• Tidak ada hasil yang ditemukan

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

KALKULUS

KALKULUS

KALKULUS

KALKULUS

KALKULUS

KALKULUS

KALKULUS

KALKULUS

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

VARIASI

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

B

Bidang

Bentuk kurva

apakah yang

menunjukkan jarak terpendek yang menghubung-kan titik A dan titik B dalam bidang datar

Simak Pertanyaan !

A

dalam bidang datar di samping ?

(3)

B

Bidang

Simak Jawaban !

Tentu mudah jawabnya, yaitu kurva C yang berbentuk garis C A lurus yang menghubungkan langsung A dan B. C

(4)

Persoalan

kurva

yang

menandai

jarak

terpendek

yang

menghubungkan dua titik dalam bidang yang dikenal sebagai “

Geodesic

” tercakup dalam persoalan nilai “

maksimum

” atau

minimum

” suatu fungsi, atau lebih umum disebut sebagai

persoalan nilai “

Stasioner

”.

Menurut kalkulus dasar, syarat perlu suatu fungsi f(x) bernilai

stasioner adalah :

0

=

dx

df

(5)

Dalam Fisika, persoalan nilai stasioner (maksimum/minimum)

suatu fungsi banyak dijumpai, dan analisis sifat stasioner suatu

kuantitas fisika banyak menghasilkan hukum dan prinsip.

Contoh

A B

Sinar datang dari titik

A menuju cermin

Cermin datar

A menuju cermin

datar dan dipantulkan

ke titik B. Dari sekian

banyak lintasan yang

dapat dilalui sinar,

hanya satu lintasan

yang sesungguhnya

akan dilalui sinar.

(6)

Prinsip Fermat

: Sinar datang dari titik A menuju cermin dan

dipantulkan ke titik B akan menempuh satu lintasan tertentu

yang

jaraknya terpendek

atau

waktu tempuhnya tersingkat

Dari prinsip ini lahirlah

hukum Snelius

tentang pemantulan

cahaya

Sudut Datang = Sudut Pantul

Sudut Datang = Sudut Pantul

Sudut Datang = Sudut Pantul

Sudut Datang = Sudut Pantul

(7)

Bukti

Cermin datar A B θ θ’ b a l l2 1 x d-x N d 2 1

l

l

l

=

+

(

)

2 2 2 2

x

d

b

x

a

l

=

+

+

+

(8)

Bukti

(

)

2

0

2 2 2

=

+

+

+

=

a

x

b

d

x

dx

d

dx

dl

Menurut kakulus syarat perlu suatu kuantitas minimum adalah turunan pertama bernilai nol (0), dalam hal ini :

0

=

dx

dl

(

)

−1/2

( )

(

(

)

)

−1/2

(

)( )

(

2 2

)

1/2

( )

2

12

(

2

(

)

2

)

1/2

2

(

)( )

1

0

2 1

a

+

x

x

+

b

+

d

x

d

x

=

(

)

(

)

2

0

2 2 2

=

+

+

b

d

x

x

d

x

a

x

(

)

(

)

2 2 2 2

x

d

b

x

d

x

a

x

+

=

+

(9)

(

)

=

=

2 1

'

;

'

,

,

x x

dx

dy

y

dx

y

y

x

F

I

Dalam Kalkulus Variasi, kuantitas atau fungsi yang dibuat

stasioner dinyatakan dalam notasi integral (I) sebagai berikut :

Pada persoalan awal yaitu kurva yang menandai

jarak

terpendek

yang menghubungkan dua titik dalam bidang

=

=

S

dS

I

y dS dy dx x

+

=

=

2 2

dy

dx

S

I

dx

dx

dy

S

I

+

=

=

2

1

dx

dy

y

dx

y

S

I

=

=

1

+

'

2

;

'

=

(

)

dx

dy

y

y

y

y

x

F

,

,

'

=

1

+

'

2

;

'

=

(10)

Penanganan persoalan ini dilakukan dengan

Prinsip Variasi

sehingga teknik ini disebut

Kalkulus Variasi

:

dx

dy

y

dx

y

S

I

=

=

1

+

'

2

;

'

=

Dalam persoalan ini ingin diketahui kurva y = f(x) yang menandai jarak terpendek atau kuantitas berikut bernilai paling kecil :

Dengan prinsip Variasi, kurva

y(x)

divariasikan nilainya di atas maupun di bawah nilai sesungguhnya. Variasi ini diwakili oleh suatu fungsi sembarang

η

(x)

seperti pada gambar berikut.

(11)

Y(x) = y(x) +

εη

(x)

x Y (x2,y2) (x1,y1) y(x) Y(x)

ε

x

η

x1 x2 η(x)

η

(x) adalah suatu fungsi sembarang yang berkelakuan baik diantara x1 dan x2. nilainya nol di x = x1 dan di x = x2

(12)

+

=

2 1 2

'

1

x x

dx

Y

I

Dengan variasi ini, maka sekarang kita menginginkan kuantitas berikut bernilai minimum

Dan I sekarang menjadi fungsi parameter ε; jika ε = 0 maka Y = y(x). Persoalan sekarang adalah membuat I(ε) memiliki nilai minimum ketika ε = 0. Dengan kata lain :

0

;

0

=

=

ε

ε

d

dI

ketika ε = 0. Dengan kata lain :

Jika kita lakukan diferensiasi I terhadap ε, didapat :

+

=

2 1

'

'

2

1

1

2

1

2 ' x x

dx

d

dY

Y

Y

d

dI

ε

ε

(13)

( )

x

d

dY

'

'

η

ε

=

Dan jika kita lakukan diferensiasi persamaan Y(x) terhadap x,

didapat :

( ) ( )

x

y

x

( )

x

Y

'

=

'

+

εη

'

didapat

( ) ( )

0

'

1

'

'

2 1 2 0

=

+

=

=

dx

y

x

x

y

d

dI

x x

η

ε

ε

Jika hasil terakhir ini disubstitusi ke prs dI/d

ε

dan mengambil

dI/d

ε

= 0 ketika

ε

= 0, maka didapat :

(14)

( ) ( )

0

'

1

'

'

2 1 2 0

=

+

=

=

dx

y

x

x

y

d

dI

x x

η

ε

ε

( )

x

dx

dv

y

y

u

=

η

+

=

,

'

'

1

'

2

Kita dapat mengintegrasi secara by part (parsial) terhadap

integral ini, sebagai berikut :

( )

x

v

dx

y

y

dx

d

du

=

η

+

=

,

'

1

'

2

dan

( )

( )

0

'

1

'

'

1

'

2 2 0 2 1 2 1

=

+

+

=

=

dx

y

y

dx

d

x

x

y

y

d

dI

x x x x

η

η

ε

ε

(15)

0

'

=

y

d

didapat

( )

( )

0

'

1

'

'

1

'

2 2 0 2 1 2 1

=

+

+

=

=

dx

y

y

dx

d

x

x

y

y

d

dI

x x x x

η

η

ε

ε = 0 ≠ 0

sehingga

0

'

1

'

2

=

+

y

y

dx

d

C

y

y

=

+

2

'

1

'

sehingga

atau

(16)

2

'

1

'

C

y

y

=

+

(

2

)

2 2 2 2 2

'

'

1

'

C

y

C

C

y

y

=

+

=

+

(

2

)

2 2

1

'

C

C

y

=

(

)

2 2 2 2

1

'

K

C

C

y

=

=

K

y

'

=

K

dx

dy

=

dx

K

dy

=

=

+

=

Kdx

Kx

B

y

Merupakan persamaan

garis lurus linier seperti

yang diramalkan di awal

(17)

(

)

=

2 1

,

'

,

,

x x

dx

y

y

x

F

I

( ) ( )

x

y

x

( )

x

Y

=

+

εη

( )

=

2

(

,

,

'

)

x

dx

Y

Y

x

F

I

ε

Persamaan

Euler

Tapi

sehingga

Kembali ke kuantitas

1 x

+

=

2 1

'

'

x x

dx

d

dY

Y

F

d

dY

Y

F

d

dI

ε

ε

ε

( )

( )

+

=

2 1

'

'

x x

dx

x

Y

F

x

Y

F

d

dI

η

η

ε

Jika I diturunkan terhadap

ε

, didapat

(18)

( )

'

( )

0

'

2 1 0

=





+

=

= x x

dx

x

y

F

x

y

F

d

dI

η

η

ε

ε

( )

( )

( )

x

dx

y

F

dx

d

x

y

F

dx

x

y

F

x x x x x x

η

η

η





=

'

'

'

'

2 1 2 1 2 1

Untuk ε = 0 maka dI/dε = 0

Jika kita lakukan proses integrasi untuk suku kedua didapat :

0 x1 x1 x1

( )

0

'

2 1 0

=

=

=

dx

x

y

F

dx

d

y

F

d

dI

x x

η

ε

ε

0

'

=

y

F

y

F

dx

d

Persamaan Euler

Maka : atau

(19)

+

=

2 1 2

'

1

x x

dx

y

I

(

)

2

'

1

'

,

,

y

y

y

x

F

=

+

0

,

'

=

=

F

y

F

Dalam persoalan kurva yang menandai jarak minimum yang menghubungkan dua buah titik dalam bidang, yakni :

maka dan

,

0

'

1

'

=

+

2

=

y

y

y

0

'

1

'

2

=

+

y

y

dx

d

Sama seperti sebelumnya

dan

Sehingga persamaan Eulernya :

0

'

=

y

F

y

F

dx

d

(20)

ds

dx

y

x

x x x

+

2 2 1 2

.

2

'

1

.

1

Latihan Soal

dx

y

e

x

ds

x x x x

+

2 1 1 2

'

1

.

3

.

2

(21)

Penggunaan Persamaan Euler

(

)

F

r

,

θ

,

θ

'

dr

;

θ

'

=

d

θ

dr

a. Variabel lain

0

'

=

θ

θ

F

F

dr

d

Varibel r dan θθθθ

0

'

=

θ

θ

dr

Varibel s dan p

(

)

F

s

,

p

,

p

'

ds

;

p

'

=

dp

ds

0

'

=





p

F

p

F

ds

d

(22)

(

)

F

t

,

x

,

x

&

dt

;

x

&

=

dx

dt

Variabel t dan x

0

=

x

F

x

F

dt

d

&

dst...

(23)

Contoh Soal

Tentukan lintasan yang akan dilalui sinar cahaya jika indeks

bias (dalam koordinat polar) sebanding dengan r

-2

!

=

ds

r

ds

n

2

+

=

+

dr

r

r

d

r

dr

r

2 2 2

θ

2 2

1

2

θ

'

2

( )

,

'

'

1

2 2 2

θ

θ

r

F

r

r

F

=

+

=

Persamaan Euler :

0

'

=

θ

θ

F

F

dr

d

(24)

0

=

θ

F

Karena F bukan fungsi

θ

(

) ( )

+

=

'

2

'

1

2

1

'

2 2 / 1 2 2 2

θ

θ

θ

r

r

r

F

2 2

'

1

'

'

θ

θ

θ

r

F

+

=

0

=

θ

Karena F bukan fungsi

θ

0

0

'

1

'

2 2

=

+

θ

θ

r

dr

d

C

r

=

+

2 2

'

1

'

θ

θ

(25)

2 2

'

1

'

θ

θ

=

C

+

r

(

2 2

)

2 2 2 2 2 2

'

'

1

'

θ

θ

θ

=

C

+

r

=

C

+

C

r

(

2 2

)

2 2

1

'

C

r

=

C

θ

(

2 2

)

2 2

1

'

r

C

C

=

θ

C

r

=

2 2

'

1

'

θ

θ

(

2 2

)

1

C

r

2 2

1

'

r

C

C

=

θ

(26)

2 2

1

C

r

C

dr

d

=

θ

C

dr

r

C

C

d

2 2

1

=

θ

B

Cr

Sin

CArc

dr

r

C

C

+

=

=

θ

θ

2 2

1

(27)

b. Integral Pertama dari Persamaan Euler

0

'

=





y

F

y

F

dx

d

0

=

F

Persamaan Euler untuk F(x,y,y’) adalah

Jika F bukan fungsi y, yakni F(x,y’), maka :

0

'



=



y

F

dx

d

C

y

F

=

'

0

=

y

F

Sehingga persamaan Eulernya menjadi :

atau

(28)

Integral Pertama dari Persamaan Euler

Jika suatu persoalan dapat diarahkan ke bentuk integral pertama persamaan Euler, maka pengerjaannya akan lebih mudah dan lebih sederhana.

Cara yang dapat ditempuh agar suatu persoalan mengarah ke integral pertama persamaan Euler adalah melakukan pertukaran variabel, yaitu pertukaran variabel bebas dengan variabel terikat

seperti berikut : seperti berikut :

'

1

'

1

y

dx

dy

dy

dx

x

=

=

=

dy

x

dy

dy

dx

dx

=

=

'

dan

(29)

+

=

dx

y

y

I

2

'

1

(

)

y

y

y

y

x

F

2

'

1

'

,

,

=

+

Tentukan dan selesaikan persamaan Euler agar kuantitas berikut stasioner !

Dari soal dapat ditentukan F sebagai berikut :

(

)

y

y

y

x

F

,

,

'

=

(

)

( )

2 2 / 1 2 2 1

'

1

'

'

2

'

1

'

y

y

y

y

y

y

y

F

+

=

+

=

− 2 / 3 2 2 / 1 2 1 2

2

'

1

'

1

y

y

y

y

y

y

F

+

=

+

=

− sehingga

(30)

'

1

'

+

2

y

y

d

atau

Dengan demikian persamaan Eulernya menjadi :

0

'

=





y

F

y

F

dx

d

0

2

'

1

'

1

'

2 / 3 2 2

=

+

+

y

y

y

y

y

dx

d

Tampak tidak sederhana bukan ??

Dan mencari solusinya tidak cukup mudah

(31)

dy

x

dy

x

y

dx

y

'

1

'

'

'

1

1

+

2

=

+

2

=

2

+

+

=

dy

y

x

I

2

'

1

Sehingga F nya sekarang berubah menjadi :

Coba sekarang lakukan pertukaran variabel bebas dengan terikat sbb:

Sekarang kuantitas yang dibuat stasioner menjadi :

0

'

=

x

F

x

F

dy

d

Sehingga F nya sekarang berubah menjadi :

( )

y

x

x

y

F

2

'

1

'

,

=

+

(32)

0

=

x

F

0

0

'

1

'

=

+

x

y

x

dy

d

Dan

Sehingga persamaan Eulernya menjadi :

0

0

'

=

x

d

C

x

y

x

=

+

2

'

1

'

0

0

'

1

'

=

+

x

y

x

dy

d

Tampak lebih mudah diselesaikan dari sebelum dilakukan pertukaran variabel

(33)

Beberapa variabel terikat; Persamaan Lagrange

Dalam persoalan nilai stasioner ini sesungguhnya tidak perlu terbatas pada sesudah variabel terikat, melainkan bisa terdiri atas beberapa variabel terikat.

Ingat kembali pada kalkulus dasar, bahwa jika x = f(x), maka syarat perlu agar f(x) bernilai stasioner adalah :

0

=

dy

0

=

dx

dy

0

=

x

z

Dan jika suatu z = f(x,y) maka untuk kondisi ini, syarat stasioner adalah :

0

=

y

z

dan

(34)

Beberapa variabel terikat; Persamaan Lagrange

Analog dengan itu terjadi pula dalam kalkulus variasi. Misalkan kita diberikan sebuah F yang merupakan fungsi dari :

dan kita ingin mencari dua kurva y = y(x) dan z = z(x) yang membuat :

,

,

,

,

,

z

x

y

dxdy dxdz

(

)

dy

(

)

=

=

=

z

dz

dx

dx

dy

y

z

y

z

y

x

F

I

,

,

,

'

,

'

;

'

'

bernilai stasioner. Maka nilai integral I bergantung pada y(x) dan z(x). Untuk kasus ini terdapat dua persamaan Euler, satu untuk y dan satu lagi untuk z, seperti berikut

0

'

0

'

=

=





z

F

z

F

dx

d

dan

y

F

y

F

dx

d

(35)

Prinsip Hamiltonian dalam Mekanika

Dalam Fisika Dasar,

hukum II Newton

merupakan persamaan fundamental dalam membahas gerak benda.

Dalam mekanika lanjut, persoalan gerak benda dianalisis dari sudut pandang yang berbeda, yang disebut

prinsip Hamiltonian

F

=

m

a

r

r

pandang yang berbeda, yang disebut

prinsip Hamiltonian

=

2 1 t t

dt

L

I

Prinsip ini menyatakan bahwa suatu partikel atau sistem partikel selalu bergerak pada suatu lintasan sedemikian rupa sehingga :

bernilai stasioner, dengan :

V

T

(36)

Persamaan Lagrange

Untuk persoalan ini terdapat persamaan Euler, yang lebih dikenal sebagai persamaan Euler-Lagrange atau persamaan Lagrange, yang jumlahnya bergantung pada jumlah variabel terikat. Untuk 3 Dimensi maka persamaan Lagrange-nya dalam sistem kartesian adalah :

0

=

x

L

x

L

dt

d

&

0

0

0

=

=





=

z

L

z

L

dt

d

y

L

y

L

dt

d

x

x

dt

&

&

&

(37)

Contoh Soal

Sebuah benda dijatuhkan secara bebas dari ketinggian tertentu dekat permukaan bumi. Tentukan persamaan gerak benda yang jatuh bebas tersebut !

Dengan Hukum II Newton

F

=

m

a

r

m y

mg

W

F

=

=

g

a

a

m

g

m

y y

r

r

r

r

=

=

Resultan gaya yang bekerja pada benda adalah gaya berat :

sehingga : g

h W

(38)

Contoh Soal

gt

v

r

y

=

m h

=

g

dt

v

r

y

Kecepatan benda sbg fungsi waktu

v

0

= 0

=

v

dt

y

r

r

( )

=

gt

dt

y

r

g W 0 2 2 1

gt

y

y

r

=

+

(39)

Contoh Soal

Sebuah benda dijatuhkan secara bebas dari ketinggian tertentu dekat permukaan bumi. Tentukan persamaan gerak benda yang jatuh bebas tersebut !

Dengan prinsip Hamiltonian

V

T

L

=

m 2 2 1

m

y

T

=

&

Dengan : sehingga : g h W

mgy

V

=

mgy

y

m

L

=

21

&

2

(40)

Persamaan Lagrange

0

=





y

L

y

L

dt

d

&

y

m

y

L

&

&

=

d

mg

y

L

=

( ) (

m

y

mg

)

=

0

dt

d

&

( ) ( )

g

a

mg

y

m

y

=

=

+

0

&

&

(41)

Prinsip Variasi Van Baak dalam Rangkaian DC

Dalam Fisika Dasar,

teorema simpal Kirchoff

merupakan teorema fundamental dalam membahas rangkaian listrik arus searah (DC).

Dari sudut pandang lain, persoalan rangkaian arus listrik DC dapat diselesaikan menggunakan

prinsip Variasi Van Baak

∑ ∑

ε

+

iR

=

0

diselesaikan menggunakan

prinsip Variasi Van Baak

=

=

n k k k d

i

R

P

1 2 g d

P

P

S

=

2

Prinsip ini menyatakan bahwa arus listrik akan mengalir ke suatu percabangan rangkaian sedemikian rupa sehingga :

bernilai stasioner, dengan :

=

=

n k k k g

i

P

1

ε

(42)

Syarat perlu :

0

=

k

i

S

(43)

Contoh soal

Gunakan prinsip variasi untuk menyelesaikan persoalan rangkaian listrik berikut ini. Tentukan kuat arus listrik yang mengalir pada setiap cabang rangkaian di bawah ini !

R2 = 1 Ω i2 i3 i1 R1 = 2 Ω R3 =3 Ω ε2 = 1V ε1 = 2V ε3 = 3V

(44)

Jawab

Prinsip Variasi Van Baak : S = Pd – 2 Pg

2

)

(

6

4

)

(

3

2

2

6

4

3

2

3

2

3

2

2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 1 3 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2

i

i

i

i

i

i

i

i

S

i

i

i

i

i

i

S

i

i

i

i

i

i

i

Pg

i

i

i

R

i

Pd

k k k k

+

+

+

+

=

+

+

=

+

=



+

+

=

=

+

+

=

=

ε

)

,

(

2

)

(

6

4

)

(

3

2

2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1

i

i

S

S

i

i

i

i

i

i

i

i

S

=

+

+

+

+

=

0

2

6

2

)

(

6

0

0

6

4

)

(

6

4

0

2 2 1 2 2 1 1 1

=

+

+

=

=

+

+

=

i

i

i

i

S

i

i

i

i

S

(45)

Jawab

8

8

6

10

6

10

2 1 2 1

=

+

=

+

i

i

i

i

4

4

3

5

3

5

2 1 2 1

=

+

=

+

i

i

i

i

A

i

i

i

i

i

i

11

5

5

11

20

20

15

15

9

15

2 2 2 1 2 1

=

=

=

+

=

+

i

i

5

3

5

5

1 2

=

i

i

i

=

+

A

i

i

i

i

11

8

11

40

5

11

15

55

5

11

5

3

5

5

1 1 1 1

=

=

=

=

A

i

i

i

i

i

11

13

11

8

11

5

3 3 2 1 3

=

+

=

+

=

(46)

SEKIAN…

Referensi

Dokumen terkait