EVALUASI PENJADWALAN PROYEK JARINGAN ALMS
(AUTOMATED LOGISTIC MANAGEMENT SYSTEM) DENGAN
METODE PERT DI PANGKALAN TNI AU ATANG SENDJAJA BOGOR
ERI AHMAD HARAHAP DAN BASUKI ARIANTO
Program Studi S1Teknik Industri, Universitas Suryadarma, Jakarta
AbstraksiTNI AU melalui Dismatau (Dinas Materiil Angkatan Udara) menginginkan perencanaan dukungan logistik bagi setiap alutsista udara diselenggarakan secara cermat dan seefisien mungkin. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pembangunan jaringan ALMS untuk suku cadang alutsista yang ada di Lanud ATS Bogor. Dismatau melaksanakan pembangunan jaringan ALMS menggunakan alokasi waktu dan tenaga kerja dalam menyelesaikan pembangunan jaringan ALMS. Namun berdasarkan observasi penjadwalan yang diterima dari pihak pengembang didapat alokasi waktu dan tenaga kerja yang dapat dicrashing agar diperoleh waktu kegiatan, jumlah tenaga kerja serta biaya proyek yang lebih efektif dan efisien.
Metode analisis jaringan kerja yang digunakan dalam observasi penjadwalan ini adalah metode PERT. Metode PERT ditinjau dari sudut kepentingan perencanaan dan pelaksana pekerjaaan digunakan untuk mengkoordinasikan berbagai macam pekerjaan yang ada satu dengan lainnya dengan bebas dan atau saling bergantung berdasarkan pertimbangan sumber daya yang digunakan, logika proses yang berlangsung dan hasil proses itu sendiri. Pada dasarnya tahap aplikasi terdiri dari tiga kelompok utama: pembuatan, pemakaian, dan perbaikan. Pembuatan terdiri dari inventarisasi kegiatan, hubungan antar kegiatan, network diagram, data kegiatan, analisis waktu dan sumber daya, batasan dan persyaratan, leveling. Pemakaian digunakan untuk melaporkan kemajuan proses pelaksanaan tiap kegiatan. Perbaikan dilakukan karena tidak tepatnya asumsi yang dipakai pada saat pembuatannya. Analisis metode PERT dilengkapi dengan perhitungan standar deviasi.
Penggunaan analisis jaringan kerja PERT sebagai model yang dipakai pada penyelenggaraan proyek sehingga dapat dilakukan upaya percepatan durasi proyek dengan mempercepat pekerjaan-pekerjaan yang berada pada lintasan kritis. Percepatan durasi proyek dilakukan dengan menggunakan alternatif, yaitu penambahan tenaga kerja. Waktu kegiatan proyek dengan penambahan tenaga kerja dapat dipercepat, sehingga waktu pelaksanaan proyek saat sebelum crashing dari 114 hari menjadi 90 hari. Pehitungan biaya proyek sebesar Rp 228.900.000 untuk 114 hari dapat ditekan menjadi Rp193.750.000 untuk 90 hari sehingga kegiatan dapat dipercepat selama 24 hari dengan penghematan biaya sebesar Rp. 35.150.000. Lintasan Kritis terjadi pada kegiatan presentasi usul pesanan oleh pihak pengembang, pembuatan rencana usul pesanan oleh TNI AU, pembuatan usul pesanan oleh TNI AU, penandatanganan kontrak TNI AU dan pengembang, pembangunan jaringan WAN jarkombra dan pembangunan LAN, test jaringan WAN dan LAN, test jaringan jarkombra, test jaringan antar Pangkalan Udara, replikasi transaksi data , instalasi aplikasi, pelatihan/training, sosialisasi program, uji fungsi.
Kata Kunci : PERT, ALMS, Crashing, Network Planning, Lintasan Kritis
PENDAHULUAN
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara merupakan bagian Integral dari Tentara Nasional Indonesia, sesuai UU No 34 tahun 2002, bertugas melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra udara di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi, melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara, serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
Dukungan logistik yang handal, cepat dan terencana sangat diperlukan untuk membuat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, melalui kesiapan alat utama sistem senjata yang dimiliki sehingga dapat melaksanakan tugas operasionalnya secara maksimal. Dinas Materiil TNI AU, dalam hal ini Bina Automated logistic
Management System (ALMS), merupakan
satuan yang bertanggung jawab untuk membina dan menyelenggarakan kegiatan pembekalan dan pemeliharaan sistem logistik TNI AU dengan menggunakan sistem informasi pembinaan materiil yang disingkat Sipmat yang memiliki kemampuan untuk mendukung kelancaran tugas-tugas yang diemban. Sebagai gambaran, Sipmat adalah sarana pengolahan data menggunakan komputer yang dalam pelaksanaannya digunakan untuk mendukung kelancaran beroperasinya Alutsista (Alat Utama Sistem Senjata) TNI AU. Dengan beroperasinya Sipmat, maka berbagai keuntungan dapat diperoleh yaitu kebutuhan dukungan materiil dapat diketahui sedini mungkin, pengawasan arus pemenuhan kebutuhan, pengawasan Stock Materiil, pengawasan pemakaian materiil, pengawasan jam terbang pesawat serta pengawasan pelaksanaan pemeliharaan.
TNI AU telah melaksanakan program pengawasan stock materiil melalui Dismatau dengan jaringan Wide
Area Network (WAN) dan Local Area Network (LAN) di 8 Pangkalan Udara TNI
AU yang memiliki alutsista udara seperti Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Iswahyudi Madiun, Supadio Pontianak, Hasanuddin Makassar, Abdulrachman Saleh Malang, Adisucipto Yogyakarta, Rusmin Nuryadin Pekanbaru dan Mabesau Jakarta. Lanud Atang Sendjaja (Gambar Lampiran 1) pada saat ini belum dilengkapi dengan jaringan ALMS, sehingga Kepala Staf Angkatan Udara mengintruksikan pembangunan jaringan ALMS pada kegiatan kunjungan kerja ke lanud ATS dalam rangka peresmian Simulator Pesawat Super Puma pada awal tahun 2013. Perintah pembangunan proyek Installasi jaringan WAN/LAN ALMS di Pangkalan Udara TNI AU Atang Sendjaja Bogor dilaksanakan oleh mitra melalui penandatanganan kontrak dengan Dinas Komunikasi dan Elektronika TNI AU. Atas dasar hal-hal tersebut penulis mencoba mengurai permasalahan pemasangan jaringan ALMS di ATS, berdasarkan pengalaman pembangunan di Pangkalan Udara TNI AU yang telah terlebih dahulu dibangun dengan menggunakan metode Analisis Jaringan
Kerja. Judul penelitian ini adalah Evaluasi
Penjadwalan Proyek Jaringan ALMS (Automated Logistic Management System)
dengan Metode PERT (Program Evaluation and Review Technique) di
Pangkalan Udara TNI AU Atang Sendjaja Bogor.
Pokok Permasalahan
Perencanaan penjadwalan yang efektif antara pengalokasian waktu dan jumlah tenaga manusia akan sangat berpengaruh dalam penyelesaian pembangunan jaringan ALMS di Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja BOGOR. Permasalahan yang dihadapi dalam penyelesaiaan pekerjaan tersebut adalah:
a. Penggunaan metode analisis jaringan kerja PERT untuk mendapatkan berapa waktu pengerjaan ideal yang digunakan dengan mencari lintasan kritisnya. b. Penjadwalan setiap pekerjaan dengan
menggunakan alternatif seperti pengurangan dan penambahan tenaga 37
kerja sehingga didapat berapa tenaga kerja yang digunakan.
c. Mengoptimalkan biaya anggaran pengeluaran disesuaikan dengan pengurangan dan penambahan tenaga kerja sehingga didapat berapa biaya yang dapat dihemat dalam pengerjaan proyek tersebut
METODE
Pengertian Proyek
Proyek adalah lintasan kegiatan-kegiatan yang dimulai pada suatu saat awal dan selesai pada suatu akhir, yaitu pada saat tujuan proyek tercapai. Jika pernyataan ini dianggap sebagai kerangka, maka isi dari kerangka tersebut adalah kegiatan awal untuk saat awal, kegiatan akhir untuk saat akhir, dan teknologi untuk (lintasan) kegiatan-kegiatan. Bila proyek dianggap sebagai sebuah system, maka inputnya adalah keadaan awal, outputnya adalah keadaan akhir, dan prosesnya adalah teknologi (Tubagus Haedar Ali; 2005).
Metode Pelaksanaan Proyek
Network diagram adalah visualisasi
proyek berdasarkan network planning. Network diagram (diagram jaringan kerja)
berupa jaringan kerja yang berisi lintasan-lintasan kegiatan, urutan-urutan kegiatan dan urutan-urutan peristiwa yang ada selama penyelenggaraan proyek. Dengan network diagram dapat segera dilihat kaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya, sehingga bila sebuah kegiatan terlambat maka dengan segera dapat dilihat kegiatan apa saja yang dipengaruhi oleh keterlambatan tersebut dan berapa besar pengaruhnya. Pada
network diagram dapat pula diketahui
kegiatan-kegiatan mana saja atau lintasan-lintasan mana saja yang kritis, sehingga dengan mengetahui tingkat kekritisannya dapat ditetapkan skala prioritas dalam menangani masalah-masalah yang timbul selama penyelenggaraan proyek.
Dua syarat utama yang harus dipenuhi dalam penggunaan network planning pada penyelenggaraansuatu proyek adalah adanya network diagram
yang tepat, dan network diagram yang tepat tadi digunakan secara konsekuen dalam penyelenggaraan proyek. Oleh karena diagram pada hakekatnya adalah gambaran atau sketsa, maka dalam pembahasan membuat network diagram yang tepat akan menguraikan symbol dan cara pemakaian dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam kesimpulannya dan pengambilan keputusan menjadi tidak tepat.
Perencanaan Jaringan kerja
Perencanaan jaringan kerja merupakan salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan. Informasi tersebut mengenai sumber daya yang digunakan oleh kegiatan yang bersangkutan dan informasi mengenai jadwal pelaksanaannya. (Tubagus Haedar Ali;2005).
Fungsi Perencanaan Jaringan Kerja
Perencanaan jaringan kerja berfungsi untuk menyelesaikan suatu kegiatan proyek yang hanya dilakukan sekali saja, jadi harus dibuat perencanaan jaringan kerja yang baru untuk setiap proyek yang akan diselesaikan.
Analisis Waktu
Analisis waktu dalam penerapan
Network Planning pada penyelenggaraan
proyek harus dilakukan , sebab :
a. Analisis waktu merupakan langkah pertama sebelum melakukan analisis lebih lanjut yaitu analisis sumber daya dan analisis biaya.
b. Untuk melakukan analisis waktu pada tahap perencanaan (design model) data yang diperlukan relatif tidak terlalu sukar penyediaannya.
c. Untuk melakukan analisis waktu pada tahap operasi pengumpulan dan pengolahan datanya relative lebih mudah
Faktor Penentu Lama Kegiatan
Lama kegiatan adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang bersangkutan, yaitu mulai dari saat paling awal pada saat kegiatan mulai dikerjakan sampai dengan saat akhir pada saat kegiatan selesai dikerjakan.
Satuan untuk mengukur lama kegiatan tergantung dari jenis kegiatannya, yaitu ; detik, menit, jam, hari, minggu, bulan ataupun tahun. Untuk penggunaan metode PERT, waktu yang digunakan merupakan variabel acak. Taksiran variabel acak waktu tersebut adalah : a. Taksiran lama kegiatan paling
optimistis (LO) adalah kemungkinan bahwa kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih singkat
b. Taksiran lama kegiatan yang paling mungkin (LM) adalah taksiran waktu yang biasanya terjadi dalam keadaan normal.
c. Taksiran lama paling pesimistis (LP) adalah kemungkinan bahwa kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih lama akibat faktor non teknis (tukang sakit, hujan, keterlambatan bahan baku).
Apabila u adalah harga rata-rata waktu kegiatan, maka:
Tenggang Waktu Kegiatan
Tenggang waktu kegiatan (activity float) adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan kegiatan. Dengan ukuran ini dapat diketahui karakteristik pengaruh keterlambatan terhadap penyelenggaraan proyek dan terhadap pola kebutuhan sumber daya dan pola kebutuhan biaya. Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menghitung tenggang waktu seluruh kegiatan yang ada dalam sebuah network
diagram suatu proyek adalah :
a. Telah ada Network Diagram yang tepat yang terdiri dari : kegiatan, peristiwa, dan dummy (bila diperlukan) yang jumlahnya tepat, hubungan logika antar kegiatan memenuhi persyaratan yaitu :
peristiwa awal diberi nomor maksimal (yang nilainya sama dengan jumlah peristiwa), peristiwa-peristiwa lainnya diberi nomor sedemikian rupa sehingga nomor peristiwa awal selalu lebih kecil dari nomor peristiwa akhir (nomor-nomor tersebut nilainya selalu lebih besar dari 1, dan selalu lebih kecil dari nomor maksimal).
b. Lama kegiatan perkiraan masing-masing kegiatan telah ditentukan. c. Berdasarkan network diagram tersebut
telah dihitung saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat semua peristiwa.
Ada 3 (tiga) tenggang waktu kegiatan, yaitu:
a. Total Float (TF) adalah jangka waktu antara saat paling lambat peristiwa akhir (SPLj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal peristiwa awal (SPAi)-nya. b. Free Float adalah jangka waktu antara
saat paling awal peristiwa akhir (SPAj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal peristiwa awal (SPAi)-nya.
c. Independent Float (IF) adalah jangk awaktu antara saat paling awal peristiwa akhir (SPAj) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling lambat peristiwa awal (SPLi)-nya.
Mempercepat Waktu Proyek
Keadaan yang dihadapi di sini adalah adanya perbedaan antara umur perkiraan proyek dengan umur rencana proyek. Umur rencana proyek biasanya lebih pendek daripada umur perkiraan proyek.
Mempercepat Waktu Proyek
Syarat yang harus dipenuhi agar dapat membuat rencana dengan umur proyek yang lebih cepat daripada keadaan semula adalah :
µ = a + (4m) + b
(1)
6
a. Telah ada network diagram yang tepat b. Lama kegiatan masing-masing telah
ditentukan
c. Berdasarkan ketentuan diatas, dihitung saat paling awal (SPA) dan saat paling lambat (SPL) semua peristiwa
d. Ditentukan pula umur rencana proyek (UREN)
Analisis Sumber Daya
Analisis sumber daya ini bertujuan mempelajari dan mengetahui jumlah biaya, tenaga kerja, peralatan dan bahan yang diperlukan pada setiap hari selama proyek diselenggarakan. Model yang umum diketahui dan mudah digunakan dalam penyelenggaraan proyek berupa grafik yang menggambarkan kebutuhan sumber daya mulai hari pertama sampai
dengan hari tertentu selama penyelenggaraan proyek (kurva S).
Dari analisis waktu dapat dibuat jadwal proyek yang meliputi semua kegiatan proyek. Setiap kegiatan harus direncanakan saat mulai dan selesainya. Dengan demikian kebutuhan sumber daya per-hari seluruh proyek dapat diketahui dengan cara menjumlahkan pemakaian sumber daya oleh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada hari yang sama
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di pangkalan TNI AU Atang Sandjaja (ATS) Bogor yang merupakan pangkalan TNI AU Type Alfa “A”. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sesuai umur proyek tanggal 27 Maret 2013 - 2 September 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses pengambilan data dilakukan oleh penulis dengan pengamatan secara langsung, dan penjelasan dari personil pelaksana. Lokasi pembangunan jaringan ALMS ini mengambil tempat di Pangkalan TNI Atang Sendjaja Bogor dengan mulai kegiatan di jajaran staf Logistik untuk
menempatkan server WAN.
Pembangunan LAN dilaksanakan secara bersamaan untuk mengefektifkan waktu dan tenaga kerja, dengan lokasi Gudang Persediaan Pangkalan dan gudang Skadron udara 6 dan 8 serta Skadron Teknik. Proses selanjutnya adalah menggabungkan program WAN dan Program lokal LAN. Setelah Dalam penyusunan penelitian ini penulis menggunakan literatur dalam riset untuk penyelesaian suatu proyek pembangunan jaringan ALMS dengan metoda jaringan kerja. Hasil pendataan akan dapat digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Dengan dilakukannya observasi di lokasi, maka penyusun mendapatkan :
a.Data-data yang diperolah penyusun dari riset adalah :
1. Time schedule (Jadwal Kegiatan)
Adapun jadwal waktu tiap-tiap kegiatan yang harus diselesaikan adalah sebagai berikut :
A : Presentasi Usul Pesanan oleh pihak pengembang.
B : Pembuatan Rencana Usul Pesanan oleh TNI AU.
C : Pembuatan Usul Pesanan oleh TNI AU.
D : Penandatanganan Kontrak TNI AU dan Pengembang
E : Pembangunan Server WAN dan LAN Jarkombra
F : Pembangunan Server WAN dan LAN G : Pembangunan Jaringan LAN di 3 titik. H : Pembangunan Jaringan LAN di 4 titik. I : Test Jaringan WAN dan LAN
J : Test Jaringan Jarkombra.
K : Test Jaringan Antar Pangkalan Udara.
L : Replikasi ( Transaksi Data ). M : Instalasi Aplikasi.
N : Pelatihan/Training O : Sosialisasi Program. P : Uji Fungsi.
2. Ketenaga kerjaan yang terdiri dari a) Manager
b) Asisten Manager c) Foreman
e) Pekerja
Pengolahan Data.
Dalam pengolahan data estimasi tiga angka digunakan bila memakai metode PERT yaitu kriteria waktu optimis, waktu paling mungkin dan waktu pesimistis dengan rumus sebagai berikut :
LPER = LO + 4LM+LP 6 Di mana :
LO = Waktu optimis ,
yaitu waktu dimana pekerjaan itu dapat berjalan dengan baik.
LM = Waktu yang sering terjadi, yaitu estimasi waktu yang paling baik dimana aktivitas-aktivitas itu sering dapat dilaksankan.
LP = Waktu pesimis,
yaitu waktu dimana mungkon pekerjaan itu dikerjakan dalam keadaan yang jelek sekali, misalnya turun hujan , ada tukang sakit.
Tabel 1. Perkiraan Waktu Rata-rata Tiap-tiap Kegiatan
Tabel di atas menjelaskan penggunaan rumus dalam menetukan waktu perkiraan kegiatan yang akan digunakan
dalam pembuatan network planning (jaringan kerja).
Pembuatan Jaringan Kerja
Network planning (Jaringan Kerja)
pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau divisualisasikan dalam diagram network.
Saat Paling Awal (SPA) Kegiatan
Syarat yang harus dipenuhi dalam
menentukan atau menghitung SPA semua peristiwa-peristiwa pada sebuah network diagram :
a. Tersedia Network diagram yang tepat. b. Nomor=nomor peristiwa yang tepat. c. Semua kegiatan yang ada dalam
network diagram telah ditetapkan lama kegiatan perkiraannya.
Rumus :
SPAj = SPAi + L X = Kegiatan
J = peristiwa akhir kegiatan X I = peristiwa awal kegiatan X
I = lama kegiatan X yang diperkirakan L= peristiwa akhir kegiatan X
URAIAN AKTIVITAS UTAMA LO LM LP LPER Akti vita s Pen dah ulu IMPLEMENTASI APLIKASI KAL HAR
Admin
A Presentasi RENUP 1 1 1 1
B Pembuatan RENUP 3 3 3 3 A
C Pembuatan UP 6 6 6 6 B
D Penandatanganan Kontrak 10 10 10 10 C
E Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra 15 30 45 30 D
Pembangunan LAN
F Pembangunan SERVER ATS di ruang Kadislog 3 4 5 4 D G Pembangunan jaringan di ruang SIKAL,SILEK,HARMATSISTA 5 6 7 6 F H Pembangunan jaringan di ruang SKADRON UDARA 6,8,Tek 5 6 7 6 G I Test jaringan aplikasi WAN dan LAN 6 8 10 8 E, H
J Test jaringan aplikasi Jarkombra 3 4 5 4 I
K Pebandingan data base dan copy DB antar lanud 6 7 8 7 J L Replikasi database antar lanud,tuning,testing 15 17 19 17 K
M Instalasi aplikasi 5 5 5 5 L
N Training 5 5 5 5 M
O Pendampingan/sosialisasi 5 5 5 5 N
SPAi=saat paling awal peristiwa awal SPAj=saat paling awal peristiwa akhir
Dari perhitungan di atas diketahui umur proyek sebelum crashing adalah 114 hari, dengan diagram kerja 1. Diagram ini menjelaskan kegiatan proyek 114 hari melalui perhitungan maju dan perhitungan mundur di mana didapat lintasan kritis yang masih dapat disederhanakan melalui percepatan umur proyek.
Saat Paling Lambat (SPL) dan Lintasan Kritis
Hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada Gambar 1. Alternatif percepatan durasi proyek yang digunakan yaitu dengan penambahan tenaga kerja. Perhitungan biaya proyek akibat percepatan durasi proyek dilihat crashing dengan penambahan tenaga kerja pada aktifitas E yaitu Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra dari 10 orang menjadi 20 orang sehingga, waktu dapat dipercepat dari 30 hari ke 15 hari, kemudian untuk aktifitas F,G,H,I,J,K,L dan P, kita menambahkan 1 orang tukang untuk mempersingkat waktu, dari aktivitas F dari 4 hari menjadi 3 hari, kemudian aktifitas G dari 6 hari menjadi 5 hari, kemudian aktivitas H dari 6 hari menjadi 5 hari, , kemudian aktivitas I dari 8 hari menjadi 6 hari, kemudian aktivitas J dari 4 hari menjadi 3 hari, kemudian aktivitas K dari 7 hari menjadi 6 hari, kemudian aktivitas L dari 17 hari menjadi 15 hari dan aktvitas P dari 13 menjadi 10 hari. Setelah melakukan crashing, waktu dapat dipercepat dari 114 hari menjadi 90 hari. Lintasan Kritis di mana TF adalah 0 (Nol),
terjadi pada kegiatan
A,B,C,D,E,I,J,K,L,M,N,O dan P.
Menentukan Total Float
Berikut ini perhitungan mencari Total Float (TF) kegiatan apabila umur perkiraan proyek sebelum Crashing = 114 hari.
Hasil perhitungan diatas dapat dilihat pada Tabel 2.
Mempercepat Umur Proyek
Umur proyek ditentukan oleh saat paling awal kegiatan yang paling awal mulai dikerjakan, yaitu SPA peristiwa awal network diagram dan ditentukan oleh saat paling awal kegiatan akhir yang paling awal selesai, yaitu SPA peristiwa akhir netwoek diagram.Umur proyek sama dengan SPA peristiwa akhir network diagram dengan syarat SPA awal =0.
Perhitungan biaya proyek akibat percepatan durasi proyek dilihat crashing dengan penambahan tenaga kerja pada aktifitas E yaitu Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra dari 10 orang menjadi 20 orang sehingga, waktu dapat dipercepat dari 30 hari ke 15 hari :
Dari perhitungan diketahui umur proyek setelah crashing adalah 90 hari, dengan diagram kerja sebagai berikut dengan pengunaan alternatif percepatan durasi proyek yaitu dengan penambahan tenaga kerja. Perhitungan biaya proyek akibat percepatan durasi proyek dilihat
crashing dengan penambahan tenaga
kerja pada aktifitas E yaitu Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra dari 10 orang menjadi 20 orang sehingga, waktu dapat dipercepat dari 30 hari ke 15 hari, kemudian untuk aktifitas F,G,H,I,J,K,L dan P, kita menambahkan 1 orang tukang untuk mempersingkat waktu, dari aktivitas F dari 4 hari menjadi 3 hari, kemudian aktifitas G dari 6 hari menjadi 5 hari, kemudian aktivitas H dari 6 hari menjadi 5 hari, , kemudian aktivitas I dari 8 hari menjadi 6 hari, kemudian aktivitas J dari 4 hari menjadi 3 hari, kemudian aktivitas K dari 7 hari menjadi 6 hari, kemudian aktivitas L dari 17 hari menjadi 15 hari dan aktvitas P dari 13 menjadi 10 hari. Setelah melakukan crashing, waktu dapat dipercepat dari 114 hari menjadi 90 hari.
Gambar 1. Diagram Jaringan Kerja dengan Lintasan Kritis Kegiatan dengan SPA dan SPL Sebelum Crashing.
Tabel 2. Perhitungan menentukan Lintasan Kritis Total Float Sebelum Crashing .
Kegiata
n Nama Kegiatan SPAj
SPL j L SPAi SPL i T F
IMPLEMENTASI APLIKASI KAL HAR Admin
A Presentasi RENUP 1 1 1 0 0 0
B Pembuatan RENUP 4 4 3 1 1 0
C Pembuatan UP 10 10 6 4 4 0
D Penandatanganan Kontrak 20 20 10 10 10 0
E Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra 50 50 30 20 20 0
Pembangunan LAN
F Pembangunan SERVER ATS di ruang Kadislog 24 38 4 30 34 4 G Pembangunan jaringan di ruang SIKAL,SILEK,HARMATSISTA 30 44 6 34 38 4 H Pembangunan jaringan di ruang SKADRON UDARA 6,8,Tek 36 50 6 38 44 6
I Test jaringan aplikasi WAN dan LAN 58 58 8 50 50 0
J Test jaringan aplikasi Jarkombra 62 62 4 58 58 0
K Pebandingan data base dan copy DB antar lanud 69 69 7 62 62 0 L Replikasi database antar lanud,tuning,testing 86 86 17 69 69 0
M Instalasi aplikasi 91 91 5 86 86 0
N Training 96 96 5 91 91 0
O Pendampingan/sosialisasi 101 101 5 96 96 0
Gambar 2. Diagram Jaringan Kerja dengan Lintasan Kritis Kegiatan dengan SPA dan SPL Setelah Crashing.
Tabel 3 Keadaan Sebelum Crashing
URAIAN AKTIVITAS UTAMA Wak tu Tenaga Kerja Mgr As me n For em an Sup ervi sor Tuk ang Biaya
IMPLEMENTASI APLIKASI KAL HAR
A Presentasi RENUP 1 1 1 1 1 1 Rp 1.350.000
B Pembuatan RENUP 3 1 1 1 1 1 Rp 4.050.000
C Pembuatan UP 6 1 1 1 1 1 Rp 8.100.000
D Penandatanganan Kontrak 10 1 1 1 1 1 Rp13.500.000 E
Pembangunan Jaringan WAN
Jarkombra 30 1 2 7 Rp40.500.000
Pembangunan LAN
F
Pembangunan SERVER ATS di ruang
Kadislog 4 1 1 18 Rp 9.000.000
G
Pembangunan jaringan di ruang
SIKAL,SILEK,HARMATSISTA 6 1 1 18 Rp13.500.000
H
Pembangunan jaringan di ruang
SKADRON UDARA 6,8,Tek 6 1 1 18 Rp13.500.000
I Test jaringan aplikasi WAN dan LAN 8 1 1 1 1 18 Rp24.400.000 J Test jaringan aplikasi Jarkombra 4 1 1 1 1 8 Rp 8.200.000 K
Pebandingan data base dan copy DB
antar lanud 7 1 1 1 1 8 Rp14.350.000
L
Replikasi database antar
lanud,tuning,testing 17 1 1 1 1 8 Rp34.850.000
M Instalasi aplikasi 5 1 1 1 1 8 Rp10.250.000
N Training 5 1 1 1 1 2 Rp 7.250.000
O Pendampingan/sosialisasi 5 1 1 1 1 2 Rp 7.250.000
P Uji fungsi dan Go live 13 1 1 1 1 2 Rp18.850.000
Tabel 4. Perbandingan Keadaan Sebelum dan Setelah Crashing dengan Alternatif Penambahan Tenaga Kerja
Tabel 5 Keadaan Proyek Setelah Crashing
URAIAN AKTIVITAS UTAMA Wa ktu Tenaga Kerja Mgr As me n For em an Sup ervi sor Tuk ang Biaya
IMPLEMENTASI APLIKASI KAL HAR
A Presentasi RENUP 1 1 1 1 1 1 Rp 1.350.000
B Pembuatan RENUP 3 1 1 1 1 1 Rp 4.050.000
C Pembuatan UP 6 1 1 1 1 1 Rp 8.100.000
D Penandatanganan Kontrak 10 1 1 1 1 1 Rp 13.500.000 E Pembangunan Jaringan WAN
Jarkombra 15 2 18 Rp 30.750.000
Pembangunan LAN Rp
-F Pembangunan SERVER ATS di ruang
Kadislog 3 1 1 19 Rp 6.750.000
G Pembangunan jaringan di ruang
SIKAL,SILEK,HARMATSISTA 5 1 1 19 Rp 11.250.000 H Pembangunan jaringan di ruang
SKADRON UDARA 6,8,Tek 5 1 1 19 Rp 11.250.000
I Test jaringan aplikasi WAN dan LAN 6 1 1 1 1 19 Rp 18.300.000 J Test jaringan aplikasi Jarkombra 3 1 1 1 1 9 Rp 6.150.000 K Pebandingan data base dan copy DB
antar lanud 6 1 1 1 1 9 Rp 12.300.000
L Replikasi database antar
lanud,tuning,testing 15 1 1 1 1 9 Rp 30.750.000
M Instalasi aplikasi 5 1 1 1 1 9 Rp 10.250.000
N Training 5 1 1 1 1 2 Rp 7.250.000
O Pendampingan/sosialisasi 5 1 1 1 1 2 Rp 7.250.000 P Uji fungsi dan Go live 13 1 1 1 1 3 Rp 14.500.000
Total 90 12 12 15 17 141 Rp 193.750.000
Menentukan Total Float untuk proyek Setelah Crashing 90 hari.
Perbedaan waktu antara SPA dan SPL disebut Float, ini berarti kegiatan -kegiatan yang memiliki Float terbuat boleh dimulai paling akhir sebesar angka float dihitung SPL tanpa berakibat keterlambatan pada jadwal proyek secara keseluruhan. Total Float sebuah kegiatan adalah jangka waktu antara saat paling
lambat peristiwa (SPL) kegiatan yang bersangkutan dengan saat selesainya kegiatan yang bersangkutan, bila kegiatan tersebut dimulai pada saat paling awal (SPA) nya. Berikut ini perhitungan mencari
Total Float (TF) kegiatan apabila umur
perkiraan proyek setelah Crashing = 90 hari. Hasil perhitungan diatas dapat dilihat
pada tabel 6.
Keterangan Keadaan sebelum Crashing Keadaan setelah Crashing
Hari 114 90
Tabel 6. Hasil Perhitungan Total Float Setelah Crashing.
Kegiatan Nama Kegiatan SPAj SPLj L SPAi SPLi TF
IMPLEMENTASI APLIKASI KAL HAR Admin
A Presentasi RENUP 1 1 1 0 0 0
B Pembuatan RENUP 4 4 3 1 1 0
C Pembuatan UP 10 10 6 4 4 0
D Penandatanganan Kontrak 20 20 10 10 10 0
E Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra 35 35 15 20 20 0
Pembangunan LAN
F Pembangunan SERVER ATS di ruang Kadislog 23 25 3 20 20 2 G Pembangunan jaringan di ruang
SIKAL,SILEK,HARMATSISTA 28 30 5 25 22 0
H Pembangunan jaringan di ruang SKADRON
UDARA 6,8,Tek 33 35 5 30 30 0
I Test jaringan aplikasi WAN dan LAN 41 41 6 35 35 0 J Test jaringan aplikasi Jarkombra 44 44 3 41 39 0 K Pebandingan data base dan copy DB antar lanud 50 50 6 44 42 0 L Replikasi database antar lanud,tuning,testing 65 65 15 50 48 0
M Instalasi aplikasi 70 70 5 65 63 0
N Training 75 75 5 70 68 0
O Pendampingan/sosialisasi 80 80 5 75 75 0
P Uji fungsi dan Go live 90 90 10 80 80 0
Analisis Waktu Pelaksanaan.
Pendekatan masalah yang digunakan sebagai analisis tentang waktu kegiatan yang terlibat dalam suatu proyek dalam bentuk jadwal kegiatan, sehingga diketahui :
a) Daftar kegiatan yang terlibat dalam sebuah proyek
b) Waktu dimana suatu kegiatan harus dimulai
c) Waktu kapan suatu kegiatan selesai d) Alokasi sumber daya manusia dalam
menyelesaikan proyek tersebut.
Perhitungan biaya proyek akibat percepatan durasi proyek dilihat crashing dengan penambahan tenaga kerja pada aktifitas E yaitu Pembangunan Jaringan
WAN Jarkombra dari 10 orang menjadi 20 orang sehingga, waktu dapat dipercepat dari 30 hari ke 15 hari, kemudian untuk aktifitas F,G,H,I,J,K,L dan P, kita menambahkan 1 orang tukang untuk mempersingkat waktu, dari aktivitas F dari 4 hari menjadi 3 hari, kemudian aktifitas G dari 6 hari menjadi 5 hari, kemudian aktivitas H dari 6 hari menjadi 5 hari, , kemudian aktivitas I dari 8 hari menjadi 6 hari, kemudian aktivitas J dari 4 hari menjadi 3 hari, kemudian aktivitas K dari 7 hari menjadi 6 hari, kemudian aktivitas L dari 17 hari menjadi 15 hari dan aktvitas P dari 13 menjadi 10 hari. Setelah melakukan crashing, waktu dapat dipercepat dari 114 hari menjadi 90 hari.
Tabel 7. Kebutuhan Tenaga Kerja Sebelum Crashing.
Gambar 3. Kurva S Sebelum Crashing
0 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
KEBUTUHAN TENAGA KERJA KUMULATIF
PROYEK SEBELUM CRASHING
KEBUTUHAN TENAGA KERJA KUMULATIF PROYEK 114 HARI T E N A G A K E R J A MINGGU
Tabel 8. Kebutuhan Tenaga Kerja Setelah Crashing.
Kebutuhan tenaga kerja dalam satuan orang pada minggu ke:
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Presentasi RENUP 5
Pembuatan RENUP 5
Pembuatan UP 5
Penandatanganan Kontrak 5
Pembangunan Jaringan WAN
Jarkombra 20 20 20
Pembangunan LAN
Pembangunan SERVER ATS di
ruang Kadislog 21
Pembangunan jaringan di ruang
SIKAL,SILEK,HARMATSISTA 21
Pembangunan jaringan di ruang
SKADRON UDARA 6,8,Tek 21
Test jaringan aplikasi WAN dan
LAN 23
Test jaringan aplikasi Jarkombra Pebandingan data base dan copy
DB antar lanud 13
Replikasi database antar
lanud,tuning,testing 13
Instalasi aplikasi 13
Training 6
Pendampingan/sosialisasi 6
Uji fungsi dan Go live 7
Total 5 5 5 46 41 41 36 13 13 6 6 7
Kumulatif 5 10 15 61 102 143 179 192 205 211 217 224
Gambar 3. Kurva S Setelah Crashing
0 50 100 150 200 250 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
KEBUTUHAN TENAGA KERJA KUMULATIF
PROYEK SETELAH CRASHING
KEBUTUHAN TENAGA KERJA KUMULATIF PROYEK 90 HARI
MINGGU T E N A G A K E R J A
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan analisis jaringan kerja dengan metode PERT dapat dilakukan sebagai upaya percepatan durasi proyek dengan mempercepat pekerjaan-pekerjaan yang berada pada lintasan kritis. Lintasan Kritis terjadi pada kegiatan-kegiatan Presentasi Usul Pesanan Oleh Pihak Pengembang, Pembuatan Rencana Usul Pesanan Oleh TNI AU, Pembuatan Usul
Pesanan Oleh TNI AU,
Penandatanganan Kontrak TNI AU Dan Pengembang, Pembangunan Jaringan WAN Jarkombra Dan Pembangunan LAN, Test Jaringan WAN Dan LAN, Test Jaringan Jarkombra, Test Jaringan Antar Pangkalan Udara, Replikasi Transaksi Data , Instalasi Aplikasi, Pelatihan/Training, Sosialisasi Program, Uji Fungsi.
b. Percepatan durasi proyek dilakukan dengan menggunakan alternatif, yaitu penambahan tenaga kerja, sehingga dapat mempercepat waktu pelaksanaan sebanyak 24 hari dari 114 hari menjadi 90 hari
c. Optimalisasi biaya sebesar Rp. 35.150.000 dari biaya proyek sebelum
crashing 114 hari Rp 228.900.000 dapat ditekan menjadi Rp 193.750.000 untuk proyek setelah crashing 90 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Tubagus H. 1997. Prinsip-prinsip
Network Planning. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : FE UI
Badri, Sofwan. 1991. Dasar-dasar Network Planning (Dasar-dasar Perencanaan Network). Jakarta: Rineka Cipta.
Baskoro Qomarul Andi 2004. Analisis network sebagai alat perencanaan dan pengawasan proyek pada perusahaan bangunan Studi pada PT. Pabelan Griya Mukti Surakarta – UNS Fak.Ekonomi.
Dipohusodo, Istimawan. 1996.
Manajemen Proyek & Konstruksi jilid 1. Yogyakarta: Kanisius
Eka Dannyanti, Optimalisasi Pelaksanaan Proyek dengan Metode PERT dan CPM, (Studi Kasus Twin Tower Building Pasca Sarjana Undip) ,Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang,2010, J@TI Undip, Vol. 1, No. 1, Januari 2006 74 Husen, Abrar. (2009). Manajemen Proyek
Perencanaan, Penjadwalan &
Pengendalian Proyek. Andi.
Yogyakarta.
Levin, Richard I. dan Charles A Kirkpatrick. 1972. Perentjanaan dan
Pengawasan Dengan PERT dan
CPM. Jakarta. Bhratara.
Novie Susanto, Ratna Purwaningsih, Erwin Ardiansyah,Analisis Jaringan Kerja dan Penentuan Jalur Kritis dengan Metode CPM (Studi Kasus Pembangunan Rumah Graha Taman Pelangi Type Milano pada PT Karyadeka Alam Lestari, Semarang) FMIPA UNY ISBN : 978 – 979 – 16353 – 6 –3 .
Reksohadiprodjo, Sukanto, dkk. 2000
Manajemen Produksi. Yogyakarta :
BPFE
Soeharto, Iman. 1997. Manajemen Proyek dari Konsemptual Sampai Operasional. Jakarta : Erlangga
Taha, A Hamdy. 2007. Operations Research: An Introduction 8th Edition. Jakarta :Bina Rupa Aksara
Taylor III, Bernard W. 1998. Introduction
to Management Science (5th edition).
Jakarta: Salemba Empat.
Siagian, P. 1998. Penelitian Operasional
: Teori dan Praktek. UI-Press
Siswanto. 2007. Operation Research, jilid 1. Erlangga. Jakarta
Vincentia Putri Satriyani1), Lilik Linawati2), dan Leopoldus Ricky Sasongko3)
,”Matematika dan Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran”
Jurusan Pendidikan Matematika. Wartinah, Tilaar T. A. M, dan Yunus. R. M
(2013) Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Research Centre Universitas Tadulako Dengan Menggunakan Microsoft Project.