Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding 93
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
Penghitungan skor jawaban sebagai berikut:
Skor maksimal setiap pertanyaan
= 5 Skor minimal setiap
pertanyaan
= 1 Jumlah Pert anyaan = 10 Jumlah Responden = 80 Skor terendah = 800 Skor tertinggi = 4.00
0 Rent ang tingkatan = 3.20
0 Banyak tingkatan = 4 Rent ang antar
tingkatan
= 800
Berdasarkan penghitungan
tersebut diperoleh skala
interval sebagai berikut:
Tabel 2. Skala Interval Brand
Awareness No Level Brand Awareness Rentang Skor 1 Brand Unaware 800-1.600 2 Brand Recognition 1.601-2.400 3 Brand Recall 2.401-3.200 4 Top of Mind 3.201-4000 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Responden
Responden dalam pe-nelitian ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari 80% atau 60 orang laki-laki dan 20% atau 20 orang perempuan. Profil ini menjelaskan klasifikasi res-ponden menurut Pendidikan
dan Usia, serta diagram
tentang persepsi responden terhadap branding Wonderful
Indonesia dan Pesona
Indonesia sebagaimana ter-lampir. Diagram pendidikan
dan usia responden sebagai berikut.
Gambar 5. Jenis kelamin Responden
Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian, (2015)
Gambar 6. Usia Responden Sumber: Hasil Pengolahan Data
Gambar 7. Pendidikan Terakhir Sumber: Hasil Pengolahan Dat a
Penelitian, (2015)
Pengetahuan Pramuwisata
Terhadap Brand Awareness
Pengetahuan
pramu-wisata terhadap branding
pariwisata menunjukan bahwa
pramuwisata itu sudah
mengetahui adanya brand
awareness yaitu 68,75%
menyatakan mengetahui dan sangat mengetahui. Selebih-nya adalah tidak mengetahui. Namun demikian, pengetahuan mereka tentang adanya dua
branding pariwisata Indonesia menjadi terbalik dimana lebih dari setengahnya atau 57,50% tidak mengetahui. Mengenai
promosi branding pariwisata
mancanegara dan branding
pariwisata nusantara, jawaban
pramuwisata antara yang
mengetahui dan tidak me-ngetahui seimbang,
sedang-kan pengetahuan tentang
logogram dan logotype branding pariwisata jawaban
pramuwisata sedikit lebih
banyak yang menjawab
mengetahui yaitu sekitar 60%.
Adapun kemudahan untuk
mengingat logo branding
pariwisata, pramuwisata yang menjawab susah diingat lebih
banyak daripada yang
menjawab mudah diingat.
Untuk kemudahan mengingat
tag line branding pariwisata, pramuwisata yang menyatakan mudah mengingat lebih banyak daripada yang menyatakan susah mengingat.
Kondisi tersebut
me-nunjukkan bahwa masyarakat Indonesia (pramuwisata) lebih
mudah mengingat kalimat
daripada gambar. Artinya, logo
branding pariwisata perlu disosialisasikan lebih intensif kepada seluruh stakeholder pariwisata. Prosentase data diatas sebagaimana terdapat di lampiran.
Hasil penghitungan total
skor jawaban dari 80
responden terhadap 10
pertanyaan menghasilkan skor sebesar 2.663. Nilai 800-1.600
pada area unaware of brand,
nilai 1.601-2.400 pada area
brand recognition, nilai
2.401-3.200 pada area brand recall
dan nilai 3.201-4.000 pada
area top of mind. Berarti,
tingkat brand awareness
pramuwisata Provinsi DIY
berada pada level brand recall
atau mampu mengenali
branding tanpa stimulus (bantuan) tertentu. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding 95
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
Gambar 8. Piramida Brand Awareness
Pramuwisata Provinsi DIY Sumber: Hasil Pengolahan Data
penelitian, (2015)
Pramuwisata sebagai
Strategi Pemasaran
Destinasi Pariwisata Pramuwisata
merupakan salah satu profesi penting dalam bisnis pari-wisata. Pramuwisata termasuk dalam salah satu jenis usaha
pariwisata yang tercantum
dalam Pasal 14
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan ber-sama dengan jenis usaha
pariwisata lainnya seperti,
usaha daya tarik wisata,
kawasan pariwisata, jasa
transportasi wisata, jasa
perjalanan wisata, jasa
makanan dan minuman,
penyediaan akomodasi,
pe-nyelenggaraan kegiatan
hiburan dan rekreasi,
pe-nyelenggaraan pertemuan,
perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, jasa informasi
pariwisata, jasa konsultan
pariwisata, wisata tirta, dan spa (Kemenpar, 2009). Menurut
International Travel Dictionary
(Suyitno, 2005:1), pengertian
tour guide adalah…a person employed, either directly by the traveler, an official or privat tourist organization or travel agent to inform directly and advice the tourists before and during his journey. Damarjati
(dalam Suyitno, 2005:2),
menyatakan bahwa pramu-wisata adalah seseorang yang telah memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi dari instansi atau lembaga resmi pariwisata.
Pengertian pertama
mengacu kepada rincian tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
pramuwisata, sedangkan
pengertian kedua mengacu
pada kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang pramu-wisata. Secara teknis, menurut Suyitno (2005:2), tugas-tugas
pokok dari seorang
pramuwisata diantaranya me-ngarahkan sebuah tur, mem-bawa wisatawan mendapatkan pengalaman-pengalaman selama tur, dan memberikan
informasi tentang segala
sesuatu yang dibutuhkan
wisatawan. Secara umum
Rachman (2013:24-25)
membagi tugas-tugas pramu-wisata yang mencakup tugas
dalam kantor, pelayanan
regular tur, tugas picking up
dan dropping-off services, dan tugas antar jemput wisatawan.
Dalam industri pariwisata,
macam yaitu pramuwisata
umum (general guide) dan
pramuwisata khusus (special
guide). Pramuwisata umum biasanya bekerja pada biro
perjalanan (travel agent) dan
dia bisa berstatus karyawan
(payroll guide) atau honorer
(freelance guide). Sedangkan pramuwisata khusus biasanya beroperasi pada daya tarik
wisata tertentu seperti
museum, candi, dan daya tarik wisata lai nnya (Rachman dkk, 2013: 19).
Level brand recall cukup
baik mengingat pada tahun
2014, logo branding Wonderful
Indonesia telah mengalami sedikit perubahan (reposisi)
pada logotype dan
logo-gramnya. Pesona Indonesia
bahkan merupakan branding
baru untuk memromosikan
pariwisata nusantara yang juga baru dirilis pada tahun 2014.
Meski hasil survei
menunjukkan hal yang positif,
yaitu masih di atas brand
unaware (tidak mengenali
brand) dan brand recognition
(dapat mengenali brand
dengan bantuan tertentu),
sangat disayangkan level
brand awareness pramuwisata Provinsi DIY tidak berada pada
area top of mind atau yang
paling populer dalam ingatan. Idealnya, setiap pramuwisata yang bekerja di Provinsi DIY
menempatkan Wonderful
Indonesia dan Pesona
Indonesia dalam level top of
mind. Ketika branding tersebut
berada pada level top of mind,
pramuwisata dapat
men-jalankan fungsi marketing
dengan mempromosikan
branding tersebut kepada wisatawan dalam keseharian
maupun dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan pekerjaan
pro-fesionalnya.
Tingkatan brand a
ware-ness pramuwisata Provinsi DIY
berada pada skor 2.663 level
ketiga piramida brand
awareness yaitu brand recall, yang berarti mampu mengenali
branding tanpa bantuan
stimulus tertentu. Sebagai
salah satu profesi yang
bersentuhan langsung dengan wisatawan, idealnya tingkat
brand awareness pramuwisata Provinsi DIY berada pada
tingkat tertinggi brand
awareness yaitu top of mind.
Diperlukan usaha-usaha
strategis untuk
memaksimal-kan tingkat brand awareness
para pramuwisata baik yang berkerja di wilayah Provinsi DIY maupun di daerah lain di Indonesia. Hal penting yang
harus dilakukan adalah
melakukan sosialisasi
me-ngenai branding terhadap para
pramuwisata, sehingga
pe-mahaman terhadap
pen-tingnya branding menjadi lebih
baik. Promosi yang dilakukan
Rakhman Priyatmoko: Tingkat Kesadaran Pramuwisata Terhadap Branding 97
Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia: Strategi Pemasaran Destinasi Pariwisata halaman: 83-102
supaya berkunjung ke
Indonesia harus diimbangi
dengan sosialisasi branding
terhadap para pemangku
kepentingan bidang pariwisata
termasuk di dalamnya
pramuwisata Indonesia. Upaya sosialisasi membutuhkan ko-ordinasi yang baik di level pusat dan daerah, karena sebagai pemegang kewenang-an di daerah, pemerintah
kabupaten/kota di
daerah-daerah seluruh Indonesia juga
ingin mengangkat branding
lokal yang merepresentasikan keunggulan produk pariwisata daerahnya.
SIMPULAN
Persepsi pramuwisata
terhadap branding Wonderful
Indonesia dan Pesona Indonesia, belum sepenuhnya
dipahami secara baik.
Terdapat 31,25% pramuwisata
belum mengetahui bahwa
Indonesia memiliki branding
pariwisata. 48,75%
pramu-wisata menyatakan belum
mengetahui branding promosi
pariwisata mancanegara, dan
42,50% pramuwisata tidak
mengetahui adanya branding
pariwisata nusantara. Hal ini
berarti pramuwisata belum
mampu mengenali branding
Wonderful Indonesia dan
Pesona Indonesia secara
maksimal, sehingga mereka tidak dapat menjadi mediator
untuk pemasaran destinasi
pariwisata. Kondisi ini perlu
mendapat perhatian dari
pemerintah dalam proses
penetapan tenaga
pramu-wisata. Pramuwisata harus
memenuhi standar kompetensi (pengetahuan, keahlian dan sikap) sebagai pramuwisata
yang memahami tentang
branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, melalui
sosialisasi atau bimtek
kepramuwisataan. Peningkatan kompetensi pramuwisata ini sekaligus merupakan modal yang kuat untuk mendukung strategi pemasaran destinasi pariwisata Indonesia.
Penelitian ini hanya
mengukur tingkatan brand
awareness pramuwisata dan belum menggali lebih jauh
faktor-faktor yang secara
langsung memengaruhi tingkat
brand awareness tersebut. Penelitian ini lebih bersifat praktis ketimbang akademis, karena hasil yang dicapai antara lain, sebagai referensi
penyusunan kebijakan
pengembangan kepariwisataan
di Indonesia. Kedepannya
perlu dilakukan kajian-kajian lain seperti pengukuran tingkat
brand equity (ekuitas merek)
Wonderful Indonesia dan
Pesona Indonesia, atau
penelitian yang menguji
hubungan brand awareness
atau brand equity dengan
variabel lain seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan
tingkatan kualifikasi kom-petensi pramuwisata sehingga
dapat diketahui
variable-variabel lain yang
me-mengaruhi tingkat brand
awareness pramuwisata Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Buku Andrologi, Febrian (2014). Analisis Pengaruh Brand Image dan Brand Awareness Terhadap Brand Loyalty dan Dampaknya Terhadap Brand Equity. Skripsi, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Arikunto, Suharsini (2013).
Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta.
Durianto Darmadi, Sugiarto,
Sitinjak Tony (2001).
Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Maulana, Addin (2014). “Tinjauan Kesadara Merek Pariwisata Indonesia Wonderful Indonesia”. Bulletin Penelitian Destinasi Pariwisata Vol.1: 133-144.
Rachman Arief, Hutagalung Husen, Silano Patrick
(2013). Pemandu
Wisata, Teori dan Praktik, City Sight
Seeing, Excursion dan Overland Tour, Media
Bangsa Penerbit,
Jakarta.
Rangkuti, Freddy (2009). The
Power of Brand: Teknik Mengelola Brand Equity
dan Strategi Pengembangan Merek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono (2015). Statistika untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung. Suyitno (2005). Pemanduan
Wisata (Tour Guiding),
Graha Ilmu, Yogyakarta. Perundang-Undangan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor