• Tidak ada hasil yang ditemukan

REMAJA. Daffa Nur Adli. Diterbitkan secara mandiri. melalui nulisbuku.com. Bandel Boleh Bego Jangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REMAJA. Daffa Nur Adli. Diterbitkan secara mandiri. melalui nulisbuku.com. Bandel Boleh Bego Jangan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

REMAJA

Bandel Boleh Bego Jangan

Daffa Nur Adli

Diterbitkan secara mandiri melalui nulisbuku.com

(2)

Manusiawinya

Manusiawinya, seseorang akan berlatih keras sebelum perlombaan. Itu benar, gua dan tim futsal berlatih keras sebelum menuju perlombaan di Bulan Desember nanti. Semua pemain berlatih keras untuk bisa mendapatkan tempat ditim utama (tim A) ataupun ditim kedua (tim B). Memang, tak mudah mendapatkan tempat ditim A ataupun tim B. Semua pemain jelas berminat mendapatkan tempat. Termasuk gua, gua gak pernah mendapatkan tempat ditim futsal selama eman tahun di SD, bahkan dipanggil untuk seleksi pun gak pernah. Karena termotivasi kalimat “Proses baik menghasilkan hasil yang baik” dan history SD, gua pun berlatih keras agar mendapatkan tempat di tim dan mewakili sekolah diperlombaan.

Dalam seminggu, latihan dan seleksinya hanya tiga kali. Jelas ini terasa sedikit untuk suatu tim yang akan menghadapi perlombaan, “Bapak mau, kalian yang nantinya terpilih masuk tim, latihannya ditambah jadi empat kali seminggu. Tempat latihan seperti biasa di lapangan sekolah ini.” Ujar Pak Hendra seusai latihan.

“Bapak mau yang terpilih nanti dijaga pola makan dan tidurnya. Ulah maen cewe wae.” Lanjut Pak Hendra sambil nyengir.

(3)

Penyeleksian berjalan ketat layaknya baju cabe-cabean, gua rasa Pak Hendra tak mau salah dalam memilih pemain. Terlihat dari gaya berdirinya dengan kedua tangannya memegang pinggang dan membentuk segitiga ditambah tatapannya yang tak lepas melihat anak didiknya berlatih.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Penyeleksian selama dua bulan ini selesai. Pak Hendra pun sepertinya sudah mendapatkan nama-nama untuk dimasukkan ke dalam tim, “Masih harus ada yang direvisi dari permainan kalian, tetapi bapak sudah mendapatkan nama-namanya. Revisinya akan diperbaiki nanti saat nama-namanya telah berkumpul. Nama-namanya akan bapak sampaikan dulu ke kepala sekolah, baru bapak sampaikan ke kalian. Mungkin latihan berikutnya.”

Apalah gua yang ingin masuk tim hanya bisa berdoa dan bekerja keras. Harap-harap cemas gua saat di rumah ketika memikirkan tim futsal. Gua hampir gak bisa tidur nyenyak saat semalam sebelum latihan selanjutnya. “Apa nama gua ada ditim?” Pertanyaan besar dalam pikiran gua semalam sebelum latihan selanjutnya.

Beranjak ke hari Minggu, hari yang cukup mendebarkan. Hari yang menjawab pertanyaan besar semalam. Berharap-harap cemas mengiringi langkah gua menuju tempat latihan, yaitu lapangan sekolah.

Sesampainya di lapangan sekolah, gua gak langsung main, tetapi gua masuk ke kelas terlebih dahulu

(4)

untuk menenangkan diri dengan mendengarkan musik. Musik yang gua putar, tak di biarkan begitu saja, gua memutar musik meggunakan earphone yang gua bawa. Bibir gua pun ikut menyanyikan lagu yang gua putar, dengan suara kecil. Tak lama kemudian, datanglah si Bani. “Wesh tumben udah dateng, biasanya telat.” Sapa Bani, lalu ia menuju kaca untuk mengaca sok ganteng.

“Ada juga elu yang sering telat.” Jawab gua. Bani tak menjawab.

“Ih gua ganteng ya, Dap.” Tiba-tiba Bani merasa ganteng.

Hening sejenak.

“Iya deh ganteng, kayak bopak.” Jawab gua sambil melepas earphone dan hendak ganti baju.

Tiba-tiba Bani sewot, “Eh, eh, eehh, jangan homo lu buka baju disini!”

“Eh, dongo. Kita mau latihan futsal. Liat sekarang udah jam berapa, tuh,” ucap gua sambil menunjuk kearah jam. “Lu ngapain masih ngaca aja? Bukannya siap-siap.”

Iya, Bani lupa belom ganti baju untuk futsal. Mukanya melas setelah mendengar jawaban gua. Kemudian ia langsung bergegas ganti baju dan memakai perlengkapan futsalnya.

Pukul delapan pagi semua pemain yang latihan beranjak ke lapangan.

(5)

“Ya, tolong main yang baik, jangan ada yang saling menciderai, karena perlombaan sudah dekat. Bapak gak mau ada pemain bapak nanti yang cidera sebelum lomba dimulai,” ucap Pak Hendra sebelum latihan.

“Yaudah, yuk kita berdoa dulu. Berdoa, dimulai…” Lanjut Pak Hendra.

Latihan pun dimulai. Seperti biasa, posi pertama latihan adalah pemanasan otot, dilanjut dengan fisik, pola permainan, game, dan diakhiri dengan pendinginan, revisi, obrolan canda tawa, dan yang paling di tunggu-tunggu dihari ini, penyampaian nama-nama yang mendapatkan tempat di tim A ataupun B.

Terlihat dari wajah-wajah pemain yang berlatih dihari ini, mupeng tingkat tinggi namanya disebutkan oleh Pak Hendra.

Pak Hendra mengeluarkan kertas dari tasnya dan siap membacakan……

“YESS!!!” Ucap gua dalam hati setelah Pak Hendra menyebutkan nama gua di tim A.

Gua, Ahmad, Adhi, Usamah, Sena, dan ditambah dengan kakak kelas masuk dalam tim A. Sedangkan Bani masuk ke tim B dengan yang lainnya dari anak satu angkatan dan adik kelas.

“Yang gak terpilih jangan merasa gak terpilih terus gak mau latihan lagi selanjutnya, jangaan. Dan yang terpilih, jangan sombong. Buatlah bangga orang-orang

(6)

yang sudah mempercayai kalian diperlombaan.” Ucap Pak Hendra.

“Tepuk tangan untuk kita semua…” Tutup Pak Hendra.

Akhirnya, mimpi gua dari SD terwujud di SMP. Doa dan kerja keras gua gak sia-sia. Dan karena kedua hal itu pun yang membuat nama gua tercantum dalam tim. Begitu indah dirasakan, pertama kali masuk tim futsal untuk mewakili sekolah ke perlombaan.

* * * * *

13-12-2014 06.34 WIB

Hari ini adalah hari pertama gua ikut pertandingan futsal, bukan sepakbola. Memang, begitu menegangkan. Tapi mau gak mau gua harus cepat menghilangkan ketegangan yang ada didalam diri gua ini.

Tim A berangkat bareng tim B memakai mobil sekolah menuju tempat pertandingan, GOR Bogor. Musik dan obrolan di dalam mobil jadi suasana yang sangat terasa saat di perjalanan. Memang bagus sih untuk menghilangkan ketegangan. Sesampainya, semua pemain langsung menemui Pak Hendra yang terlihat menunggu kedatangan tim di mushola, “Yuk kita kumpul dulu.”

(7)

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” Pak Hendra berucap.

Semua pemain menjawab serentak.

“Ya, hari ini hari pertama pertandingan. Semua sehat kan, kan? Baik, yang main pertama nanti adalah tim B jam sebelas. Dilanjut tim A jam setengah dua nya. Bapak berharapnya sih kalian bermian lepas tanpa beban. Keluarkan semua kemampuan yang kalian punya, jangan ragu. Bapak yakin kalian bisa tuntasin pertandingan hari ini.” Ucap Pak Hendra.

Waktu menunjukan pukul sepuluh. Para pemain tim B sedang berganti pakaian sebelum pemanasan di bawah panasnya terik matahari. Tak lama kemudian, para pemain melakukan pemanasan di tempat kosong sebelum masuk ke dalam GOR. Pada saat itu sinar matahari terasa sangat panas, tak terbayang bagaimana jika gua berada ditim B. Pemanasan yang padahal udah panas. Panas.

“PRIIIIIIIIITTT………!!!!!”

Pertandingan antara tim B sekolah gua melawan salah satu sekolah di daerah timur Bogor, entah apa namanya. Di awal pertandingan, jelas terlihat kedua tim menunggunakan tempo rendah. Kedua tim saling menunggu, menunggu kehadiranmu disini. GAK. Maksudnya menunggu lawannya menyerang. Memasuki menit ke tujuh, sedikit demi sedikit kedua tim meningkatkan tempo pertandingan dengan melakukan serangan-serangan yang cukup berbahaya bagi keselamatan akhirat. Eh. Keselamatan gawang

(8)

maksudnya. Waktu lima belas menit di babak pertama pun habis, tak ada gol yang tercipta. Penonton pun terlihat bosan.

Memasuki babak kedua. Penonton yang awalnya terlihat bosan, tiba-tiba dikagetkan dengan permainan cepat dan tempo pertandingan tinggi dari kedua tim. Jual beli serangan dilakukan kedua tim di awal babak kedua ini. Apa pertandingan ini akan berakhir tanpa gol? Semua orang gak tau. Waktu pun masih tersisa sekitar delapan menit lagi. Kedua tim semakin menggilakan serangannya untuk mendapatkan gol dan pulang dengan kemenangan.

“HANDS!!” Teriak penonton ketika bola terlihat mengenai tangan Bani di kotak penalti.

Wasit pun menganggap benar bahwa bola mengenai tangan dengan meniup peluitnya dan menunjuk kearah titik putih.

Iya, tim B gua dapat hukuman penalti setelah bola mengenai tangan Bani di kotak penalti. Dika, adalah penjaga gawang tim B sekolah gua akan menghadapi tendangan penalti dari lawan. Jelas, supporter sekolah gua berharap Dika bisa menggagalkan penalti ini. Seketika GOR menjadi hening dan seluruh pasang mata hanya tertuju pada bola dan pemain yang akan menendang. Pemain yang akan menendang maju menuju titik putih dengan membawa bola, lalu diletakkan lah bola di titik putih. Ia mundur, dan dari wajahnya terlihat sudah sangat siap untuk menendang.

(9)

“Aaaaaaaaaahhhhhhh………” Sesal para penonton setelah penalti tadi tak berbuah gol.

Tim B sekolah gua pun langsung merespon gagalnya penalti tadi dengan melakukan serangan balik yang gila disisa waktu yang ada. Tim B sekolah gua membombardir pertahanan tim lawan tanpa ampun.

GOOOOOOOOOOOOOOOOOLLLLL!!!!! Hasil tak menghianati proses. GOR seketika pecah dengan datangnya gol di menit-menit akhir ini. Cerdik, semua pemain tim B sekolah gua melakukan selebrasi sampe berlama-lama, buang-buang waktu agar pertandingan berakhir cepat dan pulang dengan kemenangan.

Waktu memang tak lama lagi akan berakhir. Pemain tim B sekolah gua pun hanya membuang bola sejauh mungkin dari gawang. Wasit pun telah melirik-lirik kearah jam yang ia pakai.

“PRIT, PRIT, PRIIIIIIIIIIIIIIIIIIITTT!!!” Pertandingan akhirnya usai.

Para pemain tim B dan Pak Hendra terlihat sangat senang dengan hasil ini. Termasuk para supporter sekolah gua, para pemain tim A yang menonton, dan para guru ikut senang dan melakukan standing applause atas kerja keras para pemain tim B.

Setelah itu, para pemain tim B keluar GOR dengan wajah senang tak terkira. Langsung aja Pak

(10)

Hendra menempati tempat yang adem untuk pendinginan otot sekalian revisi dan ngobrol-ngobrol.

Pak Hendra tepuk tangan, “Bapak bangga dengan

fight kalian. Kalian benar-benar membanggakan. Bapak

harap kalian konsisten dengan performa kalian. Satu lagi, revisinya, kalian masih sedikit ceroboh ketika memainkan bola di daerah sendiri.”

Kesalahan demi kesalahan direvisi dan diperbaiki saat latihan. Pak Hendra benar-benar serius memperbaiki segala kesalahan-kesalahan di tim A, maupun tim B. Semua pemain pun mendukung keseriusan Pak Hendra dengan kesungguhan memperbaiki segala kesalahan yang telah dibuat dalam pertandingan.

Tetapi apa daya, tim B sekolah gua gak lolos dari grup setelah menerima hasil buruk setelah kemenangan dihari pertama. Sekali kalah dan sekali imbang. Mengumpulkan empat poin di grup ternyata masih belom cukup untuk membuat tim B lolos dari grup. Mau gak mau, tim B pun menyudahi perlombaan dengan cepat. Dengan begitu, seluruh kepercayaan pun mulai berpindah ke tim A yang lolos dari grup dan sudah lolos juga dari babak tiga puluh dua besar.

Seluruh kepercayaan pindah ke tim A. Karena tim A lah yang tersisa mewakili sekolah gua di perlombaan futsal ini, lolos grup sebagai pemuncak, dan lolos dari babak tiga puluh dua besar dengan mudah. Tetapi, petaka mulai datang ketika dibabak enam belas besar, tim A tak mampu memenangkan pertandingan lewat dua babak.

(11)

Artinya, ada sedikit penurunan performa dari tim A. Tetapi, tim A sekolah gua terbilang beruntung bisa lolos enam belas besar lewat babak adu penalti.

Tibalah di suatu hari, hari pertandingan delapan besar. Lawan tim A sekolah gua ini cukup berat, adalah salah satu sekolah dari Cibinong yang menjadi runner-up diperlombaan ini tahun lalu.

“Lawan kita memang berat, tetapi bukan artinya kita gak bisa. Kita pasti bisa. Intinya kita tenang saat bermain nanti. Kita bisa!” Pak Hendra serius menatap pertandingan ini.

Dua puluh menit lagi pertandingan dimulai. Seluruh pemain tim A sedang melakukan pemanasan untuk pertandingan ini. Pak Hendra serius memikirkan segala taktik tim. Termasuk pemain, semua pemain pun serius dalam pemansan dan terlihat tak mau kalah dengan lawan. Karena para pemain berpikir bahwa sebagus-bagusnya history, tetap saja history bukan segala-galanya.

“Yuk, kumpul!!” Pak Hendra menginstruksi. Semua pemain pun langsung menghentikan pemanasan dan bersegera berkumpul.

“Ya, ingat, bermain lepas tanpa beban. Jangan pikirin dia pernah juara dua disini, dia tim bagus, dia sempurna, jangan. Pokoknya kita harus bermain lepas dan keluarkanlah semua kemampuan kalian di lapangan. Oke?” Ucap Pak Hendra.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan kemampuan guru dalam mengelolah dan mengendalikan penerapan media gambar pada pembelajaran tema kesehatan organ pernapasan manusia siswa kelas V SD

Lomba Pembuatan Film Dokumenter Bidang Lingkungan Hidup ( tema bebas) untuk siswa SMA,SMK dan MA di Kabupaten Sleman1. Tempat dan

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang diterima secara lengkap, benar dan jelas serta telah memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Kontrak dan

Alasan-alasan tersebut dapat memberikan jawaban bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya tindakan tidak aman diantaranya (1) manajemen dalam hal peraturan dan

Aplikasi “Electronic Calendar Diary Book” yang dapat diimplementasikan pada komputer dengan menggunakan database local sebagai media penyimapan sangat bermanfaat untuk kaum

Dalam analisis sidik lintas yang dilakukan, bobot kering akar memiliki nilai pengaruh tidak langsung (0,354) terhadap bobot biji melalui bobot dompolan (head) lebih kecil

Culture Shock dapat membawa berbagai dampak terhadap setiap individu, dengan adanya penjelasan mengenai latar belakang yang telah diuraikan panjang lebar diatas, penulis

Sebaliknya, budget yang tidak efektif akan mendorong dysfunctional behavior, karena budget dikaitkan dengan pemberian reward atas pencapaian kinerja, seringkali manajer