• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DALAM SEKTOR DAGING SAPI. sector daging sapi dan daging merah. Sub-bab kedua akan fokus pada Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DALAM SEKTOR DAGING SAPI. sector daging sapi dan daging merah. Sub-bab kedua akan fokus pada Program"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

25 BAB II

PERMASALAHAN KETAHANAN PANGAN INDONESIA DALAM SEKTOR DAGING SAPI

Pembahasan dalam bab ini akan fokus pada gambaran umum ketahanan pangan masyarakat Indonesia sebelum adanya kemitraan Indonesia dan Australia yang kemudian dilanjutkan pada pembahasan ketahanan pangan masyarakat pada sector daging sapi dan daging merah. Sub-bab kedua akan fokus pada Program Pemerintah Indonesia pada Swasembada Daging Sapi atau PSDS yang juga ditujukan untuk penguatan ketahanan pangan pada sektor terkait. Sub-bab terakhir akan menjelaskan permasalahan ketahanan pangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai target Sustainable Development Goals yang berakhir pada 2030. Bab ini disusun untuk mengetahui gambaran ketahanan pangan Indonesia pada sektor terkait yang lebih rinci sebelum mengulas lebih lanjut pada permasalahan inti dari skripsi ini.

2.1 Review Ketahanan Pangan di Indonesia Pada Sektor Daging Sapi

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dalam rangka mempertahankan hidup dan melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pangan juga menjadi aspek paling penting bagi manusia agar dapat hidup sehat dan menjadi produktif. Didasari oleh pemahaman umum tersebut, ketahanan pangan dijadikan isu sentral dalam kerangka pembangunan nasional setiap tahunnya. Pada tahun 1970-an, ketahanan pangan ditujukan pada pengertian tersedianya pangan pada

(2)

26 tingkatan nasional dan global32. Dekade berikutnya, pengertian ketahanan pangan kemudian menyasar pada tingkatan rumah tangga dan individu pada suatu negara. Pada tahun 1990-an, konsep ketahanan pangan dan artiannya berkembang menjadi semakin kompleks. Ketahanan pangan pada tahun-tahun tersebut ditujukan pada acuan harga yang rasional dan diproduksi dalam kajian yang tidak merusak lingkungan hidup. Artian ketahanan pangan kemudian menemukan inti dengan penjelasn tersedianya pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup, terdistribusi secara merata, dan aman hingga dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat dari tingkat rumah tangga hingga dalam cakupan satu negara.

Terbentuknya konsep ketahanan pangan yang solid, memunculkan pertanyaan bagaimana cara mengukur ketahanan pangan secara akurat dan efektif. Ketahanan pangan memiliki dimensi yang cukup luas dengan cakupan waktu, sasaran dan sosial ekonomi masyarakat. Pemetaan dimensi menghasilkan indikator ketahanan pangan yang kemudian dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan pangan dengan memperhatikan level kerusakan tanaman/ternak, rasio stok, keadaan keamanan pangan, kelembangan pangan, dan harga. Pada tingkat individu dan rumah tangga, indikator pengukuran ditujukan pada alokasi tenaga kerja dan pendapatan tiap rumah, tingkat pengeluaran pangan, total pengeluaran, perubahan kehidupan, keadaan konsumsi pangan, dan status gizi serta kesehatan tiap anggota keluarga33.

32

Handewi PS Rachman dan Mewa Ariani, Juli 2002, Ketahanan Pangan: Konsep, Pengukuran dan Strategi, Pusat Penelitian & Pengembangan Sosial Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.

(3)

27 Sadar akan pentingnya kestabilan pangan dalam suatu negara, pemerintah Indonesia membentuk Kabinet Persatuan Nasional yang fokus pada pengembangan agribisnis untuk tahun 1999 hingga 2004. Bersamaan dengan kabinet tersebut, dibentuk pula lembaga khusus yang bernama Badan Urusan Ketahanan Pangan setingkat Eselon I yang masih berada dalam lingkup Departemen Pertanian. Pada tahun 2001 lembaga tersebut kemudian berubah menjadi Badan Bimbingan Masal Ketahanan Pangan. Lembaga tersebut memiliki tugas khusus dalam menetapkan sistem ketahanan pangan dalam negeri yang dinamis seiring dengan perubahan lingkungan strategis domestik dan internasional34.

Meningkatnya kebutuhan pangan sudah seharusnya dijadikan prioritas utama pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk sehingga meningkatkan jumlah permintaan. Pemenuhan kebutuhan pangan memiliki kaitan dengan peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang berbanding lurus dengan sumber daya manusia yang unggul. Sektor daging sapi merupakan sektor yang sering defisit atau langka karena tingginya permintaan. Dari tahun ke tahun tercatat adanya perubahan yang cukup fluktuatif dalam sektor daging Indonesia, seperti dalam Tabel 2.2 Data Daging Sapi Indonesia Dari Tahun Ke Tahun yang dikutip dari berbagai sumber35.

34 Scholastika Gerintya, 26 Februari 2019, Seberapa kuat ketahanan pangan Indonesia? (online) https://tirto.id/seberapa-kuat-ketahanan-pangan-indonesia-dhNr diakses 11 Januari 2020 35 Data Tahun 2016, Perkembangan Produksi Daging Sapi di Indonesia (online)

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2d2b656716ebb1c9f92b17dfccb04cc4.pdf

Data Tahun 2017, Jalan Muram Swasembada Daging, (online)

(4)

28

Tahun Jumlah Produksi Kebutuhan Defisit (Acuan

volume Impor)

Konsumsi Per Kapita

2016 441.761 ribu ton 674.690 ribu ton

184.929 ribu ton

2,61 kg per tahun

2017 486.319 ribu ton 604.968 ribu ton

115,78 ribu ton 2,40 kg per kapita

2018 497.491 ribu ton 663.290 ribu ton

259.622 ribu ton

2,50 kg per kapita

2019 490.420 ribu ton 686.270 ribu ton

256.860 ribu ton

2,56 kg per kapita

Dilihat dari data tahun ke tahun, produksi daging sapi sendiri meningkat namun nilai kebutuhannya sendiri juga cenderung naik. Kenaikan produksi tidak diiringi turunnya kebutuhan sehingga tetap tidak dapat dipenuhi sendiri. Angka defisit dalam tabel tersebut merupakan acuan pemerintah dalam menentukan volume nilai impor. Angka tersebut dijadikan batas bawah yang berarti nilainya bisa lebih tinggi dari acuan. Seperti contoh, pada tahun 2016 angka defisit asli adalah sebesar 184.929 ton namun kuota impornya menjadi 232.929 ribu ton36. Kondisi ini memungkinkan ketergantungan impor yang semakin tinggi pada sektor daging37.

Perkembangan pasar pangan dan sektor daging memiliki implikasi terhadap kenaikan harga pangan seperti saat menjelang hari raya lebaran, Idul Adha, Natal dan juga Tahun Baru. Pola ini akan terus berlanjut setiap tahunnya

Data Tahun 2018, 259.662 Ton Kebutuhan Daging Dipenuhi dari Impor, (online)

https://www.cnbcindonesia.com/news/20180222101628-4-5073/259662-ton-kebutuhan-daging-dipenuhi-dari-impor

Data Tahun 2019, Tren Produksi Daging Sapi Indonesia Menurun, (online)

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/14/tren-produksi-daging-sapi-indonesia-menurun

36

Soal Kebutuhan Daging Sapi, Kementan dan Kantor Menko Perekonomian Beda Data, Feb 2016, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3148131/soal-kebutuhan-daging-sapi-kementan-dan-kantor-menko-perekonomian-beda-data

37 Analisis Outlook Pangan 2015-2019,

http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/Analisis_Outlook_Pangan_2015-2019.pdf (online) diakses 11 Januari 2020 19:20

(5)

29 dan menunjukkan adanya kesenjangan antara produksi dan konsumsi38. Kinerja pasar daging sapi di pasar internasional periode 2014 hingga 2019 memiliki perkembangan yang cukup positif. Konsumsi daging sapi diperkirakan akan naik sebesar 6,01 persen meskipun produksinya sendiri diproyeksikan naik sekitar 2,5 persen39. Pasar internasional mempengaruhi pasar ternak dan daging sapi di Indonesia yang masing-masing meningkat jadi 9,6 persen dan sebesar 8,3 persen. Terbatasnya produksi pangan global turut mendorong negara lain yang bertindak sebagai produsen utama menetapkan kebijakan-kebijakan yang lebih restriktif dan ketat untuk melindungi produknya masing-masing. Sementara itu, negara pengimpor akan mengalami kesulitan dalam mencari alternatif sebagai pemenuhan pasokan produk jika kebijakan pangan domestik tidak diperbaiki secara cepat. Hal ini akan berdampak negatif pada ketahanan pangan Indonesia.

Australia dan Selandia Baru merupakan negara pemasok utama daging sapi Indonesia. Australian Government Department of Agriculture and Water Resources atau DAWR Australia mencatat total ekspor daging sapi ke Indonesia pada periode 2017 hingga 2018 berada di angka 58.213 ton. Nilai ekspor tersebut memiliki nilai hingga 325,7 juta dolar Australia. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebanyak 14,45 persen dibanding periode sebelumnya yang hanya sebanyak 50.860 ton40. Nilai ekspor yang cenderung stabil tersebut membuat Indonesia menjadi negara kelima terbesar dalam cakupan pasar ekspor daging sapi Australia setelah Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan juga China.

38

ibid

39 ibid

40 Iim Fatimah, 2019, Bisnis Indonesia (online)

https://ekonomi.bisnis.com/read/20190726/99/1129229/prospek-cerah-ekspor-daging-australia-dengan-ia-cepa (online) diakses 11 Januari 2020 19:22

(6)

30 Indonesia mampu menguasai 5,4 persen dari total volume ekspor daging sapi Australia dengan pertumbuhan rata-rata 14 persen pada periode 2015 dan 201841.

Kementerian Pertanian atau Kementan mendata produksi daging dalam negeri diperkirakan mencapai 429.412 ribu ton. Dengan jumlah penduduk sebanyak 268, 07 juta orang, proyeksi kebutuhan jumlah daging sapi di 2019 mencapai 686.270 ribu ton42. Sementara itu data terakhir dari Kementerian Pertanian memprediksi defisit daging sapi pada tahun 2020 akan mencapai 294.617 ton, meningkat dari defisit daging tahun ini sebesar 281.681 ton. Pelebaran defisit itu diakibatkan oleh pertumbuhan kenaikan produksi yang belum bisa mengimbangi kenaikan kebutuhan daging nasional. Dengan kata lain, produksi pada tahun 2020 hanya tumbuh 4,43 persen dari tahun 2019 yang tidak seimbang dengan naiknya kebutuhan daging yang mencapai 4,5 persen43.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi Thomas Sembiring menyatakan bahwa sebagian besar kebutuhan daging dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri. Namun, biaya produksi di peternakan lokal sangat tinggi karena sistem pemeliharaan yang masih berskala kecil. Biaya produksi yang meninggi tersebut menyebabkan banyaknya perantara sehingga ikut menaikkan harga akhir di konsumen semakin mahal. Kenyataan tersebut juga didukung oleh riset terbaru yang menyatakan tidak terjangkaunya harga daging di

41 ibid

42 Kebutuhan Daging Sapi 2019 Defisit, Pemerintah Buka Impor 287 Ribu Ton (online)

https://kumparan.com/@kumparanbisnis/kebutuhan-daging-sapi-2019-defisit-pemerintah-buka-impor-287-ribu-ton-1545976929782020334 (online) diakses 11 Januari 2020 19:12

43 Kementan Prediksi Impor Daging Sapi Naik Tahun 2020 (online)

https://www.gatra.com/detail/news/463225/ekonomi/kementan-prediksi-impor-daging-sapi-naik-tahun-2020 (online) diakses 11 Januari 2020 19:22

(7)

31 Indonesia dibandingkan negara lain di Asia. Hal ini terntunya akan terus membuka peluang masuknya daging impor dari berbagai negara dan akan melemahkan produktivitas peternak dalam negeri dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi hulu ke hilir agar Indonesia tidak mengalami defisit dalam sektor daging sapi.

2.2 Program Pemerintah Swasembada Daging Sapi atau PSDS

Program Swasembada Daging Sapi atau lebih singkatnya PSDS dicanangkan mulai tahun 2000 dengan nama awal Program Kecukupan Daging Sapi. PSDS adalah salah satu bagian dari program pemerintah yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian pangan dalam skala nasional. Program tersebut adalah sebuah reaksi dari keprihatinan pemerintah terhadap permasalahan impor daging yang relatif meninggi setiap tahunnya. Pada era reformasi, PSDS telah diperbarui sebanyak tiga kali pada tahun 2005, 2010 dan 2011.44 Swasembada daging sapi dalam kajian PSDS adalah swasembada on-trend yang mencakup pemenuhan 90 persen produksi domestik dan 10 persen sisanya dipenuhi melalui kegiatan impor45. Program swasembada daging sapi tersebut juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan.

Melalui implementasi PSDS yang pertama, pemerintah menargetkan Indonesia mampu berswasembada daging pada tahun 2005. Namun, formulasi

44 Beef Self-Sufficiency Program Dynamics: Revisiting Concept and Implementation, Ashari dan

Sri NuryantI, 2012, https://media.neliti.com/media/publications/57380-ID-dinamika-program-swasembada-daging-sapi.pdf (online) diakses 11 Januari 2020 19:22

45 Ditjennak. 2010. Cetak Biru Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014. Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta.

(8)

32 program yang kurang terstruktur dan sistematis menyebabkan program yang dijalankan sepanjang 2005 dan 2010 nyatanya tidak berhasil mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pemenuhan daging sapi nasional selama ini memang masih bergantung pada impor karena ketidakmampuan peternak lokal memenuhi permintaan pasar yang semakin meninggi. Tercatat pada 2001, produksi daging sapi dan kerbau nasional hanya bernilai 382,3 ribu ton dengan tingkat konsumsi mencapai 423,3 ribu ton.46 Kesenjangan permintaan dan persediaan yang kian lebar tiap tahunnya mengharuskan pemerintah membuka jalur impor dari beberapa negara untuk memenuhi permintaan pasar. Hal tersebut menjadikan industri sapi potong nasional yang memiliki basis peternakan rumahan (disebut juga peternak skala kecil) semakin terdesak karena keuntungan yang semakin sedikit didapat. Padahal, peternak skala kecil melibatkan peternak-peternak lain yang dalam prakteknya menggantungkan sebagian besar pendapatan dari usaha sapi potong47.

Tidak tercapainya target yang diinginkan pada dua tahun sebelumnya menyebabkan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pertenakan atau Ditjennak melakukan terobosan baru dengan memaksimalkan rancangan PSDS yang ditulis dalam blue print Program Swasembada Daging Sapi (BP PSDS) tahun 2014. Target yang sama juga dicanangkan dengan implementasi yang lebih optimal. PSDS 2014 memiliki 13 program kerja operasional yang diturunkan dari teori fungsi dan penawaran bersamaan dengan integrase seluruh komponen masyarakat Indonesia. Selain program kerja yang lebih terstruktur, PSDS 2014 juga didukung

46 Laporan resmi Kementan-BPS 2010 dan Kementan tahun 2012

47 Beef Self-Sufficiency Program Dynamics: Revisiting Its Concept and Implementation, Ashari

dan Sri NuryantI, 2012, https://media.neliti.com/media/publications/57380-ID-dinamika-program-swasembada-daging-sapi.pdf hal 183 (online) diakses 11 Januari 2020 19:22

(9)

33 oleh dana operasional, dokumentasi dan evaluasi teknis maupun non-teknis. Blue Print tersebut juga dimaksudkan agar menjadi payung, petunjuk pelaksanaan dan pedoman teknis agar tahap implementasi program dapat maksimal di lapangan. Tingkatan hierarki juga disusun secara jelas agar memberikan unit manajemen yang lebih merata dari tingkat kecamatan tiap daerah. Unit Manajemen (UM) yang dibentuk sebagai pusat konsultasi dan koordinasi tim pengarah dan tim teknis yang bersifat mandiri, berjenjang dan terkoordinasi48.

Cakupan program PSDS 2014 dihimpun dari beberapa aspek yang mencakup produktivitas ternak, mortalitas, reproduktivitas, pertambahan berat badan ternak dan aspek lain yang mendukung perkembangannya. Selain aspek umum tersebut, PSDS juga mencakup aspek ekonomis pada upaya penghematan devisa negara, serta peningkatan pendapatan, kesejahteraan dan peningkatan ekonomi peternak nasional. Aspek kelembagaan juga diperluas dengan adanya keterlibatan lembaga pemerintah, swasta, dan lembaga swadaya masyarakat di tiap daerah. Sedangkan, aspek kebijakan difokuskan pada regulasi yang mampu menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembang usaha peternakan sapi di daerah. Integrasi yang dipecah dalam beberapa aspek diharapkan akan mampu menggerakkan stakeholder untuk mengoptimalkan target program yang dirancang49.

PSDS tahun 2014 dianggap bukan hanya tanggungan Kementerian Pertanian tapi dijadikan program nasional unggulan yang dipadukan dengan sumber daya lokal dan dana APBD. Secara konseptual, tujuan dari PSDS 2014 adalah peningkatan populasi dan perbaikan mutu sapi potong bersamaan dengan

48 Ibid, hal 185-186

49

(10)

34 timbulnya kesinambungan peningkatan produksi daging sapi yang dijamin aman, sehat, utuh dan halal atau disebut ASUH. Deskripsi secara rinci PSDS 2014 menurut dokumen blue print PSDS 2014, Pedoman Teknis PSDS 2014 dan Permentan No.19/Permentan/OT.140/2/2010 Tentang Pedoman Umum PSDS 2014 dijelaskan dalam tabel berikut.50

Tabel 2.1 Deskripsi Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 201451

Lima Kegiatan Pokok PSDS 2014

Rincian Kegiatan Operasional Penyediaan bakalan daging sapi

lokal

1. Pengembangan usaha penggemukan serta pembiakan sapi lokal

2. Pengembangan pupuk organik dan produksi biogas

3. Pengembangan tanaman ternak secara terintegrasi

4. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas Rumah Potong Hewan (RPH) Peningkatan reproduktivitas

sapi lokal

5. Optimalisasi Inseminasi Buatan (IB) dan Intensifikasi Kawin Alam (INKA) 6. Penyediaan dan pengembangan pakan

ternak serta air minum

7. Penanggulangan gangguan reproduksi seta peningkatan layanan kesehatan ternak.

Pencegahan pemotongan sapi betina produktif

8. Penyelamatan sapi betina produktif Penyediaan bibit sapi lokal 9. Penguatan wilayah sumber dan

kelembagaan usaha pembibitan lokal 10. Pengembangan usaha pembibitan sapi

poting yang dijalankan melalui Village Breeding Center (VBC)

11. Penyediaan sapi bibit dengan sistem subsidi Pengaturan distribusi dan stok

daging sapi dalam negeri

12. Pengaturan stok daging sapi dan bakalan

13. Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi ternak dan daging sapi

50 Ashari, Dinamika Program Swasembada Daging Sapi

https://media.neliti.com/media/publications/57380-ID-dinamika-program-swasembada-daging-sapi.pdf (online) diakses 11 Januari 2020 19:22

51

(11)

35 Selain lima kegiatan pokok PSDS dan 13 program kerjanya, pelaksanaan PSDS 2014 diharuskan dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, bersamaan dengan itu program harus mampu menjaga kelestarian hidup, meningkatkan daya saing, dan juga menjamin kesejahteraan pengusaha ternak yang memiliki sifat keberlanjutan. Secara tidak langsung, PSDS 2014 juga mengharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor daging sapi52.

Apabila dibandingkan dengan rancangan PSDS tahun-tahun berikutnya, PSDS 2014 jelas lebih terstruktur dengan poin-poin yang lebih rinci dalam blue print. Pentingnya kemandirian pangan sudah seharusnya didukung oleh politik, pendanaan dan pengalaman organisasi yang kuat dari semua pemangku kepentingan. Oleh karenanya, PSDS 2014 memiliki unit manajemen yang lebih terorganisir dan memiliki hierarki yang jelas karena tersebar dari tingkatan kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga pusat. Hierarki tersebut sangat diperlukan karena dapat menanggulangi dan meminimalisir permasalahan organisasi yang sudah terjadi pada tahun 2005 dan 2010. Selain itu, PSDS 2014 juga memiliki dukungan dana yang lebih memadai daripada tahun 2010 dan 2005 yang tercatat sangat kurang dan menjadi salah satu gagalnya program. Setidaknya, pemerintah telah memperbaiki struktur program dengan lebih baik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pemerintah telah membuktikan mampu menjadi fasilitator yang mampu mendorong sistem perbaikan sektor peternakan melalui pencanangan PSDS 2014.

52 Dinamika Program Swasembada Daging Sapi dengan fokus Reorientasi Konsepsi Dan

Implementasi Ashari, Nyak Ilham, Dan Sri Nuryanti, Media Neliti, Hal.187 (online) diakses 11 Januari 2020 19:22

(12)

36 2.3 Tantangan Ketahanan Pangan Indonesia dalam Pencapaian SDGs 2030

Sustainable Development Goals 2030 atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Tujuan Pembangunan Keberlanjutan adalah 17 tujuan dan 169 poin capaian yang ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 21 Oktober 200553. Tujuan tersebut dibentuk, dicanangkan dan disepakati oleh negara-negara anggota PBB sebagai tujuan pembangunan bersama hingga tahun 2030. SDG merupakan tujuan pengganti MDG atau Millenium Development Goals yang juga telah disetujui bersama-sama pada 2000 dan berakhir tahun 2015. Tujuan utama SDG yang tertulis dalam blueprint adalah untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan memiliki sifat keberlanjutan terlepas dari dinamika global seperti kemiskinan, inequality, perubahan iklim, degradasi lingkungan, perdamaian dan keadilan dunia.54

Tujuan-tujuan yang termaktub dalam dokumen resmi atau blue print SDG’s 2030 salah satunya adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dengan mendukung pertanian yang berkelanjutan. Tujuan dua mencakup 5 poin utama dan 3 poin pendukung. Ketahanan pangan pada sektor daging sapi secara tidak langsung tertulis pada poin 5 dengan inti memelihara keanekaragaman sumber pangan pada level nasional, regional hingga internasional serta mendukung akses pembagian untung yang adil dan setara. Tujuan dua juga menjelaskan tentang kemampuan mengadopsi ukuran dan fungsi yang layak bagi pasar komoditi pangan dan

53 Situs Resmi SDG https://www.un.org/sustainabledevelopment/sustainable-development-goals/

(online) diakses 11 Januari 2020 20:00

54

(13)

37 informasi pasar dalam rangka membatasi pergerakan ekstrim harga bahan pangan dunia. Selain itu, ketahanan pangan dalam sektor daging juga dikuatkan dengan poin tiga yang berupaya menggandakan produktivitas agrikultur dengan dikembangkannya pendapatan produsen skala kecil yang didalamnya termasuk peternak. Akses yang aman dan setara terhadap sumber-sumber produksi lainnya termasuk input, pengetahuan, layanan finansial, pasar dan kesempatan juga diharapkan mampu memberikan nilai tambah dan lapangan kerja55.

Hak atas ketahanan pangan dan penjaminannya dinyatakan dalam UUD 1945 Pasal 28 H tentang hak setiap orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin. Didalamnya juga mengatur hak warga negara Indonesia terhadap ketersediaan pangan. Undang-Undang Pangan No.18/2012 mencakup tiga pilar utama yaitu,

1. Ketersediaan yang memiliki arti di satu sisi harus tersedia dari sumber alami yang baik melalui produksi pangan, penggarapan lahan dan peternakan atau dengan cara lain seperti berburu atau memancing atau mengumpulkan makanan. Pangan dalam pilar ini juga harus tersedia di pasar dan toko yang dapat dijangkau dengan mudah keberadaannya.

2. Aksesibilitas yang artinya ada akses ekonomi dan fisik pada pasokan pangan harus dijamin dan terjangkau. Setiap individu juga harus mampu membeli pangan untuk pemenuhan pola makan yang layak tanpa harus mengorbankan kebutuhan dasar seperti biaya sekolah, akses kesehatan dan biaya sewa tempat tinggal.

55 Sustainable Development Goals, Tujuan Dua, Halaman Resmi SDG 2030,

(14)

38 3. Kelayakan dengan artian pangan harus dapat memenuhi kebutuhan pola makan yang sesuai dengan takaran gizi yang harus dipenuhi berdasarkan usia, kondisi, kesehatan, pekerjaan, jenis kelamin dan tingkat aktivitasnya. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, ketahanan pangan diidentikkan dengan keadaan tersedianya pangan yang dapat dijangkau oleh setiap individu setiap saat dan dimana saja baik secara fisik, maupun ekonomi. Hal tersebut juga dapat dijadikan sebagai alasan negara saling membentuk kemitraan strategis sehingga dapat menanggulangi permasalahan terkait.

Ketersediaan daging sapi impor memiliki kaitan dengan ketahanan pangan skala nasional. Ketersediaan daging sapi sama pentingnya juga dengan ketersediaan beras, gula, jagung, telur, unggas, kedelai dan merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar56. Kebijakan impor sejatinya dilakukan dalam rangka mendukung kekurangan produksi dalam negeri, dan memiliki artian ketahanan pangan di dalam negeri terhadap daging sapi sangat rendah, sehingga mengharuskan Indonesia melakukan impor sapi. Hingga saat ini Indonesia masih mengalami kekurangan pasokan daging sapi sebesar 35 persen atau 135,1 ribu ton dari total kebutuhan 385 ribu ton. Defisit populasi sapi juga diperkirakan 10,7% dari populasi ideal atau sekitar 1,18 juta ekor. Kekurangan pasokan tersebut disebabkan pula oleh tidak terorganisirnya sistem pembibitan sapi potong nasional sehingga tidak menjamin kesinambungan yang diharapkan. Maka dari itu, untuk meningkatkan ketahanan pangan di dalam negeri perlu diadakannya impor sapi dari luar negeri57.

56

Agus Pambagyo, 2011, Politik Ketahanan Pangan vs Sapi Australia. Jurnal Medan, 17 Juni 2011.

57 Prima, 2008, Kebijakan Impor Daging Sapi dan Ketahanan Pangan. detikNews.Retrieved

(15)

39 Permintaan daging dan unggas terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan eksponensial penduduk dunia. Oleh sebab itu, industri penyedia daging dan unggas harus terus berinovasi untuk menghasilkan bahan pangan dengan jumlah besar dalam waktu yang cepat di era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi peternak Indonesia khususnya di daerah pedesaan. Banyaknya peternak yang masih menjalankan peternakan konvensional dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan memperlambat produksi. Beberapa peternak harus diberikan pelatihan yang sesuai untuk bertahan di era bisnis digital. Infrastruktur informasi dan teknologi dalam bentuk jaringan internet harus dapat dikuasai oleh para peternak58. Selain itu, klasterisasi wilayah yang disesuaikan dengan spesialisasi harus dioptimalkan untuk pembagian pembibitan, penggemukan, pemotongan, atau penghasil susu. Ketahanan pangan berbasis sumber daya dan pemanfaatan teknologi unggul dapat digunakan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan secara efisien dan memiliki daya saing untuk menghadapi ancaman krisis pangan. Dengan begitu, Indonesia akan mampu mengatasi ancaman krisis pangan global ataupun domestik. Kemitraan Australia dan Indonesia pada sektor daging sapi ini juga dianggap peneliti mampu memberikan dorongan pada pemenuhan visi Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia pada 2030.

58 Tantangan Industri Olahan Ternak di Era Industri 4.0, Berita IPB (online)

https://kumparan.com/news-release-ipb/tantangan-industri-olahan-ternak-di-era-industri-4-0-1551856006289036117 diakses 1 Januari 2020 18:44

Gambar

Tabel 2.1 Deskripsi Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) Tahun 2014 51 Lima Kegiatan Pokok PSDS

Referensi

Dokumen terkait

Dari data tabel 4 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar pada siswa mata pelajaran akuntansi dasar kelas X Akuntansi Di SMK Gajah Mungkur

Nakakasira ng katawan ang patuloy ng pag-inom ng alak lalo na sa mga kabataan. Ito ay paglaki ng tiyan o tinatawag na beer belly. Madalas na umiinom ng alak ang mga kabataan dahil

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini dengan judul

dengan tujuan untuk mencapai efisiensi pemanfaatan sumber daya spektrum frekuensi radio yang terbatas dengan memberikannya kepada pengguna potensial untuk menjalankan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas X MAN Awipari Kota Tasikmalaya yang dijadikan sampel menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem

Hasil penelitian yang dilakukan pada AKSESPlus adalah, (a) model pengukuran kinerja AKSESPlus dengan Balanced Scorecard, dengan detail sebagai berikut: strategy map,

Berdasarkan banyaknya kasus bolos pada jam pelajaran maka penyusun ingin mengajukan sebuah sistem baru yang mudah diterapkan yaitu si santos (sistem sepatu anti

A CORRELATION STUDY BETWEEN, EXTRINSIC MOTIVATION AND ENGLISH ACHIEVEMENT OF THE FIRST YEAR STUDENTS OF MA ABADIYAH GABUS PATI IN ACADEMIC YEAR OF 2006/2007..