• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Bed Occupancy Ratio (Bor) Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud Aceh Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Bed Occupancy Ratio (Bor) Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud Aceh Timur"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|220 Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Bed Occupancy Ratio

(Bor) Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud Aceh Timur

Erizal1, Hayatul Muna 2

1,2STIKes Bustanul Ulum Langsa-Aceh

ABSTRAK

Sebagai upaya untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit maka National Health Services (NHS), memperkenalkan enam syarat dalam menilai kinerja pelayanan rumah sakit, salah satunya yaitu efisiensi. Pada pengelolaan unit rawat inap, tingkat efisiensi dapat meningkatkan mutu pelayanan rawat inap di rumah sakit. Efisiensi merupakan salah satu indikator kinerja yang mendasari seluruh kinerja pelayanan kesehatan di rumah sakit, terkhususnya di unit rawat inap. Salah satu indikator efisiensi layanan RS adalah dengan menghitung rasio hunian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) dari rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pencapaian BOR di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai BOR tahun 2020 sebesar 46%, gambaran fasilitas pelayanan kesehatan bagus untuk saat ini seperti jumlah tempat tidur siap pakai yang tersedia, fasilitas telah sesuai dengan standar dan kebutuhan ruangan, gambaran jumlah tenaga kesehatan telah memenuhi atau sebanding untuk saat ini namun butuh tambahan jika BOR mencapai 100% agar pelayanan tetap maksimal, gambaran upaya kesehatan tidak hanya kuratif namun telah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, antara lain upaya pendidikan kesehatan, upaya promotif maupun rehabilitatif. Saran yang diajukan adalah pihak RSUD dr. Zubir Mahmud melakukan penambahan jumlah tenaga kesehatan seperti dokter spesialis dan perawat agar indikator BOR, LOS, TOI dan BTO mencapai nilai yang optimal serta untuk mencukupi jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan standar Rumah Sakit Kelas C, serta dalam masa pandemi COVID-19 menyediakan area pelayanan yang terpisah antara layanan umum dan layanan khusus COVID-19.

Kata Kunci : Gambaran, Faktor, Pencapaian, BOR

Description Of Factors That Influence The Achievement Of Bed Occupancy Ratio (Bor) At Dr. Zubir Mahmud East Aceh

ABSTRACT

In an effort to assess the quality of hospital services, the National Health Services (NHS), introduced six conditions in assessing the performance of hospital services, one of which is efficiency. In the management of inpatient units, the level of efficiency can improve the quality of inpatient services in hospitals. Efficiency is one of the performance indicators that underlies the entire performance of health services in hospitals, especially in inpatient units. One indicator of the efficiency of hospital services is to calculate the bed

(2)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|221

occupancy ratio (BOR) of the hospital. This study aims to describe the achievement of BOR at the Regional General Hospital dr. Zubir Mahmud. This research was conducted from March to August 2021. This type of research is descriptive qualitative. From the results of the study, it is known that the BOR value in 2020 is 46%, the description of health care facilities is good for now such as the number of ready-made beds available, the facilities are in accordance with the standards and room requirements, the description of the number of health workers has met or is comparable at this time. However, if the BOR reaches 100% so that the service remains optimal, the description of health efforts is not only curative but is in accordance with the conditions and needs of patients, including health education efforts, promotive and rehabilitative efforts. The suggestion put forward is the RSUD dr. Zubir Mahmud has increased the number of health workers such as specialist doctors and nurses so that the BOR, LOS, TOI and BTO indicators reach optimal values and to meet the number of health workers in accordance with Class C Hospital standards, and during the COVID-19 pandemic to provide service areas that are separate public services and special services for COVID-19.

Keywords : Description, Factors, Achievement, BOR

(3)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|222 PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan salah satu upaya yang dapat meningkatkan derajat kesehatan manusia yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rasio tempat tidur merupakan indikator terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan rujukan atau perorangan di suatu wilayah (Elyana, Erawantini, & Suratmi, 2020).

Menurut (Depkes R.I., 2005), salah satu pelayanan yang diberikan dalam rumah sakit adalah rawat inap. Unit rawat inap merupakan unit dari rumah sakit yang memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan untuk observasi, diagnosis, pengobatan atau upaya pelayanan kesehatan lainnya dengan cara menginap di rumah sakit. Melihat cukup pentingnya peran instalasi rawat inap ini dalam sebuah rumah sakit, maka diharapkan instalasi rawat ini memberikan kontribusi yang optimal.

Ruang rawat inap rumah sakit dapat diuraikan dari berbagai aspek.

Penampilan keprofesian atau aspek klinis, aspek ini menyangkut pengetahuan, sikap dan perilaku dokter dan perawat dan tenaga profesi lainnya. Efisiensi dan efektifitas, aspek ini menyangkut pemanfaatan semua sumber daya di rumah sakit agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. Keselamatan pasien, aspek ini menyangkut keselamatan dan keamanan pasien. Kepuasan pasien, aspek ini menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial pasien terhadap lingkungan rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan, keramahan,

perhatian, biaya yang diperlukan dan sebagainya.

Sebagai upaya untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit maka National Health Services (NHS), memperkenalkan 6 (enam) syarat dalam menilai kinerja pelayanan rumah sakit, salah satunya yaitu efisiensi. Pada pengelolaan unit rawat inap, tingkat efisiensi dapat meningkatkan mutu pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Efisiensi merupakan salah satu indikator kinerja yang mendasari seluruh kinerja pelayanan kesehatan di rumah sakit, terkhususnya di unit rawat inap (Reganata

& Saputra, 2019).

Pendayagunaan tempat tidur di rumah sakit seharusnya efisien dari aspek ekonomi maupun aspek medis (Susilo &

Nopriadi, 2012). Salah satu indikator efisiensi layanan RS adalah dengan menghitung rasio hunian tempat tidur atau Bed Occupancy Ratio (BOR) dari rumah sakit (Sidiq & Afrina, 2017).

Indikator yang bisa digunakan untuk menilai rumah sakit yang palig sering digunakan adalah Bed Occupancy Ratio (BOR), Average Length Of Stay (ALOS), Turn Over Internal (TOI), Bed Turn Over (BTO). BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode. Nilai standar ideal untuk keempat parameter tersebut adalah BOR

(4)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|223 60 - 85%, ALOS 6 - 9 hari, TOI 1 - 3 hari

dan BTO 40 – 50 kali (Kemenkes, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pencapaian Bed Occupancy Ratio (BOR) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud Aceh Timur.

METODE

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur.

Informan penelitian ini di tentukan dengan teknik purposive sampling yaitu informan di pilih berdasarkan pada suatu pertimbangan kemampuan personal dan merupakan orang orang yang bertanggungjawab pada unit kerjanya untuk memberikan jawaban yang tepat sehingga data yang di peroleh lebih akurat yang berjumlah total 4 (empat) orang.

HASIL

Pernyataan Informan tentang Bed Occupancy Ratio (BOR) di RSUD dr.

Zubir Mahmud

Menurut Sudra (2010), BOR merupakan indikator yang menggambarkan persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit pada satuan waktu tertentu. Standar BOR yang ditetapkan oleh Kemenkes, 2011 adalah 60 - 85%.

“BOR tahun 2020 itu… 46%, terus… untuk saat ini… melihat kondisi pandemi, pandemi covid sangat signifikan mempengaruhi BOR. Tapi kalau sebelumnya tidak

pernah dibawah 60%...” (Informan 1).

“Pencapaian nilai BOR tahun 2020 itu 46%... kalo kondisi sekarang kan memang berpengaruh ya, ee…

karena kita lagi covid kek gini, BOR aja ini udah gak, gak mencapai BOR ideal sama sekali. Sangat- sangat rendah ya, kalo tahun…

selama covid 2 tahun ini. Begitu juga dengan LOS, TOI, BTO, gak sesuai, gak memenuhi standar. Kalo sebelum covid, BOR kita… masih masih ideal kan BOR nya 60% – 85%. Gak pernah, gak pernah dibawah 60%” (Informan 4).

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa nilai pencapaian nilai BOR tahun 2020 adalah 46%. Faktanya selama pandemi COVID-19 di dua tahun terakhir tidak ideal dan sangat rendah, berbeda dengan kondisi sebelum pandemi COVID-19 dimana nilai BOR tidak pernah berada dibawah 60%.

Pernyataan Informan tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit.

“Untuk di ruang RPDP ini kami jumlah tempat tidur semuanya ada 22 tempat tidur, ya, 17

(5)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|224 tempat tidur itu untuk pasien

biasa dan 5 tempat tidur untuk pasien infeksius. Aa.. jadi ada…

di 17… apa 22 tempat tidur itu, ada 5 kamar, ya. Jadi satu kamar itu kami peruntukkan lima tempat tidur untuk pasien yang infeksius, seperti pasien DB…”

(Informan 1).

“…kami di sini ada 5 tempat tidur untuk pasien VVIP”

(Informan 2).

Jumlah tempat tidur siap pakai di RSUD dr. Zubir Mahmud telah sesuai kebutuhan, ruangan juga telah dibedakan bagi pasien dengan penyakit infeksius dan non infeksius. Total terdapat 188 tempat tidur, RPDP 22, RPDW 34.

“aa.. untuk komplain pernah, pernah kami dapatkan komplain, namun dengan komunikasi yang baik insyaa Allah komplain tersebut bisa tertangani. Paling biasanya aa… pasien komplain… mungkin aa..

dokternya yang terlambat visitasi kan, mungkin ada visitasi di ruangan lain, harus masuk poliklinik ataupun terkadang pasiennya komplain airnya kurang… aa… bersih… kan”

(Informan 1).

“sejauh ini sih ada, namun bukan sesuatu yang bersifat sangat mengganggu pelayanan

di ruang VVIP ini” (Informan 2).

RSUD dr. Zubir Mahmud pernah menerima komplain dari pasien, namun bukan sesuatu yang bersifat sangat mengganggu pelayanan dan dapat segera diatasi dengan komunikasi yang baik.

Pernyataan Informan tentang Jumlah Tenaga Kesehatan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

“Kalau mengikuti aturan, mengikuti rumus itu belum sebanding, belum sebanding.

Tapi untuk saat ini karena kondisi seperti ini seperti saya sampaikan di awal tadi, karena pasiennya juga kurang, insyaa Allah mencukupi. Tapi kalau BORnya 100% ya… sesuai dengan tempat tidur yang ada, kami butuh tambahan… butuh tambahan tenaga” (Informan 1).

“Aa… tergantung karena kan sesuai dengan jumlah tempat tidur. Total perawat kami disini ada 15” (Informan 2).

(6)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|225 Jumlah tenaga kesehatan di RSUD

dr. Zubir Mahmud terutama tenaga perawatan, telah sebanding dengan pasien jika saat kondisi pandemi seperti ini, namun jika nilai BOR mencapai 100%

maka dikhawatirkan pelayanan menjadi tidak maksimal sehingga perlu tambahan tenaga keperawatan.

Pernyataan Informan tentang Upaya Kesehatan

Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang sesuai standar, dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan penyakit oleh Rumah Sakit.

“Untuk pasien rawat inap, kita disini selain dengan kuratif ya, yang aa… DPJPnya terkait dengan kuratif itu langsung dari spesialis, aa… kita sebagai perawat disini yang melakukan asuhan keperawatan termasuk mengedukasi pasien, penkes ya, memberikan penkes, aa… dan memberikan aa… asuhan terkait dengan khususnya keperawatan pasien mulai dari kebutuhan dasar sampai dengan kebutuhan lanjut.

Iya yang diberikan langsung oleh perawat disini, jika pasien-pasien juga butuh misalnya fisioterapi dan lain sebagainya kita juga aa…

kolaborasi dengan aa.. tim yang lain” (Informan 1).

“Kita melakukan Edukasi pada pasien. Kemudian kita sarankan pada pasien setiap paginya untuk berjemur. Pada pasien yang sanggup bangun. Setiap paginya jam 9. Dilakukan oleh petugas sendiri” (Informan 2).

“aa.. Yang pertama kita melakukan edukasi, edukasi pasien, karena yang memberikan edukasi itu sesuai dengan kebutuhan pasien. Apa kebutuhan pasien yang kita itu, aa.. misalnya kebutuhan pasien tentang penanganan rasa nyeri. Kita melakukan edukasi bagaimana untuk penanganan rasa nyeri yang dirasakan. Kemudian tentang kebutuhan apa… tentang diet pasien yang dibutuhkan atau perawatan pada perawatan luka di rumah . Itu perawatan pada apa…

memasang kateter di rumah tu gimana. Kemudian aa… misalnya kalo misalnya perawatan untuk pasien DM. itu kan ada penyuntikan insulin. Kita memberikan aa… pelatihan edukasi pada keluarga atau pasien bagaimana cara untuk melakukan penyuntikan. Media yang dipakai biasa leaflet. Kita ada leaflet perawatan luka di rumah, kita ajari pasien perawatan luka di rumah. Misal pemakaian jarum suntik, seperti insulin, ya kan, itu

(7)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|226 kita ajarkan pasien. Waktunya,

pemberian insulin kapan, cara pemberiannya bagaimana, cara pembuangan spet insulinnya itu bagaimana, ga boleh sembarangan dibuang, gitu, sembarangan tempat. Upaya promotif dilakukan bisa waktu pasien baru masuk bisa kita lakukan, promosi kesehatan, atau pasien mau pulang”

(Informan 3).

Upaya kesehatan lain selain tindakan kuratif pada pasien rawat inap di RSUD dr. Zubir Mahmud antara lain upaya promotif seperti pendidikan kesehatan (penkes) pada pasien.

Bentuknya adalah berjemur di pagi hari, pemberian edukasi dengan menggunakan bantuan media leaflet, termasuk pula upaya rehabilitatif dengan bantuan fisioterapis.

PEMBAHASAN

Bed Occupancy Ratio (BOR)

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan dapat diketahui bahwa pencapaian nilai BOR tahun 2020 adalah 46%. Faktanya selama pandemi COVID- 19 di dua tahun terakhir tidak ideal dan sangat rendah, berbeda dengan kondisi sebelum pandemi COVID-19 dimana nilai BOR tidak pernah berada dibawah 60%.

Rendahnya nilai BOR dapat memberikan dampak bagi rumah sakit terutama dalam hal pendapatan rumah sakit dan sebaliknya, nilai BOR yang tinggi juga dapat memengaruhi kinerja rumah sakit serta kepuasan pasien jika

tidak diikuti dengan kebijakan yang benar, maka rumah sakit harus berusaha mempertahankan nilai BOR agar sesuai dengan standar ideal yang telah ditetapkan yaitu antara 60% - 85%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khair (2016) yang menunjukkan rendahnya nilai BOR di RSUD dr. Rasidin Padang dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pasien rawat inap. Rendahnya jumlah kunjungan disebabkan oleh kurangnya sarana prasarana, tenaga kesehatan, keterbatasan pemeriksaan penunjang, dan pesaing yang lebih unggul.

Rumah Sakit Umum Daerah dr.

Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur merupakan salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, namun jumlah kasus COVID-19 di Aceh Timur relatif sedikit sehingga tidak terlalu signifikan terhadap kenaikan nilai BOR.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa selama kondisi pandemi COVID-19, nilai BOR RSUD dr. Zubir Mahmud yang rendah dipengaruhi oleh jumlah kunjungan masyarakat. Pandemi COVID- 19 membuat kepercayaan masyarakat menurun terhadap rumah sakit sehingga enggan mengunjungi rumah sakit.

Salah upaya efektif agar masyarakat tidak enggan mengunjungi rumah sakit adalah menyediakan area pelayanan yang terpisah antara layanan umum dan layanan khusus COVID-19.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara yang didasari oleh pernyataan informan

(8)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|227 diketahui bahwa alat dan atau tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit sudah memenuhi kebutuhan dan memenuhi standar keperawatan.

Rumah sakit hendaknya memiliki fasiltas yang berupa sarana, prasarana dan peralatan. Sarana merupakan segala sesuatu benda fisik yang dapat bervisualisasi mata maupun teraba oleh panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan (umumnya) merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri.

Prasarana merupakan benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa fasilitas pelayanan kesehatan di RSUD dr. Zubir Mahmud sudah sesuai dengan standar kelas C dan beberapa alat penunjang medis sudah ditambah setelah akreditasi dan akan terus dilengkapi, namun dengan demikian pihak RSUD dr. Zubir Mahmud masih perlu melakukan pengawasan serta pengecekan secara berkala dan teratur terhadap alat penunjang medis agar dapat memenuhi standar persyaratan mutu pelayanan serta keamanan dan keselamatan layak pakai dalam meningkatkan kualitas pelayanan seluruh fasilitas kesehatan yang ada di RSUD dr.

Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur sesuai standar klasifikasi Kelas C tersebut.

Jumlah Tenaga Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan, jumlah tenaga kesehatan di ruang rawat inap penyakit dalam pria dan wanita pada saat ini sudah sebanding atau mencukupi, begitu juga di ruang VVIP. Namun jika sesuai aturan dan tingkat BOR mencapai 100% maka jumlah tenaga kesehatan ruang rawat inap penyakit dalam pria dan wanita belum sebanding atau mencukupi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nofitasari (2017), dimana diketahui bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya BOR di rumah sakit Mitra Paramedika adalah kurangnya sumber daya manusia, sarana prasarana yang kurang memadai, prosedur pengobatan yang belum memenuhi standard, belum menggunakan billing system, dan banyaknya rumah sakit (RS) kompetitor yang berdekatan (Nofitasari, 2017).

Hasil penelitian lain yang sesuai dengan penelitian ini adalah berdasarkan penelitian (Fidora, 2020), dimana meurut hasil wawancara diketahui bahwa Tenaga Kesehatan di RSUD Tanjung Pura sudah memenuhi kebutuhan rumah sakit, namun perlu penambahan kuantitas Dokter Spesialis serta adanya pengawasan lebih untuk meningkatkan kedisiplinan dokter dalam melakukan penanganan medis sesuai jadwal yang ditetapkan dalam tata tertib prosedur pelayanan rumah sakit, perlunya penambahan Tenaga Perawat serta mengadakan Pelatihan untuk tenaga keperawatan dalam menunjang pelayanan kesehatan yang lebih maksimal.

(9)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|228 Kondisi pandemi COVID-19

menyebabkan jumlah pasien rawat inap menurun. Namun jika BOR terpenuhi hingga 100% maka perlu dilakukan penambahan tenaga agar pelayanan terhadap pasien tidak mengalami hambatan. Disamping itu selain jumlah tenaga yang perlu mendapat perhatian, fakor lain yang penting untuk diperhatikan adalah faktor pelatihan dalam memberikan penanganan berupa pelayanan kesehatan terhadap pasien dan faktor keterlambatan penanganan pihak tenaga medis seperti dokter spesialis yang tidak selalu berada ditempat dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap pengaturan jadwal penanganan dokter spesialis ke pasien.

Upaya Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan diketahui bahwa upaya kesehatan kuratif dilakukan sejalan dengan sejumlah upaya promotif dalam rangka mendukung upaya kuratif seperti pendidikan kesehatan penyuntikan insulin bagi pasien DM, penanganan rasa nyeri di rumah yang disampaikan pada pasien dan keluarganya, maupun upaya dalam rangka menghindari COVID-19 seperti berjemur di pagi hari.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lestari &

Wahyuni, 2019), dimana faktor – faktor yang mempengaruhi nilai BOR tidak efektif meliputi Methode (metode) (jadwal visit dokter belum dipatuhi dan SOP terkait CP belum terimplementasi), Machine (mesin) (kekurangan ketersedian TT, system error, dan forum rapat kurang

efektif), Man (sumber daya manusia) (kurang dokter spesialis bedah syaraf, ketidakpastian dokter dalam melakukan kunjungan visit, dokter part time), Materials (bahan) (data rekapitulasi tidak tersedia item data LD, SHRI hanya berisi resume kegiatan 1 hari dalam bentuk angka), Money (dana) (Belum ada dana untuk pemberian reward), lingkungan (akses jalan rusak dan lokasi kurang stategis).

Upaya kesehatan di RSUD dr.

Zubir Mahmud sudah memiliki kualifikasi yang baik seperti adanya upaya promotif melalui pendidikan kesehatan/edukasi. Namun masih perlu kerjasama dengan tim lain di rumah sakit seperti Promosi Kesehatan Rumah Sakit untuk melaksanakan assessment promosi kesehatan bagi pasien maupun keluarga pasien, SDM rumah sakit, pengunjung rumah sakit, agar dapat dirumuskan intervensi promosi kesehatan yang tepat.

KESIMPULAN

Pencapaian nilai BOR tahun 2020 di RSUD dr. Zubir Mahmud adalah sebesar 46%. Gambaran fasilitas pelayanan kesehatan di RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur bagus untuk saat ini seperti jumlah tempat tidur (TT) siap pakai yang tersedia, jumlah tempat tidur di seluruh ruang rawat inap adalah 188 TT, sementara di RPDP dan RPDW sebanyak 56 TT (30% dari total).

Fasilitas telah sesuai dengan standar dan kebutuhan ruangan. Gambaran jumlah tenaga kesehatan di RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur telah memenuhi atau sebanding untuk saat ini

(10)

Jurnal Edukes, Vo.4, No.2, September 2021|229 yaitu 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga)

tempat tidur namun butuh tambahan jika BOR mencapai 100% agar pelayanan tetap maksimal.

Gambaran upaya kesehatan di RSUD dr. Zubir Mahmud Kabupaten Aceh Timur tidak hanya kuratif namun telah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien, antara lain upaya pendidikan kesehatan (penyuntikan insulin bagi pasien DM, penanganan rasa nyeri di rumah yang disampaikan pada pasien dan keluarganya), upaya promotif (berjemur dipagi hari) maupun rehabilitatif.

DAFTAR PUSTAKA Jurnal

Elyana, A., Erawantini, F., & Suratmi.

(2020). Analisis Faktor Penyebab Penurunan BOR di RSUD Sleman.

2(1), 28–33.

Reganata, G. P., & Saputra, I. G. N. M.

(2019). INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT kesehatan Pelayanan kesehatan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan beberapa indikator yaitu Bed Occupancy Rate ( BOR ), Average Length Of Stay ( AvLOS ), Turn Over Interval ( TOI ) dan satu

satuan waktu tertentu . 3(November). Retrieved from http://ejournal.iikmpbali.ac.id/index.

php/BHJ

Sidiq, R., & Afrina, R. (2017). Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit.

Idea Nursing Journal, 8(1), 29–34.

Susilo, E., & Nopriadi, N. (2012).

Efisiensi Pendayagunaan Tempat Tidur dengan Metode Grafik BarberJohnson di Rs Lancang Kuning. Jurnal Kesehatan Komunitas, 1(4), 181–187.

https://doi.org/10.25311/keskom.vol 1.iss4.24

Peraturan

Permenkes No.72, P. N. 7. (2016).

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Buku

Depkes R.I., D. R. I. (2005). Indikator Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes. (2011). Juknis SIRS 2011:

Sistem Informasi Rumah Sakit.

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 1–48.

Referensi

Dokumen terkait