• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dekonstruksi tiga cerpen pilihan Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang: Perspektif Jacques Derrida - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Dekonstruksi tiga cerpen pilihan Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang: Perspektif Jacques Derrida - USD Repository"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

DEKONSTRUKSI TIGA CERPEN PILIHAN KOMPAS TAHUN 2013: KLUB SOLIDARITAS SUAMI HILANG:

PERSPEKTIF JACQUES DERRIDA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memeroleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Agustinus Rangga Respati

NIM: 144114013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DEKONSTRUKSI TIGA CERPEN PILIHAN KOMPAS TAHUN 2013: KLUB SOLIDARITAS SUAMI HILANG:

PERSPEKTIF JACQUES DERRIDA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memeroleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Agustinus Rangga Respati

NIM: 144114013

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

PERSEMBAHAN

Saya mempersembahkan karya ini untuk,

(8)

vii MOTO

Hidup cuma sekali.

Jadilah matahari untuk diri sendiri.

-Sawung Jabo-

“. . . because we must.”

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha segala dan

semesta alam atas berkat, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dekonstruksi Tiga Cerpen Pilihan Kompas

Tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang: Perspektif Jacques Derrida” ini

dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tercipta tanpa banyak pihak

yang membantu, membimbing, memotivasi, dan mengarahkan penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima

kasih kepada pihak-pihak lain.

Yang pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yoseph Yapi

Taum, M.Hum. dan Susilawati Endah Peni Adji S.S., M.Hum. selaku dosen

pembimbing yang selalu dengan sabar dan ikhlas menerima saya di ruangannya,

memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal penulisan hingga selesainya

skripsi ini.

Yang kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen

Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), yaitu Susilawati Endah Peni

Adji S.S., M.Hum. selaku Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Sony

Christian Sudarsono, S.S., M.A. selaku Wakil Ketua Program Studi Sastra

Indonesia USD, Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.,

Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr. Paulus Ari Subgayo, M.Hum.

(alm), dan Drs. Hery Antono, M.Hum. (alm) yang telah bersedia memberi

ilmunya selama saya berkuliah di Program Studi Sastra Indonesia; juga kepada

Staf Sekretariat Fakultas Sastra khususnya Jurusan Sastra Indonesia atas

pelayanannya yang baik selama ini.

Yang ketiga ucapan terima kasih untuk keluargaku; orang tuaku, Ignatia

(10)
(11)

x

ABSTRAK

Respati, Agustinus Rangga. 2018. “Dekonstruksi Tiga Cerpen Pilihan

Kompas Tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang: Perspektif Jacques Derrida. Skripsi Strata Satu (S-1). Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini berisi dekonstruksi pada tiga Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji ideologi tiga Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang dan mendeskripsikan proses decentering dan diseminasi dalam tiga Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang.

Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma M. H. Abrams dengan pendekatan diskursif. Penelitian ini merupakan penelitian postruktural yang menggunakan teori dekonstruksi Jacques Derrida. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis konten dengan teknik double reading. Hasil penelitian ini berisi dua hal pokok. Pertama, merupakan penentuan ideologi teks yang didapatkan dari identifikasi hierarki metafik dan oposisi biner yang ada di dalam teks. Kedua, merupakan proses dekonstruksi yang terdiri dari proses decentering dan diseminasi.

Pada tahap pertama dekonstruksi teks akan menghasilkan ideologi teks. Ideologi teks dari cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang adalah (i) kesedihan tokoh „kau‟ karena harus kehilangan suaminya dan harus menerima kenyataan bahwa teman-temannya selama ini menipu dirinya. Ideologi teks dalam cerpen Piutang-Piutang Menjelang Ajal adalah (ii) ketakutan Chaerul yang belum membayar utang pada Om Sur yang dermawan dan baik hati. Idelogi teks dalam cerpen Lelaki Ragi dan Perempuan Santan adalah (iii) kekecewaan tokoh aku pada pacarnya yang kawin dengan pria lain. Pada tahap kedua, proses dekonstruksi menghasilkan ideologi baru dan makna-makna yang terdapat dalam teks. Cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang memiliki ideologi baru yakni ketakutan

tokoh „aku‟ yang tidak dapat menjadi bagian dari kelompok masyarakat tertentu. Makna baru yang dihasilkan adalah (i) Klub Solidaritas Suami Hilang melakukan glorifikasi kesedihan, (ii) anggota klub membedakan diri dari lingkungan sosial (ekslusifitas kelompok) (iii) Klub Solidaritas Suami Hilang merupakan pelarian dari sakit hati kisah rumah tangga. Cerpen Piutang-Piutang Menjelang Ajal memiliki ideologi baru berupa kejahatan Om Sur yang menjerat Chaerul dengan utang-utang tanpa sistem. Makna baru yang dihasilkan adalah (i) ketidakterusterangan menciptakan ketakutan (ii) ketakutan terbesar dikendalikan orang lain, dan (iii) kematian tidak meniadakan utang. Cerpen ketiga Lelaki Ragi dan Perempuan Santan memiliki ideologi baru berupa kegagalan tokoh

„aku‟ dalam persaingan memperebutkan pacarnya sendiri. Makna yang dihasilkan adalah (i) Merantau dianggap cara satu-satunya untuk mendapat hidup layak, (ii) tokoh pacar adalah pengejawantahan gugurnya sistem matrilineal, dan (iii) tokoh „aku‟ merasa dirinya adalah manusia yang paling menderita (playing victim)

(12)

xi

ABSTRACK

Respati, Agustinus Rangga. 2018. “Deconstruction Three Short Story of Cerpen Pilihan Kompas Tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang: Jacques Derrida Perspective. Bachelor Degree. Indonesian Letters Study Program, Department of Indonesian Letters, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This research discusses deconstruction on three short stories Kompas 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang. The purpose of this research is to explain the ideology of three short stories Kompas 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang and describe the process of decentering and dissemination in three short stories Kompas 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang.

This research paradigm uses M. H. Abrams paradigm with discursive approach. This research is a postructural research using Jacques Derrida deconstruction theory. The method used in this research is content analysis with double reading technique. The results of this research contain two main points. First, it is the determination of the text ideology derived from the identification of the metaphysics hierarchy and the binary oppositions that found in the text. Second, is a deconstruction process including of decentering and dissemination process.

In the first steps of deconstruction will produce a common ideology. The text ideology of the “Klub Solidaritas Suami Hilang” short story is (i) the sadness of the 'you' character by losing her husband and having to accept the fact that her friends have been deceiving her. Text ideology in short stories “Piutang-Piutang

Menjelang Ajal” are (ii) Chaerul's fear of not paying debt to Om Sur who is generous and kind. The text idelogy in the shorts of “Lelaki Ragi dan Perempuan

Santan” is (iii) the disappointment of my character to his girlfriend who is married to another man. In the second steps, the process of deconstruction produces new ideologies and meanings contained in the text. Cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang has a new ideology. The ideology is fear of the character 'I' who can not be part of a particular group of people. The resulting new meaning is (i) Klub Solidaritas Suami Hilang glorifies sadness, (ii) club members distinguish themselves from the social environment (group exclusiveness) (iii) Klub Solidaritas Suami Hilang is an escape from the broken family story. Piutang-Piutang Menjelang Ajal short story has a new ideology. The ideology is Om Sur that bind Chaerul with debts without system. The new meanings produced are (i) the invisibility creates fear (ii) the greatest fear controlled by others, and (iii) death does not negate the debt. The third story Lelaki Ragi dan Perempuan Santan have a new ideology. The ideology is failure of the 'I' figure in the competition for love by his girlfriend. (i) Merantau is the only way to make money (ii) the girlfriend figure is the embodiment of the fall of the matrylichal system, and (iii) the 'I' character feels himself to be the most miserable human (playing victim)

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTO …... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.5 Tinjauan Pustaka ... 9

(14)

xiii

1.6.1 Hierarki Metafisik ... 15

1.6.2 Decentering ... 18

1.7 Metode Penelitian …... 21

1.7.1 Jenis Penelitian ... 21

1.7.2 Objek Material dan Objek Formal ... 22

1.7.3 Teknik Analisis Data ... 23

1.8 Sistematika Penyajian ... 24

BAB II HIERARKI METAFISIK DAN IDEOLOGI TEKS DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS 2013: KLUB SOLIDARITAS SUAMI HILANG 2.1 Pengantar ... 26

2.2 Hierarki Metafisik dan Ideologi dalam Cerpen “Klub Solidaritas Suami Hilang”karya Intan Paramaditha .. 27

2.2.1 Alur ... 27

2.2.2 Hierarki Metafisik ... 28

2.2.3 Oposisi Biner dan Unsur Undecidable ... 30

2.2.4 Ideologi Teks ... 33

2.3 Hierarki Metafisik dan Ideologi dalam Cerpen “Piutang- Piutang Menjelang Ajal”karya Jujur Prananto ... 34

2.3.1 Alur ... 34

2.3.2 Hierarki Metafisik ... 26

(15)

xiv

2.3.4 Ideologi Teks ... 44

2.4 Hierarki Metafisik dan Ideologi dalam Cerpen “Lelaki Ragi dan Perempuan Santan”karya Damhuri Muhammad ... 45

2.4.1 Alur ... 45

2.2.2 Hierarki Metafisik ... 47

2.2.3 Oposisi Biner dan Unsur Undecidable ... 50

2.2.4 Ideologi Teks ... 51

2.5 Rangkuman ... 53

BAB III DECENTERING DAN DISSEMINASI DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS 2013: KLUB SOLIDARITAS SUAMI HILANG 3.1 Pengantar ... 54

3.2 Decentering dan Disseminasi dalam Cerpen “Klub Solidaritas Suami Hilang”Karya Intan Paramaditha ... 55

3.2.1 Pembalikkan Hierarki Metafisik dan Ideologi Baru ... 55

3.2.2 Disseminasi dan Pemaknaan Baru ... 58

(16)

xv

3.2.2.2 Anggota Klub Membedakan Diri dari

Dunia Sosial ... 60

3.2.2.3 Klub Solidaritas Suami Hilang

Merupakan Pelarian dari Sakit Hati

Kisah Rumah Tangga ... 62

3.3 Decentering dan Disseminasi dalam Cerpen

“Piutang-Piutang Menjelang Ajal”

Karya Jujur Prananto ... 64

3.3.1 Pembalikkan Hierarki Metafisik dan Ideologi

Baru ... 64

3.3.2 Disseminasi dan Pemaknaan Baru ... 66

3.3.2.1 Ketidakterusterangan Menciptakan

Ketakutan ... 66

3.3.2.2 Ketakutan Terbesar Dikendalikan oleh

Orang Lain ... 68

3.3.2.3 Kematian Tidak Meniadakan Utang .... 71

3.4 Decentering dan Disseminasi dalam Cerpen “Lelaki

Ragi dan Perempuan Santan”Karya

Damhuri Muhammad ... 74

3.4.1 Pembalikkan Hierarki Metafisik dan Ideologi

Baru ... 74

3.2.2 Disseminasi dan Pemaknaan Baru ... 76

(17)

xvi

Satunya untuk Mendapat Hidup Layak 77

3.4.2.2 Tokoh Pacar adalah Pengejawantahan

Gugurnya Sistem Matrilineal ... 80

3.4.2.3 Tokoh „aku‟ Merasa Dirinya Adalah Manusia yang Paling Menderita (playing victim) ... 82

3.5 Rangkuman ... 84

BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ... 87

4.2. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ... 31

Tabel 2 ... 41

Tabel 3 ... 50

Tabel 4 ... 84

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 ... 55

Gambar 2 ... 64

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bukunya yang berjudul Teori Kesusastraan, Rene Wellek dan

Austin Warren bersepakat bahwa sastra adalah sebuah kegiatan kreatif, juga

merupakan sebuah karya seni. Di Indonesia, sastra secara „resmi‟ baru dinyatakan muncul tahun 1920-an. Sampai sekarang, kesusastraan Indonesia memang terus

berkembang. Namun demikian, perkembangan karya sastra kurang diimbangi

dengan kemutakhiran teori dan kritik sastra yang berkualitas. Kritik sastra masih

dianggap pekerjaan sok tahu dan penghakiman sepihak oleh para penulis.

Sedangkan, pengkritik sastra mulai apatis dan sering memaksa karya sastra masuk

dalam kerangka-kerangka teori yang kuno dan kadang jauh dari kata relevan.

Sebagai organ yang mula-mula tergantung pada karya sastra, tradisi kritik

sastra lebih pendek daripada tradisi karya sastra (Darma, 1988: 60). Hal ini

menyebabkan tradisi kritik sastra kerap kali masih dipandang sebelah mata. Oleh

karena itu, sebuah kritik sastra baik jika menggunakan teori-teori yang sedang

berkembang di dunia. Kritik sastra sebenarnya mengalami banyak perubahan.

Kritik sastra bermula dan bergerak mulai dari objek kajian berupa pengarang,

teks, sampai resepsi pembaca. Lebih mutahkir lagi kritik sastra yang telah

memasuki masa postruktural. Kritik sastra tidak lagi membicarakan ketiga hal

tersebut. Sebuah kritik dapat saja membicarakan hal-hal aktual, sebuah aliran

tertentu, atau kerangka pikir yang lebih mutahkir. Aliran-aliran tersebut banyak

(21)

Penelitian ini menggunakan teori dekonstruksi. Penggunaan teori ini

bukan semata-mata mencari korelasi antara filsafat dan sastra. Lebih daripada itu,

teori ini memungkinkan sebuah teks sastra membuka tafsir lain atas dirinya

sendiri. Sepintas teori ini akan disangka pengembangan dari pendekatan objektif

M. H. Abrams, tetapi sebenarnya pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

berbeda. Objek kajian tidak sekadar terletak dalam teks, tetapi juga pada umpan

balik antara teks dengan makna-makna yang tidak hadir dalam teks.

Interpretasi teks dapat dieksplorasi seluas mungkin, bahkan hingga

menyangkal dirinya sendiri. Maksudnya, teks harus dianggap sebagai komoditi

yang tidak berhasil mempertahankan maknanya sendiri. Teks dalam penelitian

dekonstruksi harus dianggap sebagai hal yang goyang dan tidak stabil proses

pemaknaannya. Dengan demikian, penelitian ini berhasil jika teks dapat

menegasikan makna yang dibangun pengarang.

Dekonstruksi sendiri merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh

Jacques Derrida. Derrida adalah seorang diaspora yang tinggal di Prancis. Dia

lahir di kota El Biar, Aljazair sebagai seorang Yahudi Sefradis. Dia menghabiskan

masa kecilnya di sana sebelum akhirnya pindah ke Prancis. Kemudian Derrida

menyelesaikan di Prancis dan menjadi seorang filsuf.

Teori dekonstruksi menjadi fenomenal karena memicu banyak perdebatan

di dunia filsafat, bahkan dunia ilmu pengetahuan secara umum. Dekonstruksi

adalah strategi eksplikasi tekstual yang hanya bisa diterapkan langsung jika kita

membaca teks lalu mempermainkannya dalam parodi-parodi (Al-Fayadll, 2011:8).

Dalam hal ini berarti dekonstruksi memberi kebebasan interpretasi dalam

(22)

Teori ini memang mula-mula diterapkan dalam membaca filsafat, tetapi dalam

perkembangannya dapat juga digunakan untuk menganalisis berita, wacana,

hingga teks-teks sastra.

Penelitian ini memilih objek material “Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang”. Kumpulan cerita pendek ini terbit pada tahun 2014. Pada tahun tersebut, Indonesia sedang menjalani tahun politik. Indonesia sedang

mengadakan pesta demokrasi yang besar, yakni pemilihan presiden. Sementara

itu, penerbitan kumpulan cerpen Kompas tidak lepas dari tuduhan mengemban

misi politik. Nyatanya, isu itu langsung dibantah lewat tulisan editor kumpulan

cerpen ini dalam kata pengantar yang ditulisnya. Menurutnya, cerpen-cerpen di

dalam buku dinyatakan bebas dari muatan dan kepentingan-kepentingan politik.

Seperti diketahui, setiap cerpen yang masuk ke dalam meja redaksi harian

Kompas tentu melewati seleksi yang sangat ketat. Cerpen tidak sekadar baik

secara penulisan, tetapi juga perlu memenuhi standar dan kepentingan dari harian

Kompas sebagai koran nasional. Hal itu juga yang semestinya menjadi

pertimbangan ketika Kompas hendak menerbitkan sebuah kumpulan cerpen.

Proses kurasi cerpen dilakukan oleh beberapa dewan juri. Cerpen dibaca dan

diberi skor untuk kemudian dipilih yang terbaik versi juri.

Harian Kompas telah memulai memuat cerita pendek asli berbahasa

Indonesia sebagai salah satu rubrik sejak tahun 1970. Namun, baru sejak 1992

Kompas membuat buku kumpulan cerpen. Pemuatan ini atas gagasan beberapa

orang seperti Ikranagara, Sutardji Calzoum Bachri, Afrizal Malna, dan Hamsad

Rangkuti. Mereka berkumpul bersama dalam acara buka bersama yang diadakan

(23)

berdedikasi mengangkat kehidupan kalangan bawah. Cerpen Kompas mengangkat

cerita dengan tema „budaya terpinggirkan‟. Hal tersebut dikatakan Subagyo Sastrowardoyo dalam kata pengantarnya pada kumpulan pertama Kompas yang

bertajuk Kado Istimewa tahun 1992. Hal senada juga dijelaskan oleh Efix Mulyadi

dalam kata pengantarnya untuk buku kumpulan cerpen tahun 2014. Efix Mulyadi

juga ikut dalam proses penerbitan kumpulan cerpen Kompas yang pertama. Dalam

kasus di atas „budaya terpinggirkan‟ menjadi logosentrisme yang coba dibangun

Kompas lewat penerbitan cerpen-cerpennya.

Kesan bahwa cerpen Kompas selalu mendukung „budaya terpinggirkan‟

adalah contoh pemaknaan tunggal yang selalu ingin ditonjolkan. Sebuah tafsir

yang terus direproduksi rawan terjebak dalam kemapanan makna. Dalam

dekonstruksi hal tersebut dinamakan logosentrisme. Logosentrisme merupakan

ketunggalan makna yang pertama-tama muncul dalam filsafat Barat yang

kemudian ingin dihancurkan Derrida. Lewat penelitian tiga cerpen kumpulan

Kompas ini, makna tersebut akan coba dipertanyakan. Makna tersebut akan

digoncang sehingga logosentrisme tidak berlanjut. Pada dasarnya dekonstruksi

adalah proses mempertanyakan makna yang lembam.

Lepas daripada itu, meskipun tidak bermuatan politik, atau memiliki

tujuan terselubung lain, sebuah teks dalam dekonstruksi dipandang tidak mampu

berdiri utuh sendirian. Makna dalam sebuah teks rentan untuk goyah dalam

pembacaan dengan teori Derrida. Dekonstruksi memandang bahwa teks justru

cenderung saling melemahkan dan membangun ketidakkonsistenannya sendiri.

Ketidakhadiran (absence) dalam teks ini yang coba dilihat oleh peneliti. Hal ini

(24)

memiliki banyak cara untuk dapat melihat kemungkinan-kemungkinan yang

terdapat dalam teks.

Ada tiga cerpen yang akan diteliti dari “Kumpulan Cerpen Kompas 2014 Klub Solidaritas Suami Hilang ini. Cerpen-cerpen tersebut adalah 1.) Klub

Solidaritas Suami Hilang (selanjutnya ditulis KSSH) karya Intan Paramaditha, 2.)

Piutang-Piutang Menjelang Ajal (selanjutnya ditulis PPMA) karya Jujur Prananto,

dan 3.) Lelaki Ragi dan Perempuan Santan (selanjutnya ditulis LRDPS) karya

Damhuri Muhammad. Tiga cerpen ini mewakili tiga tema besar dengan modus

kemunculan paling banyak di dalam kumpulan cerpen. Di dalam buku ini ada 23

cerpen yang dapat dikategorikan ke dalam tiga tema besar yakni keluarga,

perekonomian, dan percintaan. Tema keluarga muncul pada sekurang-kurangnya

sepuluh cerita. Tema keluarga muncul dalam berbagai sudut pandang, misalnya

khusus hubungan ayah dan anak, keluarga urban, atau keluarga dan hukum adat,

bahkan ada dua cerpen yang khusus membahas anggota keluarga, nenek. Dua

tema lain yakni percintaan dan ekonomi juga berbagi angka dalam tema yang

dibahas.

Pilihan jatuh ke dalam tiga cepen ini dengan berbagai alasan. Cerpen

“Klub Solidaritas Suami Hilang” karya Intan Paramaditha dipilih karena selain mewakili tema keluarga juga bercerita dengan sudut pandang sedikit urban,

diaspora, dan berkaitan dengan konflik-konflik keluarga di seluruh dunia. Cerpen

kedua berjudul “Piutang-Piutang Menjelang Ajal” karya Jujur Prananto membahas tema ekonomi paling umum, modus ekonomi paling umum di mana

saja, yakni utang. Utang menjadi hal yang sangat sering dijumpai dalam kegiatan

(25)

membahas tema percintaan dengan sedikit nafas feminisme. Setelah lelah dijejali

dengan kisah cinta patriarkial a la pop remaja dewasa ini, cerpen ini muncul

sebagai antitesis dari segala alur yang sangat populer.

Ketiga cerpen yang dipilih memang tidak memiliki kesatuan tema, gaya

bahasa, pembentukan metafora, atau hal-hal fisik yang saling berkaitan. Dalam

dekonstruksi, cerpen yang potensial adalah cerpen yang dengan jelas berusaha

mengarahkan simpati pada suatu pihak sejak awal penceritaannya. Keberpihakan

tersebut yang berpotensi menggiring teks dalam pemaknaan tunggal. Meskipun,

tidak semua yang menunjukkan keberpihakan dapat dengan mudah

didekonstruksi. Kecermatan analisis terhadap tanda (symptom), jejak (trace) yang

muncul akan memudahkan pelacakan aproria. Aproria adalah paradoks dalam teks

yang ternyata memiliki arti sama. Unsur ini yang akan menggugurkan setiap

usaha untuk menafsirkan teks secara menyeluruh.

Penelitian ini akan membahas dua hal yang penting dalam dekonstruksi.

Proses tersebut dimulai dengan analisis ideologi teks yang diwakili oleh

pembentukan hierarki metafisik. Hierarki metafisik pasti menghadirkan oposisi

biner di dalamnya. Setelah ideologi teks didapatkan, akan dilakukan proses

decentering atas teks-teks tersebut untuk mendapatkan pemahaman baru terhadap

teks dan menjadikan teks tersebut sebagai hal yang asing. Pambalikkan makna

diikuti dengan pemberian makna baru untuk kemudian disebar ke tempat awalnya,

sehingga teks menjadi teks yang baru dan menjauhi logosentrisme atau

pemaknaan tunggal.

Penelitian topik ini didasarkan pada tiga alasan utama. Pertama, belum

(26)

membaca karya sastra. Padahal, dekonstruksi merupakan teori yang potensial

digunakan dalam karya sastra. Teori ini dapat mengungkap makna lain dari

sebuah karya sastra. Penelitian dengan teori dekonstruksi akan membuat kritik

sastra mutakhir dan tidak ketinggalan dengan kemajuan bidang ilmu lain.

Kedua, objek material penelitian ini yakni cerpen-cerpen Kompas

merupakan karya yang spesial. Cerpen di dalam buku kumpulan ini merupakan

yang terpilih dari yang terpilih. Seperti dikatakan di awal, cerpen dalam kumpulan

Kompas telah melewati proses kurasi serius dan profesional. Dekonstruksi yang

dilakukan atas cerpen-cerpen ini dapat menawarkan sudut pandang baru atas

karya-karya yang dianggap baik.

Ketiga, cerpen merupakan karya sastra yang dikonsumsi paling banyak

setelah novel. Dalam perkembangannya, cerpen tidak hanya dilihat sebatas alur,

tokoh, latar, tema, dsb. Cerpen adalah sebuah wacana yang aktif. Oleh karena itu,

cerpen berpotensi menjadi komoditas penyebaran paham, isu, dan

ideologi-ideologi tertentu. Cerpen sepatutnya tidak lagi dianggap sekadar hiburan yang

bermanfaat. Lebih daripada itu, cerpen dapat menjadi tempat membekunya sebuah

ideologi. Penelitian ini berusaha membuka cakrawala pembaca agar tidak hanya

terjebak dalam pemaknaan yang diinginkan penulis, tetapi memiliki jalan keluar

lain dengan dekonstruksi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana ideologi teks yang terdapat dalam Cerpen Pilihan

(27)

1.2.2 Bagaimana proses decentering dan diseminasi dari Cerpen Pilihan

Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Menjabarkan ideologi teks yang terdapat Cerpen Pilihan

Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang.

1.3.2 Menjelaskan proses decentering dan diseminasi dari Cerpen

Pilihan Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan praktis. Secara

teoretis hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya kajian teks

sastra dengan teori dekonstruksi. Penelitian ini juga dapat memperkaya kajian teks

sastra dengan pendekatan diskursif. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi

tambahan untuk penelitian dengan objek material kumpulan cerpen dari harian

Kompas. Penelitian ini juga bermanfaat teoretis sebagai referensi kajian sastra

postruktural dengan objek formal teori dekonstruksi Jacques Derrida.

Secara praktis, hasil penelitian ini memperkaya khazanah mengenai studi

teks dalam ilmu sastra. Penelitian ini juga dapat menjadi bacaan bagi para kurator

dan tim juri dalam menilai karya sastra yang akan dibukukan. Selain itu, hasil

penelitian ini memiliki manfaat untuk menawarkan sudut pandang lain dalam

melihat teks sastra, serta menghindari logosentrisme atau bertumpunya suatu teks

(28)

1.5 Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian lain yang menjadi referensi bagi penulis untuk

melakukan penelitian ini. Penelitian yang dijadikan acuan merupakan penelitian

yang memiliki objek formal yang sama, yakni teori dekonstruksi Jacques Derrida.

Penelitian pertama merupakan penelitian dari Wiyadi tahun 2005 dengan judul

Pengampunan Tanpa Syarat Sebagai Syarat Rekonsiliasi: Analisa Kritis terhadap

Dekonstruksi Derrida atas Teks Pengampunan”. Penelitian kedua merupakan

penelitian milik Hanuraga tahun 2011 yang berjudul A Study of Deridas

Deconstruction in The Charachter of Musashi in Musashi in Eiji Yoshikawa”.

Penelitian ketiga berjudul Pembacaan Dekonstruktif terhadap Memoar Filep

Karma Seakan Kitorang Setengah Binatang: Rasialisme Indonesia di Tanah

Papuayang ditulis oleh Noho pada tahun 2017.

Penelitian lain yang menjadi rujukan penelitian ini adalah penelitian

dengan objek material yang sama, yakni cerpen-cerpen Kompas. Santi

menggunakan cerpen Kompas pada tahun 1995 sebagai objek penelitian dengan

judul “Mentalitas Manusia Indonesia Menghadapi Modernisasi dalam Sepuluh

Cerpen Kompas pada Tahun 1995 : Suatu Pendekatan Sosiologis”

Hanuraga dalam skripsinya yang berjudul “A Study of Deridas Deconstruction in The Charachter of Musashi in Musashi in Eiji Yoshikawa” tahun 2011 membahas mengenai karakter Musashi dengan dekonstruksi Derrida.

Tujuan dari penelitian ini adalah menjabarkan karakter Musashi secara struktural

dan melihat bagaimana kanon sastra meindentifikasi tokoh tersebut. Selain itu,

tujuan ketiga dari penelitian ini adalah dekonstruksi terhadap karakter Musashi

(29)

penelitian ini adalah paradigma M. H. Abrams. Teori yang digunakan adalah teori

strukturalisme dan teori dekonstruksi Derrida.

Wiyadi dalam tesisnya yang berjudul “Pengampunan Tanpa Syarat Sebagai Syarat Rekonsiliasi: Analisa Kritis terhadap Dekonstruksi Derrida atas

Teks Pengampunan” tahun 2005 menggunakan pemikiran dekonstruksi Derrida. Penelitiannya bertujuan untuk melakukan pembacaan atas teks dengan judul “On

Forgiveness”sehingga mampu mengetahui strategi operatif dekonstruksi Derrida.

Adapun, tujuan lainnya adalah untuk menyoroti pemikiran Derrida menggunakan

sudut pandang etika Levinasian dan dekonstruksi Derrida sendiri.

Nubo dalam tesisnya yang berjudul “Pembacaan Dekonstruktif terhadap Memoar Filep Karma Seakan Kitorang Setengah Binatang: Rasialisme Indonesia

di Tanah Papua” tahun 2012 juga menggunakan teori dekonsktruksi Derrida dan

teori dari Pierre Bourdieu. Tesis ini bertujuan untuk melakukan dekonstruksi

terhadap memoar dengan melihat setruktur hirarki oposisi biner untuk kemudian

didekonstruksi menggunakan teori Derrida. Penelitian ini meminjam pemikiran

Pierre Bouedieu tentang Doxa, Orthodoxa, serta Heterodoxa untuk memperkuat

oposisi biner yang terjadi. Adapun, tujuan lain dari penelitian ini adalah melihat

ketidakutuhan dan kegagalan teks dalam menciptakan makna tunggal melalui

teks-teks yang absen di dalamnya.

Santi dalam skripsinya yang berjudul “Mentalitas Manusia Indonesia Menghadapi Modernisasi dalam Sepuluh Cerpen Kompas pada Tahun 1995 :

Suatu Pendekatan Sosiologis” pernah membahas cerpen-cerpen dalam harian Kompas. Penelitian dilakukan berdasarkan pendekatan sosiologis. Penelitian yang

(30)

tokoh, dan penokohan. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengkaji

mentalitas manusia Indonesia dalam menghadapi modernisasi. Teori yang

digunakan adalah teori sosiologi sastra oleh Sapardi Djoko Damono dan teori

budaya Koentjaraningrat. Tujuan dari penelitian ini selain untuk mendeskripsikan

mentalitas manusia Indonesia dan relevansinya terhadap pembelajaran sastra di

Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dari keempat rujukkan di atas, penulis mendapatkan referensi dalam

penggunaan teori dekonstruksi dalam berbagai ranah ilmu pengetahuan.

Kesamaan objek material juga menambah khazanah pengetahuan untuk melihat

teks cerpen dibaca dan coba dipahami. Penelitian ini berjudul “Dekonstruksi

dalam Cerpen Kompas Tahun 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang: Perspektif

Jacques Derrida“. Penelitian ini berusaha mengungkap hierarki metafisik dalam teks cerpen Kompas dan melihat kemungkinan dekonstruksi melalui teori Derrida.

Penelitian ini juga bertujuan untuk menunjukkan makna-makna yang

terpingggirkan dalam sebuah teks. Hasil penelitain ini secara tidak langsung dapat

digunakan untuk menambah referensi pemaknaan teks dan menambah kajian

postruktural dalam teks sastra.

1.6 Landasan Teori

Kerangka teori yang digunakan merupakan teori dekonstruksi dari Jacques

Derrida. Pada awalnya, pemikirannya tentang dekonstruksi menuai banyak

kritikan. Dia sering dianggap sebagai seorang nihilis, absurd, dan dianggap gagal

membedakan antara kenyataan dan fiksi. Derrida yang menggoncang

(31)

sisi gelap dari suatu pandangan filsafat. Bahkan dekonstruksi dianggap sebagai

gimmick intelectual. Searle pernah secara terbuka menuduh Derrida sebagai

seorang „intellectual terrorism‟ (Stocker, 2006: 49). Beberapa pandangan lain menilai dekonstruksi hanya sebagai wacana intelektual yang main-main.

Dekonstruksi dianggap sebagai permainan atas teks yang menunda segala

pertanyaan atas nilai. Oleh karena itu, dekonstruksi dianggap immoral.

Asumsi-asumsi tersebut wajar terbentuk karena Derrida sendiri tidak pernah merumuskan

teorinya. Dekonstruksi Derrida selalu menjelaskan kerja filsafatnya melalui

komentar, diskusi aktif, dan pembacaannya terhadap karya lain.

Pembahasan mengenai dekonstruksi dimulai dengan sebuah kredo dari

Derrida yang mengatakan bahwa, “tidak ada apa-apa di luar teks” (il n‟ y pas de

\hord-texte) (Al-Fayyadl, 2011). Derrida selalu percaya bahawa tulisan adalah hal

yang pokok dalam bahasa. Padahal, tradisi filsafat Barat sebelumnya menganggap

bahwa ucapan adalah hal yang pokok. Jonathan Culler (1987: 102) menjelaskan

bahwa Rousseau menganggap tulisan sebagai „suplemen‟. Suplemen dapat

dikatakan sebagai pelengkap atau penambah pada sesuatu, Menambahkan

suplemen pada sesuatu berarti mengindikasikan bahwa sesuatu itu tidak komplit

atau kurang. Dengan demikian, tulisan sebagai suplemen hanya sebagai unsur

penambah untuk ucapan.

Spivak dalam pengantar Of Grammatology, mengatakan bahwa teks

merupakan struktur yang terbuka pada kedua ujungnya. Teks tidak memiliki

identitas, asal, dan akhir yang jelas. Membaca sebuah teks merupakan

(32)

menguak makna yang membebaskan kata-kata tertulis dari telikungan struktur

bahasa, membuka interpretasi teks yang tak terbatas (Dahana, 2004).

Segala upaya tersebut digunakan untuk mengurai logosentrisme Barat

yang sudah lampau kental dalam dunia filsafat. Stocker (2006: 49-52) dalam

bukunya Derrida: On Decontruction menjelaskan bahwa logosentrisme adalah

neologisme Derrida dan mengarah pada apa yang terpusat dalam „logos‟. Dalam bahasa Yunani Kuno kata „logos‟ dapat diterjemahkan dalam berbagai cara

meliputi: bahasa, wacana, pengetahuan, dan kata. Maksud Derrida, biasanya, ada

pendekatan di dalam jantung metafisik berdasarkan kebenarannya, pengetahuan,

atau keberadaan yang hadir di dalam beberapa keadaan umum. Logosentrisme

menurut Derrida adalah tendensi filsafat untuk menemukan kebenaran dalam

presentasi dari keberadaan, jiwa, dan kesadaran. Sejarah antara sistem filsafat atau

pengetahuan lain, bentuk dari pengalaman, selalu di tekan oleh sistem filsafat itu

sendiri. Jadi logosentrisme adalah kecenderungan sebuah teks untuk memiliki

pemaknaan tunggal yang dilihat hanya dari hal-hal yang hadir (presence). Dalam

konteks ini, dekonstruksi menjadi hasil pemikiran Derrida yang paling fenomenal.

Dekonstruksi diawali dengan pandangan Derrida tentang sebuah tanda

(sign). Chaffin (Silverman (ed), 2004: 75-89) dalam tulisan jurnalnya yang

berjudul Hegel, Derrida and The Sign mengatakan bahwa Derrida melihat oposisi

metafisik selalu dihasilkan dari sistem tanda yang mendapatkan represi dan

determinasi dari pihak luar. Hal ini yang selalu ingin dibuktikan Derrida. Tradisi

metafisik lainnya selalu menganggap tanda sebagai transisi atau jembatan antara

dua momen kehadiran. Tanda hanya akan berfungsi sebagai referensi antara

(33)

kehadiran itu sendiri. Menurut Derrida, tanda harus dibaca sebagai sebuah sejarah

atas determinasi kehadiran.

Selain itu, dekonstruksi menjadi gambaran Derrida dalam membaca teks

yang menggeser “pusat” -dalam kajian ini disebut idelogi teks- sebagai acuan dan membuka peluang pada pemikiran-pemikiran yang ada di “pinggiran” untuk berperan (A. Sudiardjo : 2005).

Dekonstruksi pada awalnya mencoba mengguncang pemikiran-pemikiran

filsafat Barat. Namun, teori dekonstruksi ini juga dimungkinkan

pengaplikasiannya ke dalam bidang sastra. Teori sastra, atau puisi, selalu dengan

sadar bekerja di bawah tanda dari filsafat. Namun, teori sastra, atau puisi, selalu

secara sadar bekerja di bawah tanda filsafat. Tetapi kritik sastra, juga, telah

beroperasi untuk sebagian besar dalam batas-batas yang ditetapkan oleh

pemikiran Yunani klasik, mengambil begitu saja aturan-aturan dari alasan

silogisme, prioritas utama makna di atas bentuk artikulasinya, dan oposisi

fundamental dan absolut seperti yang dapat dimengerti. Serta yang masuk akal,

bentuk dan materi, subjek dan objek, alam dan budaya, kehadiran dan absensi.

(Derrida:1992). Dekonstruksi ingin memperlihatkan bagaimana struktur dan

pengarang gagal menguasai teks

Dekonstruksi selalu berkaitan dengan pembacaan pada sebuah teks. Maka

langkah pertama dari dekonstruksi adalah membaca teks. Perbedaan dekonstruksi

dari metode pambacaan yang lain adalah “persoalan membaca kritis”. Perbedaan

dekonstruksi dari aktivitas membaca tekstual lainnya adalah adanya double

reading. Pembacaan pertama menghasilkan “tafsiran dominan”, bentuknya

(34)

pada tafsir tunggal. Padahal, tafsir tunggal pada sebuah teks menggiring teks pada

logosentrisme, sebuah hal yang ingin dilawan oleh Derrida. Sementara itu,

pembacaan kedua menjauhi tatanan komentar, yakni dengan mengungkap titik

lemah, atau inkonsistensi teks, dan kontradiksi dari tafsiran dominan tadi.

Kemudian, hal tersebut yang disajikan sebagai hasil pembacaan yang lain

(Critchley via A. Sumarwan 2005:14)

Dekonstruksi dalam karya sastra sekurang-kurangnya melalui dua tahapan

kerja. Seperti penjelasan tentang double reading, tahap pertama dalam proses

dekonstruksi akan menghasilkan penjelasan mengenai ideologi teks. Kesan

pertama yang muncul setelah membaca teks akan ditandai dan keberpihakan harus

ditentukan. Dari sini, hierarki metafisik yang coba dibangun oleh teks akan

perlahan dibongkar dengan meliha oposisi biner yang ada di dalam teks.

Kedua, adalah proses pembalikan teks. Ideologi teks atau pusat teks yang

telah didapatkan dari proses pertama kemudian dibalik dan dikembalikan ke

tempat asalnya dengan pemaknaan baru. Proses ini disebut decentering. Teks akan

berhasil jika pemaknaan baru tampak asing dan jauh dari pemaknaan sebelumnya.

Namun, pada proses ini tidak hanya akan menghasilkan pemaknaan yang asal

beda. Teks akan mengalami differrance, sebuah situasi yang menunda penandaan,

memunculkan jarak antara unsur satu dengan yang lain.

1.6. 1 Hierarki Metafisik

Seperti dijelaskan sebelumnya, pendekatan Derrida termasuk dalam

pendekatan postrukturalis. Masa strukturalis sendiri diyakini sebagai doktrin atau

(35)

terpisah-pisah, melainkan sebagai suatu gabungan unsur yang berhubungan. Oleh karena

itu, unsur yang satu bergantung pada unsur yang lain (Zaidan, dkk, 2007: 194).

Pendekatan struktural yang dikembangkan oleh Saussure bertumpu pada bahasa.

Sesungguhnya, Derrida sendiri mengatakan bahwa telaah Saussure ini telah

melampaui metafisik barat dalam satu hal, tetapi sekaligus masih

mempertahankan tradisi metafisik itu secara tidak sadar.

Pada dasarnya, pengoperasian bahasa tercipta karena pembedaan seuatu

tanda dengan tanda yang lain. Bahasa bisa tercipta karena adanya sistem

perbedaan tersebut, dan inti dari sistem pembeda ini adalah oposisi biner. Oposisi

tersebut terjadi antara penanda/petanda, tuturan/tulisan, dan langue/parole

(Norris, 2006: 9). Masalah akan muncul ketika suatu tanda bahasa kemudian

mendominasi tanda bahasa lain. Dengan kata lain memunculkan satu struktur

konfliktual, yakni memunculkan satu bagian yang subordinatif dari oposisi.

Sebuah oposisi akan menjadi bermasalah jika satu term menjadi lebih

unggul atas term yang lain. Misalnya, term motor akan menjadi subordinar jika

dioposisikan dengan mobil. Term mobil sendiri akan dengan sendirinya dan

maknanya akan lebih naik jika dibandingkan dengan motor. Di sisi lain, makna

term motor dengan sendirinya akan mengalami krisis dan degradasi makna. Mobil

tampak lebih baik dan bergengsi dibanding motor. Oposisi biner yang semacam

ini yang ingin dibongkar oleh Derrida karena memicu munculnya hierarki.

Derrida menganggap hubungan tersebut merupakan hierarki yang brutal.

Bahasa sebagai bahan baku teks sastra memiliki kecenderungan untuk

membekukan ideologi di dalamnya. Hierarki metafisik itu yang kental melekat

(36)

metafisik dibentuk oleh adanya oposisi biner pada teks. Oposisi biner dimulai

dengan pembandingan dua kata secara manasuka.

Dua kata yang dioposisikan pertama memiliki tujuan untuk membedakan

dari segi pemaknaan. Namun, dalam perkembangannya dua kata yang

dibandingkan seolah memiliki kasta, satu kata lebih tinggi dari kata lain.. Contoh

lain adalah dalam perbandingan: siang/malam, hitam/putih, jasmani/rohani,

publik/privat, kuat/lemah, pikiran/perasaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa satu

kata tampak lebih baik dari kata yang lain. Padahal, pembandingan kedua kata

tersebut tidak memiliki dasar yang jelas. Hierarki metafisik ini yang menjadi

katalis munculnya makna tunggal dalam sebuah teks. Semakin banyak hierarki

terjadi dalam oposisi biner, semakin mudah teks mencapai dalam tafsir

tunggalnya. Tafsir yang terus direproduksi juga menjadi persoalan bagaimana

logosentrisme Barat semakin mapan.

Di luar oposisi biner, ternyata ada bagian yang tidak dapat dipetakan

kedudukannya. Bagian yang tidak dapat dipastikan kedudukannya dalam hierarki

metafisik disebut unsur undecidable. „Undecidable‟ merupakan konsep yang sulit

dimasukkan ke dalam salah satu kutub oposisi biner (Haryatmoko, 2016: 140).

Menemukan hal-hal yang undecidable dalam sebuah teks berarti menemukan

ketidakstabilan teks. Ada hal dari teks yang tidak dapat langsung diputuskan

posisi kutubnya. Unsur undecidable dapat menjadi jejak dalam teks dalam

menemukan titik lemah, inkonsistensi teks, dan kegagalan penulis

mempertahankan makna teksnya.

Setelah unsur undecidable dapat dipetakan, hal selanjutnya yang harus

(37)

Hierarki metafisik yang telah ditemukan perlu dibalik, tetapi pembalikan ini tidak

dapat dilakukan secara manasuka. Pembalikan ini rawan terjebak dalam lingkaran

logosentrik. Menetralkan oposisi biner membuat teks yang didekonstruksi dapat

dibaca penyebaran maknanya (diseminasi).

Oposisi biner yang telah mengandung hierarki dan juga unsur undecidable

perlu dirumuskan menjadi ideologi teks. Ideologi teks adalah produk dari

pembacaan yang pertama. Merumuskan ideologi perlu melihat keberpihakan teks.

Hal tersebut yang akan dibalik dalam proses decentering.

1.6. 2 Decentering

Pada awalnya, dekonstruksi Derrida ingin mengkritisi kentalnya

logosentrisme pada metafisik filsafat Barat. Pemikiran Derrida juga berawal dari

ketidakpuasan terhadap pemikiran Heidegger yang juga merujuk pada

dekonstruksi teks. Pemikiran Heiddeger mempertanyakan status ontos dalam

metafisik Barat. Namun, pemikiran Heidegger ini dinilai masih cukup kental

dengan logosentrisme. Seperti dijelaskan di atas. Derrida menyatakan bahwa

“tidak ada apa-apa di luar teks” (il n‟ y pas de hord-texte) (Al-Fayyadl, 2011:77). Dengan kredo itu orang kerap terjebak dengan mengatakan bahwa peneletian

Derrida merupakan penelitian yang objektif. Nyatanya, Derrida memberi ruang

untuk peneliti memberi pemaknaan dari apa yang tertulis di dalam teks.

Tujuan utama dari dekonstruksi Derrida adalah menghindari adanya

logosentrisme dalam sebuah teks. „Logosentrisme‟ atau „kehadiran‟ yakni kecenderungan metafisika untuk mengukuhkan kebenaran absolut dalam bahasa

(38)

“Derrida” mengatakan bahwa logosentrisme merupakan “kekerasan metafisik”

(metaphysical violence) terhadap “yang lain”.

Dekonstruksi merupakan gerak melawan ambisi filsafat untuk menguasai

makna dan pemaknaan (Haryatmoko, 2016 : 138). Sebelum itu. dekonstruksi

dimulai dengan menemukan pusat dari teks. Meskipun demikian, penentuan pusat

teks ini juga merupakan hal yang problematis karena operasi teks menolak

penunggalan. Selanjutnya, pusat dari teks tersebut mengalami proses decentering.

Pusat teks akan mengalami desentralisasi; pusat-pusat teks itu menyebar ke segala

arah, membiak, dan memroduksi tanda-tanda yang membangun teksnya sendiri

(Al-Fayyald 2011: 77-78)

Dalam dekonstruksi, dikenal istilah diseminasi yang berarti penyebaran

makna. Dalam salah satu karya Derrida Dissemination dijelaskan sebuah strategi

unik yang memperlihatkan bahwa sebuah teks tidak mungkin dapat ditangkap

maknanya jika teks tidak dimanfaatkan sebagai arena permainan yang terus

menerus ditransformasi dengan mensubtitusi penanda-penanda lama dengan

penanda-penanda baru (Al-Fayyadl, 2011: 79).

Derrida juga memperkenalkan istilah differance. Differance dikenal juga

dengan sistem (penundaan, pembalikan). Konsep ini menggambarkan arah

dekonstruksi, yaitu menunda hubungan penanda dan petanda, membalikkan logika

biner (Haryatmoko, 2016: 137). Differance mirip dengan kata difference yang

berarti perbedaan, tetapi differance bukan sekadar perbedaan yang menunjukkan

ketidaksamaan dua hal. Differance menunjuk pada “penundaan” yang tidak

memungkinkan sesuatu hadir (Al-Fayyadl 2011: 110). Kedua kata tersebut dalam

(39)

Derrida dalam mengkritik kebenaran fonosentrisme, bahwa keduannya hanya

dapat diketahui perbedaannya ketika ditulis. Differance adalah strategi untuk

memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang implisit sekaligus menyodorkan

tantangan terhadap totalitas makna dalam teks (Al-Fayyadl 2011: 111). Menurut

Christopher Norris dalam bukunya Membongkar Teori Dekonstruksi Jacques

Derrida, defferance juga diartikan bahwa makna selalu ditangguhkan sampai

waktu yang tidak dapat ditentukan. Hal tersebut ditentukan oleh permainan

petanda. Differance membantu menunjukkan adanya perpindahan, pembalikan

dalam hal hubungan antara tanda dan halnya (representasi) (Haryatmoko:2005).

Dekonstruksi menawarkan cara untuk mengidentifaikasi kontradiksi dalam

politik teks sehingga membantu untuk memeroleh kesadaran lebih tinggi akan

adanya bentuk-bentuk inkonsistensi dalam teks (Haryatmoko, 2016: 134a).

Selain itu, dekonstruksi akan memperlakukan teks, konteks, dan tradisi

sebagai sarana yang mampu membuka kemungkinan baru untuk perubahan

melalui hubungan yang tidak mungkin (Haryatmoko, 2016: 134b). Dekonstruksi

membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan melihat cara-cara

bagaimana pengalaman ditentukan oleh ideologi yang tidak kita sadari karena

ideologi sudah dibangun atau menyatu dalam bahasa (Haryatmoko, 2016 : 134c).

Dekonstruksi dianggap berhasil bila mampu mengubah teks, membuat asing bagi

para pembaca yang sudah menganggap diri familiar, membuat mata terbelalak

ketika disingkap makna-makna yang terpinggirkan (Haryatmoko, 2016 : 135).

Haryatmoko dalam bukunya Membongkar Rezim Kepastian (2016:

(40)

teks meletakkan pusat dirinya, bagaimana mengonstruksi sistem kebenaran dan

pemaknaannya sendiri, serta melihat bagaimana teks saling bertentangan sendiri.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian

Secara umum penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini

menggunakan paradigma penelitian M. H. Abrams. Paradigma Abrams memiliki

empat pendekatan untuk melihat karya sastra secara keseluruhan. Keempat

pendekatan itu adalah pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan

mimetik, dan pendekatan pragmatik (Taum, 1997: 17). Setelah dilakukan reposisi

oleh Taum, paradigma Abrams mendapatkan dua tambahan pendekatan, yakni

pendekatan ekletik dan pendekatan diskursif. Pendekatan ekletik adalah

pendekatan yang menggabungkan beberapa pendekatan dari paradigma Abrams

untuk memahami sebuah fenomena sastra.

Seperti dikatakan di atas, pendekatan diskursif berasal dari hasil reposisi

dari paradigma M. H. Abrams. Pendekatan diskursif merupakan hasil dari reposisi

pendekatan objektif yang menjadikan teks sebagai sumber penelitian. Pendekatan

diskursif tidak sekadar memusatkan penelitian pada teks, tetapi juga pada dialog

timbal balik antara peneliti dan teks tersebut.

Istilah diskursif mengacu pada “wacana”. Kritik sastra diskursif

memungkinkan sebuah karya sastra dikaji sebagai bagian dari wacana itu sendiri.

Kritik sastra diskursif menunjukkan area baru objek penelitian sastra yang belum

dirambah oleh teori kritik sastra yang lain, yaitu teks-teks sastra dan teks-teks

(41)

diskursif (Taum, 2017: 5). Menurut Taum, diskursif adalah cara menghasilkan

pengetahuan beserta praktik sosial yang menyertainya. Dalam makalah yang

sama, Taum mengatakan bahwa bahasa dan episteme adalah unsur yang aktif.

Keduanya dapat bermain dalam arena kekuasaan dan dengannya dapat membuat

standar atas suatu hal, sehingga hal tersebut menjadl kebiasaan dan konvensi.

Pendekatan diskursif dapat digunakan untuk pengaplikasian teori-teori

postmodern. Penelitian ini menggunakan teori dekonstruksi Jacques Derrida. Inti

dari teori Derrida adalah mengkaji persebaran makna (polisemi) dalam sebuah

teks. Dekonstruksi bertujuan untuk mencairkan ideologi yang sudah beku dalam

bahasa (Haryatmoko: 2016: 134).

1.7.2 Objek Material dan Objek Formal

Objek material dari penelitian ini adalah Cerpen Pilihan Kompas 2013.

Cerita pendek (Cerpen) adalah kisahan yang memberi kesan tunggal yang

dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatik (Zaidan,

dkk, 2007: 50). Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013 “Klub Solidaritas Suami

Hilang”berisi 23 cerpen. Buku Cerpen Pilihan Kompas kemudian dibaca dengan

cermat.

Objek formal dari penelitian ini merupakan teori dekonstruksi dari Jacques

Derrida yang menekankan pada perlawanan akan terbentuknya tafsir tunggal

dalam sebuah teks. Objek formal tersebut dapat membantu melihat adanya pesan

(42)

1.7.3 Teknik Analisis Data

Secara umum, teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian

dekonstruksi adalah double reading. Double reading adalah sebuah teknik

pembacaan teks cermat. Teknik ini merupakan teknik pembacaan berkelindan

paling tidak dalam dua motif atau dua lapisan. Hasil pertama dari teknik ini adalah

penjabaran „tafsir dominan‟ yang terdapat di dalam teks (Critchley via Sumarwan 2005: 18). Pada bagian ini akan diidentifikasi hierarki metafisik yang terdapat

dalam teks beserta oposisi binernya. Tahap pembacaan pertama ini bertujuan

untuk merumuskan ideologi teks. Ideologi teks ini adalah sebuah poros teks.

Ideologi di sini mengacu pada konsep awal milik Destutt de Tracy pada tahun

1796 yang mengatakan bahwa ideologi adalah ilmu untuk meneliti ide-ide

manusia.

Tahap kedua dari teknik double reading adalah decentering. Setelah

idoelogi teks ditemukan dan hirarki metafisik dari teks dijabarkan, dilakukan

proses decentering. Proses ini merupakan proses inti dari dekonstruksi. Dalam

tahapan ini ideologi teks dibalik dan hierarki metafisik dihancurkan. Semua hal

yang terbagi dalam oposisi biner dinetralkan. Makna dari sebuah teks disebar lagi

dan pusat teks coba digeser (disseminasi). Dekonstruksi dianggap berhasil bila

mampu mengubah teks, membuat asing bagi para pembaca yang sudah

menganggap diri familiar, membuat mata terbelalak ketika disingkap

(43)

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini berjudul “Dekonstruksi dalam Cerpen Kompas Tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang: Perspektif Jacques Derrida“. Hasil penelitian ini akan dibagi manjadi empat bagian. Bab pertama memuat latar belakang yang

menjelaskan objek material dan objek formal penelitian ini. Korpus dari penelitian

ini adalah cerpen pilihan Kompas tahun 2013 dengan judul “Klub Solidaritas Suami Hilang”. Objek material dari penelitian ini adalah tiga cerpen dari

kumpulan tersebut. Ketiga cerpen tersebut adalah Klub Solidaritas Suami

Hilang karya Intan Paramaditha, Piutang-Piutang Menjelang Ajal” karya Jujur Prananto, dan Lelaki Ragi dan Perempuan Santan karya Damhuri Muhammad.

Sedangkan, objek formal yang digunakan merupakan teori dekonstruksi dari

Jacques Derrida. Pada bab ini dijelaskan rumusan masalah serta tujuan dari

penelitian. Rumusan masalah dibagi menjadi dua, yakni (1) Bagaimana ideologi

yang terdapat dalam Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013 “Klub Solidaritas Suami

Hilang”? (2) Bagaimana dekonstruksi dalam Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013

“Klub Solidaritas Suami Hilang “? Adapun, tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menjabarkan ideologi teks dalam Cerpen Pilihan Kompas tahun 2013 “Klub

Solidaritas Suami Hilang. (2) Menjelaskan dekonstruksi dalam Cerpen Pilihan

Kompas tahun 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang. Dalam bab satu juga

dijabarkan tinjauan pustaka dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian.

Bab dua berisi deskripsi dari rumusan masalah pertama, Pada bab ini

hirarki metafisik dalam teks akan dijabarkan. Hierarki metafisik akan

(44)

berikutnya adalah merumuskan ideologi teks. Ideologi teks adalah hasil utama

dari proses double reading yang pertama.

Bab tiga berisi hasil dari decentering teks. Ideologi teks akan dibalik dan

mendapatkan pemaknaan baru. Makna-makna yang telah dinetralisir di dalam teks

coba disusun ulang. Persebaran makna (polisemi) dijabarkan dan disimpulkan

lewat teks sendiri. Dekonstruksi dikatakan selesai jika teks menjadi asing dan

logosentrisme tidak ada lagi.

Bab empat merupakan penutup dari penelitian ini. Bab ini berisi

kesimpulan dan saran dalam pengembangan penelitian selanjutnya. Kesimpulan

ditarik dari penjelasan pada Bab II dan Bab III. Sedangkan, saran merupakan

sumbangan peneliti dalam pengembangan penelitian sejenis, juga masukkan untuk

pengembangan penelitian selanjutnya, sehingga penelitian sejenis akan terus

(45)

BAB II

HIERARKI METAFISIK DAN IDEOLOGI TEKS DALAM CERPEN PILIHAN KOMPAS 2013:

KLUB SOLIDARITAS SUAMI HILANG

2.1 Pengantar

Dalam Bab II ini akan dikaji hierarki metafisik dan ideologi teks dari tiga

cerpen di dalam Cerpen Pilihan Kompas 2013 Klub Solidaritas Suami Hilang.

Ketiga cerpen tersebut adalah KSSHkarya Intan Paramaditha, PPMA karya Jujur

Prananto, dan yang ketiga berjudul LRDPS karya Damhuri Muhammad. Ketiga

cerpen ini memiliki tema yang berbeda dan mampu mewakili tiga sendi

kehidupan manusia yaitu ekonomi, sosial,dan cinta.

Dalam Bab I telah dijelaskan, pembacaan terhadap ideologi teks pada Bab

II merupakan bagian dari double reading proses dekonstruksi. Pembacaan ini

bersifat struktural konvensional. Pembacaan ini bertujuan untuk menangkap kesan

pertama pembaca terhadap tokoh, alur, dan konflik yang ada di dalam cerita.

Proses ini merupakan langkah pertama untuk dapat melakukan dekonstruksi

terhadap teks.

Perumusan ideologi teks perlu mengidentifikasi hierarki metafisik yang

ada di dalam teks. Kajian tentang hierarki metafisik dilakukan melalui penjabaran

oposisi biner. Oposisi biner dapat dimaknai sebagai sarana diksi untuk

mengukuhkan sebuah pemaknaan dalam teks. Dalam kajian hierarki metafisik

juga tidak menutup kemungkinan muncul unsur undecidable. Unsur undecidable

(46)

Dengan demikian akan muncul ideologi teks dalam Bab II ini. Ideologi

yang dirumuskan merupakan ideologi yang bersifat naratif dan tidak menggiring

rumusan ideologi kepada ideologi-ideologi besar yang berkembang di dunia.

Ideologi teks merupakan ideologi yang terbentuk dari alur, keberpihakan cerita

yang dibuktikan dengan hierarki metafisiknya.

2.2 Hierarki Metafisik dan Ideologi dalam Cerpen “Klub Solidaritas Suami Hilang” karya Intan Paramaditha

2.2.1 Alur

Cerita ini berawal dari seorang tokoh yang disebut „kamu‟ oleh narator cerita berada di tengah-tengah kerumunan istri-istri di seluruh dunia. Perkumpulan

itu bernama Klub Solidaritas Suami Hilang. „Kau‟ bisa sampai di tempat itu

berkat pertolongan seorang ibu di toilet kantor polisi. Ibu itu memberitahu tentang

klub tersebut. „Kau‟ kehilangan suaminya yang rencananya akan melakukan bulan madu di kota New York. Ibu Yunita, ibu yang bertemu dengan „kau‟ di toilet itu

juga kehilangan suaminya dan sempat aktif di perkumpulan tersebut.

Dalam perkumpulan itu, „kau‟ mendengarkan banyak cerita tentang cerita

kehilangan suami di seluruh dunia lewat para anggotanya. Anggota di sana berasal

dari berbagai macam belahan di dunia; Dona Manuela dari Argentina, Carmencita

yang kehilangan suaminya di Paris, Andy Horowitz yang ditinggal pacarnya yang

belum sempat dinikahinya, dan Soonyi seorang Korea yang memiliki anak

berkulit hitam. Di dalam klub cerita-cerita kehilangan selalu diulang dan tidak

(47)

„Kau‟ kikuk waktu pertama kali berusaha menceritakan proses kehilangan suamimu. Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dari anggota klub lainnya dan kau

tetap terlihat gugup. Sampai akhirnya Soonyi mengambil jatah ceritamu dan

menceritakan cerita yang mungkin sudah diceritakan berulang kali di dalam klub

itu. Sampai suatu waktu kau mulai memahami bagaimana anggota klub

menghidupi kehilangan. Setiap cerita selalu miris meskipun diceritakan berulang

kali.

„Kau‟ mulai sering ke klub dan mulai mengetahui semua seluk beluk tentang anggota klub. Tentang Soonyi, „kau‟ tahu banyak karena anggota lain

menceritakannya kepadamu. Setelah kesehatannya menurun Soonyi meninggal.

Banyak hal berubah setelah Soonyi meninggal. Salah satu yang paling

mengejutkan adalah ketika rahasia masing-masing anggota terbongkar. Ternyata

tidak semua suami hilang, ada yang tidak diceritakan, ada yang dihilangkan, dan

tentu saja tidak diceritakan. Soonyi membunuh suaminya dan suami Carmencita

tinggal bersama pacarnya di LA. „Kau‟ belajar banyak tentang kehilangan dari Klub Solidaritas Suami Hilang.

2.2.2 Hierarki Metafisik

Dalam cerita ini terdapat dua kubu yang tersusun dalam hierarki metafisik.

Pertama adalah para istri secara umum dan tokoh „kau‟ secara khusus sebagai kubu pertama. Narasi dalam cerita membangun persepsi pembaca untuk menaruh

simpati pada para istri. Hal itu dibuktikan dalam kutipan berikut.

“Dona Manuela, perempuan Argentina tinggi gempal berumur

enam puluh lima, adalah pendiri perkumpulan. Ia terus mendengarkan sambil mengelap bingkai foto, kotak musik, atau koleksi miniatur

(48)

“Ketika tiba kesempatanmu bicara, kau merunut kronologi kehilangan seperti di kantor polisi. Carmencita, terlihat lebih sendu darimu, bertanya, “Apa yang palingkau ingat tentang suamimu?”

Kau menatap sekeliling sambil berusaha mengingat-ingat. Sedikit gugup, kau balas bertanya, “Bisa kuceritakan lain kali?”” (Paramaditha 2014:71)

Dua kutipan di atas mengarahkan simpati pembaca kepada keadaan istri

dari suami yang hilang tersebut. Kutipan pertama mendeskripsikan betapa Dona

Manuela sebagai seorang istri yang kehilangan suaminya sangat menderita dan

kesepian. Pengarang menciptakan adegan bersih-bersih bingkai foto dan lain

sebagainya sebagai sebuah pengingat kenangan atau kepercayaan akan masih

adanya harapan atas suaminya. Kutipan kedua dari tokoh „kamu‟ menggiring

simpati pembaca karena kekikukannya dalam merangkai cerita mengenai

suaminya di tengah-tengah perkumpulan merupakan bukti bahwa tokoh tersebut

belum sepenuhnya menguasai keadaan yang sedang dialaminya. Tokoh „kamu‟

begitu canggung untuk bercerita mengenai hal ini kepada anggota lain yang

notabene baru dikenalnya juga. Keberpihakan ini yang ditangkap oleh pembaca.

Sementara itu, kubu kedua yang merupakan oposisi dari kubu pertama

adalah pihak luar. Pihak luar ini melingkupi banyak komponen, seperti polisi,

pelaku penghilangan, suami, juga masyarakat kebanyakan yang diposisikan

merepresi kedudukan mereka di masyarakat. Pihak luar ini yang digunakan

pembaca untuk semakin mengarahkan simpati pembaca kepada perkumpulan para

istri tersebut. Hal ini dibuktikan dalam kutipan berikut ini.

“Seorang polisi perempuan mencatat perihal kehilangan suamimu.

(49)

dan berkata hangat, “Kami akan berusaha sebaik mungkin.”” (Paramaditha

2014:68)

“Ada yang tercecer setelah Perang Korea usai dan Amerika

menarik mundur tentaranya. Hal besar seperti perang kerap meninggalkan serpihan kecil, tak berguna dan jorok seperti sifilis dan bayi.

Di umur 17 Soonyi melahirkan anak berkulit hitam dari seorang

tentara yang ia sebut suami meski upacara penikahan tak pernah ada.”

(Paramaditha 2014:72)

“Yang jelas negara telah menzalimiku,” ia seperti bersabda. Kini

suaranya lembut dan ganjil, “Dalam kitab disebutkan: barang siapa menumpahkan darah manusia oleh manusia darahnya akan tertumpah.”

(Paramaditha 2014:74)

Kutipan pertama menggambarkan kubu kedua adalah polisi. Polisi dalam

kutipan tersebut diceritakan bekerja sekenanya. Dia memberikan pelayanan

seadanya kepada orang yang bukan warga negara Amerika. Sementara, di kutipan

kedua kubu kedua ditujukan pada peristiwa perang di Korea. Perang tersebut

dinyana menjadi asal muasal Soonyi bertemu suaminya. Kejadian tersebut juga

ketika Soonyi melahirkan anaknya yang berkulit hitam. Sekaligus juga menjadi

saat ketika Soonyi kehilangan suaminya. Kutipan ketiga sendiri merupakan kata

dari Dona Manuela yang menjadikan negara sebagai kubu kedua. Negara

dianggap tidak berjuang untuk menemukan suami mereka yang hilang.

2.2.3 Oposisi Biner dan Unsur Undecidable

Hierarki metafisik tidak terjadi begitu saja. Di dalamnya terdapat oposisi

biner antar dua kata yang pemaknaannya ditabrakkan secara arbriter dan

dikonfrontasikan sehingga menimbulkan kesan bahwa satu kata mengandung

kebenaran lebih banyak dari kata yang lain. Ada sekurangnya sebelas oposisi

biner yang terdapat dalam cerpen di atas. Daftar oposisi biner dapat dilihat pada

(50)

Tabel 1

Oposisi Biner Cerpen Klub Solidaritas Suami Hilang

Putih Hitam

Hilang Ketemu

Mengingat Melupakan

Ditangkap Dibebaskan

Perempuan Laki-laki

Pergi Datang

Istri Suami

Bungkam Bicara

Kulit Putih Kulit Hitam

Ganjil Genap

Dihilangkan Ditemukan

Dalam tabel di atas, oposisi biner yang menempati posisi di sebelah kiri

menunjukkan diksi yang digunakan pengarang untuk membangun cerita ini. Kata

di sebalah kiri menggambarkan bagaimana seharusnya pembaca melihat KSSH.

Oposisi di atas bukan sekadar membedakan arti leksikal, tetapi juga menelaah

segala maksud dari penggunaan kata sebagai simbol, dan peletakkannya ada di

mana. Oposisi biner ini yang nanti akan mengalami perubahan dalam proses

dekonstruksi kedua, yaitu decentering dan diseminasi.

Meskipun telah menemukan dan memetakan oposisi biner, ternyata masih

ada hal yang tidak dapat diputuskan keberpihakannya. Dalam cerpen KSSH ini

(51)

hierarki metafisik yang telah diungkap di atas. Hal tersebut adalah perihal

kehilangan. Kehilangan merupakan unsur yang undecidable. Hal tersebut terbukti

dalam kutipan berikut ini.

“Klub Solidaritas Suami Hilang tak menemukan yang hilang, tetapi

menghidupi kehilangan.” (Paramaditha, 2014:69)

“Di Klub Solidaritas Suami Hilang kita mengingat yang tak hadir

lewat cerita berulang. Kita bisa berangkat dari titik mana pun baik secara linear – dari awal pertemuan sampai hilangnya suami – maupun dengan alur mundur. Sebagian memilih teknik in medias res.” (Paramaditha,

2014:71)

““Dia tidak hilang. Aku menghilangkannya.”

Hari ini kita semua diingatkan seorang pencerita adalah juga

seorang penghapus.” (Paramaditha, 2014:76)

“Hilang dan kehilangan adalah lekuk yang lain, pelik sekaligus licin. Kadang keduanya terhubungkan dengan cara yang ajaib, sebagaimana yang kau pelajari dari Dona Manuela, Soonyi, dan Klub Solidaritas Suami Hilang.” (Paramaditha, 2014:77)

Kutipan satu dan dua di atas menunjukkan bahwa kehilangan bukan berarti

kesedihan, melainkan sebuah harapan. Kutipan tersebut memaknai kehilangan

sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dalam kesedihan melulu. Sedangkan dalam

kutipan tiga dan empat di atas, kehilangan menjadi hal yang dapat direncanakan,

dimanipulasi, ditambah-tambahkan, ditutupi, dan disembunyikan. Kehilangan

menjadi subjektif mengenai siapa orang yang bercerita tentang kehilangan

tersebut. Dua persepsi kehilangan yang berbeda ini menjadikan kehilangan

sebagai unsur yang undecidable.

2.2.4 Ideologi Teks

Cerpen ini pada dasarnya menceritakan bagaimana istri-istri di seluruh

dunia dapat berkumpul atas kesamaan nasib, yakni kehilangan suami. Konstruksi

Gambar

Tabel 1 .......................................................................................................
Gambar 1 ...................................................................................................
tabel di bawah ini.
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait