• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya. Oleh: VERONIKA LASTRI SITORUS NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya. Oleh: VERONIKA LASTRI SITORUS NIM:"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

TAHUN 2013-2016

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh:

VERONIKA LASTRI SITORUS NIM: 12001105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM

(2)

ii

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

TAHUN 2013-2016

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Oleh:

VERONIKA LASTRI SITORUS NIM: 12001105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

TAHUN 2013-2016

Oleh:

VERONIKA LASTRI SITORUS

Dosen Pembimbing Wildayati, S. Pd., M. Pd. E

Financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami

oleh suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh likuiditas (current ratio) dan profitabilitas (return on

asset) terhadap financial distress pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2016. Data penelitian ini merupakan data sekunder yaitu diperoleh dari laporan keuangan perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan perkebunan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan: 1) koefisien regresi variabel current ratio sebesar -6,227 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,139 lebih besar dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa likuiditas dalam memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI ditolak. 2) koefisien regresi variabel return on asset sebesar -40,815 dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,116 lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dalam memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI ditolak.

Kata kunci: Likuiditas (current ratio), profitabilitas (return on asset), financial

(6)

ii

ABSTRACT

EFFECT OF LIQUIDITY AND PROFITABILITY IN PREDICTING FINANCIAL DISTRESS CONDITIONS IN THE PLANTATION COMPANY

LISTED IN THE BEI PERIOD YEAR 2013-2016

By:

Veronika Lastri Sitorus

Advisor Lecturer

Wildayati, S. Pd., M. Pd. E

Financial distress is a stage of decline experienced by the financial condition of a company prior to the bankruptcy. This research purposed to analyze the effect of liquidity (current ratio) and profitability (return on assets) to financial distress on plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2013-2016. This research data used secondary data that getting from financial report of plantation companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI). The total of sample 12 plantation companies. The method of analysis used is logistic regression with the program SPSS 20. The results showed: 1) the regression coefficient of variable current ratio of -6.227 and has a significance value of 0.139 greater than 0.05 can be concluded that liquidity in predicting the condition of financial distress on plantation companies listed on the Stock Exchange rejected. 2) the regression coefficient of variable return on asset of -40,815 and has a significance value of 0.116 greater than 0.05 can be concluded that profitability in predicting the condition of financial distress on plantation companies listed on the Stock Exchange rejected.

(7)
(8)

iv

RIWAYAT HIDUP

Nama : Veronika Lastri Sitorus

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Batam, 27 Agustus 1985

Agama : Kristen Protestan

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : Kavling Sagulung Jl. Raya Kav. lama No. 02B

Alamat Email : [email protected]

Pendidikan Formal :

Sekolah Dasar (1992 - 1998) : SD N 016 Batam

SMP (1998 - 2001) : SMP N 9 Batam

SMK (2001 - 2004) : SMK N 1 Batam

Perguruan Tinggi (2014 - 2017) : D3 Program Studi Akuntansi Akademi

Permata Harapan

Riwayat Pekerjaan :

1. Karyawan - PT Noble (September 2004 – September 2006) 2. Karyawan - PT Ciba Vision(Oktober 2006 – Oktober 2009)

(9)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang

dilimpahkan-Nya, khususnya dalam penyusunan penelitian ini. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir ini ini yang berjudul “Pengaruh Likuiditas dan

Profitabilitas Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan

Perkebunan Yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2013-2016”. Tugas Akhir ini

disusun guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan kelulusan studi pada

Program Diploma (D3) Akademi Akuntansi Permata Harapan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang

telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini baik secara moril maupun materiil,

khususnya kepada :

1. Joko Setiawan, S.E., M.M. selaku Direktur Akademi Akuntansi Permata

Harapan.

2. Hermaya Ompusunggu, SE., M.Ak selaku Ketua Program Studi Akademi

Akuntansi Permata Harapan yang telah banyak memberikan nasehat serta

bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Ibu Wildayati, S. Pd., M. Pd. E selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, dan membantu, memberikan saran –

(10)

vi

4. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Akuntansi Permata Harapan yang telah

memberikan seluruh dedikasinya dalam mengajar dan membimbing penulis

selama mengikuti perkuliahan.

5. Keluarga yang telah memberikan segala kasih sayang dan perhatiannya yang

begitu besar terutama Ayah dan Ibu penulis sehingga penulis merasa terdorong

untuk menyelesaikan studi agar dapat mencapai cita-cita dan memenuhi harapan

Ayah dan Ibu.

6. Teman–teman seperjuangan Akuntansi yang senantiasa menjadi teman kuliah

yang telah melalui banyak suka-duka bersama.

7. Meva, Ania dan Agnes sahabat – sahabat yang selalu memberikan semangat dan

motivasinya.

8. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya kepada

penulis, yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu. Terima kasih banyak

semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan semuanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari penyusunan tugas akhir ini,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Batam, 30 Juni 2017

Veronika Lastri Sitorus

(11)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK….………. i

ABSTRACT……… ii

SURAT PERNYATAAN……… iii

RIWAYAT HIDUP... iv

KATA PENGANTAR………. v

DAFTAR ISI……….. vii

DAFTAR TABEL………. x

DAFTAR GAMBAR……… . xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Batasan Masalah………... 14

C. Rumusan Masalah……… 14

D. Tujuan Penelitian……….... 16

E. Manfaat Penelitian………... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori……… 17

1. Laporan Keuangan………... 17

2. Analisis Laporan Keuangan……….. 28

3. Rasio Keuangan……… 34

4. Prediksi Financial Distress………. 41

5. Penelitian Terdahulu………. 46

(12)

viii

C. Hipotesis………. 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian……….. 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian………... 52

C. Populasi dan Sampel………... 53

1. Populasi………. 53

2. Sampel……… 53

D. Jenis dan Sumber Data……… 55

1. Jenis Data……….. 55

2. Sumber Data……….. 55

E. Teknik Pengumpulan Data………... 55

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………... 56

1. Variabel Penelitian……… 56

2. Definisi Operasional………. 57

G. Analisis Data……… 60

1. Analisis Statistik Deskriptif………... 61

2. Uji Hipotesis………... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 65

1. Statistik Deskriptif……… 65

(13)

ix

3. Uji Overall Fit Model……… 67

4. Uji Regresi Logistik………... 69

5. Uji Hipotesis………. 70

6. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)…………... 72

B. Pembahasan………. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 75

B. Saran……… 76

DAFTAR PUSTAKA... . 78

(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pertumbuhan Total Aktiva..………. 5

2. Pertumbuhan Aktiva Lancar……….... 6

3. Pertumbuhan Kewajiban Lancar……….. 8

4. Pertumbuhan Laba/Rugi Bersih………... 9

5. Data nilai Likuiditas dan Profitabiilitas………... 10

6. Daftar Perusahaan Sektor Perkebunan………... 54

7. Definisi Operasional……… 60

8. Statistik Deskriptif………... 65

9. Uji Hosmer and Lemeshow's………... 66

10. Uji Overall Fit Model……….. 68

11. Uji Regresi Logistik………. 69

12. Hasil Uji Hipotesis………... 71

(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat

melimpah. Tidak hanya itu, Indonesia juga terkenal dengan sebutan negara agraris

karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat Indonesia adalah bertani atau

berkebun. Dengan banyaknya masyarakat yang bermata pencaharian bertani atau

berkebun, menyebabkan naiknya perekonomian masyarakat Indonesia sehingga

diperkirakan hampir dari setengah perekonomian Indonesia disumbangkan dari

kegiatan pertanian dan perkebunan.

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor yang berperan penting dalam

perekonomian nasional melalui kontribusi dalam pendapatan nasional,

penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor, dan penerimaan pajak. Komoditi

perkebunan yang berkembang saat ini adalah karet, kelapa sawit, kelapa, pinang,

kopi, sagu, kakao dan diantara produk-produk tersebut yang paling dominan

adalah kelapa sawit dan karet. Pengembangan sub sektor perkebunan ini

memberikan kontribusi yang cukup besar pada pembangunan nasional yang

berarti meningkatnya kesejahteraan hidup petani dan masyarakat pedesaan yang

akan meningkatkan taraf hidup sebagian masyrakat Indonesia dan juga akan

(17)

2

Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008-2009 telah menimbulkan

berbagai kesulitan dalam pengembangan usaha. Negara Indonesia merupakan

salah satu negara yang merasakan dampak dari krisis global tersebut. Kondisi

ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan dan

kinerja perusahaan, baik perusahaan kecil maupun besar sehingga banyak

perusahaan yang bangkrut terutama beberapa perusahaan yang terdapat di BEI

(Bursa Efek Indonesia). Kondisi perekonomian global yang kadang tidak stabil

berdampak pada kesulitan terhadap perkembangan perekonomian nasional

terutama kemampuan dunia usaha dalam mengembangkan usahanya dan untuk

mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya. Kondisi perekonomian di

Indonesia yang sering tidak stabil mengakibatkan tingginya risiko suatu

perusahaan untuk mengalami financial distress.

Perusahaan yang mengalami kebangkrutan akan diawali dengan kondisi

financial distress pada perusahaan tersebut. Tetapi, perusahaan yang sedang

mengalami kondisi financial distress belum dapat dipastikan akan diakhiri dengan

kebangkrutan. Menurut Platt dan Platt dalam jurnal penelitian Agusti (2013)

financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang dialami suatu

perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Prediksi financial

distress tidak hanya diterapkan di perusahaan yang memiliki kondisi tertentu,

tetapi juga perusahaan yang memiliki kondisi baik ataupun kondisi buruk. Karena

(18)

3

dapat mengambil tindakan dalam menghindari dan memperbaiki sistem keuangan

(Nindita et all, 2014).

Financial distress dapat terjadi karena perusahaan mengalami masalah

keuangan yang dibiarkan berlarut-larut. Kebangkrutan suatu perusahaan dapat

dilihat dan diukur melalui laporan keuangannya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan adalah

dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Menurut Standar Akuntansi

Keuangan (IAI, 2007:3) tujuan umum laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

bagi sejumlah besar pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi

serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas

penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Pada hakikatnya laporan keuangan merupakan suatu daftar finansial yang

berkaitan langsung dengan posisi keuangan dan operasi keuangan, yang keduanya

memberikan informasi berkenaan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dalam

pengukuran posisi keuangan, unsur yang berkaitan langsung adalah aktiva,

kewajiban dan ekuitas. Sebaliknya unsur yang berkaitan dengan pengukuran

operasi keuangan adalah pendapatan dan biaya, yang tercermin dalam laba/rugi

bersih perusahaan. Sebagai pedoman umum dalam mengetahui kinerja keuangan,

maka seorang analis memerlukan laporan keuangan yang diterbitkan oleh

masing-masing perusahaan, sehingga dapat diketahui keberhasilan maupun permasalahan

(19)

4

Berikut adalah ikhtisar laporan keuangan pada perusahaan perkebunan go

public yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2016.

Dengan masing-masing perusahaan meliputi, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI),

PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), PT Dharma Satya Nusantara Tbk

(DSNG), PT Gozco Plantations Tbk (GZCO), PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA),

PT. Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS),

PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk

(LISP), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT Provident Agro Tbk (PALM),

PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR). Seperti yang telah

dijelaskan bahwa dalam kaitannya dengan pengukuran posisi keuangan pada

perusahaan, maka secara umum dapat diketahui melalui perolehan total aktiva, total aktiva lancar, total kewajiban dan laba/rugi perusahaan.

Ketersediaan total aktiva di sebuah perusahaan mencerminkan adanya modal aktif yang terdiri atas aktiva lancar sebagai modal kerja operasi (operating working capital) dan aktiva tetap, yang diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi di masa depan. Aktiva tetap dimaksudkan sebagai alat-alat produksi tahan lama yang tidak habis dalam proses produksi, seperti tanah atau yang secara berangsur-angsur habis terpakai dalam proses produksi, misalnya bangunan, mesin, perlengkapan, dan kendaraan bermotor.

(20)

5

Tabel 1. Pertumbuhan Total Aktiva pada Perusahaan Perkebunan Tahun 2013-2016 (dalam jutaan rupiah)

PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA

2013 2014 2015 2016 AALI 14.963.190 18.559.354 21.512.371 24.226.122 19.815.259 BWPT 6.200.427 16.379.840 17.658.837 16.254.353 14.123.364 DSNG 5.921.055 7.151.773 7.853.275 8.183.318 7.277.355 GZCO 3.201.105 3.232.644 4.964.076 3.547.023 3.736.212 JAWA 2.659.037 3.062.096 3.368.152 3.291.117 3.095.101 PALM 4.126.673 4.220.240 4.696.939 3.860.776 4.226.157 SGRO 4.512.655 5.468.888 7.294.673 8.328.480 6.401.174 SMAR 18.381.114 21.292.886 23.957.015 26.141.410 22.443.106 SSMS 5.776.950 6.765.234 6.973.851 7.162.970 6.669.751 TBLA 6.212.359 7.328.419 9.283.775 12.596.824 8.855.344 LSIP 7.974.876 8.713.074 8.848.792 9.459.088 8.748.958 SIMP 28.065.121 30.996.051 31.697.142 32.537.592 30.823.977

Sumber:Bursa Efek Indonesia, 2017

Dilihat dari Tabel 1 berkenaan dengan pertumbuhan total aktiva pada

perusahaan perkebunan tahun 2013-2016, secara keseluruhan masing-masing

perusahaan perkebunan mengalami peningkatan dalam kepemilikan total aktiva.

SIMP memuncak dalam perolehan rata-rata tertinggi yaitu sebesar 30.823.977

juta Rupiah, menyusul SMAR dengan rata-rata pertumbuhan aktiva total sebesar

22.443.106juta Rupiah, dan JAWA dengan rata-rata terendah yaitu 3.095.101 juta

Rupiah.

Pertumbuhan total aktiva yang baik pastinya menjadi kabar menggembirakan

bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, namun perlu

diperhatikan juga berkenaan dengan sumber dana yang digunakan perusahaan

untuk membelanjai modal aktifnya. Karena untuk memperoleh aktiva dibutuhkan

(21)

6

saham, cadangan dan saldo laba tidak dibagi (retained earnings), tapi juga berasal

dari modal kreditur yang merupakan hutang bagi perusahaan.

Sebagai modal kerja, aktiva lancar dimaksudkan sebagai aktiva yang hanya

satu kali terpakai dalam proses produksi, contohnya adalah kas, piutang dan

persediaan. Jadi dengan mengetahui pertumbuhan total aktiva, pihak yang

berkepentingan terhadap perusahaan akan mendapat gambaran secara tidak

langsung berkenaan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh modal

aktif untuk menghasilkan laba operasi.

Tabel 2. Pertumbuhan Aktiva Lancar pada Perusahaan Perkebunan Tahun 2013-2016 (dalam jutaan rupiah)

PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA

2013 2014 2015 2016 AALI 1.691.694 2.403.615 2.814.123 4.051.544 2.740.244 BWPT 319.035 1.615.006 2.796.883 1.377.424 1.527.087 DSNG 1.670.821 2.402.841 2.315.276 1.753.048 2.035.497 GZCO 283.354 206.172 257.384 148.387 223.824 JAWA 256.003 236.785 210.504 190.299 223.398 PALM 601.675 283.531 203.974 1.060.441 537.405 SGRO 728.336 784.515 1.606.027 1.831.476 1.237.589 SMAR 8.079.476 9.712.926 10.680.145 11.246.586 9.929.783 SSMS 2.187.401 2.742.376 1.732.968 1.796.842 2.114.897 TBLA 2.534.528 2.860.859 3.128.687 5.058.143 3.395.554 LSIP 1.999.126 1.863.506 1.268.557 1.919.661 1.762.713 SIMP 5.353.269 6.010.492 5.028.025 5.729.296 5.530.271

Sumber:Bursa Efek Indonesia, 2017

Pertumbuhan aktiva lancar pada perusahaan perkebunan tahun 2013-2016 yang tersaji dalam Tabel 2, sebagian besar perusahaan perkebunan mengalami ketidakstabilan dalam pertumbuhan aktiva lancar setiap tahunnya. Rata-rata tertinggi

(22)

7

dicapai oleh SMAR yaitu sebesar 9.929.783 juta Rupiah, selanjutnya perusahaan SIMP dengan rata-rata pertumbuhan total aktiva lancar sebesar 5.530.271 juta Rupiah, kemudian TBLA pada peringkat berikutnya dengan rata-rata sebesar 3.395.554 juta Rupiah, dan rata-rata pertumbuhan total aktiva lancar terendah diperoleh perusahaan JAWA sebesar 223.398 juta Rupiah.

Kewajiban sebagai bagian dari modal pasif perusahaan merupakan hutang

perusahaan yang timbul akibat penggunaan modal asing, yaitu modal dari luar

perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi

perusahaan bersangkutan modal tersebut pada saatnya harus dilunasi atau dibayar

kembali. Kewajiban atau hutang dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu

hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek dapat

diartikan sebagai modal asing yang jangka waktu pengembaliannya paling lama

satu tahun, sedangkan hutang jangka panjang dapat dilunasi dalam waktu lebih

dari satu tahun.

Sama seperti halnya pertumbuhan aktiva lancar yang mengalami

ketidakstabilan dalam pertumbuhannya, secara keseluruhan perusahaan

perkebunan juga mengalami ketidakstabilan pada pertumbuhan kewajiban lancar

dari tahun ke tahun. Pertumbuhan kewajiban lancar pada perusahaan perkebunan

(23)

8

Tabel 3. Pertumbuhan Total Kewajiban Lancar pada Perusahaan Perkebunan Tahun 2013-2016 (dalam jutaan Rupiah)

PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA

2013 2014 2015 2016 AALI 3.759.265 4.110.955 3.522.133 3.942.967 3.833.830 BWPT 715.020 3.105.061 3.955.212 2.368.056 2.535.837 DSNG 2.011.462 2.113.192 2.098.774 1.961.618 2.046.262 GZCO 379.305 233.819 204.503 288.173 276.450 JAWA 395.989 447.982 451.499 645.953 485.356 PALM 658.091 480.563 904.699 330.447 593.450 SGRO 693.202 978.763 1.264.558 1.434.698 1.092.805 SMAR 7.281.549 8.996.931 9.897.188 8.356.807 8.633.119 SSMS 2.093.876 2.611.834 1.302.633 1.314.578 1.830.730 TBLA 2.269.869 2.590.132 2.707.963 4.583.285 3.037.812 LSIP 804.428 746.520 571.162 780.627 725.684 SIMP 6.460.709 6.898.825 5.373.084 4.595.300 5.831.980

Sumber:Bursa Efek Indonesia, 2017

Pada pertumbuhan total kewajiban lancar pada perusahaan perkebunan tahun

2013-2016 yang tersaji dalam Tabel 3, rata-rata tertinggi dicapai oleh SMAR

yaitu sebesar 8.633.119 juta Rupiah, selanjutnya perusahaan SIMP dengan

rata-rata pertumbuhan total kewajiban sebesar 5.831.980 juta Rupiah, kemudian AALI

pada peringkat berikutnya dengan rata-rata sebesar 3.833.830 juta Rupiah, dan

rata-rata pertumbuhan total kewajiban terendah diperoleh perusahaan GZCO

sebesar 276.450 juta Rupiah.

Sebagai gambaran umum dalam menilai operasi keuangan perusahaan, maka

dapat dilihat dari perolehan laba/rugi bersih. Laba/rugi bersih adalah cerminan

dari selisih antara penjualan bersih dengan berbagai biaya meliputi biaya

(24)

9

bahwa secara keseluruhan perusahaan perkebunan juga mengalami

ketidakstabilan dalam memperoleh laba/rugi bersih dari tahun ke tahun. Rata-rata

pertumbuhan laba/rugi tertinggi tahun 2013-2016 diperoleh AALI sebesar

1.833.786 juta Rupiah, kemudian SMAR dengan 1.146.138 juta Rupiah, disusul

SIMP dengan rata-rata pertumbuhan laba/rugi bersih sebesar 687.061 juta Rupiah,

dan yang terendah sebesar -406.091 juta Rupiah oleh perusahaan GZCO.

Tabel 4. Pertumbuhan Laba/Rugi Bersih pada Perusahaan Perkebunan Tahun 2013-2016 (dalam jutaan Rupiah)

PERUSAHAAN TAHUN RATA-RATA

2013 2014 2015 2016 AALI 1.903.088 2.622.072 695.684 2.114.299 1.833.786 BWPT 181.782 194.638 - 181.400 - 391.367 - 49.087 DSNG 215.696 649.802 302.519 252.040 355.014 GZCO - 95.845 50.900 - 31.816 - 1.547.604 - 406.091 JAWA 70.035 52.088 - 11.716 - 225.133 - 28.682 PALM - 422.480 168.005 - 55.242 219.100 - 22.654 SGRO 120.380 350.031 255.892 459.356 296.415 SMAR 892.772 1.477.751 - 385.509 2.599.539 1.146.138 SSMS 631.669 736.252 558.969 591.659 629.637 TBLA 86.549 436.503 200.783 621.011 336.212 LSIP 768.625 929.405 623.309 592.769 728.527 SIMP 635.277 1.138.294 364.879 609.794 687.061

Sumber:Bursa Efek Indonesia, 2017

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat maka perlu

dilakukan penelitian. Salah satu bentuk penelitiannya yaitu dengan cara

menggunakan rasio - rasio keuangan untuk memprediksi kinerja perusahaan

(25)

10

untuk mengidentifikasi kemungkinan kesulitan keuangan masa depan. Kesulitan

keuangan tersebut akan tergambar pada rasio-rasio yang telah diperhitungkan.

Pada penelitian ini peneliti mengidentifikasi bahwa kemampuan rasio

keuangan dapat memprediksi kondisi financial distress dengan menggunakan

rasio likuiditas dan profitabilitas.

Berdasarkan data pertumbuhan total aktiva, aktiva lancar, kewajiban lancar,

laba/rugi bersih yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan perkebunan,

maka diperoleh nilai likuiditas dan profitabilitas serta kondisi perusahaan

perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016, yang tersaji

pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Data Laba Bersih Operasi, Kondisi Perusahan, Likuiditas dan Profitabilitas pada Perusahaan Perkebunan Tahun 2013-2016

NO

NAMA KODE

TAHUN

LABA KONDISI LIKUIDITAS PROFITABILITAS PERUSAHAAN SAHAM BERSIH PERUSAHAAN Aktiva Lancar / Laba Bersih /

OPERASI Utang Lancar Total Aktiva

1 AALI 2013 (+) 0 0,450006584 0,127184644 PT Astra Agro 2014 (+) 0 0,584685310 0,141280348 Lestari Tbk 2015 (+) 0 0,798982605 0,032338788 2016 (+) 0 1,027536878 0,087273522 2 BWPT 2013 (+) 0 0,446190295 0,029317646 PT Eagle High 2014 (+) 0 0,520120539 0,011882778 Plantation Tbk 2015 (-) 0 0,707138581 -0,010272477 2016 (-) 1 0,581668677 -0,024077673 3 DSNG 2013 (+) 0 0,830650045 0,036428643 PT Dharma Satya 2014 (+) 0 1,137067053 0,090858868 Nusantara Tbk 2015 (+) 0 1,103156414 0,038521381 2016 (+) 0 0,893674507 0,030799243 4 GZCO 2013 (-) 0 0,747034708 -0,029941223 PT Gozco 2014 (+) 0 0,881758967 0,015745625 Plantation Tbk 2015 (-) 0 1,258583004 -0,006409249 2016 (-) 1 0,514923327 -0,436310675

(26)

11 NO

NAMA KODE

TAHUN

LABA KONDISI LIKUIDITAS PROFITABILITAS PERUSAHAAN SAHAM BERSIH PERUSAHAAN Aktiva Lancar / Laba Bersih /

OPERASI Utang Lancar Total Aktiva

5 JAWA 2013 (+) 0 0,646490359 0,026338584 PT Jaya Agra 2014 (+) 0 0,528560368 0,017010592 Wattie Tbk 2015 (-) 0 0,466233250 -0,003478318 2016 (-) 1 0,294601644 -0,068406151 6 PALM 2013 (-) 0 0,914272407 -0,102377766 PT Provident 2014 (+) 0 0,589998026 0,039809327 Agro Tbk 2015 (-) 0 0,225460739 -0,011761302 2016 (+) 0 3,209113715 0,056750140 7 SGRO 2013 (+) 0 1,050683776 0,026676195 PT Sampoerna 2014 (+) 0 0,801537124 0,064004065 Agro Tbk 2015 (+) 0 1,270030543 0,035079316 2016 (+) 0 1,276558463 0,055154854 8 SMAR 2013 (+) 0 1,109582041 0,048570070 PT Sinar Mas 2014 (+) 0 1,079582138 0,069401161 Resources and 2015 (-) 0 1,079109036 -0,016091696 2016 (+) 0 1,345799418 0,099441423 9 PT Sawit SSMS 2013 (+) 0 1,044666185 0,109342987 Sumbermas 2014 (+) 0 1,049980720 0,108828757 Sarana Tbk 2015 (+) 0 1,330357796 0,080152172 2016 (+) 0 1,366858692 0,082599643 10 TBLA 2013 (+) 0 1,116596597 0,013931745 PT Tunas Baru 2014 (+) 0 1,104522472 0,059563052 Lampung Tbk 2015 (+) 0 1,155365491 0,021627301 2016 (+) 0 1,103606474 0,049299014 11 LISP 2013 (+) 0 2,485152183 0,096380809 PT PP London 2014 (+) 0 2,496257301 0,106667865 Sumatera 2015 (+) 0 2,221010852 0,070440010 Indonesia Tbk 2016 (+) 0 2,459127086 0,062666612 12 SIMP 2013 (+) 0 0,828588472 0,022635819 PT Salim Ivomas 2014 (+) 0 0,871234159 0,036723839 Pratama Tbk 2015 (+) 0 0,935780085 0,011511416 2016 (+) 0 1,246773007 0,018741215

(27)

12

Indikator kinerja keuangan yang pertama yaitu rasio likuiditas. Rasio

likuiditas menunjukkan mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban keuangannya yang harus dipenuhi, atau mengenai kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Rasio

likuiditas biasanya diukur dengan menggunakan Current Ratio (CR), yaitu aktiva

lancar dibagi dengan hutang lancar (Platt dan Platt, 2002) dalam Hidayat (2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yuanita (2010), menyatakan bahwa

rasio likuditas yang diproksikan ke dalam current ratio dapat digunakan untuk

memprediksi kondisi financial distress. Di sisi lain, hasil berbeda diperoleh

Alifiah, et al (2012) dalam Hidayat (2013), dalam penelitiannya menunjukkan

bahwa rasio likuiditas yang diukur dengan menggunakan Current Ratio (CR) dan

Quick Ratio (QR) tidak terlalu berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Berdasarkan adanya perbedaan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, maka dalam

penelitian ini digunakan variabel rasio likuiditas untuk membuktikan bagaimana

sebenarnya pengaruh rasio likuiditas terhadap prediksi financial distress di suatu

perusahaan.

Rasio keuangan kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan

(28)

13

jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304). Dalam penelitian ini rasio

profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA), yaitu laba

bersih dibagi dengan total aset. ROA menggambarkan sejauh mana tingkat

pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Menurut Syahyunan (

2004:85 ), ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari

aktiva yang dipergunakan. Besarnya perhitungan pengembalian atas aktiva

menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang

tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya.

Menurut Mamduh (2007:83) dalam Andre(2013), rasio profitabilitas

merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

bersih pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio ini

dicerminkan dalam Return On Asset (ROA). Rasio yang tinggi menunjukkan

efisiensi manajemen aset. Menurut Wahyu (2009) dalam Andre (2013),

profitabilitas menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan

karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba

berdasarkan penggunaan aset. Dengan adanya efektivitas dari penggunaan aset

perusahaan maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,

maka perusahaan akan memperoleh penghematan dan akan memiliki kecukupan

dana untuk menjalankan usahanya. Dengan adanya kecukupan dana tersebut

maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distress di masa yang akan

(29)

14

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, sehingga perlu dilakukan

penelitian untuk memprediksikan kemungkinan terjadinya kebangkrutan sebuah

perusahaan, maka penulis mengangkat judul “PENGARUH LIKUIDITAS DAN

PROFITABILITAS DALAM MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL

DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI

BEI PERIODE TAHUN 2013-2016”.

B. Batasan Masalah

Peneliti memberikan batasan masalah agar tidak terjadi penyimpangan

sehingga penelitian ini memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas. Penelitian ini

memfokuskan pada rasio keuangan yaitu likuiditas, dan profitabilititas yang

terdiri dari Current Ratio, dan Return On Assets sebagai variabel yang diteliti dan

membatasi sampel pada perusahaan sektor utama sub sektor perkebunan yang

terdaftar di BEI periode tahun 2013-2016.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap kondisi financial distress pada

perusahaan sektor utama sub sektor perkebunan yang terdaftar di BEI tahun

(30)

15

2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress

pada perusahaan sektor utama sub sektor perkebunan yang terdaftar di BEI

tahun 2013-2016?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh rasio likuiditas dalam memprediksi terjadinya

kondisi financial distress pada perusahaan sektor utama sub sektor

perkebunan yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas dalam memprediksi terjadinya

kondisi financial distress pada perusahaan sektor utama sub sektor

perkebunan yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat bermanfaat baik secara teoritis

maupun praktis, adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

(31)

16

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan menguji kemampuan dalam hal

penguasaan materi terutama yang berkaitan dengan rasio keuangan dan

financial distress.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen.

Sekaligus dapat membuat perusahaan melakukan perbandingan kinerja

dengan perusahaan pesaing sehingga keuangan perusahaan tetap sehat dan

tidak menurun bahkan financial distress dapat dihindari.

c. Bagi Investor dan Calon Investor

Informasi adanya prediksi financial distress dapat memberi masukan

dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan terus menanamkan

modal mereka ke perusahaan, karena bagaimanapun para investor pasti tidak

menginginkan kerugian akibat mereka salah menanamkan modal mereka.

d. Bagi Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan, masukan,

informasi, dan bahan kajian selanjutnya, serta mengundang pemikiran yang

lebih luas untuk menyempurnakan atau melengkapi penelitian ini, khususnya

(32)

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya disusun untuk memberitahukan

informasi mengenai keadaan suatu perusahaan yang akan bermanfaat bagi

sebagian besar pemakai laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan disusun

dan disajikan selama setahun dan disajikan untuk memenuhi kebutuhan pihak

intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan. Pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat berbeda dan

berhak untuk memperoleh informasi keuangan. Laporan keuangan

dipergunakan oleh manajemen puncak untuk dapat mengambil keputusan

yang bermanfaat bagi perkembangan perusahaan, sedangkan bagi investor

laporan keuangan juga berguna dalam pengambilan keputusan, apakah ingin

menanamkan saham atau tidak dalam perusahaan tersebut.

Pengertian laporan keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2015:1) “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”.

(33)

18

Menurut Kasmir (2013:7) dalam pengertian yang sederhana, laporan

keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan

pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan

yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini adalah merupakan

kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan

perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk

laporan laba rugi). Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan

perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode.

Pengertian laporan keuangan lainnya yang diungkapkan oleh Munawir

(2010:2) dalam Kurniasari (2013) menyatakan bahwa ”Laporan keuangan

pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu

perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas suatu perusahaan”. Harahap (2008:105) dalam Rahmi (2015) menyatakan bahwa “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu

tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca,

laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan”.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2013:10) secara umum laporan keuangan bertujuan

(34)

19

tertentu maupun periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu

memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan

yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.

Menurut Kasmir (2013:11), berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau

penyusunan laporan keuangan, yaitu:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini,

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini,

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada saat periode tertentu,

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu,

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan,

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode,

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan,

8. Memberikan informasi keuangan lainnya.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan

(35)

20

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi

sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan,

membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan

ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang

timbuk tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan

dan menilai keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi

neraca (menggambarkan informasi posisi keuangan), laporan laba rugi

(menggambarkan informasi kinerja), laporan perubahan posisi keuangan

(yang dapat disajikan dalam berbagai cara), catatan, dan laporan lain serta

materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

c. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011:1.4-1.5), komponen laporan

keuangan lengkap terdiri dari :

1. Neraca (Balance Sheet).

2. Laporan Laba Rugi (Income Statement).

3. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flow).

4. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Charge in Equity).

(36)

21

Berdasarkan latar belakang penelitian yang diambil oleh penulis, maka

titik berat permasalahannya yaitu neraca dan laporan laba rugi. Jenis dari

laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai

posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai tiga unsur

laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Untuk dapat

menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu neraca

mempunyai tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva, kewajiban, dan ekuitas.

Masing-masing unsur ini dapat disubklasifikasi sebagai berikut:

a) Aktiva

Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai

akibat peristiwa masa lalu dan diharapkan akan memberi manfaat ekonomi

bagi perusahaan di masa datang. Aktiva dapat disubklasifikasi lebih jauh

menjadi lima subklasifikasi, yaitu:

1) Aktiva lancar

Aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam

waktu satu tahun kurang (atau siklus operasi normal), misalnya kas, surat

berharga, persediaan, piutang, dan persekot biaya.

2) Investasi jangka panjang

Yaitu penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan untuk

(37)

22

jangka waktunya lebih dari satu tahun, misalnya investasi saham, investasi

obligasi.

3) Aktiva tetap

Aktiva yang memiliki wujud fisik, digunakan dalam operasi normal

perusahaan (tidak dimaksudkan untuk dijual) dan memberikan manfaat

ekonomi lebih dari satu tahun. Termasuk dalam subklasifikasi aktiva ini

antara lain tanah, gedung, kendaraan, mesin serta peralatan.

4) Aktiva tidak berwujud

Aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya berupa hak

atau hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan

untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam sub-klasifikasi

aktiva ini misalnya patent, goodwill, royalty, copyright, trade name/trade

mark, franchise dan license.

5) Aktiva lain-lain

Aktiva yang tidak dimasukan kedalam salah satu dari empat

subklasifikasi tersebut, misalnya beban ditangguhkan, piutang kepada

direksi, deposito, pinjaman karyawan.

b) Kewajiban

Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari

peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan

(38)

23

Kewajiban dapat disubklasifikasikan lebih lanjut menjadi tiga sub-klasifikasi,

yaitu :

1) Kewajiban lancar

Kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan

arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat

ekonomi) dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Termasuk dalam

kategori kewajiban ini misalnya utang dagang, utang wesel, utang gaji dan

upah, dan utang biaya atau beban lainnya yang belum dibayar.

2) Kewajiban jangka panjang

Kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan mengakibatkan

arus keluar dari sumber daya perusahaan (yang memiliki manfaat

ekonomi) dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Termasuk dalam

kategori kewajiban ini misalnya utang obligasi, utang hipotik, dan utang

bank atau kredit investasi.

3) Kewajiban lain-lain

Kewajiban yang tidak dapat dikategorikan kedalam salah satu

subklasifikasi tersebut, misalnya utang kepada para pemegang saham.

c) Ekuitas

Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yang

merupakan selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada. Unsur ekuitas ini

(39)

24

1) Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya modal saham

(termasuk agio saham bila ada).

2) Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang tidak dibagikan

kepada para pemilik, misalnya dalam bentuk dividen (ditahan).

2. Laporan Laba Rugi

Menurut Kasmir (2013:45), laporan laba rugi merupakan laporan yang

menunjukan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan

biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu.

Menurut Munawir (2010:26) dalam Putra (2009), laporan laba rugi

merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban,

laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Untuk

dapat menggambarkan informasi mengenai potensi (kemampuan) perusahaan

dalam menghasilkan laba selama periode tertentu (kinerja), laporan laba rugi

mempunyai dua unsur, yaitu penghasilan dan beban, yang dijelaskan sebagai

berikut:

a) Penghasilan (Income)

Yang diartikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi dalam bentuk

pemasukan atau peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban (yang

menyebabkan kenaikan ekuitas selain yang berasal dari konstribusi pemilik)

(40)

25

1) Pendapatan (Revenues)

Yaitu penghasilan yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas yang biasa

dan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti misalnya

penjualan barang dagang, penghasilan jasa (fees), pendapatan bunga,

pendapatan deviden, royalti dan sewa.

2) Keuntungan (Gains)

Yaitu pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin

timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang

rutin misalnya pos yang timbul dalam pengalihan aktiva lancar,

revaluasi sekuritas, kenaikan jumlah aktiva jangka panjang.

b) Beban (Expense)

Yang diartikan sebagai penurunan manfaat ekonomi dalam bentuk arus

keluar, penurunan aktiva, atau kewajiban (yang menyebabkan penurunan

ekonomis yang tidak menyangkut pembagian kepada pemilik) perusahaan

selama periode tertentu, dapat disubklasifikasikan menjadi:

1) Beban

Yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa (yang

biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas

persediaan, aktiva tetap), yang meliputi misalnya harga pokok penjualan,

(41)

26

2) Kerugian (Losses)

Yang mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang

timbul atau tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang jarang terjadi,

seperti misalnya rugi karena bencana kebakaran, banjir atau pelepasan

aktiva tidak lancar.

Selisih antara total penghasilan dan beban disebut penghasilan bersih.

Didalam laporan laba rugi, keuntungan dan kerugian biasanya disajikan secara

terpisah, sehingga akan memberikan informasi yang lebih baik dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas yaitu suatu perubahan laporan atau mutasi laba

yang ditahan yang merupakan bagian dari pemilik perusahaan untuk suatu

periode tertentu. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas

sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :

a) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan.

b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta

jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam

ekuitas.

(42)

27

d) Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta

perubahannya.

e) Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,

agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan

secara terpisah setiap perubahannya.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan dasar yang berisi

mengenai aliran kas masuk dan keluar perusahaan. Laporan ini

menggambarkan salah satu komponen neraca, yaitu kas dari satu periode

berikutnya. Laporan arus kas ini menyediakan informasi yang berguna untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam menggunakan kasnya sehingga

menghasilkan masukan berupa kas pula.

Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi

kegiatan operasional yang telah berlangsung, merencanakan aktivitas investasi

dan pembiayaan dimasa yang akan datang. Laporan arus kas juga digunakan

oleh kreditor dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun potensi

perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan).

Dalam laporan arus kas, penerimaan dan pembayaran kas diklasifikasikan

menurut tiga kategori utama, yaitu:

a) Arus kas dari aktivitas operasi.

(43)

28

c) Arus kas dari aktivitas pendanaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap

pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan

dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan

atas laporan keuangan mengungkapkan:

a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan

akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi

yang penting.

b) Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi,

laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.

c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi

diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.

2. Analisis Laporan Keuangan

a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Hery (2016:113), anlisis laporan keuangan merupakan suatu

proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya dan

menelaah masing-masing dari unsur tersebut dengan tujuan untuk

(44)

29

keuangan itu sendiri. Sedangkan menurut Munawir (2010:35) dalam Putra,

analisa laporan keuangan adalah analisa laporan keuangan yang terdiri dari

penelaahan atau mempelajari dari pada hubungan dan tendensi atau

kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi

serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Menganalisi laporan keuangan berarti menilai kinerja perusahaan, baik

secara internal maupun untuk dibandingkan dengan perusahaan lain yang

berada dalam industri yang sama. Hal ini berguna bagi arah perkembangan

perusahaan dengan mengetahui seberapa efektif operasi perusahaan telah

berjalan.

Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat dikatakan bahwa analisis

laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para pengambil

keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui

informasi yang didapat dari laporan keuangan. Analisis laporan keuangan

dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan atau

kelemahan yang ada dan kemudian membuat keputusan yang rasional untuk

memperbaiki kinerja perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Analisis laporan keuangan juga berguna bagi investor dan kreditor dalam

(45)

30

b. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan

alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan

posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang

bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak

yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode

atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang

akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

Menurut Kasmir (2013:68), secara umum dikatakan bahwa tujuan dan

manfaat analisis laporan keuangan adalah:

1. Mengetahui posisi keuangaan perusahan dalam satu periode tertentu, baik

harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk

beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan ke depan yang berkaitan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis

(46)

31

Dalam melakukan analisis laporan keuangan diperlukan suatu metode dan

teknik analisis yang tepat. Menurut Kasmir (2013:69), dalam praktiknya

terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai,

yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Vertikal (Statis)

Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu

periode laporan keuangan saja. Analisis ini dilakukan antara pos-pos yang

ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode

saja dan perkembangan dari periode ke periode tidak diketahui.

2. Analisis Horisontal (Dinamis)

Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan

membandingkan laporan keuangan untuk periode tertentu. Dari hasil analisis

inilah akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu ke

periode yang lain. Kemudian, disamping metode yang digunakan untuk

menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis teknik analisis

laporan keuangan. Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan yang

dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Analisis perbandingan antara laporan keuangan

Analisis perbandingan antara laporan keuangan merupakan teknik

analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan lebih dari satu

(47)

32

b. Analisis trend

Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan

yang biasanya dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini

dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah

perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun, atau tetap, serta

seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.

c. Analisis persentase per komponen

Analisis persentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan

untuk membandingkan antara komponen yang ada dalam suatu laporan

keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi.

d. Analisis sumber dan penggunaan dana

Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang

dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan dan

penggunaan dana dalam satu periode. Analisis ini juga untuk mengetahui

jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan

dalam satu periode.

e. Analisis sumber dan penggunaan kas

Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang

digunakan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan

(48)

33

mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode

tertentu.

f. Analisis rasio

Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos

antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.

g. Analisis kredit

Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai

layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti

bank.

h. Analisis laba kotor

Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk

mengetahui jumlah laba kotor dari periode satu ke periode berikutnya,

serta untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara

periode.

i. Analisis titik pulang pokok atau titik impas (break even point).

Analisis titik pulang atau titik impas (break even point) merupakan

analisis yang digunakan untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan

produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian, serta

berguna untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat

(49)

34

Dari teori yang dikemukakan di atas, model analisis laporan keuangan

dapat dianalisis berdasarkan satu periode atau beberapa periode, serta teknik

analisis laporan keuangan memiliki berbagai jenis analisis, tergantung

informasi apa yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai analisis rasio, karena

penelitian ini akan menggunakan analisis rasio dalam menganalisis laporan

keuangannya, guna memprediksi kondisi keuangan perusahaan yang tidak

sehat.

3. Rasio Keuangan

Laporan keuangan berisi angka-angka yang merupakan hasil dari aktivitas

perusahaan pada suatu periode. Angka-angka tersebut tidak dapat memberikan

makna jika tidak dilakukan analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan

keuangan teknik yang sering digunakan yaitu analisis rasio keuangan.

a. Pengertian Rasio Keuangan

Analisis rasio (ratio analysis) merupakan suatu alat analisis keuangan

yang sangat populer dan banyak digunakan. Analisis rasio merupakan alat

untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini

(50)

35

akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengidentifikasikan area

yang memerlukan investigasi lebih lanjut.

Pengertian rasio keuangan menurut James Van Horne (2000) dalam

Kasmir (2013:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka

akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja

perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kesehatan suatu

perusahaan.

Dengan melakukan analisis rasio keuangan perusahaan dapat mengetahui

apakah target yang telah ditentukan sudah dicapai atau belum. Serta sebagai

bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

b. Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan

Mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan rasio-rasio

keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu.

Berikut bentuk-bentuk rasio keuangan:

1. Rasio Likuiditas

Dalam praktek, tidak sedikit dijumpai perusahaan yang kerap kali

mengalami kesulitan finansial sehingga tidak mampu mendanai kegiatan

opersionalnya maupun dalam melakukan pembayaran utang. Perusahaan yang

tidak memiliki cukup dana dalam melunasi kewajibannya hamper dapat

(51)

36

melunasi seluruh utang-utangnya kepada kreditor secara tepat waktu pada saat

jatuh tempo. Dan bahkan seringkali dijumpai perusahaan yang mengalami

kesulitan membayar gaji karyawan. Analisis keuangan yang berkaitan dengan

kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajiban dikenal

dengan nama analisis rasio likuiditas.

Menurut Fred Weston dalam Kasmir (2013:129) menyebutkan dengan

adanya rasio likuiditas maka dapat dilihat apakah perusahaan mampu

memenuhi kewajiban jangka pendek, sehingga bila ditagih perusahaan mampu

membayar utang terutama utang jatuh tempo.

Rasio likuiditas atau biasa disebut rasio modal kerja digunakan untuk

mengetahui seberapa likuid perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Dari perhitungan rasio likuiditas menghasilkan penilaian yaitu

apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, maka perusahaan dapat

dikatakan likuid dan perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya,

perusahaan dapat dikatakan illikuid (Kasmir, 2013:130).

Rasio likuditas ini terdiri dari berbagai macam rasio seperti yang

disebutkan Sunyoto (2013:87):

a) Current ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara aktiva

lancar dengan utang lancar atau utang jangka pendek.

b) Quick ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara kas

(52)

37

c) Cash ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan kas dan

surat-surat berharga dengan utang lancar.

d) Receivable turnover, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

penjualan bersih kredit dengan rata-rata piutang.

e) Inventory turnover, rasio ini diukur dengan cara membandingakn antara

penjualan bersih dengan rata-rata persediaan.

2. Rasio Leverage

Untuk menjalankan perusahaan pasti memerlukan dana untuk memenuhi

kebutuhan perusahaan. Dengan adanya dana perusahaan dapat membayar

kewajiban jangka pendek atau jangka panjang serta perusahaan dapat

melakukan ekspansi. Sumber dana perusahaan pada umumnya diperoleh dari

modal sendiri dan pinjaman (bank atau lembaga keuangan lainnya).

Sebelum memutuskan sumber dana apa yang digunakan, harus digunakan

beberapa perhitungan yang matang. Perhitungan ini biasa disebut dengan rasio

leverage. Rasio ini dapat menggambarkan sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan utang (Kasmir, 2013:113). Jadi, perusahaan harus

memperhatikan berapa utang yang layak diambil dan darimana

sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang.

Fahmi (2013:127) menjelaskan ada beberapa jenis yang termasuk dalam

rasio leverage yaitu sebagai berikut:

a) Debt to total assets atau debt ratio, rasio ini diukur dengan cara

(53)

38

b) Debt to equity ratio, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

total utang dengan total modal sendiri.

c) Times interest earned ratio, rasio ini diukur dengan cara

membandingkan laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga.

d) Long-term debt to total capitalization, rasio ini diukur dengan cara

membandingkan utang jangka panjang dengan utang jangka panjang

ditambah ekuitas pemegang saham.

e) Fixed Charge Coverage, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

laba usaha ditambah beban bunga dengan beban bunga ditambah

beban sewa.

f) Cash flow adequency, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

arus kas dari aktivitas operasi dengan pengeluaran modal ditambah

pelunasan utang ditambah bayar deviden.

3. Rasio Aktivitas

Untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan

seperti penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan sebagainya serta dapat

menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari,

dibutuhkan perhitungan yang biasa dikenal dengan nama rasio aktivitas

(Kasmir, 2013:114).

Jenis-jenis rasio aktivitas menurut Harahap (2009:308) adalah sebagai

(54)

39

a) Perputaran persediaan, rasio ini diukur dengan cara membandingkan harga

pokok penjualan dengan rata-rata persediaan barang.

b) Perputaran piutang, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

penjualan kredit bersih dengan rata-rata piutang.

c) Perputaran aktiva tetap, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

penjualan dengan ativa tetap bersih.

d) Perputaran total aset, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

penjualan dengan total asset.

e) Periode penagihan piutang, rasio ini diukur dengan cara membandingkan

piutang rata-rata dengan penjualan per hari.

4. Rasio Profitabilitas

Setiap perusahaan memiliki tujuan unuk memperoleh keuntungan yang

maksimal. Sehingga manajemen perusahaan dalam praktinya harus mencapai

target yang telah ditetapkan. Untuk mengukur seberapa besar keuntungan

perusahaan digunakan rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas.

Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan

menggunakan semua sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas modal,

jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya dapat diukur menggunakan

rasio profitabilitas (Harahap, 2009: 304).

Berikut beberapa rasio yang termasuk rasio profitabilitas (Harahap,

(55)

40

a) Margin laba, rasio ini diukur dengan cara membandingkan pendapatan

bersih dengan penjualan.

b) Aset turn over, rasio ini diukur dengan cara membandingkan penjualan

bersih dengan total aktiva.

c) Return on Investment, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

bersih dengan rata-rata modal.

d) Return on total asset, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

bersih dengan rata-rata total aset.

e) Basic Earning Power, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva.

f) Earning per share, rasio ini diukur dengan cara membandingkan laba

bagian saham bersangkutan dengan jumlah saham.

5. Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan

perusahaan dalam mempertahankan posisinya dalam perkembangan ekonomi

(Fahmi, 2013:136). Selain itu dengan rasio pertumbuhan perusahaan dapat

melihat presentasi pertumbuhan pos-pos dari tahun ke tahun (Harahap,

2009:309).

Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis menurut Kasmir (2013:115)

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan Total Aktiva pada Perusahaan Perkebunan Tahun  2013-2016 (dalam jutaan rupiah)
Tabel 2. Pertumbuhan Aktiva Lancar pada Perusahaan Perkebunan Tahun  2013-2016 (dalam jutaan rupiah)
Tabel  3.  Pertumbuhan Total Kewajiban Lancar pada Perusahaan  Perkebunan Tahun  2013-2016 (dalam jutaan Rupiah)
Tabel  4. Pertumbuhan Laba/Rugi Bersih pada Perusahaan Perkebunan  Tahun  2013-2016 (dalam jutaan Rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Marissa Yaparto dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh ( Corporate Social Responsibility (CSR)) terhadap kinerja keuangan pada sektor manufaktur yang terdapat

Berdasarkan data skala persepsi mahasiswa terhadap kualitas pelayanan perpustakaan dan minat membaca pada mahasiswa dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan

Apabila saya melakukan hal tersebut, maka saya bersedia untuk menerima sanksi dalam bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata... iv

Penelitian ini yang menjadi populasinya adalah Istri dari pasangan usia subur yang pada saat ini tidak mengikuti program KB dengan kriteria jumlah anak lebih

From optical and electrical analysis were observed that the optical transmittance and conductivity of the ZnO:Al transparent conductive oxide films increased when

Dari ketiga tipe rumah adat Desa Tigawasa yang dijelaskan diatas, perubahan terhadap bentuk serta penambahan fungsi ruang pada rumah adat di Desa Tigawasa ini

Hubungan di antara masjid dan ekonomi merupakan suatu tajuk yang sangat luas untuk dikaji dan diselidiki. Ini kerana kedua-dua perkara tersebut amat berkait rapat

1. Masyarakat di Desa Traji masih melakukan tradisi laku spiritual dengan peletakan sesaji di tempat-tempat keramat, dan masyarakat Desa Traji tidak berani meninggalkan