• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak sebagai bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya diperlukan pembinaan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial serta perlindungan dari segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa depan.1

Seorang anak yang kurang memperoleh perhatian dari orang tua dapat mendorong anak tersebut untuk melakukan tindakan amoral bahkan antisosial yang dapat merugikan dirinya sendiri, lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar. Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada permasalahan dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai penyimpangan perilaku dikalangan anak.2

Dalam berbagai hal upaya pembinaan dan perlindungan tersebut, dihadapkan pada permasalahan dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai penyimpangan perilaku dikalangan anak.3 Apabila penyimpangan dan pelanggaran tersebut dilakukan, maka anak tersebut dikatakan sebagai anak nakal. Dalam menghadapi dan menanggulangi perbuatan dan tingkah laku anak nakal ini perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan segala ciri dan sifatnya yang khas.

1 Nashriana, Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Penjara Terhadap Anak Pelaku Penyalahgunaan Narkoba, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, hal. 1

2 http://fppsi.um.ac.id/penyebab kenakalan dan kriminalitas anak, Diakses tanggal 27 Januari 2022 pada pukul 13.53 WIB

3 Laurensius Arliman S, Perlindungan Hak Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, Lex Jurnalica Vol. 14. ( 2, Agustus 2017), 94.

(2)

2

Mengingat ciri dan sifat yang khas pada anak dan demi perlindungan hukum terhadap anak, maka anak memiliki hak konstitusional untuk mendapatkan perlindungan oleh negara. 4 Perlindungan negara terhadap hak anak dalam konstitusi negara ini ditegaskan dalam pasal 28B ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945), yaitu yang berbunyi “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Perlindungan dari kekerasan

ataupun diskriminasi kepada anak ini juga diberikan kepada anak yang menjadi pelaku tindak pidana. Perlindungan ini salah satunya dengan adanya hak untuk dipisahkan penempatannya dengan narapidana dewasa dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS).5

Ketentuan mengenai penempatan secara terpisah ini sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, anak sebagai pelaku tindak pidana mendapatkan dukungan sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya dalam penyelenggaraan perlindungan anak, sesuai dengan pasal 22 UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Hal ini untuk kepentingan anak, supaya tidak terpengaruhi jika dicampur, sehingga perkembangan anak sesuai dengan usianya yang akan berdampak bagi masa depannya.6

Lembaga Pemasyarakatan Anak atau yang sekarang berganti menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) adalah tempat untuk membina dan mendidik anak didik pemasyarakatan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. LPKA tidak hanya bertugas memberikan pembinaan, namun juga dituntut mampu menumbuhkan rasa percaya diri pada anak didik lembaga pembinaan dengan pola pembinaan yang dilaksanakan. Kedudukan lembaga pemasyarakatan tidak semata-mata memberikan sanksi hukum pencabutan atau perampasan kebebasan namun lebih spesifik

4 Sarwirini, Kenakalan Anak (Juvenile Deliquency) : Kualitas Dan Upaya Penanggulangannya, Volume XVI No. 4, Tahun 2011 September: 244

5 https://www.suduthukum.com/Penegakan Hukum,Diakses pada tanggal 27 Januari 2022 pada pukul 14.14 WIB

6 https://www.pn-palopo.go.id/Paradigma baru hukum perlindungan anak pasca perubahan undang undang perlindungan anak, Diakses pada tanggal 27 Januari 2022 pada pukul 14.27 WIB

(3)

3

bahwa pembinaan yang dilakukan harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri dan menjamin hak dan kewajiban anak didik agar nantinya anak didik tersebut mampu secara utuh kembali ke tengah masyarakat.7

Namun pada kenyataannya masih banyak ditemukan bahwa lembaga khusus untuk menampung dan memberi pembinaan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana masih sangat kurang, dan masih sangat sedikit lembaga yang mau menerima anak sebagai pelaku tindak pidana tersebut, Oleh karena itu satu-satunya solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan menitipkan ke dinas sosial di bawah Kementrian Sosial (Kemensos) yaitu Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS). Namun pada kenyataannya, tidak semua wilayah terdapat lembaga sosialnya, maka akhirnya anak harus ditempatkan bersama narapidana dewasa di Lapas Dewasa. Pelanggaran atas hal ini jelas bertentangan dengan perintah UU SPPA dan pelanggaran atas hak anak. Kondisi tempat penahanan dan pembinaan anak bisa menjadi masalah serius dikemudian hari, karena ternyata pemenjaraan pada anak masih berpotensi besar terjadi.8

Karena sangat sedikit tempat yang ditunjuk oleh BAPAS tersebut bersedia menerima dan melakukan pembinaan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana maka BAPAS menempatkan anak pelaku tindak pidana tersebut ke LAPAS Kota Malang atau LAPAS dewasa, sehingga tidak terjaminnya pemenuhan hak anak sebagaimanamestinya.

Dicampurnya anak dengan narapidana dewasa ini tidak sesuai dengan Pasal 85 Undang – Undang SPPA. Karena dalam Undang-Undang SPPA disebutkan bahwa Anak yang dijatuhi pidana penjara ditempatkan di LPKA dan berhak dipisahkan dari orang dewasa. Anak yang berkonflik dengan hukum memiliki serangkaian hak – hak yang harus diberikan kepadanya,

7 Syawal Amri Siregar, Suatu Tinjauan Kedudukan Lembaga Permasyarakatan Sebagai Sub Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia, Jurnal Retentum Volume 1, Nomor 1, Agustus 2019 ;27-38

8 https://icjr.or.id/, Implementasi system peradilan pidana anak di Indonesia, Diakses pada tanggal 27 Januari 2022 pada pukul 14.47 WIB

(4)

4

dan dalam melaksanaan pemenuhan hak nya tersebut harus mendapatkan pembinaan yang berbeda dengan narapidana dewasa.9

Keberadaan narapidana anak dalam tempat penahanan dan pemenjaraan bersama narapidana dewasa, berdampak kepada hak yang kurang terpenuhi salah satunya hak pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan, sehingga menjadiseorang yang terdidik itu sangat penting.10 Pemerintah telah mencanangkan wajib belajar 9 (Sembilan) tahun dan program lain yaitu kejar paket A, kejar paket B, kejar paket C yang telah dituangkan dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Dan Pemberantasan Buta Aksara. Dalam hal ini termasuk pendidikan terhadap warga negara yang telah menjadi narapidana untuk dapat mengikuti pembelajaran dalam progam yang dimaksud.

Pemenuhan hak atas pendidikan dan pengajaran bagi anak didik pemsyarakatan adalah kewajiban negara, setiap Lapas berkewajiban untuk menyediakan petugas pendidikan dan pengajaran serta memfasilitasi kegiatan belajar mengajar kepada narapida dan anak didik pemsyarakatan. Selanjutnya Kepala Lapas dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran terhadap narapidana anak dapat bekerjasama dengan instansi pemerintah yang lingkup tugasnya meliputi bidang pendidikan dan kebudayaan atau badan – badan kemsyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran didalam Lapas diselenggarakan menurut kurikulum yang berlaku pada lembaga pendidikan yang

9 Simson Kristianto, Pemenuhan Hak Narapidana Anak Di Lembaga Pembinaan Yang Bukan Khusus Anak, Jurnal HAM Volume 12, Nomor 1, April 2021: 97 - 98

10 https://dspace.uii.ac.id/handle/ Pemenuhan Hak Dalam Mendapatkan Pendidikan Bagi Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum. Diakses tanggal 7 Januari 2022 pada pukul 19.13 WIB

(5)

5

sederajat. Dan setiap narapidana anak yang berhasil menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, berhak memperoleh surat tanda tamat belajar dari instansi yang berwenang.11

Namun pada faktanya di lapangan, pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan bagi narapidana anak masih belum maksimal dilaksanakan, dipengaruhi salah satu faktor penahanan anak tidak dipisahkan dengan narapidana dewasa sehingga menghambat pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan tersebut. Dikarenakan kurang sesuainya penempatan narapidana anak di Lapas dewasa membuat pemenuhan hak pendidikan memiliki banyak hambatan , seperti hal nya belum maksimalnya penyediaan fasilitas pendidikan, tenaga pengajar, dan kurangnya keterlibatan pihak swasta dan instansi pemerintah dalam mendukung pendidikan dan pengajaran di Lembaga pemsyarakatan dewasa klas IIA Malang.

Melihat dampak yang timbul dari penempatan anak di lembaga pemasyarakatan dewasa terhadap tujuan pembinaan. Tujuan pembinaan dalam sistem pemasyarakatan serta untuk mengetahui upaya pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan pada anak seperti apa yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan kepada anak tersebut memberikan alasan penulis untuk meneliti mengenai hak pendidikan yang belum terpenuhi karena dampak penempatan anak dalam lembaga pemasyarakatan berkaitan dengan tujuan pembinaan dalam sistem pemasyarakatan studi di Lembaga Pemasyarakatan Perempua Klas IIA Malang.12

Oleh karena itu penulis mengmbil judul yaitu “Perlaksanaan Pemenuhan Hak Pendidikan Terhadap Anak yang Dipenjara dengan Orang Dewasa Menurut Undang- undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Malang)”.

11 https://www.hukumonline.com/pendidikan bagi anak di lembaga pembinaan khusus anak. Diakses pada tanggal 7 Januari 2022 pada puul 19.00 WIB

12 http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/ Dampak Penempatan Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Berkaitan Dengan Tujuan Pembinaan Dalam Sistem Pemasyarakatan. Diakses pada tanggal 8 Maret 2022 pada pukul 13.36

(6)

6 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksaan pemenuhan hak pendidikan terhadap anak yang dipenjara bersama dengan orang dewasa sesuai dengan Pasal 85 UU No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Malang?

2. Bagaimana upaya yang diberikan Lapas untuk pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan terhadap anak yang dipenjara bersama dengan orang dewasa sesuai dengan Pasal 85 UU No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Malang?

C. Tujuan Penulisan

Setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan yang diharapkan dapat berguna bagi kita semua, demikianpun dengan skripsi ini, adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk memahami kendala apa saja yang dihadapi oleh Lapas Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Malang untuk melakukan perlindungan hukum bagi anak yang dipenjara dengan orang dewasa sesuai dengan pasal 85 UU No 11 Tahun 2012.

2. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Kota Malang agar perlindungan hukum terhadap anak yang dipenjara bersama dengan orang dewasa tetap tercapai.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat:

1. Manfaat secara Teoritis

(7)

7

Memberikan informasi dan sumbangan pemikiran kepada penegak hukum dan juga pihak yang berwenang untuk melakukan pemenuhan terhadap hak anak sebagai pelaku tindak pidana. kebutuhan masyarakat dan sebagai pijakan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara Praktis

Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai masalah apa yang terjadi pada pihak yang berwenang untuk mecarikan tempat pembinaan kepada pelaku tindak pidana dibawah umur dan bagimana cara pemecahan maslaah yang dilakukan agar pembinaan menjadi lebih baik dan tujuan utama pembinaan anak didik lembaga pembinaan dapat tercapai.

E. Kegunaan Penelitian

Berikut ini merupakan kegunaan penelitian yang telah dilakukan oleh peeliti dijabarkan sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri kegunaan penelitian ini adalah untuk menguji sejauh mana implementasi UU No. 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak dengan adanya hambatan yaitu minimnya sarana yang ada di

Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Timur.

2. Bagi Anak

Penelitian ini diharapkan menjadi pengetahun baru bagi semua anak-anak khususnya anak-anak yang terlibat dalam kasus hukum agar mereka sadar bahwa hak-hak mereka sebagai warga negara dilindungi oleh Undang 3. Bagi Masyarakat

Masyarakat luas diharapkan lebih menyadari adanya hak-hak anak yang

dilindungi oleh Undang-undang sehingga tidak berbuat semena-mena terhadap anak.

(8)

8 F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian yuridis empiris, atau disebut dengan penelitian lapangan yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya dalam masyarakat. Pendekatan yuridis (hukum dilihat sebagai norma atau das sollen), karena dalam membahas permasalahan penelitian ini menggunakan bahan- bahan hukum (baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis atau baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder). Pendekatan empiris (hukum sebagai kenyataan sosial, kultural atau das sein), karena dalam penelitian ini digunakan data primer yang diperoleh dari lapangan.

Permasalahan pada penelitian ini dengan melakukan studi kepustakaan dengan mengkaji pelaksanaan Undang-undang terkait yaitu Pasal 85 UU Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem peradilan Pidana Anak, Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan, dan pelatihan serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ayat (2) LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan pendekatan empiris digunakan untuk mengetahui upaya lembaga pemasyarakatan Klas II A Malang dalam pelaksanaan pemenuhan hak pendidikan terhadap anak yang dipenjara dengan orang dewasa.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan untuk dapat menunjang data dan informasi pada penulisan penelitian hukum ini berlokasi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Klas IIA Kota Malang. Hal tersebut dikarenakan karena penulis ingin meneliti implementasi UU No.

(9)

9

11 Tahun 2012 tentang perlindungan anak di LAPAS tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan pada November 2020.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan penulisan hukum ini dipelukan jenis data sebagai berikut:

a) Data Primer yang merupakan data yang di dapatkan secara langsung dari hasil wawancara di lapangan. Data jenis ini diperoleh dari sumber data yang merupakan responden penelitian.

b) Data Sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung atau data yang didapatkan melalui studi kepustakaan, yang terdiri dari:

1) Dokumen-dokumen resmi, arsip-arsip yang terdapat di lokasi penelitian.

2) Literatur Perundang – undangan yakni pasal 85 UU NO 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak ayat (1) Anak berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan, pendidikan, dan pelatihan serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang –undangan. Ayat (2) LPKA wajib menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, ketrampilan, pembinaan, dn pemenuhan hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan tindak lanjut proses pengolahan data setelah data terkumpul.

Data yang telah terkumpul melalui penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan yang kemudian data tersebut dianalisis secara kualitatif, yakni jenis penelitian yang temuan- temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selain itu, data yang sudah terkumpul mempunyai ciri-ciri diantaranya data tersebut tidak berupa angka- angka yang dapat dilakukan pengukuran, data yang diperoleh sukar diukur dengan angka.

Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif dengan membentuk narasi secara deduktif. Analisis data merupakan penjelasan mengenai proses

(10)

10

memanfaatkan data yang terkumpul untuk selanjutnya digunakan dalam memecahkan masalah penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaani untuk menjawab rumusan masalah.

G. Sistem Penulisan Penelitian

Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Bab I Pendahulan menguraikan tentang latar belakang jenis pendekatan, lokasi dan waktu penelitian serta teknik pengumpulan data yang dilakukan.

2. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak.

3. Bab III membahas mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

4. Bab IV merupakan kesimpulan dari keseluran penelitian yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 23,6 persen yang berarti variasi manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel independen,

Pengetahuan Dengan Minat Ibu Hamil Trimester III Dalam Mengikuti Hypnobirthing di Puskesmas Kabuh, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, dengan hasil penelitian

 Selain  itu  perumahan  juga  kembali  dibangun  dan   bertambah  sebarannya  ke  arah  utara  dan  agak  menjauh  dari  bibir  pantai..  Grafik  perubahan  tata

Microsoft DOS (Disk Operating System)   adalah salah satu sistem operasi   adalah salah satu sistem operasi yang banyak digunakan oleh komputer IMB-PC maupun oleh

(Brooks 1987, dikutip dari buku Object Oriented Modeling And Design, tulisan James Rumbaugh, dkk) (NUG[10]) mengemukakan bagian tersulit dari pengembangan perangkat lunak

Arsip yang ada pada pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi (PPPTMGB) “LEMIGAS” semakin hari bertambah volumenya sehingga dapat mengakibatkan

Teori ini diperkenalkan oleh John Griffiths, yang merupakan suatu bentuk penyelesaian yang dipergunakan dalam sistem peradilan pidana yang disebut kekeluargaan dimana

Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya resiko cidera yang tinggi dan mengetahui efektifitas pada latihan tersebut maka dalam penelitian ini, penulis ingin membuktikan