• Tidak ada hasil yang ditemukan

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

D.Persepsi Kedalaman ( Depth Perception )

Persepsi kedalaman merupakan kemampuan indera penglihatan untuk mengindera ruang.

Akan tetapi ruang berdimensi tiga, sedang kan penginderaan visual kita hanya berdimensi

dua. Maka itu, penginderaan ruang merupakan penghayatan yang menyeluruh, bukan

sekedar penginderaan visual saja.

Ada beberapa patokan yang digunakan manusia dalam persepsi kedalaman yaitu :

1. Perspektif atmosferik ; semakin jauh objek, semakin kabur.

2. Perspektif linear ; semakin jauh, garis- garis akan semakin menyatu menjadi satu titik

( konvergensi )

3. Kualitas permukaan ( texture gradient ), berkurangnya ketajaman kualitas tekstur

karena jarak makin jauh.

4. Posisi relatif, objek yang jauh akan ditutupi atau kualitasnya menurun karena

bayangan objek-objek yang lebih dekat.

5. Sinar dan bayangan, bagian permukaan yang lebih jauh dari sumber cahaya akan lebih

gelap dibanding yang lebih dekat.

6. Patokan yang sudah dikenal, benda-benda yang sudah kita kenal ukurannya akan

lebih kelihatan lebih kecil di kejauhan.

Patokan-patokan di atas sering dipakai oleh para seniman ( pelukis ) untuk membuat

efek-efek tertentu dalam lukisannya.

E. Persepsi gerak

Untuk mengamati gerak dibutuhkan ‘Patokan’ . Dengan demikian, gerakan adalah sesuatu

yang berpindah posisinya dari patokan. Kalau patokannya kabur, maka kita bisa memperoleh

informasi gerakan semu. Gerakan semu terjadi bila ada dua rangsang yang berbeda muncul

hampir bersamaan waktunya.

(2)

Gerakan semu ada 2 macam, yaitu :

1. Efek otokinetik

Bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita,cahaya tersebut akan

nampak bergerak ke atas, ke bawah, ke samping kiri, ke samping kanan.

2. Gerakan stroboskopik

Terjadi karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir bersamaan.

Dalam gerakan stroboskopik ini ada gejala yang disebut phi-penomenon. Gejala ini

terjadi bila ada dua rangsang atau lebih yang muncul dalam waktu yang amat pendek

dan diamati sebagai gerakan dari satu rangsang saja. Contohnya seperti lampu-lampu

iklan di toko atau jalan besar, demikian juga dalam pemutaran film menggunakan

teknik ini.

Bila garis yang ditunjukkan, lalu hilangkan dari medan penglihatan tetapi dengan

cepat di ganti dengan garis B, maka akan diamati , gerakan garis A roboh.

F. Ilusi

Ilusi adalah kesalahan dalam persepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah terhadap fakta-fakta objektif yang d sajikan alat-alat indra kita

• Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal: (gambar atau bayangan di cermin kelihatannya terletak di belakang cermin)

• Ilusi disebabkan kebiasaan: rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.

• Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu: kita akan sering melihat sesuatu yang mirip dengan barang yang hilang yang sangat kita harapkan untuk kembali.

(3)

• Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks: bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.

G. Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi.

o Perhatian yang selektif: pemusatan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu saja.

o Ciri-ciri rangsang: rangsang yang bergerak di antara rangsang-rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian.

o Nilai-nilai dan kebutuhan individu: seorang seniman mempunyai pengamatan yang berbeda dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati objek tertentu.

(4)

KETERANGAN TAMBAHAN :

Definisi Persepsi

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi

terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Istilah persepsi sering

dikacaukan dengan sensasi. Sensasi hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus baru diterima

otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang

berhubungan dengan stimulus tersebut (Wikimedia).

Persepsi adalah proses mulai dari diterimanya suatu rangsangan (penginderaan=

sensation) yang meliputi objek, kualitas, hubungan antargejala, maupun peristiwa;

interpretasi terhadap rangsangan-rangsangan tersebut sampai rangsangan itu disadari dan

dimengerti. Oleh karena itu persepsi boleh dikatakan sebagai interpretasi/penafsiran dari

pengalaman (the interpretation of experience).

Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan.

Untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk

(5)

sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

Penyimpangan dalam Persepsi

Melakukan persepsi kadang kala manusia melakukan kesalahan interpretasi atau penyimpangan (ketidaktepatan dalam mempersepsi) suatu stimulus. Ada dua penyimpangan persepsi yaitu :

1. Ilusi; yaitu salah menafsirkan rangsang, Jadi persepsi tidak sesuai kenyataan. Ilusi bukanlah kelainan dalam jiwa seseorang. Beberapa faktor yang menyebabkan ilusi adalah sebagai berikut : a. Faktor kealaman : ilusi terjadi karena pengaruh alam misal ilusi kaca atau gema (echo) b. Faktor stimulus :

• stimulus yang mempunyai arti lebih dari satu (ambigu) dapat menimbulkan ilusi • stimulus yang tidak dianalisi lebih lanjut akan memberi impresi secara total c. Faktor individu :

Faktor ini disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis (mental set) misal kebiasaan mendengarkan bunyi klakson motor Honda, suatu saat mendengar bunyi yang sama akan dikatakan sebagai bunyi motor Honda padahal bukan.

2. Halusinasi (gambaran khayal) ; adalah sangkaan dari organisme seolah-olah melihat, mendengar, padahal objek tidak ada atau individu merasa melakukan persepsi padahal individu tersebut tidak dikenai stimulus, jadi ini merupakan persepsi subjektif dari individu. Contoh orang mabuk kadang melihat sesuatu yang objeknya tidak ada karena terganggu indera dan sensorisnya. Keadaan ini merupakan kondisi yang tidak normal dan umumnya merupakan pertanda bahwa jiwanya telah mengalami gangguan.

Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 1991: 108) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang

(6)

mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.

Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 1986 : 54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi.

Referensi

Dokumen terkait