PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DAN HARAPAN TERHADAP PENYESUAIAN DIRI ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA
TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Alwin Muhammad Reza 1006315
DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
(LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Oleh
Alwin Muhammad Reza
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
© Alwin Muhammad Reza 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Alwin Muhammad Reza (1006315). Pengaruh Tipe Kepribadian dan Harapan terhadap Penyesuaian Diri Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA Tangerang. Skripsi Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung (2015).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran harapan dalam memediasi pengaruh tipe kepribadian the big five terhadap penyesuaian diri. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tipe kepribadian the big five dan harapan terhadap penyesuaian diri Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas). Sampel dalam penelitian ini adalah 85 orang Andikpas di Lapas Anak Kelas IIA Tangeran. Data diperoleh melalui instrumen Big Five Inventory (BFI) yang mengukur tipe kepribadian, Adult’s
Dispositional Hope Scale (ADHS) yang mengukur tingkat harapan, dan instrumen
penyesuaian diri. Pendekatan yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah pendekatan kuantitatif melalui metode korelasional dengan teknik analisis pearson-product
moment yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antar variabel, serta analisis regresi untuk
menguji peran variabel mediator. Hasil dari penelitian ini menunjukan 1) harapan tidak memediasi pengaruh tipe kepribadian terhadap penyesuaian diri Andikpas 2) mayoritas tipe kepribadian yang dimiliki Andikpas adalah aggreableness, 3) tingkat harapan dan kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki Andikpas tergolong rendah, 4) tipe kepribadian yang memiliki kontribusi terbesar bagi penyesuaian diri adalah aggreableness 5) tipe kepribadian yang paling berpengaruh bagi harapan adalah openness 6) terdapat hubungan yang signifikan anatara harapan dan penyesuaian diri, Temuan ini memberikan rekomendasi bagi pihak Lapas untuk memberikan orientasi lingkungan dan konseling karir bagi Andikpas, dan bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menguji harapan sebagai variabel moderator.
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR FIGUR ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Penyesuaian Diri ... 11
1. Definisi Penyesuaian Diri ... 11
2. Well Adjusted dan Maladjusted... 13
3. Karakteristik Penyesuaian Diri yang Baik (Well Adjusted) ... 15
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri... 18
B. Kepribadian The Big Five... 20
1. Definisi Kepribadian ... 20
2. Dimensi Kepribadian The Big Five ... 21
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
a) Komponen Inti Kepribadian ... 24
b) Komponen Sekunder Kepribadian... 25
C. Harapan ... 26
1. Definisi Harapan... 26
2. Perkembangan Harapan ... 31
3. Karakteristik Individu dengan Harapan Tinggi dan Harapan Rendah ... 33
4. Hubungan antara Harapan dan Aspek Motivasional Lain...…..36
D. Kerangka Pemikiran ... 40
E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian... 44
1. Asumsi... 44
2. Hipotesis... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 50
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50
B. Metode dan Desain Penelitian ... 51
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 53
1. Variabel Penelitian ... 53
2. Definisi Operasional... 53
D. Instrumen Penelitian... 55
1. Instrumen Tipe Kepribadian The Big Five (BFI) ... 55
2. Instrumen Penyesuaian Diri ... 56
3. Instrumen Harapan (ADHS) ... 57
4. Pengembangan Instrumen ... 58
a) Uji Validitas ... 58
b) Uji Reliabilitas ... 59
c) Kategorisasi Skala ... 61
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 62
G. Teknik Analisis Data ... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
B. Hasil dan Pembahasan Variabel Penyesuaian Diri ... 70
C. Hasil dan Pembahasan Variabel Harapan... 74
D. Hasil dan Pembahasan Uji Hipotesis ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
A. Kesimpulan ... 96
B. Saran... 96
DAFTAR PUSTAKA... 99
LAMPIRAN
1
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hal yang melatarbelakangi
penelitian, rumusan masalah yang diajukan, tujuan dan manfaat penelitian, serta
struktur organisasi penelitian.
A. Latar Belakang Penelitian
Remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa
anak-anak dengan masa dewasa yang meliputi perubahan-perubahan biologis, kognisi,
dan sosio-emosional. Tugas utama dari periode ini adalah mempersiapkan diri
memasuki masa dewasa (Santrock, 2007). Stereotip populer yang muncul pada
periode ini adalah bahwa remaja merupakan fase perkembangan yang sarat
dengan masalah. Hal ini didasari asumsi bahwa pada masa remaja, seorang
individu mulai melakukan pencarian identitas diri. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Erikson (dalam Feist, 2010) bahwa remaja merupakan tahap individu
melakukan pencarian identitas diri. Remaja cenderung mencoba banyak hal untuk
menemukan mengenai siapa dirinya. Maka dari itu Hall (dalam Santrock, 2007)
menganggap bahwa wajar pada masa ini terjadi storm and stress, yaitu kondisi
dimana remaja adalah masa yang penuh dengan masalah.
Wolfe, Jaffe & Crooks (2006) berargumen bahwa masa remaja menjadi
salah satu tahap perkembangan yang paling krusial dan harus dijaga agar tidak
memunculkan perilaku-perilaku negatif. Hal ini dikarenakan pada akhir dari
periode ini individu harus sudah mencapai kualitas ego yang adekuat (Erikson,
dalam Hall & Lindzey, 1985). Erikson (dalam Feist, 2010) menjelaskan lebih
lanjut, ketika remaja sudah menemukan identitas ego maka ia akan memiliki
standar internal dalam berperilaku, sehingga percaya diri dan mampu dalam
mengambil keputusan ideologi, agama, politik dan sosial. Sebaliknya, jika remaja
gagal membangun identitas ego, maka akan muncul perasaan kurang percaya diri
dan penyangkalan peran. Hal ini mengakibatkan remaja kurang yakin dan malu
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Kegagalan seorang remaja dalam menemukan identitas diri dan
membangun ego yang adekuat dapat mengakibatkan munculnya prasangka
ataupun kenakalan remaja (juvenile delinquency) yang dapat menyebabkan tindak
kriminal (Hall & Lindzey, 1985). Weiner (dalam Sarwono, 2010) menjelaskan
bahwa kenakalan remaja (juvenile delinquency) merupakan perilaku menyimpang
dan melanggar aturan hukum yang dilakukan oleh remaja secara sengaja
walaupun dirinya sudah mengetahui konsekuensi dan hukuman yang akan
didapatkan ketika ia melakukan hal tersebut. Sementara itu Santrock (2007)
menyatakan bahwa kenakalan remaja mengacu pada perilaku yang tidak dapat
diterima sosial, status pelanggaran, bahkan dapat menyebabkan tindak kriminal
yang berujung pada konflik hukum.
Berdasarkan berita yang dilansir dari harian online beritasatu.com (2012)
menunjukan bahwa prevalensi kenakalan remaja yang berkonflik dengan hukum
pada tahun 2012 meningkat sebesar 36,33 persen dibandingkan pada tahun 2011.
Angka kenakalan remaja pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibanding
tahun 2012. Sebagaimana dikutip dari harian online okezone.com (2013), bahwa
jumlah tawuran remaja pada tahun 2013 mencuat menjadi 255 kasus
dibandingkan tahun sebelumnya yang berkisar 247 kasus. Jumlah tersebut
diprediksi akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal tersebut
menunjukan bahwa tindak perilaku kriminal yang dilakukan oleh remaja di
Indonesia kian meningkat.
UU No. 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak menegaskan
bahwa remaja yang melakukan tindak kriminal harus dibina di Lembaga
Pemasyarakatan yang terpisah dari orang dewasa. Institusi pembinaan ini disebut
sebagai Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak. Asas yang diusung dalam proses
pembinaan ini diantaranya adalah menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangan anak. Artinya, proses pembinaan yang dilakukan harus sesuai
dengan karakteristik anak. Dalam pasal 1 UU No. 11 tahun 2012 dijelaskan bahwa
yang dimaksud anak adalah individu yang berusia 12 sampai 18 tahun yang
diduga melakukan tindak pidana. Adapun secara psikologis, usia yang dimaksud
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Ketika seorang individu berhadapan dengan hukum dan harus dibina
dilembaga pemasyarakatan, maka hal tersebut dapat menjadi konflik yang
menyebabkan gangguan psikologis seperti stres, cemas ataupun frustrasi (Cooke,
Baldwin & Howison, 1990:60). Kondisi demikian memberikan tuntuan bagi
seorang individu untuk melakukan penyesuaian diri dan mencari cara untuk
menyelesaikan konflik intrapersonalnya (Schneiders, 1964). Crighton & Towl
(2008) menjelaskan bahwa masuk penjara dapat menjadi kejadian traumatis yang
berakibat pada munculnya Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD), sehingga
diperlukan kapasitas untuk menyesuaikan diri. Maka dari itu, penyesuian diri
perlu dilakukan agar seorang individu mampu membangun kemampuan sosial dan
meningkatkan well being, bahkan ketika berada di Lapas sekalipun (Tongeren &
Klebe, 2010).
Wawancara yang dilakukan peneliti pada 11 September 2014 kepada
beberapa narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas III
Bandung memberikan data bahwa menurut para narapidana hidup di penjara
membuat mereka merasa tidak bebas. Pada akhirnya mereka hanya bisa menerima
dengan pasrah tanpa tahu harus melakukan apa. Mereka menyatakan bahwa hidup
di penjara berarti kehilangan kontak personal dengan keluarga dan teman, serta
kehilangan kebebasan untuk melakukan pekerjaan yang diinginkan. Bagi mereka,
ini menjadi beban tersendiri. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan
oleh Sykes (1958 dalam Khiat, 2010) bahwa penjara merupakan tempat yang
banyak memberi tekanan dan menghilangkan hak serta kebebasan narapidana
didalamnya. Secara terpaksa narapidana harus mengikuti berbagai aturan dan
regulasi yang ada karena jika tidak maka akan diberi hukuman. Hal tersebut
menunjukan bahwa perilaku-perilaku yang ditampilkan oleh narapidana
merupakan mekanisme yang sudah ditentukan oleh aturan. Oleh karenanya,
dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri untuk dapat hidup dalam lingkungan
penjara dan menjalin hubungan yang baik.
Elhawy & Itzhaky (2008) mengemukakan bahwa kemampuan penyesuaian
diri seorang individu dibangun oleh sumber eksternal dan internal. Sumber
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Sementara itu, Kagnici (2012) mengemukakan bahwa kepribadian menjadi salah
satu faktor internal yang secara signifikan memengaruhi penyesuian diri seorang
individu. Artinya, dalam konteks Lapas kemampuan seorang narapidana dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan penjara tergantung pada bagaiamana
kepribadiannya dikonstruk. Schneiders (1964) mengemukakan bahwa kepribadian
yang cenderung neurotis membuat seorang individu sulit melakukan penyesuaian
diri. Sebaliknya, kepribadian yang sehat dapat membantu seorang individu dalam
menyesuaikan diri.
Studi dari Huang, Chi & Lawer (2005) menjelaskan bahwa kepribadian
big five memiliki korelasi yang signifikan dengan penyesuian diri, dimana tipe
kepribadian extraversion dan agreeableness paling berkontribusi terhadap
keberhasilan penyesuaian diri yang sifatnya interaksi. Sedangkan tipe openness
paling memengaruhi terhadap keberhasilan penyesuaian diri dalam konteks
pekerjaan. Hal senada dikemukakan oleh Caligiuri (2000) bahwa kepribadian big
five berpengaruh terhadap penyesuaian diri.
Kepribadian maupun penyesuaian diri pada remaja yang mendekap di
Lapas tidak terlepas hubungannya dengan character strength. Penelitian dari Park,
Peterson & Seligman (2004) terhadap lebih dari 5.000 responden menghasilkan
suatu kesimpulan bahwa tipe kepribadian the big five memiliki korelasi positif
dengan kepuasan hidup dan character strength, khususnya yang termasuk
kedalam Values in Action (VIA). Character strength yang termasuk kedalam
klasifikasi VIA ini diantaranya adalah harapan, cinta, keberanian, rasa syukur dan
keingintahuan (Compton, 2005). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa
harapan merupakan aspek yang tidak muncul pada individu dengan tipe
kepribadian neuroticsm sehingga memiliki korelasi yang negatif dengan kepuasan
hidup. Sementara itu pada dimensi agreeabelness dan extraversion ditemukan
karakter cinta, keberanian, rasa syukur dan keingintahuan yang meningkatkan
kepuasan hidup.
Dari berbagai character strength, diketahui bahwa harapan merupakan
variabel yang berkaitan langsung dengan kemampuan penyesuaian diri (Lewis &
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
harapan tinggi maka akan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang lebih baik.
Sebaliknya, tingkat harapan yang rendah akan berimbas pada kesulitan dalam
menyesuaikan diri. Artinya, dalam konteks Lapas, bagi narapidana remaja yang
memiliki harapan tinggi cenderung lebih mudah dalam menyesuaikan diri
dibandingkan narapidana remaja yang memiliki harapan rendah. Namun faktanya
di lapangan, harapan yang dimiliki oleh narapidana remaja di Lapas terindikasi
rendah. Hal ini didukung oleh pandangan dari Walker, dkk. (2011) yang
menjelaskan bahwa harapan merupakan salah satu faktor yang dapat mereduksi
perilaku negatif remaja. Hal ini menunjukan bahwa individu yang melakukan
tindak kenakalan remaja maka memiliki tingkat harapan yang rendah.
Data diatas diperkuat oleh studi dari Martin & Stremac (2010) yang
menunjukan bahwa individu dengan tingkat harapan rendah cenderung memiliki
resiko yang lebih tinggi dalam melakukan tindakan kriminal dibandingkan
individu yang memiliki tingkat harapan tinggi. Bahkan, harapan menjadi salah
satu variabel penting yang dapat meresolusi suatu konflik (Chen dkk, 2013). Studi
tersebut mengindikasikan bahwa remaja yang terlibat kasus hukum dan mendekap
di Lapas berarti memiliki harapan yang rendah.
Terkait kemungkinan rendahnya harapan pada narapidana remaja di Lapas,
maka hal tersebut akan berimplikasi pada kemampuannya dalam menyesuaikan
diri yang rendah pula. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2013)
memberikan data bahwa 54,16% narapidana remaja di Lapas memiliki
kemampuan penyesuaian diri yang baik dan 45,84% memiliki kemampuan
penyesuaian diri yang buruk.
Kondisi diatas cukup kontradiktif dengan studi pendahuluan yang
dilakukan oleh peneliti pada 17 Februari sampai 9 April 2014 terhadap 25 Anak
Didik Pemasyrakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak
Kelas III Bandung. Studi tersebut memberikan data bahwa 96% dari narapidana
mengalami stres dan perasaan menyesal setelah melakukan tindak pidana. Para
narapidana tersebut mengaku bahwa awalnya hidup di penjara bukanlah hal yang
mudah. Banyak kebiasaan-kebiasaaan yang tidak dapat lagi dilakukan dan
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
biasa mereka lakukan adalah merokok, minum-minuman keras ataupun
mengkonsumsi narkoba. Namun, ketika masuk penjara mereka tidak dapat
melakukan hal tersebut, sehingga untuk menanggulangi keinginannya beberapa
dari mereka sering melamun dan berimajinasi melakukan hal itu. Selain itu, studi
tersebut memberi data bahwa hampir seluruh narapidana yang terlibat konflik
hukum cenderung sulit untuk membiasakan diri pada saat pertama kali masuk
penjara. Hal ini menjadi salah satu penyebab eksternal sulitnya seorang
narapidana dalam melakukan penyesuaian diri sehingga mengalami kondisi stres
selama masa-masa awal hidup di penjara dan mengindikasikan adanya
permasalahan terhadap harapan yang dimilikinya.
Data-data diatas memberikan suatu penjelasan bahwa tipe kepribadian dan
penyesuian diri (Kagnici, 2012), harapan dan penyesuaian diri (Lewis & Kliewer,
1996), serta kepribadian dan harapan (Halama, 2010) memiliki suatu hubungan
yang positif. Namun seperti apa pengaruhnya pada narapidana remaja di Lapas
masih perlu dikaji secara lebih khusus. Oleh karena itu, dalam konteks lapas
kemungkinan pengaruh tipe kepribadian terhadap penyesuaian diri narapidana
remaja tidak akan terlepas dari harapan sebagai mediatornya. Atas dasar
tersebutlah peneliti tertarik untuk melakukan suatu studi mengenai “Pengaruh Tipe Kepribadian dan Harapan terhadap Penyesuaian Diri Anak Didik
Pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA Tangerang”.
B. Rumusan Masalah
Remaja yang masuk kedalam Lapas memiliki tuntutan untuk mampu
melakukan penyesuaian diri. Hal ini dilakukan untuk mencapai kondisi mental
yang sehat dan well being. Penyesuaian diri narapidana remaja tidak terlepas dari
pengaruh tipe kepribadian yang dimilikinya. Artinya, pada narapidana dengan
tipe-tipe kepribadaian tertentu memiliki kapasitas penyesuaian diri yang lebih baik
daripada narapidana dengan tipe kepribadian yang lain. Namun, hubungan antara
tipe kepribadian ini pun tidak terlepas dari pengaruh harapan. Oleh karena itu,
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
1. Apakah terdapat pengaruh tipe kepribadian dan harapan terhadap
penyesuaian diri pada Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) di
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA Tangerang?
2. Apakah harapan berfungsi sebagai mediator bagi pengaruh tipe
kepribadian terhadap penyesuaian diri pada Anak Didik
Pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Anak Kelas IIA Tangerang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh data empiris mengenai tipe kepribadian the big five,
harapan dan penyesuian diri pada Anak Didik Pemasyarakatan
(Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA
Tangerang.
2. Memperoleh data empiris mengenai pengaruh tipe kepribadian the big
five terhadap penyesuaian diri pada Anak Didik Pemasyarakatan
(Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA
Tangerang.
3. Memperoleh data empiris mengenai pengaruh harapan terhadap
penyesuaian diri pada Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) di
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA Tangerang.
4. Memperoleh data empiris mengenai hubungan antara tipe kepribadian
the big five dan harapan pada Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas)
di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA Tangerang.
5. Memperoleh data empiris mengenai pengaruh tipe kepribadian the big
five dan harapan terhadap penyesuaian diri pada Anak Didik
Pemasyarakatan (Andikpas) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)
Anak Kelas IIA Tangerang.
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi manfaat secara teoritis dan
manfaat secara praktis yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini akan memperkaya khazanah keilmuan
psikologi forensik dan teori kepribadian, khususnya yang berkaitan
dengan kehidupan narapidana remaja di Lapas. Dengan
berkembangnya literatur psikologi mengenai kepribadian dan psikologi
forensik maka diharapkan akan berdampak bagi penerapanya dalam
penelitian ataupun pengembangan teori selanjutnya. Selain itu, hasil
dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membangun referensi
ilmiah keilmuan psikologi untuk membina para remaja pelaku tindak
kriminal dalam hal pengembangan diri dan penyesuaian diri.
2. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
proses terapi, pengembangan diri, pelatihan, manajemen organisasi
ataupun akademis. Dalam ranah forensik di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Anak, penelitian ini dapat dijadikan referensi dan panduan
dalam mengembangkan pola pembinaan bagi remaja yang terjerat
kasus hukum. Dengan diketahuinya pola hubungan antara dimensi
kepribadian big five, harapan dan penyesuaian diri pada narapidana
remaja, maka hal tersebut dapat menjadi suatu prediksi bagi
pengembangan treatment yang tepat dan efektif guna mencapai kondisi
well being dan sehat mental bagi remaja yang mendekap di penjara.
Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mengurangi kemungkinan
residivis (kemungkinan Andikpas masuk Lapas untuk kedua kalinya)
serta simptom gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, PTSD
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
E. Struktur Organisasi Skripsi
Bab I Pendahuluan
A.Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Skripsi
Bab II Kajian Pustaka
A.Kajian Pustaka
1. Penyesuaian Diri
2. Tipe Kepribadian The Big Five
3. Harapan
B. Kerangka Berpikir
C.Asumsi
D.Hipotesis
Bab III Metode Penelitian
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Subjek Penelitian
3. Populasi dan Sampel
B. Metode dan Desain Penelitian
C. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional Tipe Kepribadian The Big Five
2. Definisi Operasional Penyesuaian Diri
3. Definisi Operasional Harapan
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
1. Instrumen Tipe Kepribadian The Big Five (BFI)
2. Instrumen Penyesuaian Diri
3. Instrumen Harapan (ADHS)
4. Pengembangan Instrumen
E. Prosedur Pengambilan Dara
F. Teknik Analisis Data
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil dan Pembahasan Variabel Independen
B. Hasil dan Pembahasan Variabel Dependen
C. Hasil dan Pembahasan Variabel Mediator
D. Hasil dan Pembahasan Uji Hipotesis
Bab V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
50
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metodologi penelitian yang
terdiri atas lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain yang digunakan dalam
penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional dari variabel tersebut.
Selain itu akan dijelaskan pula mengenai isntrumen yang digunakan untuk
memperoleh data, prosedur pengambilan data, serta teknik analisis data yang
berguna untuk menjawab hipotesis penelitian.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Pria
Kelas IIA Tangerang yang bertempat di Jalan Daan Mogot No. 29C
Tangerang. Institusi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena Lapas Anak
Pria Kelas IIA Tangerang merupakan lembaga pemasyarakatan milik
pemerintah yang telah dibangun sejak tahun 1925. Dengan usia Lapas yang
relatif sudah sangat lama, maka sistem yang ada pada Lapas ini akan
cenderung lebih mapan. Hal ini akan berimplikasi pada kondisi Anak Didik
Pemasyarakatan (Andikpas) itu sendiri. Selain itu, kapasitas yang dimiliki
oleh Lapas Anak Pria Kelas IIA Tangerang ini mencapai 220 narapidana.
Artinya semakin banyak kapastitas yang dimiliki oleh Lapas, maka
kemungkinan jumlah populasi pun akan lebih banyak.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji penyesuaian diri, kepribadian dan
harapan dari narapidana remaja yang ada di lembaga pemasyarakatan. Oleh
karena itu yang menjadi subjek penelitian adalah narapidana yang mendekap
di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak Kelas IIA Tangerang. Adapun
secara usia, dalam pasal 1 UU No. 11 tahun 2012 mengenai sistem peradilan
anak dijelaskan bahwa yang dimaksud anak adalah individu yang berusia 12
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
dimaksud dalam UU tersebut termasuk kedalam periode remaja (Santrock,
2007).
3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Andikpas di Lapas Anak Kelas IIA
Tangerang. Berdasarkan data terakhir tertanggal 4 Desember 2014 yang
didapat dari pegawai Lapas tersebut, jumlah Andikpas sebanyak 161 orang.
Fraenkel, Wallen & Hyun (2012) menjelaskan bahwa yang dimaksud
populasi merupakan kelompok subjek dalam lingkungan tertentu yang akan
diteliti, sehingga hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasi pada kelompok
subjek tersebut.
Dari 161 Andikpas, peneliti diberikan izin untuk melakukan penelitian
terhadap 85 orang. Maka dari itu, ke-85 Andikpas tersebut dianggap sebagai
sampel yang representatif bagi populasi Andikpas di Lapas Anak Kelas IIA
Tangerang. Cozby & Bates (2011) mengemukakan bahwa yang dimaksud
sampel adalah subjek penelitian sebagi bagian dari populasi yang akan diteliti
dan didapatkan berdasarkan teknik sampling tertentu. Untuk mendapatkan
sampel yang representatif dan sesuai, maka jenis pengambilan sampel yang
dipilih pada penelitian ini adalah convenience sampling. Convenience
sampling dilakukan ketika sampel yang dipilih adalah sampel yang ditemui
oleh peneliti secara aksidental disuatu tempat populasi berada (Cozby &
Bates, 2011).
Conveience sampling dipilih sebagai teknik sampling dalam penelitian ini
karena keterbatasan peneliti dalam mengakses Lapas. Maka dari itupeneliti
memilih Andikpas yang secara aksidental ditemui ketika berada di Lapas
untuk menjadi sampel penelitian.
B. Metode dan Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah kuantitatif dengan
pendekatan non eksperimen. Pendekatan ini mengukur tipe kepribadian the big
five sebagai variabel independen (X), penyesuaian diri sebagai variabel
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
instrumen. Skor masing-masing variabel akan dikorelasikan untuk diketahui
nilai dari hubungan kausalitasnya. Cozby & Bates (2011) mengemukakan bahwa
desain penelitian kuantitatif non eksperimen merupakan pendekatan yang paling
tepat digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel tanpa adanya
treatment tertentu.
Model penelitian yang akan dilakukan, selain akan menguji efek kausalitas
dari variabel independen (X) terhadap (Y), akan pula menguji apakah terdapat
peranan variabel mediator (Z) dalam memperantai pemgatuh variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji mediasi ini dilakukan atas dasar
asumsi dari Baron & Kenny (1986) yang menjelaskan bahwa dalam penelitian
mengenai hubungan, dimungkinkan terdapat suatu faktor eskternal dalam
penelitian yang akan memengaruhi hubungan antara variabel independen dan
dependen. Maka dari itu, uji mediasi kali ini dilakukan untuk mengetahui apakah
hubungan yang terjadi antara tipe kepribadian dan penyesuaian diri bersifat utuh,
atau bersifat parsial karena adanya perantara dari harapan. Model hubungan
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
r
r
r
Figur 3.1. Model hubungan variabel independen, dependen dan mediator
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang terdiri dari tipe
kepribadian the big five sebagai variabel independen (X), penyesuaian diri
sebagai variabel dependen (Y), dan harapan sebagai variabel mediator (Z).
Variabel independen dalam penelitian ini merupakan variabel yang akan
mempengaruhi variabel dependen. Sementara itu, variabel dependen
merupakan variabel terikat yang statusnya dipengaruhi. Adapun variabel
mediator adalah variabel yang menjadi perantara bagi pengaruh variabel
independen terhadap dependen.
2. Definisi Operasional
Variabel independen, variabel dependen maupun variabel mediator dalam
penelitian ini akan dioperasionalisasikan sebagai berikut:
Tipe Kepribadian (X)
- Ekstraversion - Aggreableness - Conscientiousness - Neuroticsm - Openness
Penyesuaian Diri (Y)
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
a) Definisi Operasional Tipe Kepribadian The Big Five
Tipe kepribadian The Big Five dalam penelitian ini adalah taksonomi
kepribadian yang miliki oleh Andikpas di Lapas, terdiri dari lima dimensi
kepribadian yaitu exstraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuroticism dan open-mindedness. Lima dimensi tersebut didapatkan
berdasarkan hasil skor nominal dari instrumen Big Five Personality (BFI)
yang dikembangkan oleh Oliver P. John (2007) dari Barkeley Personality
Lab, Barkeley University of California. Melalui BFI akan diketahui tipe
kepribadian yang dimiliki oleh Andikpas di Lapas. Semakin tinggi skor
Andikpas pada suatu dimensi, maka menunjukan bahwa ia termasuk
kedalam tipe kepribadian tersebut.
b) Definisi Operasional Penyesuaian Diri
Secara operasional dalam konteksi ini penyesuaian diri didefinisikan
sebagai kemampuan Andikpas dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi ketegangan, frustrasi, serta konflik yang dihadapinya di Lapas.
Skor yang tinggi pada alat ukur ini menunjukan bahwa Andikpas tersebut
memiliki kapasitas penyesuaian diri yang tinggi sehingga mampu
menyesuaikan diri (welladjusted) dengan kehidupan di Lapas, sementara
skor rendah menunjukan bahwa kapasitas Andikpas dalam
menyesuaiakan diri tergolong rendah sehingga berimplikasi pada kurang
mampunya Andikpas dalam melakukan penyesuaian diri (maladjusted).
Adapun skor penyesuaian diri dari subjek didapat berdasarkan hasil
perhitungan instrumen penyesuaian diri anak didik pemasyarakatan yang
dikembangkan oleh Maslihah pada tahun 2014. Alat ukur ini dibangun
berdasarkan aspek-aspek yang diturunkan dari lima karakteristik
penyesuaian diri yang baik dari Haber & Runyon (1984), sebagai berikut:
a) Persepsi terhadap kenyataan,
Pemahaman Andikpas terhadap realita yang ada bahwa ia harus
mendekap di Lapas. Selain itu, dimensi ini berbicara mengenai
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mungkin terjadi dari setiap perilaku yang ditampilkannya selama di
Lapas.
b) Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan,
Menunjukan kapasitas Andikpas dalam menangani stres dan
kecemasan yang dialaminya selama berada di Lapas
c) Citra diri (self-image),
Menggambarkan konsep diri Andikpas mengenai kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya. Hal ini berdampak pada keyakinan yang
dimiliki oleh Andikpas terhadap dirinya, terutama ketika dihadapkan
pada suatu permasalahan atau kondisi yang sulit dan penuh tuntutan.
d) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan,
Andikpas mampu mengeskperesikan perasaan-perasaannya secara terkendali saat menghadapi permasalahan di Lapas
e) Hubungan interpersonal.
Menunjukan kemampuan Andikpas dalam membina hubungan yang
positif baik dengan sesama Andikpas, maupun dengan staf di Lapas.
c) Definisi Operasional Harapan
Secara operasional, harapan dalam penelitian ini diartikan sebagai suatu
set kognitif dan motivasional yang didasarkan pada hubungan resiprokal
antara agency dan pathways yang dimiliki oleh Andikpas di Lapas. Skor
agency dan pathways sebagai dimensi utama harapan didapat dari
perhitungan instrumen Adult Dispositional Hope Scale (ADHS) yang
dikembangkan oleh Snyder (2000). Semakin tinggi skor ADHS maka
menunjukan bahwa narapidana remaja di Lapas memiliki harapan yang
tinggi. Sebaliknya, skor rendah menunjukan bahwa narapidana tersebut
memiliki harapan yang rendah pula. Instrumen ADHS dibangun
berdasarkan dua komponen utama harapan, yaitu:
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dalam hal ini menunjukan kemampuan Andikpas dalam melihat
suatu permasalahan dari berbagai persepktif, sehingga Andikpas
mampu untuk mencari berbagai alternatif solusi dari masalah yang
dialaminya. Bahkan ketika Andikpas dihadapkan pada suatu
kesulitsn, Andikpas mampu menangani kesulitan tersebut.
b) Agency
Pada konteks ini menunjukan keinginan kuat dan kegigihan Andikpas
dalam mencapai suatu tujuan. Artinya, Andikpas cenderung memiliki
motivasi yang kuat untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan
segera memulai serta berani mengambil langkah awal untuk semakin
mendekatkan diri pada tujuannya.
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tipe Kepribadian The Big Five (Big Five Inventory)
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tipe kepribadian the big five
adalah Big Five Inventory (BFI) yang dikembangakan oleh John, Naumann &
Soto (2008) yang telah diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia oleh peneliti.
Instrumen ini terdiri dari 44 item pernyataan dengan menggunakan skala
likert yang memiliki interval sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N), tidak
setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) . Sangat tidak setuju (STS)
menunjukan bahwa item tersebut tidak sesuai dengan keadaan diri, sementara
semakin kearah sangat setuju (SS), maka item tersebut semakin menunjukan
kesesuaian dengan keadaan diri. Hasil dari instrumen ini akan menunjukan
tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu. Adapun tipe kepribadian yang
akan diukur dalam instrument ini adalah ekstraversion, aggrebleness,
aconscientiousness, neuroticsm dan openness.
Uji reliabilitas yang diujikan pada BFI menunjukan nilai yang reliabel
karena memiliiki koefisen reliabilitas 0.659 untuk ekstraversion, 0.691 untuk
aggreableness, 0.772 untuk conscientiousness, 0.812 untuk neuroticsm dan
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
berdasarkan prinsip favourable dan unfavourable yang dapat dilihat pada
tabel 3.1.
Tabel 3.1. Penyekoran Item Big Five Inventory (BFI)
Kategorisasi skala pada instrument BFI dilakukan dengan cara membagi
skor tipe kepribadian yang diperoleh responden dengan skor maksimal dari
tipe kepribadian tersebut. Dengan begitu maka akan diketahui tipe
kepribadian apa yang dimiliki oleh responden.
2. Instrumen Penyesuaian Diri
Instrumen yang digunakan untuk mengukur penyesuaian diri pada
peneltian ini adalah instrumen penyesuaian diri yang dibuat oleh Septiani
(2013) dan dikembangkan oleh Maslihah pada tahun 2014. Instrumen ini
dibuat khusus untuk mengukur penyesuaian diri Anak Didik Pemasyarakatan
(Andikpas) di Lapas Anak. Terdiri atas 27 item yang mewakili lima
karakteristik penyesuaian diri yang baik dari Haber & Runyon (1984) yaitu,
persepsi terhadap kenyataan, kemampuan mengatasi stress dan kecemasan,
citra diri, kemampuan mengekspresikan perasaan dan hubungan
interpersonal.
Skala yang digunakan dalam instrumen ini adalah likert dengan empat
pilihan jawaban tersedia yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR) dan tidak
pernah (TP). Andikpas akan memilih satu diantara empat pilihan jawaban,
lalu pilihan itu akan diberi skor sesuai dengan jenis item (favorable atau
unfavorable). Penyekoran instrument penyesuaian diri dapat dilihat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Penyekoran Instrumen Penyesuaian Diri
Item Skor Pernyataan
SS S N TS STS
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Uji reliabilitas pada instrument penyesuaian diri memiliki koefisien
reliabilitas sebesar 0.635 yang menunjukan bahwa instrument ini reliabel
untuk digunakan pada Andikpas. Adapun kategorisasi skala yang dilakukan
pada instrument penyesuaian diri didasarkan pada nilai persentil 25, persentil
50 dan persentil 75 sehingga akan menghasilkan empat kategori kelompok
yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
3. Instrumen Harapan (Adult’s Dispositional Hope Scale)
Variabel harapan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan
Adult’s Dispositional Hope (ADHS) yang dikembangkan oleh Snyder (2000) dan telah peneliti adaptasi kedalam Bahasa Indonesia. ADHS merupakan
instrument dengan item sebanyak 12 butir yang terdiri dari tiga dimensi yaitu
agency, pathways dan distractor. Skala yang digunakan dalam instrument ini
adalah likert scale yang terdiri atas empat pilihan jawaban berupa sangat
sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
Semua item pada ADHS bersifat favorable dan memiliki penyekoran
tersendiri. Dari tiga dimensi ADHS, yang dilakukan pembobotan skor hanya
dimensi agency dan pathways. Hal ini dikarenakan dua dimensi tersebut
merupakan komponen utama yang akan mengukur tingkat harapan seorang
indvidu. Sementara dimensi distractor digunakan sebagai item yang akan
memanipulasi dengan tujuan menghindari adanya pengisian yang asal dan
menebak.
Reliabilitas ADHS yang diujikan menghasilkan koefisien reliabilitas
sebesar 0.681 yang berarti instrument ini reliabel untuk digunakan.
Sementara itu, penyekoran ADHS dilakukan dengan cara memberikan skor
favourable 1-4 pada yang dapat dilihat pada tabel 3.3. Adapun kategorisasi
skala dilakukan dengan menggunakan nilai persentil 25, persentil 50 dan
SL SR JR TP
Favorable 4 3 2 1
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
persentil 75 sehingga akan menghasilkan empat kelompok kategori yang
terdiri dari sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.
Tabel 3.3. Penyekoran ADHS
4. Pengembangan Instrumen
Instrumen digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang akan dikaji
dalam suatu penelitian. Untuk mengetahui apakah isntrumen yang digunakan
dapat mengukur variabel yang akan diteliti maka dilakukan pengembangan
instrumen yang terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian ini,
instrumen yang digunakan adalah Big Five Inventory (BFI) untuk mengukur
tipe kepribadian, Adult’s Dispositional Scale (ADHS) untuk mengukur
harapan, dan alat ukur penyesuaian diri. Ketiga instrumen tersebut
merupakan istrumen hasil adaptasi, artinya peneliti menggunakan instrumen
yang sudah ada dan sering digunakan dalam berbagai penelitian, serta teruji
secara metodologis.
a) Uji Validitas
Ui validitas digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen
dalam mengukur variabel yang akan diteliti. Azwar (2014) menjelaskan
bahwa validitas mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan hasil
pengukuran serta dikonsepkan sebagai sejauhmana tes mampu mengukur
atribut yang seharusnya diukur. Salah satu jenis validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan uji
validitas untuk mengetahui sejauhmana elemen-elemen dalam suatu
instrumen relevan dan merupakan representasi dari konsep variabel yang
akan diukur (Haynes, Richard & Kubany dalam Azwar, 2014). Untuk
menguji validitas ini digunakan expert judgment, yaitu penilaian
instrumen dari ahli.
Item Skor Pernyataan
SS S TS STS
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, instrumen BFI dan ADHS merupakan alat ukur
yang sudah teruji secara metodologis. Namun karena bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Inggris, maka item-item pada kedua instrumen
tersebut diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Agar validitas isi dari
intrumen terjaga, maka penerjemah instrumen harus merupakan seorang
yang memiliki ekpertisi dibidang bahasa dan psikologi.
Untuk expert judgment dari segi bahasa di lakukan oleh Dr. Doddy
Rusmono, MLIS. Instrumen BFI dan ADHS diterjemahkan ke Bahasa
Indonesia lalu diterjemahkan lagi ke Bahasa Inggris untuk dilihat
ketepatan alih bahasanya. Setelah menejemahkan BFI dan ADHS
kedalam bahasa Indonesia, maka secara konstrak dan konsep psikologi
dikaji ulang oleh bantuan M. Ariez Musthofa, M.Si. (dosen psikologi
sosial) dan Sri Maslihah, M.Psi., Psikolog (psikolog dan dosen psiokologi
klinis).
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi dari
suatu alat ukur (Azwar, 2013). Hal ini bermakna bahwa alat ukur yang
reliabel ketika diujikan kembali pada subjek yang sama akan
menghasilkan suatu data yang cenderung sama. Secara setatistik, suatu
instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik adalah ketika skor
tampak pada suatu subjek memiliki korelasi yang tinggi pada dua tes
yang paralel (Azwar, 2014).
Pada penelitian ini, reliabilitas instrumen diuji dengan menggunakan
alpha cronbach melalui bantuan software SPSS 18 for windows. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi internal dari instrument
ukur. Menurut Sugiyono (2012), koefisien reliabilitas berkisar dari 0
sampai dengan 1 dimana semakin mendekati satu maka instrumen
tersebut semakin reliabel. Tabel 3.4. menggambarkan kriteria reliabilitas
dengan menggunakan alpha cronbach dari Guilford (Sugiyono, 2012).
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4.
Kriteria
Koefisien
Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrument yang pertama di uji adalah BFI. BFI pernah
diuji oleh berbagai ahli psikometri ataupun psikologi dan menghasilkan
nilai reliabilitas yang tinggi. Salah satunya adalah penelitian Rammstedt
& John (2007) yang menjelaskan bahwa rata-rata hasil reliabilitas setiap
tipe kepribadian berada pada koefisien diatas 0.75. Menurut Guilford
(dalam Sugiyono, 2012) koefisien tersebut tergolong pada kriteria
reliabel. Pada penelitian ini pun BFI kembali diuji cobakan dan
menghasilkan nailai reliabilitas untuk tipe kepribadian ekstraversion
sebesar 0.659, aggreableness sebesar 0.691, conscientiousness sebesar
0.772, neuroticsm sebesar 0.812, dan openness sebesar 0.709. Maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa istrumen kepribadian BFI memiliki
reliabilitas yang baik.
Selain BFI, instumen yang diuji cobakan adalah ADHS. ADHS sudah
sering dianalisis dan diujicobakan oleh berbagai penelitian. Shorey dkk.
(2007) memberikan suatu kesimpulan bahwa ADHS merupakan alat ukur
yang memiliki niali reliabilitas tinggi di atas 0.77. Uji coba yang
dilakukan oleh Lopes, dkk. (dalam Snyder, 2000) menunjukan nilai
serupa. Relaibilitas dari ADHS memiliki tendensi yang tinggi, yaitu
antara 0.74 s.d. 0.84, bahkan setelah dilakukan beberapa kali uji coba
nilai reliabitasnya selalu diatas 0.80. Adapun pada penelitian ini hasil uji
coba instrument ADHS menunjukan koefisien reliabilitas sebesar 0.681
yang berarti cukup reliabel.
<0,200 Tidak Reliabel 0,200 – 0,400 Kurang Reliabel 0,400 – 0,700 Cukup Reliabel
0,700 – 0,900 Reliabel
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Instrumen ketiga dalam penelitian ini yang diujicobakan adalah alat
ukur penyesuaian diri yang dibuat oleh Septiani (2013) dan
dikembangkan oleh Sri Maslihah, M.Psi. pada tahun 2014, khusus untuk
mengukur penyesuaian diri Anak Didik Pemasyarakatan (Andikpas) di
Lapas. Adapun hasil uji coba instrumen penyesuaian diri menghasilkan
nilai koefisien 0.635 yang berarti berada pada kategori cukup reliabel.
Tabel 3.5 menujukan koefisien reliabilitas dari instrument BFI,
harapan dan penyesuaian diri.
Tabel 3.5.Koefisien Reliabilitas Instrumen BFI, ADHS dan Penyesuaian Diri
Azwar (2010) menjelaskan bahwa kategorisasi skala berfungsi
sebagai suatu cara untuk menempatkan subjek pada kelompol-kelmpok
tertentu sesuai dengan atribut penelitian. Pengkategorisasian tersebut
dilakukan berdasarkan skor yang diperoleh subjek pada instrumen
penelitian. Pada penelitian ini, kategoriasi skala yang digunakan
didasarkan pada persentil. Persentil yang akan digunakan adalah persentil
25 (P25), persentil 50 (P50) dan persentil 75 (P75) sehingga akan
menghasilkan empat kategorisasi kelompok.
Untuk subjek yang memiliki skor dibawah P25 maka termasuk
kedalam kategori sangat rendah, sementara subjek yang memiliki skor
antara P25 dan P50 termasuk kategori rendah. Adapun subjek yang
memiliki skor antara P50 dan P75 masuk kedalam kategori tinggi, dan
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Pada instrumen kepribadian, kategorisasi skala yang digunakan
berfungsi untuk mengetahui tipe kepribadian yang dimiliki oleh setiap
subjek. Tipe kepribadian yang dimiliki subjek diketahui berdasarkan
perbandingan skor setiap tipe kepribadian subjek dengan skor maksimal
pada dimensi tipe kepribadian tersebut. Setelah diketahui masing-masing
proporsi nilai pada masing-masing tipe, maka akan dilakukan
perbandingan antar semua tipe. Nilai terbesar yang dimiliki oleh subjek
diantara lima tipe menunjukan bahwa subjek masuk kedalam tipe
tersebut. Rumus perhitungan untuk kategorsasi skala kepribadian ini
dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6. Proporsi Skala Tipe Kepribadian The Big Five
Proporsi skor ek straversion =
Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner yang diberikan
terdiri atas tiga instrumen yang akan mengukur variabel tipe kepribadian,
penyesuaian diri dan harapan. Bentuk kuisioner yang diberikan adalah
pernyataan tertutup. Artinya, subjek diberikan beberapa pernyataan dan
diharuskan memilih satu diantara berbagai alternatif pilihan. Kuisioner dalam
penelitian ini diberikan secara langsung pada Anak Didik Pemasyarakatan
(Andikpas) di Lapas Anak Kelas IIA Tangerang sebagai subjek penelitian.
Sebelum subjek mengisi kuisioner yang diberikan, peneliti terlebih dahulu
memberikan instruksi. Ketika proses pengisian berlangsung, peneliti
memberikan penjelasan pada setiap item dan mengarahkan Andikpas mengenai
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Analisis Data
Untuk menentukan teknik analisis yang digunakan dalam menjawab hipotesis
penelitian, maka peneliti terlebih dahulu melakukan uji normalitas data. Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data bersifat normal
atau tidak. Hal ini akan berimplikasi pada teknik analisis data yang digunakan.
Teknik analisis yang akan digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi
sehingga mensyaratkan jenis data yang berdistribusi normal (Field, 2009).
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari BFI, ADHS dan alat ukur
penyesuaian diri dilakukan uji normalitas dan menghasilkan data yang
berdisribusi normal karena memiliki nilai signifikansi diatas 0.05. Adapun jenis
data yang diperoleh dari ketiga alat ukur ini berjenis interval. Maka dari itu, jenis
data interval yang berdistribusi normal menujukan bahwa data dalam penelitian
ini dapat dianalisis dengan teknik analisis dengan jenis parametrik.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab hipotesis utama mengenai fungsi
harapan sebagai mediator antara tipe kepribadian dan penyesuaian diri. Baron &
Kenny (1986) menjelaskan bahwa uji mediator dapat dilakukan ketika variabel
idenpeden (X) memiliki korelasi yang signifikan dengan variabel dependen (Y)
dan mediator (Z), serta variabel mediator (Z) memiliki korelasi yang signifikan
dengan variabel dependen (Y). Oleh karena itu, untuk mengetahui nilai korelasi
antar variabel dilakukan uji korelasi dengan teknik person-product moment
karena basis data bersifat interval.
Setelah uji korelasi pearson-product moment, untuk menguji peran mediasi
maka dapat dilakukan analisis regresi (Baron & Kenny, 1986). Tahap pertama
yang dilakukan adalah dengan melihat signifikansi variabel independen terhadap
variabel dependen. Proses selanjutnya adalah dengan menguji signifikansi
variabel independen terhadap variabel mediator. Setelah itu menguji signifikansi
variabel mediator terhadap variabel dependen setelah mengontrol variabel
independen. Proses akhir dari uji mediasi ini adalah dengan melihat nilai
signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen setelah dikontrol
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
c
’
non-sigb
siga
sigSecara umum uji mediasi dalam suatu penelitian ini bisa digambarkan sebagai
berikut:
1) Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (c).
2) Variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel mediator (a)
3) Variabel mediator memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen setelah mengendalikan variabel independen (b)
4) Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen menjadi
berkurang dan tidak signifikan, bahkan nol, setelah dikendalikan oleh
variabel mediator (c’)
Figur 3.1 berikut menggambarkan hubungan kausalitas yang terjadi ketika
suatu variabel mediator (Z) berhasil memediasi pengaruh variabel independen
(X) terhadap variabel dependen (Y).
Adapun uji mediasi dengan analisis regeresi ini dilakukan ketika koefisien
regresi memiliki nilai signifikansi dibawah 0.05 (p<0.05). Sementara itu, untuk
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
mengetahui nilai kontribusi variabel maka digunakan koefisien determinasi
dengan rumus:
KD = R2 x 100%
Keterangan :
KD = Koefisien determinasi
96
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian ini memberikan suatu data baru mengenai tipe kepribadian the big
five, harapan dan penyesuaian diri pada Andikpas yang disimpulkan sebagai
berikut:
1. Andikpas di Lapas Anak Kelas IIA Tangerang mayoritas memiliki tipe
kepribadian aggreableness dengan tingkat penyesuaian diri dan harapan
yang cenderung rendah.
2. Tipe kepribadian yang memiliki kontribusi terbesar dalam mempengaruhi
penyesuaian diri adalah aggreableness dengan nilai kontribusi sebesar
28.7%. Sementara tipe kepribadian yang memiliki kontribusi paling kecil
terhadap penyesuaian diri adalah neuroticsm dengan nilai kontribusi
sebesar 7.4%.
3. Tipe kepribadian ekstraversion, aggreableness, conscientiousness dan
openness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harapan. Adapun
nilai kontribusi terbesar terhadap harapan adalah tipe kepribadian
openness sebesar 47.4%.
4. Tipe kepribadian neuroticism tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harapan.
5. Harapan memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri yang relatif kecil
namun signifikan dengan taraf kontribusi sebesar 9.06%.
6. Harapan tidak dapat memediasi pengaruh tipe kepriabadian the big five
(ekstraversion, aggreableness, conscientiousness, neurotcism, dan
openness) terhadap penyesuaian diri pada Andikpas di Lapas Anak Kelas
IIA Tangerang.
Alwin Muhammad Reza, 2015
PENGARUH TIPE KEPRIBAD IAN D AN HARAPAN TERHAD AP PENYESUAIAN D IRI ANAK D IDIK PEMASYARAKATAN D I LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) ANAK KELAS IIA TANGERANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka terdapat saran
bagi beberapa pihak terkait kondisi Andikpas di Lapas Anak Kelas IIA
Tangerang, sebagai berikut:
1. Bagi peneliti berikutnya, dalam proses pengambilan data di Lapas
disarankan dilakukan dengan cara individual ditambah proses wawancara
dan observasi untuk menghindari adanya social desireability. Selain itu
dalam proses penggunaan alat ukur diharapkan menggunakan item yang
tidak terlalu banyak agar Andikpas tidak merasa bosan.
2. Bagi peneliti berikutnya disarankan untuk mengkaji berbagai faktor lain
sebagai variabel intervening antara tipe kepribadian dan penyesuaian diri.
Hal ini dikarenakan banyak faktor eksternal yang turut mempengaruhi tipe
kepribadian dan penyesuaian diri yang belum dikaji dalam penelitian ini.
Selain itu, untuk dapat menggali lebih dalam mengenai tipe kepribadian,
harapan ataupun penyesuaian diri Andikpas, dapat dilakukan dengan
pendekatan lain seperti pendekatan kualitatif.
3. Bagi peneliti yang tertarik meneliti variabel tipe kepribadian, penyesuaian
diri ataupun harapan, hendaknya mencoba mengkaji variabel harapan
sebagai variabel moderator bagi tipe kepribadian dan penyesuaian diri. Hal
ini didasarkan pada bukti bahwa dalam penelitian ini harapan tidak
berfungsi sebagai variabel mediator. Namun tidak menutup kemungkinan
bahwa harapan dapat berperan sebagai moderator karena terdapat
data-data bahwa harapan dapat berperan sebagai variabel moderator, seperti
penelitian Oktan (2012) yang menjelaskan harapan sebagai moderator bagi
resiliensi. Maka dari itu, harapan disarankan untuk coba dikaji sebagai
variabel moderator pada Andikpas di Lapas.
4. Institusi Lapas hendaknya memberikan orientasi mengenai kehidupan di
Lapas bagi Andikpas yang baru masuk, dan memberikan orientasi
mengenai kehidupan dimasyarakat bagi Andikpas yang akan keluar. Hal
ini dilakukan untuk membuat Andikpas siap dalam menghadapi