• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan nasional berperan dalam

meningkatkan mutu bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan

bagian integral untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Untuk mencapai tujuan pembagunan kesehatan nasional tersebut diselenggarakan

berbagai upaya kesehatan secara menyelurh, berjenjang dan terpadu.

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya upaya yang ditetapkan

berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya

ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan

wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah

Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,

upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga

berencana, untuk perbaikan gizi, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular, upaya pengobatan dan upaya perawatan kesehatan masyarakat.

Sekalipun dalam upaya kesehatan diatas telah banyak hasil yang dicapai,

namun dalam pelaksanaannya Puskesmas Lubuk Kilangan masih menghadapi

berbagai masalah seperti keterlibatan masyarakat yang merupakan andalan

penyelenggaraan pelayanan kesehatan tingkat pertama belum dikembangkan

(2)

yang belum mencapai target, diantaranya adalah pelaksanaan PHBS di sekolah,

pencapaian DAMIU yang melakukan pemeriksaan bakteriologis, persalinan oleh

tenaga kesehatan, kelas ibu hamil, pencapaian N/D balita, program ASI ekslusif

dan penyakit TB yang terus meningkat setiap tahunnya

Menyadari keberhasilan puskesmas adalah penting dalam rangka

mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia, maka berbagai masalah

dan kekurangan puskesmas diatas perlu segera diatasi dalam mencapai target yang

ditetapkan.

1.2 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang cara mengidentifikasi masalah kesehatan

di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dan solusinya.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan

2. Mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan beserta solusinya

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari

berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2013, dan

wawancara dengan pemegang program.

(3)

BAB 2

ANALISIS SITUASI

2.1 Sejarah Puskesmas

Pada tahun 1981, Puskesmas Lubuk Kilangan didirikan di atas tanah

wakaf yang diberikan KAN dengan luas tanah 270 m2. Gedung Puskesmas

didirikan pada tahun 1983 dengan luas bangunan 140 m2, dengan pimpinan

Puskesmas yang pertama adalah dr. Meiti Frida, dan pada tahun itu juga

Puskesmas memiliki satu buah Puskesmas Pembantu (Pustu) di kelurahan

Baringin.

Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari dana APBN. Pelayanan

awal yang diberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah

pegawai yang ada sekitar 10 orang, dan sampai saat ini telah mengalami

pergantian Pimpinan Puskesmas sebanyak 11 kali.

Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara

maksimal, karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang

ada pada saat itu dijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa

ruangan pelayanan lainnya.

Hingga tahun 2014 kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan

sudah permanen terdiri dari beberapa ruangan kantor seperti: Medical Record

(MR), Balai Pengobatan (BP), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga

Berencana (KB), Gigi, Gizi, Labor, Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K), Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), Apotik,

(4)

termasuk Pustu. Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan adalah

Tujuh Pelayanan Dasar, yaitu: (1) Promosi Kesehatan (Promkes), (2)

Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga Berencana (KIA-KB), (3) Gizi, (4)

Kesehatan Lingkungan (Kesling), (5) Pencegahan dan Pemberantasan

Penyakit Menular (P2M) (6) Pengobatan, dan (7) Perawatan Kesehatan

Masyarakat (Perkesmas).

2.2 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah

Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 km2 yang terdiri dari 7

kelurahan dengan luas:

a. Kelurahan Batu Gadang : 19,29 km2

b. Kelurahan Indarung : 52,1 km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4,91 km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2,87 km2

e. Kelurahan Koto Lalang : 3,32 km2

f. Kelurahan Baringin : 1,65 km2

g. Kelurahan Tarantang : 1,85 km2

Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalah

sebagai berikut:

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh 2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok

3) Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung

(5)

(Gambar 3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan)

2.3 Kondisi Demografis

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 Jiwa yang

terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Bandar Buat : 14.359 jiwa dan 2.743 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 6.797 jiwa dan 1.610 KK

c. Kelurahan Indarung : 11.069 jiwa dan 2.632 KK

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.563 jiwa dan 1.550 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 6.480 jiwa dan 1.489 KK

f. Kelurahan Baringin : 2.277 jiwa dan 244 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.460 jiwa dan 439 KK

dengan jumlah 44 RW, dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut:

a. Kelurahan Batu Gadang : 5 RW/ 21 RT

b. Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT

(6)

d. Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 43 RT

e. Kelurahan Koto Lalang : 8 RW/ 31 RT

f. Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT

g. Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT

2.4 Sarana dan Prasarana a. Sarana Kesehatan

Tabel 3.2 Sarana Kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan

No Jenis Sarana dan Prasarana Jml

Kondisi

Baik Rusak

I Sarana Kesehatan Ringan Sedang Berat 1 Puskesmas Induk 1 1 2 Puskesmas Pembantu a. Indarung 1 1 b. Batu Gadang 1 1 c. Baringin 1 1 3 Rumah Dinas dokter 1 1 4 Rumah Dinas Paramedis 1 1 5 Mobil Pukesmas Keliling 1 1 6 Sepeda Motor 4 4 II Sarana Penunjang 1 Komputer 2 1 1 2 Mesin Tik 2 1 1 3 Laptop 1 1 4 LCD/Infocus 1 1 Jumlah 17 12 2 2 1 b. Prasarana Kesehatan

1) Posyandu Balita : 43 Buah

(7)

3) Kader Kesehatan : 164 Orang

4) Praktek Dokter Swasta : 5 orang

5) Praktek Bidan Swasta : 21 orang

6) Pos UKK : 3 Pos

7) Pengobatan Tradisional : 110 Buah

8) Toga : 27 Buah

c. Sarana Pendidikan

Tabel 3.1 Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

No Kelurahan TK SD SMP SMA 1 Bandar Buat 10 6 3 0 2 Padang Besi 2 4 0 0 3 Indarung 3 6 1 2 4 Koto Lalang 3 3 0 0 5 Batu Gadang 1 2 0 1 6 Baringin 1 1 0 0 7 Tarantang 1 1 0 0 Jumlah 18 23 4 3 2.5 Sasaran Puskesmas

Jumlah penduduk : 50.032 Jiwa

Bayi (0-11 Bulan) : 1024

Bayi (6-11 Bulan) : 614

Batita (24-60 Bulan) : 2080

Baduta (0-60 Bulan) : 2048

Ibu Hamil (Bumil) : 1146

Ibu Nifas (Bufas) : 1091

Ibu Bersalin : 1091

Ibu meneteki (Buteki) : 2048

(8)

WUS : 14.129

2.6 Ketenagaan Puskesmas a. Ketenagaan

Tabel 3.3 Kondisi Ketenagaan di Puskesmas Lubuk Kilangan

No Jenis Ketenagaan PNS PTT Honor/Sukarela Ket

1 Dokter Umum 3 2 Dokter Gigi 2 3 Sarjana Kesehatan Masyarakat 2 4 Sarjana Keperawatan 1 5 Akper 4 6 Akbid 12 1 7 Akzi 1 8 AAK 1 9 AKL 2 10 Rekam Medis 1 11 Perawat Gigi 3 12 SPK 5 1 13 Bidan (D I) 8 2 14 Aisisten Apoteker 2 15 Pekarya Kesehatan 3 16 SMA 2 Jumlah 52 3 1

2.7 Visi dan Misi Puskesmas a. Visi Puskesmas

Kecamatan Lubuk Kilangan sehat menuju MDGs 2015

b. Misi Puskesmas

- Menggerakkan pembangunan lingkungan berwawasan kesehatan - Mendorong kemandirian sehat bagi keluarga, dan masyarakat

(9)

- Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan

- Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat

2.8 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Penduduk a. Kondisi Sosial dan Budaya

Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah Suku

Minang, juga ada beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritas

agama yang dianut masyarakatnya adalah :

- 1) Islam : 43.451 Jiwa

- 2) Katolik : 39 Jiwa

- 3) Kristen : 41 Jiwa

-

d. Kondisi Ekonomi

Mata Pencaharian Penduduk:

1) Pegawai Negeri (20%) 2) Swasta (10%) 3) Buruh (50%) 4) Tani (15%) 5) Dan lain-lain (5%) BAB III

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam rangka meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program

kesehatan diperlukan proses perencanaan yang akan menghasilkan suatu rencana

yang menyeluruh (komprehensif dan holistik). Langkah-langkah perencanaan

yang dilakukan adalah analisis situasi, identifikasi masalah dan menetapkan

prioritas, menetapkan tujuan, melakukan analisis untuk memilih alternatif

kegiatan terbaik, dan menyusun rencana operasional.

Masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah

gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi

kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan, dan pelayan

kesehatan). Menurut definisi, masalah adalah terdapatnya kesenjangan antara

harapan dan kenyataan. Oleh sebab itu, cara perumusan masalah yang baik adalah

kalau perumusan masalah tersebut jelas menyatakan adanya kesenjangan.

Kesenjangan tersebut dikemukakan secara kualitatif dan dapat pula secara

kuantitatif. Identifikasi dan prioritas masalah kesehatan mrupakan bagian dari

proses perencanaan harus dilaksanakan dengan baik dan melibatkan seluruh unsur

terkait, termasuk masyarakat. Sehingga masalah yang ditetapkan yang

ditanggulangi betul-betul merupakan masalah dari masyarakat, sehingga dalam

pelaksanaan kegiatan untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada,

masyarakat dapat berperan aktif didalamnya.

Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara,

diantaranya :

(11)

2. Surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit

3. Survey kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan

perencanaan kesehatan

4. Hasil kunjungan lapangan supervise

Dalam menentukan masalah kesehatan diperlukan ukuran-ukuran.

Ukuran-ukuran yang lazim dipakai adalah angka kematian (mortalitas) dan angka

kesakitan (morbiditas). Masalah kesehatan harus diukur karena terbatasnya

sumber daya yang tersedia sehingga sumber daya yang ada betul-betul

dipergunakan untuk mengatasi masalah kesehtan yang penting dan memang bisa

diatasi.

Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi maslah

kesehatan yakni :

1. Pendekatan logis

Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan mengukur

mortalitas, morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada

dalam masyarakat.

2. Pendekatan pragmatis

Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak

aman yang ditimbulkan penyakit atau kecelakaan. Dengan demikian ukuran

(12)

masyarakat untuk memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orang yang

datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.

3. Pendekatan politis

Dalam pendekatan ini, maslah kesehatan diukur atas dasar pendapat

orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh

masyarakat).

2.3 Prioritas Masalah

Tidak semua masalah tersebut dapat dipecahakan sekaligus (direncanakan

pemecahannya) karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga, dan

teknologi. Untuk itu maka harus dipilih masalah mana yang “feasible” untuk

dipecahkan. Proses memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan

prioritas. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara:

1. Melalui teknik skoring

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan pemberian bobot dan skor

kriteria terhadap masalah dengan menggunakan ukuran ( parameter ) antara lain:

- Besarnya masalah dan berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah

tersebut.

(13)

- Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi

(meningkatkan mutu).

- Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah,

termasuk dalam hal ini dana dan tenaga kesehatan.

Pembobotan berarti penentuan kepentingan relatif dari setiap kriteria yang

dipilih. Kisaran pembobotan yang digunakan adalah 1-5, artinya bobot terendah 1

sedang yang tertinggi adalah 5. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi adalah

yang diprioritaskan. Pemberian bobot atau skor kriteria terhadap masalah :

 Urgensi : Merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan Nilai 1 : Tidak penting

Nilai 2 : Kurang penting

Nilai 3 : Cukup penting

Nilai 4 : Penting

Nilai 5 : sangat penting

 Intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

(14)

Nilai 5 : sangat mudah

 Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup murah

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

 Kemungkinan meningkatkan mutu Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : cukup sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

2. Melalui teknik non – skoring

Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu, juga disebut “ nominal group technique” (NGT). Ada dua NGT, yakni:

(15)

Delphi Technique : yaitu masalah – masalah didiskusikan oleh

sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut

akan menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama.

ii. Delbeq Technique

Delbeq Technique : melalui diskusi kelompok, namun peserta diskusi

terdiri dari para peserta yang tidak sama keahliannya, maka sebelumnya

dijelaskan dulu, sehingga mereka mempunyai persepsi yang sama terhadap

masalah – masalah yang akan dibahas. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah

yang disepakati bersama.

2.4 Masalah Kesehatan di Puskesmas

Dalam melaksanakan program kesehatan yang berdasarkan kepada standar

pelayanan minimal (SPM), Puskesmas bekerja untuk mencapai target sesuai SPM

pada setiap program. Permasalahan kesehatan akan muncul jika target tidak dapat

dicapai. Secara makro, masalah kesehatan terdiri dari 3 :

1. Mortalitas

Infant mortality rate : jumlah kematian bayi dalam 1000 kelahiran hidup.

Maternal mortality rate : jumlah kematian ibu melahirkan dalam 100000

kelahiran hidup.

(16)

3. Status gizi anak dibawah 5 tahun

Penjabaran ketiga masalah makro tersebut berupa program wajib dan

program penunjang puskesmas. Masalah kesehatan di puskesmas terlihat pada

laporan tahunan yang tidak dapat mencapai target SPM.

Selain itu, sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang terdiri

dari Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat,

permasalahan kesehatan di Puskesmas dapat diidentifikasi dari 2 hal tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder dan

wawancara dengan kepala Puskesmas beserta petugas kesehatan pemegang

program di Puskesmas Lubuk Kilangan dan melalui data dari laporan tahunan

2013. Dari 7 program pokok yang dijalankan Puskesmas Lubuk Kilangan masih

terdapat beberapa kesenjangan antara pencapaian dengan target yang ditetapkan.

Kesenjangan antara target dan pencapaian di Puskesmas Lubuk Kilangan yang

ditemui antara lain:

4.1.1 Program Promosi Kesehatan

(17)

No. Program Target (per tahun)

Pencapaian (per tahun) PKM (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)

1. Penyuluhan dalam gedung 96x 96x

2. Penyuluhan luar gedung 24x 24x

UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) 1. Kelurahan Siaga 85,71% (6 dari

7 kelurahan) 71,42% (5 dari 7 kelurahan) 2. PHBS - Rumah tangga - Sekolah 65% 65% 64,20% 20%

3. TOGA 1 TOGA per

rumah

7 TOGA percontohan

4. Pembinaan Batra 100% 26%

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Dari program promosi kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan, program

PKM (penyuluhan kesehatan masyarakat) telah mencapai target, sedangkan 4

UKBM yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan belum ada yang

mencapai target. Program kelurahan siaga tidak mencapai taget karena kurangnya

sarana dan prasarana yang tersedia berupa gedung, serta peralatan yang

dibutuhkan berupa kursi, meja, dan tempat tidur untuk melakukan pelayanan

kesehatan. Program PHBS sekolah belum mencapai target karena diperlukan

kerjasama dari kepala sekolah, guru dan orangtua agar program tersebut dapat

terlaksana dengan baik.

4.1.2 Program Kesehatan Lingkungan

Tabel 4.2 Target dan Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Tahun 2013

(18)

No Program Target (%) Pencapaian (%) Kesenjangan 1 Pengawasan TTU 100 80 -20% 2 Pemeriksaan TPM 100 100 3 Survey Perumahan 100 12,16 -87,84% 4 Survey JaGa 65 74,85% +9,85% 5 Survey SPAL 57,98%

6 Sarana Air Bersih 80 99,02% +19,02% 7 Pemeriksaan

Bakteriologis DAMIU

100 100

8 TPS 2

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa dari 8 program kesehatan

lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Lubuk Kilangan, terdapat 2 program

yang belum mencapai target, yaitu program pengawasan TTU dimana terdapat

kesenjangan antara target dan capaiannya -20%, survey perumahan dengan

kesenjangan antara target dan capaiannya 87,84%.

Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program kesehatan

lingkungan di dapatkan kendala dalam pelaksanaan program, yaitu kurangnya

jumlah petugas kesehatan lingkungan, seperti pada survey perumahan, jumlah

sasaran 11.282 rumah sedangkan jumlah petugas kesehatan lingkungan di

Puskesmas Lubuk Kilangan hanya 2 orang.

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB) Tabel 4.3 Target dan Capaian Program KIA-KB Tahun 2013

No Indikator Target Capaian Kesenjangan

(19)

2 K1 98% 91,72% -6,28%

3 K4 93% 82% -11%

4 KF1 89% 77,10% -11,90%

5 KF3 89% 70,40% -18,60%

6 Deteksi Ibu RESTI 20% 28,80% +8,80%

7 KN 1 89% 80% -9%

8 KN 3 89% 69,40% -19,60%

9 Kunjungan bayi 93% 99% +6%

10 Cakupan kunjunganBalita 84% 75,30% -8,70%

11 Kelas ibu hamil 79% 38% -41%

12 Kelas ibu Balita 25%

13 KB aktif 75% 72,10% -2,90%

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat hampir semua program

KIA-KB yang belum mencapai target, kecuali kunjungan bayi dan deteksi ibu hamil

resiko tinggi. Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program KIA dan KB

diakibatkan banyak ibu hamil dan ibu nifas yang memeriksakan dirinya ke bidan

praktik swasta dan dokter spesialis yang tidak memiliki kerja sama dengan

Puskesmas Lubuk Kilangan sehingga tidak ada data yang diberikan ke

Puskesmas. Angka kunjungan balita rendah juga dikarenakan hal tersebut.

Terutama mengenai laporan dari bidan praktik swasta yang tidak lengkap.

4.1.3 Program Gizi

Tabel 4.4 Capaian dan Target Program Gizi Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

No Indikator Target Capaian Kesenjangan

(20)

2 Pencapaian vitamin A bayi 100% 100%

3 Pencapaian vitamin A balita 83% 93,65% +10,65%

4 Pencapaian ibu hamil mendapat Fe 1

98% 91,72% -6,82%

5 Pencapaian Fe 3 93% 82% -11% 6 Pencapaian Vitamin A Ibu

Nifas

93% 75,60% -17,40%

7 Pencapaian tablet Fe ibu nifas 93% 82% -11% 8 Persentase RT yg mengonsumsi

garam beryodium

85% 91,75% +6,75%

9 Keluarga sadar gizi 100% 67% -33%

10 Bumil KEK <17,60% 0,01% 11 Penimbangan a. Bayi D/S N/D BGM/D b. Balita D/S N/D BGM/D 80% 85% <15% 80% 85% <15% 67,80% 79,90% 0,9% 65% 77% 1% -12,20% -5,10% -15% -8%

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Dari 11 program gizi Puskesmas Lubuk Kilangan, terdapat 5 program

yang belum mencapai target, yaitu program pencapaian ASI eksklusif, keluarga

(21)

dan N/D bayi dan Balita). Cakupan distribusi tablet Fe rendah, dikarenakan dari

seluruh sasaran ibu hamil, ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe tidak semuanya

terdata oleh Puskesmas, terutama jika ibu hamil tersebut melakukan Ante Natal

Care (ANC) ke rumah sakit atau bidan praktik swasta. Program pencapaian ASI

eksklusif belum mencapai target bahkan menurun dari tahun 2012 karena

beberapa faktor, salah satunya adalah masih ada ibu yang memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai pelaksanaan ASI eksklusif tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pemegang program gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan, ibu

hamil di wilayah tersebut tidak tahu bahwa jika anak telah diberikan air putih,

berarti anak tersebut terhitung mendapatkan ASI eksklusif lagi. Untuk program

Kadarzi, tidak mencapai target dikarenakan dalam penilaiannya mencakup poin

ASI eksklusif serta penimbangan ibu hamil dan balita, yang memang secara

khusus poin tersebut belum mencapai target.

4.1.4 Program Pmberantasan Penyakit Menular (P2M) dan Pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM)

4.1.5.1. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

Dari program P2M di Puskesmas Lubuk Kilangan didapatkan bahwa 4

program imunisasi belum mencapai target, dan angka kesenjangan tertinggi

didapatkan pada program imunisasi HB-0. Masalah ini disebabkan karena kurang

efektif sistem pelaporan imunisasi HB-0 dari praktik swasta. Selain itu, terdapat

faktor angka persalinan yang dibantu oleh tebaga kesehatan masih belum

(22)

dipastikan tidak mendapat imunisasi Hb-0. Angka penjaringan suspek TB juga

belum mencapai target dan memiliki kesenjangan sebesar 60%.

Tabel 4.5 Capaian Program Pemberantasan Penyakit Menular

No. Program Target Capaian Kesenjangan

1. Imunisasi BCG 95% 99,50% +4,50% 2. Imunisasi Polio 1 95% 100,00% +5,00% 3. Imunisasi polio 2 90% 97,90% +7,90% 4. Imunisasi polio 3 90% 90,80% +0,80% 5. Imunisasi Polio 4 90% 88,10% -1,90% 6. Imunisasi DPT 1 95% 99,10% +4,10% 7. Imunisasi DPT 2 90% 91,60% +1,60% 8. Imunisasi DPT 3 90% 85,90% -4,10% 9. Imunisasi Campak 90% 88,20% -1,80% 10. Imunisasi HB-0 95% 66,30% -28,70% 11. Angka penjaringan suspek TB 100% 40% -60,00% 12. Prorposi BTA+ diantara suspek >5-15% 14% 13. Konversi >80% 95% +15,00% 14. CDR >70% 50% -20%

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

4.1.5.2. Pengelolaan Penyakit Tidak Menular

Berdasarkan data dari laporan tahunan di Puskesmas Lubuk Kilangan,

diketahui tiga penyakit tidak menular terbanyak tahun 2013 yang ditemukan pada

program Balai Pengobatan (BP) yaitu hipertensi sebanyak 248 orang, penyakit

reumatik 235 orang, dan diabetes mellitus 82 orang.

(23)

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

Data tersebut tidak jauh berbeda dengan data dari penyakit terbanyak pada

lansia yang mengunjungi balai pengobatan sepanjang tahun 2012 yaitu hipertensi.

Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program di Puskesmas, angka

hipertensi tinggi disebabkan pencatatan dan pengisian status pasien secara online

belum dapat dilaksanakan sehingga status pasien baru dan lama sulit dibedakan

dan sangat dipengaruhi oleh ketelitian tenaga kesehatan. Selain dari faktor teknis,

angka kejadian hipertensi yang tinggi pada lansia juga dikarenakan secara teoritis,

telah terjadi kekakuan pembuluh darah yang berakibat pada kenaikan tekanan

darah.

Gambar 4.1 Data 10 Penyakit Terbanyak pada Lansia di Balai Pengobatan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013

(24)

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013 Teka nan darah tinggi Peny akit siste m otot dan jaring an ISPA Gastr itis DM TB paru Gang guan pengl ihata n Alergi kulit Peny akit jantu ng Infek si kulit Angka kejadian 1510 957 89 576 412 244 217 187 172 168 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 A xi s Ti tle

(25)

No Program Bandar Buat Padang Besi Indarung Koto Lalang Batu

Gadang Baringin Tarantang

Mencapai Target (Kelurahan) Tidak Mencapai Target (Kelurahan) 1. K1 92,86% 94,30% 80,14% 92,81% 94,08% 89,74% 100% 1(14,29%) 6 (85,71%) 2. K4 89,60% 84,20% 70,40% 86,30% 73,70% 76,90% 100% 1 (14,29%) 6 (85,71%) 3. Deteksi Resti 41,40% 23,30% 12,70% 51,70% 41,40% 12,50% 25,00% 5(71,45%) 2 (28,58%) 4. Persalinan Nakes 82,80% 73,00% 64,90% 58,16% 95,20% 75,70% 86,40% 1 (14,29%) 6 (85,71%) 5. KF1 82,20% 76,30% 73,00% 65,00% 86,80% 76,00% 74,50% 0 (0%) 7 (100%) 6. KF3 74,80% 63,80% 65,60% 61,30% 81,60% 81,10% 72,50% 0 (0%) 7 (100%) 7. KN 1 79,00% 83,00% 73,00% 70,00% 97,00% 33,00% 91,00% 2 (28,58%) 5 (71,45%) 8. KN3 70,60% 55,50% 71,70% 62,80% 74,80% 91,70% 81,80% 1 (14,29%) 6 (85,71%) 9. Kunjungan Bayi 95,00% 86,00% 87,00% 100% 100% 100% 100% 5 (71,45%) 2 (28,58%) 10. Kunjungan Balita 70,68% 86,38% 77,68% 66,30% 87,23% 81,53% 64,33% 2 (28,58%) 5 (71,45%) 11. D/S 69,60% 62,60% 65,80% 66,00% 69,00% 61,70% 56,80% 0 (0%) 7 (100%) 12. N/D 75,00% 78,20% 77,30% 77,00% 79,30% 79,10% 79,25% 0 (0%) 7 (100%) 13. ASI Eksklusif 64,30% 66,00% 71,20% 60,50% 63,50% 60,10% 59,80% 0 (0%) 7 (100%) 14. Vit A Bayi 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 7 (100%) 0 (0%)

15. Vit A Balita Feb 92,01% 95,7% 94,69% 97,50% 87,30% 95,60% 88,28% 0 (0%) 7 (100%) 16. Vit A Balita Agt 93,70% 96,50% 95,80% 97,90% 92,40% 99,02% 94.2% 0 (0%) 7 (100%) 17. Fe 1 92,86% 94,30% 80,14% 98,36% 94,08% 89,74% 100% 1 (14,29%) 6 (85,71%) 18. Fe3 Bufas 89,60% 84,20% 70,40% 86,30% 73,70% 76,90% 100% 1 (14,29%) 6 (85,71%) 19. Vit A Bufas 82,80% 73,00% 64,50% 60,95% 95,20% 75,70% 86,4% 1 (14,29%) 6 (85,71%) Tabel 4.7. Capaian Program Puskesmas Tahun 2013

(26)

20. Imunisasi Hb 0 81,30% 54,20% 52,90% 62,80% 76,30% 52,80% 63,60% 0 (0%) 7 (100%) 21. Imunisasi BCG 100% 96,80% 96,70% 100% 100% 100% 97,70% 7 (100%) 0 (0%) 22. Imunisasi Polio 1 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 7 (100%) 0 (0%) 23. Imunisasi DPT 1 98,80% 95,50% 98,80% 100% 97,80% 100% 97,70% 7 (100%) 0 (0%) 24. Imunisasi Polio 2 96,30% 92,90% 98,40% 100% 99,30% 100% 93,20% 7 (100%) 0 (0%) 25. Imunisasi DPT 2 94,80% 86,5% 91,00% 94,90% 91,90% 86,10% 81,80% 4 (57,16%) 3 (42,87%) 26. Imunisasi Polio 3 93,30% 86,5% 93,4% 94,9% 89,60% 83,30% 70,50% 3 (42,87%) 4 (57,16%) 27. ImunisasiDPT 3 90,80% 81,90% 86,90% 88,30% 85,20% 83,30% 54,50% 1 (14,29%) 6 (85,71%) 28. Imunisasi Polio 4 91,40% 85,20% 86,50% 92,70% 86,70% 86,10% 75,00% 2 (28,58%) 5 (71,45%) 29. Imunisasi Campak 90,50% 86,50% 89,30% 89,80% 85,20% 85,10% 77,30% 1 (0%) 6 (100%)

Mencapai Target (Kelurahan) 12 (41,40%) 7 (24,10%) 7 (24,10%) 10 (34,50%) 12 (41,40%) 7 (24,10%) 12 (41,40%) Tidak Mencapai Target

(Kelurahan) 17 (58,60%) 22 (75,90%) 22 (75,90%) 19 (65,50%) 17 (58,60%) 22 (75,90%) 17 (58,60%)

(27)

4.2. Prioritas Masalah

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Lubuk

Kilangan tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya,

sehingga perlu dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

Dalam hal ini metode yang digunakan adalah teknik scoring.

Dalam penentuan prioritas masalah, metode yang digunakan adalah teknik

scoring dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan)

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

2. Kemungkinan intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

3. Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

(28)

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.8 Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan

No Masalah U I B M Skor Ranking

1. Rendahnya pencapaian PHBS Sekolah 4 3 4 5 16 III 2. Pemeriksaan Bakteriologis DAMIU 5 1 2 5 13 VI 3. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan yang Berkompetensi 5 3 3 5 16 III 4. Kelas Ibu Hamil 4 3 4 4 15 IV 5.

Bayi dan Balita yang Mengalami Pertambahan Berat Badan 5 3 4 5 17 II 6. Asi Ekslusif 5 3 4 5 17 I 7. Penyakit TB 5 1 3 5 14 V

(29)

Keterangan Penentuan Prioritas Masalah

No Masalah Metode Skor Alasan

1. Rendahnya Pelaksanaan PHBS Sekolah U 4  Meningkatnya risiko penyakit menular seperti diare, cacingan,penyakit kulit dan DBD  Kosentrasi dan minat

belajar murid menurun

I 3  Diperlukan faktor pendorong dan pendukung untuk mengubah PHBS di sekolah  Cukup mudah mengubah Perilaku Murid Sekolah Dasar B 4 Tidak diperlukan biaya yang

besar untuk mengubah perilaku

M 5  Kejadian penyakit menular (DBD, Diare, cacingan dan penyakit kulit) menurun

 Derajat kesehatan sekolah meningkat  Mutu dan kualitas

pendidikan meningkat 2. Rendahnya Pencapaian DAMIU yang memenuhi syarat U 5 Meningkatnya risiko

terjadinya penyakit menular (diare, demam tifoid, hepatitis A, disentri )dan penyakit tidak menular sebagai dampak jangka panjang

I 1 Diperlukan intervensi dari beberapa sektor untuk meningkatkan kesadaran pemilik DAMIU untuk dapat melakukan pemeriksaan bakteriologis

B 2 Butuh Biaya yang tidak sedikit untuk pemeriksaan bakteriologis dan kimia M 5  Kejadian penyakit

(30)

menular dan berbasis lingkungan menurun  Derajat kesehatan masyarakat meningkat 3. Rendahnya pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten

U 5  Persalinan yang tidak ditolong tenaga medis meningkatkan

komplikasi persalinan  Angka kematian ibu

dan anak meningkat I 3  Telah banyak tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi dalam menangani persalinan  Diperlukan penyuluhan untuk meningkatkan pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan berkompeten

B 3 Telah tersedia dana dari pemerintah, namun tidak semua ibu yang melahirkan memiliki jaminan kesehatan atau persalinan.

M 5  Penurunan Angka

Kematian Ibu dan Bayi  Pencapaian target MDGs keempat dan kelima 4. Kelas Ibu Hamil

U 4  Kelas Ibu hamil

meningkatkan

pengetahuan Ibu mengenai kehamilan dan persalinan

 Kelas Ibu hamil mencegah persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan I 3  Telah tersedia sarana.  Tindakan yang

dilakukan hanya bertujuan

meningkatkan minat ibu untuk datang ke

(31)

kelas ibu hamil

B 4 Tersedianya dana dari pemerintah pusat untuk kelas Ibu hamil

M 4  Pencapaian persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan meningkat

 Menurunkan angka kematian ibu dan bayi 5. Menurunnya

pencapaian (N/D) bayi dan balita

U 5 Bayi dan balita yang tidak mengalami pertambahan berat dapat mengindikasikan

adanya gangguan

pertumbuhan.

I 3  Sarana telah tersedia  Tindakan yang

dilakukan dengan meningkatkan

penyuluhan

B 4  Tersedianya dana dari pemerintah pusat untuk kegiatan Posyandu, akan tetapi sering tidak mencukupi

 Tidak diperlukan biaya mahal untuk mencukupi gizi bayi dan balita, Ibu dapat memilih bahan makanan yang murah dengan kandungan protein yang cukup tinggi seperti telur, teri dan kacang-kacangan M 5  Pencapaian N/D bayi

dan balita meningkat  Pertumbuhan dan perkembangan anak optimal 6. Target program ASI eksklusif belum tercapai U 5  Meningkatkan risiko kejadian berbagai penyakit pada bayi  Pertumbuhan dan

(32)

tidak optimal atau terganggu  Meningkatnya risiko keganasan payudara pada Ibu I 3 Dengan meningkatkan

promosi ASI ekslusif melalui penyuluhan mengenai cara pemberian ASI yang benar, manfaat yang akan diperoleh ibu dan bayi serta hal-hal penting lainnya mengenai ASI, pemberian ASI ekslusif dapat ditingkatkan

B 4  Tidak diperlukan

biaya besar untuk meningkatkan promosi ASI  Pemberian ASI ekslusif tidak membutuhkan biaya M 5  Asi Ekslusif meningkatkan sistem imun bayi dan mencegah berbagai penyakit, meningkatkan kesehatan dan menurunkan angka kematian bayi.  Mewujudkan MDGs poin keempat

7. Penyakit TB U 5  Jumlah penderita TBC meningkat

 Risiko penularan TB tinggi

 Jumlah MDR TB meningkat

I 1 Diperlukan komitmen pasien untuk minum obat dalam jangka waktu yang lama Diperlukan PMO

B 3 Tersedianya dana dari pemerintah pusat untuk pengobatan TB

(33)

M 5  Penderita TBC menurun

 Tidak ada MDR TBC  Terwujudnya MDGs

poin keenam

4.3. Analisis Sebab Masalah

Setelah melakukan diskusi dan wawancara dengan tenaga kesehatan di

Puskesmas Lubuk Kilangan, analisis dari laporan akhir tahun 2013 puskesmas

Lubuk Kilangan, dan membagikan kuisioner kepada 30 responden yaitu ibu

menyusui yang datang ke Puskesmas Lubuk Kilangan, maka didapatkan beberapa

penyebab masalah yang menyebabkan tidak tercapainya target pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan. Beberapa masalah tersebut

adalah :

1. Manusia :

a. Ibu Menyusui :

 Masih ada ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI eksklusif

Gambar 4.2 Diagram tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif

0% 20% 40% 60% 80%

(34)

Dari 30 responden yang mengisi kuisioner , 20 (67%) responden memiliki

pengetahuan yang kurang tentang ASI eksklusif, 6 (20%) responden memiliki

pengetahuan cukup dan 4 (13%) responden memiliki pengetahuan baik.

Gambar 4.3 Diagram Pengetahuan Ibu terhadap ASI

Gambaran pengetahuan ibu lebih tinggi pada manfaat ASI dan komposisi

ASI. Gambaran pengetahuan ibu paling rendah tentang cara penyimpanan ASI.

Hanya 13% responden yang dapat menjawab dengan benar mengenai

penyimpanan ASI.

 Masih adanya ibu yang beranggapan bahwa ASI saja tidak akan mencukupi kebutuhan bayi hingga bayi berumur 6 bulan

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90%

(35)

Gambar 4.4. Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif

15% responden tidak menyetujui pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama

usia bayi. Hal ini dikarenakan masih adanya anggapan bahwa ASI saja tidak akan

cukup memenuhi kebutuhan bayi sehingga perlu diberikan minuman ataupun

makanan tambahan.

2. Metode

 Pelatihan tentang ASI eksklusif untuk kader kurang, di mana pelatihan untuk kader hanya dilakukan dalam waktu satu kali dalam setahun. Hal ini

didapat dari hasil wawancara dengan pemegang program gizi di

puskesmas Lubuk Kilangan.

 Pelatihan tentang ASI eksklusif untuk tenaga kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan kurang. Hal ini didapat dari wawancara dengan tenaga

kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan.

 Penyuluhan mengenai ASI eksklusif untuk ibu hamil dan menyusui kurang, terutama penyuluhan di dalam gedung. Hal ini didapat dari hasil

85%

15%

Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI

Eksklusif

Setuju Tidak Setuju

(36)

wawancara dengan tenaga kesehatan dan laporan tahunan 2013 Puskesmas

Lubuk KiIlangan.

Berikut data penyuluhan di dalam gedung yang dilakukan di Puskesmas

Lubuk Kilangan pada tahun 2013:

Tabel. 4.9 Penyuluhan Dalam Gedung

No Judul

1 Gizi ibu hamil

2 Teknik menyikat gigi dan menjaga kesehatan gigi dan mulut

3 Campak

4 Pengaruh merokok terhadap kesehatan gigi dan rongga mulut

5 NAPZA

6 Menjaga kesehatan gigi anak sejak usia dini 7 Cara penggunaan obat yang baik dan benar

8 Pengolahan sampah 9 Osteoporosis 10 THT (smart hearing) 11 Imunisasi 12 ISPA 13 Karies gigi

14 Kenali dan waspadai DBD

15 Hipertensi

16 Rokok dan kawasan tanpa rokok

17 Difteri

18 Tuberkulosis anak

19 Kesehatan mata

20 Penyakit yang sering pada mulut

21 Tuberkulosis paru

(37)

Dari data penyuluhan yang telah dilakukan Puskesmas Lubuk Kilangan

selama tahun 2013 penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif hanya

dilakukan di luar gedung, tetapi dari segi jumlah masih kurang. Hal ini berbanding

terbalik dengan tingkat kesenjangan yang berada dalam urutan 5 besar dan dari

segi prioritas berada pada urutan yang pertama.

3. Material

 Media informasi berupa poster di Puskesmas, penempelan pamflet tentang ASI eksklusif di papan informasi ataupun penyebaran leaflet kepada kepada

masyarakat khususnya ibu hamil dan menyusui masih kurang. Hal ini

didapat dari observasi di Puskesmas Lubuk Kilangan

 Pojok ASI belum tersedia. Hal ini didapat dari observasi di Puskesmas Lubuk Kilangan dan hasil wawancara dengan pemegang program Gizi.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa hal ini disebabkan karena masih

kurangnya sarana dan prasarana dalam pembangunan pojok ASI

 Dana tetap untuk mengadakan pelatihan kader mengenai pemberian ASI eksklusif tidak tersedia, dan permasalahan ini juga menjadi salah satu

penyebab kurangnya kegiatan pelatihan kader mengenai pemberian ASI

eksklusif

4. Lingkungan

 Tidak ada kelompok pendukung ASI (KP-ASI). Hal ini didapat dari wawancara dengan petugas dan laporan tahunan 2013 Puskesmas Lubuk

(38)

Metode

 Pelatihan tentang ASI Eksklusif untuk kader kurang  Tenaga kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan kurang

mendapat pelatihan mengenai ASI Eksklusif

 Penyuluhan untuk ibu hamil dan menyusui mengenai pemberian ASI eksklusif masih kurang, terutama di dalam gedung

Manusia

 Pengetahuan ibu menyusui mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif kurang

 Masih ada ibu yang beranggapan bahwa pemberian ASI saja kurang mencukupi kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan

Target pemberian ASI eksklusif

di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan belum tercapai

Material

 Dana untuk pelatihan kader tidak tersedia  Media informasi seperti papan informasi, poster,

pamflet, dan leaflet tentang ASI Ekslusif masih kurang

 Pojok ASI belum tersedia

Lingkungan

 Tidak ada kelompok pendukung ASI (KP-ASI)

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari identifikasi masalah yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa belum

tercapainya target program pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Lubuk

Kilangan disebabkan oleh:

1. Kurangnya pengetahuan ibu menyusui mengenai pemberian ASI eksklusif

2. Masih ada ibu yang beranggapan bahwa pemberian ASI saja kurang mencukupi untuk

kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan

3. Kurangnya penyuluhan mengenai pemberian ASI eksklusif pada kelompok ibu

menyusui dan ibu hamil, terutama di dalam gedung

4. Kurangnya pelatihan tenaga kesehatan Puskesmas mengenai ASI eksklusif

5. Kurangnya pelatihan kader dari pihak Puskesmas mengenai penyuluhan pemberian

ASI eksklusif. Cuma 1 kali setahun. Dengan judul tidak khusus ke ASI eksklusif.

6. Dana tetap untuk pelatihan kader mengenai ASI eksklusif tidak tersedia

7. Kurang optimalnya pemanfaatan media informasi seperti papan informasi, poster,

pamflet, dan leaflet tentang pemberian ASI Ekslusif.

8. Belum tersedianya pojok ASI di Puskesmas Lubuk Kilangan

(40)

5.2. Saran

Dalam upaya peningkatan capaian program pemberian ASI Eksklusif di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan dibutuhkan kerjasama lintas program dan lintas sektor

sehingga program yang telah dibuat mampu terlaksana dengan baik dan peningkatan

pemberian ASI eksklusif dapat tercapai. Pengawasan aktifitas organisasi serta proses

pembentukan dan pelaksanaan wadah pendukung program ASI eksklusif seperti KP-ASI

dan pojok ASI harus dilaksanakan secara rutin baik dengan rapat internal, eksternal, maupun

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Kebijakan dasar puskesmas (menuju Indonesia sehat 2010), Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI, 2003.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan.Masyarakat.

Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2013.

Maidin A, Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kota Padang, 2010, Dinas Kesehatan Kota Padang, Padang.

(42)
(43)

Gambar

Tabel 4.8 Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan
Gambar 4.2 Diagram tingkat pengetahuan ibu mengenai ASI Eksklusif
Gambar 4.3 Diagram Pengetahuan Ibu terhadap ASI
Gambar 4.4. Sikap Ibu tentang Pemberian ASI Eksklusif
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pendampingan selama sebulan yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat menyimpulkan masalah yang dialami oleh Keluarga Dampingan Ibu Ketut Manis ialah kesulitan

[r]

There- fore, using a finite mixture of Dirichlets helps correct for the limitations of the unsegmented Dirichlet high- lighted by Fader and Schmittlein (1993). Apart

Materi kewirausahaan Kelas X meliputi pengenalan terhadap karakter wirausahawan, melihat peluang dan membuat perencanaan, memproduksi produk, menghitung biaya produksi,

Menyadari pentingnya unsur Imparsialitas diterapkan oleh media khususnya majalah Tempo yang mengusung konsep jurnalisme investigasi, serta tujuan analisis isi, maka peneliti

is moving, moveable, anything given to going and coming. Especially in VJ.ra§aiva religion a Jaiigama is a religious man who has renounced world and home, moving from

variabel nilai tukar rupiah berpengaruh secara parsial yang positif dan signifikan dan variabel inflasi berpengaruh secara parsial yang negatif dan signifikan pada indeks harga

Selalu asumsikan gaya yang tidak diketahui nilainya yang bekerja pada bagian yang dipotong dalam keadaan tarik.. Jika ini dilakukan, maka solusi numerik dari persamaan