• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani NIP"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan Tahun

2009 disusun sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan

Program Revitalisasi Perkebunan di Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam

mendukung tertib administrasi dan teknis.

Pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan telah memasuki tahun ke

III, dalam mendukung perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman

kelapa sawit, karet dan kakao melalui pola kemitraan dan non kemitraan

(indivdual). Pada akhri tahun 2008 ini pelaksaan program revbun telah

mendapat dukungan dari 14 bank pemerintah maupun swasta.

Pelaksanaan program revbun ini diharapkan sebagai percepatan

pelaksanaan pengembangan perkebunan, terbukanya wilayah-wilayah

pengembangan baru mendukung peningkatan kesejahteraan petani

khsusnya petani perkebunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah

dimaksud. Semoga pedoman ini dapat digunakan oleh sktaholder terkait

untuk mempercepat pelaksanaan program revitalisais perkebuan.

Jakarta, Desember 2009

Direktur Jenderal Perkebunan,

Achmad Mangga Barani

NIP. 19490612 197503 1 001

(2)
(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

I.

PENDAHULUAN

1

1.

Latar Belakang

1

2.

Tujuan

3

II.

PELAKSANAAN KEGIATAN

4

1. Ruang Lingkup

4

2. Pelaksana Kegiatan

6

3. Lokasi Kegiatan

6

4. Target Pengembangan

10

III.

PEMBIAYAAN KEGIATAN

12

IV.

PENGENDALIAN, MONITORING DAN

13

PELAPORAN

1.

Pemeriksaan

13

2. Monitoring Evaluasi

13

3. Pelaporan

13

(4)

PEDOMAN

PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2010

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

(KELAPA SAWIT, KARET DAN KAKAO)

Direktorat Jenderal Perkebunan

DEPARTEMEN PERTANIAN

(5)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Program Revitalisasi Perkebunan adalah upaya percepatan. pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan dibidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil.

Pilihan komoditi kelapa sawit, karet dan kakao dalam Program Revitalisasi Perkebunan didasarkan beberapa pertimbangan, antara lain : (1) komoditi yang dikembangkan mempunyai peranan yang sangat strategis sebagai sumber pendapatan masyarakat, (2) komoditi yang dikembangkan mempunyai prospek pasar, baik pasar dalam negeri maupun ekspor, (3) mampu menyerap tenaga kerja baru, serta (4) mempunyai peranan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Dari data yang ada menunjukkan bahwa pada tahun 2005 pengembangan 3 komoditi ini mampu menyerap tenaga kerja yang besar, yaitu pengembangan tanaman kelapa sawit 2,7 juta kepala keluarga (KK), pengembangan tanaman karet 1,4 juta kepala keluarga (KK) dan pengembangan tanaman kakao 500 ribu kepala keluarga (KK). Disamping itu, dari total ekspor komoditi perkebunan yang memberikan nilai sebesar US$ 10,9 milyar, sekitar 70% berasal dari ekspor komoditas kelapa sawit, karet dan kakao. Prospek pasar ketiga komoditas tersebut sangat cerah, baik untuk pasar ekspor maupun dalam negeri. Upaya untuk mengembangkan 3 komoditi tersebut tentunya akan dapat meningkatkan peran penting komoditi

(6)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

2

tersebut dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja maupun penerimaan devisa ekspor.

Upaya pengembangan komoditas perkebunan dihadapkan pada berbagai kendala, antara lain : (1) produktivitas tanaman yang rendah dibawah potensi normal, karena banyak tanaman tua dan rusak dengan bahan tanaman asalan, (2) industri hilir di dalam negeri yang kurang berkembang, sehingga ekspor dalam bentuk produk primer, (3) tidak tersedia lagi pendanaan khusus untuk perkebunan, serta (4) adanya berbagai kebijakan yang kurang mendukung pembangunan perkebunan, seperti diberlakukannya berbagai pungutan yang memberatkan iklim investasi. Kendala-kendala tersebut tentunya perlu diupayakan secara terpadu melalui berbagai kegiatan yang terkait.

Landasan hukum pengembangan perkebunan melalui program Revitalisasi Perkebunan adalah:

a. Peraturan Menteri Petanian Nomor 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan;

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 117/PMK.06/2006 tentang Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan;

c. Perjanjian Kerjasama Pendanaan antara Menteri Keuangan/Dirjen Perbendaharaan dengan16Bank Pelaksana (PT Bank Rakyat Indonesia, PT Bank Mandiri, PT BUKOPIN, PT BNI, PT BPD Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan, BPD Sumatera Barat/Bank Nagari, BPD Riau, BPD NAD, BPD Papua, PT Bank Niaga, PT Bank Agro, Bank Mega, Bank Artha Graha, PT BII, dan BPD Kalimantan Timur,).

(7)

2. Tujuan

Tujuan Program Revitalisasi Perkebunan adalah :

a. Meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui pengembangan perkebunan.

b. Meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan pengembangan industri hilir berbasis perkebunan.

c. Meningkatkan penguasaan ekonomi nasional dengan mengikutsertakan masyarakat dan pengusaha lokal.

d. Mendukung pengembangan wilayah

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan di atas, maka Ditjen Perkebunan telah mengalokasikan Kegiatan pendukung melalui biaya APBN, yang meliputi kegiatan berikut ini :

a. Kabupaten bertujuan untuk pembinaan dan pengawalan pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan dimasing-masing kabupaten.

b. Dana Dekonsentrasi

Dana Dekonsentrasi dialokasikan untuk :

• koordinasi, sinkronisasi dan pengawalan ditingkat provinsi;

• Biaya honor dan operasional TKP an PLP-TKP;

• Biaya rehabilitasi bangunan untuk mendukung Program Revitalisasi Perkebunan.

(8)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

4

II. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Ruang Lingkup

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Program Revitalisasi Perkebunan, Pemerintah telah mengalokasikan pendanaan melalui dana APBN untuk kegiatan Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam Pengawalan Pelaksanaan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi mendukung Program Revitalisasi Perkebunan (Kelapa Sawit, Karet dan Kakao), sebagai berikut :

a. Pusat

Kegiatan Pengawalan oleh Pusat meliputi :

(1) Penyiapan, penyusunan dan pembahasan pedoman standar teknis berikut penggandaannya.

(2) Penyelenggaraan pertemuan koordinasi oleh Tim Koordinasi Nasional, pertemuan koordinasi pelaksanaan program yang menghadirkan seluruh pelaku terkait (Pusat/Provinsi/Kabupaten, lembaga penelitian, lembaga pembiayaan, instansi terkait di Pusat serta mitra kerja)

(3) Kunjungan lapang dalam rangka pembinaan, koordinasi program revitalisasi perkebunan ke provinsi, pengawalan pelaksanaan kegiatan baik di tingkat provinsi dan kabupaten, pelaksanaan evaluasi serta fasilitasi pendampingan dalam rangka pengawalan secara teknis untuk penerapan teknologi.

(4) Penyediaan dukungan sarana pengolah data dan administrasi seperti komputer dan printer, ATK/bahan komputer, fotocopy, pengiriman surat dan lain-lainnya.

(9)

b. Provinsi

Kegiatan Pengawalan oleh Provinsi meliputi :

(1) Penyiapan, penyusunan dan pembahasan petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) berikut penggandaannya.

(2) Penyelenggaraan pertemuan koordinasi pelaksanaan program yang menghadirkan seluruh pelaku terkait di tingkat provinsi (Nara sumber Pusat, lembaga penelitian, lembaga pembiayaan, instansi terkait di Provinsi, Kabupaten serta mitra kerja)

(3) Kunjungan lapang dalam rangka mensosialisasikan program revitalisasi perkebunan ke kabupaten, pengawalan pelaksanaan kegiatan baik di tingkat kabupaten dan kecamatan, pelaksanaan evaluasi serta dalam rangka konsultasi/koordinasi ke Pusat.

(4) Penyediaan dukungan administrasi seperti fotocopy, pengiriman surat dan lain-lainnya.

(5) Penyusunan dan pembahasan laporan akhir.

(6) Rehabilitasi Bangunan dalam rangka mendukung Program Revitalisasi Perkebunan.

c. Kabupaten

Kegiatan Pengawalan oleh Kabupaten meliputi :

(1) Penyiapan, penyusunan dan pembahasan petunjuk teknis (JUKNIS) berikut penggandaannya.

(2) Penyelenggaraan pertemuan koordinasi pelaksanaan program yang menghadirkan seluruh pelaku terkait di tingkat kabupaten (Nara sumber Pusat/lembaga penelitian, lembaga pembiayaan, instansi terkait di Kabupaten, mitra kerja).

(10)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

6

(3) Kunjungan lapang dalam rangka pengawalan pelaksanaan kegiatan baik di tingkat kecamatan dan desa, dalam rangka konsultasi/koordinasi ke Provinsi dan Pusat, serta dukungan pelaksanaan seleksi calon petani calon kebun/lahan (CP/CL).

(4) Penyediaan dukungan administrasi seperti fotocopy, pengiriman surat dan lain-lainnya.

(5) Penyusunan dan pembahasan laporan akhir.

2. Pelaksana Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan Program Revitalisasi Perkebunan ditingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari Tim Teknis dan Tim Koordinasi. Di Tingkat Pusat disamping Tim tersebut kegiatan Program Revitalisasi ini juga berkoordinasi dengan TP3P (ditingkat Provinsi) dan TP3K (ditingkat Kabupaten).

3. Lokasi Kegiatan

Lokasi Kegiatan Tugas Pembantuan Kabupaten dalam rangka pengawalan dan pelaksanaan program Revitalisasi Perkebunan terdapat di 27 provinsi, 133 kabupaten dengan rincian pada tabel sebagai berikut :

(11)

Tabel 1. Lokasi Rencana Persiapan, Pembinaan dan Pengawalan Program Revitalisasi Perkebunan Tahun 2010

No Provinsi Kabupaten Areal (Ha)

1 NAD 1 Aceh Timur 1.000 2 Nagan Raya 1.000 3 Aceh Singkil 1.000 2 Sumut 4 Langkat 500 5 Asahan 500 6 Tapanuli Selatan 500 7 Mandailing Natal 17.700 8 Labuhan Batu 500 9 Nias 500 3 Sumbar 10 Pesisir Selatan 7.438 11 Pasaman 500 12 Sawah Lunto 250 13 Pariaman 500 14 Pasaman Barat 500 15 Solok Selatan 500 4 Riau 16 Rokan Hulu 500 17 Pelalawan 500 5 Jambi 18 Muaro Jambi 1.683 19 Batanghari 500 20 Tebo 1.200 21 Bungo 500 22 Sarolangun 500

23 Tanjung Jabung Barat 500

24 Tanjung Jabung Timur 500

(12)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

8

No Provinsi Kabupaten Areal (Ha)

6 Babel 26 Bangka

500

27 Belitung

500

28 Belitung Timur

500

7 Sumsel 29 Musi Banyuasin

2.000

30 Banyuasin

1.000

31 OKU Timur

500

32 Ogan Ilir

1.000

33 OKI

1.000

34 Muara Enim

1.500

35 Musi Rawas

1.000

8 Lampung 36 Tulang Bawang

500

37 Lampung Tengah

500

38 Lampung Selatan

500

9 Bengkulu 39 Bengkulu Utara 1.000 40 Bengkulu Selatan 1.000 41 Seluma 1.000 42 Kaur 1.000 10 Banten 43 Pandeglang 500 11 Jabar 44 Cianjur 500 45 Garut 500 12 Jatim 46 Blitar 500 13 Kalbar 47 Kapuas Hulu 1.250 48 Sintang 2.819 49 Sekadau 1.000 50 Ketapang 2.500

(13)

No Provinsi Kabupaten Areal (Ha) 51 Sanggau 1.250 52 Sambas 1.000 14 Kalteng 53 Kotawaringin Barat 1.000 54 Kotawaringin Timur 1.000 55 Seruyan 1.000 56 Lamandau 1.000 57 Sukamara 1.000 58 Katingan 1.000 59 Kapuas 500 60 Barito Selatan 1.000 61 Barito Utara 1.000 62 Barito Timur 1.000 63 Gunung Mas 1.000 64 Pulang Pisau 500 65 Murung Raya 1.000

66 Kota Palangka Raya 1.000

15 Kalsel 67 Balangan 500 68 Tapin 1.000 69 HSS 500 70 HST 500 71 Kota Baru 2.000 16 Kaltim 73 Berau 1.600 74 Pasir 8.784 75 Kutai Timur 8.784 76 Nunukan 1.000 17 Sulut 77 Bolmong 500

(14)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

10

No Provinsi Kabupaten Areal (Ha)

18 Sulteng 78 Parigi 500 79 Poso 500 80 Buol 1.000 19 Sulsel 81 Luwu Utara 500 82 Pinrang 500 83 Enrekang 500 84 Sinjai 500 20 Sultra 85 Konawe Utara 2.000 86 Kolaka 500 21 Maluku 87 Maluku Tengah 300 22 Papua 88 Jayapura 500 89 Keerom 500 23 Papua Barat 90 Manokwari 500 91 Sorong 2.000 24 Malut 92 Halmahera Barat 500 4. Target Pengembangan

Kegiatan penanaman pada pengembangan Revitalisasi Perkebunan direncanakan dilaksanakan mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Target pengembangan program revitalisasi perkebunan adalah seperti tabel 2 berikut.

(15)

Tabel 2. Target Program Revitalisasi Perkebunan Tahun 2009 (Ha)

No Tanaman Kegiatan 2009

1. Kelapa sawit Perluasan 120.000

Peremajaan 5.000 2. Karet Perluasan 0.000 Peremajaan 10.000 3. Kakao Perluasan 31.900 Peremajaan 20.000 Rehabilitasi 60.000 Intensifikasi 65.000 Jumlah Perluasan 151.900 Peremajaan 35.000 Rehabilitasi 60.000 Intensifikasi 65.0000 TOTAL 331.900

Target yang tercantum pada tabel diatas merupakan proyeksi dari dukungan dana dari perbankan dimana sampai dengan saat ini telah disepakati oleh 16 Bank untuk menyediakan dana sebesar Rp 38,4 tiliyun dengan proyeksi sampai dengan tahun 2009 telah disepakati penyaluran pembiayaan sebesar Rp 5,04 triliyun.

(16)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

12

III. PEMBIAYAAN KEGIATAN

Pada tahun 2010 terdapat dua kegiatan yaitu :

1. Kegiatan pembinaan, pengawalan, koordinasi dan sosialisasi yang terkait dengan Program Revitalisasi Perkebunan pada tahun 2010 merupakan fasilitasi dari pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten untuk meningkatkan peran aktif instansi terkait, petani dan perbankan dalam pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan bersumber dari :

a. Kegiatan Pengawalan dan penilaian kebun oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten bersumber dari dana APBN.

b. Kegiatan Provinsi dan Kabupaten yang memerlukan sharing dari APBD Provinsi dan Kabupaten.

2. Kegiatan Lapangan seperti penanaman dan pemeliharaan tanaman bersumber dari kredit perbankan.

3. Kegiatan rehabilitasi bangunan di 13 Kabupaten sebanyak 13 unit, (satu unit per kabupaten) dari dana APBN.

(17)

IV. PENGENDALIAN, MONITORING DAN PELAPORAN

1. Pemeriksaan

Melalui fasilitasi pembiayaan dari APBN Menteri Keuangan dan / atau Menteri Pertanian, sewaktu-waktu dapat melakukan pemeriksaan atas realisasi penyaluran dan penggunaan pinjaman pendanaan Kredit Pengembangan Tanaman Revitalisasi Perkebunan oleh Mitra usaha, Bank Pelaksana dan individu petani peserta. Dalam melaksanakan pemeriksaan Menteri Keuangan dan / atau Menteri Pertanian dapat meminta bantuan aparat fungsional pemeriksa internal atau eksternal.

2. Monitoring dan Evaluasi

a. Pemantauan/monitoring dilakukan terhadap penggunaan dana APBN untuk pengawalan dan pembinaan pembangunan kebun, penyaluran kredit, dan pemanfaatannya secara berjenjang mulai dari Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.

b. Kegiatan monitoring ini dilakukan oleh Tim Pembinaan

Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat secara berkala (maksimal setiap 3 bulan).

3. Pelaporan

a. Pelaksana tugas menyampaikan laporan bulanan penggunaan dana APBN dalam rangka memfasilitasi penyaluran kredit Program Revitalisasi Perkebunan kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Menteri Pertanian cq. Direktur Jenderal Perkebunan dan

(18)

Pedoman Umum Program Revitalisasi Perkebunan: kelapa sawit, karet, kakao

14

Kepala Pusat Pembiayaan dengan tembusan kepada Menteri Koodinator Bidang Perekonomian, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua BAPPENAS, Gubernur, Bupati/Walikota terkait paling lambat tanggal 25 bulan berikutnya;

b. Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan menyampaikan laporan triwulan mengenai perkembangan penggunaan dana APBN dalam pembangunan fisik di wilayahnya kepada Direktur Jenderal Perkebunan dengan tembusan kepada Kepala Pusat Pembiayaan setiap tanggal 5 tiga bulan berikutnya;

c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan menyampaikan laporan bulanan progres pelaksanaan lapangan baik fisik maupun keuangan serta permasalahan yang dihadapi kepada Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dan tembusan kepada Direktur Jenderal Perkebunan setiap tanggal 5 bulan berikutnya.

(19)

V. PENUTUP

Pedoman Umum ini dimaksudkan sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan pengembangan perkebunan melalui Program Revitalisasi Perkebunan yang pembangunannya dilaksanakan dengan menggunakan fasilitasi kredit perbankan.

Diharapkan Provinsi maupun Kabupaten dalam waktu yang tidak terlalu lama telah menerbitkan petunjuk pelaksanaan (oleh provinsi) dan petunjuk teknis (oleh kabupaten). Hal yang sangat strategis ini akan sangat membantu keberhasilan program.

Dalam rangka keberhasilan pelaksanaan Program Revitalisasi Perkebunan harmonisasi hubungan antar instasi terkait memegang peranan yang penting, oleh karenanya dari tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten dapat menciptakan hal dimaksud, sehingga akan mempermudah kerjasama, koordinasi antar instansi dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

Jakarta, Desember 2009, Direktorat Jenderal Perkebunan

Gambar

Tabel 1. Lokasi Rencana Persiapan, Pembinaan  dan Pengawalan  Program    Revitalisasi Perkebunan Tahun 2010
Tabel 2. Target Program Revitalisasi Perkebunan Tahun 2009                                       (Ha)

Referensi

Dokumen terkait

Namun secara parsial, kepemilikan manajerial dan komite audit yang berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel bebas lainnya (kepemilikan

Ketentuan dalam Undang Undang Perlindungan Varietas Tanaman masih sangat terbatas dalam memberikan perlindungan hukum terhadap hak petani (farmer’s rights), dan belum

3.5 Bila mengerjakan melebihi waktu yang telah ditetapkan, tidak sesuai gambar kerja dan prosedur pengelasan, maka hasil pengelasan tersebut tidak dapat di nilai

Seperti yang terjadi pada beberapa anggota komunitas Itasha Jepang Kota Bandung, dimana ada beberapa anggota yang merasa bahwa menjadi anggota Itasha dengan

Dengan kata lain objek wisata harus memiliki daya tarik yang khusus untuk dapat menarik minat wisatawan dalam mengunjungi objek tersebut.. (2) Something to do yaitu

 Dapat mengetahui progres kegiatan perbenihan tanaman hutan secara umum (perbenihan, pemuliaan pohon, konservasi sumberdaya genetik, silvikultur) dari waktu ke waktu di tiap

Rumusan masalah yang disusun adalah membangun sebuah aplikasi yang dapat melaporkan informasi akademik yakni berupa nilai siswa,absensi,pelanggaran siswa, data

Bakteri Rhizobium merupakan bakteri gram negatif yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih, yang didapatkan dalam tanah dan berasosiasi simbiotik