• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Ternate, 17 Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA. Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Ternate, 17 Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA. Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

TRIWULAN I-2016

(2)

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 17 Mei 2016

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA

Dwi Tugas Waluyanto Kepala Perwakilan

(3)
(4)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GRAFIK v

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA vii

RINGKASAN UMUM ix

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1

1.1 Kondisi Umum 2

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2

1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 9

Boks PEMBANGUNAN EKONOMI MALUKU UTARA YANG MERATA DAN INKLUSIF

15

A Latar Belakang 15

B Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Maluku Utara 16 C KEK Morotai sebagai Motor Akselerasi Pertumbuhan Maluku Utara 20

D Kesimpulan dan Rekomendasi 23

BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 25

2.1 Struktur APBD 26

2.2 Realisasi Pendapatan APBD 27

2.3 Realisasi Belanja APBD 29

2.4 Rekening Pemerintah 31

BAB III INFLASI DAERAH 33

3.1 Kondisi Umum 34

3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 35

3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 39

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 43

BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 45

4.1 Kinerja Perbankan 46

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 53

4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 56

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 63

5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan 64

5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) 65

5.3 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 67

BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 69

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 70

(5)

iv

DAFTAR TABEL

1

Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan 3

Boks

Tabel 1 Penjelasan Pengelompokkan Kawasan Strategis Maluku Utara 18 Tabel 2 Tahapan Pembangunan Infrastruktur dalam Kawasan 21 Tabel 3 Tahapan Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Penunjang Luar

Kawasan

22 Tabel 4 Sembilan Langkah Pengembangan Destinasi Pariwisata Morotai 23

2

Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I-2016

28 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I-2016 31

3

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan

Jasa (%) 36

Tabel 3.2 Andil Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Sub Kelompok Barang

dan Jasa 36

Tabel 3.3 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (yoy) Kota

Ternate 37

Tabel 3.4 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan

Jasa (%) 37

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota

Ternate 39

Tabel 3.6 Program Pengendalian Inflasi akhir tahun TPID Provinsi Maluku Utara

dan Kota Ternate 43

4

Tabel 4.1 Kegiatan Sosialisasi CCKUR & 3D dan Kas Keliling Triwulan I-2016 58

Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 60

Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 61

5

Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara Februari (ribu jiwa) 64

(6)

1

Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan I-2016 4 Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan

Lama

5

Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 5

Grafik 1.4 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga 5

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek 5

Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen 6

Grafik 1.7 Perkembangan PMA di Maluku Utara 6

Grafik 1.8 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 6

Grafik 1.9 Perkembangan DPK Pemerintah 7

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri 8

Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri 8

Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri 8

Grafik 1.13 Perkembangan Nilai Impor Luar Negeri 8

Grafik 1.14 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan I-2016 9

Grafik 1.15 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 9

Grafik 1.16 Struktur PDRB Sisi Penawaran 10

Grafik 1.17 Jumlah Tangkapan Ikan 11

Grafik 1.18 Perkembangan Harga Komoditas Kopra 11

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani

Ternate 12

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani

Ternate 12

Grafik 1.21 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Prov. Malut 13 Grafik 1.22 Perkembangan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Maluku Utara 13

Grafik 1.23 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar 14

Grafik 1.24 Perkembangan Kunjungan Wisatawan Mancanegara 14

Boks

Gambar 1 Pemetaan Sektor Utama PDRB Kabupaten/Kota di Maluku Utara 16 Gambar 2 Pemetaan Kawasan Strategis dalam RTRW Provinsi Maluku Utara

2013-2033

17 Gambar 3 Peta Jalan Raya dan Infrastruktur Perhubungan Provinsi Maluku

Utara

19

Gambar 4 Rencana Pengembangan KEK Morotai Tahap I 21

2

Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2015 dan 2016 26 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2015 dan 2016 27 Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD 2015 dan 2016 29 Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD 2015 dan 2016 30 Grafik 2.5 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara 32

3

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional 34

Grafik 3.2 Disagregasi Inflasi Maluku Utara 35

(7)

vi

Grafik 3.4 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate & Nasional 38

Grafik 3.5 Pergerakan Harga Emas Internasional 40

Grafik 3.6 Nilai Ikan Tangkap 41

Grafik 3.7 Volume Ikan Tangkap 41

Grafik 3.8 Pergerakan harga Premium dan Solar 42

4

Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 46

Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 47

Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 49

Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 50

Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 52

Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRS 53

Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 54

Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

56

Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 57

Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara 59

5

Grafik 5.1 Perkembangan NTP Maluku Utara 65

Grafik 5.2 NTP Tiap Subsektor di Maluku Utara 66

6

(8)

PROVINSI MALUKU UTARA

A. Inflasi dan PDRB

112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73 128.50 127.64 8.80 9.75 5.40 9.34 7.92 8.22 6.60 5.70 4.14 4,684.0 4,743.5 4,858.7 4,919.2 4,921.5 5,051.5 5187.67 5216.852 5,171.80 1,151.2 1,171.6 1,175.3 1,155.8 1177.54 1198.36 1201.63 1161.34 1,188.90 506.6 458.3 477.1 487.7 510.94 536.95 514.94 493.01 488.1 260.0 257.0 264.5 272.9 274.68 275.61 271.62 273.75 303.9 3.2 3.5 4.1 4.6 4.06 4.36 4.22 5.13 4.4 4.2 4.3 4.4 4.5 4.45 4.57 4.69 4.86 4.8 290.0 302.1 299.4 315.1 308.73 321.96 342.67 356.52 348 805.0 828.9 865.5 878.1 888.47 908.70 935.35 926.65 944.3 257.0 262.3 273.9 274.9 275.68 286.53 292.17 293.00 297 21.0 21.0 21.3 21.6 21.08 21.71 21.84 23.33 24.6 193.4 200.1 210.1 209.5 216.08 219.13 224.31 227.84 236.1 130.2 136.0 131.1 151.7 146.29 139.94 150.30 158.11 161.1 5.4 5.5 5.7 5.7 5.78 5.84 6.03 6.29 6.3 16.0 16.1 16.6 16.4 16.63 16.82 17.29 17.86 18 745.2 773.9 795.2 818.0 760.43 792.17 862.16 923.87 811.9 159.6 163.3 169.6 166.8 165.55 170.95 183.05 187.16 179.4 99.2 101.9 105.7 106.8 105.07 107.04 112.88 114.79 110.6 36.8 37.7 39.2 39.1 40.02 40.84 42.52 43.37 44.6 21.84 3.26 1.30 3.10 1.28 2.86 4.10 2.93 6.90 647.55 5.25 2.51 6.52 2.62 5.82 8.23 5.58 11.25 1.18 2.58 4.55 6.40 20.81 10.05 3.04 27.80 70.23 0.31 2.68 3.84 5.67 14.19 2.28 16.65 43.16 111.90

(9)

viii

B.Perbankan

6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4 7,439.8 7,728.8 8,120.1 8,078.5 5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1 6,236.4 6,522.3 6,229.5 6,501.5 2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2 3,073.0 3,371.8 3,742.3 1,671.9 1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5 1,836.7 1,710.1 1,222.8 3,425.4 954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4 1,326.7 1,440.4 1,264.4 1,404.1 4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9 5,428.0 5,524.2 5,685.8 5,833.1 1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4 1,457.2 1,453.2 1,473.2 1,493.4 2,950.5 3,069.6 3,150.4 3,273.1 3,369.7 3,501.8 3,605.1 3,738.0 3,867.2 482.7 486.5 475.9 465.2 462.8 469.0 465.9 474.6 472.5 92.77 89.98 88.62 97.13 90.59 87.04 84.70 91.27 89.72 1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7 1,519.7 1,563.9 1,614.5 1,599.6 272.0 336.7 300.5 345.0 355.4 370.7 372.0 417.7 463.1 740.4 726.5 744.4 729.3 728.3 762.3 798.1 793.8 788.7 338.8 342.7 345.3 324.6 344.0 386.8 393.8 403.0 347.8 3.08 2.95 2.93 2.29 2.53 2.33 2.07 1.83 1.91

(10)

ix

Ringkasan Umum

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I tumbuh sebesar 5,09% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05% (yoy). Meski melambat, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan laporan lebih

tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,92% (yoy). Pertumbuhan pada triwulan I-2016 utamanya didorong oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor administrasi pemerintahan, dan sektor konstruksi yang masing-masing memiliki andil sebesar 1,13%, 1,05%, dan 0,80%.

Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari

penurunan konsumsi Pemerintah yang sesuai dengan pola musimannya. Selain itu, pembentukan modal tetap bruto juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terjadi pada sebagian besar sektor perekonomian. Meski pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, hampir semua sektor masih menunjukkan pertumbuhan tahunan yang positif, kecuali sektor Pertambangan & Penggalian.

Keuangan Pemerintah

Pada triwulan I-2016, realisasi pendapatan pemerintah mencapai 24,22% dari total anggaran dan secara nominal meningkat 31,98% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hingga triwulan I-2016 realisasi belanja APBD

Provinsi Maluku Utara baru sebesar 14,81%. Namun demikian, secara nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan I-2015 lalu, yakni meningkat sebesar 80,90% (yoy).

Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari

pendapatan transfer sebesar 20,80% (yoy). Kenaikan juga terjadi pada anggaran

belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat

(11)

x

Inflasi Daerah

Seiring meningkatnya inflasi administered prices dan inflasi inti, laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 5,45% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi

triwulan sebelumnya sebesar 4,52% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi di Kota Ternate juga lebih tinggi dibandingkan Nasional.

Inflasi pada triwulan I-2016 relatif lebih baik dibandingkan dengan inflasi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 7,92% (yoy).

Dibandingkan dengan inflasi tahun kalender sebelumnya yang tercatat sebesar -1,03% (ytd) per triwulan I-2015, inflasi tahun kalender pada triwulan I-2016 tercatat lebih tinggi dengan pencapaian sebesar -0,15% (ytd).

Kinerja Perbankan dan Perkembangan Sistem

Pembayaran

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan I-2016 masih tumbuh positif, meski menunjukkan adanya perlambatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang juga melambat pada triwulan I-2016. Namun demikian,

fungsi intermediasi perbankan dan penghimpunan dana tercatat masih berada pada level yang tinggi. Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp8,09 triliun. Secara tahunan, aset perbankan Malut tumbuh sebesar 13,70% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,61% (yoy).

Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan yang beroperasi di Maluku Utara pada posisi akhir triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp 6,50 triliun, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 6,23 triliun. Namun demikian,

secara tahunan, pertumbuhan DPK melambat dari 19,41% (yoy) pada triwulan IV-2015, menjadi sebesar 13,82% (yoy) pada triwulan I-2016.

Dari sisi penyaluran kredit, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,83 triliun atau sebesar 12,11% (yoy), melambat tipis dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,22% (yoy).

Perlambatan terutama dipengaruhi oleh menurunnya kredit modal kerja. Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang tinggi yakni 89,72%, sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 91,27%.

(12)

xi

sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,83%.

Pada sisi intermediasi perbankan, kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp1,60 triliun. Jumlah tersebut mengalami

pertumbuhan sebesar 12,03% (yoy) pada triwulan I-2016, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,41% (yoy). Perlambatan salah satunya didorong oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2016.

Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net inflow sebesar Rp190,85 miliar. Sementara itu, ditengah laju pertumbuhan ekonomi yang mengalami perlambatan, transaksi kliring justru mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 13,35% (yoy), namun demikian, transaksi RTGS terkontraksi 10,73% (yoy). Penerapan batas nilai nominal transaksi RTGS yang diwajibkan diatas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) per transaksi terhitung mulai tanggal 16 November 2015 sampai dengan 30 Juni 2016 sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.17/753/DPSP, secara signifikan memberikan tekanan pada pertumbuhan jumlah transaksi RTGS. Meskipun transaksi

baik tunai maupun nontunai terindikasi melambat, kualitas transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek/BG kosong pada triwulan laporan.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kesejahteraan masyarakat masih terjaga di tengah perlambatan ekonomi.

Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2016 tercatat sebesar 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang atau 2,25% (yoy). Sementara, dari sisi kesejahteraan petani, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 104,94 atau tumbuh 2,29% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya tingkat pengangguran dan masih optimisnya persepsi masyarakat mengenai kinerja perekonomian Maluku Utara pada triwulan I-2016, terdapat kemungkinan adanya penurunan jumlah penduduk miskin di Maluku Utara. Meski pada triwulan laporan belum tersedia rilis data perkembangan kemiskinan di Maluku Utara.

(13)

xii

Prospek Perekonomian

Perekonomian Maluku Utara pada triwulan II-2016 diperkirakan tumbuh meningkat dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,4% - 6,1% (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Dari sisi permintaan, permintaan domestik masih menjadi

penggerak utama ekonomi Malut. Sementara itu, kegiatan ekspor diprediksi mengalami peningkatan sebagai efek lanjutan dari mulai beroperasinya smelter di Pulau Gebe dan adanya kenaikan produksi kopra.

Dari sisi penawaran, sektor pertambangan akan mengalami perbaikan, seiring mulai meningkatnya kapasitas produksi dari PT Antam dan rencana produksi di smelter Gebe. Sektor pertanian diprediksi akan mengalami peningkatan, seiring masuknya masa panen tanaman bahan pangan dan bumbu-bumbuan. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran ditengarai akan memberikan andil yang cukup signifikan, seiring masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri di triwulan II-2016 ini.

Sementara, laju inflasi kota Ternate selama triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada trend peningkatan di kisaran 5,82%±1 (yoy) dengan kecenderungan bias ke atas. Inflasi tersebut diperkirakan lebih tinggi dari tingkat inflasi

nasional. Peningkatan inflasi di triwulan mendatang, diprediksi karena efek psikologis menjelang masuknya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Selain itu, masih tertahannya nilai tukar Rupiah di level tinggi juga akan memberikan dampak pada harga berbagai produk manufaktur seperti sandang, elektronik, dan makanan olahan diperkirakan meningkat karena bahan bakunya berasal dari impor. Selanjutnya, peningkatan konsumsi masyarakat menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang tidak dibarengi dengan peningkatan produksi lokal provinsi, ditengarai akan turut mengerek harga.

(14)

 Perekonomian Maluku Utara pada triwulan I tumbuh sebesar 5,09% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 6,05% (yoy). Meski melambat, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan laporan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,92% (yoy).

Perlambatan terutama dipengaruhi oleh terus menurunnya harga komoditas nikel yang mempengaruhi kinerja sektor pertambangan serta aktivitas investasi baru sektor swasta. Di samping itu, realisasi belanja pemerintah khususnya belanja modal pada awal tahun 2016 relatif rendah.

Pertumbuhan

QtQ Tw I

5,09

%

-

0,86

%

Pertumbuhan Ekonomi Nasional”

“Masjid Al Munawwar, Ternate”

Courtesy :Tim Liputan PSBI Maluku Utara

(15)

2

PERTUMBUHAN EKONOMI

1.1 Kondisi Umum

Pertumbuhan ekonomi Maluku Utara pada triwulan I-2016 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2015. Ekonomi Maluku Utara tumbuh melambat dari 6,05% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,09% (yoy) pada triwulan laporan. Secara triwulanan, ekonomi Maluku Utara mengalami kontraksi sebesar 0,86% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada periode yang sama pada tahun 2015 yang tercatat sebesar 0,05% (qtq).

Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari belum optimalnya realisasi belanja modal pemerintah. Di samping itu, pertumbuhan investasi swasta baru juga melambat akibat turunnya harga komoditas unggulan dan tingginya ketidakpastian ekonomi pada periode mendatang.

Dari sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan terjadi pada sebagian besar sektor perekonomian. Sektor Pertambangan & Penggalian mengalami kontraksi dengan pertumbuhan tahunan tercatat sebesar -4,46% (yoy). Sementara itu, seiring masih rendahnya realisasi anggaran belanja pemerintah, sektor konstruksi dan sektor administrasi pemerintah tercatat mengalami perlambatan.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan (penggunaan), melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan dipengaruhi oleh pengeluaran konsumsi Pemerintah dan pembentukan modal tetap bruto yang melambat. Melambatnya komponen investasi (PMTB) juga berpengaruh pada komponen perubahan inventori yang pertumbuhannya Selain itu, meningkatnya impor luar negeri pada triwulan laporan juga memberikan andil pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan.

Konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga tumbuh sebesar 7,75% (yoy) pada triwulan I-2016, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,33% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pada komponen dimaksud ditengarai terjadi seiring dengan berakhirnya Pilkada yang dilaksanakan pada triwulan IV-2015. Selain itu, sudah merupakan pola musiman bahwa komponen LNPRT melambat di awal tahun.

(16)

3 Pembentukan Modal Tetap Bruto yang menunjukkan tingkat investasi di daerah tumbuh melambat dari 12,22% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 10,66% (yoy) pada triwulan laporan. Adapun tingginya tingkat impor barang dari luar negeri juga memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi yang melambat di triwulan I-2016.

Pada triwulan laporan, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor luar negeri yakni sebesar 501,00% (yoy). Komponen ini juga memberikan andil pertumbuhan cukup signifikan yakni sebesar 1,79% (yoy). Komponen lainnya yang memiliki andil cukup besar pada pertumbuhan triwulan laporan adalah konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,90% (yoy) dengan andil 3,51%.

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi permintaan (penggunaan) pada triwulan I-2016 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 59,96%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 58,47%. Sementara, pangsa investasi (PMTB) juga mengalami peningkatan dari 29,24% menjadi 29,60%. Di lain sisi, masih tingginya ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya impor netto antar daerah sehingga menjadi pangsa negatif sebesar 11,26% bagi struktur perekonomian Maluku Utara.

Tw IV 2015 Tw I 2016 Tw IV 2015 Tw I 2016

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.34 5.90 2.58 3.51

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 8.33 7.75 0.1 0.09

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 23.96 12.14 7.95 3.3

Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.22 10.66 3.38 3

Perubahan Inventori -78.08 325.00 9.74 0.87

Ekspor Luar Negeri 63.13 501.00 0.35 1.79

Impor Luar Negeri 306.24 153.62 -5.16 -7.45

Net Ekspor Antar Daerah 164.43 0.25 -12.89 -0.03

P D R B

6.05 5.09

Komponen

Pertumbuhan (%) Andil (%)

Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil PDRB Sisi Penggunaan

(17)

4

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan pada Triwulan I-2016

1.2.1 Konsumsi Masyarakat dan LNPRT

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat terakselerasi, dari 4,34% (yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 5,90% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara, kondisi pada konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang pada triwulan ini tumbuh 7,75% (yoy), mengalami perlambatan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,33% (yoy). Dengan demikian, konsumsi masyarakat kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku Utara yakni sebesar 3,51%.

Meningkatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan dapat dilihat dari optimisnya masyarakat dengan keadaan ekonomi saat ini yang terpotret dari Indeks Tendensi Konsumen dengan nilai sebesar 100,45 serta Indeks Ekonomi Saat Ini yang menunjukkan peningkatan dari 104,00 di triwulan sebelumnya menjadi 108,00 pada triwulan laporan. Selain itu, meningkatnya konsumsi rumah tangga di awal tahun juga merupakan pola musiman dimana banyak masyarakat yang membelanjakan uangnya untuk keperluan perumahan. Hal ini tercermin dari meningkatnya indeks ketepatan waktu pembelian barang kebutuhan tahan lama dari 95,00 di triwulan IV-2015 menjadi 110,00 di triwulan I-2016.

Perkembangan optimisme masyarakat yang tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen menunjukkan adanya penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2015, Indeks Keyakinan Konsumen tercatat sebesar 114,5, sementara pada triwulan laporan menurun menjadi 113,3.

(18)

5

Sumber : Survei Konsumen BI dan BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.2 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu

Pembelian Barang Tahan Lama

Sumber : Survei Konsumen BI, diolah

Grafik 1.3 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.4 Perkembangan Pendapatan Rumah Tangga

Sumber : LBU, diolah

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Lokasi Proyek Ditinjau dari sisi sistem pembayaran, konsumsi rumah tangga yang tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan volume transaksi kliring dari 5.132 kali di triwulan sebelumnya menjadi 5.190 kali di triwulan laporan. Selain itu, kredit konsumsi di Maluku Utara pada triwulan laporan tumbuh sebesar 12,84% (yoy), angka pertumbuhan yang sama dengan triwulan sebelumnya.

(19)

6

PERTUMBUHAN EKONOMI

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 10,66% (yoy). PMTB tumbuh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,22% (yoy). Harga komoditas unggulan Maluku Utara (kecuali kopra) yang terus mengalami penurunan menyebabkan para pelaku usaha cenderung menunda kegiatan investasi barunya.

Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Semen

Melambatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume pengadaan semen di Maluku Utara yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 8,36% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,01% (yoy).

Grafik 1.7 Perkembangan PMA di Maluku Utara Grafik 1.8 Perkembangan PMDN di Maluku Utara

Pada triwulan laporan, perkembangan investasi di Maluku Utara banyak berasal dari luar negeri khususnya terkait dengan proyek pengembangan smelter. Berdasarkan data BKPM, nilai penanaman modal asing di Maluku Utara pada triwulan laporan tumbuh 56,12% (yoy) jauh

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

(20)

7 lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 397,29% (yoy). Sampai akhir triwulan laporan, terdapat 77 proyek yang dikerjakan di Maluku Utara dimana hanya 2 proyek yang berasal dari penanam modal dalam negeri.

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Secara tahunan, konsumsi pemerintah pada triwulan I 2016 tumbuh 12,14% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 23,96% (yoy). Menurunnya konsumsi pemerintah di triwulan laporan merupakan pola musiman serta masih terbatasnya pembelian pemerintah di awal tahun.

Belum maksimalnya konsumsi pemerintah di awal tahun dapat dilihat dari jumlah DPK Pemerintah Daerah di perbankan. Kembali tingginya jumlah DPK Pemerintah Daerah di awal tahun menunjukkan bahwa dana pemerintah masih belum sepenuhnya digunakan. Secara nominal, DPK Pemerintah Daerah pada tahun 2016 menunjukkan angka tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Penjelasan lebih lanjut terkait pengeluaran pemerintah ini dapat dilihat pada bab keuangan pemerintah.

Grafik 1.9 Perkembangan DPK Pemerintah

1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor

Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar negeri) pada triwulan laporan menunjukkan impor netto sebesar Rp1,08 triliun, menurun 17,58% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, impor netto mengalami perbaikan dari sebelumnya sebesar 197,36% (yoy) menjadi 34,91 % (yoy). Penurunan ini menjadi salah satu penahan perlambatan ekonomi pada triwulan laporan.

(21)

8

PERTUMBUHAN EKONOMI

Penurunan impor netto terutama dipengaruhi oleh adanya ekspor nikel yang mulai dilakukan pada triwulan laporan. Kembali normalnya tingkat produksi lokal khususnya untuk komoditas hortikultura setelah sebelumnya sempat menurun di akhir tahun menjadi faktor pendorong perlambatan impor netto daerah yang tercatat sebesar 0,25% (yoy).

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.11 Perkembangan Nilai Ekspor Luar Negeri

Pada triwulan I-2016, volume ekspor luar negeri dalam data PDRB tercatat naik sebesar 137,17% (qtq). Secara tahunan ekspor luar negeri tumbuh 501,00% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 63,13% (yoy). Tingginya ekspor pada triwulan laporan dikarenakan adanya smelter milik perusahaan tambang yang sudah beroperasi pada awal tahun sehingga dapat mengekspor nikel yang sudah diolah pada triwulan laporan. Volume ekspor pada triwulan laporan adalah sebesar 11,25 ribu ton atau tumbuh sebesar 329,01% (yoy).

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.12 Perkembangan Volume Impor Luar Negeri

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Seiring dengan melambatnya kegiatan investasi baru pada awal tahun 2016, nilai impor luar negeri tumbuh melambat dari 334,65% (yoy) menjadi 237,45% (yoy). Akibat efek pelemahan rupiah pada tahun 2015 serta turunnya harga nikel, para pelaku usaha belum

(22)

9 memutuskan aktivitas investasi baru. Barang impor yang tiba pada triwulan laporan umumnya adalah hasil kontrak pada tahun 2015.

Sama halnya dengan triwulan-triwulan sebelumnya, berdasarkan data BPS Provinsi Maluku Utara, komoditas impor luar negeri didominasi barang dari besi atau baja, dan mesin. Impor luar negeri tersebut terutama akan digunakan untuk pembangunan smelter dan pembangkit listrik. Walaupun secara nominal mengalami penurunan, volume impor luar negeri tercatat sebesar 111 ribu ton atau tumbuh 688,36% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 661,36% (yoy).

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Pada triwulan laporan, pertumbuhan perekonomian Maluku Utara, dari sisi penawaran, terutama didukung oleh sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor yang memberikan andil terbesar yakni 1,13% atau lebih dari 22% pemicu pertumbuhan pada triwulan tersebut. Sektor lainnya yang memberikan andil besar pada pertumbuhan triwulan laporan yakni sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib (1,05%) dan sektor konstruksi (0,80%).

Grafik 1.14 Andil Pertumbuhan Sektoral PDRB Sisi Penawaran Triwulan I-2016

(23)

10

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.15 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Adapun perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan terutama bersumber dari kontraksi sektor pertambangan serta melambatnya pertumbuhan sektor administrasi pemerintah dan sektor konstruksi. Turunnya harga nikel dan belum optimalnya realisasi belanja modal pemerintah menjadi penyebab rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Meskipun fluktuasi pertumbuhan sektoral terus terjadi, namun secara umum, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I-2016 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang 22,99% dari total PDRB. Sementara itu, sektor perdagangan besar dan eceran yang memiliki andil paling besar dalam pertumbuhan pada triwulan laporan memiliki pangsa sebesar 18,26%. Sektor administrasi pemerintahan yang juga merupakan sektor utama memiliki pangsa sebesar 15,70%, sedikit menurun akibat pola musiman di awal tahun. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 50%.

Grafik 1.16 Struktur PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

(24)

11

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada triwulan I-2016, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 0,96% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 0,48% (yoy). Adanya panen komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang merah serta komoditas rempah-rempah seperti cengkih dan pala di triwulan laporan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan pada sektor ini. Harga kopra yang meningkat hingga 37,31% (yoy) pada bulan Maret 2016 juga memicu aktivitas panen komoditas kelapa.

Namun demikian, kendala produksi yang terjadi pada subsektor perikanan menghambat pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan. El Nino yang terjadi pada tahun 2015 dirasakan dampaknya hingga triwulan I-2016. Jumlah tangkapan ikan di perairan Maluku Utara menurun karena tidak banyak ikan yang berenang di dekat permukaan laut akibat suhu air laut yang masih relatif tinggi. Hal ini tercermin dari laporan hasil tangkapan ikan PPN. Pertumbuhan jumlah tangkapan ikan pada triwulan laporan tercatat sebesar 15,33% (yoy), turun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 42,73% (yoy).

Grafik 1.17 Jumlah Tangkapan Ikan Grafik 1.18 Perkembangan Harga Komoditas Kopra

1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor tumbuh sebesar 6,28% (yoy) pada triwulan I-2016, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 5,53% (yoy). Akselerasi ini seiring dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang juga mengalami peningkatan. Di samping itu, adanya peningkatan produksi

(25)

12

PERTUMBUHAN EKONOMI

komoditas ekspor dari sektor perkebunan telah memacu aktivitas perdagangan untuk keperluan ekspor sehingga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di

Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Bongkar Barang

di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Tumbuhnya sektor perdagangan besar dan eceran terkonfirmasi dari kegiatan bongkar muat di pelabuhan Ahmad Yani. Total volume bongkar selama triwulan laporan tercatat mencapai 145,09 ribu ton atau tumbuh 26,19% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 142,99 ribu ton. Sementara itu, total volume muat mencapai 5,72 ribu ton tumbuh 23,58% (yoy) setelah mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 11,64% (yoy).

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 10,64% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,30% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya performa industri pengolahan makanan dan minuman seiring dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Kinerja industri pengolahan yang meningkat, juga dikonfirmasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara. Pada triwulan I-2016, secara umum kegiatan usaha menunjukkan peningkatan dengan pencapaian Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 3,67% setelah sebelumnya sempat menurun pada triwulan IV. Dimana, salah satu penyumbang terbesar peningkatan kegiatan usaha tersebut adalah Sektor Industri Pengolahan (naik dengan pencapaian SBT 3,52% pada triwulan I-2016). Selain itu, Pertumbuhan Industri manufaktur mikro dan kecil di Maluku Utara juga menunjukkan

(26)

13 pertumbuhan tahunan sebesar 23,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 18,24% (yoy).

Grafik 1.21 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI

Prov. Malut

Grafik 1.22 Perkembangan Industri Manufaktur Mikro

dan Kecil Maluku Utara

1.3.5 Sektor Pertambangan dan Sektor Lainnya

Sektor pertambangan pada triwulan laporan menunjukan terjadinya kontraksi sebesar 4,47% (yoy) setelah tumbuh pada sebesar 1,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Kontraksi terutama dipicu oleh turunnya produksi nikel salah satu perusahaan tambang terbesar di Maluku Utara dari 100.000 ton/bulan menjadi 83.000 ton per bulan karena rendahnya harga nikel.

Sementara itu, perusahaan tambang emas terbesar di Maluku Utara juga sempat menghentikan produksinya pada triwulan laporan. Kondisi ini disebabkan oleh insiden runtuhnya salah satu terowongan tambang bawah tanah milik perusahaan tersebut. Dengan demikian, aktivitas difokuskan pada perbaikan dan penyelamatan pegawai yang terjebak pada terowongan tersebut.

Sementara itu, sektor lainnya yang menjadi sumber pertumbuhan adalah sektor konstruksi dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor konstruksi tercatat tumbuh 12,72% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 13,13% (yoy) seiring rendahnya realisasi belanja modal pemerintah di awal tahun sehingga masih sedikit proyek infrastruktur yang dikerjakan. Sementara itu, adanya peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) di bulan Maret 2016 berkontribusi pada sektor akomodasi dan makan minum sehingga tumbuh sebesar 16,71% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,77% (yoy).

(27)

14

PERTUMBUHAN EKONOMI

Grafik 1.23 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Grafik 1.24 Perkembangan Kunjungan Wisatawan

(28)

15

A. Latar Belakang

Provinsi Maluku Utara terdiri dari dua kota dan delapan kabupaten, yang memiliki karakteristik kepulauan. Berdasarkan andil perekonomian pada tahun 2014, Kota Ternate masih mendominasi dengan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp24,05 miliar atau pangsa sebesar 25,93% terhadap Provinsi Maluku Utara. Diikuti oleh Kabupaten Halmahera Utara dengan pangsa 15,47% dan Kabupaten Halmahera Selatan dengan pangsa 15,25% di peringkat kedua dan ketiga. Sementara, Kabupaten Pulau Taliabu sebagai kabupaten paling muda di Provinsi Maluku Utara, memiliki pangsa paling kecil, yakni sebesar 3,59%. Secara struktur ekonomi, selama kurun waktu setidaknya 7 tahun terakhir, Provinsi Maluku Utara masih didominasi oleh Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan (25,10%); Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (17,79%); serta Sektor Administrasi Pemerintah (16,12%).

Hingga rilis terakhir BPS pada tahun 2014, PDRB Kota Ternate masih mendominasi pangsa PDRB Provinsi Maluku Utara. Keberadaan suatu kota, berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi (Glasson, 2010). Namun demikian, sebagai satu provinsi yang baru, Maluku Utara perlu untuk mengembangkan pusat-pusat ekonomi baru guna melaksanakan pemerataan pembangunan ekonomi.

Pada awal pembentukannya, Provinsi Maluku Utara terdiri dari Kabupaten Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, dan Kota Ternate. Seiring perkembangan kemampuan ekonomi, sosial dan budaya, serta pertimbangan lainnya pada tahun 2003 terjadi pemekaran, dimana Kabupaten Maluku Utara berkembang menjadi Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Kabupaten Kepulauan Sula. Kemudian Kabupaten Halmahera Tengah, pecah menjadi Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Timur, dan Kota Tidore Kepulauan. Selanjutnya, pada tahun 2008, Kabupaten Halmahera Utara pecah menjadi Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Pulau Morotai. Terakhir, pada tahun 2012, Kabupaten Pulau Taliabu mekar dari bagian Kabupaten Kepulauan Sula.

Dinamika perkembangan wilayah yang relatif cepat, karakteristik wilayah yang berupa kepulauan, dan masih minimnya infrastruktur yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah yang lain, menempatkan Maluku Utara sebagai provinsi dengan PDRB yang paling kecil di Indonesia. Interkonektivitas menjadi hambatan utama dalam mengeksplorasi dan mengoptimalisasi kekayaan Maluku Utara. Namun demikian, pada perencanaan

(29)

16

pengembangan wilayah, Pemerintah Provinsi Maluku Utara telah melakukan pemetaan dan pengelompokan kawasan guna mengembangan pusat-pusat ekonomi baru di Maluku Utara.

B. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru di Maluku Utara

Berdasarkan struktur ekonomi masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi Maluku Utara, tergambar potensi-potensi ke-ekonomi-an utama dari masing masing wilayah tersebut. Tiga besar sektor penyumbang PDRB pada masing-masing kabupaten kota tercermin dalam gambar berikut:

Gambar 1. Pemetaan Sektor Utama PDRB Kabupaten/Kota di Maluku Utara

Dalam pemetaan sektor utama penyumbang PDRB kabupaten/kota di Maluku Utara, tergambar bahwa Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, serta Sektor Administrasi Pemerintahan, masih mendominasi struktur perekonomian di masing-masing wilayah tersebut. Lebih jauh lagi, dalam struktur APBD Provinsi Maluku Utara dan kabupaten/kota sumber pendapatan utama berasal dari transfer pemerintah pusat, oleh karenanya di

Keterangan:

Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran Sektor Administrasi Pemerintahan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Transportasi dan Pergudangan

(30)

17 utama kabupaten/kota di Maluku Utara maka akan diperoleh gambaran mengenai aneka keunggulan wilayah yang sangat potensial untuk dikembangkan, sehingga dapat menjadikannya sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Dalam RPJPD 2005-2025, dijabarkan bahwa Maluku Utara memiliki visi untuk mewujudkan masyarakat yang damai, mandiri, adil, dan sejahtera yang berorientasi pada sumberdaya laut dan kepulauan. Provinsi Maluku Utara, melalui RTRW 2013-2033, juga telah mencanangnya adanya sepuluh kawasan strategis di Maluku Utara yang diharapkan menjadi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara. Pencanangan kawasan strategis tersebut diharapkan sebagai bentuk pemerataan pembangunan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pengembangan kawasan tersebut, secara umum terbagi menjadi kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, fungsi sosial dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan untuk fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Gambar 2. Pemetaan Kawasan Strategis dalam RTRW Provinsi Maluku Utara 2013-2033

a

b

c

d

e

f

g

h

i

j

(31)

18

Tabel 1. Penjelasan Pengelompokkan Kawasan Strategis Maluku Utara

Dalam upaya percepatan pengembangan kawasan strategis tersebut, Pemerintah Provinsi Maluku Utara berfokus untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah melalui pembangunan jalan penghubung antar kabupaten di Pulau Halmahera, dan jalan lingkar di pulau-pulau utama, antara lain Pulau Morotai, Pulau Obi, Pulau Sulabesi, Pulau Taliabu, dan Pulau Mangoli. Jalan penghubung tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dalam rangka pemerataan pembangunan.

Selain pembangunan infrastruktur jalan raya, Pemerintah Provinsi Maluku Utara juga mengusulkan pembukaan rute baru penyeberangan ferry, baik yang menghubungkan antar wilayah dalam Provinsi Maluku Utara maupun dengan wilayah lain di provinsi tetangga. Dalam perencanaannya, pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan selain untuk meningkatkan konektivitas antar pulau dan antar gugus pulau, tetapi juga untuk mengintegrasikan jaringan jalan dan penyeberangan, peningkatan pelayanan bandara dan pelabuhan laut, melayani kawasan strategis dan rawan bencana, membuka akses wilayah terisolir/terpencil/tertinggal, dan meningkatkan pelayanan perbatasan negara. Upaya-upaya tersebut, perlu dilaksanakan secara selaras, terintegrasi, dan menyeluruh, sehingga akan terjadi multiplier effect yang saling menguatkan antara perencanaan kawasan dengan proses pembangunan yang sedang berlangsung.

No. Pengelompokkan Kawasan Fokus Pengembangan

a Kawasan Ternate, Tidore, Sidangoli dan Sofifi

kawasan strategis dari sudut kepentingan perekonomian; dengan pengembangan pada

pemerintahan, sektor pendidikan dan industri

b Kawasan Kepulauan Sula, yang meliputi Pulau

Sulabesi, Pulau Mangoli dan Pulau Taliabu sektor perkebunan dan kehutanan

c Kawasan Pulau Bacan sektor industri perikanan dan industri

pengolahan kayu serta kehutanan

d Kawasan Halmahera bagian Selatan meliputi

Kecamatan Gane Barat dan Kecamatan Gane Timur sektor perkebunan

e Kawasan Strategis Weda meliputi Weda dan

sekitarnya

pengembangan kegiatan (eksploitasi) pertambangan nikel

f Kawasan Strategis Morotai

sektor Pertahanan Keamanan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Pariwisata

g Kawasan Perbatasan dan Pulau Kecil yaitu Haltim,

Halteng dan Pulau Jiew pengembangan Pariwisata dan Hankam

h Kawasan Strategis Halut, Halbar dan Haltim sektor pertanian tanaman pangan

i Kawasan Pulau Gebe perbaikan kualitas lingkungan

j Kawasan Pulau Obi sektor pertambangan

(32)

19 melakukan pemerataan pembangunan dan pengembangan pusat-pusat ekonomi baru di Maluku Utara. Kota Ternate, yang saat ini menjadi wilayah yang paling tinggi pertumbuhan ekonominya serta memiliki pangsa yang paling besar pada PDRB Provinsi Maluku Utara, harus terus dijaga pertumbuhannya agar stabil dan inklusif. Namun demikian, pengembangan pusat ekonomi baru, sesuai dengan perspektif kawasan strategis juga perlu dilakukan percepatan, sehingga pembangunan ekonomi Maluku Utara akan berlangsung lebih ekspansif. Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan, yang juga memiliki pangsa besar pada PDRB Malut dan dibarengi dengan pertumbuhan yang tinggi, diharapkan akan semakin maju dengan adanya perbaikan infrastruktur dan perencanaan

(33)

20

kawasan yang sesuai dengan potensi utamanya tersebut. Selain itu, penetapan Pulau Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, serta adanya perbaikan-perbaikan infrastruktur yang tengah berlangsung, juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pulau Morotai yang lebih cepat lagi. Sehingga, Maluku Utara akan memiliki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, tanpa harus terlalu banyak menggantungkan pertumbuhan pada sektor ekstraktif (pertambangan dan penggalian) yang saat ini tengah terpuruk.

C. KEK Morotai sebagai Motor Akselerasi Pertumbuhan Maluku Utara

Kabupaten Pulau Morotai merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2008. Secara geografis, kabupaten ini memiliki wilayah seluas 2314,9 km2 dimana, 90% wilayahnya merupakan desa pesisir. Pada tahun 2014, PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) Kabupaten Morotai tercatat sebesar Rp968,14 miliar atau memiliki pangsa sebesar 4,03% terhadap PDRB Provinsi Maluku Utara. Dengan struktur ekonomi didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (49,17%) dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (18,26%). Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu kawasan perbatasan di Indonesia yang memiliki nilai historis sebagai pangkalan udara sekutu pada masa perang dunia II dahulu. Selain itu, kabupaten ini memiliki potensi kelautan yang besar dan berpotensi menjadi pintu gerbang Indonesia menuju Asia Pasifik. Oleh karenanya, melalui PP No. 50 tahun 2014, Pulau Morotai ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus, yang terdiri atas zona pengolahan ekspor, zona logistik, zona industri, dan zona pariwisata.

Berdasarkan data dari Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, untuk mengembangkan KEK Morotai, setidaknya diperlukan investasi senilai Rp6,8 triliun. Namun demikian, potensi nilai investasi yang dapat diperoleh dari KEK Morotai apabila telah beroperasi tidak kurang dari Rp67,87 triliun hingga tahun 2025. Tentu dengan adanya potensi ekonomi yang demikian besar, Morotai berpotensi menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Provinsi Maluku Utara, dan mampu menjadi pendorong peningkatan PDRB Provinsi Maluku Utara yang saat ini memiliki PDRB terkecil di Indonesia.

Dalam perkembangan pembangunan KEK Morotai, tidak sedikit tantangan yang dihadapi. Dari target luas kawasan 1.101,6 hektar, hingga tahun 2016 baru sekitar 300 hektar lahan yang dibebaskan. Dinamika politik lokal dan keseriusan dari pemerintah pusat menjadi tantangan. Hal tersebut mengingat, pemberian sertifikat hak guna bangunan yang lebih luas dari 15 hektar menjadi kewenangan menteri. KEK Morotai sendiri, ditargetkan dibangun secara bertahap dalam kurun waktu kurang lebih 30 tahun.

(34)

21 Selama kurun waktu pasca penetapan, yakni tahun 2014 hingga saat ini, awal tahun 2016, telah terealisasi beberapa milestone pengembangan KEK, antara lain pembangunan infrastruktur dalam kawasan dan infrastruktur dan fasilitas penunjang luar kawasan. Gambaran pembangunan yang telah dan sedang berlangsung, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut.

Tabel 2. Tahapan Pembangunan Infrastruktur dalam Kawasan

Waktu Pelaksanaan

Jalan Desember 2015

Drainase Desember 2015

Jaringan Listrik Desember 2015

Jaringan Telekomunikasi Juni 2016

Jaringan Distribusi Air Bersih Juni 2016

Instalasi Pengolahan Air Limbah Juni 2016

Juni 2017 Desember 2015 Juni 2016 Januari 2016

Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih Pembangunan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum Penyusunan Estate Regulation

Kegiatan

Pembangunan batas KEK tahap I; Pembangunan pintu gerbang kawasan;

Pembangunan gedung dan penyediaan peralatan kantor pengelola dan administrator

Pembangunan infrastruktur kawasan tahap I (200 ha):

Pembangunan Pembangkit Listrik

(35)

22

Tabel 3. Tahapan Pembangunan Infrastruktur dan Fasilitas Penunjang Luar Kawasan

Guna mendorong percepatan pembangunan dan memperbesar dampak mulplier

effect diperlukan upaya serius dari Dewan Kawasan KEK di daerah bersama dengan Badan

Pengelola, yang dalam hal ini adalah PT Jababeka Morotai. Dewan Kawasan KEK yang diketuai oleh Gubernur Maluku Utara, perlu mendorong percepatan proses pembebasan lahan dan pengurusan hak guna bangunan, sehingga tahapan pembangunan tidak terhambat. Selain itu, upaya promosi investasi juga perlu gencar dilaksanakan, disamping penyiapan infrastruktur yang harus segera disiapkan. Hingga awal 2016, setidaknya telah terdapat tujuh perusahaan yang siap berinvestasi di KEK Morotai dengan nilai investasi diperkirakan sebesar Rp5,7 triliun. Namun demikian, para investor tersebut masih menunggu kepastian mengenai pembebasan lahan dan kesiapan infrastruktur dasar.

Disamping fokus pembangunan kawasan ekonomi khusus, Pulau Morotai juga ditetapkan sebagai salah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas nasional. Branding Morotai saat ini tengah diperkuat dengan dilakukannya berbagai upaya promosi baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, juga dilakukan upaya-upaya penyiapan infrastruktur pendukung seperti akses transportasi, telekomunikasi, dan kelistrikan. Upaya menggenjot pariwisata di Morotai, tengah dilaksanakan oleh lintas instansi. Upaya tersebut, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pengembangan Pulau Morotai sebagai suatu Kawasan Ekonomi Khusus.

Waktu

Pelaksanaan Penanggungjawab

Perpanjangan dermaga multi purpose Daruba sepanjang 100 2016 Kem. Perhubungan Peningkatan peralatan bongkar muat peti kemas di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Pembangunan lapangan penumpukan peti kemas di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Revitalisasi fasilitas pergudangan di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Penambahan fasilitas bea cukai di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Penambahan fasilitas karantina di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Revitalisasi bangunan administrasi kepelabuhanan dan

fasilitas ruang tunggu penumpang di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Penambahan fasilitas perparkiran di Daruba 2016 Kem. Perhubungan Penyusunan Rencana Induk Pelabuhan Daruba-Wayabula 2016 Kem. Perhubungan

Pembangunan pelabuhan Wayabula 2018 Kem. Perhubungan

2016 Kem. PUPR

Kesepakatan penggunaan Bandar Udara TNI AU untuk penerbangan sipil

Pembentukan Unit Pelayanan Teknis Bandar Udara Leo Wattimena

Revitalisasi sistem keselamatan penerbangan sipil

Penyelenggaraan penerbangan perintis Ternate - Morotai PP Dimonim Air per Februari 2016 Wings Air per April 2016

on progress

Pengembangan Pelabuhan Daruba-Wayabula:

Peningkatan Jalan Daruba-Wayabula-Sopi-Bere Bere Pengembangan Bandar Udara

Kegiatan

MoU antara KASAU TNI AU, Dirjen Perhubungan Udara, dan Gubernur Maluku Utara pada tanggal 2 Februari 2012 Nomor Perjama/12/II/2012, Nomor HK.201/I/8/DRJU-2012, Nomor 2/PKS-MU/2012

Telah dibentuk Unit Pelayanan Bandar Udara (UPBU) Morotai pada September 2014

(36)

23 Tabel 4. Sembilan Langkah Pengembangan Destinasi Pariwisata Morotai

D. Kesimpulan dan Rekomendasi

Provinsi Maluku Utara memiliki potensi ekonomi yang besar, namun belum dioptimalkan. Pangsa PDRB Provinsi Maluku Utara, masih didominasi oleh Kota Ternate yang menjadi lokasi pusat pembangunan, pusat ekonomi, dan pusat perdagangan dan jasa. Pemerataan pembangunan dan pembentukan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru perlu dipercepat, tanpa meninggalkan pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada.

Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Selatan, dengan potensi perikanan, pertanian, dan pertambangan yang dimilikinya, memiliki potensi untuk berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Provinsi Maluku Utara. Namun demikian, wilayah-wilayah lain juga memiliki potensi yang tidak kalah besarnya. Pengembangan sepuluh kawasan strategis yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku Utara, diharapkan menjadi pedoman umum pengembangan kewilayahan berbasis keunggulan setempat. Kawasan yang terintegrasi dan saling mendukung guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Maluku Utara.

Pembangunan infrastruktur konektivitas antar wilayah menjadi langkah besar strategis yang diharapkan akan mampu mengakselerasi perkembangan kawasan strategis dan pemerataan pembangunan ekonomi. Ketergantungan terhadap sektor ekstraktif pertambangan dan penggalian, diharapkan dapat diminimalkan seiring peningkatan pangsa sektor-sektor lain yang terakselerasi sebagai dampak dari perbaikan konektivitas antar wilayah dan optimalisasi kawasan strategis.

1 Bandara Leo Wattimena Kemenhub

Penerbangan ke Morotai dari 1x menjadi 2x per minggu, triwulan II-2016.

2 Pelabuhan Laut Daruba

& Wayabula Kemenhub

Penyebrangan feri Tobelo-Morotai pp dari 4x (Senin, Rabu, Jumat, Sabtu) menjadi 5x per minggu, triwulan III-2016 Ruas BereBere - Sofi 6 km, Desember 2016

Ruas Sofi - Wayabula 20 km, Desember 2016

1 Listrik PT Jababeka Morotai Pembangunan pembangkit listrik 50MW, triwulan IV-2016

2 Air Kemen PU-PR Jaringan distribusi sekunder,

triwulan IV-2016 3 Telekomunikasi dan

Hotel PT Jababeka Morotai

Pembangunan 20 kamar, triwulan IV-2016

AMENITAS AKSES

3 Peningkatan jalan

lingkar luar Morotai Kemen PU-PR

(37)

24

Selain itu, pengembangan Pulau Morotai sebagai kawasan ekonomi khusus, diharapkan menjadi motor penggerak utama akselerasi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara. Potensi nilai ekonomi yang sebesar Rp67,87 triliun perlu dijadikan pelecut motivasi bagi para pemangku kepentingan di Maluku Utara. Calon-calon investor yang sudah berkomitmen untuk berinvestasi di KEK Morotai harus dijaga ekspekstasinya, baik oleh Dewan Kawasan di daerah maupun pusat melalui minimasi hambatan-hambatan birokratif yang dilaksanakan seiring dengan percepatan upaya peningkatan kualitas infrastruktur. KEK Morotai sesuai dengan tagline-nya diharapkan menjadi “The

(38)

25

 Pada triwulan I-2016, realisasi pendapatan pemerintah mencapai 24,22% dari total anggaran dan secara nominal meningkat 31,98% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.

 Hingga triwulan I-2016 realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara baru sebesar 14,81%. Namun demikian, secara nominal jumlah realisasi belanja pemerintah daerah hingga akhir triwulan laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan I-2015 lalu, yakni meningkat sebesar 80,90% (yoy).

2

KEUANGAN

PEMERINTAH

Realisasi Belanja

Tw I-2016

24,22

%

14,81

%

“Kinerja realisasi pendapatan maupun belanja

pemerintah mengalami peningkatan”

“Festival Teluk Jailolo”

(39)

26

KEUANGAN PEMERINTAH

2.1 Struktur APBD

Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2016 adalah sebesar Rp2,24 triliun atau meningkat 22,61% dari anggaran pendapatan pada APBD 2015. Sementara itu, anggaran belanja pada APBD 2016 tercatat sebesar Rp2,34 triliun atau meningkat 28,34% dari anggaran belanja tahun sebelumnya.

Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan transfer sebesar 20,80% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara yaitu sebesar 81,35% pada APBD 2016, dikarenakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum dapat menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak, masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Namun demikian, rencana perolehan PAD Maluku Utara meningkat 13,81% (yoy) dibandingkan pada anggaran tahun sebelumnya.

Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2015 dan 2016

(40)

27 Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 49,96% (yoy). Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan sarana publik/infrastruktur pada tahun berjalan. Secara struktural, pangsa dari anggaran belanja tidak mengalami banyak perubahan. belanja operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 63,72%.

Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2015 dan 2016

2.2 Realisasi Pendapatan APBD

Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga akhir triwulan I-2016 sebesar Rp542,85 miliar atau 24,22% dari total target anggaran pendapatan 2016 yang sebesar Rp2.241,17 miliar. Secara persentase realisasi, besaran pada triwulan I-2016 ini lebih besar dari triwulan I-2015 lalu, yakni tumbuh sebesar 31,98% (yoy).

Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan Pemerintah Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen Transfer Pemerintah Pusat-Dana Alokasi Umum sebesar 50,54%, diikuti Dana Penyesuaian yang menyumbang sebesar 12,36% dari total pendapatan. Masih terbatasnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Maluku Utara, menyebabkan struktur APBD Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Maluku

(41)

28

KEUANGAN PEMERINTAH

Utara, khusunya di sisi pendapatan, masih didominasi oleh dana perimbangan dari pemerintah pusat.

Meski secara umum realisasi komponen pendapatan pada triwulan I-2016 lebih tinggi dibandingkan dengan dengan tahun sebelumnya, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-lain mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015.

Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Tahun 2016 – data per 31 Maret 2016

Realisasi PAD hingga akhir triwulan I-2016 baru mencapai 5,71%, pencapaian tersebut lebih rendah dari realisasi periode yang sama di tahun 2015 yang sebesar 17,08%. Kondisi tersebut ditengarai disebabkan oleh perusahaan tambang nikel masih beroperasi terbatas, seiring pembangunan smelter yang terus berlangsung. Lesunya aktivitas perusahaan tambang ini diikuti dengan berhentinya perusahaan-perusahaan pendukung sektor pertambangan seperti jasa sewa alat berat, jasa angkut, jasa pengiriman, jasa restoran dan akomodasi, serta perusahaan pendukung lainnya. Pelemahan pada sektor-sektor dimaksud, menyebabkan lesunya pemasukan daerah utamanya dari pajak, yang hingga triwulan I-2016 ini masih belum terdapat realisasi. Pendapatan retribusi daerah, meski sudah terdapat realisasi namun pencapaiannya masih lebih rendah daripada tahun sebelumnya.

(42)

29 Sementara itu, berkat komitmen yang tinggi dari pemerintah pusat, realisasi komponen pendapatan transfer menunjukkan kinerja yang lebih tinggi. Komponen pendapatan yang menguasai 81,35% dari keseluruhan anggaran pendapatan ini, mencatatkan realisasi sebesar 28,72%, lebih tinggi dari pencapaian pada periode yang sama di tahun 2015 sebesar 23,81%. Secara nominal realisasi pendapatan transfer meningkat 45,69% (yoy).

Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016

2.3 Realisasi Belanja APBD

Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan I-2016 mencapai Rp346,81 miliar atau 14,81% dari total anggaran belanja yang sebesar Rp2.341,52 miliar.Jumlah realisasi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja pada triwulan I-2015 lalu yang hanya sebesar 3,12%. Secara nominal, realisasi belanja pada triwulan I-2016 ini juga meningkat 80,90% (yoy), peningkatan ini utamanya disumbang oleh Belanja Operasi yang terealisasi sebesar 10,98% dari total anggaran belanja.

Pada komponen Belanja Operasi, sumbangan realisasi khususnya bersumber dari Belanja Pegawai yang sudah terealisasi sebesar Rp90,83 miliar atau 3,88% dari total anggaran belanja, dan Belanja Hibah yang terealisasi sebesar Rp100,48 miliar atau 4,29% dari total

(43)

30

KEUANGAN PEMERINTAH

anggaran belanja. Belanja hibah tersebut, secara spesifik merupakan realisasi alokasi Dana BOS ke seluruh sekolah di Maluku Utara.

Realisasi Belanja Operasi yang meningkat sebesar 51,95 (yoy) mendorong tingginya realisasi di triwulan laporan. Selain itu, realisasi Belanja Modal yang juga sangat ekspansif di triwulan I-2016 ini, yakni meningkat dari hanya Rp93,4 juta di triwulan I-2015 menjadi Rp89,61 miliar di triwulan laporan. Realisasi Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan memberikan sumbangan realisasi Belanja Modal sebesar 7,07%, disusul Belanja Bangunan dan Gedung (3,01%) dan Belanja Peralatan dan Mesin (1,40%). Secara pola musiman realisasi belanja pemerintah di awal tahun akan berada pada level rendah, kemudian akan mulai digenjot di triwulan II dan III. Namun demikian, realisasi pada triwulan I-2016 yang sudah cukup ekspansif, diharapkan memberikan multiplier effect pada pertumbuhan ekonomi daerah secara lebih awal, yang saat ini pengaruh proyek-proyek pemerintah masih cukup besar pada struktur ekonomi Maluku Utara

Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Tahun 2015 dan Tahun 2016

(44)

31 Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I-2016 – data per 31 Maret 2016

2.4 Rekening Pemerintah

Dana pemerintah daerah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan I-2016 tercatat sebesar Rp1.099,64 miliar. Sesuai dengan siklusnya jumlah tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp167,58 miliar. Peningkatan terjadi seiring meningkatnya realisasi pendapatan pemerintah daerah yang bersumber dari transfer pemerintah pusat. Secara tahunan, dana milik pemerintah daerah tersebut tumbuh 25,48% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 25,07% (yoy). Peningkatan yang cukup signifikan ini disebabkan karena lebih awalnya realisasi transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Dana pemerintah daerah yang tersimpan dalam bentuk giro tercatat tumbuh 47,56% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun sebesar 24,93% (yoy). Sementara itu, simpanan

likuid lainnya yakni tabungan tercatat terkontraksi sebesar 8,49% (yoy) dan simpanan dalam

bentuk deposito terkontraksi sebesar 28,36% (yoy).

(45)

32

KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 2.5 Perkembangan DPK Pemda di Perbankan Maluku Utara (dalam miliar rupiah)

(46)

Seiring meningkatnya inflasi administered prices dan inflasi inti, laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 5,45% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 4,52% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi di Kota Ternate juga lebih tinggi dibandingkan Nasional.

3

INFLASI

Inflasi qtq

Tw IV

5,45

%

-0,15%

Gambar

Grafik 1.9 Perkembangan DPK Pemerintah
Grafik 1.15 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran
Grafik 1.19 Perkembangan Volume Muat Barang di  Pelabuhan Ahmad Yani Ternate
Grafik 1.23 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Grafik 1.24 Perkembangan Kunjungan Wisatawan  Mancanegara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan energi penggerak yang tidak tergantung pada listrik dan minyak bumi, sistem ini bisa menjadi alternatif untuk mengurangi pengaruh krisis energi terutama yang disebabkan oleh

Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S-1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai

Perbandingan rerata curah saliva pada lansia penderita diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah pemberian permen karet yang mengandung xylitol dalam ml dapat

Sistem penambat elastis yang banyak digunakan di Indonesia adalah E-clip, KA-clip, dan

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

Dengan demikian, nilai keberadaan kawasan Dataran Tinggi Dieng berdasarkan hasil perhitungan adalah sebesar Rp ,- per hektar.

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya