• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON MASYARAKAT TERHADAP ABRASI DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON MASYARAKAT TERHADAP ABRASI DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP ABRASI

DI KECAMATAN JUNTINYUAT KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh :

Fitri Sofiatun Nisa, Dede Rohmat*), Wahyu Erdiana*)

Departemen Pendidikan Geografi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

Email :

sofiatunnisaf@gmail.com , dederohmat@upi.edu , wahyuerdiana@upi.edu

ABSTRAK

Abrasi di Kecamatan Juntinyuat sudah cukup parah, sebagian besar permukiman menghadap langsung ke laut, bahkan terdapat beberapa permukiman yang sudah tergusur karena abrasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan masyarakat mengenai kondisi abrasi, mengidentifikasi dampak abrasi, serta mengidentifakasi sikap dan upaya masyarakat untuk mengurangi dampak abrasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis metode survei. Adapun pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literature dan studi dokumentasi. Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik probability sampling yaitu

proportionate stratified random sampling. Penentuan jumlah sampel ditentukan oleh jumlah

populasi pada lokasi penelitian dengan menggunakan perhitungan Slovin, sehingga didapat sampel berjumlah 100 orang. Analisis respon masyarakat terhadap abrasi dilakukan dengan analisis deskriptif skala likert, analisis persentase dan analisis kerusakan pantai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui kondisi abrasi yang terjadi di lokasi penelitian. Abrasi disebabkan oleh arus yang kuat dan gelombang yang besar, serta akibat ulah manusia seperti pendirian bangunan permukiman atau fasilitas sosial. Dampak abrasi yang paling menonjol adalah kerusakan terhadap bangunan yang berada dipinggir pantai, saat ini terdapat 2 rumah yang kondisinya sudah tidak utuh karena tergerus abrasi. Kecamatan Juntinyuat termasuk dalam kriteria kerusakan sedang yaitu 0,5-2,0m/tahun, namun jika dibiarkan abrasi akan semakin parah. Sikap masyarakat di pinggir pantai Juntiyuat sangat acuh, sebagian besar masyarakat tidak ada upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak abrasi. Rekomendasi penelitian ini adalah masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama menjaga kelestraian pantai, membangun pemecah gelombang yang kokoh dan pembuatan hutan mangrove.

(2)

2 | Nisa, dkk.

Respon Masyarakat terhadap Abrasi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu ABSTRACT

Abrasion in district Juntinyuat have been severely, most houses facing directly into the sea, even there are several houses already displaced because abrasion. This study attempts to analyze community awareness about the condition abrasion, the impact of abrasion identification, and identification attitudes and community efforts to reduce the impact abrasion. Methods used in research is descriptive methods to method of surveying. But data collection the primary and secondary data acquired through study literature and study documentation. Technique sampling is probability of sampling proportionate stratified random sampling. The determination of the total sample 100 people. An analysis of the community abrasion done with descriptive analysis likert scale, the percentage of analysis and analysis damage to coastlines. The result of this research indicates that people know the state abrasion occurring in research location. Abrasion caused by strong current and waves great, and because of the work of human like the establishment of residential building or social facilities. The impact of abrasion most prominent is damage to buildings on the coastline, currently there are 2 houses that conditions are not whole because gradually crushed abrasion. District Juntinyuat criteria including in damage being namely 0,5-2,0m/year, but it left abrasion will be more severe. The attitude of society on the coastline Juntinyuat very dismissive, most of the community no effort undertaken to reduce the impact of abrasion. Recommendation of this research is the community and government must work to keep the beach, build breakwaters in stout and manufacture of mangrove.

Keywords: Response, The community, Condition of abrasion. *) Penulis Penanggung Jawab

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 Indonesia memiliki luas teritorial sebesar 284.210,90 km2, luas Zona Ekonomi Eksklusif 2.981.211 km2, luas laut 12 mil sebesar 279.322 km2 (UNCLOSS, 1982). Menurut Bakosurtanal tahun 2006 Indonesia memiliki garis pantai 104.000 km. Luas perairan Indonesia akan memiliki dampak positif dan dampak negatif yang

dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Dampak positif yang dirasakan masyarakat Indonesia akibat perairan yang luas yaitu melimpahkanya sumber daya alam seperti hasil laut yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di sekitarnya dan tersedianya lapangan pekerjaan yang bergantung pada aktivitas kelautan. Kawasan Pantai Utara dapat diperuntukkan sebagai penunjang kegiatan ekonomi dan pembangunan nasional, namun pada sisi lain dapat menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir. Kerusakan

(3)

tersebut meliputi abrasi, akresi dan intrusi air laut (Taofiqurohman, 2012).

Masyarakat Indonesia yang berada di negara kepulauan tidak asing dengan abrasi, mengingat bahwa kerusakan-kerusakan yang terjadi pada wilayah pesisir yang diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri yang tidak dapat menjaga lingkungannya. Salah satu wilayah Indonesia yang merasakan dampak besar dari abrasi adalah Kabupaten Indramayu khususnya wilayah Pantai Juntinyuat Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian utara pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa.

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu menyebutkan sekitar 50% pantai di Kabupaten Indramayu sudah tergerus abrasi dari total garis pantai sepanjang 147 km dan berpotensi mengancam pemukiman dan lahan pertanian warga. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu mengatakan bahwa tingginya abrasi di Kabupaten Indramayu disebabkan oleh faktor kondisi fisik dan faktor sosial di wilayah pesisir pantai, yaitu aktivitas pembangunan dan tingginya pencemaran lingkungan di sekitar pantai.

Salah satu wilayah di Kabupaten Indramayu yang mengalami dampak dari abrasi adalah Kecamatan Juntinyuat. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2012, Kecamatan Juntinyuat sudah terkena abrasi sepanjang 6,4 km dari panjang garis pantai 14,43 km. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan tentang garis pantai terabrasi tahun 2012 menunjukkan bahwa angka abrasi yang terjadi di Kecamatan Juntinyuat sudah cukup tinggi dan jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak pada degradasi permukiman dan fasilitas sosial di sekitar Pantai Juntinyuat. Data perubahan garis pantai terabrasi dapat di lihat pada tabel 1.

Tabel 1

Panjang Garis Pantai dan Garis Pantai Terabrasi Tahun 2012

Kecamatan Kelurahan Desa /

Tipologi / kawasan Wilayah Panjang Garis Pantai (KM), tahun 2007 Panjang Garis Pantai Ter Abrasi (KM) Juntinyuat Dadap Berbatasan dengan laut 4.5 2.2 Juntinyuat Berbatasan dengan laut 5.0 0.9 Junti Kedokan Berbatasan dengan laut 1.0 0.5 Lombang Berbatasan dengan laut 1.0 0.8 Limbangan Berbatasan dengan laut 2.8 2 Segeran Kidul Tipologi Desa pesisir - -

(4)

4 | Nisa, dkk.

Respon Masyarakat terhadap Abrasi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu

Segeran Tipologi Desa pesisir - - Juntiwedan Tipologi Desa pesisir - - Juntikebon Tipologi Desa pesisir - - Pondoh Tipologi Desa pesisir - - Sambimaya Tipologi Desa pesisir - - Tinumpuk Tipologi Desa pesisir - - JUMLAH 14.43 6.4

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu bahwa abrasi yang paling terparah terdapat di Kecamatan Juntinyuat. Hal ini terjadi karena faktor alam serta tidak terdapat pemeliharaan oleh masyarakat sekitar. Upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah ialah memberikan beton-beton pemecah gelombang untuk dibangun di sekitar pesisir Pantai Juntinyuat, namun masyarakat sekitar tidak berperan dalam proses pemeliharaan sehingga bangunan tersebut cepat mengalami kerusakan dan tidak dapat mencegah terjadinya abrasi pantai. Saat ini beberapa rumah warga sudah terkena dampak abrasi, rumah bagian belakang sudah tergerus abrasi, yang tersisa hanya rumah bagian depannya saja. Saat ini sebagian besar masyarakat di sekitar Pantai Juntinyuat masih bertahan tinggal

menempati rumahnya yang sudah berjarak 0-5 meter dari bibir pantai.

METODE PENELITIAN

Menurut Arikunto (2006, hlm. 26) Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 3) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memaparkan sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang kumpul diklasifikasikan atau dikelompokkan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan, sedangkan berdasarkan bentuk dan metode pelaksanaannya, metode yang digunakan adalah metode survey.

Menurut Tika (2005, hlm. 6), metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling. Perhitungan

(5)

sampel yang diambil dihitung dengan rumus Slovin sehingga didapat sampel sebanyak 100 responden yang tersebar di 2 Desa yaitu Desa Limbangan dan Desa Dadap.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabulasi silang (Cross Tabulation), teknik persentase dan teknik skala likert. Dengan melalui tahapan seperti :

1. Pemerikasaan Kelengkapan Data

Tahap ini dilakukan sebelum peneliti menganalisis masalah penitian. Pemeriksaan instrumen pengumpulan data termasuk kelengkapan lembar instrumen agar dapat dipastikan tidak ada yang hilang atau rusak.

2. Pengelompokkan Data

Data yang sudah diperiksa harus dikelompokkan sesuai dengan jenisnya agar memudahkan penulis untuk mengolah. Pengelompokkan data dikelompokkan berdasarkan data-data yang sejenis, hal ini berguna untuk memudahkan pengolahan dan analisis data penelitian.

3. Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini adalah teknik tabulasi, yaitu tabulasi silang. Termasuk ke dalam kegiatan tabulasi ini antara lain:

a. Memberikan skor (scoring)

terhadap item-item yang perlu diberi skor.

b. Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

c. Mengubah jenis data, disesuaian dengan teknik analisis yang digunakan.

d. Memberikan kode (coding) dalam hubungan dengan pengolahan data jika akan menggunakan komputer.

4. Analisis Data Penelitian Deskriptif

Data yang sudah diperoleh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Menurut Arikunto (2010, hlm. 283) Data yang diperoleh dari angket atau ceklis, dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan jumlah instrumen yang digunakan.

5. Analisis statistik

Analisis statistik merupakan analisis yang bersifat kuantitaif untuk mengungkapkan variabel penelitian. Data akan dilanjutkan dengan analisis statistik. Analisis statistik yang digunakan adalah perhitungan persentase dengan menggunakan Skala Likert.

(6)

6 | Nisa, dkk.

Respon Masyarakat terhadap Abrasi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu

A. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah tahapan dalam penelitian yang dilakukan setelah pengumpulan data, dilakukan dengan cara menganalisis data-data yang sudah diperoleh oleh peneliti.

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dari persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang ditetapkan. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti sebagai variabel penelitian. Untuk lebih jelas lihat pada tabel 2.

Tabel 2 Skala Likert No Simbol Keterangan Skor Item Positif Skor Item Negatif 1 SS Sangat Setuju 5 1 2 S Setuju 4 2 3 N Netral 3 3 4 TS Tidak Setuju 2 1 5 STS Sangat Tidak Setuju 1 5 Sumber: Riduwan, (2011). 2. Kriteria Kerusakan Pantai

Jenis kerusakan pantai tersebut dinilai tingkat kerusakannya. Tingkat kerusakan tersebut dibagi dalam lima kelas

yaitu ringan, sedang, berat, amat berat, dan amat sangat berat, yang tergantung pada kondisi lapangan. Kriteria perubahan garis pantai menurut Setyandito (2007, hlm. 3) dari masing-masing tingkat adalah sebagai berikut:

a. Ringan : < 0,5 m/tahun b. Sedang : 0,5 – 2, 0 m/tahun c. Berat : 2,0 – 5,0 m/tahun d. Amat berat : 5,0 – 10,0 m/tahun e. Amat sangat berat: > 10,0 m/tahun

3. Analisis Persentase

Analisis Persentase digunakan untuk menghitung besarnya proporsi dalam setiap alternatif jawaban. Menurut Santoso (2002, hlm. 57) Teknik persentase digunakan untuk mengukur kecenderungan jawaban responden:

𝑃 =𝑓

𝑛𝑥100% Keterangan:

P : Persentase

F : Frekuensi setiap kategori jawaban responden

n : Seluruh responden 100: Konstanta

Kriteria penilaian skor teknik persentase tersebut menurut Efendi dan Manning (1987, hlm. 263) sebagai berikut:

(7)

Tabel 3 Skala Persentase

Persentase Kriteria

100% Seluruhnya

75% -99 % Sebagian besar

51% - 74% Lebih dari setengah

50% Setengahnya

25% - 49% Kurang dari setengahnya

1 %- 24% Sebagian kecil

0% Tidak ada

Sumber: Efendi dan Manning (1987, hlm. 263)

4. Analisis Tabulasi Silang (Cross Tabulation)

Menurut Indratno dan Irwinsyah (1998, hlm. 49), Tabulasi silang adalah metode analisis kategori data yang menggunakan data nominal, ordinal, interval, serta kombinasi di antaranya. Prosedur tabulasi silang digunakan untuk menghitung banyaknya kasus yang mempunyai kombinasi nilai-nilai yang berbeda dari dua variabel dan menghitung harga-harga statistic beserta ujinya. Pada penelitian ini tabulasi silang digunakan untuk mengetahui hubungan antar indikator peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian di lakukan di Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu secara astronomis terletak pada 108o 24’ 30” BT - 108o 28’ 30” BT dan 6o 23’ 00” LS - 6o 29’ 00” LS. Luas wilayah Kecamatan

Juntinyuat adalah 5.357,862 ha (53,57862km2) dengan jumlah penduduk sebanyak 77.449 jiwa, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Indramayu pada tahun 2013. Kondisi klimatologi lokasi penelitian yaitu memiliki suhu rata-rata 28,9oC dengan suhu maksimal 34.0oC dan suhu minimum 23oC. kecepatan angin rata-rata 44.4 km/hari, dan rata-rata-rata-rata lama penyinaran 51.1%. berdasarkan data PUSAIR Kecamatan Juntinyuat memiliki curah hujan rata-rata tahunan berkisar 954 mm sampai 2183 mm. curah hujan 954 mm terjadi pada tahun 2012, sedangkan curah hujan 2183 mm terjadi pada tahun 2010. Lokasi penelitian memiliki ketinggian 0-7 meter dari permukaan laut (mdpl). Penyusunan formasi geologi yang mendasari dataran di wilayah penelitian ini yaitu endapan pantai dan endapan dataran banjir. Seluruhnya jenis tanah pada lokasi penelitian adalah tanah alluvial.

a. Pengetahuan Masyarakat tentang Kondisi Abrasi

Pengetahuan masyarakat merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap abrasi di Desa Dadap dan Desa Limbangan Kecamatan Juntinyuat.

(8)

8 | Nisa, dkk.

Respon Masyarakat terhadap Abrasi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu

Tabel 4

Pengetahuan Masyarakat terhadap Abrasi

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar masyarakat sudah mengetahui bahwa Kecamatan Juntinyuat sudah terkena abrasi berjumlah 95 jiwa (95%), sedangkan yang tidak mengetahui berjumlah 5 jiwa (5%).

Terdapat hubungan antara usia penduduk dengan pengetahuan waktu terjadinya abrasi. Data ini disajikan dalam bentuk tabel silang

(Cross Tabulation). Data terebut menunjukkan

abrasi mulai terjadi bukan pada waktu dekat ini melainkan sudah terjadi dari 36 tahun yang lalu. b. Dampak Abrasi

Abrasi yang terjadi pada lokasi penelitian tentu akan mengakibatkan beberapa dampak yang ditimbulkan. Dampak tersebut jika dibiarkan akan terus mengakibatkan kerugian yang dialami oleh penduduk semakin besar. Dampak abrasi yang dirasakan yaitu terdapat beberapa permukiman yang sudah tergusur.

Tabel 5

Rumah yang Terkena Abrasi

No Rumah terkena abrasi Jumlah Persentase (%) 1 Ya 2 2 2 Tidak 98 98 Jumlah 100 100

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 2 rumah yang kondisinya sudah tidak utuh karena tergusur abrasi. Permukiman yang sudah tergusur sebelumnya sudah pindah ke lokasi yang lebih aman. Tingkatan abrasi pada lokasi penelitian terbagi menjadi rendah, sedang dan berat. Dimana abrasi pada tingkat berat terdapat pada Desa Dadap. Peta zonasi abrasi lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

c. Upaya Masyarakat dalam Mengurangi Dampak Abrasi

Upaya yang telah dilakukan oleh masyarakat merupakan salah satu hal yang penting demi kenyamanan lokasi penelitian. Upaya masyarakat jika didukung oleh pemerintah setempat maka akan sangat mengurangi dampak yang dirasakan karena abrasi. Suatu upaya akan mendapat hasil yang baik jika terdapat suatu kerjasama antar masyarakat dan masyarakat dengan pemerintah. No Pengetahuan Abrasi Jumlah Responden Persentase (%) 1 Tahu 95 95 2 Tidak Tahu 5 5 Jumlah 100 100

(9)

Sebagian kecil masyarakat sudah melakukan upaya untuk mengurangi dampak abrasi yaitu membangun penahan ombak dengan tumpukan karung berisi pasir yang dibangun di pinggir pantai.

Tabel 6

Upaya yang Telah dilakukan Masyarakat

No Upaya masyarakat Jumlah Persentase

(%)

1 Tidak ada upaya 96 96

2

Membangun penahan ombak dengan tumpukan karung berisi

pasir

4 4

Jumlah 100 100

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

d. Sikap Masyarakat

Sikap masyarakat erat kaitannya dengan respon yang didapat dari hasil pengamatan yang cukup lama sebelumnya. Masyarakat merasa nyaman tinggal pada lingkungan yang sudah terkena abrasi, hanya sebagian kecil yang berencana pindah ke lokasi yang lebih aman. Keadaan tersebut membuat masyarakat tidak takut terhadap dampak abrasi yang ditimbulkan. Masyarakat di sekitar Pantai Juntinyuat umumnya mendirikan permukiman yang berjarak 0-5 meter dari bibir pantai.

Bangunan pemecah gelombang tidak cukup kuat untuk menahan gelombang dan arus laut karena sudah mengalami kerusakan. Masyarakat beroendapat bahwa abrasi tidak dapat mengancam keselamatan seseorang.

KESIMPULAN

Seluruh permukiman mengalami perubahan jarak rumah dari bibir pantai pada saat pembangunan dan jarak rumah dari bibir pantai pada saat ini. Dahulu jarak rumah dari bibir pantai pada tahun 1997 bisa mencapai 200meter, namun pada kenyataannya saat ini hanya berjarak 5 meter dari bibir pantai. Berdasarkan data hasil penelitian sebagian besar kerusakan yang terjadi adalah kerusakan sedang, yaitu dengan kecepatan 0,5-2,0m/tahun. Pada saat penelitian terdapat 2 rumah yang tergusur karena abrasi, penduduk tersebut mengalami kerugian Rp15.000.000,00 sampai Rp18.000.000,00 karena harga lahan yang mulanya 1 juta per bata menjadi 3 juta perbata. Luas rumah yang tergusur yaitu hampir dari setengah dari luas rumah tersebut. Dampak abrasi terhadap mata pencaharian tidak terlihat begitu mencolok karena dari 100 jiwa hanya 3 jiwa yang mengalami perubahan mata pencaharian, hal ini dapat terjadi karena keterbatasan keterampilan yang dimiliki, sehingga

(10)

10 | Nisa, dkk.

Respon Masyarakat terhadap Abrasi di Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu penduduk bertahan dengan mata

pencaharian saat ini.

Belum pernah dilaksanakan sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya abrasi. Dengan kondisi abrasi yang semakin parah setiap tahunnya, namun sebagian besar masyarakat hanya berdiam diri tidak melakukan upaya apapun untuk mengurangi resiko terjadinya abrasi bahkan pada daerah pinggir pantai tidak terdapat hutan mangrove sebagai penahan gelombang dan

keadaan pemecah gelombang sudah banyak mengalami kerusakan. Sebagian masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap bahaya abrasi dengan membangun tumpukan karung berisi pasir di bibir pantai untuk menahan ombak, namun upaya tersebut bukan upaya yang tepat. Bangunan pemecah gelombang perlu dibuat oleh tenaga ahli dibidangnya, setelah itu masyarakat harus dapat merawatnya.

Gambar 1 Peta Zonasi Abrasi Kecamatan Indramayu

(11)

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kabupaten Indramayu. (2014).

Kabupaten Indramayu dalam Angka. Indramayu: BPS Kabupaten

Indramayu.

Monografi Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat (2012).

Taofiqurrohman, Ankiq dan Furqon Aziz Ismail. (2012). Analisis Spasial Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Tika, Pabundu. (2005). Metode Penelitian

Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Riduwan, (2011). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA

Riduwan, (2011). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA

J Setyandito, Oki. (2007). Analisa Erosi dan Perubahan Garis Pantai pada Pantai Pasir Buatan dan Sekitarnya di Takisung, Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Teknik Sipil, 7 (3),

Gambar

Tabel 2  Skala Likert  No  Simbol  Keterangan  Skor Item  Positif  Skor Item  Negatif  1  SS  Sangat  Setuju  5  1  2  S  Setuju  4  2  3  N  Netral  3  3  4  TS  Tidak  Setuju  2  1  5  STS  Sangat Tidak  Setuju  1  5  Sumber: Riduwan, (2011)
Tabel 3  Skala Persentase
Gambar 1 Peta Zonasi Abrasi Kecamatan Indramayu  Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1309-422 Karangampel

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui dampak bencana abrasi di Kecamatan Kragan dan Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang Tahun 2014 (2) Mengetahui persepsi

Telah dilakukan penelitian tentang pencemaran air laut yang diakibatkan oleh intrusi air laut di Pantai Tiram, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman

Sedangkan pada wilayah Desa Puger Wetan bagian utara keasinan air tanah yang dijumpai pada sumur gali PW9 berasal dari air connate.. Intrusi air laut terjadi di

Kelurahan Tambak Wedi adalah salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya yang lokasinya berdekatan dengan laut sehingga mengalami intrusi air laut yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intrusi air laut terhadap kualitas air tanah di Kelurahan Gambesi Kecamatan Ternate Selatan dan

Abrasi yang terjadi di kawasan pesisir Kecamatan Bancar menjadi ancaman bagi kehidupan di wilayah tersebut sehingga perlu riset untuk menentukan langkah kebijakan

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan berada dalam suatu struktur di masyarakat baik itu struktur ekonomi, sosial maupun ideologi yang pada akhirnya membawa

Sedangkan pada wilayah Desa Puger Wetan bagian utara keasinan air tanah yang dijumpai pada sumur gali PW9 berasal dari air connate.. Intrusi air laut terjadi di