• Tidak ada hasil yang ditemukan

Draft Pedoman Wawancara Penelitian. Proses Komunikasi Interpersonal Konselor dalam Menghadapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Draft Pedoman Wawancara Penelitian. Proses Komunikasi Interpersonal Konselor dalam Menghadapi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

67 Lampiran 1 : Draft Wawancara

Draft Pedoman Wawancara Penelitian

Proses Komunikasi Interpersonal Konselor dalam Menghadapi

Masalah Anak Berebutuhan Khusus Korban Kekerasan Seksual

(Studi Pada Konselor KOPPATARA Kabupaten Malang)

Nama :

Kategori Pertanyaan

Membangun Kepercayaan

antara Konselor dan

Korban saat Proses

Konseling

1. Bagaimana menciptakan aktivitas konseling yang efektif

dan nyaman pada korban?

2. Kenapa proses konseling ini harus dilakukan terhadap

korban?

3. Bagaimana cara anda dalam menarik perhatian korban

sehingga mau bercerita dan memberikan informasi?

4. Sebelum proses konseling dilakukan apakah ada hal-hal

khusus yang harus dilakukan/ disiapkan terlebih dahulu?

Sikap Suportif antara

Konselor dan Korban

1. Apa manfaat dari konseling ini?

2. Apakah ada kriteria tertentu yang harus dimiliki oleh

seorang konselor yang akan melakukan proses konseling

(2)

68 3. Kesulitan apa saja yang ditemui dalam proses konseling

terhadap korban yang merupakan anak berkebutuhan

khusus?

4. Selain untuk menggali informasi dan menyembuhkan

trauma pada korban, hal apa yang ingin disampaikan dan

ditanamkan oleh seorang konselor pada korban?

5. Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh seorang konselor

agar tertanam dalam diri korban hal baru yang bisa

membantu dalam proses penyembuhan?

Sikap Keterbukaan antara

Konselor dan Korban

1. Bagaimana cara anda sebagai konselor dalam memahami

maksud dari korban?

2. Bagaimana anda menghadapi korban ketika korban sudah

mulai merasa tidak nyaman?

3. Seperti apa tahapan dalam proses konseling terhadap

korban?

4. Bagaimana peran aktivitas konseling ini dalam proses

penyembuhan pada korban?

(3)

69 1. Subjek 1

Nama : Zuhro Rosyidah

Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 10 Mei 1971

Usia : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S-2

Tanggal Wawancara : Jumat, 6 Desember 2019

1. Bagaimana menciptakan aktivitas konseling yang efektif dan nyaman pada korban?

Suasana harus dibangun senyaman mungkin, kondisi konselor sehat jasmani dan rohani, konselor harus memahami dan mengerti kondisi client, mengetahui banyak data tentang client, memiliki empati dan simpati, hak-hak client dan etika konselor, tempat juga harus tenang (bersih dan rapi) menampilkan suasana yang bersahabat

2. Kenapa proses konseling ini harus dilakukan terhadap korban?

Sebagai pintu masuk untuk mengetahui masalah-masalah apa yang dirasakan oleh korban, apa yang bisa dibantukan oleh konselor, mengetahui potensi-potensi internal dan eksternal korban untuk mempermudah memilah komponen-komponen yang bisa dipilih untuk membantu proses pendampingan serta pemulihan dari korban.

3. Apa manfaat dari proses konseling ini?

Membantu menemukenali masalah-masalah yang dihadapi client, menemukan potensi-potensi yang bisa membantu pemulihan dan proses pendampingan, memmbantu membuat pilihan atas proses pemulihan yang akan dilakukan.

4. Apakah ada kriteria tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor yang akan

(4)

70 Tentu, karena untuk ABK konselor harus memiliki keahlian pendekatan kepada konseli

(client) yang lebih baik, terutama dalam menyelami dan menyesuaikan kebutuhan client sesuai dengan permasalahan pokok yang dialaminya).

5. Sebelum proses konseling dilakukan apakah ada hal-hal khusus yang harus dilakukan/

disiapkan terlebih dahulu?

Selain menyiapkan waktu dan tempat yang sesuai standar, maka sudah harus ada data

mengenai client, minimal data identitas dasar, semakin banyak data tentang client dimiliki akan semakin baik dan membantu pelaksanaan konseling.

6. Bagaimana peran aktivitas konseling ini dalam proses penyembuhan pada korban?

Sesungguhnya konselor hanya membantu menemukenali masalah dan hal-hal apa yang menjadi sumberdaya client baik internal maupun eksternal untuk membantu pemulihan client, tetapi semua itu tergantung kepada client untuk membantu pemulihan dirinya sendiri, baik fisik (jika ada) maupun psikis.

7. Seperti apa tahapan dalam proses konseling terhadap korban?

Sebelumnya seorang konselor harus memiliki data awal terkait client termasuk permasalahan yang dihadapi, setelah itu perkenalan, lalu mulailah diajak ngobrol sesuatu yang bersifat umum dulu, setelah dianggap cukup cair barulah beralih ke hal-hal pribadi yang sudah dipelajari konselor dari data awal.

8. Kesulitan apa saja yang ditemui dalam proses konseling terhadap korban yang merupakan

anak berkebutuhan khusus?

Harus ada pendekatan khusus yang seringkali hanya bisa dilakukan oleh konselor yang memiliki latar belakang psikolog.

(5)

71 Dengan mempelajari data awal dan mengembangkannya dalam sesi konseling.

10. Bagaimana cara anda dalam menarik perhatian korban sehingga mau bercerita dan

memberikan informasi?

Mencairkan suasana dengan membangun kedekatan personal dari hal-hal yang bersifat umum, misalnya membahas hobby, kondisi pendidikan,atau apapun sesuai latar belakang client, karena obrolan yang menarik akan menjadi pintu masuk bagi sesi konseling yang lebih intens.

11. Bagaimana anda menghadapi korban jika korban sudah merasa tidak nyaman dan marah?

Didiamkan, menunggu suasana emosi menjadi lebih tenang, atau menawarkan apakah konseling akan dilanjutkan atau dlanjutkan lain waktu.

12. Selain untuk menggali informasi dan menyembuhkan trauma pada korban, hal apa yang

ingin disampaikan dan ditanamkan oleh seorang konselor pada korban? Bagaimana

menghadapi suatu musibah, bahwa roda kehidupan tidak selalui dibawah, bahwa semua tu berputar. Yang pasti konseling harus mampu membantu kearah hidup client yang lebih baik, tentu saja dengan cara cara yang normatif dan bisa dipertanggungjawabkan. Menanamkan pikiran positif pada korban harus senantiasa dilakukan, seburuk apapun keadaannya, pasti akan ada yang indah dan menyenangkan dibalik semua masalah dan kesedihan.

13. Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh seorang konselor agar tertanam dalam diri korban

hal baru yang bisa membantu dalam proses penyembuhan?

Setiap orang, setiap pribadi diciptakan dimuka bumi tidak ada yang sia-sia, selalu ada

nilai-nilai baik yang disertakan dalam diri individu tersebut, dan itu patut disyukuri sebagai suatu rohmat dan dijadikan modal untuk kehidupan yang lebih baik kedepannya.

(6)

72 2. Subjek 2

Nama : Umi Khorirotin Nasichah

Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 11 Oktober 1988

Usia : 31 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan Terakhir : S-1

Tanggal Wawancara : Senin, 11 November 2019

1. Bagaimana menciptakan aktivitas konseling yang efektif dan nyaman pada korban?

Kalau efektif dan nyaman, kita sesuai prosedur selama ini yaa. Ada client datang, itu macem-macem. Ada yang langsung dengan korbannya, ada yang terkadang itu keluarganya dulu, ada yang lewat HP, trus ada yang di rujuk macem-macem. Dan yang pasti ketika kita sudah bertemu dengan clientnya, kita itu biasanya berdua, kita ajak ngomong berdua. Awalnya memang ketika datang dengan keluarga besar, kita ngobrol dengan keluarga besar. Tetapi kan kita perlu menggali informasi dan sebagainya ya, jadi kita biasanya ngobrol berdua diruang yang khusus agar dia juga mudah bercerita trus nyaman gitu. Dan itu ndak semuanya langsung bisa jujur. Ada beberapa orang yang sangat tertutup, jadi kadang-kadang ya proses kedua ketiga baru mau cerita. Trus ada juga yang dengan metode kita taruh di shelter, jadikan ketika malam kan tidur bersama dengan kita, nah itu saat-saat yang paling enak kan nyantai, sambil makan, trus sambil pas nyantai-nyantai lihat TV gitu cerita. Karna gali-gali informasi assignment itu justru dari hal-hal yang begitu yang nyantailah tidak selalu serius, karna kalau namanya orang

(7)

73 itu kan mesti kan keluarga menceritakan kronologi memang, tapikan kadang membuat korban tidak nyaman gitu.

2. Kenapa proses konseling ini harus dilakukan terhadap korban?

Kadang kalau untuk anak berkebutuhan khusus itu apalagi yaa, kita tidak bisa langsung sekali itu trus kita mendekat trus nganu gabisa ya. Berkebutuhan khusus kan ada yang cacat, ada yang hyper. Kita pakek psikolog juga mbak, jadi proses melalui pemeriksaan psikologis ya itu untuk anak-anak yang komunikasinya lambat, trus anak-anak yang butuh pendampingan khusus kan lama prosesnya. Itu selain kita, juga kita melibatkan psikolog. Kalau misalnya dia tidak bisa bicara itu kita harus ada penerjemah. Trus kalau misalnya eh apa namanya eh kita pernah sih gabisa ngomong orangnya tapi kita damping sampe 4 bulan waktu itu sampe dia melahirkan karena dia diperkosa, ya kita nganu, apa namanya, karna dia sudah biasa hidupnya kita pendekatannya setiap hari. Kita bersama terus akhirnya proses konseling itu membuat dia kembali percaya diri, kemudian baik-baik saja ketika hamil walaupun keadaannya begitu dengan penuh kekurangan, dia baik-baik saja. Mau menuruti kita harus minum obat, harus minum vitamin, harus makan yang bergizi, minum susu. Yang begitu-begitu itu ya memang proses. Yang khusus-khusus itu kita emmang pernah ada sampe yang 4 bulan kita taruh di shelter waktu itu memang kebetulan sama saya, bareng hamilnya jadi saya hidup dengan dia waktu itu. Pernah yang begitu. Terus yang tidak di shelter kita pakai psikolog. Karna pernah kan ada anak yang ranting kemudian tidak bisa Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa, bisanya Bahasa Madura, psikolog pun diterjemahkan oleh kita. Kebetulan kita punya Mbak Ida yang Madura jadi memang khusus kan Alhamdulillah itu bisa terpenuhi semua jadi ada celah-celah yang bisa kita masuk. Terus ada yang tidak bisa bicara kita pakai penerjemah juga pernah.

(8)

74 Kemudian ada yang normal tetapi IQ rendah itu kan sulit komunikasi, itu kita pakai pendekatan yang lama, kita taruh di shelter trus kita damping dari kita sendiri. Psikolog hanya intervensi beberapa kali terus kita sendiri, karena ternyata kalau sudah lama dekat begitu dia percaya sama kita itukan lebih mudah. Jadi gak bisa hanya sekali dua kali saja gak bisa, berkali-kali. Jadi kita ketemu, ke rumahnya, jadi gak melulu di kantor ya. Kita main ke rumahnya membangun kedekatan.

Macem-macem, ada yang tunadaksa cacat kaki, ada yang bisu tuli, pernah ada yang stunting dengan IQ rendah, ada yang IQ rendah gak kayak orang normal. Sekarang kan pelaku itu yang penting bisa masuk aja ya, ndak mikir itu jelek.

3. Apa manfaat dari proses konseling ini?

4. Apakah ada kriteria tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor yang akan

melakukan proses konseling pada korban anak berkebutuhan khusus?

Satu, dia komunikasinya harus bagus ya. Terus berpengalaman, kemudian menjadi konselor itu (kalo ini untuk umum ya) itu harus apaya tidak ember, bisa menyimpan rahasia dengan baik. Seperti kami itu kalo misalnya client itu sudah ditangani sama Mbak Rosi, saya tidak akan bertanya lagi kepada client itu apa yang kamu alami gitu, itu sudah etika. Jadi saya juga tidak boleh bercerita ke orang lain, apalagi bikin status gitu ya itu ndak boleh. Jadi semua proses pendampingan itu off the record, jadi ndak ada yang di sebarkan. Terus kemudian yang pasti ketika ini sudah ditangani Mbak Rosi, nanti yang saya akan tanyanya ke Mbak Rosi, Mbak ini kasusnya apa, begitu. Sama ketika sudah saya tangani dari awal nanti Mbak Rosi yang tanya ke saya ini kasuse opo. Itu menjaga kondisi psikologis dia. Karena kan kalau ditanya terlalu sering dia akan oposeh orang tuh tanyaan. Karena kan dia ketemu polisi, dia ditanya orang tua, belum nanti kita, kemudian

(9)

75 psikolog, belum lagi nanti ada orang lagi yang terlibat, begitu kan kasihan psikologisnya. Jadi kita menekan itu. Jadi 1 sumber informasi. Walaupun kita tau semua sekantor tapikan dari Mbak Rosi gitu. Itu menjaga untuk proses itulah bagian juga dari komunikasi ya. 5. Sebelum proses konseling dilakukan apakah ada hal-hal khusus yang harus dilakukan/

disiapkan terlebih dahulu?

Biasanya sih yang penting kita assignment dulu ya, kita tau kasusnya begini, pelakunya siapa, baru setelah itu kita tindakan. Harus lapor dulu, kalau lapor kan sudah pasti di visum, berobat kan. Atau ke psikolog dulu. Jadi prosesnya itu kita bicarakan dulu dengan temen-temen harusnya baiknya seperti apa. Kalau dia di perkosa ya berarti harus lapor karena dia harus visum, hrus dipastikan anak ini kena IMS atau engga yak an dari segi kesehatannya itu. Karena banyak juga client kita itu yang ternyata dia IMS sampai pernah kena herpes juga, kan itu harus pengobatan dia sekian bulan begitu kan lama, jadi kita pastikan dulu kondisi kesehatannya itu.

6. Bagaimana peran aktivitas konseling ini dalam proses penyembuhan pada korban?

7. Seperti apa tahapan dalam proses konseling terhadap korban?

Biasanya sih kita tergantung kasusnya juga sih ya, kalau harus berhadapan dengan hukum itu biasanya ya kita lapor dulu yang pertama, kemudian assignment kita membantu polisi kan nanti di proses lapor itu kan ada assignment dari polisi juga ya kan untuk laporan itu, trus proses pencarian saksi, pemeriksaan psikologis, nah sebelum itu visum kan dulu. Sampai proses kepolisian sudah kemudian kita konseling. Berarti kan yang mendampingi proses itu kan kita, jadi selama kita ketemu kita konseling, kita ajak ngobrol, jadi ga selalu serius. Ajak ngobrol membuat dia nyaman, dia lupa kalau sedang di konseling. Ngobrol dia masa depan, dia kesukaannya apa, ada trauma healing juga, ajak dia jalan-jalan yang

(10)

76 simple-simple ajalah. Kadang ya ke sumber maron, kadang ajak nonton di mall begitu. Kita dulu begitu, jadi yang membuat anak-anak nyaman lah. Dia pengennya apa yang jalan, ke alun-alun batu ayowes nanti sama ke coban rondo, makan bareng membangun kedekatan. Konseling itu kan ndak harus kamu harus begini harus begitu, itu gak bisa kalau anak-anak itu. Tetapi dengan membangun kedekatan itu kan membangun kepercayaan diri dia bahwa ternyata ada orang yang peduli sama dia, ada orang yang ternyata saying sama dia selain orang tuanya, ternyata itu walaupun aku mengalami yang seperti ini tetap ada orang yang mendukung aku. Kan proses itu kan.

8. Kesulitan apa saja yang ditemui dalam proses konseling terhadap korban yang merupakan

anak berkebutuhan khusus?

Memahami apa yang mereka inginkan, apa yang mereka ucapkan, ataupun tingkah laku yang ditunjukkan ketika kegiatan konseling berlangsung.

9. Bagaimana cara anda sebagai konselor dalam memahami maksud dari korban?

Kadang-kadang ga semuanya sukses ya. Yang paling susah itu ketika yang idiot. Kalau misalnya bisu, tuli atau tunadaksa kan masih jelas keterangannya, atau yang IQ rendah gitu kan masih jelas. Nah kalau yang idiot ini sulit, kita sering pelakunya lepas karena ketika dia melakukan kalau pelakunya itu si A, besoknya bias berubah. Nah itu di dalam proses hukum polisi kan gak mau seperti itu, akhirnya lepas. Pokoknya yang idiot itu mesti lepas karena itu polisi juga gak mau resiko salah tangkap kan. Terus kesaksiannya ini tidak kuat. Itu yang membuat kalau idiot sulitnya itu.

10. Bagaimana cara anda dalam menarik perhatian korban sehingga mau bercerita dan

(11)

77 Lama sih itu prosesnya, karena kita gak memaksa. Kalau konselingnya dia gak bisa di shelter ya, misalnya ketemu tatap muka berapa jam aja itu kalau dia gak nyaman kita gak memaksa. Kita ya melihat kondisinya dia. Pernah ada yang sampai dia teriak-teriak di kantor itu pernah, dia inget kan pelakunya siapa. Itu waktu itu anak tunadaksa, terus dia sempat gangguan jiwa juga karena depresi jadi sempet kita bawa ke RSSA sampai 3-4 hari, jadi saya gentian jaga sama teman-teman, karena dia depresinya tinggi, harus dengan obat, gak bias dengan konseling biasa. Kan ada yang begitu ya jadi gak semuanya itu langsung selesai dengan kita dan psikolog itu engga, butuh pskiater. Yang normal aja ada kok, apalagi yang berkebutuhan khusus ya. Ya kita ya pelan-pelan, tidak memaksa, karena kan yang pasti yang berkebutuhan khusus itukan sulit. Apalagi kalau dia punya gangguan jiwa kan sewaktu-waktu bias teriak. Apalagi kalau dia mengalami kejadian lagi, misalnya dia 5 tahun lalu dia kenal dengan cowok twrnyata dia dilecehkan, bisa jadi memori yang keluar itu yang 5 tahun lalu. Jadi dia ingetnya yang lalu yang paling melekat. 11. Bagaimana anda menghadapi korban jika korban sudah merasa tidak nyaman dan marah?

12. Selain untuk menggali informasi dan menyembuhkan trauma pada korban, hal apa yang

ingin disampaikan dan ditanamkan oleh seorang konselor pada korban?

Yang pasti ya kepercayaan diri korban kembali. Kemudian anak-anak ya rata-rata itu,dia yakin bahwa yang menurut dia hidup yang suram itu ternyata masih ada celah masa depan yang cerah. Jadi dia masih punya masa depan, dia maish punya mimpi, mau wujudkan mimpinya. Itu lah menggapai itu jadi kepercayaan diri itu yang paling penting. Cuma kan untuk anak-anak yang idiot kan dia gak bias diajak ngomong gitu, dia kan sudah ya hopeless lah ya. Hidupnya aja sudah gak tau, yang penting dia main aja gitu. Beda kalau kayak yang tunadaksa itu dia masih bisa melakukan hal yang lain. Misal dia hamil dan

(12)

78 gak mau merawat anaknya kan gapapa, masih bisa diberikan ke pemerintah atau orang lain. Yang bisu tuli itu dia masih bisa beraktifitas meskipun dia gak sekolah gitukan tapi masih bisa bekerja, masih bisa begitu begini.

13. Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh seorang konselor agar tertanam dalam diri korban

hal baru yang bisa membantu dalam proses penyembuhan?

3. Subjek 3

Nama : Juli Abidin

Tempat, Tanggal Lahir : Magetan, 11 Juli 1978

Usia : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Terakhir : S-1

Tanggal Wawancara : Senin, 11 November 2019

1. Bagaimana menciptakan aktivitas konseling yang efektif dan nyaman pada korban? Kalau saya latar belakang pendidikan memang di pekerja sosial, jadi kalau pengetahuan tentang langkah-langkah bagaimana pendampingan, itu disesuaikan dengan metode yang ada di pendidikan yang saya alami. Itu yang membuat saya tidak begitu rumit untuk melakukan pendekatan pada client.

2. Kenapa proses konseling ini harus dilakukan terhadap korban?

Saya kira setiap korban itu pasti mengalami hal yang tidak menyenangkan, ketika tidak menyenangkan maka butuh tempat khusus ketika mau di konseling agar konselor pun bias mendapatkan informasi yang sedang dicari. Jadi proses konseling itu dibutuhkan ya karna memang untuk kenyamanan dari korban itu sendiri.

3. Apa manfaat dari proses konseling ini?

4. Apakah ada kriteria tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor yang akan melakukan proses konseling pada korban anak berkebutuhan khusus?

(13)

79 Saya kira iya, karena tidak semua korban itu nyaman dengan konselor, untuk di proses-proses awal khususnya. Kalo kategori konselornya sendiri ya minimal dia punya pengalaman pelatihan terkait dengan konseling atau konselor itu sendiri. Karena kalau tidak punya pengalaman maka resikonya korban yang kita inginkan untuk nyaman dan berbicara sesuai dengan kenyataan tidak akan gampang untuk didapat.

5. Sebelum proses konseling dilakukan apakah ada hal-hal khusus yang harus dilakukan/ disiapkan terlebih dahulu?

Iya saya kira tetap ada. Jadi kebutuhan kalau misalnya memang lapornya sudah masuk dan memang sudah terjadwal dengan konseling, maka komunikasi awal diperlukan. Kalau bahasa saya kan impact proses, istilahnya client tersebut mau gak untuk di konseling.

6. Bagaimana peran aktivitas konseling ini dalam proses penyembuhan pada korban? Tidak semua kasus sama ya, jadi secara pendekatan juga berbeda. Jadi ada yang memang secara personal korban itu terbuka, ada juga yang tertutup. Jadi kita harus mengkondisikan, apakah kita yang mendekat atau bisa korban dulu yang mendekat karna memang merasa embutuhkan tempat untuk bercerita. Ada juga korban yang memang sudah trauma da nada ketakutan yang dialami dari peristiwa itu yang mengakibatkan kita butuh yang lebih melakukan pendekatan. Tapi pada posisi lain ada juga korban yang intens mendekat kepada saya karna ada korban-korban kekerasan seksual yang sudah menjadi addict, itu lebih agresif ke lawan jenis. Jadi dia lebih mudah untuk nyaman ketika ke lawan jenis. Jadi hal tersebut bisa membantu dalam peran kami sebagai konselor. 7. Seperti apa tahapan dalam proses konseling terhadap korban?

Ya tinggal kebutuhannya, jadi misalnya terapi maka butuh beberapa waktu untuk korban merasa bahwa apa yang dirasakan itu minimal bebannya berkurang. Jadi kalau sudah dalam konteks medis sudah, psikolognya sudah, maka konselor untuk mengkonseling korban waktunya disesuaikan.

Jadi tidak selalu di sebuah ruangan, tetapi kadang kita juga ada kegiatan home visit, bisa jadi juga diluar kantor. Itu semua yang terpeting korban merasa nyaman dengan apa yang ingin korban sampaikan, dan korban istilahnya ingin merubah hal yang buruk itu menjadi motivasi, kemudian bisa kembali kepada lingkungan sosialnya dan tetap survive untuk mengahadapi kehidupan selanjutnya.

(14)

80 8. Kesulitan apa saja yang ditemui dalam proses konseling terhadap korban yang merupakan

anak berkebutuhan khusus?

Ya saya kira setiap individu itu kan unik ya, jadi tidak semuanya mudah untuk seperti yang disampaikan. Jadi untuk membuka istilahnya mau untuk di konseling itu ya butuh waktu. Jadi keunikan tiap individu korban itu yang kadang ada tersendiri dari setiap kasus yang kita tangani. Korban disabilitas kan pasti berbeda dengan yang normal, nah itu menjadi tantangan juga buat saya sebagai konselor laki-laki dan korbannya perempuan, itu juga tidak selalu nyaman ketika di proses awal. Apalagi pada konsep konseling bahwa korban membutuhkan saya atau tidak, nah itu harus di proses awal bagaimana kita komunikasi buat korban nyaman dengan saya. Soalnya ada juga yang memilih lebih nyaman dengan konselor perempuan. Itu sih yang harus kita lihat dari keunikan mereka dan kita harus menghargai rasa aman korban.

9. Bagaimana cara anda sebagai konselor dalam memahami maksud dari korban?

Saya kira semua teknik akan dilakukan ya, dalam artian bahasa tubuh. Kalaupun tidak bisa mungkin ya dengan beberapa alat yang bisa dipakai misalnya dengan dia bercerita bergambar dan seterusnya itu yang dilakukan ketika melakukan proses konseling, kalau di kontek wawancara agak kesulitan. Jadi apapun itu dengan alat yang ada ya kita coba maksimalkan bisa mengurangi kesulitan yang ada baik diawal maupun saat proses interferency sudah berjalan beberapa kali.

10. Bagaimana cara anda dalam menarik perhatian korban sehingga mau bercerita dan memberikan informasi?

Utama kalau konselor itu harus berempati yang utama, kalau kita bisa merasakan bahwa apa yang disampaikan itu bukan hal yang lucu, bukan hal yang buat dia merasa jadi lebih rendah secara mental, nah itu kita menjaga itu dengan berempati. Jadi berempati itu menjadi sangat penting untuk membangun komunikasi awal. Bahasa tubuh kita, cara kita mendengarkan, dan bagaimana yang dia inginkan itu yang harus kita tangkep dari awal. Jadi anak-anak korban ini kan biasanya dia butuh rasa aman yang pertama itu, rasa aman itu ketika kita hadir dia aman gak, merasa dapat perlindungan dulu gak, nah itu yang kita coba berikan agar proses berikutnya menjadi lebih mudah. Kalau sudah nyaman, sudah enak bahwa saat kita hadir itu dia sudah butuhkan, dia mau untuk bercerita minimal untuk mengurangi bebannya dia, pingin ngobrol nah itu baru kita mulai. Tapi tidak bisa hanya

(15)

81 dengan sekali saja langsung bisa lancar, memang butuh beberapa saat yang digunakan untuk membangun komunikasi. Dan itu bisa melalui beberapa orang yang ada di sekelilingnya. Itu yang mungkin bisa kita lakukan.

11. Bagaimana anda menghadapi korban jika korban sudah merasa tidak nyaman dan marah? Yang pasti berhenti menanyakan hal yang dapat membuat mereka semakin tidak nyaman, seperti missal mereka tidak nyaman karena trauma yang dialami, maka sebagai konselor jangan sampai membuat korban merasa masalah yang menimpa mereka itu diungkit kembali. Kemudian dihibur, diajak jalan atau diajak ngobrol dengan topic yang menyenangkan.

12. Selain untuk menggali informasi dan menyembuhkan trauma pada korban, hal apa yang ingin disampaikan dan ditanamkan oleh seorang konselor pada korban?

Biasanya ada. Jadi biasanya kalau ancaman itu tidak mudah untuk disampaikan, apalagi kalau pelakunya adalah orang yang dekat. Jadi itu mungkin beberapa kasus yang sudah ditangani, kadang-kadang awalnya tidak ngomong kalau ada acaman atau tidak merasa kalau itu bagian dari trauma. Jadi tidak mudah tersampaikan. Jadi setelah proses 3-5 kali, kadang bisa lebih itu ternyata memang butuh waktu. Korban inginnya menyampaikan tapi dengan karakter dan apa yang korban inginkan itu belum tersampaikan, ternyata istilahnya dia ingin menyampaikan itu bingng mulainya darimana. Jadi ketika korban akhirnya kita amati, observasi dalam proses pendampingan itu ternyata kita coba pancing dengan ngobrol dan kita tahu sebelum peristiwa itu korban kebiasaannya sama atau tidak. Nah itu kita pancing dari itu yang artinya korban tidak berani menyampaikan di awal ya karena takut. Bisa jadi ada trauma yang tidak disadari sama korban karna sudah kebiasaan dan terbiasa berinteraksi di lingkungan yang sama dengan pelaku. Jadi korban menganggap dia sudah bisa menerima itu, padahal sebenarnya korban itu trauma dan butuh oranglain untuk membantunya. Prosesnya memang panjang ya kalau untuk konseling itu.

13. Hal terpenting yang bisa dilakukan oleh seorang konselor agar tertanam dalam diri korban hal baru yang bisa membantu dalam proses penyembuhan?

(16)

82 Saya kalau latar belakang saya kan memang pekerja sosial, walaupun saya melakukan proses konseling dan menjadi konselor, prinsip saya tetap sebagai pekerja sosial dan tentu saja mempunyai kode etik dalam menjalankan tugas saya. Nah tugas dari pekerja sosial itu sendiri adalah membantu kalau korban-korban ini mengalami disfungsi sosial, korban mengalami suatu masalah dan korban tidak bisa menyelesaikan masalah itu sendiri. Tetapi sebagai individu maka selama korban masih dalam konteks hidup dan bersosial, maka korban harus ke depan harus tetap survive. Korban harus bias menyibukkan diri dan harus tetap memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik. Jadi itu kita harapkan bahwa korban bisa kembali ke fungsi sosial, itu kalau dilihat dari perspektif pekerja sosial. Ketika korban misalnya hari ini tidak nyaman dengan dibully lingkungannya, tidak nyaman dengan keluarganya, maka harus kita kembalikan bahwa itu hanyalah permasalahan sehari-hari yang bias ditemui didalam kehidupan, dan harus diselesaikan bukan dengan cara menghindar ataupun lari ke oranglain. Nah dalam memotivasi itu butuh contoh yang real dan mudah dipahami oleh korban sesuai dengan kadar usianya dan tumbuh kembangnya. Jadi kalau korban misalnya baru bisa selama ini menghindar, korban ke depan harus menyadari bahwa ini masalah dia yang harus diselesaikan dan harus tetap bisa bersosialisasi dengan lingkungan tempat dia berada. Ketika ada masalah berat yang menimpa hari ini, dia tidak harus berhenti disitu saja. Kalau hari ini korban merasa putus asa, tidak mau sekolah karena takut dan cemas, maka bagaimana korban bisa menyadari bahwa sekolah itu sangat penting dan harus kembali sekolah dan menjadikan permasalahannya itu sebgai motivasi untuk berubah menjadi lebih baik dan kuat dari hari ini. Keputusan berubah atau tidak itu kembali lagi ke individunya, kita sebagai konselor hanya memberikan pilihan dan resiko ketika dia mengalami penurunan mentalitas karena psikisnya terganggu.

(17)

83 Dokumentasi SK milik Subjek 1 (Zuhro Rosyidah)

(18)

84 Dokumentasi SK milik Subjek 2 (Umi Umi Khorirotin Nasichah)

(19)

85 Dokumentasi SK milik Subjek 3 (Juli Abidin)

(20)

86 Lampiran 4 : Dokumentasi

Gambar 1 : Dokumentasi modul pembelajaran konselor

Sumber : Arsip Yayasan KOPPATARA

Gambar 2 : Dokumentasi modul pembelajaran konselor

(21)

87 Gambar 3 : Dokumentasi saat wawancara Subjek 1

(22)

88 Gambar 3 : Dokumentasi saat wawancara Subjek 2

(Umi Khorirotin Nasichah)

Gambar 3 : Dokumentasi saat wawancara Subjek 3

Gambar

Gambar 1 : Dokumentasi modul pembelajaran konselor   Sumber : Arsip Yayasan KOPPATARA
Gambar 3 : Dokumentasi saat wawancara Subjek 3  (Juli Abidin)

Referensi

Dokumen terkait