• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI KONSEP DASAR PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI KONSEP DASAR PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

DTSS PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

BAGI PENGGUNA BARANG

MATERI

KONSEP DASAR PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA

OLEH:

MARGONO

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN

(2)

Kegiatan Belajar Pertama BARANG MILIK NEGARA

1. Pengertian Barang Milik Negara

Sesuai dengan UU nomor 1 tahun 2004 pasal 1 angka 1, barang milik negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. PP 27 tahun 2014 mendefinisikan Barang Milik Nrgara (BMN) pada pasal 1 angka 1 sebagai semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Dengan demikian definisi BMN pada UU no 1 tahun 2004 dengan PP 27 tahun 2014 adalah sama. Barang Milik Negara ini merupakan bagian dari aset pemerintah yang dikelola sendiri oleh Pemerintah atau oleh pihak lain.

Barang milik Negara ini meliputi: (a) Persediaan; (b) Tanah; (c) Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan Jaringan; (d) Aset Tetap lainnya; (e) Konstruksi dalam Pengerjaan (f) Aset Tak berwujud, Aset Kemitraaan dengan fihak ketiga serta aset lain-lain.

Persediaan merupakan aset yang berupa : (1). Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah; (2) Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi; (3) Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;(4)Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan.

Tanah adalah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam klasifikasi tanah ini adalah tanah yang digunakan untuk gedung, bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan.

Suatu barang berwujud dapat diakui sebagai asset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, biaya perolehan aset dapat diukur secara andal, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas, dan diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah BMN yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu rambu, serta Tugu Titik Kontrol (lampiran VII PMK 120/PMK.06/2007).

Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang

(3)

termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan(PMK120/PMK.06/2007).

Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok Tanah, Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga, Hewan, Ikan dan Tanaman.

Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai(PMK 120/PMK.06/2007).

Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya. Aset tak berwujud meliputi software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya, dan hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang.

Jenis aset tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam mata pelajaran Penatausahaan Barang Milik Negara.

Dilihat dari perolehannya BMN ini dapat diperoleh atas beban APBN atau dapat juga melalui perolehan lainnya yang syah. Jika suatu satuan kerja akan mengadakan BMN, rencana pengadaan BMN tersebut dituangkan dalam dokumen yaitu Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran Negara dan pencairan dana atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jika suatu satker berdasarkan DIPA tersebut membeli Barang Milik Negara maka Barang Milik Negara pada satker tersebut bertambah. Disamping itu tindakan ini juga akan mengakibatkan pengeluaran uang dari Kas Negara yang membebani APBN. Disamping diperoleh melalui pengadaan yang membebani APBN tersebut, BMN juga dapat diperoleh dengan cara lain yang akan dibicarakan pada bagian berikutnya.

2. BMN yang berasal dari Perolehan Lainnya yang syah

Barang Milik Negara dilihat dari cara perolehannya meliputi BMN yang diperoleh dengan APBN dan berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN yang berasal dari perolehan lain yang sah dimaksud dirinci dalam 4 bagian, yaitu : (a) barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya, (b) diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak, (c)

(4)

diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan;, dan (d) diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Barang dari hibah berasal dari pihak-pihak di luar pemerintah pusat, seperti pemerintah negara lain, pemerintah daerah dan pihak swasta. Barang dari pelaksanaan perjanjian/kontrak, seperti barang yang diperoleh dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terkait eksploitasi dan eksplorasi minyak dan gas bumi. Sedangkan barang yang diperoleh dari ketentuan undang-undang, seperti barang-barang eks asing (cina).

Dalam kasus korupsi atau kasus yang lain dapat saja ada barang yang dirampas sehingga barang rampasan ini harus dicatat sebagai Barang Milik Negara. Tata cara pengelolaan BMN dari Barang Rampasan Negara dan gratifikasi diatur dalam PMK.3/PMK.06/2011 tentang Pengelolaan BMN yang berasal dari Barang Rampasan Negara dan Barang Gratifikasi.

3. Barang yang digunakan Satuan Kerja yang Bukan Barang Milik Negara;

Barang yang digunakan oleh Satuan Kerja dapat berupa Barang Milik Negara sebagaimana telah dibahas di atas atau Bukan Barang Milik Negara.

Barang yang tidak termasuk Barang Milik Negara antara lain adalah tanah wakaf yang digunakan oleh pemerintah. Banyak Barang Milik Negara berupa gedung dan bangunan yang berdiri di atas tanah wakaf. Tanah wakaf bukan merupakan Barang Milik Negara. Sesuai dengan SE Direktur Jenderal Kekayaan Negara nomor SE-10/KN/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Inventarisasi Dan Penilaian Tanah Wakaf, tanah wakaf dicatat dalam SIMAK-BMN sebagai barang pihak ketiga. Apabila tanah wakaf telah terlanjur dicatat dalam SIMAK-BMN sebagai BMN yang dimiliki satker, maka wajib dilakukan koreksi pencatatan yang semula BMN Intrakomptabel tanah menjadi Barang Pihak Ketiga. Koreksi pencatatan tersebut harus berdasarkan surat keputusan Kepala satuan kerja yang bersangkutan.

Di samping tanah wakaf mungkin Satuan Kerja menyimpan benda-benda tertentu. Sebagai contoh benda-benda yang disimpan di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara. Dilihat dari wujudnya benda-benda tersebut dapat berupa barang dan surat-surat. Barang sitaan ini juga bukan Barang Milik Negara. Jika putusan hakim ternyata ada barang sitaan yang dirampas oleh Negara, maka barang tersebut harus diserahkan ke Kementerian Keuangan dan akan dicatat sebagai Barang Milik Negara. Barang barang tersebut dapat dijual, ditukarkan, digunakan oleh Pemerintah atau mungkin dimusnahkan. Hal yang sama juga barang-barang yang disita oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

(5)

Kegiatan Belajar Kedua

WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, Penggunaan, Pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, Penilaian, Pemindahtanganan, Pemusnahan, Penghapusan, Penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Pengelolan Barang Milik Negara tersebut dilakukan oleh Pengelola Barang, Pengguna Barang serta Kuasa Pengguna Barang sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing. Sehubungan dengan itu berikut ini akan dibahas wewenang dan tanggung jawab dari Pengelola Barang, Pengguna Barang serta Kuasa Pengguna Barang.

1. Wewenang dan Tanggungjawab Pengelola Barang

Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah. Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 Pasal 4 ayat (1) Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalah Pengelola Barang Milik Negara. Pengelola Barang memiliki wewenang dan tanggungjawab sebagaimana diatur dalam PP 27 tahun 2014 pasal 4 ayat 2 yaitu :

a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan Barang Milik Negara;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan Barang Milik Negara; c. menetapkan status penguasaan dan Penggunaan Barang Milik Negara;

d. mengajukan usul Pemindahtanganan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;

e. memberikan keputusan atas usul Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sepanjang dalam batas kewenangan Menteri Keuangan;

f. memberikan pertimbangan dan meneruskan usul Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Presiden;

g. memberikan persetujuan atas usul Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang yang tidak memerlukan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sepanjang dalam batas kewenangan Menteri Keuangan;

(6)

h. menetapkan Penggunaan, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang berada pada Pengelola Barang;

i. memberikan persetujuan atas usul Pemanfaatan Barang Milik Negara yang berada pada Pengguna Barang;

j. memberikan persetujuan atas usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara; k. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan Inventarisasi Barang Milik Negara dan

menghimpun hasil Inventarisasi; l. menyusun laporan Barang Milik Negara;

m. melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan Barang Milik Negara; dan

n. menyusun dan mempersiapkan laporan rekapitulasi Barang Milik Negara/Daerah kepada Presiden, jika diperlukan.

PP 27 tahun 2014 pasal 4 ayat (3) mengatakan bahwa Pengelola Barang Milik Negara dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) di atas kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. Kewenangan dan tanggung jawab tertentu yang dapat didelegasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan tata cara pendelegasiannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Pembahasan lebih lengkap terkait pendelegasian dan tanggungjawab tertentu disampaikan pada angka 3 di bawah ini.

2. Wewenang dan Tanggungjawab Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 pasal 1 ayat 4 Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan Barang Milik Negara/Daerah. Pengguna Barang memiliki wewenang dan tanggung jawab tertentu dalam pengelolaan Barang Milik Negara. Menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 6 ayat (1) Menteri/Pimpinan Lembaga selaku pimpinan Kementerian/Lembaga adalah Pengguna Barang Milik Negara. Pengguna Barang Milik Negara memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagaimana diatur dalam PP 27 tahun 2014 pasal 6 ayat 2 sebagai berikut:

a. menetapkan Kuasa Pengguna Barang dan menunjuk pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara;

b. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran Barang Milik Negara untuk Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya;

c. melaksanakan pengadaan Barang Milik Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(7)

d. mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang;

e. menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga;

f. mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya; g. mengajukan usul Pemanfaatan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya

kepada Pengelola Barang;

h. mengajukan usul Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang;

i. menyerahkan Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya dan tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain kepada Pengelola Barang;

j. mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang;

k. melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas Penggunaan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya;

l. melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya; dan

m. menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang.

Terkait dengan wewenang dan tanggung jawab Pengguna Barang Milik Negara, sesuai dengan Pasal 6 ayat (3) Pengguna Barang Milik Negara dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu kepada Kuasa Pengguna Barang. Kewenangan dan tanggung jawab tertentu yang dapat didelegasikan tersebut dan tata cara pendelegasiannya diatur oleh Pengguna Barang dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan Barang Milik Negara.

Sesuai Pasal 7 ayat (1) Kepala kantor dalam lingkungan Kementerian/Lembaga adalah Kuasa Pengguna Barang Milik Negara dalam lingkungan kantor yang dipimpinnya. Kuasa Pengguna Barang Milik Negara berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan Barang Milik Negara untuk lingkungan kantor yang dipimpinnya kepada Pengguna Barang;

b. mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;

(8)

c. melakukan pencatatan dan Inventarisasi Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya; f. mengajukan usul Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang berada

dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;

g. menyerahkan Barang Milik Negara yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya dan sedang tidak dimanfaatkan Pihak Lain, kepada Pengguna Barang;

h. mengajukan usul Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang;

i. melakukan pengawasan dan pengendalian atas Penggunaan Barang Milik Negara yang berada dalam penguasaannya; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan barang kuasa pengguna semesteran dan laporan barang kuasa pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada Pengguna Barang.

3. Pelimpahan wewenang Pengelolaan Barang Milik Negara

Menteri keuangan bertindak selaku pengelola Barang Milik Negara dan selaku Pengguna Barang. Selaku Pengelola Barang sebagaimana diatur dalam PP 27 tahun 2014 pasal 4 Menteri Keuangan dapat mendelegasikan sebagian kewenangannya ke Pengguna Barang. Disamping mendelegasikan wewenang ke Pengguna Barang tersebut Menteri Keuangan juga telah melimpahkan wewenang kepada Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 347/KMK.01/2008 Tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I Di Lingkungan Departemen Keuangan Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat Dan Atau Keputusan Menteri Keuangan Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagaimana diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 218/KMK.01/2010 tentang Perubahan Atas Keputusan menteri Keuangan Nomor 347/KMK.01/2008 Tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I Di Lingkungan Departemen Keuangan Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat Dan Atau Keputusan Menteri Keuangan. Sesuai dengan KMK 347/KMK.01/2008 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Keuangan untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani surat dan

(9)

atau Keputusan Menteri Keuangan. Dalam Lampiran VI Keputusan Menteri Keuangan tersebut,

Menteri Keuangan telah mendelegasikan sebagian kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang Barang Milik kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara.

Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang berdasarkan KMK 347/KMK.01/2008 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Keuangan untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani surat dan atau Keputusan Menteri Keuangan. Menteri Keuangan telah mendelegasikan sebagian kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang Milik kepada Sekretaris Jenderal dan Kepala Biro Perlengkapan

Berikut ini akan dibahas ketiga pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab tersebut.

a. Pendelegasian sebagian kewenangan ke Pengguna Barang

PP 27 tahun 2014 pasal 4 ayat (3) mengatakan bahwa Pengelola Barang Milik Negara dapat mendelegasikan kewenangan dan tanggung jawab tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (2) di atas kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. Kewenangan dan tanggung jawab tertentu yang dapat didelegasikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan tata cara pendelegasiannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Peraturan Menteri keuangan sebagaimana dimaksud di atas yang sampai saat ini telah ditetapkan adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 4/PMK.06/2015 Tentang Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung Jawab Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang. Tanggung jawab Tertentu yang dideligasikan dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang meliputi kewenangan dan tanggungjawab penetapan status penggunaan BMN, persetujuan Penggunaan Sementara BMN, Pemberian persetujuan atas permohonan Pemindahtanganan BMN, Pemusnahan serta Penghapusan BMN.

1). Penetapan Status Penggunaan BMN

Terkait dengan Penetapan status Penggunaan BMN dan pemberian persetujuan Penggunaan Sementara BMN yang didelegasikan adalah Penetapan status Penggunaan BMN dan pemberian persetujuan Penggunaan Sementara BMN atas (1) alat utama sistem persenjataan; (2) BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan.

(10)

2). Persetujuan Pemindahtangan BMN

Pemberian persetujuan atas permohonan Pemindahtanganan BMN yang didelegasikan adalah pemberian persetujuan atas permohonan Pemindahtanganan BMN dalam bentuk Penjualan atas BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan;

Pemberian persetujuan atas permohonan Pemindahtanganan BMN yang didelegasikan juga termasuk pemberian persetujuan atas permohonan Pemindahtanganan BMN dalam bentuk hibah atas BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk dihibahkan dalam rangka kegiatan pemerintahan yang (Cakupannya Lihat Pasal 5 Ayat 4 ) dan BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan; bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi).

3). Pemusnahan BMN

Terkait dengan Pemusnahan, kewenangan dan tanggungjawab yang didelegasikan adalah kewenangan dan tanggungjawab pemberian persetujuan atas permohonan Pemusnahan BMN atas (a) Persediaan; (b)Aset Tetap Lainnya berupa hewan, ikan dan tanaman (c)selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan. (d) bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi). BMN tersebut tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan atau terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

4). Penghapusan BMN

Untuk penghapusan BMN, kewenangan dan tanggungjawab yang didelegasikan adalah kewenangan dan tanggungjawab pemberian persetujuan atas permohonan Penghapusan BMN persediaan, Aset tetap lainnya berupa hewan, ikan dan tanaman; selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak mempunyai dokumen kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan karena sebab sebab lain seperti rusak berat yang tidak bernilai ekonomis, hilang, susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati/cacat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan, dan sebagai akibat dari keadaan kahar

(11)

Kewenangan yang telah dilimpahkan ke Pengguna Barang tersebut secara fungsional dilaksanakan oleh:

a. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/Sekretaris Utama pada Kementerian/Lembaga termasuk Kantor Menteri Koordinator/Kantor Menteri Negara; b. Jaksa Agung Muda Pembinaan pada Kejaksaan Agung;

c. Asisten Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Bidang Sarana dan Prasarana pada Kepolisian Negara Republik Indonesia;

d. Pimpinan Kesekretariatan/Kepaniteraan pada Lembaga Tinggi Negara.

Selanjutnya diatur dalam perturan menteri keuangan tersebut bahwa kewenangan dan tanggung jawab yang didelegasikan tersebut tidak dapat diteruslimpahkan ke Pengguna Barang.

b. Pelimpahan Wewenang pada Pengelola Barang

Sesuai dengan KMK 347/KMK.01/2008 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Keuangan untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani surat dan atau Keputusan Menteri Keuangan lampiran VI , Menteri Keuangan telah mendelegasikan sebagian kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang Barang Milik kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara. Selanjutnya Direktur Jenderal Kekayaan Negara telah mendelegasikan kewenangan pengelolaan Barang Milik Negara dengan Keputusan Menteri Keuangan 218/KM.06/2013 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat Dan/Atau Keputusan Menteri Keuangan. Peneruslimpahan wewenang tersebut dapat diiktisarkan sebagai berikut :

1). Penetapan status BMN

Wewenang menetapkan status penggunaan, pengalihan status, penggunaan sementara atas tanah dan atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai buku di atas 2,5 M s.d 5 M dilimpahkan ke Kantor Wilayah DJKN. Jika nilai per usulan di atas 5 M s.d. 10 M dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi. Sementara itu jika nilai per usulan sampai dengan 5 M dilimpahkan ke Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang.

(12)

2). Penetapan status BMN untuk dioperasionalkan fihak lain

Wewenang menetapkan status penggunaan BMN untuk dioperasionalkan fihak lain dalam rangka pelayanan umum sesuai tusi KL atas tanah dan atau bangunan, dan selain tanah dan bangunan per usulan sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar) dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

3). Pemanfaatan BMN

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk sewa tanah dan bangunan dengan nilai buku sampai Rp1.000.000.000 per usulan dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp1.000.000.000 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp5.000.000.000,00 s.d. Rp10.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk sewa tanah dan bangunan dengan nilai buku sampai dengan Rp500.000.000 per usulan dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp500.000.000 s.d. Rp2.500.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp2.500.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam Pakai tanah dan atau bangunan dengan nilai buku per usulan sampai dengan Rp2.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, di atas Rp2.000.000.000,00 s.d. Rp10.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp10.000.000.000,00 s.d. Rp25.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam Pakai tanah dan atau bangunan dengan nilai buku per usulan sampai dengan Rp1.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, di atas Rp1.000.000.000,00 s.d. Rp2.500.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp2.500.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSP atas tanah dan bangunan dengan nilai BMN yang akan dikerjasamakan dihitung secara proporsional dari nilai buku BMN per usulan sampai dengan

(13)

Rp1.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp1.000.000.000,00 s.d. Rp10.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp10.000.000.000,00 s.d. Rp25.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSP atas selain tanah dan bangunan dengan nilai BMN yang akan dikerjasamakan dihitung secara proporsional dari nilai buku BMN per usulan sampai dengan Rp500.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp500.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp5.000.000.000,00 s.d. Rp10.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan usulan dan perpanjangan Pemanfaatan BMN dalam bentuk BGS/BSG dengan nilai tanah yang akan dimanfaatkan dihitung secara proporsional dari nilai tanah per usulan s.d. 10 M dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

4). Penghapusan BMN

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan usulan penghapusan BMN yang mengharuskan dilakukan pemusnahan atau karena sebab sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kedaluarsa, dan mati/catat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ternal, serta terkena dampak dari terjadinya force majeure berupa Tanah dan/atau Bangunan dengan nilai buku per usulan sampai dengan Rp1.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp1.000.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp5.000.000.000,00 s.d. Rp10.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan usulan penghapusan BMN yang mengharuskan dilakukan pemusnahan atau karena sebab sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan, antara lain hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair, terkena bencana alam, kedaluarsa, dan mati/catat berat/tidak produktif untuk tanaman/hewan/ternal, serta terkena dampak dari terjadinya force majeure berupa selain Tanah dan/atau Bangunan dengan nilai buku per usulan sampai dengan Rp500.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp500.000.000,00 s.d.

(14)

Rp1.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp1.000.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi.

5). Pemindahtangan BMN

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan usulan pemindahtangan BMN (penjualan, tukar menukar atau hibah) yang tidak memerlukan persetujuan Presiden/DPR tanah dan atau bangunan dengan nilai buku BMN per usulan sampai dengan Rp1.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp1.000.000.000,00 s.d. Rp2.500.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp2.500.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

Wewenang memberi Persetujuan/penolakan usulan pemindahtangan BMN (penjualan, tukar menukar atau hibah) yang tidak memerlukan persetujuan Presiden/DPR atas BMN selain tanah dan atau bangunan dengan nilai buku BMN per usulan sampai dengan Rp500.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala KPKNL, di atas Rp500.000.000,00 s.d. Rp1.000.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Kantor Wilayah DJKN sedangkan di atas Rp1.000.000.000,00 s.d. Rp5.000.000.000,00 dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi

c. Pelimpahan Wewenang Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang

Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang berdasarkan KMK 347/KMK.01/2008 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Keuangan untuk dan atas nama Menteri Keuangan menandatangani surat dan atau Keputusan Menteri Keuangan. Menteri Keuangan telah mendelegasikan sebagian kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang Milik kepada Sekretaris Jenderal dan Kepala Biro Perlengkapan. Pada Lampiran I huruf A angka 68 Menteri Keuangan telah mendelegasikan wewenang Menteri Keuangan atas Penghapusan Barang Milik Negara di lingkungan Departemen Keuangan dengan nilai perolehan per paket usulan di atas Rp250.000.000,00. Penghapusan BMN yang nilai perolehanannya di bawah Rp250.000.000,00 dilimpahkan ke Kepala Biro Perlengkapan Departemen Keuangan. Selanjutnya pada angka 69, Pembentukan Panitia/Tim yang berhubungan dengan tukar menukar BMN, penetapan pemenang pelelangan dan persetujuan penunjukan konsultan pengawas pembangunan dalam rangka pelaksanaan tukar menukar juga dilimpahkan ke Sekretaris Jenderal.

(15)

Sesuai dengan KMK 520/KMK.01/2015 tentang Pendelegasian Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Selaku Pengguna Barang Kepada Pejabat Struktural dan Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan Dalam Rangka Pengelolaan BMN Kementerian Keuangan, ketentuan pada KMK 347/KMK.01/2008 lampiran I huruf A angka 68 dan 69 serta huruf B dicabut.

KMK 520/KMK.01/2015 dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

No Jenis wewenang Pejabat yang menerima Delegasi Wewenang 1) Penggunaan BMN a). Mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai Penetapan Status Penggunaan BMN

a. Tanah, bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan

Kepala Biro Perlengkapan

b. Selain tanah dan/atau bangunanyang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00

Kuasa Pengguna Barang

b).

Mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai Penggunaan

Sementara Barang Milik Negara

a. Tanah, bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan

Kepala Biro Perlengkapan

b. Selain tanah dan/atau bangunanyang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00

Kuasa Pengguna Barang

c).

Mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai Alih Status Penggunaan Barang Milik Negara

a. Tanah, bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan

Kepala Biro Perlengkapan

b. Selain tanah dan/atau bangunanyang tidak memiliki bukti kepemilikan Kuasa Pengguna Barang d).

Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Negara

a. Pada tingkat Pengguna Barang

Kepala Biro Perlengkapan b. Pada tingkat Kuasa

Pengguna Barang

Kuasa Pengguna Barang

e). Menetapkan status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan,

Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum

(16)

dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

f).

Memberikan Persetujuan Penggunaan Sementara BMN selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Kepala Biro Perlengkapan

g).

Menandatangani surat, perjanjian, nota kesepakatan (memorandum of understanding), berita acara dan naskah dinas lainnya terkait Penetapan Status Penggunaan, Penggunaan Sementara, dan Pengalihan Status Penggunaan BMN

Kepala Biro Perlengkapan

2) Sewa Barang Milik Negara a).

Mengajukan usul kepada Pengelola Barang mnengenai Sewa BMN

Kepala Kantor/ Sekretaris unit Eselon I/ Kepala Biro Umum b). Menetapkan keputusan pelaksanaan Sewa BMN Kepala Biro

Perlengkapan

c). Menandatangani perjanjian sewa BMN

Kepala Kantor/ Sekretaris unit Eselon I/ Kepala Biro Umum

d)

Menandatangani surat pernyataan, surat keterangan, surat permohonan penilaian, berita acara dan naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan sewa BMN

Kepala Kantor/ Sekretaris unit Eselon I/ Kepala Biro Umum 3) Pemindahtanganan Barang Milik Negara

a).

Mangajukan usul kepada Pengelola Barang mengenai Pemindahtanganan ( Penjualan, tukar menukar dan hibah ) BMN

a. Tanah, bangunan, selain tanah dan atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan

Kepala Biro Perlengkapan

b. Selain tanah dan atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00

Kepala Kantor/ Sekretaris unit Eselon I/ Kepala Biro Umum

b).

Menandatangani naskah/akta hibah, perjanjian tukar menukar, surat pernyataan , surat

keterangan, berita acara dan naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan dengan cara hibah dan tukar menukar

a. Tanah, bangunan, selain tanah dan atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan

Kepala Biro Perlengkapan

b. Selain tanah dan atau bangunan yang tidak memiliki bukti

kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00

Kepala Kantor/ Sekretaris unit Eselon I/ Kepala Biro Umum

c).

Memberikan Persetujuan Pemindahtangan dengan cara Penjualan atas :

a. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan

Kepala Biro Perlengkapan

(17)

Rp100.000.000,00 dan

b. bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi atau restorasi)

d).

Memberikan Persetujuan Pemindahtangan dengan cara Hibah atas :

a. BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk dihibahkan dalam rangka kegiatan pemerintahan; dan b. BMN selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki

bukti kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00

Kepala Biro Perlengkapan

e).

Menandatangani surat pernyataan, surat keterangan, surat permohonan penilaian, berita acara dan naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtangan BMN dengan cara penjualan.

Kepala

Kantor/Sekretaris Eselon I/ Kepala Biro Umum

4) Pemusnahan Barang Milik Negara

a). Mengajukan usul kepada Pengelola barang mengenai Pemusnahan BMN

Kepala Biro Perlengkapan

b).

Memberikan persetujuan Pemusnahan atas BMN berupa: a. Persediaan;

b. Aset Tetap lainnya ( hewan, ikan, dan tanaman); c. Selain tanah dan/atau bangunan yang tidak bukti

kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 dan

d. bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi atau restorasi)

Kepala Biro Perlengkapan

c).

Menandatangani surat pernyataan, surat keterangan, berita acara dan naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan

Pemusnahan BMN

Kepala

Kantor/Sekretaris Eselon I/ Kepala Biro Umum

5) Penghapusan Barang Milik Negara

a).

Mengajukan usul kepada Pengelola Barang mengenai Penghapusan BMN karena sebab sebab lain yang merupakan sebab sebab secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan

a. Tanah, bangunan, selain tanah dan atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan

Kepala Biro Perlengkapan

b. Selain tanah dan atau bangunan yang tidak memiliki bukti

kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00

Kepala

Kantor/Sekretaris Eselon I/ Kepala Biro Umum

b).

Memberi persetujuan Penghapusan atas BMN berupa : a. Persediaan;

b. Aset Tetap Lainnya (hewan, ikan dan tanaman); dan c. selain tanah dan/atau bangunan yang tidak memiliki

bukti kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00

karena sebab sebab lain yang merupakan sebab sebab secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab penghapusan

Kepala Biro Perlengkapan

(18)

c).

Mengajukan usul kepada Pengelola Barang mengenai Penghapusan BMN karena adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap dan tidak ada upaya hukum lainnya

Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum

d).

Mengajukan usul kepada Pengelola Barang mengenai Penghapusan BMN karena melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

Kepala Biro Perlengkapan

e). Menetapkan keputusan Penghapusan BMN Sekretaris Unit Eselon I/ Kepala Biro Umum

f).

Menandatangani surat pernyataan, surat keterangan, berita acara, dan naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan Penghapusan BMN

Kepala Kantor/

Sekretaris Unit Eselon I/ Kepala Biro Umum

(19)

Kegiatan Belajar Ketiga KONSEP DASAR PENGELOLAAN

BARANG MILIK NEGARA

1. Azas-azas Pengelolaan Barang Milik Negara

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.

Asas fungsional berarti pengambilan keputusan dan pemecahan masalah-masalah di bidang pengelolaan barang milik Negara/daerah yang dilaksanakan oleh kuasa pengguna barang, pengguna barang, dan pengelola barang sesuai fungsi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing.

Azas kepastian hukum berarti pengelolaan Barang Milik Negara harus dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan. Sementara itu azas transparansi berartti penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara harus transparan terhadap hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang benar.

Azas efisiensi berarti pengelolaan barang milik negara/daerah diarahkan agar barang milik negara digunakan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan secara optimal.

Azas akuntabilitasi berarti setiap kegiatan pengelolaan barang milik negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat serta azas kepastian nilai berarti pengelolaan barang milik negara/daerah harus didukung oleh adanya ketepatan jumlah dan nilai barang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik negara serta penyusunan Neraca Pemerintah.

2. Lingkup Pengelolaan Barang Milik Negara

Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 pasal 3 ayat 2 Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi : (a) Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran; (b). pengadaan; (c). Penggunaan; (d). Pemanfaatan; (e). pengamanan dan pemeliharaan; (f). Penilaian; (g). Pemindahtanganan; (h). Pemusnahan; (i). Penghapusan; (j). Penatausahaan; dan (k). pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Berikut ini secara berurutan akan dibahas secara singkat tentang masing-masing kegiatan pengelolaan Barang Milik Negara.

a. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran;

Konsep Perencanaan BMN diatur dalam PP 27 tahun 2014 Pasal 9. Pasal 9 ayat (1) yang menyatakan bahwa Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga serta ketersediaan Barang Milik Negara yang ada. Perencanaan Kebutuhan sebagaimana

(20)

dimaksud di atas meliputi perencanaan pengadaan, pemeliharaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara. Untuk melaksanaan amanah perencanaan BMN di atas, Menteri Keuangan sebagai Pengelola Barang telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK 150/PMK.06/2014 Tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara. Peraturan Menteri Keuangan ini mengatur Kewenangan Pengelola dan Pengguna Barang, ruang lingkup perencanaan, objek perencanaan kebutuhan BMN, Prinsip Perencanaan Kebutuhan BMN serta Tatacara penyusunan dan penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara, Tatacara penyusunan dan penelaahan usulan perubahan hasil penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara.

Sesuai dengan Pasal 24 PMK 150/PMK.06/2014, Tata cara penyajian dan penghitungan Perencanaan Kebutuhan BMN dilakukan dengan berpedoman pada Modul Perencanaan Kebutuhan BMN. Modul Perencanaan Kebutuhan BMN tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara.

Untuk Kementerian Keuangan, penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 642/KMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan.

Kecuali untuk Penghapusan, Perencanaan Kebutuhan, berpedoman pada: (1) standar barang; (2) standar kebutuhan; dan/atau (3) standar harga. Standar barang dan standar kebutuhan ditetapkan oleh Pengelola Barang setelah berkoordinasi dengan instansi terkait. Standar harga sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di lingkungan kantor yang dipimpinnya. Selanjutnya Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud di atas kepada Pengelola Barang.

Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usul rencana kebutuhan Barang Milik Negara tersebut bersama Pengguna Barang dengan memperhatikan data barang pada Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dan menetapkannya sebagai rencana kebutuhan Barang Milik Negara.

b. Pengadaan

Pengadaan Barang Milik Negara dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini.

(21)

Pengadaan Barang Milik Negara dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa (Perpres 54 tahun 2010 pasal 1 angka 1).

Menurut Prepres 54 tahun 2010 Pasal 5, dengan menerapkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa, karena hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan.

Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.

Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.Terbuka, berarti Pengadaan Barang/Jasa dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.Bersaing, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh Barang/Jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam Pengadaan Barang/Jasa.

Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.

Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

(22)

c. Penggunaan

Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 Pasal 14 Status Penggunaan Barang Milik Negara ditetapkan Pengelola Barang. Tidak semua BMN harus ditetapkan statusnya. Menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 15 penetapan status Penggunaan tidak dilakukan terhadap:

1). Barang Milik Negara berupa: barang persediaan, konstruksi dalam pengerjaan dan atau barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.

2). Barang Milik Negara yang berasal dari dana dekonsentrasi dan dana penunjang tugas pembantuan, yang direncanakan untuk diserahkan

3). Barang Milik Negara lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang.

Pengelola Barang dapat mendelegasikan penetapan status Penggunaan atas Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang (PP 27 tahun 2014 Pasal 16 ayat (1)). Menurut Penjelasan PP 27 tahun 2014, yang dimaksud dengan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu antara lain adalah Barang Milik Negara yang tidak mempunyai bukti kepemilikan atau dengan nilai tertentu.

Tata cara penetapan status penggunaan BMN diatur dalam Pasal 17 ayat (1) yang menyatakan bahwa Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:

1). Pengguna Barang melaporkan Barang Milik Negara yang diterimanya kepada Pengelola Barang disertai dengan usul Penggunaan. Usul Penggunaan meliputi Barang Milik Negara yang digunakan oleh Pengguna Barang untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi.; dan

2). Pengelola Barang meneliti laporan dari Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan menetapkan status penggunaannya. Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara oleh Pengelola Barang akan ditindaklanjuti dengan pencatatan Barang Milik Negara tersebut dalam Daftar Barang Pengguna oleh Pengguna Barang.

Sesuai PP 27 tahun 2014 Pasal 17 ayat (3) dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat menetapkan status Penggunaan Barang Milik Negara pada Pengguna Barang tanpa didahului usulan dari Pengguna Barang. Yang dimaksud “kondisi tertentu” antara lain atas permohonan instansi lain seperti Pengadilan dan Badan Pertanahan Nasional, dan penetapan Barang Milik Negara yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang Milik Negara dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, guna dioperasikan oleh Pihak Lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan (PP 27 tahun 2014 Pasal 18).

(23)

Barang Milik Negara yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status Penggunaan Barang Milik Negara tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pengelola Barang. Persetujuan Pengelola Barang sekurang-kurangnya memuat mengenai wewenang dan tanggung jawab Pengguna Barang dan Pengguna Barang sementara ( PP 27 tahun 2014 Pasal 19 ayat 1).

Barang Milik Negara dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang (Pasal 20 ayat 1). Pengalihan status Penggunaan Barang Milik Negara dapat pula dilakukan berdasarkan inisiatif dari Pengelola Barang dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut kepada Pengguna Barang ( Pasal 20 ayat 2).

(24)

Penetapan status Penggunaan Barang Milik Negara/ Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.

Menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 22 ayat (2) Pengguna Barang wajib menyerahkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan (yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang), kepada Pengelola Barang. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (2) di atas, apabila tanah dan/atau bangunan tersebut telah direncanakan untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.

Berdasarkan PP 27 tahun 2014 pasal 23 ayat 1, Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan yang telah ditetapkan sebagai Barang Milik Negara yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), dikenakan sanksi berupa:

1). pembekuan dana pemeliharaan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan tersebut; dan/atau

2). penundaan penyelesaian atas usulan Pemanfaatan, Pemindahtanganan, atau Penghapusan Barang Milik Negara.

Disamping diberi sangksi sebagaimana dijelaskan di atas, menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 23 ayat (3), Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan atau tidak dimanfaatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicabut penetapan status penggunaannya oleh Pengelola Barang. Selanjutnya Menteri Keuangan telah menetapkan PMK 246/PMK.06/2014 tentang Tata cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara.

d. Pemanfaatan

PMK 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara Pasal 1 angka 1 memberikan pengertian Pemanfaatan sebagai pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan.

Prinsip pemanfaatan BMN antara lain adalah :

1) Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikan kepentingan negara dan kepentingan umum.

(25)

3). BMN yang menjadi objek Pemanfaatan harus ditetapkan status penggunaannya oleh Pengelola Barang/Pengguna Barang.

4). Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biaya pelaksanaan yang berkaitandengan Pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra Pemanfaatan.

5). Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakan penerimaan negara yang wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara.

6). BMN yang menjadi objek Pemanfaatan dilarang dijaminkan atau digadaikan

Terdapat beberapa bentuk pemanfaatan BMN menurut PMK 78/PMK.06/2014 pasal 5 yang meliputi Sewa, Pinjam Pakai, Kerja Sama Pemanfatatan, Bangun

GunaSerah/Bangun Serah Guna dan KSPI.

Sewa adalah pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Tata cara pelaksanaan sewa diatur dalam PMK 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 174/PMK.06/2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.06/2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara.

Pinjam Pakai adalah penyerahan penggunaan barang dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang

Kerja Sama Pemanfaatan, yang selanjutnya disingkat KSP, adalah pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya.

Bangun Guna Serah, yang selanjutnya disingkat BGS, adalah Pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

Bangun Serah Guna, yang selanjutnya disingkat BSG, adalah Pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, yang selanjutnya disingkat KSPI, adalah kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(26)

e. Pengamanan dan Pemeliharaan

Menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 42 (1) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang berada dalam penguasaannya.Pengamanan Barang Milik Negara meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21/Kmk.01/2012 Tentang Pedoman Pengamanan Dan Pemeliharaan Barang Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa Pengamanan Administrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk untuk menatausahakan dalam rangka mengamankan BMN Kementerian dari segi administratif. Sementara itu menurut Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas, Pengamanan Fisik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk untuk mengamankan BMN Kementerian yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang, dan hilangnya barang. Pengamanan Hukum adalah kegiatan untuk mengamankan BMN Kementerian dengan cara melengkapi bukti status kepemilikan BMN.

Barang Milik Negara berupa tanah harus disertipikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia. Barang Milik Negara berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik Indonesia.

Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas nama Pengguna Barang. Bukti kepemilikan Barang Milik Negara wajib disimpan dengan tertib dan aman. Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh Pengelola Barang. Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang.

Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 pasal 44 ayat (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyimpanan dokumen kepemilikan Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 45 ayat (1) Pengelola Barang dapat menetapkan kebijakan asuransi atau pertanggungan dalam rangka pengamanan Barang Milik Negara tertentu dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara asuransi Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21/KMK.01/2012 Tentang Pedoman Pengamanan Dan Pemeliharaan Barang Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Keuangan menyatakan bahwa Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua BMN selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

(27)

PP 27 tahun 2014 Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa Pengelola Barang, Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan Barang Milik Negara yang berada di bawah penguasaannya. Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang. Biaya pemeliharaan Barang Milik Negara dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Dalam hal Barang Milik Negara dilakukan Pemanfaatan dengan Pihak Lain, biaya pemeliharaan menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penyewa, peminjam, mitra Kerja Sama Pemanfaatan, mitra Bangun Guna Serah/Bangun Serah Guna, atau mitra Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.

Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan Barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan secara tertulis Daftar Hasil Pemeliharaan Barang tersebut kepada Pengguna Barang secara berkala. Pengguna Barang atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan tersebut dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan Barang Milik Negara.

f. Penilaian

Menurut PP 27 tahun 2014 pasal 1 angka 7 Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa Barang Milik Negara/Daerah pada saat tertentu.

Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah, Pemanfaatan, atau Pemindahtanganan, kecuali dalam hal untuk: (a). Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai; atau (b). Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah.

Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 pasal 49 Penetapan nilai Barang Milik Negara dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Sementara itu menurut Pasal 50 ayat (1) Penilaian Barang Milik Negara berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh: (a). Penilai Pemerintah; atau (b). Penilai Publik yang ditetapkan oleh Pengelola Barang. Penilaian Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud di atas dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PP 27 tahun 2014 pasal 50 ayat 3). Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi Penjualan Barang Milik Negara berupa tanah yang diperlukan untuk pembangunan rumah susun sederhana. Berdasarkan PP 27 tahun 2014 pasal 50 ayat (5) Nilai jual Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) yaitu Barang Milik Negara berupa tanah

(28)

yang diperlukan untuk pembangunan rumah susun sederhana ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan perhitungan yang ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.

Penilaian Barang Milik Negara selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka Pemanfaatan atau Pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, dan dapat melibatkan Penilai yang ditetapkan oleh Pengguna Barang (PP 27 tahun 2014 Pasal 51 ayat 1). Penilaian Barang Milik Negara tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PP 27 tahun 2014 pasal 51 ayat 3). Namun jika Penilaian sebagaimana dimaksud di atas dilakukan oleh Pengguna Barang tanpa melibatkan Penilai, maka hasil Penilaian Barang Milik Negara hanya merupakan nilai taksiran. Hasil Penilaian Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Pengguna Barang.

Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 Pasal 52 ayat (1) dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat melakukan Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Negara/Daerah yang telah ditetapkan dalam neraca Pemerintah Pusat/Daerah. Keputusan mengenai Penilaian kembali atas nilai Barang Milik Negara dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pemerintah yang berlaku secara nasional.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Penilaian Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yaitu PMK no 166/PMK.06/2015 tentang Penilaian Barang Milik Negara. PMK ini menggantikan PMK 179/PMK.06/2009. Ketentuan lebih lanjut mengenai Penilaian Barang Milik Daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud di atas.

g. Pemindahtanganan

Menurut PP 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah.

Terdapat beberapa alasan kenapa BMN dipindahtangankan seperti : (a) untuk melaksanakan efisiensi pengeluaran biaya pemeliharaan dan karena secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara; (b). Dalam rangka optimalisasi Barang Milik Negara yang berlebih atau idle ; (c). sebagai pelaksanaan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (d) dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintahan, optimalisasi penggunaan BMN, atau tidak tersedia dana dalam APBN; (e) kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan, dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.; (f) BMN tersebut akan lebih optimal apabila dikelola oleh BUMN/D atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah tersebut dilakukan dengan cara: a. Penjualan;

(29)

b. Tukar Menukar; c. Hibah; atau

d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah.

Penjualan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah yang dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, antar Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah dengan pihak lain, dengan menerima penggantian utama dalam bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.

Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa memperoleh penggantian.

Penyertaan Modal Pemerintah Pusat/Daerah adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum lainnya yang dimiliki Negara.

Pemindahtanganan Barang Milik Negara dilakukan oleh Pengguna atau Pengelola yang menguasai Barang Milik Negara yang bersangkutan dan harus mendapat persetujuan dari Pengelola Barang, Presiden atau Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kewenangan Pengelola untuk menolak atau menyetujui permohonan pemindahtangan BMN dari Pengguna Barang dilimpahkan ke Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi (PKNSI), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara serta ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Pemindahtangan BMN berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan bangunan yang nilainya di atas Rp100.000.000.000,00 harus mendapat persetujuan DPR. Pemindahtangan BMN berupa tanah dan/atau bangunan ada yang tidak perlu mendapat persetujuan DPR yaitu :

a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran;

c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;

(30)

e. dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

Pemindahtanganan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak perlu mendapat persetujuan DPR sebagaimana dijelaskan di atas dan pemindahtangan BMN selain tanah dan bangunan yang nilainya sampai dengan Rp100.000.000.000,00 harus mendapat persetujuan Presiden/Direktur Jenderal Kekayaan Negara/ Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem Informasi (PKNSI) atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara atau Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Pembahasan lebih mendalam mengenai pemindahtanganan BMN akan dibahas pada mata pelajaran Pemindahtangan dan Penghapusan Barang Milik Negara.

h. Pemusnahan

Menurut PP 27 tahun 2014 pasal 1 angka 22, Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan Barang Milik Negara/Daerah. Pemusnahan Barang Milik Negara dilakukan dalam hal:

1). Barang Milik Negara tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan/atau tidak dapat dipindahtangankan; atau

2). Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut PP 27 tahun 2014 Pasal 78 ayat (1) Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang. Pelaksanaan Pemusnahan dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepada Pengelola Barang.

Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan atau cara lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Pemusnahan Barang Milik Negara diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Pembahasan lebih mendalam tentang tatacara pemusnahan akan dibahas pada mata pelajaran Pemindahtangan dan Penghpusan Barang Milik Negara.

i. Penghapusan

Sesuai dengan PP 27 tahun 2014 pasal 1 angka 23 Penghapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan/atau Kuasa Pengguna Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya. Penghapusan meliputi: (a). Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dan (b). Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara.

(31)

Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud di atas dilakukan dalam hal Barang Milik Negara sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang. Penghapusan tersebut dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang. Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan Penghapusan dari Pengelola Barang sebagaimana dimaksud di atas untuk Barang Milik Negara yang dihapuskan karena: (a) Pengalihan Status; (b). Pemindahtanganan; atau (c). Pemusnahan. Persetujuan Pengelola sudah dilakukan ketika akan melakukan pemindahtangan dan pemusnahan.

Selanjutnya Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana dilaporkan kepada Pengelola Barang.

Pengelola akan menghapus BMN dari Daftar Barang Milik Negara berdasarkan laporan Penghapusan dari Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang untuk BMN yang berada pada Kuasa Pengguna. Hal ini diatur pada PP 27 tahun 2014 pasal 83. Sesuai dengan Pasal 83 ayat 1 Penghapusan dari Daftar Barang Milik Negara dilakukan dalam hal Barang Milik Negara/Daerah tersebut sudah beralih kepemilikannya, terjadi Pemusnahan, atau karena sebab lain. Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan keputusan dan/atau laporan Penghapusan dari Pengguna Barang (PP 27 tahun 2014 pasal 83 ayat 2 huruf a). Sementara itu untuk BMN yang ada pada pengelola sesuai dengan PP 27 tahun 2014 pasal 83 ayat 2 huruf b dilaksanakan berdasarkan keputusan Pengelola Barang.

Menteri keuangan telah menetapkan PMK 50/PMK.06/2014 tentang Tata cara pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara.

j. Penatausahaan

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pembukuan merupakan Kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang yang ada pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan Barang Milik Negara. Pelaporan merupakan kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.

Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Negara yang berada di bawah penguasaannya ke dalam Daftar Barang Pengelola menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

Referensi

Dokumen terkait

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Penilaian BMA selain tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2) dalam rangka penjualan, tukar-menukar atau penyertaan modal daerah

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Gubernur dan

Pemindahtanganan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) dilakukan oleh Pengelola Barang setelah mendapat

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Walikota..

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) dilakukan oleh pengelola barang dengan persetujuan Gubernurc.

Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati..

(3) Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati..e.