• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PERAWATAN JANGKA PANJANG (PJP)/ LONG TERM CARE (LTC) BAGI LANSIA BERBASIS KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN PERAWATAN JANGKA PANJANG (PJP)/ LONG TERM CARE (LTC) BAGI LANSIA BERBASIS KELUARGA"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PEDOMAN

PERAWATAN JANGKA PANJANG (PJP)/

LONG TERM CARE (LTC) BAGI LANSIA

BERBASIS KELUARGA

DIREKTORAT BINA KETAHANAN KELUARGA LANSIA DAN RENTAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

(4)
(5)

Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dalam pasal 47 menyatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah Daerah menetapkan kebijakan Pembangunan Keluarga melalui Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga. Kebijakan pembangunan keluarga sesuai dalam pasal 48 Ayat (1c) melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang dilaksanakan dengan cara peningkatan kualitas hidup lansia agar tetap produktif dan berguna bagi keluarga dan masyarakat dengan pemberian kesempatan untuk berperan dalam kehidupan keluarga.

Lanjut usia berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2008 adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Perkembangan jumlah lanjut usia meningkat setiap tahunnya karena semakin meningkatnya usia harapan hidup. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen berdasarkan hasil sensus Penduduk tahun 2010, dan meningkat menjadi 21,6 juta jiwa atau 8,5 persen dari jumlah penduduk berdasarkan data Survey Penduduk Antar Sensus 2015. Jumlah penduduk lanjut usia ini diperkirakan akan meningkat menjadi 29,1 juta pada tahun 2020, dan 36 juta pada tahun 2025.

Dengan semakin meningkatnya usia maka akan semakin banyak permasalahan kesehatan yang akan dialami, karena adanya penurunan kapasitas fungsional, dan semakin tinggi resiko untuk terkena penyakit jantung, diabetes, hipertensi, penyakit degenaratif dan sindroma geriatri. Perawatan Jangka Panjang (PJP) adalah proses pemberian bantuan dan dukungan jangka panjang kepada lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri baik sebagian maupun total karena mempunyai keterbatasan dalam aspek fisik dan atau mental yang diberikan oleh pendamping professional maupun pendamping informal. Untuk itulah dibutuhkan pedoman perawatan jangka panjang (PJP) berbasis keluarga yang khusus diperuntukkan bagi anggota kelompok kegiatan Bina keluarga Lansia (BKL) yang memiliki lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang.

(6)

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pengelola program Bina Ketahanan Lansia dan bagi anggota kelompok BKL dalam melakukan pendampingan pada lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri. Semoga buku pedoman ini bermanfaat dalam upaya mewujudkan lansia yang bermartabat sampai akhir hayat, serta berharap agar buku pedoman ini dapat dikembangkan sesuai dengan pengembangan IPTEK dan kebutuhan lansia di masa masa mendatang.

Jakarta, Desember 2017

Deputi Bidang keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

(7)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karuniaNya, maka buku “Pedoman Perawatan Jangka Panjang (PJP)/Long Term Care (LTC) Berbasis Keluarga” dapat tersusun dengan baik.

Buku Pedoman Perawatan Jangka Panjang (PJP)/Long Term Care (LTC) Berbasis Keluarga ini bertujuan sebagai acuan bagi anggota kelompok BKL dalam melakukan pendampingan pada lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri, sehingga lansia itu tetap mampu menjaga kualitas hidupnya dan bermartabat sampai akhir hayatnya.Selain itu buku pedoman ini juga menjawab salah satu tupoksi dari Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan rentan, khususnya tentang lansia yang rentan.

Dalam penyusunan buku pedoman ini, kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak antara lain CAS UI, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kemenko PMK, dan mitra kerja lainnya. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas kontribusinya dalam penyusunan pedoman ini.

Kami menyadari bahwa buku pedoman Perawatan Jangka Panjang (PJP) yang disusun oleh tim ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi substansi maupun bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya masukan dan saran yang bermanfaat untuk penyempurnaan buku pedoman ini di masa yang akan datang.

Jakarta, Desember 2017 Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan,

Dra. Widati, MM

KATA PENGANTAR

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pengelola program Bina Ketahanan Lansia dan bagi anggota kelompok BKL dalam melakukan pendampingan pada lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri. Semoga buku pedoman ini bermanfaat dalam upaya mewujudkan lansia yang bermartabat sampai akhir hayat, serta berharap agar buku pedoman ini dapat dikembangkan sesuai dengan pengembangan IPTEK dan kebutuhan lansia di masa masa mendatang.

Jakarta, Desember 2017

Deputi Bidang keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga

(8)

Sambutan Deputi KSPK ………. i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ...iv

A. PENDAHULUAN ... 1

B. TUJUAN PEDOMAN ... 4

C. PROGRAM PENDAMPINGAN JANGKA PANJANG (PJP)/”LONG TERM CARE/LTC)“ ... 7

D. KOMUNIKASI EFEKTIF ... 13

E. KERJASAMA DALAM TIM DAN JEJARING ... 15

F. PENGENALAN PENYAKIT DAN GANGGUAN PADA LANJUT USIA (SINDROMA GERIATRI) ... 17

G. PERAWATAN DASAR KEPERAWATAN LANSIA (ACTIVITY DAILY LIVING/ADL & INSTRUMENTAL ACTIVITY DAILY LIVING/IADL ... 32

H. PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN (PPGD) SEDERHANA ... 41

I. PENATALAKSANAAN PEMBERIAN OBAT ... 50

J. PEMENUHAN NUTRISI DAN GIZI ... 53

K. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN KEKERASAN PADA LANSIA ... 58

L. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN DEMENSIA ... 66

M. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN STRESS PADA LANSIA ... 72

N. PENGENALAN GANGGUAN GIGI DAN MULUT ... 80

O. REKREASI DAN OLAH RAGA ... 85

P. PELAYANAN PALIATIF SAMPAI DENGAN KEMATIAN ... 88

(9)

Q. PENGUATAN DAN PENGEMBANGAN DIRI PENDAMPING /“CAREGIVER” ... 90

R. SANITASI DIRI DAN LINGKUNGAN ... 94

S. SARANA DAN PRA SARANA LANSIA ... 95

T. PENUTUP ... 98

DAFTAR PUSTAKA... 101

Sambutan Deputi KSPK ………. i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ...iv

A. PENDAHULUAN ... 1

B. TUJUAN PEDOMAN ... 4

C. PROGRAM PENDAMPINGAN JANGKA PANJANG (PJP)/”LONG TERM CARE/LTC)“ ... 7

D. KOMUNIKASI EFEKTIF ... 13

E. KERJASAMA DALAM TIM DAN JEJARING ... 15

F. PENGENALAN PENYAKIT DAN GANGGUAN PADA LANJUT USIA (SINDROMA GERIATRI) ... 17

G. PERAWATAN DASAR KEPERAWATAN LANSIA (ACTIVITY DAILY LIVING/ADL & INSTRUMENTAL ACTIVITY DAILY LIVING/IADL ... 32

H. PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN (PPGD) SEDERHANA ... 41

I. PENATALAKSANAAN PEMBERIAN OBAT ... 50

J. PEMENUHAN NUTRISI DAN GIZI ... 53

K. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN KEKERASAN PADA LANSIA ... 58

L. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN DEMENSIA ... 66

M. PENGENALAN DAN PENGELOLAAN STRESS PADA LANSIA ... 72

N. PENGENALAN GANGGUAN GIGI DAN MULUT ... 80

O. REKREASI DAN OLAH RAGA ... 85

P. PELAYANAN PALIATIF SAMPAI DENGAN KEMATIAN ... 88

(10)
(11)

Penduduk sebagai titik sentral dalam pembangunan dan merupakan modal dasar pembangunan sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai syarat untuk mencapai sasaran pembangunan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga yang berkualitas.

Peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia diamanatkan di dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, dan upaya peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia oleh BKKBN dilaksanakan melalui program pembangunan Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Program Pembangunan Keluarga yang diaplikasikan melalui ketahanan dan kesejahteraan Keluarga melalui pendekatan siklus hidup dan penerapan 8 (delapan) fungsi keluarga serta 4 prinsip pembangunan keluarga (4B), yaitu berkomunikais, berinteraksi, berbagi, dan berdaya.

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia memiliki umur harapan hidup mencapai 70,7 tahun dan terus akan meningkat menjadi 71,9 tahun pada tahun 2025 serta 72,8 tahun pada tahun 2045 UN (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2045). Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa atau 7,6 persen pada 2010 dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 21,6 juta jiwa atau 8,5 persen dari jumlah penduduk (SUPAS, 2015). Jumlah penduduk lanjut usia (60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 29,1 juta pada tahun 2020, dan 36 juta pada tahun 2025. Sementara itu, rasio ketergantungan Lansia di Indonesia sebesar 12,71% artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13 orang Lansia.

PEDOMAN PERAWATAN JANGKA PANJANG (PJP) /

LONG TERM CARE (LTC) BAGI LANSIA BERBASIS KELUARGA

(12)

Makin bertambah usia seseorang makin banyak mengalami permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi, osteo atritis, stroke, masalah gigi–mulut, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan diabetes mellitus (DM). Selain itu dengan bertambahnya usia muncul berbagai gangguan seperti gangguan pendengaran, gangguan melihat, gangguan mengingat , depresi, mudah jatuh , dan sebagainya ( CASUI, 2014, SUPAS, 2015) Munculnya berbagai penyakit tersebut di atas, yang tidak lepas dari penurunan kemampuan fungsionalnya akibat kapasitas intrinsik yang menurun dengan bertambahnya usia. Saat ini terdapat 25% lansia mengalami kerentanan (frailty). Dari tingkat disabilitas, frailty berakibat munculnya disabilitas. Saat ini yang mengalami disabilitas sekitar 30 persen dari disabilitas ringan sampai berat, meskipun yang berat hanya sekitar 10% ( SP 2010, SUPAS, 2015).

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa lansia cenderung memiliki berbagai penyakit, kerentanan dan disabilitas, sehingga memerlukan perawatan jangka panjang. Oleh karenanya dibutuhkan pendamping /care giver dengan keterlibatan profesional keperawatan kesehatan dengan peran dan spesialisasi yang berbeda dalam perawatan Lansia, serta diperlukan pendamping yang mampu memberi pendampingan dalam kehidupan sehari hari. Untuk perawatan jangka panjang berbasis keluarga, anggota keluarga mempunyai peran penting sebagai care giver.

(13)

Untuk memberikan pemahaman dan keterampilan bagi anggota keluarga yang mempunyai lansia, pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan melalui pengelolaan kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan keluarga dalam membina dan mensejahterakan keluarga Lansia menjadi sangat penting, dan diharapkan dapat menjadi wahana belajar bagi keluarga untuk meningkatkan kepedulian peran aktif keluarga. Untuk itu diperlukan pedoman bagi anggota keluarga dalam memberikan perawatan jangka panjang bagi lansia.

Makin bertambah usia seseorang makin banyak mengalami permasalahan fisik, mental, spiritual, ekonomi dan sosial. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah kesehatan akibat proses degeneratif, hal ini ditunjukkan oleh data pola penyakit pada lanjut usia. Berdasarkan RISKESDAS tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi, osteo atritis, stroke, masalah gigi–mulut, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan diabetes mellitus (DM). Selain itu dengan bertambahnya usia muncul berbagai gangguan seperti gangguan pendengaran, gangguan melihat, gangguan mengingat , depresi, mudah jatuh , dan sebagainya ( CASUI, 2014, SUPAS, 2015) Munculnya berbagai penyakit tersebut di atas, yang tidak lepas dari penurunan kemampuan fungsionalnya akibat kapasitas intrinsik yang menurun dengan bertambahnya usia. Saat ini terdapat 25% lansia mengalami kerentanan (frailty). Dari tingkat disabilitas, frailty berakibat munculnya disabilitas. Saat ini yang mengalami disabilitas sekitar 30 persen dari disabilitas ringan sampai berat, meskipun yang berat hanya sekitar 10% ( SP 2010, SUPAS, 2015).

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa lansia cenderung memiliki berbagai penyakit, kerentanan dan disabilitas, sehingga memerlukan perawatan jangka panjang. Oleh karenanya dibutuhkan pendamping /care giver dengan keterlibatan profesional keperawatan kesehatan dengan peran dan spesialisasi yang berbeda dalam perawatan Lansia, serta diperlukan pendamping yang mampu memberi pendampingan dalam kehidupan sehari hari. Untuk perawatan jangka panjang berbasis keluarga, anggota keluarga mempunyai peran penting sebagai care giver.

(14)

Setelah mempelajari pedoman ini, keluarga diharapkan mampu menjelaskan dan mempraktikkan pendampingan perawatan jangka panjang (PJP)/Long Term Care

(LTC).

Setelah mempelajari pedoman ini, keluarga diharapkan dapat menjelaskan dan menerapkan :

a. Pengertian pendampingan perawatan jangka panjang (PJP)/Long Term Care

(LTC)

b. Teknik pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia yang rentan.

3.1 Tujuan Umum Pedoman:

Pedoman Perawatan Jangka Panjang ( PJP) bagi lansia dalam keluarga digunakan sebagai acuan bagi anggota kelompok BKL dalam melakukan pendampingan pada lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Kompetensi Dasar

2. Indikator Keberhasilan

(15)

3.2 Tujuan khusus Pedoman:

Secara khusus pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi Kelompok BKL untuk:

a. Memahami kebutuhan lansia untuk perawatan jangka panjang berdasarkan indikasi perawatan

b. Memahami model perawatan jangka panjang yang dapat dilakukan oleh keluarga melalui kelompok BKL

c. Melaksanakan langkah-langkah perawatan jangka panjang oleh keluarga

d. Mengembangkan konsep pelatihan perawatan jangka panjang

Gambar 1 : Perawatan jangka panjang lansia Setelah mempelajari pedoman ini, keluarga diharapkan mampu menjelaskan dan

mempraktikkan pendampingan perawatan jangka panjang (PJP)/Long Term Care

(LTC).

Setelah mempelajari pedoman ini, keluarga diharapkan dapat menjelaskan dan menerapkan :

a. Pengertian pendampingan perawatan jangka panjang (PJP)/Long Term Care

(LTC)

b. Teknik pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia yang rentan.

3.1 Tujuan Umum Pedoman:

Pedoman Perawatan Jangka Panjang ( PJP) bagi lansia dalam keluarga digunakan sebagai acuan bagi anggota kelompok BKL dalam melakukan pendampingan pada lansia yang sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Kompetensi Dasar

2. Indikator Keberhasilan

(16)

a. Kader kelompok BKL

b. Keluarga yang memiliki Lansia

c. Pengelola dan Petugas KKBPK serta kelompok lain yang berwenang d. Lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang dan lansia pada

umumnya

Gambar 2 : Sasaran Pedoman Perawatan jangka panjang

(17)

Pendampingan jangka panjang bagi lansia adalah proses pemberian bantuan

dan dukungan jangka panjang kepada lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri baik sebagian maupun total, karena mempunyai keterbatasan dalam aspek fisik dan atau mental, yang di berikan oleh caregiver informal maupun profesional.

1. Definisi

WHO, 2012 mendefinisikan Perawatan Jangka Panjang (PJP) sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh informal atau profesional untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas tertinggi kehidupannya, sesuai dengan keinginannya, dan dengan kemungkinan terbesar memiliki kebebasan, otonomi, partisipasi, pemenuhan kebutuhan pribadi serta kemanusiaan.

Perawatan jangka panjang (PJP) menurut BKKBN, 2017 adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengasuh/pendamping informal atau profesional, untuk memastikan bahwa lanjut usia yang tidak sepenuhnya mampu merawat diri sendiri, dapat menjaga kualitas hidupnya sehingga bermartabat sampai akhir hayatnya.

2. Tujuan Perawatan Jangka Panjang 2.1 Tujuan Umum :

Meningkatkan kualitas hidup lansia dalam keluarga melalui perawatan jangka panjang dalam kelompok BKL.

C. PROGRAM PENDAMPINGAN JANGKA PANJANG

(PJP)/LONG TERM CARE/LTC) BAGI LANSIA

a. Kader kelompok BKL

b. Keluarga yang memiliki Lansia

c. Pengelola dan Petugas KKBPK serta kelompok lain yang berwenang d. Lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang dan lansia pada

umumnya

Gambar 2 : Sasaran Pedoman Perawatan jangka panjang

(18)

2.2 Tujuan Khusus :

Secara khusus , lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang akan memperoleh:

a. Kejelasan dan Kenyamanan melalui komunikasi efektif dengan lansia

b. Perawatan jangka panjang yang holistik dan komprehensif melalui kerjasama tim dan jejaring.

c. Kesehatan optimal sesuai dengan indikasi lansia perawatan jangka panjang (berdasarkan kondisi dan penyakitnya) melalui kegiatan pencegahan

d. Keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari - hari berdasarkan “Activity of Daily Living/ADL” dan “Instrumental Activity of Daily Living/IADL”

e. Pertolongan cepat dan tepat dengan secara sederhana apabila lansia mengalami kondisi kegawatdaruratan

f. Pengobatan yang rasional berdasarkan penatalaksanaan pemberian obat sesuai petunjuk petugas kesehatan

g. Pemenuhan nutrisi dan gizi seimbang melalui pemberian makanan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan kondisi lansia

h. Perlindungan berdasarkan pengelolaan kekerasan pada lansia sesuai dengan jenis kekerasan

i. Kenyamanan dan ketenangan bila mengalami stres j. Kenyamanan bila mengalami demensia

k. Kesehatan gigi dan mulut yang optimal sesuai kondisinya l. Kebugaran jasmani dan rohani melalui rekreasi , kegiatan rohani

(19)

m. Kenyamanan dan ketenangan bila sudah dalam kondisi paliatif (penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara medis) sampai akhir hayatnya

n. Kesehatan optimal dengan sanitasi dan lingkungan yang sehat o. Keamanan dan kenyamanan dengan penggunaan sarana dan prasarana yang memadai untuk perawatan jangka panjang

3. Manfaat Perawatan Jangka Panjang

Melalui perawatan jangka panjang ini diharapkan keluarga yang tinggal bersama lansia dapat memberikan pelayanan perawatan jangka panjang bagi lansia secara optimal di rumah

Gambar 3 : Perawatan jangka panjang lansia di rumah 2.2 Tujuan Khusus :

Secara khusus , lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang akan memperoleh:

a. Kejelasan dan Kenyamanan melalui komunikasi efektif dengan lansia

b. Perawatan jangka panjang yang holistik dan komprehensif melalui kerjasama tim dan jejaring.

c. Kesehatan optimal sesuai dengan indikasi lansia perawatan jangka panjang (berdasarkan kondisi dan penyakitnya) melalui kegiatan pencegahan

d. Keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari - hari berdasarkan “Activity of Daily Living/ADL” dan “Instrumental

Activity of Daily Living/IADL”

e. Pertolongan cepat dan tepat dengan secara sederhana apabila lansia mengalami kondisi kegawatdaruratan

f. Pengobatan yang rasional berdasarkan penatalaksanaan pemberian obat sesuai petunjuk petugas kesehatan

g. Pemenuhan nutrisi dan gizi seimbang melalui pemberian makanan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan kondisi lansia

h. Perlindungan berdasarkan pengelolaan kekerasan pada lansia sesuai dengan jenis kekerasan

i. Kenyamanan dan ketenangan bila mengalami stres j. Kenyamanan bila mengalami demensia

k. Kesehatan gigi dan mulut yang optimal sesuai kondisinya l. Kebugaran jasmani dan rohani melalui rekreasi , kegiatan rohani

(20)

4. Indikasi Perawatan Jangka Panjang

Lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang adalah:

4.1. Mereka yang mengalami ketergantungan sedang dan berat, diukur berdasarkan pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan menggunakan indeks bartel

4.2. Mereka yang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari secara instrumental (Instrumental Activity of Daily Living/IADL)

4.3. Mereka yang mengalami berbagai penyakit berat termasuk stroke, demensia, depresi berat, penyakit jiwa, pasca jatuh, terutama yang mengalami penyakit dua atau lebih (pasien geriatri).

4.4. Mereka yang mengalami gangguan yang sedang dan berat dalam lingkup sindroma geriatri seperti : immobility, instabilitas, incontenensia urin, incontenensia alvi, gangguan intelektual, gangguan penglihatan dan pendengaran, infeksi, kecenderungan mengurung diri (isolasi), malnutrisi, keterbatasan keuangan, dampak dari mengkomsumsi obat-obatan, sulit tidur, penurunan daya tubuh, dan impotence/disfungsi ereksi.

(21)

5. Pencegahan dalam Perawatan Jangka Panjang

Untuk melakukan pencegahan bagi lansia yang berindikasi untuk mendapatkan perawatan jangka panjang dengan cara:

a. Melakukan kontrol kesehatan secara rutin

Keluarga sebaiknya melakukan kontrol kesehatan bagi lansia minimal 1 bulan sekali, baik ke Posyandu lansia maupun ke Puskesmas terdekat

b. Kehidupan rohani

c. Pemenuhan nutrisi pada lansia d. Tidur yang cukup dan nyenyak e. Melakukan senam otak

f. Menjaga kebersihan badan termasuk gigi dan mulut

g. Melakukan rehabilitasi bagi lansia yang membutuhkan rehabilitasi h. Bersosialisasi dengan masyarakat termasuk lansia lainnya

i. Melakukan kegiatan sesuai minat dan hobi termasuk kesenian j. Melakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya di mana lansia

tinggal

Gambar 4 : Kegiatan lansia 4. Indikasi Perawatan Jangka Panjang

Lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang adalah:

4.1. Mereka yang mengalami ketergantungan sedang dan berat, diukur berdasarkan pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan menggunakan indeks bartel

4.2. Mereka yang mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari secara instrumental (Instrumental Activity of Daily Living/IADL)

4.3. Mereka yang mengalami berbagai penyakit berat termasuk stroke, demensia, depresi berat, penyakit jiwa, pasca jatuh, terutama yang mengalami penyakit dua atau lebih (pasien geriatri).

4.4. Mereka yang mengalami gangguan yang sedang dan berat dalam lingkup sindroma geriatri seperti : immobility, instabilitas, incontenensia urin, incontenensia alvi, gangguan intelektual, gangguan penglihatan dan pendengaran, infeksi, kecenderungan mengurung diri (isolasi), malnutrisi, keterbatasan keuangan, dampak dari mengkomsumsi obat-obatan, sulit tidur, penurunan daya tubuh, dan impotence/disfungsi ereksi.

Menyendiri

(22)

6. Sistem Rujukan dan Jejaring

Sistem Rujukan dalam perawatan jangka panjang merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam kelompok BKL seperti berikut:

7. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan Evaluasi tentang pelaksanaan Program Perawatan jangka panjang (PJP) bagi lansia berbasis keluarga dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program pembinaan ketahanan keluarga lansia yang sudah ada, dengan mengikuti pedoman monitoring dan Evaluasi kelompok BKL.

(23)

Tujuan komunikasi efektif agar lansia memperoleh kenyamanan dalam berinteraksi dengan keluarga dan orang lain.

Teknik Komunikasi Pada Lansia 1. Teknik Asertif

Asertif adalah sikap dapat menerima, memahami pasangan bicara dengan menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat dimengerti

2. Responsif

Responsif artinya bersikap aktif, tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif ini akan menimbulkan perasaan tenang bagi lansia

3. Fokus

Sikap ini merupakan upaya untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan

4. Supportif

Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan lansia menjadi termotivasi untuk mandiri dan dapat berkarya sesuai kemampuannya. Dukungan diberikan baik secara materiil maupun moril

5. Klarifikasi

Klarifikasi dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali agar pembicaraan kita dapat diterima dan dipersepsikan sama dengan lansia.

D. KOMUNIKASI EFEKTIF

6. Sistem Rujukan dan Jejaring

Sistem Rujukan dalam perawatan jangka panjang merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam kelompok BKL seperti berikut:

7. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan Evaluasi tentang pelaksanaan Program Perawatan jangka panjang (PJP) bagi lansia berbasis keluarga dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program pembinaan ketahanan keluarga lansia yang sudah ada, dengan mengikuti pedoman monitoring dan Evaluasi kelompok BKL.

(24)

6. Sabar dan Ikhlas

Terkadang lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak – kanakan. Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar pendamping tidak menjadi jengkel dan tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan hubungan antara lansia dengan pendamping.

Contoh : Cara Berkomunikasi secara efektif dengan seseorang yang terkena dementia

Gunakan perpaduan metode verbal dan non-verbal agar proses komunikasi berjalan lebih efektif dengan mereka yang terkena demensia.

(25)

Tujuan kerjasama dalam tim yang berjenjang agar lansia memperoleh kenyamanan secara utuh dengan pendekatan holistic dan komprehensif. Dalam menangani lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang, dibutuhkan kerjasama dalam kelompok atau jejaring. Dalam kelompok BKL, perawatan jangka panjang dilakukan secara terintegrasi agar lansia yang rentan mendapatkan penanganan yang menyeluruh (holistik) dan komprehensif dengan cara sebagai berikut:

1. Melibatkan berbagai pihak dan keahlian

1.1. Anggota keluarga sebagai caregiver/ pendamping 1.2. Kader (BKL, PKK, Posyandu, dsb.)

1.3. Petugas Sosial 1.4. Ahli gizi 1.5. Dokter 1.6. Perawat

1.7. Petugas kesehatan lainnya seperti mantri, fisioterapis, dsb.

1.8. Psikolog/psikiater 1.9. Tokoh agama 1.10. Tokoh masyarakat 1.11. BPJS Kesehatan

1.12. Tetangga atau lingkungan masyarakat sekitar

1.13. Donatur pemerintah/yayasan/perusahaan/perorangan

E. KERJASAMA DALAM TIM DAN JEJARING

Koordinasi 6. Sabar dan Ikhlas

Terkadang lansia mengalami perubahan yang merepotkan dan kekanak – kanakan. Perubahan ini perlu disikapi dengan sabar dan ikhlas agar pendamping tidak menjadi jengkel dan tetap tercipta komunikasi yang terapeutik dan juga tidak menimbulkan kerusakan hubungan antara lansia dengan pendamping.

Contoh : Cara Berkomunikasi secara efektif dengan seseorang yang terkena dementia

Gunakan perpaduan metode verbal dan non-verbal agar proses komunikasi berjalan lebih efektif dengan mereka yang terkena demensia.

(26)

2. Melakukan kerjasama dalam tim dan jejaring dengan tips sebagai berikut: 2.1. Sebaiknya kader memiliki catatan nama, nomer kontak, alamat dari

berbagai pihak yang terlibat dengan lansia (jejaring lingkungan keluarga dan masyarakat).

2.2. Lansia sebaiknya memiliki “Buku Kesehatan Lanjut Usia” yang diantaranya berisi identitas, riwayat kesehatan, catatan keadaan kesehatan dan keluhan, catatan perkembangan kesehatan lansia, pemantauan penggunaan obat, serta informasi kesehatan yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan.

2.3. Dalam pelayanan kesehatan, lansia dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan apabila diperlukan.

2.4. Anggota keluarga berperan penting untuk membawa lansia ke fasilitas kesehatan terdekat pada saat lansia sakit atau mengalami kondisi kegawatdaruratan.

Adapun skema kerjasama melalui jejaring dapat dilihat pada gambar berikut.

Su mb er : M in istr y o f P ub lic H eal th , T hai lan d 2013

(27)

Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia 17 Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia

Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia

Tujuan Pengenalan penyakit dan gangguan pada lanjut usia agar lansia yang didampingi memperoleh kesehatan optimal sesuai dengan indikasi perawatan jangka panjang dari aspek penyakit dan sindroma geriatri yang dialami.

Adapun indikasi yang menandakan bahwa lansia tersebut memerlukan perawatan jangka panjang antara lain:

1. Sindroma geriatri

Sindrom geriatri merupakan kumpulan tanda-tanda penuaan yang sering sebagai tanda awal penyakit. Sindrom geriatri penting untuk diketahui oleh pendamping atau keluarga, meliputi:

1.1. Perawatan tirah baring diatas tempat tidur dalam jangka waktu tertentu (immobility)

1.2. Instabilitas, baik statis maupun dinamis

1.3. Incontenensia urin, ketidakmampuan menahan berkemih 1.4. Incontenensia alvi, ketidakmampuan menahan buang air besar. 1.5. Gangguan intelektual, baik intelektual dan kognitif

1.6. Gangguan penglihatan dan pendengaran 1.7. Infeksi

1.8. Kecendrungan mengurung diri (isolasi) 1.9. Malnutrisi, kekurangan gizi

1.10. Keterbatasan keuangan 1.11. Dampak dari mengkomsumsi

obat-obatan(polifarmasi) 1.12. Sulit tidur

1.13. Penurunan daya tahan tubuh

1.14. Impotence/disfungs i ereksi

F. PENGENALAN PENYAKIT DAN GANGGUAN PADA LANJUT

USIA (SINDROMA GERIATRI)

Lansia 2. Melakukan kerjasama dalam tim dan jejaring dengan tips sebagai berikut:

2.1. Sebaiknya kader memiliki catatan nama, nomer kontak, alamat dari berbagai pihak yang terlibat dengan lansia (jejaring lingkungan keluarga dan masyarakat).

2.2. Lansia sebaiknya memiliki “Buku Kesehatan Lanjut Usia” yang diantaranya berisi identitas, riwayat kesehatan, catatan keadaan kesehatan dan keluhan, catatan perkembangan kesehatan lansia, pemantauan penggunaan obat, serta informasi kesehatan yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan.

2.3. Dalam pelayanan kesehatan, lansia dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan apabila diperlukan.

2.4. Anggota keluarga berperan penting untuk membawa lansia ke fasilitas kesehatan terdekat pada saat lansia sakit atau mengalami kondisi kegawatdaruratan.

Adapun skema kerjasama melalui jejaring dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 7 : Skema Kerjasama Dalam Tim Dan Jaringan di Kelompok BKL

Su mb er : M in istr y o f P ub lic H eal th , T hai lan d 2013

(28)

2. Penyakit degeneratif

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang muncul seiring bertambahnya usia terkait dengan penurunan kapasitas fungsional secara biologi dan pengaruh gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit degeneratif yang sering muncul , adalah sebagai berikut:

2.1. Kencing manis (Diabetes melitus/DM )

DM adalah penyakit dimana kadar gula darah dalam tubuh meningkat (lebih dari 200 mg/dl) dengan gejala antara lain:

1. Gejala

a. Banyak/sering kencing b. Sering haus

c. Cepat lapar, banyak makan

d. Berat badan yang menurun tanpa sebab yang jelas e. Cepat lelah

f. Kesemutan

g. Terdapat luka yang sulit sembuh

2. Komplikasi

Penyakit DM memerlukan kontrol ke dokter secara rutin yang didukung dengan pemeriksaan laboratorium atas petunjuk dokter. Penyakit ini dapat mengalami komplikasi terutama apabila tidak terkontrol. Komplikasi yang sering muncul adalah:

a. Kelainan mata : gangguan penglihatan dan mudah terjadi katarak

b. Kelainan kulit : gatal, bisul, luka yang sukar mengalami sembuh hingga kerusakan jaringan (dapat mengakibatkan amputasi) c. Kelainan syaraf : kesemutan, rasa baal yang dapat

menimbulkan gangrena (pembusukan akibat kematian syaraf)

Gejala-gejala Diabetes Melitus

(29)

d. Kelainan ginjal : bengkak seluruh tubuh

e. Kelainan jantung : nyeri dada, susah nafas, bengkak seluruh tubuh

f. Kelainan pada gigi : gigi goyang 3. Cara Mencegah

a. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan b. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak c. Biasakan sarapan

d. Lakukan aktifitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal

e. Istirahat yang cukup

Khusus untuk mencegah komplikasi berupa gangrene , perlu perawatan kaki sebagai berikut:

Cara gunting kuku, membersihkan kaki dan beri pelembab secara teratur, cek kemerahan/luka menggunakan cermin, periksa kaus kaki, pemilihan sepatu yg baik (hak sepatu tidak tinggi, kulit lunak, alas sepatu empuk, toe box cukup lebar

Gambar 8 : Cara membersihkan kuku dan pemeliharaan kaki untuk mencegah gangrena

2. Penyakit degeneratif

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang muncul seiring bertambahnya usia terkait dengan penurunan kapasitas fungsional secara biologi dan pengaruh gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit degeneratif yang sering muncul , adalah sebagai berikut:

2.1. Kencing manis (Diabetes melitus/DM )

DM adalah penyakit dimana kadar gula darah dalam tubuh meningkat (lebih dari 200 mg/dl) dengan gejala antara lain:

1. Gejala

a. Banyak/sering kencing b. Sering haus

c. Cepat lapar, banyak makan

d. Berat badan yang menurun tanpa sebab yang jelas e. Cepat lelah

f. Kesemutan

g. Terdapat luka yang sulit sembuh

2. Komplikasi

Penyakit DM memerlukan kontrol ke dokter secara rutin yang didukung dengan pemeriksaan laboratorium atas petunjuk dokter. Penyakit ini dapat mengalami komplikasi terutama apabila tidak terkontrol. Komplikasi yang sering muncul adalah:

a. Kelainan mata : gangguan penglihatan dan mudah terjadi katarak

b. Kelainan kulit : gatal, bisul, luka yang sukar mengalami sembuh hingga kerusakan jaringan (dapat mengakibatkan amputasi) c. Kelainan syaraf : kesemutan, rasa baal yang dapat

menimbulkan gangrena (pembusukan akibat kematian syaraf)

Gejala-gejala Diabetes Melitus

(30)

2.2. Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mm Hg, yang perlu diwaspadai karena seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga pasien tidak merasa sakit.

TEKANAN DARAH(JNC 2003)

Normal 120 / 80

Prahipertensi 120 – 139 / 80 -89

Hipertensi grade 1 140 -159 / 90 – 99

grade 2 > 160 / > 100

Gambar 8 : Batasan tekanan darah yang masuk dalam katagori hipertensi

1. Gejala

Adapun tanda dan gejala hipertensi yang perlu dikenali oleh pendamping adalah sebagai berikut:

a. Sakit kepala b. Kelelahan c. Mual dan muntah d. Sesak nafas

e. Nafas pendek (terengah-engah)

(31)

g. Pandangan menjadi kabur h. Mata berkunang-kunang i. Mudah marah

j. Telinga berdengung k. Sulit tidur

l. Rasa berat di tengkuk 2. Komplikasi

Bila tidak terkontrol hipertensi akan mengalami komplikasi sebagai berikut:

a. Stroke (gangguan pembuluh darah otak) yang dapat menyebabkan kelumpuhan

b. Gagal ginjal c. Gagal jantung

d. Gangguan penglihatan 3. Cara mencegah

Penyakit ini dapat dicegah dengan cara:

a. Kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak garam (snack, kerupuk, mie instan, gorengan, makanan yang diasinkan, diasap, makanan kaleng)

b. Berpikir dan bersikap positif c. Mengelola stres dengan baik

d. Cek kesehatan rutin ke fasilitas kesehatan

e. Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter f. Tidak merokok

Rasa Berat di tengkuk

Gagal jantung

Gambar 9. Pencegahan Hipertensi 2.2. Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi)

Penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 90 mm Hg, yang perlu diwaspadai karena seringkali hipertensi terjadi tanpa gejala, sehingga pasien tidak merasa sakit.

TEKANAN DARAH(JNC 2003)

Normal 120 / 80

Prahipertensi 120 – 139 / 80 -89

Hipertensi grade 1 140 -159 / 90 – 99

grade 2 > 160 / > 100

Gambar 8 : Batasan tekanan darah yang masuk dalam katagori hipertensi

1. Gejala

Adapun tanda dan gejala hipertensi yang perlu dikenali oleh pendamping adalah sebagai berikut:

a. Sakit kepala b. Kelelahan c. Mual dan muntah d. Sesak nafas

e. Nafas pendek (terengah-engah)

(32)

2.3. Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penyakit paru kronik (menahun) yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas, semakin lama semakin memburuk dan tidak sepenuhnya dapat kembali normal.

1. Tanda dan Gejala a. Sesak nafas

b. Batuk berdahak menahun c. Nafas berbunyi (mengi) d. Cepat lelah

2. Cara pencegahan

a. Tidak/berhenti merokok

b. Hindari pencetus alergi : debu, asap dll. 2.4. Stroke

Stroke adalah kondisi berkurangnya suplay oksigen ke otak yang terjadi akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian pada jaringan otak.

1. Tanda dan Gejala a. Sakit Kepala

b. Anggota tubuh satu sisi melemah atau tidak dapat digerakkan secara tiba-tiba c. Bibir tidak simetris

d. Gangguan berbicara (pelo)

e. Keseimbangan dan kesadaran terganggu f. Bisa terjadi penurunan kesadaran

g. Rabun atau gangguan penglihatan tiba-tiba h. Gangguan/kesulitan menelan

Batuk

(33)

2. Cara pencegahan

Mengendalikan faktor risiko (tekanan darah, gula darah, kolesterol, dalam batas normal) seperti terlihat pada gambar berikut:

2.1 Hentikan kebiasaan merokok

2.2 Periksalah Tekanan Darah dan Kadar gula secara teratur 2.3 Kendalikan penyakit jantung

2.4 Kendalikan Stres dan Depresi 2.5 Pola makan sehat dan seimbang 2.6 Kurangi garam

2.7 Pantau Berat badan

Gambar 10. Pencegahan Stroke

2.3. Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penyakit paru kronik (menahun) yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas, semakin lama semakin memburuk dan tidak sepenuhnya dapat kembali normal.

1. Tanda dan Gejala a. Sesak nafas

b. Batuk berdahak menahun c. Nafas berbunyi (mengi) d. Cepat lelah

2. Cara pencegahan

a. Tidak/berhenti merokok

b. Hindari pencetus alergi : debu, asap dll. 2.4. Stroke

Stroke adalah kondisi berkurangnya suplay oksigen ke otak yang terjadi akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian pada jaringan otak.

1. Tanda dan Gejala a. Sakit Kepala

b. Anggota tubuh satu sisi melemah atau tidak dapat digerakkan secara tiba-tiba c. Bibir tidak simetris

d. Gangguan berbicara (pelo)

e. Keseimbangan dan kesadaran terganggu f. Bisa terjadi penurunan kesadaran

g. Rabun atau gangguan penglihatan tiba-tiba h. Gangguan/kesulitan menelan

Batuk

(34)

2.5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner di jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung.

1. Tanda dan Gejala

a. Nyeri dada kiri, bahu kiri, lengan kiri, punggung atas, leher dan rahang bawah, terkadang di ulu hati

b. Sesak nafas, keringat dingin, rasa lemah, dan mual c. Rasa cemas, berdebar, terkadang sampai pingsan

2. Cara pencegahan

a. Hindari konsumsi makanan yang berlemak (kolesterol) b. Tidak/berhenti merokok

c. Hindari konsumsi makanan dan minuman manis d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan e. Beraktivitas dan latihan fisik secara teratur f. Periksa ke dokter secara teratur

(35)

2.6. Pengeroposan Tulang (Osteoporosis)

Pengeroposan tulang adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan massa tulang, sehingga tulang tidak tahan terhadap benturan dan menjadi mudah patah.

1. Tanda dan Gejala a. Mudah jatuh b. Nyeri pada tulang c. Gangguan gerak

d. Gangguan postur tubuh (bungkuk) 2. Cara pencegahan

a. Konsumsi makanan dan minuman yang cukup kalsium (teri basah, ikan laut, susu, keju, sayuran hijau, tempe, dll) b. Cukup terkena paparan sinar matahari

c. Aktivitas dan latihan fisik teratur (senam osteoporosis)

Tulang

Normal Osteoporosis Tulang

Normal Osteoporosis

Gambar 11. Tulang Normal dan Osteoporosis

Patah tulang karena Osteoporosis

2.5. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

Penyakit jantung terjadi akibat penyempitan pembuluh darah koroner di jantung yang dapat menyebabkan serangan jantung.

1. Tanda dan Gejala

a. Nyeri dada kiri, bahu kiri, lengan kiri, punggung atas, leher dan rahang bawah, terkadang di ulu hati

b. Sesak nafas, keringat dingin, rasa lemah, dan mual c. Rasa cemas, berdebar, terkadang sampai pingsan

2. Cara pencegahan

a. Hindari konsumsi makanan yang berlemak (kolesterol) b. Tidak/berhenti merokok

c. Hindari konsumsi makanan dan minuman manis d. Perbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan e. Beraktivitas dan latihan fisik secara teratur f. Periksa ke dokter secara teratur

(36)

Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia 26

2.7. Penyakit Sendi (Arthritis)

Penyakit sendi adalah peradangan pada satu atau lebih persendian. Jenis penyakit sendi yang sering dialami oleh Lansia adalah Osteoarthritis dan Gout Arthritis (penyakit asam urat).

1. Tanda dan Gejala

a. Kaku atau nyeri pada persendian b. Dapat disertai bengkak kemerahan

pada persendian

c. Penurunan/keterbatasan pergerakan sendi

2. Cara Pencegahan a. Kurangi berat badan

b. Kurangi makanan berlemak termasuk gorengan

c. Hindari konsumsi jeroan

d. Kurangi kacang-kacangan, makanan kaleng, makanan dan minuman yang difermentasi (tape, tuak dll) hasil laut kecuali ikan.

e. Latihan fisik secara teratur

Untuk mengurangi dan mencegah rasa nyeri dapat dilakukan langkah langkah sebagai terlihat pada gambar berikut:

Gambar 12. Pencegahan Penyakit Sendi (Arthritis)

(37)

Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia 27 Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia

2.8. Depresi

Depresi adalah kondisi adanya perasaan sedih dan tertekan yang menetap lebih dari 2 minggu. Pada dasarnya depresi adalah salah satu masalah yang muncul pada lanjut usia seperti terlihat pada gambar berikut.

Masalah-masalah kesehatan mental

pada lanjut usia :

1. Agresi 2. Kemarahan 3. Kecemasan 4. Kekacauan mental 5. Penolakan 6. Ketergantungan 7. Depresi 8. Pikun

9. Mengalami rasa sakit 10. Rasa sedih dan kecewa

1. Tanda dan gejala

a. Murung/tidak bisa merasa senang b. Menyendiri

c. Tidak ada minat dan inisiatif d. Pesimis

e. Khawatir berlebihan

Gambar 13 : Masalah masalah kesehatan mental pada lanjut usia

Sedih

Menyendiri

2.7. Penyakit Sendi (Arthritis)

Penyakit sendi adalah peradangan pada satu atau lebih persendian. Jenis penyakit sendi yang sering dialami oleh Lansia adalah Osteoarthritis dan Gout Arthritis (penyakit asam urat).

1. Tanda dan Gejala

a. Kaku atau nyeri pada persendian b. Dapat disertai bengkak kemerahan

pada persendian

c. Penurunan/keterbatasan pergerakan sendi

2. Cara Pencegahan a. Kurangi berat badan

b. Kurangi makanan berlemak termasuk gorengan

c. Hindari konsumsi jeroan

d. Kurangi kacang-kacangan, makanan kaleng, makanan dan minuman yang difermentasi (tape, tuak dll) hasil laut kecuali ikan.

e. Latihan fisik secara teratur

Untuk mengurangi dan mencegah rasa nyeri dapat dilakukan langkah langkah sebagai terlihat pada gambar berikut:

Gambar 12. Pencegahan Penyakit Sendi (Arthritis)

(38)

2. Cara pencegahan

a. Melakukan kegiatan sosial dan kemasyaratan (rekreasi, kegiatan ibadah berkelompok, arisan)

b. Aktivitas fisik yang teratur secara mandiri sesuai dengan kemampuan

c. Berpikir positif (bersyukur, berprasangka baik) d. Menerima keadaan (ikhlas)

2.9. Demensia (Pikun)

Demensia adalah kondisi kemerosotan mental yang terus menerus, makin lama makin buruk meliputi penurunan daya ingat yang baru saja terjadi, kemunduran kemahiran berbahasa, kemunduran intelektual, perubahan perilaku dan fungsi otak lainnya sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Jenis demensia yang muncul karena proses penuaan dikenal sebagai Alzheimer.

(39)

Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia 29 Progam Pendampingan Jangka Panjang Bagi Lansia

1. Tanda dan gejala

a. Lupa akan kejadian yang baru dialami

b. Salah mengenal waktu, tempat, angka dan benda c. Kesulitan dalam menemukan kata yang tepat d. Sering mengulang kata atau pertanyaan e. Emosi labil (mudah marah)

f. Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari

Gejala tersebut diatas dapat dilihat pada gambar berikut ( 10 gejala Alzheimer) 2. Cara pencegahan

a. Melakukan kegiatan sosial dan kemasyaratan (rekreasi, kegiatan ibadah berkelompok, arisan)

b. Aktivitas fisik yang teratur secara mandiri sesuai dengan kemampuan

c. Berpikir positif (bersyukur, berprasangka baik) d. Menerima keadaan (ikhlas)

2.9. Demensia (Pikun)

Demensia adalah kondisi kemerosotan mental yang terus menerus, makin lama makin buruk meliputi penurunan daya ingat yang baru saja terjadi, kemunduran kemahiran berbahasa, kemunduran intelektual, perubahan perilaku dan fungsi otak lainnya sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Jenis demensia yang muncul karena proses penuaan dikenal sebagai Alzheimer.

(40)
(41)

2. Cara Pencegahan

a. Melakukan kegiatan yang merangsang fungsi otak b. Mengembangkan hobi dan kegiatan yang bermanfaat

c. Beraktivitas fisik yang teratur secara mandiri sesuai dengan kemampuan

d. Tetap melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan

e. Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang (sayur, buah, ikan)

Gambar 16 : Aktifitas lansia

(42)

Tujuan perawatan dasar keperawatan lansia adalah memberikan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari - hari berdasarkan “Activity of Daily Living/ADL” dan “Instrumental Activity of Daily Living/IADL” Kemandirian pada lansia adalah kemampuannya untuk melakukan kegiatan pemenuhan kehidupan sehari-hari.

1. Batasan tingkat kemandirian/ketergantungan :

1.1 Mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain (biasanya lansia tersebut membutuhkan alat adaptasi seperti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain)

1.2 Tergantung sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain.

1.3 Tergantung sepenuhnya, yaitu lansia tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain

2. Bantuan untuk pemenuhan hidup sehari-hari :

2.1 Pemenuhan Nutrisi : kebutuhan energi; kebutuhan air; Micro Nutrient (Ca, Fe, Vit A, Vit B,dan C), serta rendah lemak

2.2 Pemeliharaan Higiene : mandi, kebersihan gigi mulut, kelembaban kulit , perawatan rambut , dan hindarkan tangan terendam air terlalu lama

2.3 Menjaga keselamatan lanjut usia: gunakan topi saat terik matahari; gunakan sandal yang pas; penerangan yang cukup; beri pegangan; hindarkan dari barang barang yang membuat tersandung; pengaman pada waktu beraktifitas; ventilasi; bantu menyeberang; dll

2.4 Pemenuhan kebutuhan Istirahat dan Olah raga: istirahat cukup; olah raga ringan

G. PERAWATAN DASAR KEPERAWATAN LANSIA (ACTIVITY DAILY

LIVING/ADL & INSTRUMENTAL ACTIVITY DAILY LIVING/ADL)

(43)

2.5 Mempertahankan kemandirian: Dukungan untuk berusaha melakukan sendiri kegiatan pemenuhan dasar (lihat ADL), dengan alat bantu yang sesuai bila diperlukan

2.6 Mengajak lanjut usia tetap bersosialisasi dan beraktifitas sesuai dengan minatnya

2.7 Mempersiapkan lanjut usai menghadapi kematian dengan mendiskusikan dan persiapan sesuai dengan agama yag dianut 3. Bantuan untuk mengatasi gangguan dan penyakit

3.1 Bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk melakukan deteksi dini, pengobatan dan kunjungan rumah sesuai dengan gangguan dan penyakit yang diderita

3.2 Mengantar ke tempat pelayanan kesehatan bila lanjut usia masih bisa berjalan

3.3 Memberi obat dan tindakan atas petunjuk petugas kesehatan 3.4 Mengupayakan alat bantu: kaca mata, gigi palsu, kursi roda, dll 3.5 Menjaga keamanan

3.6 Memberi dukungan spiritual 3.7 Mengstimulasi intelektual

3.8 Menata hidup menghadapi kematian

4. Bantuan Rehabilitasi fungsi akibat gangguan dan penyakit

4.1 Hindarkan tekanan pada kulit terlalu lama (mencegah dekubitus) 4.2 Hindarkan warna yang menyilaukan

4.3 Anjurkan memakai baju yang longgar

Memberi dukungan Lansia

Tujuan perawatan dasar keperawatan lansia adalah memberikan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari - hari berdasarkan “Activity of Daily Living/ADL” dan “Instrumental Activity of Daily Living/IADL” Kemandirian pada lansia adalah kemampuannya untuk melakukan kegiatan pemenuhan kehidupan sehari-hari.

1. Batasan tingkat kemandirian/ketergantungan :

1.1 Mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain (biasanya lansia tersebut membutuhkan alat adaptasi seperti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain)

1.2 Tergantung sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain.

1.3 Tergantung sepenuhnya, yaitu lansia tidak dapat melakukan tugas tanpa bantuan orang lain

2. Bantuan untuk pemenuhan hidup sehari-hari :

2.1 Pemenuhan Nutrisi : kebutuhan energi; kebutuhan air; Micro Nutrient (Ca, Fe, Vit A, Vit B,dan C), serta rendah lemak

2.2 Pemeliharaan Higiene : mandi, kebersihan gigi mulut, kelembaban kulit , perawatan rambut , dan hindarkan tangan terendam air terlalu lama

2.3 Menjaga keselamatan lanjut usia: gunakan topi saat terik matahari; gunakan sandal yang pas; penerangan yang cukup; beri pegangan; hindarkan dari barang barang yang membuat tersandung; pengaman pada waktu beraktifitas; ventilasi; bantu menyeberang; dll

2.4 Pemenuhan kebutuhan Istirahat dan Olah raga: istirahat cukup; olah raga ringan

G. PERAWATAN DASAR KEPERAWATAN LANSIA (ACTIVITY DAILY

LIVING/ADL & INSTRUMENTAL ACTIVITY DAILY LIVING/ADL)

(44)

4.4 Anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya 4.5 Tetap bersosialisasi

4.6 Anjurkan dan ajak untuk berkomunikasi dengan berbagai cara (multi sensori)

5. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran 5.1 Penerangan yang kuat

5.2 Kebersihan kaca mata

5.3 Kacamata yang sesuai dgn ukuran 5.4 Bantuan alat bantu dengar 5.5 Hindarkan kegaduhan lingkungan

5.6 Gunakan multi sensori dalam berkomunikasi 5.7 Bicara dengan jelas, nada rendah

6. Activity of Daily Living (ADL)

Alat yang digunakan untuk mengukur kemandirian dalam kehidupan sehari-hari adalah alat ukur ADL (Activity of Daily Living). Dengan mengetahui tingkat kemandirian lansia, pendamping dapat mengenal kemandirian dan keterbatasan lanjut usia sebagai dasar bantuan apa yang harus diberikan. ADL (Activity Daily Living) berfungsi untuk mengukur hal-hal yang mendasar dari kapabilitas fungsional. ADL merupakan indikator untuk melihat berapa besar lansia yang berpotensi dan berhak mendapatkan Perawatan Jangka Panjang.

Gangguan pendengaran

Gangguan penglihatan

(45)

Kegiatan dalam ADL (Activity Daily Living) antara lain :

6.1 Mengendalikan rangsang BAB (Buang Air Besar) dan BAK (Buang Air Kecil)

Pengendalian terhadap perasaan BAK (Buang Air Kecil) :

a. Konsultasikan ke dokter atau tenaga kesehatan untuk mengetahui penyebabnya

b. Mengkondisikan pakaian dan lingkungan yang memudahkan ke toilet

c. Menganjurkan untuk BAK secara teratur

d. Meminta perawat untuk melatih bladder training (terapi untuk mengembalikan fungsi kandung kemih yang mengalami gangguan ke keadaan normal

e. Jaga kebersihan kulit (tetap kering) f. Ganti pampers secara teratur

Pengendalian terhadap perasaan ingin BAB (Buang Air Besar): a. Anjurkan minum cukup dan makanan berserat

b. Anjurkan untuk BAB secara teratur c. Anjurkan olah raga secara teratur 6.2 Membersihkan diri (seka, sisir, sikat gigi, dll)

Memberikan bimbingan untuk melakukan kegiatan yang sederhana, seperti menggosok gigi sendiri, menyisir rambut, menjaga kesehatan kulit dan kuku, mengganti pakaian, dll.

Mengganti Pempers

Mengganti Baju Sendiri

4.4 Anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya 4.5 Tetap bersosialisasi

4.6 Anjurkan dan ajak untuk berkomunikasi dengan berbagai cara (multi sensori)

5. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran 5.1 Penerangan yang kuat

5.2 Kebersihan kaca mata

5.3 Kacamata yang sesuai dgn ukuran 5.4 Bantuan alat bantu dengar 5.5 Hindarkan kegaduhan lingkungan

5.6 Gunakan multi sensori dalam berkomunikasi 5.7 Bicara dengan jelas, nada rendah

6. Activity of Daily Living (ADL)

Alat yang digunakan untuk mengukur kemandirian dalam kehidupan sehari-hari adalah alat ukur ADL (Activity of Daily Living). Dengan mengetahui tingkat kemandirian lansia, pendamping dapat mengenal kemandirian dan keterbatasan lanjut usia sebagai dasar bantuan apa yang harus diberikan. ADL (Activity Daily Living) berfungsi untuk mengukur hal-hal yang mendasar dari kapabilitas fungsional. ADL merupakan indikator untuk melihat berapa besar lansia yang berpotensi dan berhak mendapatkan Perawatan Jangka Panjang. Gangguan pendengaran Gangguan penglihatan Mendampingi Lansia

(46)

6.3 Kemampuan di Toilet (lepas/pakai celana dalam, siram, membersihkan) Kemampuan mengatur hajat besar dan kecil, seperti masuk dan ke luar WC, mencopot serta merapikan pakaian serta kemampuan untuk cebok atau membersihkan alat vitalnya Cara memberikan bantuannya : a. Mengkondisikan pakaian yang mudah dibuka

b. Toilet sebaiknya toilet duduk, jangan toilet jongkok c. Menyiapkan pegangan (railing) di dekat toilet

d. Menyiapkan tempat duduk untuk lansia di kamar mandi e. Lantai kamar mandi rajin disikat agar tidak licin

f. Pastikan lantai kamar mandi kering 6.4 Makan

Kemampuan untuk menyiapkan makanan yang sederhana untuk dirinya, meliputi kemampuan untuk menyendokkan nasi dalam piring, memilih lauk, kemandirian dalam menghabiskan makanan serta kebersihan piring/gelas serta kerapihan meletakkan peralatan makan. Lansia sering mengalami berkurangnya nafsu makan disebabkan oleh menurunnya kemampuan mengunyah. Untuk itu perlu diberikan bantuan umtuk memotivasi lansia, antara lain :

a. Menyiapkan makanan yang lunak b. Menggunakan gigi palsu

c. Menjadwalkan waktu makan yang teratur d. Menyiapkan menu yang bervariasi dan bergizi e. Menciptakan suasana yang nyaman

Lansia Makan

(47)

6.5 Berpindah tempat

Adalah kemampuamn untuk bepergian. Dikatakan mandiri

apabila berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari

kursi sendiri dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, melakukan satu, atau lebih berpindah.

6.6 Mobilisasi

Adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Adapun bantuan yang dapat diberikan antara lain :

a. Membantu pindah tempat

b. Membantu mendapatkan alat bantu yang dibutuhkan c. Membuatkan pegangan untuk pengaman

d. Membantu sarana transportasi 6.7 Mengenakan pakaian

Adalah kemampuan untuk mengenakan pakaian dari gantungan baju atau setelah mandi, mengambil baju dari rak, mengenakan serta mengancing atau membuka atau melepaskannya. Dikatakan mandiri

apabila mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan

pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian, dan dikatakan tergantung apabila tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian.

6.3 Kemampuan di Toilet (lepas/pakai celana dalam, siram, membersihkan) Kemampuan mengatur hajat besar dan kecil, seperti masuk dan ke luar WC, mencopot serta merapikan pakaian serta kemampuan untuk cebok atau membersihkan alat vitalnya Cara memberikan bantuannya : a. Mengkondisikan pakaian yang mudah dibuka

b. Toilet sebaiknya toilet duduk, jangan toilet jongkok c. Menyiapkan pegangan (railing) di dekat toilet

d. Menyiapkan tempat duduk untuk lansia di kamar mandi e. Lantai kamar mandi rajin disikat agar tidak licin

f. Pastikan lantai kamar mandi kering 6.4 Makan

Kemampuan untuk menyiapkan makanan yang sederhana untuk dirinya, meliputi kemampuan untuk menyendokkan nasi dalam piring, memilih lauk, kemandirian dalam menghabiskan makanan serta kebersihan piring/gelas serta kerapihan meletakkan peralatan makan. Lansia sering mengalami berkurangnya nafsu makan disebabkan oleh menurunnya kemampuan mengunyah. Untuk itu perlu diberikan bantuan umtuk memotivasi lansia, antara lain :

a. Menyiapkan makanan yang lunak b. Menggunakan gigi palsu

c. Menjadwalkan waktu makan yang teratur d. Menyiapkan menu yang bervariasi dan bergizi e. Menciptakan suasana yang nyaman

Lansia Makan

(48)

6.8 Naik turun tangga

Dikatakan mandiri apabila mampu naik tangga dan turun tangga sendiri tanpa bantuan orang lain, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan untuk naik atau turun tangga.

6.9 Mandi

Adalah kemampuan menyiram tempat tertentu, menyabuni serta menggosok daki di tempat tertentu, menyirami kembali anggota tubuh yang terkena sabun, menggunakan handuk sampai mengeringkan tubuh. Dikatakan mandiri apabila bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya dan dikatakan bergantung apabila bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandsi, serta tidak mandi sendiri.

7. Instrumental Activity Daily Living (IADL)

Aktifitas kehidupan sehari-hari lansia yang bersifat instrumental/ Instrumental Activity Daily Living (IADL) adalah sekumpulan aktifitas sehari-hari yang lebih kompleks dibandingkan dengan ADL dan mengarah pada kemampuan lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan komunitasnya. Aktifitas kehidupan sehari-hari lansia yang bersifat instrumental dapat di ukur dengan menggunakan “Instrumental Activity Daily Living/IADL”

Aktivitas sehari-hari

(49)

Kegiatan dari IADL adalah :

7.1 Berkomunikasi menggunakan telpon

Dikatakan mandiri apabila mampu mengoperasikan telpon sendiri (menelpon ke beberapa nomor yang dikenal dan mampu menjawab telpon yang masuk) serta menyampaikan pesan melalui telpon, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan orang lain untuk menelpon atau tidak mampu menyampaikan pesan melalui telpon. 7.2 Berbelanja

Dikatakan mandiri apabila mampu berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan dalam berbelanja kebutuhannya sendiri. 7.3 Menyiapkan makanan

Dikatakan mandiri apabila mamapu merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan makanan secara mandiri, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan dalam berbelanja kebutuhannya sendiri.

7.4 Mengurus rumah

Dikatakan mandiri apabila mampu mengurus rumah secara mandiri, atau mampu mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan seperti mencuci piring, merapihkan tempat tidur, dan dikatakan tergantung apabila tidak mampu mengurus rumah sendiri.

7.5 Mencuci Pakaian

Dikatakan mandiri apabila mampu mencuci semua atau sebagian pakaian pribadi, dan dikatakan tergantung apabila tidak membutuhkan bantuan untuk mencuci pakaian pribadi.

6.8 Naik turun tangga

Dikatakan mandiri apabila mampu naik tangga dan turun tangga sendiri tanpa bantuan orang lain, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan untuk naik atau turun tangga.

6.9 Mandi

Adalah kemampuan menyiram tempat tertentu, menyabuni serta menggosok daki di tempat tertentu, menyirami kembali anggota tubuh yang terkena sabun, menggunakan handuk sampai mengeringkan tubuh. Dikatakan mandiri apabila bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstermitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya dan dikatakan bergantung apabila bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandsi, serta tidak mandi sendiri.

7. Instrumental Activity Daily Living (IADL)

Aktifitas kehidupan sehari-hari lansia yang bersifat instrumental/ Instrumental Activity Daily Living (IADL) adalah sekumpulan aktifitas sehari-hari yang lebih kompleks dibandingkan dengan ADL dan mengarah pada kemampuan lansia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan komunitasnya. Aktifitas kehidupan sehari-hari lansia yang bersifat instrumental dapat di ukur dengan menggunakan “Instrumental Activity Daily Living/IADL”

Aktivitas sehari-hari

(50)

7.6 Menggunakan Transportasi

Dikatakan mandiri apabila mampu melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi secara mandiri, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan transportasi.

7.7 Menyiapkan dan meminum obat

Dikatakan mandiri apabila mampu mengambil obat dan meminum obat sesuai dengan waktu dan dosis yang telah ditentukan, dan dikatakan tergantung apabila tidak mampu menyiapkan dan meminum obat sendiri

7.8 Mengatur Keuangan

Dikatakan mandiri apabila mampu mengatur keuangan dan pengeluaran secara mandiri (kebutuhan berbelanja sehari-hari, dll), dan dikatakan tergantung apabila tidak mampu mengatur keuangan secara mandiri

(51)

Tujuan penaggulangan kegawat daruratan (PPGD) sederhana adalah memberikan Pertolongan cepat dan tepat dengan secara sederhana apabila lansia mengalami kondisi menanggulangi kegawatdaruratan.

Pemberian pertolongan kegawat daruratan segera kepada penderita atau lansia yang sakit/ cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar dilaksanakan dengan prinsip dasar pertolongan kegawat daruratan, yaitu : 1. Jangan pindahkan atau ubah posisi orang yang terluka, terutama bila

luka-lukanya terjadi karena jatuh, jatuh dari ketinggian dengan keras atau kekerasan lain. (Pindahkan atau ubah posisi penderita hanya apabila tindakan anda adalah untuk menyelamatkan dari bahaya lain.)

2. Bertindaklah dengan cepat apabila penderita mengalami pendarahan, kesulitan bernapas, luka bakar atau kejutan (SYOK).

3. Jangan berikan cairan apapun kepada penderita yang pingsan atau setengah pingsan. Cairan dapat memasuki saluran pernapasan dan mengakibatkan kesulitan bernapas bagi penderita.

4. Jangan berikan alkohol pada penderita yang mengalami luka parah

Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan pada jenis-jenis sakit/cedera/kecelakaan, antara lain :

1. Luka lecet/tergores/tersayat

Cucilah dengan air dan tutuplah luka dengan plester atau band aid. Namun jika luka gores/robek terlalu besar, harus segera ditangani dokter.

H. PENANGGULANGAN KEGAWAT DARURATAN (PPGD)

SEDERHANA

Gambar 17 : Penanggulangan Kegawat Daruratan 7.6 Menggunakan Transportasi

Dikatakan mandiri apabila mampu melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi secara mandiri, dan dikatakan tergantung apabila membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan perjalanan dengan menggunakan transportasi.

7.7 Menyiapkan dan meminum obat

Dikatakan mandiri apabila mampu mengambil obat dan meminum obat sesuai dengan waktu dan dosis yang telah ditentukan, dan dikatakan tergantung apabila tidak mampu menyiapkan dan meminum obat sendiri

7.8 Mengatur Keuangan

Dikatakan mandiri apabila mampu mengatur keuangan dan pengeluaran secara mandiri (kebutuhan berbelanja sehari-hari, dll), dan dikatakan tergantung apabila tidak mampu mengatur keuangan secara mandiri

(52)

2. Pendarahan

Hentikan pendarahan dengan cara menekan luka atau sekitar luka. Tekan terus-menerus. Jangan melepas tekanan tiap sebentar hanya untuk melihat apakah pendarahan sudah berhenti. Apabila setelah diberikan tekanan pendarahan masih belum berhenti, mungkin nadi atau pembuluh darah balik terputus, tekan nadi yang di dekat luka, untuk menghentikan aliran darah dari jantung ke tempat lain. Harus tetap dilakukan penekanan pada daerah luka sampai mendapatkan penanganan oleh tenaga medis atau segera dibawa ke dokter

3. Penderita Syok/Terkejut

1.1 Ciri-ciri lansia yang mengalami syok : a. Wajahnya akan tampak pucat b. Tubuhnya dingin dan berkeringat c. Napasnya cepat.

1.2 Cara Penanganan :

a. Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada posisi yang lebih tinggi daripada kepala, kecuali apabila terdapat luka di kepalanya.

b. Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas untuknya.

c. Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam keadaan benar-benar sadar

(53)

4. Mata yang terkena Bahan Kimia atau Serangga Cara penanganannya :

a. Baringkan korban dengan posisi miring dan tuangkan air matang ke dalam matanya untuk menghilangkan bahan kimianya, kemudian kompreslah dengan kain kasa steril dan segera ke dokter.

b. Jika serangga yang mengenai mata, ambillah dengan ujung saputangan yang bersih namun jika masih terasa tidak enak segeralah ke dokter. d. Jangan sekali-kali mengusap mata yang terkena bahan kimia atau

serangga dengan tangan telanjang 5. Sengatan Serangga

Sengatan lebah, jika bengkak telah muncul, kompreslah segera dengan es. Jika korban alergi terhadap sengatan serangga tertentu, segeralah meminta pertolongan dokter

6. Keracunan

Berilah minum (air biasa, susu, dan kelapa) sebanyak mungkin hingga korban bisa muntah, dan bawalah ke dokter. Namun demikian, tidak selalu korban muntah.

7. Luka bakar

a. Alirkan/siram dengan air biasa/air mengalir ditempat yang terbakar, jika lukanya masih tahap pertama, hingga rasa sakit hilang.

b. Jika lukanya sudah melepuh, bawa ke rumah sakit

Luka Bakar 2. Pendarahan

Hentikan pendarahan dengan cara menekan luka atau sekitar luka. Tekan terus-menerus. Jangan melepas tekanan tiap sebentar hanya untuk melihat apakah pendarahan sudah berhenti. Apabila setelah diberikan tekanan pendarahan masih belum berhenti, mungkin nadi atau pembuluh darah balik terputus, tekan nadi yang di dekat luka, untuk menghentikan aliran darah dari jantung ke tempat lain. Harus tetap dilakukan penekanan pada daerah luka sampai mendapatkan penanganan oleh tenaga medis atau segera dibawa ke dokter

3. Penderita Syok/Terkejut

1.1 Ciri-ciri lansia yang mengalami syok : a. Wajahnya akan tampak pucat b. Tubuhnya dingin dan berkeringat c. Napasnya cepat.

1.2 Cara Penanganan :

a. Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada posisi yang lebih tinggi daripada kepala, kecuali apabila terdapat luka di kepalanya.

b. Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas untuknya.

c. Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam keadaan benar-benar sadar

(54)

8. Tersedak/Choking

Tersedak atau choking dapat menyebabkan seseorang mengalami penyumbatan jalan napas. Tersedak dapat menjadi sangat berbahaya dan harus segera ditolong. Terkadang seseorang yang sedang tersedak tidak dapat berbicara untuk memberitahukan apa yang sedang menimpanya. 8.1 Tanda-tanda tersedak :

a. Sulit bernapas

b. Tidak mampu mengeluarkan suara/bicara c. Awalnya disertai dengan batuk-batuk

d. Tanda khas tersedak: korban memegangi lehernya dengan ibu jari dan jari telunjuk

e. Korban tampak pucat dan kebiruan pada bibir dan kulitnya f. Tampak panik hingga hilang kesadaran

8.2 Cara Penanganan (Tehnik heimlich manuver)

Manuver Heimlich (abdominal thrusts/desakan atau dorongan ke perut) adalah teknik respons darurat yang bisa menyelamatkan jiwa dalam beberapa detik. Manuver ini merupakan tindakan yang akan meloloskan makanan atau objek lain dari saluran pernapasan seseorang ketika tersedak, dengan memberikan tekanan ke perut dan dada, membuat objek terlempar ke luar. Tersedak biasanya terjadi tiba-tiba, jadi mengetahui bagaimana melakukan tindakan darurat ini dan bersedia menggunakan pengetahuan tersebut bisa menyelamatkan nyawa seseorang. Pelajari cara melakukan manuver Heimlich dengan mengikuti langkah-langkah sederhana di bawah ini :

Gambar

Gambar 1 :   Perawatan jangka panjang lansia Setelah mempelajari pedoman ini, keluarga diharapkan mampu menjelaskan dan
Gambar 2 :   Sasaran Pedoman Perawatan jangka panjang
Gambar 3 :   Perawatan jangka panjang lansia di rumah 2.2  Tujuan Khusus :
Gambar 4 :  Kegiatan lansia 4.  Indikasi Perawatan Jangka Panjang
+7

Referensi

Dokumen terkait