandi BCD ke 7 sehingga tampilan akhir pada 7

berupa angka desimal yang tepat seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.5.

Gambar 3.5 : Rangkaian EPROM ke dekoder

;6<

""

0

Penggerak BCD ke berfungsi untuk mengubah kode3kode desimal

dan menampilkannya ke dalam dengan tampilan berupa angka3angka

desimal. IC 7447 adalah salah satu jenis IC yang berfungsi sebagai penggerak BCD

ke 7 dan pada perancangan alat ini menggunakan jenis IC tersebut.

Untuk menambah keakuratan dalam mengkodekan BCD ke 7 IC 7447

mempunyai beberapa fitur3fitur tambahan yaitu pada kaki LT, RB1, B1/RB0 seperti

yang ditunjukkan pada gambar 3.6.

(41)

Dalam IC ini semua kaki keluaran (a sampai g) dalam kondisi aktif 0 1

sehingga semua keluarannya dapat langsung ditampilkan ke dalam

. Saat kondisi 0 1 diaplikasikan pada input LT dan B1/RB0 dalam kondisi

3(43, maka semua akan menyala. Kaki LT (0 " ) juga digunakan

untuk mendeteksi bahwa semua dalam keadaan baik atau tidak ada yang

rusak/terbakar.

Semua keluaran dari pada dekoder ini akan berada dalam kondisi tidak aktif

(3(43) apabila masukan dari BCD adalah nol (0000) dan kaki RB1 pada kondisi

0 1, sehingga tidak ada yang ditampilkan di atau dalam

kondisi tidak aktif.

Agar kode BCD dapat ditampilkan pada maka semua kode BCD harus

terlebih dahulu diubah kedalam bentuk biner. Setelah semua kode BCD diubah

kedalam bentuk biner maka dapat dilanjutkan dengan memasang penampil 7

seperti pada gambar 3.7, dengan demikian maka tampilan akhir pada 7

adalah bilangan desimal. Pada tampilan 7 segment yang terdiri dari 7 bagian yaitu a,

b, c, d, e, f, dan g pada setiap ruasnya dapat menyala sehingga dapat menunjukkan

suatu angka tertentu. Misalnya untuk menampilkan angka 2 maka ruas yang menyala

adalah ruas a, b, g, e, d, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 : Tabel yang menyala pada LED

cacahan segment yang menyala

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

a, b, c, d, e, f b, c

a, b, g, e, d a, b, g, c, d f, g, b, c a, f, g, c, d a, f, e, d, c, g a, b, c

(42)

Dari tabel 3.6 tentang yang menyala pada LED dengan tampilan pada

maka bisa dilanjutkan dengan pemasangan penampil . Penampil

menggunakan dua buah karena tampilan akhir yang diharapkan adalah 2

digit bilangan. Karena menggunakan dua buah maka memerlukan dua buah

IC 7447 juga sebagai penggerak BCD ke seperti yang ditunjukkan pada

gambar 3.7.

! ! " # $ # # ! ! % & '

( )

! ! " # $ # # ! ! % & '

( )

Gambar 3.7 : Penyandi BCD ke 7

Karena IC 7447 memerlukan tegangan masukan sebesar 5 volt dan arus yang

dianjurkan sebesar 2,5 mA maka dibutuhkan resistor yang berfungsi sebagai

penyangga agar tidak rusak atau terbakar. Nilai resistor dapat ditentukan

berdasarkan rumus (235) dan rumus (236) sebagai berikut :

V = I x R

(43)

R =V / I

=5 / 2,5 x 1033

= 2 K ohm

Agar didapatkan arus yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh maka

memerlukan hambatan sebesar 2 K ohm. Karena di pasaran tidak terdapat resistor

(44)

,

Timbangan digital berbasis EPROM dirancang sebagai alat yang dapat

menampilkan berat beban yang ditimbang dari sebuah timbangan analog biasa, tetapi

dengan berbagai keterbatasan. Alat ini dapat membantu untuk membandingkan hasil

pengukuran biasa yang dilakukan secara manual dengan sebuah timbangan yang tidak

dimodifikasi dengan penambahan IC EPROM yang berfungsi sebagai penyimpan data

sementara ( !" ) dan beberapa rangkaian digital lainnya.

(6&

"

"

!

1 !

Data yang dihasilkan dari pengamatan dengan menggunakan potensiometer

dapat dilihat pada tabel 3.1. Dari tabel tersebut dilihat bahwa pada salah satu

percobaan pengukuran, perubahan nilai resistansi pada potensiometer tidak pernah

selalu stabil atau linear sehingga apabila dibuat sebuah grafik tidak dapat

menghasilkan grafik yang linear. Hal ini disebabkan oleh karena kepekaan

potensiometer atau sensor yang digunakan dalam rangkaian ini tidak terlalu sensitif

terhadap perubahan berat beban yang diberikan.

Potensiometer juga tidak dapat sampai pada nilai minimal (nilai nol) pada

(45)

(6)

"

0 9

:

ADC pada rangkaian mendapatkan masukan berupa tegangan analog yang

dihasilkan dari sensor potensiometer dengan prinsip pembagi tegangan. Dari sensor

tersebut, dilakukan pengamatan pada saat seluruh rangkaian terpasang, sehingga

penulis dapat memperoleh data3data tegangan keluaran dari sensor dengan melakukan

sebanyak lima kali pengamatan dan pengambilan data pada masing3masing beban

sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 : Tabel hasil pengamatan tegangan masukan ADC

Hasil Pengukuran Tegangan Berat

(ons) I (mV) II (mV) III (mV) IV (mV) V (mV)

Rata3rata (mV)

1 5 4 4 44 4 12,2

2 5 5 5 55 4 14,8

3 37 5 5 111 5 32,6

4 39 37 5 157 40 55,6

5 48 44 5 200 49 69,2

6 53 45 35 270 53 91,2

7 140 110 48 310 121 145,8

8 226 180 76 410 189 216,2

9 271 230 91 570 242 280,8

10 300 270 140 770 287 353,4

11 578 300 278 880 351 477,4

12 690 350 357 1080 543 604

13 825 590 460 1230 737 768,4

14 976 790 530 1290 840 885,2

15 1170 900 776 1340 1015 1040,2

16 1255 1070 890 1360 1140 1143

17 1265 1190 974 1560 1210 1239,8

18 1360 1290 1054 1600 1280 1316,8

19 1454 1390 1236 1620 1460 1432

20 1640 1470 1326 1640 1510 1517,2

21 1660 1510 1405 1660 1590 1565

22 1670 1670 1503 1680 1640 1632,6

23 1755 1750 1561 1740 1700 1701,2

24 1865 1780 1625 1800 1740 1762

25 1920 1850 1672 1840 1810 1818,4

26 1942 1900 1730 1880 1860 1862,4

27 1975 1960 1825 1930 1900 1918

28 2040 1990 1844 1960 1960 1958,8

29 2060 2050 1878 1990 2020 1999,6

(46)

Tabel 4.1( &! ) : Tabel hasil pengamatan tegangan masukan ADC Hasil Pengukuran Tegangan

Berat

(ons) I (mV) II (mV) III (mV) IV (mV) V (mV)

Rata3rata (mV)

31 2180 2140 2010 2040 2100 2094

32 2200 2160 2020 2090 2110 2116

33 2240 2220 2050 2130 2170 2162

34 2250 2260 2070 2170 2210 2192

35 2260 2290 2120 2180 2230 2216

36 2270 2300 2150 2210 2240 2234

37 2280 2320 2180 2230 2220 2246

38 2300 2320 2200 2250 2220 2258

39 2310 2320 2230 2250 2220 2266

40 2320 2320 2250 2250 2230 2274

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut hasil yang didapatkan digunakan untuk

membandingkan dengan hasil perancangan alat. Dalam hal ini data yang digunakan

sebagai pembanding dari hasil perancangan adalah data pada saat pengambilan data

yang pertama seperti yang ditabelkan pada tabel 4.2. Dari data pada tabel 4.1 terdapat

data yang nilai tegangannya sangat besar, hal ini terjadi karena pada saat melakukan

pengamatan, posisi potensiometer yang digunakan sebagai sensor berat tidak berada

pada posisi minimum karena pada saat melakukan proses pengambilan data, penulis

tidak memperhatikan posisi potensiometer tersebut. Data3data masukan yang berupa

tegangan analog tersebut selanjutnya akan dikonversi oleh ADC menjadi data3data

digital berupa bilangan biner 8 bit, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1 yang

didapatkan dengan cara penghitungan secara teori berdasarkan pada nilai resolusi dari

ADC 0804 yang digunakan pada rangkaian yaitu sebesar 19,6 mV. Jadi setiap

perubahan tegangan sebesar 19,6 mV akan terjadi perubahan sebesar 1 bit dari nilai

keluaran ADC nya. Dari hasil pengamatan pada rangkaian dengan menggunakan

(47)

& & "*& & & & & &

Gambar 4.1 : Rangkaian LED

Dari hasil pengamatan pada rangkaian LED seperti pada gambar 3.1 didapatkan hasil

seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2 pada bagian pengamatan.

Tabel 4.2 : Tabel Keluaran ADC hasil perancangan dan pengamatan

Perancangan Pengamatan

Berat

(ons) Vi (mV) Output

ADC

V (mV) Output ADC

Error (%)

1 10 0000 0000 5 0000 0000 50

2 10 0000 0000 5 0000 0000 50

3 10 0000 0000 37 0000 0000 270

4 10 0000 0000 39 0000 0010 290

5 10 0000 0000 48 0000 0011 380

6 54 0000 0010 53 0000 0011 1,8

7 64 0000 0011 140 0000 0011 118

8 69 0000 0011 226 0000 0011 227

9 69 0000 0011 271 0000 0110 292

10 69 0000 0011 300 0000 0011 334

11 183 0000 1001 578 0001 0001 215

12 229 0000 1011 690 0001 0010 201

13 300 0000 1111 825 0001 0101 175

14 348 0001 0001 976 0010 0111 180

15 421 0001 0101 1170 0010 1011 177

16 784 0010 1000 1255 0011 0110 60

17 860 0010 1011 1265 0100 0011 47

18 1124 0011 1001 1360 0101 0010 20

19 1446 0100 1001 1454 0101 0101 0,5

20 1575 0101 0000 1640 0101 1010 4

21 1666 0101 0101 1660 0110 0010 0,3

22 1736 0101 1000 1670 0110 0101 3,8

23 1938 0110 0010 1755 0110 1101 9,4

24 1940 0110 0010 1865 0111 0001 3,8

25 2009 0110 0110 1920 0111 0100 4,4

26 2152 0110 1101 1942 0111 1110 9,7

(48)

Tabel 4.2( &! ) : Tabel Keluaran ADC hasil perancangan dan pengamatan

Perancangan Pengamatan

Berat

(ons) Vi (mV) Output

ADC

V (mV) Output ADC

Error (%)

28 2200 0111 0000 2040 1000 0101 7,2

29 2228 0111 0001 2060 1000 0110 7,5

30 2336 0111 0111 2150 1000 1001 7,9

31 2477 0111 1110 2180 1000 1100 11,9

32 2483 0111 1110 2200 1001 0001 11,3

33 2484 0111 1110 2240 1001 0101 9,8

34 2488 0111 1110 2250 1001 1000 9,5

35 2493 0111 1111 2260 1001 1010 9,3

36 2494 0111 1111 2270 1001 1100 8,9

37 2502 0111 1111 2280 1001 1100 8,8

38 2512 1000 0000 2300 1001 1100 8,4

39 2514 1000 0000 2310 1001 1101 8,1

40 3049 1001 1011 2320 1001 1101 23

Dengan metode pengamatan yang digunakan yaitu saat LED menyala berarti

“0” dan saat LED padam berarti “1”. Berdasarkan tabel perbandingan keluaran ADC

hasil perancangan dan pengamatan dapat dicari nilai kesalahan ( ) dengan rumus

sebagai berikut :

% error = {(Vperancangan– Vrata3rata pengamatan)/Vperancangan} x 100 %

Dari tabel 4.2 juga dpat dilihat bahwa ADC yang terpasang pada rangkaian, antara

hasil perancangan dan hasil pengamatan terdapat banyak perbedaan data yang

dihasilkan sehingga menyebabkan terjadinya nilai kesalahan ( ) yang sangat

mencolok. Untuk nilai kesalahan ( ), nilai terkecil adalah 0,3 % sedangkan

nilai terbesar mencapai 380 %. Kesalahan yang terbesar dapat terjadi karena

potensiometer yang berfungsi sebagai sensor tidak mampu mendeteksi adanya

perubahan beban terutama untuk beban yang beratnya kecil karena kurang sensitifnya

potensiometer tersebut, sehingga potensiometer yang digunakan sebagai sensor tidak

mampu mengubah tegangan sesuai dengan resolusi yang dimiliki oleh ADC 0804

(49)

Hasil yang didapatkan pada keluaran ADC yang diperoleh dengan cara pengamatan

dan dengan cara penghitungan secara teoritis terdapat banyak perbedaan karena pada

saat penghitungan secara teori banyak menggunakan sistem pembulatan angka dari

hasil yang didapatkan untuk lebih mempermudah dalam proses perhitungan.

(6;

"

9

1 4

!"

4

#

!

1:

Setelah melakukan pengamatan pada ADC maka dilanjutkan dengan

pengamatan keluaran pada IC EPROM yang digunakan pada rangkaian. Metode

pengamatan pada IC EPROM menggunakan cara yang sama seperti yang dilakukan

saat penulis melakukan pengamatan pada ADC yaitu dengan menggunakan LED yang

terpasang seperti pada gambar 4.1. Pada saat melakukan pengamatan, EPROM yang

digunakan tidak dapat bekerja sehingga tidak ada data yang dihasilkan dari

pengamatan tersebut. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena IC EPROM yang

digunakan mengalami kerusakan pada saat akan dilakukan proses pengisian data

kembali. Karena sebelumnya IC tersebut sudah diberi masukan data seperti yang

ditunjukkan pada tabel 4 pada bagian lampiran 1. Data yang dihasilkan dari keluaran

EPROM yang ditunjukkan pada tabel pada lampiran merupakan data yang dihasilkan

dengan masukan EPROM seperti yang ditunjukkan pada tabel 5 pada lampiran 1.

Data keluaran pada IC EPROM yang didapatkan pada saat pengamatan

apabila dibandingkan dengan data pada waktu perancangan seperti yang ditunjukkan

pada tabel 3.5, pada saat dalam keadaan tanpa beban atau saat beban telah diberikan

terdapat beberapa kesamaan dengan hasil perancangan. Misalnya saat dalam keadaan

tanpa beban data yang diharapkan pada EPROM adalah 0000 0000 dan keluaran yang

(50)

terdapat perbedaan antara data yang diharapkan pada saat perancangan dengan data

yang terjadi setelah dilakukan pengamatan. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena

pengaruh dari keluaran ADC yang tidak sempurna sehingga memicu masukan pada

IC EPROM sehingga EPROM tidak dapat bekerja dengan baik disamping Karena

pengaruh sensor yang digunakan pada rangkaian yang tidak bisa memicu ADC

dengan sempurna.

Karena hasil keluaran pada EPROM tidak sesuai dengan data pada saat

perancangan selanjutnya penulis mencoba untuk melakukan proses mengganti data

masukkan pada EPROM dengan data3data keluaran yang dihasilkan oleh ADC pada

saat melakukan pengamatan seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.2. Tetapi pada saat

melakukan proses pengisian, IC EPROM yang digunakan mengalami kerusakan

sehingga pada akhirnya hasil keluaran dari EPROM tersebut tidak ada, sehingga

(51)

,

'6&

Berdasarkan alat yang sudah dibuat dan hasil pengukuran maka dapat

disimpulkan bahwa alat tidak berhasil seperti yang diharapkan oleh penulis pada saat

perancangan.

'6)

Alat ini masih dapat dikembangkan dengan aplikasi dan fasilitas yang lain,

seperti pada bagian sensor dapat menggunakan sensor berat atau sensor yang lain

yang peka terhadap suatu perubahan dan menggunakan media tampilan yang lain,

misalnya LCD atau LED matriks. Selain itu untuk media penyimpan data sementara

(52)

+

Budiharto, Widodo dan Sigit Firmansyah. 2005.

" . Yogyakarta : Andy Offset.

Cooper, W.D. 1985.( ! ! ! . Jakarta :

Erlangga.

Ibrahim, K.F. 1996. #Yogyakarta : Andi Offset.

Malvino, Albert Paul dan Donald P. Leach. 1994. Prinsip3prinsip dan Penerapan Digital. Jakarta : Erlangga.

Roger, L.T. "2" " . Surabaya : Erlangga.

Sapiie, Soedjana dan Osamu Nishimo.1994. ! ! 2 ) ! 0 .

Jakarta : Erlangga.

Thomas, L.F. 1997. ,! . Prentice Hall International Inc.

Tokheim, Roger L. 2003. " "" . Mc Graw

(53)
(54)
(55)

Pada lampiran ini, Penulis mencoba menunjukkan data3data yang didapatkan

pada saat melakukan perancangan awal, yaitu dengan menggunakan sensor berupa

potesiometer geser 10 k Ohm.

Data – data tersebut ditampilkan dalam beberapa tabel berikut ini :

4 & : Tabel perubahan berat beban dengan perubahan resistansi pada potensiometer pada semua percobaan

5!4

I II III IV V

No Berat (ons) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Rata3rata Resistansi (K ohm)

1 1 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,010

2 2 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,016

3 3 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,022

4 4 0,03 0,04 0,04 0,04 0,03 0,036

5 5 0,04 0,04 0,04 0,05 0,04 0,042

6 6 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,050

7 7 0,06 0,07 0,06 0,06 0,06 0,062

8 8 0,07 0,07 0,06 0,07 0,07 0,068

9 9 0,08 0,08 0,07 0,08 0,08 0,078

10 10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,092

11 11 0,10 0,11 0,09 0,10 0,10 0,10

12 12 0,10 0,11 0,10 0,11 0,11 0,106

13 13 0,12 0,12 0,11 0,11 0,12 0,116

14 14 0,12 0,13 0,13 0,13 0,14 0,13

15 15 0,13 0,15 0,15 0,15 0,15 0,146

16 16 0,15 0,16 0,16 0,16 0,17 0,16

17 17 0,20 0,18 0,18 0,18 0,19 0,186

18 18 0,22 0,20 0,21 0,20 0,20 0,206

19 19 0,24 0,22 0,23 0,22 0,23 0,228

20 20 0,33 0,25 0,25 0,30 0,25 0,275

21 21 0,40 0,36 0,36 0,41 0,40 0,386

22 22 0,47 0,46 0,43 0,48 0,55 0,478

23 23 0,52 0,56 0,54 0,53 0,55 0,54

24 24 0,62 0,65 0,60 0,64 0,73 0,648

25 25 0,71 0,76 0,73 0,73 0,76 0,738

26 26 0,82 0,96 0,79 0,80 0,86 0,846

27 27 0,93 0,98 0,91 0,88 0,93 0,926

28 28 0,97 1,05 0,96 1,02 1,09 1,018

29 29 1,11 1,18 1,07 1,08 1,10 1,108

(56)

Tabel 1. &! /: Tabel perubahan berat beban dengan perubahan resistansi pada

potensiometer pada semua percobaan

5!4

I II III IV V

No Berat (ons) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Resistansi (K ohm) Rata3rata Resistansi (K ohm

31 31 1,27 1,35 1,25 1,28 1,31 1,292

32 32 1,42 1,48 1,34 1,36 1,41 1,402

33 33 1,51 1,55 1,42 1,42 1,52 1,484

34 34 1,63 1,65 1,54 1,55 1,60 1,594

35 35 1,66 1,73 1,62 1,62 1,74 1,674

36 36 1,78 1,89 1,72 1,70 1,76 1,77

37 37 1,84 1,93 1,80 1,82 1,90 1,858

38 38 1,95 2,05 1,95 1,93 1,98 1,972

39 39 2,03 2,10 2,01 2,05 2,02 2,042

40 40 2,13 2,21 2,09 2,12 2,09 2,128

4 ): Tabel Tegangan Keluaran dari Sensor Potensiometer

5!4

I II III IV V

No Berat (ons) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Rata3rata Vo (milivolt)

1 1 90 80 80 80 70 80

2 2 130 130 130 120 110 124

3 3 160 160 170 160 160 162

4 4 180 190 220 200 190 196

5 5 230 240 240 230 220 232

6 6 270 270 290 280 260 274

7 7 280 310 320 320 290 304

8 8 340 340 360 350 320 342

9 9 380 370 390 380 370 378

10 10 420 410 420 410 400 412

11 11 460 410 460 450 440 444

12 12 510 500 500 490 480 496

13 13 540 540 550 530 530 538

14 14 590 590 600 590 570 588

15 15 640 670 650 630 650 648

16 16 710 740 710 710 710 716

17 17 760 800 800 800 760 784

18 18 850 980 870 870 900 894

(57)

Tabel 2. &! /: Tabel Tegangan Keluaran dari Sensor Potensiometer

5!4

I II III IV V

No Berat (ons) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Vo (milivolt) Rata3rata Vo (milivolt)

20 20 1310 1390 1330 1350 1180 1312

21 21 1520 1570 1530 1540 1480 1528

22 22 1630 1700 1630 1630 1610 1640

23 23 1750 1880 1770 1840 1760 1800

24 24 1890 1980 1880 1920 1830 1900

25 25 2010 2100 2020 2030 1980 2028

26 26 2090 2180 2110 2130 2000 2102

27 27 2230 2270 2200 2240 2100 2208

28 28 2320 2350 2300 2350 2200 2304

29 29 2410 2450 2400 2450 2260 2394

30 30 2450 2540 2460 2510 2360 2464

31 31 2540 2610 2520 2580 2450 2540

32 32 2610 2660 2620 2640 2500 2606

33 33 2660 2710 2670 2690 2540 2654

34 34 2720 2760 2700 2750 2600 2706

35 35 2760 2820 2780 2790 2650 2760

36 36 2810 2880 2820 2820 2710 2808

37 37 2840 2900 2850 2880 2750 2844

38 38 2870 2940 2870 2900 2770 2870

39 39 2890 2980 2920 2910 2770 2894

40 40 2900 3000 2940 2970 2790 2920

4 ;: Tabel konversi beban tegangan "! ADC menjadi ! "! ADC untuk nilai rata3rata Berat (ons) Vi (mV) Rata3rata Vo ADC

1 80 0000 0100

2 124 0000 0110

3 162 0000 1000

4 196 0000 1010

5 232 0000 1011

6 274 0000 1101

7 304 0000 1111

8 342 0001 0001

9 378 0001 0011

(58)

Tabel 3. &! /: Tabel konversi beban tegangan "! ADC menjadi ! "! ADC

untuk nilai rata3rata

Berat (ons)

Vi (mV) Rata3rata

Vo ADC

11 444 0001 0110

12 496 0001 1001

13 538 0001 1011

14 588 0001 1110

15 648 0010 0001

16 716 0010 0100

17 784 0010 1000

18 894 0010 1101

19 1188 0011 1100

20 1312 0100 0010

21 1528 0100 1011

22 1640 0101 0011

23 1800 0101 1011

24 1900 0110 0000

25 2028 0110 0111

26 2102 0110 1011

27 2208 0111 0000

28 2304 0111 0101

29 2394 0111 1010

30 2464 0111 1101

31 2540 1000 0001

32 2606 1000 0101

33 2654 1000 0111

34 2706 1000 1010

35 2760 1000 1100

36 2808 1000 1111

37 2844 1001 0001

38 2870 1001 0010

39 2894 1001 0011

40 2920 1001 0100

4 (: Alamat dan Data EPROM

9! 1:

. < ' ( ; ) & %

0 0 0 0 0 0 0 0 0

s.d.

0 0 0 0 0 0 1 0

0000 0000

1 0 0 0 0 0 0 1 1

s.d.

0 0 0 0 0 1 0 0

(59)

Tabel 4 ( &! 5): Alamat dan Data EPROM

9! 1:

. < ' ( ; ) & %

2 0 0 0 0 0 1 0 1

s.d.

0 0 0 0 0 1 1 0

0000 0010

3 0 0 0 0 0 1 1 1

s.d.

0 0 0 0 1 0 0 0

0000 0011

4 0 0 0 0 1 0 0 1

s.d.

0 0 0 0 1 0 1 0

0000 0100

5 0 0 0 0 1 0 1 1

s.d.

0 0 0 0 1 1 0 0

0000 0101

6 0 0 0 0 1 1 0 1

s.d.

0 0 0 0 1 1 1 0

0000 0110

7 0 0 0 0 1 1 1 1

s.d.

0 0 0 1 0 0 0 0

0000 0111

8 0 0 0 1 0 0 0 1

s.d.

0 0 0 1 0 0 1 0

0000 1000

9 0 0 0 1 0 0 1 1 0000 1001

10 0 0 0 1 0 1 0 0

s.d.

0 0 0 1 0 1 0 1

0001 0000

11 0 0 0 1 0 1 1 0

s.d.

0 0 0 1 0 1 1 1

0001 0001

12 0 0 0 1 1 0 0 0

s.d.

0 0 0 1 1 0 1 0

0001 0010

13 0 0 0 1 1 0 1 1

s.d.

0 0 0 1 1 1 0 0

0001 0011

14 0 0 0 1 1 1 0 1

s.d.

0 0 0 1 1 1 1 0

0001 0100

15 0 0 1 0 1 1 1 1

s.d.

0 0 1 0 0 0 1 0

0001 0101

16 0 0 1 0 0 0 1 1

s.d.

0 0 1 0 0 1 0 1

(60)

Tabel 4 ( &! 6): Alamat dan Data EPROM

9! 1:

. < ' ( ; ) & %

17 0 0 1 0 0 1 1 0

s.d.

0 0 1 0 1 0 0 0

0001 0111

18 0 0 1 0 1 0 0 1

s.d.

0 0 1 0 1 1 0 0

0001 1000

19 0 0 1 0 1 1 0 1

s.d.

0 0 1 1 1 0 1 1

0001 1001

20 0 0 1 1 1 1 0 0

s.d.

0 1 0 0 0 1 1 0

0010 0000

21 0 1 0 0 0 0 0 1

s.d.

0 1 0 1 0 0 0 0

0010 0001

22 0 1 0 1 0 0 0 1

s.d.

0 1 0 1 0 1 1 0

0010 0010

23 0 1 0 1 0 1 1 1

s.d.

0 1 0 1 1 1 1 1

0010 0011

24 0 1 1 0 0 0 0 0

s.d.

0 1 1 0 0 1 0 1

0010 0100

25 0 1 1 0 0 1 1 0

s.d.

0 1 1 0 1 0 1 1

0010 0101

26 0 1 1 0 1 1 0 0

s.d.

0 1 1 0 1 1 1 1

0010 0110

27 0 1 1 1 0 0 0 0

s.d.

0 1 1 1 0 0 1 1

0010 0111

28 0 1 1 1 0 1 0 0

s.d.

0 1 1 1 0 1 1 1

0010 1000

29 0 1 1 1 1 0 0 0

s.d.

0 1 1 1 1 1 0 1

0010 1001

30 0 1 1 1 1 1 1 0

s.d.

1 0 0 0 0 0 0 1

(61)

Tabel 4 ( &! 7): Alamat dan Data EPROM

9! 1:

. < ' ( ; ) & %

31 1 0 0 0 0 0 1 0

s.d.

1 0 0 0 0 1 0 1

0011 0001

32 1 0 0 0 0 1 1 0

s.d.

1 0 0 0 0 1 1 1

0011 0010

33 1 0 0 0 1 0 0 0

s.d.

1 0 0 0 1 0 1 0

0011 0011

34 1 0 0 0 1 0 1 0

s.d.

1 0 0 0 1 1 0 0

0011 0100

35 1 0 0 0 1 1 0 1

s.d.

1 0 0 0 1 1 1 1

0011 0101

36 1 0 0 1 0 0 0 0

s.d.

1 0 0 1 0 0 1 0

0011 0110

37 1 0 0 1 0 0 1 1 0011 0111

38 1 0 0 1 0 1 0 0

s.d.

1 0 0 1 0 1 1 0

0011 1000

39 1 0 0 1 0 1 1 1

s.d.

1 0 0 1 1 0 0 0

0011 1001

40 1 0 0 1 1 0 0 1

s.d.

1 1 1 1 1 1 1 1

0100 0000

4 ': Tabel perbandingan antara keluaran ADC dan keluaran EPROM

Output ADC Output EPROM

D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Q7 Q6 Q5 Q4 Q3 Q2 Q1 Q0

0000 0000 0000 0000

0000 0000 0000 0000

0000 0000 0000 0000

0000 0010 0000 0000

0000 0011 0000 0000

0000 0011 0000 0000

0000 0011 0000 0000

(62)

Tabel 5 ( &! ): Tabel perbandingan antara keluaran ADC dan keluaran EPROM

Output ADC Output EPROM

D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Q7 Q6 Q5 Q4 Q3 Q2 Q1 Q0

0000 0110 0000 0001

0000 0011 0000 0001

0001 0001 0000 0001

0001 0010 0001 1001

0001 0101 0001 1001

0010 0111 0000 0001

0010 1011 0000 0001

0011 0110 0000 0000

0100 0011 0000 0001

0101 0010 0001 1000

0101 0101 0000 0000

0101 1010 0001 1001

0110 0010 0000 1001

0110 0101 0001 1001

0110 1101 0000 0000

0111 0001 1001 1011

0111 0100 1000 0001

0111 1110 0000 0000

0111 1111 0000 0000

1000 0101 1000 0001

1000 0110 1000 0001

1000 1001 0000 0000

1000 1100 1001 1001

1001 0001 1001 1001

1001 0101 0000 0000

1001 1000 1001 0001

1001 1010 1001 1001

1001 1100 1000 0001

1001 1100 1001 0001

1001 1100 1001 1000

1001 1101 1001 1000

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi sistem pengendalian akuntansi atas siklus produksi yang sedang diterapkan oleh

Hasil dari proses tersebut yang berupa kristal sodium silikat kemudian dilarutkan kembali dengan aquades sebanyak 200 ml menggunakan magnetic stirrer dan disaring

Pendekatan fenomenologi menggunakan pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang masalah dari suatu gejala yang tampak, akan tetapi juga berusaha menggali makna

Unit PT PLN (PERSERO) yang akan membangun SCADA harus mengacu pada SPLN S3.001: 2008 Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik. Jumlah yang dijelaskan pada tabel 6 dan tabel 7

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

Analisis semiotika Tutur Ardhasmara yaitu reinkarnasi yang merupakan suatu kepercayaan tentang kelahiran yang berulang-ulang dan sanggah kamulan yang berfungsi sebagai

Hasil penelitian ini menggambarkan kebenaran teori yang dikemukakan oleh Tim Penulis PLPG Pendidikan Agama Kristen (2008: 49) bahwa guru Pendidikan Agama Kristen harus

Siswa dapat lebih dari 2 komponen biotik 3 Analisis data/ siswa dapat menganalisis interaksi komponen- komponen ekosistem melalui pengamatan?. Siswa tidak dapat