1
EVALUASI KEBIJAKAN UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA (UKBI)
ATIKAH SOLIHAH
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2014
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pengertian UKBI
UKBI merupakan alat uji untuk mengukur kemahiran berbahasa Indonesia penutur bahasa Indonesia
yang dikembangkan oleh Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan, Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa. Kemahiran berbahasa Indonesia yang diukur berupa kemahiran berbahasa Indonesia lisan dan tulis,
baik yang bersifat reseptif maupun produktif. Sementara itu, penutur bahasa Indonesia yang dimaksud
adalah penutur asli yang merupakan orang atau warga negara Indonesia dan penutur asing yang merupakan
warga negara asing, baik tinggal di Indonesia maupun tinggal di luar negeri.
UKBI dapat digolongkan ke dalam jenis tes kemahiran (
proficiency test
) untuk tujuan umum (
general
purpose
). Sebagai sebuah tes kemahiran, UKBI mengacu pada situasi penggunaan bahasa Indonesia yang
sesungguhnya yang dihadapi oleh peserta uji dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Dalam
pengembangan UKBI, ancangan tes yang diterapkan adalah pengukuran beracuan kriteria (
criterion-referenced measurement
).
1Kriteria yang diacu oleh UKBI berupa penggunaan bahasa Indonesia dalam
kehidupan nyata penutur bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa dalam kehidupan nyata tersebut
dikelompokkan ke dalam beberapa ranah komunikasi yang merujuk pada ranah kecakapan hidup umum,
yaitu ranah sintas (survival) dan ranah kemasyarakatan (sosial) serta ranah kecakapan hidup khusus, yaitu
ranah keprofesian (vokasional) dan ranah keilmiahan (akademik).
Materi soal UKBI diejawantahkan dari materi-materi penggunaan bahasa Indonesia lisan dan tulis
dalam ranah-ranah komunikasi tersebut. Dalam penggunaan bahasa Indonesia lisan, UKBI mengukur
keterampilan reseptif peserta uji dalam kegiatan mendengarkan dan mengukur keterampilan produktif
peserta uji dalam kegiatan berbicara. Dalam penggunaan bahasa Indonesia tulis, UKBI mengukur
keterampilan reseptif peserta uji dalam kegiatan
membaca dan mengukur keterampilan produktif peserta uji dalam kegiatan menulis. Selain menekankan
pengukuran terhadap empat keterampilan berbahasa tersebut, UKBI juga mengukur pengetahuan peserta
uji dalam penerapan kaidah bahasa Indonesia. Berikut ini susunan lima bagian (seksi) instrumen tes dalam
UKBI.
Tabel 1 Bentuk Soal UKBI
SEKSI JUMLAH SOAL WAKTU KETERANGAN SEKSI I Mendengarkan 40 butir soal 30 menitWacana lisan dalam bentuk 4 dialog dan 4 monolog. Setiap dialog dan monolog
terdiri atas 5 butir soal. Seksi II Merespons Kaidah 25 butir soal 20 menit
Soal tertulis berupa kalimat yang direspons peserta
dengan memilih opsi pengganti untuk bagian yang
salah. Seksi III (Membaca) 40 butir soal 45 menit Wacana tulis berjumlah 5 wacana. Setiap wacana terdiri atas
2
Seksi IV (Menulis) 1 butir soal 30 menitSoal tertulis berupa penugasan untuk mempresentasikan gambar/diagram/ta bel ke dalam wacana tulis 200 kata Seksi V (Berbicara) 1 butir soal 15 menit
Soal tertulis berupa penugasan untuk mempresentasikan gambar/diagram/ta bel ke dalam wacana lisan selama 5 menit.
Seksi I (Mendengarkan) bertujuan mengukur pemahaman dengaran, Seksi II (Merespons Kaidah) bertujuan
mengukur kepekaan penerapan kaidah bahasa Indonesia, Seksi III (Membaca) bertujuan mengukur
pemahaman bacaan, Seksi IV (Menulis) bertujuan mengukur keterampilan menulis, Seksi V (Berbicara)
bertujuan mengukur keterampilan berbicara.
Pemeringkatan UKBI
Hasil UKBI peserta uji diklasifikasikan ke dalam tujuh peringkat dan ditafsirkan ke dalam tujuh
predikat. Ketujuh peringkat tersebut ditentukan berdasarkan rentang skor yang telah dirumuskan. Tabel
berikut menunjukkan pemeringkatan hasil UKBI.
Tabel 2 Pemeringkatan Hasil UKBI
PEMERINGKATAN UKBI
PERINGKAT PREDIKAT SKORI ISTIMEWA >724 II SANGAT UNGGUL 641--724 III UNGGUL 578--640 IV MADYA 482--577 V SEMENJANA 405--481 VI MARGINAL 326--404 VII TERBATAS 251--325
Sebagai bahan kajian, perlu diungkapkan tafsiran ketujuh predikat yang ada di dalam UKBI. Tafsiran ini
memberi pemahaman pada capaian peserta uji.
1.
Predikat Istimewa
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sempurna dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan
kemahiran ini yang bersangkutan tidak memiliki kendala dalam berkomunikasi untuk keperluan
pribadi, sosial, keprofesian, dan keilmiahan.
2.
Predikat Sangat Unggul
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat tinggi dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan
kemahiran ini yang bersangkutan tidak memiliki kendala dalam berkomunikasi untuk keperluan
3
sintas, sosial, dan keprofesian. Untuk kepentingan akademik yang kompleks, yang bersangkutan
masih memiliki kendala.
3.
Predikat Unggul
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat memadai dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan
kemahiran ini, yang bersangkutan tidak memiliki kendala dalam berkomunikasi untuk keperluan
sintas, sosial, dan keprofesian yang sederhana.
4.
Predikat Madya
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang memadai dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan
kemahiran ini, yang bersangkutan mampu berkomunikasi untuk keperluan sintas dan sosial
dengan baik , tetapi mengalami kendala dalam hal keprofesian.
5.
Predikat Semenjana
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang cukup memadai dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam
berkomunikasi untuk keperluan keilmiahan, yang bersangkutan sangat terkendala. Untuk
keperluan keprofesian dan kemasyarakatan yang kompleks, yang bersangkutan masih mengalami
kendala, tetapi tidak terkendala untuk keperluan keprofesian dan kemasyarakatan yang tidak
kompleks
6.
Predikat Marginal
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang tidak memadai dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dalam
berkomunikasi untuk keperluan kemasyarakatan yang sederhana, yang bersangkutan tidak
mengalami kendala. Akan tetapi, untuk keperluan kemasyarakatan yang kompleks, yang
bersangkutan masih mengalami kendala. Hal ini berarti yang bersangkutan belum siap
berkomunikasi untuk keperluan keprofesian, apalagi untuk keperluan keilmiahan
7.
Predikat Terbatas
Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki kemahiran yang sangat tidak memadai
dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan
kemahiran ini peserta uji hanya mampu berkomunikasi untuk keperluan sintas. Pada saat yang
sama, predikat ini juga menggambarkan potensi yang bersangkutan dalam berkomunikasi masih
sangat besar kemungkinannya untuk ditingkatkan.
Dasar Hukum
Melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 152/U/2003, UKBI telah dikukuhkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia sebagai sarana untuk menentukan kemahiran berbahasa
Indonesia di kalangan masyarakat.
2Selain itu, berdasarkan Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 023993 dan
023994 yang diterbitkan oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) pada tanggal 8 Januari
2004, UKBI telah resmi dipatenkan sebagai karya Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3Keberadaan UKBI didukung pula oleh Undang-undang No.
24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan yang memberikan
perlindungan terhadap keberadaan bahasa Indonesia sekaligus peluang untuk mengembangkannya.
4Regulasi lain yang mendukung keberadaan UKBI adalah Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2014 tentang
Pengembangan, Pembinaan,dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, serta peningkatan Fungsi Bahasa
Indonesia.
54
Berdasarkan beberapa aturan tersebut dapat dikatakan bahwa UKBI merupakan tes standar yang
telah diresmikan oleh pemerintah untuk mengukur kemahiran berbahasa penutur Indonesia. Dalam kaitan
dengan itu, perlu dilakukan sosialisasi yang memadai agar UKBI dapat berterima tidak hanya dari segi
kebijakan, tetapi juga dari penerapannya dalam kehidupan berbahasa warga negara Indonesia dan warga
negara asing yang menjadi penutur bahasa Indonesia.
Implementasi Sosialisasi dan Pelaksanaan UKBI bagi Guru
Pelaksanaan sosialisasi dan tes UKBI bagi guru merupakan kegiatan strategis untuk membidik
sasaran utama peserta uji yang sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
6Implementasi kegiatan Sosialisasi dan Pelaksanaan
Tes UKBI bagi guru telah dilakukan secara terprogram sejak tahun 2005. Dalam masa 10 tahun telah
terujikan 23.853 orang guru dengan perolehan sebagai berikut.
Tabel 3 Hasil Uji Guru Bahasa Indonesia
Tahun Jumlah Guru Teruji UKBI2005 4.309 2006 1.288 2007 1.464 2008 1.441 2009 667 2010 685 2011 3.953 2012 4.872 2013 2.838 2014 2.336
Berdasarkan sebaran guru, dapat digambarkan bahwa guru DKI Jakarta yang telah teruji sebanyak 6.528.
Jumlah ini merupakan jumlah terbesar dibandingkan guru di provinsi lain. Pemerian sebaran guru yang
teruji dengan UKBI sebagai berikut.
Tabel 4 Sebaran Guru Teruji dengan UKBI
Nomor Provinsi Guru Terujidengan UKBI 1. DKI Jakarta 6.528 2. Jawa Barat 2.546 3. Banten 1.827 4. Sumatra Barat 1.318 5. Jawa Tengah 1.073 6. Jawa Timur 948 7. Sumatera Selatan 696 8. Kalimantan Selatan 695 9. Bali 553 10. Kalimantan Timur 540 11. Sulawesi Tengah 520 12. Yogyakarta 509 13. Papua 501
14. Nusa Tenggara Barat 500
15. Gorontalo 447 16. Sulawesi Tenggara 392 17. Sulawesi Selatan 350 18. Lampung 343 19. Maluku 339 20. Kepulauan Riau 321 21. NusaTenggara Timur 316 22. Sulawesi Utara 305 23. Bengkulu 303 24. Kalimantan Barat 298
5
25. Maluku Utara 292 26. Aceh 288 27. Riau 257 28. Sumatra Utara 251 29. Kalimantan Tengah 250 30. Bangka Belitung 135 31. Sulawesi Barat 87 32. Papua Barat 75 33. Jambi 50Berdasarkan penelitian terbatas pada tahun 2011 dapat diketahui bahwa kemahiran guru di provinsi
dengan UN rendah ternyata juga memperlihatkan hasil UKBI yang rendah. Sebaliknya, kemahiran
berbahasa guru di provinsi yang perolehan UN tinggi juga menunjukkan kemahiran yang baik. Jadi,
terdapat hubungan yang cukup signifikan antara kemahiran berbahasa Indonesia guru dengan perolehan
UN siswa untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa
guru yang memiliki kemahiran berbahasa Indonesia yang rendah ternyata dapat berimplikasi pada hasil
belajar siswanya, khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia.
Selain bagi guru, UKBI memiliki peluang yang sangat besar sebagai instrumen untuk mengujikan
kemahiran berbahasa bidang profesi lain. Hal ini belum secara terstruktur dan efektif dilakukan, misalnya
pelaksanaan UKBI untuk wartawan, redaktur bahasa, editor, penerjemah, peneliti, warga negara asing,
karyawan, pengacara, dan anggota DPR/DPRD.
Dalam kaitan dengan masyarakat ekonomi ASEAN yang memberi peluang bagi warga negara asing
untuk bekerja di Indonesia, keberadaan UKBI menjadi penyaring yang efektif. Bangsa Indonesa memang
harus siap bersaing dari segi ketenagakerjaan karena pasar bebas MEA tersebut membuka peluang yang
sangat luas untuk itu. Akan tetapi, harus terdapat regulasi yang akan menyaring kualifikasi tenaga kerja
asing yang akan bekerja di Indonesia sebagaimana negara lain memberlakukan saringan yang bersifat
kompetitif terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Dengan demikian, upaya
pemanfaatan
UKBI
diharapkan
dapat
pula
mendukung
gerakan
menasionalisasikan
dan
menginternasionalkan bahasa Indonesia.
KONTEKS PERMASALAHAN
Untuk melihat permasalahan yang terdapat di dalam implementasi kegiatan Sosialisasi dan Pelaksanaan
UKBI, dilakukan analisis peta kausalitas. Peta kausalitas tersebut dapat memberikan gambaran alur
permasalahan.
Tingkat Keberhasilan Sosisalisasi dan Pelaksnaan UKBI Perencanaan Tindak Lanjut Program Inovasi Kegiatan Sosialisasi dan Pelaksanaan UKBI Keterbatasan SDM Penguji, Pengolah, dan Penilai Kebijakan penerimaan layanan UKBI yangbelum tepat Analisis Kebutuhan (Proporsionalitas) Diversifikasi Sasaran
Tata kelola layanan yang masih kurang baik
Gambar 1 Peta Kausalitas
Masalah 1
6
Implemantasi Program Sosialisasi dan Pelaksanaan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia bagi Guru telah
dilaksanakan selama 10 tahun. Dalam masa itu tingkat keberhasilan pelaksaan dapat dikatakan baik. Akan
tetapi, melihat sebaran peserta UKBI guru tersebut, kita akan mengetahui bahwa ada permasalahan dari
segi sebaran peserta yang tidak berasal dari analisis kebutuhan di lapangan. Rentang jumlah (
range
) antara
provinsi dengan jumlah peserta uji terbanyak yaitu DKI Jakarta sebesar 6.528 orang dan provinsi dengan
jumlah peserta uji terkecil yaitu Provinsi Jambi sebesar 50 cukup besar, yaitu mencapai 6.478. Hal ini tentu
mengindikasikan suatu permasalahan tertentu. Apakah sebaran yang tidak merata tersebut sudah
proporsional dengan jumlah guru antarprovinsi? Apakah sebaran yang tidak merata tersebut berkaitan
dengan penganggaran? Masalah itu yang ingin diketahui untuk selanjutnya perlu diambil kebijakan terkait
pemerataan dan proporsionalitas peserta uji sehingga kegiatan dapat berawal dari kebutuhan di lapangan.
Masalah 2
Tindak Lanjut Program Sosialisasi dan Pelaksanaan UKBI
Sebagai sebuah tes, UKBI hanya memiliki dampak besar jika ada tindak lanjut terhadap hasil tes tersebut.
Diketahui bahwa pada tahun 2005 kemahiran guru rata-rata mencapai predikat semenjana. Pascauji pada
tahun berikutnya apakah sudah ada tindak lanjut terhadap guru-guru yang meraih semenjana tersebut
sehingga dapat meraih predikat yang lebih tinggi yang dipersyaratkan untuk profesi guru? Kalau sudah ada
tindak lanjut, bagaimana bentuknya? Bagaimana keefektifan tindak lanjut tersebut? Apakah tindak lanjut
tersebut dapat meningkatkan kemahiran guru secara signifikan?
Masalah 3
Perluasan Pemanfaatan UKBI
Pemanfaatan UKBI saat ini masih terbatas. Padahal, UKBI dapat mengukur kemahiran berbahasa untuk
beragam profesi, terutama yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di dalam
menjalankan profesinya. Bagaimana cara meluaskan wilayah pengguna UKBI? Profesi mana saja yang
memerlukan UKBI sebagai prasyarat keprofesiannya? Apakah sudah ada standardisasi untuk semua profesi
yang membutuhkan UKBI sebagai prasyarat keprofesiannya? Hal itu pula yang patut menjadi kajian di
dalam kertas ilmiah ini.
TANGGAPAN TERHADAP KEBIJAKAN
Pelaksanaan Sosialisasi dan Tes UKBI bagi Guru merupakan program yang telah berjalan selama 10 tahun.
Keefektifan program tersebut harus disempurnakan dari berbagai sisi agar dapat mencapai tujuannya untuk
meningkatkan kemahiran berbahasa guru.
A.
Persebaran Peserta UKBI
Persebaran peserta UKBI dalam kegiatan Sosialisasi dan Pelaksanaan UKBI seharusnya dilakukan secara
proporsional dengan menyesuaikan jumlah guru pada tiap provinsi. Sementara itu, data yang ada
menunjukkan kesenjangan yang besar antarprovinsi.
Tabel 5
Perbandingan Sebaran Peserta UKBI
Dapat diketahui dari tabel bahwa dalam rentang antara tahun 2005 sampai dengan 2014 telah terujikan
peserta UKBI dengan jumlah terbanyak di DKI Jakarta dan Jawa Barat, yaitu sebesar 6.528 untuk DKI
Jakrta dan 2.546 untuk Jawa Barat. Sementara itu, dua provinsi dengan jumlah peserta terkecil yaitu Jambi
dan Papua Barat, yaitu 50 peserta uji untuk Jambi dan 75 peserta uji untuk Papua Barat. Hal ini
mengindikasikan kesenjangan. Beberapa alasan yang memunculkan kesenjangan dapat ditelisik sebagai
berikut.
7
Dapat diinformasikan bahwa Kantor Bahasa Provinsi Papua Barat memang merupakan kantor yang
baru didirikan pada tahun 2011. Akan tetapi, Kantor Bahasa Jambi bukan merupakan kantor bahasa
yang baru. Ada beberapa kantor Bahasa yang dengan masa pendirian sama dapat mengujikan lebih
banyak peserta uji.
b.
Karateristik Wilayah
Dapat diperkirakan bahwa ketidakmerataan tersebut berkaitan dengan karakteristik wilayah dan
demografi sehingga menyulitkan penganggaran.
c.
Kekurangan SDM
Sumber daya pelaksana UKBI berasal dari Badan Bahasa dan di Balai/Kantor Bahasa. Berkaitan
dengan itu ada kemungkinan pula bahwa kekurangan sumber daya manusia di provinsi terkait yang
menyebabkan jumlah peserta uji rendah.
Beberapa solusi yang dapat ditawarkan berkaitan dengan masalah ini adalah sebagai berikut.
a.
Proposionalitas Jumlah Guru
Pelaksanaan pengujian UKBI bagi Guru belum berdasarkan proporsi jumlah guru. Jumlah guru di
Provinsi Sumatera Utara yang senyatanya lebih besar daripada di Papua ternyata jumlah guru yang
terujikan dengan UKBI lebih sedikit. Oleh karena itu, penting dilakukan pengujian berdasarkan
proporsionalitas jumlah guru pada setiap provinsi.
b.
Pelatihan SDM
Dengan pelatihan, sumber daya manusia setempat di Kantor/Balai Bahasa dapat dioptimalkan
sehingga pelaksanaan UKBI dapat lebih ditingkatkan.
c.
Analisis Kebutuhan yang Baik
Dengan analisis kebutuhan jumlah peserta dan wilayah, karteristik khusus yang melekat pada peserta
dan wilayah di provinsi tertentu dapat lebih diprediksi sehingga dapat
dingggarkan dengan lebih baik.
B.
Tindak Lanjut Program
Isu strategis yang berkaitan dengan PISA (
Programme for
International Student Assessment
) dalam hal literasi membaca menyatakan
bahwa pada tahun 2012 Indonesia meraih peringkat 64 dari 65 negara.
Terkait hal tersebut, UKBI merupakan tes yang menguji kemahiran
berbahasa termasuk di dalamnya kemahiran membaca yang berada pada
Seksi III. Jika dalam hal ini guru yang diujikan UKBI kemudian dapat
diketahui hasil kemahirannya, guru dapat meningkatkan kualitas kemahiran
membacanya serta dapat pula memotivasi siswa dan mengajarkan siswa
untuk meningkatkan kemahiran membacanya. Dengan asumsi bahwa guru yang mahir membaca akan
dapat meningkatkan pula kemahiran membaca siswanya, keberadaan UKBI menjadi penting untuk
disandingkan pula dengan hasil PISA.
Berkaitan dengan isu strategis lainnya yang menyatakan bahwa hasil ujian nasional bahasa Indonesia
lebih rendah daripada mata ujian lainnya, termasuk bahasa Inggris, hasil penelitian terbatas pada tahun
2011 mengungkapkan bahwa guru-guru di daerah dengan UN Bahasa Indonesia rendah, ternyata juga
memperleh hasil UKBI rendah. Sementara itu, guru-guru dengan hasil UN Bahasa Indonesia tinggi ternyata
memperoleh hasil UKBI tinggi. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara hasil UN siswa dengan hasil UKBI guru. Berikut ini data pengujian guru pada tahun 2011 yang
dapat menginformasikan hal tersebut.
8
Gambar 2Persentase Hasil UKBI dengan UN Rendah
Gambar 3
Persentase Hasil UKBI dengan UN Tinggi
Dapat terlihat di kedua gambar grafik tersebut bahwa hasil UKBI guru di provinsi dengan hasil UN
rendah masih memuat predikat Marginal sebanyak 3%, Semenjana 36%, Unggul 15%, dan Sangat Unggul
hanya 1%. Dalam hal ini predikat terbanyak yang diraih guru adalah Madya sebanyak 45%. Sementara itu,
di provinsi dengan hasil UN tinggi terlihat bahwa tidak ada guru peraih predikat Marginal. Jumlah guru
peraih predikat Semenjana sebanyak 12% dan peraih Madya cukup besar sebanyak 56%. Demikian pula
peraih Unggul dan Sangat Unggul lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi peraih UN rendah, yaitu
sebanyak 30% untuk Unggul dan 2% untuk Sangat Unggul.
Selain beberapa hal di atas, dapat diketahui bahwa hasil UKBI pada tahun 2005 dan 2014 tidak
menunjukkan peningkatan kemahiran yang berarti. Predikat rata-rata pada tahun 2005 yaitu Semenjana
sudah bergeser ke arah Madya pada tahun 2014. Akan tetapi, pergeseran ini belum diketahui berasal dari
tindakan apa. Apakah melalui penyuluhan yang telah dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, apakah melalui kesadaran pribadi untuk meningkatkan kemahiran, atau karena tuntutan profesi
guru. Pergeseran yang ada juga belum mengarah pada hasil yang diharapkan untuk profesi guru, yaitu
Unggul. Predikat rata-rata yang baru bisa diraih adalah predikat Madya. Berikut ini data yang menunjukkan
hal tersebut.
9
Gambar 4 Hasil UKBI 2005--2014Dapat terlihat dari grafik tersebut bahwa sejak tahun 2005 sampai dengan 2014 guru belum berhasil meraih
predikat Unggul sebagai predikat rata-rata. Melihat posisi strategis guru sebagai penyampai ilmu
pengetahuan, tentu hal itu mennjukkan kesenjangan antara standar yang diharapkan dengan realitas
kemahiran berbahasa guru. Hal itu diperkuat oleh data berupa peta sebagai berikut.
Gambar 5 Peta Hasil Uji Tahun 2005
Gambar 6 Peta Hasil Uji Tahun 2014
Perubahan predikat rata-rata antara tahun2005 dan tahun 2014 tersebut seharusnya berdasarkan program
yang terencana untuk meningkatkan kemahiran berbahasa guru sehingga pergeseran predikatnya sesuai
dengan yang diharapkan, yaitu Unggul.
Setakat ini untuk mengarah pada peningkatan kemahiran guru sudah dilaksanakan Fasilitasi Pembelajaran
Bahasa dan Sastra. Program tersebut telah dilakukan sejak tahun 2012. Akan tetapi, kesinambungan
program dengan peningkatan kemahiran guru belum sesuai. Guru yang difasilitasi tidak serta merta guru
10
Peningkatan
Kemahiran
Berbahasa
yang telah teruji dengan UKBI. Jika ada sebagian yang sudah teruji pun, tidak diketahui lagi apakah
mengalami peningkatan kemahiran atau tidak karena tidak ada uji kedua yang direncanakan untuk mereka.
Oleh karena itu, perlu direncanakan secara baik program yang mengarah pada Fasilitasi Peningkatan
Kemahiran Berbahasa Guru.
Berikut ini gambaran kegiatan Fasilitasi Kemahiran Berbahasa Guru yang dapat dijadikan alternatif solusi.
C. Perluasan Pemanfaatan UKBI
UKBI dapat mengujikan seluruh penutur bahasa Indonesia, baik warga negara Indonesia maupun
warga negara asing. Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, UKBI memiliki peranan penting
dalam hal mengukur kemahiran literasi masyarakat.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2014 disebutkan pada pasal 19 ayat 1 bahwa kemahiran
berbahasa Indonesia diukur dengan standar kompetensi lulusan bagi peserta didik pada satuan pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, dan program pendidikan kesetaraan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) atau melalui uji kemahiran berbahasa Indonesia. Selanjutnya, dijelaskan
di dalam pasal 19 ayat 2 bahwa Uji kemahiran berbahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan oleh Badan dengan mengacu pada standar kemahiran berbahasa Indonesia dan pasal 19 ayat
3 dinyatakan bahwa Uji kemahiran berbahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilaksanakan oleh lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga kursus bahasa, atau lembaga lain di
dalam atau di luar negeri yang ditetapkan oleh Menteri. Yang dimaksud dengan badan di dalam peraturan
tersebut adalah Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang merupakan tempat pengembangan UKBI.
Dunia pendidikan Indonesia dapat menggunakan UKBI dalam dua hal. UKBI dapat
dimasukkan ke dalam sistem sertifikasi profesi guru dan dosen.
9Penggunaan UKBI dalam
konteks guru dan dosen sangat diperlukan karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai media
pembelajaran yang biasa disebut bahasa pengantar pendidikan. Selain itu, dunia pendidikan
Indonesia juga dapat memanfaatkan UKBI sebagai sarana pengujian eksternal untuk melengkapi
sertifikasi kelulusan siswa.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2014 juga disebutkan bahwa warga negara asing yang
akan bekerja dan/atau mengikuti pendidikan di Indonesia atau akan menjadi warga negara Indonesia harus
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan standar kemahiran berbahasa Indonesia yang
dipersyaratkan. Di dalam peraturan tersebut juga disebutkan bahwa warga negara asing yang belum
memenuhi standar kemahiran berbahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengikuti
atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia. Standar kemahiran
berbahasa Indonesia bagi warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh
Badan dan ditetapkan oleh Menteri. Di dalam hal ini UKBI berpeluang besar sebagai paspor bahasa bagi
warga negara asing yang akan bekerja di Indonesia, apalagi dengan akan diberlakukannya perdagangan
bebas pada tahun 2015 setelah terbentuknya Masyarakat Ekonomi Asean.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa UKBI memiliki posisi yang strategis dalam hal
memetakan kemahiran penutur Indonesia, baik dalam kaitannya dengan pemetaan guru maupun penyiapan
sumber daya manusia Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.
Pemetaan Kemahiran Guru dengan UKBI Fasilitasi Kemahiran Berbahasa Guru Tinjauan Hasil Fasilitasi Kemahiran Berbahasa Guru dengan UKBI
11
Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/8/ PBI /2007 tentang Pemanfaatan Tenaga Kerja Asing dan
Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan merupakan sebuah contoh bahwa pemanfaatan UKBI
dapat dilakukan di sektor vokasional, khususnya pada dunia perbankan.
7Tenaga vokasi lain yang memiliki
keterikatan lebi hbesar terhadap komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia, seperti penerjemah,
peneliti, widayaiswara, dan sebagainya tentu lebih dapat memanfaatkan UKBI sebagai sebuah tes standar.
Sebuah tes dapat disebut uji dampak besar apabila tes tersebut mempunyai pengaruh yang besar bukan
saja terhadap peserta melainkan juga terhadap pihak-pihak yang akan mengambil keputusan berdasarkan
hasil tes itu.
8Dampak terhadap individu berkaitan dengan pengaruh tes bahasa tersebut, antara lain
terhadap peserta uji, yakni (1) pengalaman menempuh tes dan mempersiapkan diri untuk tes itu, (2) balikan
yang diterima tentang kemampuan, dan (3) putusan yang mungkin akan dibuat berdasarkan hasil tes.
Dalam kaitan sebagai uji dampak besar tersebut, perlu dilakukan perluasan pemanfaatan UKBI dan
standardisasinya untuk calon peserta uji dari beragam profesi. Bidang profesi yang ada akan
dikelompokkan sesuai dengan penggunaan bahasanya. Perlu dilihat pula Perpres No. 8 Tahun 2012 tanggal
17 Januari 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) di dalam pengelompokkan
tersebut.
10Berikut ini pengelonpokkan sasaran peserta UKBI yang telah disesuaikan dengan KKNI.
A. Penutur Warga Negara Asing
a.
WNA Pengguna Aktif Bahasa Indonesia (redaktur bahasa, editor, penerjemah, wartawan, peneliti,
diplomat, dosen, mahasiswa, guru)
b.
WNA Pengguna Pasif bahasa Indonesia
(Ibu rumah tangga, karyawan swasta, siswa)
B.
Penutur Warga Negara Indonesia
a.
Prasyarat Sertifikasi
1)
Sertifikasi dan standardisasi bagi guru.
2)
Sertifikasi dan standardisasi bagi dosen.
b.
Prasyarat Kelulusan
1)
Prasyarat kelulusan calon mahasiswa.
2)
Prasyarat kelulusan mahasiswa untuk meraih gelar sarjana dan pascasarjana.
c.
Prasyarat Tenaga Vokasi
1.
Pengujian UKBI dan standardisasi bagi wartawan, reporter, penyiar, redaktur, editor
2.
Pengujian UKBI dan standardisasi bagi penerjemah dan peneliti
3.
Pengujian UKBI dan standardisasi bagi tenaga penyuluh (bidang pertanian, kehutanan, perikanan,
dan sebagainya), widyaiswara
4.
Pengujian UKBI dan standardisasi bagi tenaga advokasi (jaksa dan pengacara)
5.
Pengujian UKBI dan standardisasi bagi sekretaris dan tenaga administrasi
6.
Pengujian UKBI dan standardisasi bagi dokter, insinyur, arsitek, tenaga konstruksi
REKOMENDASI
Berdasarkan pembahasan terhadap kajian kebijakan yang sudah disampaikan dalam bagian sebelumnya,
dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut.
Pertama, perlu dilakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu sebelum dilakukan kegiatan sosialisasi
dan pelaksanaan UKBI bagi guru. Agar hasil uji dapat dipetakan dengan baik dan dapat dijadikan rujukan
kebijakan, perlu dipertimbangkan proporsionalitas jumlah guru dalam tiap provinsi. Hasil uji yang ada
harus disampaikan kepada para pemangku kepentingan agar dilakukan pula kerja sama untuk
menindaklanjuti pengujian tersebut dalam bentuk fasilitasi peningkatan kemahiran berbahasa.
Publikasi hasil uji kemahiran berbahasa Indonesia masih perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Data hasil UKBI harus diolah sedemikian rupa agar bermanfaat bagi pengembangan dan pembinaan
bahasa, bagi penyelenggara, dan bagi peserta itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting dibuat inovasi
dalam bahan sosialisasi dan layanan UKBI. Secara khusus, materi sosialisasi perlu dibuat dalam berbagai
bentuk, baik dengan menggunakan teknologi cetak maupun dengan teknologi informasi
Rekomendasi kedua adalah perlu dilakukan tindak lanjut kegiatan sosialisasi dan pelaksanaan UKBI
dengan kegiatan fasilitasi kemahiran berbahasa guru. Setelah dilakukan fasilitasi dilakukan UKBI kembali
sebagai uji kedua. Data uji awal dapat dibandingkan pula dengan data uji pascafasilitasi. Diharapkan
dengan rangkaian tersebut diperoleh peningkatan kemahiran berbahasa guru.
12
Ketiga, dalam rangka memperkuat jati diri bangsa Indonesia dan dalam rangka menasionalkan serta
menginternasionalkan bahasa Indonesia, perlu dilakukan perluasan pemanfaatan UKBI untuk beragam
tujuan. Misalnya, penggunaan UKBI sebagai prasyarat kelulusan, prasyarat sertifikasi, dan prasyarat tenaga
vokasi, baik warga negara asing maupun warga negara Indonesia.
Perluasan pemanfaatan UKBI dengan diversifikasi calon peserta uji tersebut harus diiringi dengan
Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang memadai. Perguruan Tinggi, baik swasta maupun negeri, lembaga
kursus, serta lembaga sertifikasi dapat diajak bekerja sama dalam Layanan UKBI dengan menjadi salah
satu TUK.
Keberadaan TUK dalam jumlah dan kualitas yang memadai akan sangat membantu pengembangan
UKBI secara khusus, dan secara umum pada akhirnya akan membantu menasionalkan serta
menginternasionalkan bahasa Indonesia.
LAMPIRAN
Peta Kemahiran Berbahasa Indonesia Guru
DAFTAR PUSTAKA
1
Bachman, Lyle F. dan Adrian S. Palmer. 1996.
Language Testing in Practice. Designing and Developing
Useful Language Testing
. Oxford: Oxford University Press.
2
Kementerian Pendidikan Nasional. 2003. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 152/U/2003.
3Departemen Hukum dan HAM. 2004. Surat Pendaftaran Ciptaan Nomor 023993 dan 023994 tanggal 8
Januari 2004. Jakarta
4
DPR RI. 2009. Undang-Undang N0. 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta
Lagu Kebangsaan.
Jakarta
5 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 Pengembangan, Pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan
Sastra.
6
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
7
Bank Indonesia. 2007. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/8/ PBI /2007 tentang
Pemanfaatan Tenaga
Kerja Asing dan Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan
. Jakarta.
8
Sugiyono. 2010.
UKBI sebagai Uji Berdampak Besar
(Prosiding). Jakarta.
9Ruddyanto dan Maryanto
.
2010.
UKBI sebagai Sarana Tes yang Multiguna
.
10